Lompat ke isi

Parung, Bogor

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Parung
Kantor Kecamatan Parung di Desa Warujaya.
Peta lokasi Kecamatan Parung
Peta lokasi Kecamatan Parung
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenBogor
Pemerintahan
 • CamatYudi Santosa
Populasi
 • Total123.078 jiwa
Kode pos
16331
16339
Kode Kemendagri32.01.10 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3201240 Edit nilai pada Wikidata
Desa/kelurahan9
Peta
PetaKoordinat: 6°25′20.21″S 106°43′57.58″E / 6.4222806°S 106.7326611°E / -6.4222806; 106.7326611

Parung (aksara Sunda: ᮕᮛᮥᮀ) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang terdiri dari sembilan desa. Wilayah ini terkenal pada masa lalu karena merupakan penghubung antara wilayah Kota Bogor, Kota Depok, dan Jakarta Raya. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Bojongsari di Kota Depok.[1] Kecamatan ini memiliki kode pos 16330.

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Sejarah asal-usul penamaan Parung belum diketahui dengan pasti. Menurut sejarah, kata "Parung" dalam bahasa Sanskerta memiliki arti 'jurang' atau 'tanah lembah', sedangkan dalam bahasa Sunda Kuno kata "Parung" dapat diartikan juga sebagai 'aliran air yang deras di sungai' atau 'sungai dengan banyak bebatuan kecil'.[2]

Parung adalah wilayah tua, wilayah paling besar di wilayah hulu diantara daerah aliran Sungai Cisadane dan daerah aliran Sungai Ciliwung. Parung berkembang dan berpusat ke Benteng Sampora di Serpong. Kemudian Parung dijadikan sebagai ibukota distrik Parung. Luas distrik Parung membentang ke arah utara hingga di Cinere, ke arah timur di Depok, ke arah selatan di Semplak dan ke arah barat di Curugbitung yang kini menjadi Kecamatan Nanggung.[3]

Sekarang nama Parung hanya sebatas nama kecamatan di kabupaten Bogor. Sementara nama Depok telah menjadi Kota. Di masa lampau, Parung adalah ibukota distrik, sedangkan Depok baru kemudian dimekarkan dari distrik Parung menjadi onderdistrik Depok yang beribukota di Depok. Kota Depok kini terdiri dari 11 kecamatan, sementara kecamatan Parung terdiri dari sembilan desa, yakni: Iwul, Jabon Mekar, Pamagersari, Parung, Waru, Warujaya, Bojong Sempu, Bojong Indah dan Cogreg.

Sejarah Parung dimulai dari Land Koeripan dimana ibukota distrik Parung berada. Land Koeripan berada di hulu Sungai Cisadane. Land Koeripan berada di sisi timur sungai, sementara di sisi barat Sungai Ciampea berada. Terbentuknya Land Koeripan dan Land Ciampea berawal setelah tahun 1710 Benteng Ciampea dibangun di pertemuan Sungai Cianten dan Sungai Cisadane. Benteng Ciampea dalam hal ini adalah benteng pendukung di wilayah hulu Benteng Sampora di Serpong.[4]

Pada tahun 1679, Benteng Tangerang mulai dibangun. Kemudian pada tahun 1684 kanal sungai dibangun dari Benteng Tangerang ke Pesing di Batavia dan selesai dibangun pada tahun 1687. Dengan adanya kanal Mookervaat lalu lintas dari Batavia ke daerah aliran Sungai Cisadane semakin lancar dan semakin intens. Para pedagang VOC/Belanda secara perlahan merintis jalan ke wilayah hulu Sungai Cisadane. Lalu kemudian Benteng Sampora di Lengkong Tangerang dibangun. Wilayah ekspansi semakin meluas hingga ke arah hulu dan kemudian Benteng Ciampea dibangun pada tahun 1710. Sejak adanya benteng-benteng ini secara bertahap arus perdagangan semakin intens di tempat-tempat dimana kelak terbentuk land-land baru seperti Land Kuripan dan Land Ciampea. Dengan demikian, Parung adalah bagian dari sejarah nama-nama tempat di daerah aliran Sungai Cisadane, jauh sebelum perdagangan berkembang di tempat dimana kelak terbentuk Kota Bogor.

Sementara itu, pengembangan wilayah juga berlangsung di daerah aliran Sungai Ciliwung mulai dari Batavia hingga kaki Gunung Salak di hulu wilayah Bogor. Pengembangan wilayah di daerah aliran Sungai Cisadane hanya terbatas di sisi timur sungai, karena wilayah barat sungai adalah wilayah Kesultanan Banten, Sedangkan pengembangan wilayah di daerah aliran Sungai Ciliwung berada di dua sisi. Sisi timur Sungai Ciliwung mulai dari Cililitan, Tanjung, Cimanggis, Cibinong hingga Kedung Halang; sisi barat sungai mulai dari Kampung Melayu, Tanjung, Srengseng Sawah, Cinere, Depok, Citayam, Bojong Gede dan Cilebut. Diantara land-land yang ada di wilayah hulu, land tertua adalah Land Cinere dan Land Citayam yang dimulai tahun 1684 oleh Mayor Saint Martin. Kemudian terbentuk Land Ragunan lalu disusul pembentukan land Srengseng pada tahun 1695 oleh Cornelis Chastelein dan Land Bojong Gede tahun 1701 oleh Abraham van Riebeeck serta Land Depok pada tahun 1704 oleh Cornelis Chastelein yang kini menjadi Kota Depok.

Setelah Benteng Ciampea selesai dibangun dan kemudian pada tahun 1713 dibangun Benteng Leuwisadeng. Kemudian para pedagang VOC/Belanda mulai melakukan perdagangan yang intens hingga ke wilayah Jasinga. Sebaliknya para pedagang lokal dari pedalaman semakin banyak yang melakukan transaksi di daerah aliran Sungai Cisadane hingga ke kota Tangerang dan bahkan Batavia melalui kanal Mookervaart. Arus pertukaran ini lambat laun menjadikan daerah aliran Sungai Cisadane semakin ramai. Lalu dalam perkembangannya para pedagang VOC mulai aktif mengembangkan lahan-lahan pertanian dan kemudian pemerintah VOC memberikan kewenangan penuh dalam bentuk tanah partikelir atau land. Land yang pertama di hulu Sungai Cisadane yang dijual pemerintah adalah Land Ciampea, Cibungbulang dan Land Leuwisadeng, Bogor.

Sekarang Parung menjadi sebuah kecamatan dengan sembilan desa yang membentuk wilayah Parung. Desa Parung menjadi desa tertua di Kecamatan Parung yang didirikan pada 1935 kemudian Desa Cogreg yang didirikan pada 1936. Dari Desa Parung inilah kemudian dimekarkan Desa Pamegarsari dan Desa Jabon Mekar pada tahun 1984. Desa Waru yang awalnya merupakan bagian dari wilayah Desa Parung sebelum tahun 1973 dimekarkan kemudian dimekarkan lagi Desa Waru pada tahun 1982 menjadi Desa Warujaya.

Kebudayaan

[sunting | sunting sumber]
Perlombaan panjat pinang yang merupakan tradisi menyambut perayaan kemerdekaan Indonesia di Kampung Tajur, Pamegarsari, Parung.
Anak-anak yang sedang bermain sepak bola di Kampung Tajur, Pamegarsari, Parung.

Parung merupakan salah satu kecamatan yang terletak di bagian utara Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kota Depok dan dekat dengan Kota Tangerang Selatan yang merupakan daerah kebudayaan Betawi sehingga terjadi percampuran antara budaya Betawi dengan budaya Sunda lokal di wilayah Parung.

Percampuran kebudayaan di wilayah kecamatan Parung menyebabkan kesenian khas kecamatan Parung juga beraneka ragam. Ada kesenian keagamaan seperti marawis, rebana, kemudian kesenian pawai kelaran dan cucurak yang telah ada di kecamatan Parung sejak zaman dahulu. Nilai kebudayaan tradisional seperti marawis dan rebana ini masih melekat di kecamatan Parung.

Demografi

[sunting | sunting sumber]
Peta bahasa di Kecamatan Parung.

Bahasa Sunda digunakan oleh sebagian kecil masyarakat (penuturnya dominan lanjut usia) di kawasan sekitar Makam Raden Demang Arya di Warujaya, kemudian Pamegarsari, serta beberapa desa yang berbatasan dengan kecamatan Ciseeng dan kecamatan Kemang, seperti Cogreg (berbatasan dengan Ciseeng) dan Jabon Mekar (berbatasan dengan Kemang). Namun, bahasa yang saat ini dominan dituturkan adalah bahasa Betawi dan bahasa Indonesia karena wilayahnya yang berbatasan dengan Kota Depok, serta lajunya urbanisasi di kecamatan Parung. Bahasa yang digunakan di Parung juga merupakan percampuran dari kebudayaan antara sembilan desa di Kecamatan Parung.[5]

Kosakata Bahasa Indonesia
bagén biarkan
kaga/ora/moal/embung tidak
madang/mindo makan
ngéndong menginap
ngobak/ngojay berenang
gua saya
lu kamu
bapét/medit pelit
déwékan sendirian
bangor/badung nakal
ngarét terlambat
awak badan
pentér siang
ontong/ulah jangan
puguh tentu
molor tidur
nyangcang mengikat
congor mulut
jasa/pisan banget
kepincét memencet
mérad pergi
ajer senyum
képét tahi
kudu harus
ngempéd bersadar
ngagul sombong
ngangon mengembala
nyeri sakit
kapiran percuma
menjilanan/jember menjijikan
lanang laki-laki
wadon perempuan
menggerib maghrib
wara-wiri mondar-mandir
kepapagan berpapasan
tai babal nangka muda
kebo kerbau
cebong berudu
embe/bandot kambing
ula ular
ongkoh santai
ngacay ngiler
ngorok mendengkur
gedig/takol pukul
ilok masa
belet/bloon bodoh
bangkot/kolot tua
cucurakan/padangan makan bersama
mendek/nyumput bersembunyi
gawéan pekerjaan
nyekel memegang
angot kambuh
kukuban berselimut
péngkor/péncot pincang
mengkel matang
bendo golok
lénjéh ganjen
beleguran meriam bambu
ngibrit lari kencang
lémbo lemas/lambat
entong anak laki-laki
enéng anak perempuan
andénya habisnya
mérad pergi
ngedumel cemberut
géték/érétan rakit
lipen/gincu lipstik
gableg punya
ngetug berjalan kaki
wayahnya waktunya
ngucur mengalir

Contoh percakapan

[sunting | sunting sumber]
  • Mamad: Jadi orang mah ontong ngedumel baé ngapa Jang!
  • Ujang: Lah emang ngapa si Mad? andénya gua baru balik gawé, bini gua ngedumel baé
  • Mamad: Ngedumel ngapa émang bini lu Jang?
  • Ujang: Biasa orang wadon, puguhan gua baru balik gawé dipintain duit baé, mana gua ora gableg duit pisan.

Keagamaan

[sunting | sunting sumber]
Agama penduduk (2020)
No. Desa Islam Protestan Katolik Buddha Hindu Lainnya
01 Bojong Indah 10.691 9 24 7 14 0
02 Bojong Sempu 9.688 17 21 8 12 7
03 Cogreg 17.106 185 91 206 6 230
04 Iwul 7.829 25 71 28 6 17
05 Jabon Mekar 9.562 50 10 39 3 0
06 Pamegarsari 16.097 158 173 320 99 330
07 Parung 14.482 158 137 198 75 70
08 Waru 18.295 149 156 310 89 247
09 Warujaya 15.543 46 73 0 1 0
Total 119.203 796 757 1.116 304 901
Tempat peribadatan (2020)
No. Desa Masjid Langgar Gereja Vihara Pura
01 Bojong Indah 9 16 0 0 0
02 Bojong Sempu 5 22 0 0 0
03 Cogreg 17 24 0 1 0
04 Iwul 6 15 1 1 1
05 Jabon Mekar 8 24 0 0 0
06 Pamegarsari 12 28 0 0 0
07 Parung 11 32 0 0 0
08 Waru 10 43 0 2 0
09 Warujaya 7 34 0 0 0
Total 85 238 1 4 1

Pariwisata

[sunting | sunting sumber]

Tempat wisata

[sunting | sunting sumber]
Pohon Jubleg, ikon Kecamatan Parung.

Parung memiliki sebuah pasar tradisional yang aktif 24 jam dan juga merupakan pasar ikan hias terbesar di Indonesia.[6][7] Di Parung juga terdapat sebuah Pohon Beringin besar yang letaknya berada dipusat Pasar Parung yang dikenal warga sekitar dengan sebutan Pohon Jubleg.[8] Parung juga memiliki beberapa objek wisata lainnya, yaitu Pemandian Air Panas Tirta Sanita Gunung Kapur di Bojong Indah, Taman Wisata Wanagriya di Cogreg, dan Setu Lebak Wangi di Pamegarsari.[9]

Tempat ziarah

[sunting | sunting sumber]
  1. Makam Raden Demang Arya di Waru Jaya
  2. Makam Syekh Mbah Dempung di Bojong Indah
  3. Makam Mbah Dengkong di Kampung Jeletreng, Cogreg
  4. Makam H. Mawi di Gang Amsar, Bojong Indah
  5. Makam Syekh Al Habib Saggaf bin Mahdi BSA di Waru Jaya

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]
  • SD/MI
    • Madrasah Ibtidaiyah Sirajul Falah
    • Madrasah Ibtidaiyah (Plus) Sirajul Falah
    • SD Negeri Tajur
    • SD Negeri Waru
    • SD Negeri Lebak Wangi
    • MI Negeri 02 Bogor
    • MI Negeri Kampung Sawah
    • SDIT Bina Ilmu
  • SMP/MTs
    • MTs. Sirajul Falah
    • SMP Negeri 1 Parung
    • SMP Negeri 2 Parung
    • MTs Darunna'im Yapia
    • SMP YPUI Parung
    • SMP Yapia Parung
    • SMP Islam Parung
    • MTs Negeri 1 Bogor
  • SMA/SMK/MA
    • SMA Negeri Parung
    • SMA Nurul Falah
    • MA Yapia Parung
    • SMK Yapia Parung
    • SMA Muhammadiyah Parung

Kecamatan Parung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor yang memiliki luas 2.554,78 Ha dengan ketinggian 125 Mdpl. Secara administrasi Kecamatan Parung mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

Arah Perbatasan
Utara Gunungsindur
Selatan Kemang
Timur Tajurhalang dan Kota Depok
Barat Ciseeng

Pembagian administratif

[sunting | sunting sumber]
Peta letak desa di Kecamatan Parung.

Kecamatan Parung terbagi menjadi sembilan desa dan berpusat di Desa Warujaya setelah sebelumnya berpusat di Desa Parung. Berikut daftar desa yang terletak di Kecamatan Parung:

No Desa Kepala Desa Pembentukan Populasi Luas
01 Bojong Indah Samino 1982; 42 tahun lalu (1982) 8.281 jiwa (7.212/km²) 1.49 km²
02 Bojong Sempu Pitung Abdurahman 1982; 42 tahun lalu (1982) 8.309 jiwa (6.133/km²) 1.95 km²
03 Cogreg Mad Yusup Supriatna 1936; 88 tahun lalu (1936) 12.793 jiwa (3.241/km²) 5.10 km²
04 Iwul Nasim Setiawan 1950; 74 tahun lalu (1950) 6.820 jiwa (1.851/km²) 4.31 km²
05 Jabon Mekar Ina Yuliana Fajarwati 1984; 40 tahun lalu (1984) 8.148 jiwa (5.281/km²) 1.75 km²
06 Pamegarsari Dian Iskandar 1984; 40 tahun lalu (1984) 12.245 jiwa (6.457/km²) 2.62 km²
07 Parung Nurwidia 1935; 89 tahun lalu (1935) 15.541 jiwa (3.626/km²) 2.36 km²
08 Waru Toing Ariyanto 1973; 51 tahun lalu (1973) 17.333 jiwa (6.614/km²) 2.91 km²
09 Warujaya Udin Samsudin 1982; 42 tahun lalu (1982) 12.043 jiwa (5.135/km²) 2.93 km²

Transportasi

[sunting | sunting sumber]
Jalan Raya Parung-Bogor yang merupakan jalan penghubung antara Kabupaten Bogor dan Kota Depok.

Angkutan Kota

[sunting | sunting sumber]
  • D03: Parung-Depok PP
  • D106: Parung-Lebak Bulus PP
  • F06: Parung-Merdeka PP
  • F25: Parung-Rumpin PP
  • F26: Parung-Prumpung PP
  • F27: Parung-BSD PP
  • F28: Parung-Kuripan PP
  • F29: Parung-Ciputat PP
  • D117: Inkopad-Parung PP

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Sejarah Kecamatan Parung". goparung.wordpress.com. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  2. ^ "Sejarah Dan Asal Usul Nama-Nama Tempat Di Bogor". www.halamanbogor.com. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  3. ^ "Pasar Parung Tempo Dulu". www.kompasiana.com. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  4. ^ "Sejarah Kota Depok Dan Sejarah Parung". poestahadepok.blogspot.com. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  5. ^ "Keanekaragaman Kebudayaan Kecamatan Parung". www.kompasiana.com. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  6. ^ "Pasar Ikan Hias Parung Terbesar Di Indonesia". www.nolmeter.com. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 
  7. ^ https://www.cnbcindonesia.com/news/20200807110812-7-178163/terbesar-di-ri-begini-geliat-pasar-ikan-hias-parung-bogor
  8. ^ "Pohon Jubleg Ikon Wilayah Parung Bogor". portaljabar.net. Diakses tanggal 12 Februari 2022. [pranala nonaktif permanen]
  9. ^ "30 Tempat Wisata di Bogor Paling Hits & Favorit Dikunjungi Tahun Ini!". nyero.id. Diakses tanggal 12 Februari 2022. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]