LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI PADA PASIEN
TUBERKULOSIS PARU DI RUANGAN DAHLIA DI RSUD
UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH
DISUSUN OLEH :
NAMA: NURDIANA CADDI
NIM: WN10324042
CI LAHAN CI INSTITUSI
Ns.Andi Mulianah S.Kep Ns.Siti Yartini,S.Kep.,M.Kep
NIP: 197305242003122003 NIK: 20210902025
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2024
A. Konsep Kebutuhan Dasar Oksigenasi
1. Pengertian
Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan
hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit
orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang
tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal (Iryanto, 2013).
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme dalam sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan normal manusia membutuhkan
sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit (Iryanto,
2013).
2. Anatomi system pernafasan
a) Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi).
Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu,
dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
b) Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernafasan dan jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang
rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring
dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang yang Bernama koana, ke depan berhubungan
dengan rongga mulut, tempat hubungan ini Bernama istmus fausium, ke
bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang
esofagus).
c) Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentukan suara, terletak didepan bagian faring sampai
ketinggian vertebra sentrikal dan masuk ke dalam trachea dibawahnya.
Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang
biasanya disebut epiglottis, yang terdiri dari tulag-tulang tenggorakan yang
biasanya disebut epiglottis, yang terdiir dari tulang-tulang rawan yang
berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
d) Trachea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput
lender yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kea rah
luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat
yang dilapisi oleh otot polos.
e) Bronchus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada
2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai
struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus
itu berjalan ke bawah dan ke samping kea rah tampuk paru-paru. Bronkus
kanan lebih pendek dan lebih besar dari bronkus kiri, terdiir dari 6-8 cicin,
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih Panjang dan lebih ramping dari yang
kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-
cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli
tidak terdapat cincin lagi dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru
atau gelembung hawa dan alveoli.
f) Paru-Paru
Paru-paru merupakan alat tubuh yang Sebagian besar terdiri dari
gelombang ( gelembung hawa atau alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari
sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih
90 m2. Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah
dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru paru ini kurang
lebih 700.000.000 buah(paru-paru kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri atas 3 lobus
(belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior.
Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra
lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang
kecil Bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah
segmen pada pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru
kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2
buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior.
Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
Bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat
yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat
sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak
sekali, cabang ini disebut ductus alveolus. Tiap ductus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke Tengah
rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian Tengah tedapat tampak
paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru
dibungkus oleh selaput yang Bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu,
yang ertama pleura visceral ( selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru
yang langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput
yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura
ini vakum(hampa) sehingga paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan
bernapas.
3. Fisiologi system pernapasan
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalua tidak mendapatkan oksigen selama
4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat dipernaiki lagi
dan bisa menimbulkan kematian. Kalua penyediaan oksigen berkurang akan
menimbulkan kacaum pikiran.
a) Pernapasan paru
Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan
eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernapas
yang oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan
darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan oksigen dari darah,
oksigen menembus membrane, diambil oleh sel darah merah dibawa ke
jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.
Dalam alveoli, oksigen bergerak menuju kapiler pulmonalis sebagai
gas terlarut, bergerak menurunkan gradien konsenstrasi. Oksigen diangkut
dalam darah baik yang terlarut maupun berikatan dengan hemoglobin.
Ketika oksigen rekatif sukit larut dalam larutan, kemampuan oksigen
untuk berikatan dengan hemoglobin amat penting. Sekitar 98% hingga
99% oksigen diangkut dalam darah yang berikatan dengan hemoglobin
sebagai oksihemoglobin sehingga mempengaruhi saturasi oksigen (Porth
& Marfin, 2009).
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi Ketika
konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernapasan
terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernapasan,
sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak.
Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh
tubuh masuk ke dalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa
ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernapasan ekstra.
b) Diaphragma
Diafragma merupakan otot penting yang memisahkan rongga dada
(berisi organ-organ penting) dengan rongga perut. Biasanya Ketika kita
berbicara mengenai diafragma, maka yang terpikirkan adalah diafragma
thoraks(diafragma dada).
4. Perubahan fungsi
a. Hiperventilasi merupakan Upaya dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-
paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan
karna :
1) Kecemasan
2) Infeksi/sepsis
3) Keracunan obat-obatan
4) Ketidaseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolic.
Tanda-tanda dana gejala hiperventilasi adalah takikardi, napad pendek,
nyeri dada(chest pain), menurunkan konsentrasi, disorientasi, dan tinnitus.
b. Hipoventilasi terjadi Ketika ventilasi alveoli tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup, biasanya
terjadi pada keadaan atelectasis(kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdistritmia, ketidakseimbangan
elektrolit, kejang, dan kardiak arrest.
c. Hipoksia terjadi Ketika tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari
defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatkan penggunaan O2 pada
Tingkat seluler. Hipoksia dapat di sebabkan oleh :
1) Menurunnya hemoglobin
2) Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
3) Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan sianida.
4) Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pneumonia
5) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok
6) Kerusakan/ gangguan ventilasi
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat, dan dalam,
sianosis, sesak napas dan clubbing.
5. Pemeriksaan fisik
a. Mata
1) Konjungtiva pucat (karena edema)
2) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3) Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endocarditis)
b. Kulit
1) Sianosis perifer (vaskontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
2) Penurunan turgor (dehidrasi)
3) Edema
4) Edema periorbital
c. Jari dan kuku
1) Sianosis
2) Clubbing finger
d. Mulut dan bibir
1) Membrane mukosa sianosis
2) Bernapas dengan mengerutkan mulut
e. Hidung
Pernafasan dengan cuping hidung
f. Vena leher
Adanya distensi/bendungan
g. Dada
1) Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan,
dispnea, obstruksi jalan nafas
2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
3) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernafasan
4) Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5) Suara nafas tidak normal (creklerlt/rales, ronkhi, wheezing, friction
rub/pleural friction
6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
h. Pola pernafasan
1) Pernafasan normal (eupnea)
2) Pernafasan cepat (tacypnea)
3) Pernafasan lambat (bradypnea)
6. Pemeriksaan diagnostic
a. Elektrokardiografi (EKG)
b. Ekokardiografi
c. Rontgen toraks
d. Pemeriksaan laboratorium
7. Tindakan penanganan
a. Pemantauan respirasi
b. Edukasi pengukuran respirasi
c. Pengaturan posisi
d. Terapi relaksasi
e. Pemantauan tanda-tanda vital
B. Konsep Keperawatan Teori
1. Pengkajian Keperawatan
Tanda dan gejala masalah pada kebutuhan
a. Sesak nafas
b. Batuk
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Gangguan penyempitan ventilator
c. Gangguan pertukaran gas
d. Gangguan ventilasi spontan
3. Perencanaan keperawatan
a. Bersihan nafas tidak efekti
1) Intervensi utama
- Latihan batuk efektif
- Manajemen jalan nafas
- Pemantauan respirasi
2) Intervensi luaran
- Pemberian obat inhalasi
- Terapi oksigen
b. Gangguan penyapihan ventilator
1) Intervensi utama
- Pemantauan respirasi
2) Intervensi pendukung
- Pemantaun tanda vital
- Pemberian obat inhalasi
- Pengaturan posisi
- Penghisapan jalan nafas
c. Gangguan pertukaran gas
1) Intervensi utama
- Pemantauan respirasi
- Terapi oksigen
2) Intervensi pendukung
- Manajemen jalan nafas
- Pengaturan posisi
d. Gangguan ventilasi spontan
1) Intervensi utama
- Dukungan ventilasi
- Pemantauan respirasi
2) Intervensi pendukung
- Edukasi pengukuran repirai
- Manajemen jalan nafas
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1 Cetakan III. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperwatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.