0% found this document useful (0 votes)
29 views54 pages

LP REMAJA DAN PRANIKAH Marlita Irbawati

LP REMAJA DAN PRANIKAH

Uploaded by

Lita Wira
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
29 views54 pages

LP REMAJA DAN PRANIKAH Marlita Irbawati

LP REMAJA DAN PRANIKAH

Uploaded by

Lita Wira
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 54

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DAN PRA NIKAH

Dosen Pembimbing
Nurmisih, S.Pd, M.Kes

OLEH :
Marlita Irbawati
PO.71.242240069

Kelas B Kota Jambi

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2024
LAPORAN PENDAHULUAN
MATERI
A. Konsep Remaja

Remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja

adalah masa dimana terjadi perubahan pada tubuh secara tiba-tiba dan banyak memunculkan

pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran para remaja. Pertama mereka tidak mampu mengatasi

perubahan-perubahan tersebut, dan yang kedua perubahan tersebut juga membawa masalah.

Permasalahan yang penuh dengan tantangan pada anak remaja putri adalah yang berkaitan

dengan menstruasi. Menstruasi merupakan proses fisiologis pelepasan endometrium yang

banyak terdapat pembuluh darah dan peristiwa ini terjadi setiap satu bulan sekali. Siklus

menstruasi adalah jarak antara mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi

berikutnya (Saifuddin, 2012).

Pada saat remaja terjadi perubahan perubahan psikologis seperti emosi yang tidak

stabil sehingga dapat mempengaruhi remaja dalam menghadapi dan memecahkan masalah

yang sedang dialami. Keadaan emosi yang selalu berubahubah akan menyebabkan remaja

sulit memahami diri sendiri dan akan mendapatkan jalan yang buntu. Apabila masalah tidak

ditangani secara benar, maka akan menimbulkan stres pada remaja (Maghafiroh dkk, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan di Turki oleh Cakir M et al (2015) bahwa dismenorea

merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar (89,5%), diikuti ketidakteraturan

siklus menstruasi (31,2%) dan panjangnya durasi menstruasi (5,3%). Perubahan kadar

hormon akibat stres atau dalam keadaan emosi yang kurang stabil juga dapat memicu

gangguan pada menstruasi. Selain itu perubahan drastis dalam porsi olahraga dimana

olahraga yang terlalu berat juga mampu menyebabkan gangguan pada fisiologi siklus

menstruasi (Asmarani, 2015).


B. Teori Siklus Menstruasi

1. Pengertian

Menstruasi adalah darah kotor dan selaput lendir rongga rahim yang terlepas

dengan sendirinya akibat perubahan kadar hormone ekstrogen dan progesterone, yang

akan keluar dari rahim melalui liang vagina. Selaput lendir yang terlepas tersebut akan

diubah oleh zat yang terkandung didalamnya menjadi lendir. Pembuluh darah dibagian

dasarpun akan terkelupas sehingga terbuka, dan darah mengalir keluar. Kadang– kadang

karena sesuatu, selaput lendir belum sempurna menjadi lendir karena misalnya

bergumpal – gumpal. Setelah haid selesai, akan tumbuh selaput lendir baru yang akan

terus berkembang hingga mencapai tingkat ketebalan tertentu. Haid akan berlangsung

selama beberapa hari, berhenti selama beberpa minggu, dan kembali lagi seterusnya

sampai wanita mengalami menopause (Indiarti, 2015).

Siklus menstruasi yang normal adalah jika seorang wanita memiliki jarak haid yang

setiap bulannya relative tetap yaitu selama 28 hari. Jika meleset pun, perbedaan waktunya

juga tidak terlalu jauh berbeda, tetap padakisaran 20 hingga 35 hari, dihitung dari haid

pertama haid sampai bulan berikutnya. Lama haid dilihat dari darah keluar sampai bersih,

antara 2–10 hari. Darah yang keluar dalam waktu sehari belaum dapat dikatakan sebagai

haid. Namun bila telah lebih dari 10 hari, dapat dikategorikan sebagai gangguan. Jumlah

darah haid yang keluar perhari adalah 60–80 cc, atau tidak lebih dari 5 pembalut penuh.

Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan hormon dalam tubuh, atau bisa

juga karena penyakit di dalam organ reproduksi, contohnya tumor rahim, tumor di indung

telur. Selain itu gangguan haid disebabkan juga karena faktor lainnya seperti stress,

kelelahan dan penggunaan kontrasepsi (Indiarti, 2015).

Tingkat kesuburan seorang wanita dapat dilihat dari ada tidaknya produksi sel telur

dalam tubuh. Seorang wanita dikatakan subur jika ia mampu memproduksi sel telur
sebulan seklai, mematangkan telur, dan mengeluarkan telur yang masih setengah matang

dari indung telur. Pematangan sel telur dan keluarnya sel telur dari indungnya merupakan

kerjasama dari otak, indung telur, dan kelenjar buntu di otak yang disebut sebagai

hipofisis. Hipofisis mengeluarkan hormone gonodopropin yangterdiri dari hormone FSH

(Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone). Hormone FSH memiliki

fungsi mempercepat pematangan telur, sedangkan LH menyempurnakan proses

pematangan telur hingga dapat mendekati permukaan indung telur untuk dilepas. Jika

tidak terjadi pembuahan dalam waktu 24 jam, sel telur ini akan mati (Indiarti, 2015).

Setiap gangguan pada hormon FSH dan LH tidak akan menyebabkan terbentuknya sel

telur. Jika demikian, hormone ekstrogen dan progesteron juga tidak akan terbentuk

sebagaimana seperti seharusnya.

Siklus haid yang tidak teratur kebanyakan terjadi akibat faktor hormonal.Seorang

wanita yang memiliki hormon ekstrogen dan progesteron secara berlebihan

memungkinkan terjadinya haid dalam waktu yang lebih cepat. Jika gangguan haid

dikarenakan oleh faktor hormonal, maka dapat dipastikan wanita tersebut mengalami

gangguan kesuburan. Dan dapat diatasi dengan suntikan untuk mempercepat pematangan

sel telur. Menstruasi merupakan siklus yang kompleks karena melibatkan berbagai unsur

panca indera, korteks serebri, hipotalamus, aksis hipofisis-ovarium, dan organ tujuan

(uterus, organ seks sekunder) (Indiarti, 2015). Menurut Eva (2016) Siklus menstruasi

dibedakan dalam 4 masa :

1) Stadium menstruasi atau desquamasi yaitu endometrium dilepas dari dinding rahim

disertai perdarahan, hanya lapisan tipis (stratum basale) yang tinggal. Ini berlangsung

4 hari. Disebut HAID (keluar darah : potongan–potongan endometrium dan lendir

dari serviks).
2) Stadium post menstrum atau stadium regenerasi yaitu luka karena endometrium

dilepas berangsur–angsur ditutup kembali oleh selaput lendir yang baru (berasal dari

selepitel kelenjar–kelenjar endometrium). Pada saat kelenjar ini menebal,

endometrium kurang lebih 0,5 mm. stadium ini sudah mulai waktu stadium

menstruasi berlangsung ± 4 hari.

3) Stadium intermenstrum atau stadium poliferasi yaitu padastadium ini endometrium

tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm, kelenjarnya tumbuh lebih cepat dari jaringan lain

hingga berkelok, berlangsung dari hari ke- 5 sampai hari ke -14 dari haid hari

pertama.

4) Stadium pregmenstruum atau stadium sekresi, padastadium ini endometrium tebalnya

menetap, tapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku dan

mengeluarkan getah, dalam endometrium sudah tertimbul glycogen dan kapur yang

kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur.

2. Tanda dan Gejala

Menurut Eva (2016) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi pada saat

menstruasi, antara lain :

- Perut terasa mulas, mual dan panas

- Terasa nyeri padasaat buang air kecil

- Tubuh terasa tidak fit

- Demam

- Sakit kepala dan pusing

- Keputihan

- Radang padavagina

- Gatal – gatal padakulit

- Emosi meningkat
- Nyeri dan bengkak pada payudara

3. Proses siklus menstruasi

Proses menstruasi mempunyai sistem yang kompleks karena terdapat beberapa

komponen penting yang terlibat, diantaranya Hipotalamus menerima ransangan dari

pancaindera melalui korteks serebri. Hipotalamus berfungsi untuk mengalirkan ransangan

menuju ke hipofisis anterior mellalui sistem portal dari system serat saraf. Melalui system

portal, peransangan pada hipofisis anterior dengan mengeluarkan GnRH (gonadotropin

releasing hormone), sehingga hipofisis mengeluarkan FSH (follicle stimulating hormone)

yang nantinya meransang folikel primer untuk bertumbuh kembang sampai matang

menjadi folikel de graaf.

Hipofisis dianggap sebagai mother of gland, yangmenerima rangsangan tunggal

dari hipotalamus. Pars anterior fungsinya menerima rangsangan melalui system fortal

satu arahdan mengeluarkan dua bentuk releasing hormon yaitu FSH (follicle stimulating

hormone) GnRH (gonadotropin releasing hormone). Ovarium, setiap perempuan dewasa

diperkirakan membawa sekitar 100.000 folikel primordial dalam berbagai stadia. Selama

kurun waktu reproduksi aktif, perempuan dapat melepaskan ovumnya sekitar 500 buah

sehingga kesempatan untuk terjadinya konsepsi adalah selama 1.500 hari (tiga hari masa

subur setelah ovulasi).

Primodial folikel ovarium akan diransang oleh FSH (follicle stimulating hormone)

sehingga mengalami perubahan pematangan menjadi folikel de graaf yang sudah matang.

Kapsul folikel yang telah matang mendekati permukaan ovarium dan mendesak

pembuluh darah di sekitarnya sehingga seolah–olah terjadi devaskularisasi. Situasi

demikian akan memudahkan pelepasan ovum pada saat ovulasi. Setelah ovulasi, ovum

dilepaskan. Segera setelah ovulasi, seolah – olah terjadi tekanan negatif di dalam bekas

folikel de graaf. Sel granulose masuk ke dalam folikel de graaf, untuk membentuk korpus
rubrum. Penurunan drastic pengeluaran ekstrogen, estradiol 17β, menimbulkan ransangan

pada nucleus paraventikular (ventromedial). Sebagai pusat tonic luteinzing hormone.

Fungsi tonic luteinzing hormone ini adalah mengubah korpus rubrum menjadi korpus

luteum untuk mengeluarkan dua hormone dasar yaitu hormone ekstrigen serta

progesterone. Kedua hormone ini mengubah status endometrium dari fase poliferasi

menjadi fase sekresi, sebagai persiapan untuk menerima “nidasi atau impaltasi”, dan

terjadilah proses menstruasi yaitu postmenstruasi, fase poliferasi, fase sekresi

(Hasdianah, 2017).

C. Konsep Dasar Keputihan

1. Pengertian

Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu

keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2003). Leukore adalah semua pengeluaran cairan

dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai infeksi,

keganasan atau tumor jinak organ reproduksi. Pengertian lebih khusus keputihan

merupakan infeksi jamur kandida pada genetalia wanita dan disebabkan oleh organisme

seperti ragi yaitu candida albicans (Manuaba, 2015).

Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal (fisiologis)

dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi pada masa

menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 saat

menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual. Keputihan abnormal dapat terjadi

pada semua alat genitalia (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim

dan jaringan penyangga, dan pada infeksi penyakit hubungan seksual) (Manuaba, 2015).

Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala keputihan

tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor patologis. Gejala

keputihan karena faktor fisiologis antara lain :


a. Cairan dari vagina berwarna kuning

b. Tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal

c. Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak

Gejala keputihan karena faktor patologis antara lain :

a. Cairan dari vagina keruh dan kental

b. Warna kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan

c. Berbau busuk, amis, dan terasa gatal

d. Jumlah cairan banyak (Katharini, 2017).

2. Penyebab Keputihan

Keputihan bukan merupakan penyakit tetapi hanya suatu gejala penyakit, sehingga

penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk mengetahui adanya suatu

penyakit perlu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari alat genitalia

tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi pewarnaan gram (untuk infeksi

jamur), preparat basah (infeksi trikomonas), preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau

pembiakan (menentukan jenias bakteri penyebab), dan pap smear (untuk menentukan

adanya sel ganas) (Manuaba, 2015).

Menurut Ababa (2003), penyebab paling sering dari keputihan tidak normal adalah

infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena infeksi adalah vulva, vagina,

leher rahim, dan rongga rahim. Infeksi ini dapat disebabkan oleh:

a. Bakteri (kuman)

1) Gonococcus Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual, yang

paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki penyakit ini menyebabkan

kencing nanah, sedangkan pada perempuan menyebabkan keputihan.

2) Chlamydia trachomatis Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu

banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit gonore.


3) Gardnerella vaginalis Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putih

keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal

dan panas pada vagina.

b. Jamur Candida

Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan vagina. Bila

jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat menyebabkan keputihan

yang dinamakan kandidosis vaginalis. Gejala yang timbul sangat bervariasi,

tergantung dari berat ringannya infeksi. Cairan yang keluar biasanya kental, berwarna

putih susu, dan bergumpal seperti kepala susu atau susu pecah, disertai rasa gatal

yang hebat, tidak berbau dan berbau asam. Daerah vulva (bibir genitalia) dan vagina

meradang disertai maserasi, fisura, dan kadangkadang disertai papulopustular.

Keputihan akibat Candida terjadi sewaktu hamil maka bayi yang dilahirkan

melalui saluran vagina pun akan tertular. Penularan terjadi karena jamur tersebut akan

tertelan dan masuk kedalam usus. Dalam rongga mulut, jamur tersebut dapat

menyebabkan sariawan yang serius jika tidak diberi pengobatan. Pada suatu saat

jamur yang tertelan tadi akan menyebar ke organ lain, termasuk ke alat kelamin dan

menimbulkan keputihan pada bayi perempuan.

c. Parasit

Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikomoniasis. Infeksi akut

akibat parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh banyaknya keluar cairan

yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih menyerupai air sabun, dan baunya

tidak enak. Meskipun dibilas dengan air, cairan ini tetap keluar. Keputihan akibat

parasit ini tidak begitu gatal, namun vagina tampak merah, nyeri bila ditekan, dan

pedih bila kencing. Kadang–kadang terlihat bintik–bintik perdarahan seperti buah

strawberry. Bila keputihan sangat banyak, dapat timbul iritasi di lipat paha dan sekitar
bibir genitalia. Pada infeksi yang telah menjadi kronis, cairan yang keluar biasanya

telah berkurang dan warnanya menjadi abu–abu atau hijau muda sampai kuning.

Parasit lain yang juga menyebabkan keputihan adalah cacing kremi. Cacing ini

biasanya menyerang anak perempuan umur 2–8 tahun. Infeksi terjadi akibat sering

bermain di tanah, atau penjalaran cacing dari lubang dubur ke alat genital. Keputihan

akibat cacing kremi dasertai rasa gatal, sehingga anak sering menggaruk genitalianya

sampai menimbulkan luka.

d. Virus

Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes Simplex

(VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV telah terbukti dapat

meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan vulva. Sedangkan virus herpes

simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping.

Keluhan yang timbul pada infeksi VHS tipe 2 berupa rasa terbakar, nyeri, atau

rasa kesemutan pada tempat masuknya virus tersebut. Pada pemeriksaan tampak

gelembung–gelembung kecil berisi vesikel (cairan), berkelompok, dengan dasar

kemerahan yang cepat pecah dan membentuk tukak yang basah. Kelenjar limfe

setempat teraba membesar dan nyeri. Pada perempuan, penyakit ini dapat disertai

keluhan nyeri sewaktu kencing, keputihan, dan radang di mulut rahim. Pencetus

berulangnya penyakit ini adalah stres, aktivitas sek, sengatan matahari, beberapa jenis

makanan, dan kelelahan.

Penyebab lain keputihan selain infeksi (Katharini, 2017) antara lain :

a. Benda asing dalam vagina

Benda asing di vagina akan merangsang produksi cairan yang berlebihan. Pada

anak–anak, benda asing dalam vagina berupa biji– bijian atau kotoran yang berasal

dari tanah. Pada perempuan dewasa benda asing dapat berupa tampon, kondom yang
tertinggal didalam akibat lepas saat melakukan senggama, cincin pesarium yang

dipasang pada penderita hernia organ kandungan (prolaps uteri), atau adanya IUD

pada perempuan yang ber-KB spiral.

Cairan yang keluar mula–mula jernih dan tidak berbau. Tetapi jika terjadi luka

dan infeksi dengan jasad renik normal yang biasanya hidup di vagina, keputihan

menjadi keruh dan berbau, tergantung penyebab infeksinya.

b. Penyakit organ kandungan

Keputihan juga dapat timbul jika ada penyakit di organ kandungan, misalnya

peradangan, tumor ataupun kanker. Tumor, misalnya papiloma, sering menyebabkan

keluarnya cairan encer, jernih, dan tidak berbau. Pada kanker rahim atau kanker

serviks (leher rahim), cairan yang keluar bisa banyak disertai bau busuk dan kadang

disertai darah.

c. Penyakit menahun atau kelelahan kronis

Kelelahan, anemia (kurang darah), sakit yang telah berlangsung lama, perasaan

cemas, kurang gizi, usia lanjut,terlalu lama berdiri di lingkungan yang panas,

peranakan turun (prolaps uteri), dan dorongan seks tidak terpuaskan dapat juga

menimbulkan keputihan. Keputiohan juga berhubungan dengan keadaan lain seperti

penyakit kencing manis (diabetes mellitus), kehamilan, memakai kontrasepsi yang

mengandung estrogen–progesteron seperti pil KB atau memakai obat steroid jangka

panjang.

d. Gangguan keseimbangan hormon

Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina, kehidupan

Lactobacilli doderleins, dan proliferasi (ketebalan) sel epitel skuamosa vagina

sehingga membran mukosa vagina membentuk barier terhadap invasi bakteri. Dengan

demikian tidak mudah terkena infeksi. Hal–hal diatas dapat terjadi karena dalam sel
epitel vagina yang menebal banyak mengandung glikogen. Lactobacilli doderlein

yang dalam keadaan normal hidup di vagina, akan memanfaatkan glikogen tadi

selama pertumbuhannya dan hasil metabolismenya akan menghasilkan asam laktat.

Timbulnya suasana asam laktat akan menyuburkan pertumbuhan Lactobacilli dan

Corynebacteria acidogenic, tetapi mencegah pertumbuhan bakteri lainnya. Proses

diatas akan mempertahankan pH vagina yang dalam keadaan normal memang bersifat

asam, yaitu sekitar 3,5–4,5. Keluarnya mucus servix (lendir leher rahim) sehingga

vagina tidak terasa kering juga dipengaruhi oleh stimulasi estrogen. Hormon estrogen

yang dihasilkan oleh indung telur akan berkurang pada perempuan menjelang dan

sesudah menopouse (tidak haid). Akibatnya dinding vagina menjadi kering, produksi

glikogen menurun dan Lactobacilli menghilang. Keadaan tersebut menyebabkan

menghilangnya suasana asam sehingga vagina dan uretra mudah terinfeksi dan sering

timbul gatal. Akibat rasa gatal di vagina, maka garukan yang sering dilakukan

menyebabkan terjadinya luka–luka yang mudah terinfeksi dan menyebabkan

keputihan. Kekurangan atau hilangnya estrogen juga dapat diakibatkan dibuangnya

kedua ovarium (indung telur) akibat kista atau kanker, atau karena radiasi

(penyinaran) indung telur yang terserang kanker. Pada masa pubertas, remaja putri

masih mengalami ketidakseimbangan hormonal. Akibatnya mereka juga sering

mengeluh keputihan selama beberapa tahun sebelum dan sesudah menarche (haid

pertama).

e. Fistel di vagina

Terbentuknya fistel (saluran patologis) yang menghubungkan vagina dengan

kandung kemih atau usus, bisa terjadi akibat cacat bawaan, cedera persalinan, kanker,

atau akibat penyinaran pada pengobatan kanker serviks. Kelainan ini akan
menyebabkan timbulnya cairan di vagina yang bercampur feses atau air kemih.

Biasanya mudah dikenali karena bau dan warnanya

3. Pencegahan Keputihan

Menurut Army (2007), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah

keputihan patologis antara lain :

a. Menjaga kebersihan, diantaranya:

1) Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar tetap

kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur;

2) Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah dan

lembab;

3) Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi

pada vagina;

4) Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung

deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal itu dapat mengganggu

pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang munculnya jamur atau bakteri;

5) Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah depan ke

belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke vagina;

6) Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida akibat

garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun dibawah kuku

tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok.

b. Memperhatikan pakaian, diantaranya:

1) Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya segera diganti

dengan yang kering dan bersih;


2) Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang terlalu ketat

karena dapat meningkatkan kelembaban organ kewanitaan;

3) Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya: selesai olahraga dan selesai renang

karena jamur lebih senang pada lingkungan yang basah dan lembab;

4) Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap

kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.

c. Mengatur gaya hidup, diantaranya:

1) Menghindari seks bebas atau berganti–ganti pasangan tanpa menggunakan alat

pelindung seperti kondom;

2) Mengendalikan stres;

3) Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk melawan serangan infeksi;

4) Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi gula dan

karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan;

5) Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. Kegemukan dapat membuat kedua

paha tertutup rapat sehingga mengganggu sirkulasi udara dan meningkatkan

kelembaban sekitar vagina;

6) Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan antibiotik oral (yang

diminum) sebaiknya mengkonsumsi antibiotik tersebut sampai habis sesuai

dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal dan keputihan tidak datang lagi;

7) Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera datang ke fasilitas

pelayanan kesehatan agar segera mendapatkan penanganan dan tidak

memperparah keputihan. Menurut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

mencegah keputihan antara lain :

a. Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan mengganti pakaian

dalam dua kali sehari.


b. Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, mengunakan celana

dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari belakang ke

depan.

c. Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan kebelakang. Jika

terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad renik dari dubur ke

alat genitalia dan saluran kencing.

d. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan yang tidak

menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai celana yang berlapis–

lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan menyebabkan kondisi lembab

disekitar genitalia. Keadaan yang lembab akan menyuburkan pertumbuhan

jamur. Usahakan memakai celana dalam dari bahan katun atau kaos.

e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain. Karena hal ini

memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur Candida, Trichomonas,

atau virus yang cukup besar.

D. Konsep Dasar Dismenore

1. Pengertian

Dismenore atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan ginekologi yang paling

umum pada perempuan muda yang datang ke klinik atau dokter. Hampir semua

perempuan mengalami rasa tidak nyaman selama haid, seperti rasa tidak enak di perut

bagian bawah dan biasanya juga disertai dengan mual, pusing, bahkan pingsan. Dengan

demikian istilah disminor hanya digunakan jika nyeri haid demikian hebatnya sehingga

memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau aktifitas rutinya

sehari-hari selama beberapa jam atau beberapa hari. Istilah ini juga digunakan jika nyeri
haid yang terjadi membuat perempuan tersebut tidak dapat aktifitas secara normal dan

memerlukan penanganan khusus (Anurogo, 2011).

Menstruasi seringkali muncul dengan berbagai jenis rasa nyeri. Nyeri yang dirasakan

setiap individu dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Secara etimologi nyeri

menstruasi (dismenore) berasal dari bahasa Yunani kuno (Greek).Kata tersebut berasal

dari dys yang berarti sulit, nyeri abnormal, meno yang berarti bulan dan rrhea yang

berarti aliran atau arus. Disimpulkan bahwa dysmenorrhea atau dismenore adalah aliran

menstruasi yang sulit atau aliran menstruasi yang mengalami nyeri (Syafni, 2018).

Nyeri haid merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istila disminorea biasa

dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat. Dalam kondisi ini penderita harus mengibati

dengan analgesik atau memeriksakan diri kedokter dan mendapatkan penanganan,

peraatan yang tepat. Disminorea berat adalah nyeri haid yang disertai mual, muntah,

diare, pusing, nyeri kepala, dan kadang-kadang pinsan. Jika sudah demikian, penderita

tidak boleh menganggap remeh dan harus memeriksakan diri ke dokter. Penanganan pun

akan dilakukan menyeluruh dengan memerisa kondisi kesehatan dan latar belakang, serta

riwayat penyakit pada keluarga. Bisa jadi, kondisi nyeri tersebut dipicu oleh penyakit lain

(Anurogo,2011).

Dismenore merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan

sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan pemeriksaan atau

konsultasi ke dokter, atau datang kebidan. Salah satu terjadinya dismenore karena di

temukannya perubahan kadar PGE2 dan PGF2a dalam endometrium dan darah wanita

yang menderita dismenore dengan kadar yang sangat tinggi. Efek mual, muntah, bahkan

diare akan terjadi apabila dilepaksannya jumlah prostglandin dalam darah (Prawiroharjo,

2014).
2. Patofisiologi

Pada setiap bulannya wanita selalu mengalami menstruasi. Menstruasi terjadi akibat

adanya interaksi hormon di dalam tubuh manusia. Menurut Anurogo (2011) interaksi

hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, dan indung telur menyebabkan lapisan sel

rahim mulai berkembang dan menebal. Hormon-hormon tersebut kemudian akan

mememberikan sinyal pada telur di dalam indung telur untuk berkembang. Telur akan

dilepaskan dari indung telur menuju tuba falopi dan menuju uterus. Telur yang tidak

dibuahi oleh sperma akan menyebabkan terjadinya peluruhan pada endometrium,

luruhnya endometrium menyebabkan perdarahan pada vagina yang disebut dengan

menstruasi.

Pada saat masa subur terjadi peningkatan dan penurunan hormon. Peningkatan dan

penurunan hormon terjadi pada fase folikuler (pertumbuhan folikel sel telur). Pada masa

pertengahan fase folikuler, kadar FSH (Follicle Stimulating Hormone) akan meningkat

dan merangsang sel telur untuk memproduksi hormon estrogen. Pada saat estrogen

meningkat maka kadar progesteron akan menurun. Penurunan kadar progesteron ini

diikuti dengan adanya peningkatan kadar prostaglandin pada endometrium (Ernawati,

2017).

3. Faktor Penyebab

Dismenore primer terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam

jumah tinggi. Endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat, mencapai

tingkat maksimum pada wanita menstruasi di bawah pengaruh progresteron selama fase

luteal siklus menstruasi. Prostaglandin menyebabkan kontraksi miometrium yang kuat

dan mampu menyempitkan pembuluh darah, mengakibatkan iskemia, disintegrasi

endometrium, perdarahan, dan nyeri. Nyeri mungkin mendahului sampai 24 jam sebelum
pengeluaran darah menstruasi, tetapi biasanya muncul bersamaan dengan pengeluaran

darah menstruasi (Syafni, 2018).

Dismenore sekunder meliputi suatu keadaan atau kelainan pelvis yang

menyebabkan rasa sakit. Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan dismenore adalah

endometriosis, adenomiosis, infeksi dan pelekatan pelvis, kongesti pelvis, stenosis

serviks, polip endometrium yang menyebabkan sumbatan aliran keluar serviks, penyakit

radang panggul, perdarahan uterus disfungsional, prolaps uterus, maladaptasi pemakaian

alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus

spontan, abortus terapeutik atau melahirkan, kanker ovarium atau uterus. Penyebab

utama dismenore primer adalah adanya prostaglandin F2a (PGF2a) yang dihasilkan oleh

endometrium. PGF2a merupakan hormon yang diperlukan untuk menstimulasi kontraksi

uterus selama menstruasi (Prawiroharjo, 2014).

Penyebab dismenore dibedakan, menurut klasifikasinya, wanita lebih sering

mengalami dismenore primer, rendahnya kadar progesteron pada fase corpus luteum.

Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraksi uterus sedangkan hormon

esterogen merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain endometrium dalam fase sekresi

memperoduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika

kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah maka selain disminorea

dapat juga dijumpai efek lainya seperti nuasea (mual), muntah, diare, flushing (respons

involunter tak terkontrol dari sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh kapiler

kulit, dapat berubah warna kemerahan atau sensasi panas). Jelasla bahwa peningkatan

kadar prostaglandin memegang pending pada penderita disminore primer (Anurogo,

2011).
4. Klasifikasi

a. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri perut bagian bawah yang terjadi pada saat

menstruasi tanpa terdapat gangguan fisik atau penyakit lain. Nyeri tersebut terjadi

akibat adanya jumlah prostaglandin F2α yang berlebihan pada darah menstruasi,

yang merangsang hiperaktivitas uterus. Dismenore primer adalah nyeri pada saat

menstruasi yang timbul tanpa ditemukan adanya kelainan patologi pada panggul.

Dismenore primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi

miometrium sehingga terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin yang diproduksi

oleh endometrium pada fase sekresi. Dismenore seringkali disertai dengan keluhan

mual, muntah, nyeri kepala, atau diare yang diduga timbul karena prostaglandin

(Prawirohardjo, 2014).

Dismenore primer adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan patologis pada organ

genetalia wanita. Perawatannya termasuk konseling, obat pereda nyeri, dan terapi

hormone. Umumnya terjadi pada wanita nulipara muda tanpa gangguan pada organ

reproduksi (Wahyuni, 2020). Dismenore primer adalah nyeri yang banyak dialami

oleh remaja tanpa kelainan pada alat genital. Menyatakan bahwa usia 15 tahun – 25

tahun wanita akan mengalami dismenore primer dan akan menghilang setalah usia 30

tahun (Lestari, 2013).

b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan ginekologis yang dapat terjadi

selama siklus menstruasi anovulasi. Dismenorea sekunder lebih sering terjadi pada

wanita berusia lebih dari 20 tahun. Penyebab umum dismenorea sekunder adalah

endometriosis, penyakit radang organ reproduksi, penggunaan alat kontrasepsi


intrauterin (IUD), adenomiosis, fibroid (mioma), dan polip endometrium ,kista

ovarium, adhesi intra-uterine atau stenosis serviks (Wahyuni, 2020).

Dismenore dapat timbul pada perempuan dengan menometroragia yang

meningkat. Disminorea sekunder berlangsung lebih lama dari pada dismonor skunder.

Dismenore sekunder adalah nyeri perut yang terjadi akibat adanyagangguan fisik atau

kondisi yang mendasari dan umumnya terjadi di kalangan wanita berusia 40 tahun

sampai 50 tahun. Gangguan fisikyang terjadi seperti endometriosis, polip uteri,

leiomioma, stenosis serviks, atau penyakit radang panggul (Ernawati,2017).

5. Tanda dan Gejala Dismenore

Gejala utama adalah nyeri, dimulai pada saat wanita menstruasi. Nyeri bersifat

tajam, tumpul, siklik, atau menetap, dapat berlangsung dalam beberapa jam sampai 1

hari. Kadang-kadang, gejala-gejala tersebut dapat lebih lama dari 1 hari tapi jarang

melebihi 72 jam. Dismenore mungkin disertai oleh berbagai gejala sistemik berupa

mual, muntah,diare, kelelahan, perubahan emosional, nyeri punggung, sakit kepala,

bahkan pingsan. Setengah dari wanita yang mengalami masa haid ini amat menderita

ketika mengalami masa hait ini amat menderita dan amat menyakitkan (Ernawati,2017).

Menurut Nugroho (2014), dismenore menyebabkan nyeri yang dirasakan hilang

timbul dan terjadi terus-menerus yang terasa pada perut bagian bawah. Nyeri yang

dirasakan akan terjadi sebelum dan selama menstruasi. Gejala klinis dismenore adalah

nyeri paha, nyeri punggung, muntah, dan mudah tersinggung.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dismenore

Menurut anurogo (2011), faktor-faktor resiko berikut ini berhubungan dengan nyeri

disminorea yang berat :

a. Menarche sebelum usia 12 tahun akan mengalami paparan prostaglandin uterus lebih

lama.
b. Priode haid yang lama.

c. Kegemukan.

d. Aliran menstruasi yang meningkat akan menyebabkan peningkatan konsentrasi

prostaglandin yang beredar dalam darah menstruasi.

e. Stres dapat menghambat pelepasan follicle stimulating hormone dan luteinizing

hormone sehingga menganggu sekresi hormon progesteron yang menyebabkan

peningkatan prostaglandin.

f. Sindrom pramenstruasi (PMS).

g. Riwayat penyakit radang panggul.

h. Endometriosis

i. Andenomyosis

j. Endometrial carcinoma (kangker endometrium).

7. Penatalaksanaan Dismenore

Penatalaksanaan dismenore dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

- Terapi Farmakologi

menggunakan obat antiinflamasi non steroid atau Non Steroid Anti Inflammatory Drug

(OAINS/NSID). NSAID bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandin sehingga

kontraksi uterus dapat dikurangi. Dengan demikian nyeri juga akan berkurang. NSAID

termasuk obat penghilang rasa sakit yang umum seperti aspirin, naproxen, ibuprofen,

dan asam mefenamat (Wanyuni, 2020).

- Terapi Nonfarmakologi (Tetapi Komplenter)

Pengobatan non-farmakologis terdiri dari terapi komplementer, fisioterapi, suplemen

makanan, dan modifikasi gaya hidup (exercise), obat herbal jepang, akupunktur,

akupresur, terapi horizon, dan obat-obatan tradisional lainnya (Wahyuni, 2020).

- Terapi pembedahan
Terapi bedah yang dilakukan karena ada indikasi tertentu yang disebabkan oleh

gangguan pada organ reproduksi (Wahyuni, 2020)

E. Konsep Dasar Anemia

1. Pengertian

Anemia adalah suatu keadaan dimaana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah

dari normal. Pada pria, hemoglobin normal adalah 14-18gr% dan eritrosit 4,5-5jt/mm3.

Sedangkan pada wanita, hemoglobin normal adalah 12-16gr% dengan eritrosit 3,5-

4,5jt/mm3 (Aryani, 2010). Remaja putri mempunyai resiko lebih tinggi mengalami

anemia dibandingkan remaja putra. Peningkatan kebutuhan besi terutama disebabkan

kehilangan zat besi selama haid. Selain itu remaja putri lebih memperhatikan perubahan

ukuran tubuh dan penampilan fisiknya sehingga perilaku atau kebiasaan makannya

seringkali keliru, seperti membatasi asupan makan khususnya makanan hewani yang

kadangkala dianggap sebagai makanan yang mengandung lemak tinggi dan dapat

memicu terjadinya kegemukan (Dieny, 2014:42). Anemia adalah suatu kondisi ketika

tubuh kekurangan sel darah yang mengandung hemoglobin untuk menyebarkan oksigen

ke seluruh organ tubuh. Dengan kondisi tersebut, penderita biasanya akan merasa letih

dan lelah, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas secara optimal (Alodokter, 2016).

Anemia bukan penyakit melainkan gejala dari beberapa kondisi termasuk

didalamnya kehilangan darah yang berlebih, kerusakan sel darah merah atau penurunan

produksi sel merah. Diagnosa yang dibutuhkan dalam menilai kriteria anemia adalah

dengan hemoglobin dan hematokit. Kadar normal hemoglobin dibedakan berdasarkan

usia dan jenis kelamin serta berbeda pula pada tiap semester masa kehamilan (Dieny,

2014:41).

Tabel 1. Nilai ambang batas hemoglobin untuk anemia (Supariasa dkk, 2016:207

dalam Kemenkes RI, 2014. Barometer Gizi Indonesia).


Kelompok Umur Hemoglobin Ambang batas masalah
(g/l) kesehatan masyarakat
Balita 6 - 59 bulan 11,0 > 20%
Anak 5-11 tahun 12,0 > 20%
Anak 12 - 14 tahun 12,0 > 20%
WUS tidak hamil 15-49 tahun 12,0 > 20%
Ibu hamil 11,0 > 20%
Laki-lakia > 15 tahun 13,0 > 20%
Tabel 2. Nilai ambang batas hemoglobin untuk anemia (Supariasa dkk, 2016:207 menurut
Departemen Kesehatan 1995).
Kelompok Batas Normal
Anak balita 11 gram%
Anak usia sekolah 12 gram%
Wanita dewasa 12 gram%
Laki-laki dewasa 13 gram%
Ibu hamil 11 gram%
Ibu menyusui > 3 bualn 12 gram%

2. Patofisiologi Anemia

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt

terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat

penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau

hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel

darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat

beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah

(Orma, 2011).

3. Faktor-faktor penyebab anemia pada remaja

Secara umum penyebab anemia terdiri atas dua faktor yakni faktor zat gizi dan non

zat gizi. Penyebab anemia lainnya berdasarkan faktor zat gizi antara lain defisiensi

protein, asam folat, vitamin B12, vitamin A, tembaga, selenium, dan lainnya. Sedangkan

penyebab anemia berdasarkan faktor non zat gizi antara lain: malabsorbsi akibat diare ,
peningkatan kebutuhan zat besi yang terjadi selama masa bayi, remaja, ibu hamil dan

menyusui dan peningkatan eskresi karena pengeluaran darah haid/menstruasi yang

berlebihan (Dieny, 2014:50).

a. Status gizi penyebab anemia pada remaja

Status gizi pada remaja menyatakan suatu keadaan yang seimbang antara

konsumsi dan penyerapan zat gizi didalam tubuh. Peningkatan kebutuhan remaja

putri terhadap zat gizi mikro, terutama zat besi, digunakan untuk penggantian zat besi

yang hilang.status gizi yang baik selama masa remaja merupakan dasar untuk

kehidupan remaja yang sehat dan menyiapkan remaja putri menjadi calon ibu yang

baik (Dieny, 2014:51).

b. Lama masa haid penyebab anemia pada remaja

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,

disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung

dengan empat tahapan yaitu masa proliferasi, masa ovulasi, masa sekresi dan masa

haid (Proverawati dan Misaroh, 2009).

Remaja putri lebih banyak memerlukan zat besi untuk mengganti zat besi yang

hilang saat haid. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa jumlah darah yang

hilang selama satu periode haid berkisar 20-25 cc, makah kehilangan zat besi berkisar

sebesar 12,5-15mg/bulan atau kira-kira 0,4-0,5 mg/hari dan bila ditambah dengan

kehilangan basal jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25mg/hari. Apabila darah

yang keluar selama haid sangat banyak akan terjadi anemia besi (Dieny, 2014:51).

c. Asupan zat besi dan protein penyebab anemia pada remaja

Penyebab utama anemia besi adalah inadekuat asupan zat besi yang berasal dari

makanan. Pada umumnya remaja putri lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati

yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani dan
sering melakukan diet pengurangan makan karena ingin langsing, sehingga

kebutuhan zat besi tidak terpengaruhi (Dieny, 2014:52).

d. Malabsorpsi zat besi penyebab anemia pada remaja

Malabsorpsi zat besi yang dialami remaja pada saluran cerna akibat gastritis,

ulkus peptikum, diare, adanya parasit cacing tambang, dan sebagainya dapat

menyebabkan anemia (Dieny, 2014:51).

e. Penyakit infeksi penyebab anemia pada remaja

Penyakit infeksi dapat menyebabkan berbagai masalah gizi, hal ini terjadi karena

gejala yang ditimbulkan seperti muntah dan diare serta penurunan nafsu makan

memperlambat pembentukan hemoglobin dalam darah (Dieny, 2014:51).

4. Dampak Anemia

Pada umumnya anemia berdampak terhadap penurunan kualitas sumberdaya

manusia. Berikut adalah dampak anemia, yaitu: (Dieny, 2014:52).

a. Wanita

1) Menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit

2) Menurunkan produktivitas kerja

3) Menurunkan kebugaran.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya dampak status anemia

terhadap kebugaran jasmani remaja (Dieny, 2014:52)

b. Remaja putri

1) Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar

2) Menganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal

3) Menurunkan kemampuan fiisik olahragawati

4) Mengakibatkan muka pucat (Dieny, 2014:52).

5. Tanda dan Gejala Anemia


Tanda yang terlihat pada penderita anemia antara lain: wajah terlihat pucat, kelopak

mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat, terlihat gelisah, irama jantung

cepat (tachcardia) dan nafsu makan berkurang. Gejala umum anemia timbul karena

iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan

hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan hemoglobin

sampai kadar tertentu (Hb < 7g/dl) (Dieny, 2014:52).

Gejala yang umum dialami oleh penderita anemia antara lain (Dieny, 2014:52).

a. Lemah, letih, lesu, lelah, dan lalai (5L)


b. Pusing
c. Mata berkunang-kunang
d. Sesak nafas
e. Telinga mendenging (tinnitus)
f. Kaki terasa dingin

6. Kebutuhan gizi pada remaja

Kebutuhan zat gizi pada remaja lebih tinggi dari pada usia anak. Kebutuhan gizi

pada remaja perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya

pertumbuhan pesat, kematangan seksual, perubahan komosisi tubuh, mineralisasi tulang,

dan perubahan aktivitas fisik. Kebutuhan nutrisi yang meningkat pada masa remaja

adalah energi, protein, kalsium, besi, dan zinc (Aryani, 2010:21)

a. Energi

Kebutuhan energi pada individu remaja yang sedang tumbuh sulit untuk

ditentukan secara tepat. Sumber energi terutama diperoleh dari makanan yang

mengandung karbohidrat seperti beras, terigu dan hasil olahannya, umbi-umbian,

jagung, sagu, gula, dan lain-lainnya (Aryani, 2010:21).

b. Protein
Kebutuhan protein juga meningktat pada masa remaja, karena proses

pertumbuhan terjadi dengan cepat. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein lebih

besar pada remaja laki-laki, karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein

harus memenuhi 12-14% dari pemasukan energi. Bila pemasukan energi tidak adekuat

maka protein akan digunakan sebagai sumber enegi, dan ini akan mengakibatkan

malnutrisi. Makanan sumber protein hewani biologis lebih tinggi dibandingkan

sumber protein nabati, karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik dari segi

kualitas dan kuantitas. Contoh sumber protein adalah daging merah (sapi, kerbau,

kambing), daging putih (ayam, ikan), susu dan hasil olahannya, kedelai dan hasil

olahan kacang-kacangan (Aryani, 2010:21).

c. Mineral

Kebutuhan mineral terutama kalsium, zinc, dan zat besi juga meningkatkan pada

masa remaja. Kalsium penting untuk kesehatan tulang, sumber lainnya adalah ikan,

kacang-kacangan dan sayuran (Aryani, 2010: 21).

Karena ekspansi volume darah untuk mempertahankan produksi hemoglobin

selama pertumbuhan, maka kebutuhan akan zat gizi pada remaja juga meningkat.

Untuk menganti kehilangan zat besi selama mesntruasi, remaja perempuan lebih

banyak membutuhkan zat besi dibandingkan remaja laki-laki. Penyerapan zat besi

dapat ditingkatkan oleh vitamin C, dan sebaliknya dihambat oleh kopi, teh, makanan

tinggi serat, suplemen kalsium, dan produk susu. Makanan yang banyak mengandung

zat besi adalah hati, daging merah, daging putih, kacang-kacangan dan sayuran hijau

(Aryani, 2010;22).

Zinc dibutuhkan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama

bagi remaja laki-laki. Defisiensi zinc dapat menimbulkan resiko retardasi mental dan

hipogonadisme (Aryani, 2010:22).


d. Vitamin

Kebutuhan vitamin tiamin (thiamin), riboflavin, dan niasin (niacin) pada remaja

akan meningkat. Zat-zat tersebut diperlukan untuk membantu proses metabolisme

energi. Begitu juga dengan folat dan vitamin B12 yang penting untuk sintesis DNA

dan RNA. Tak kalah pentingnya adalah vitamin D yang dibutuhkan untuk mendukung

perrumbuhan otot. Vitamin A, C, dan E juga dibutuhkan untuk pembentukan dan

mendukung fungsi sel baru. (Aryani, 2010:23).

F. Konsep Dasar Menoragia

a. Etiologi

Menoragia berasal dari bahasa latin “Men” yang berarti bulan atau bulanan dan

“rhegynai” yang berarti desakan keluar (Dewhurts,2007). Gangguan haid yang

menerangkan bahwa darah haid yang keluar terlalu banyak dan menerangkan darah haid

yang keluar lebih lama disebut hipermenorea atau menoragia (Baziad, 2008). Menoragia

adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal.

Terjadi pada siklus menstruasi yang normal, terkadang disertai bekuan darah sewaktu

menstruasi. (UNPAD,2009).

Kelainan banyaknya yaitu ganti tela/pembalut lebih dari 6 x/hari. Atau kelainan lamanya

yaitu lebih dari 6 hari (Baziad,2008).

b. Predisposisi

Keadaan Menoragia umumnya diperberat oleh kondisi dalam uterus, misalnya adanya

mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan

kontraktilitas yang terganggu, atau polip endometrium pada waktu haid (irregular

endometrial shedding). Pada gangguan pelepasan endometrium biasanya terdapat juga


gangguan dalam pertumbuhan endometrium yang diikuti dengan gangguan pelepasannya

pada waktu haid (Sarwono,2008).

c. Tanda Klinis / Laboratoris

1) Perdarahan yang banyak dan kadang terdapat gumpalan darah.

2) Perlu mengganti pembalut lebih dari 6 kali per hari.

3) Lama menstruasi lebih dari 6 hari.

4) Siklus menstruasi normal antara 24 sampai 35 hari.

5) Mempengaruhi aktifitas rutin sehari-hari.

6) Kelelahan, lemah atau napas pendek (gejala anemia).

d. Prognosis

Hasil pengobatan tergantung pada proses perjalanan penyakit (patofisiologi). Penegakan

diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat memberikan angka

kesembuhan hingga 90 %. Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus

anovulasi, dapat diobati dengan hasil baik.

e. Patofisiologi

Penyebab paling umum dari perdarahan menstruasi yang berlebihan adalah:

1) Kelainan hormonal pada aksis hipotalamus hipofisis ovarium.

2) Gangguan ginekologi, pertumbuhan abnormal pada rahim, seperti polip atau fibroid.

3) Gangguan perdarahan. (Barad, 2012).

Kelainan hormonal tidak terjadi ovulasi atau jarang terjadi. Selama siklus anovulatoir,

korpus luteum tidak membentuk, dan dengan demikian sekresi siklus normal progesteron

tidak terjadi. Tanpa progesteron, estrogen menyebabkan endometrium untuk terus

berkembang biak, akhirnya tumbuh melampaui suplai darah. Endometrium menjadi tebal

dan mengandung sangat banyak pembuluh darah. Sehingga menyebabkan perdarahan

yang tidak teratur dan kadang deras dan lama (Barad (2012) dan Zacur (2012)).
Anovulasi terjadi ketika ovarium tidak memproduksi dan melepaskan telur (ovulasi)

sekali per bulan. Hal ini menyebabkan periode menstruasi tidak teratur atau tidak ada.

Anovulasi umum terjadi pada remaja dan pada wanita yang mendekati menopause. Pada

wanita dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) sering tidak ovulasi secara teratur

(Zacur, 2012).

Gangguan ginekologi merupakan pertumbuhan uterus yang bersifat kanker pada rahim

dapat menyebabkan perdarahan menstruasi berat antara lain:

1) Polip yang kecil, seperti anggur pertumbuhan pada lapisan rahim.

2) Fibroid, pertumbuhan dari rahim (miom).

3) Hiperplasia endometrium lapisan endometrium yang berlebihan yang dapat menjadi

pelopor untuk kanker rahim (Zacur, 2012).

Gangguan perdarahan biasanya karena adanya gangguan

pembekuan darah, antara lain:

1) Penyakit Von Willebrand

Penyakit Von Willebrand paling sering disebabkan oleh mutase genetik yang baik

merusak kemampuan untuk membuat faktor von Willebrand atau menyebabkan

produksi cacat bentuk protein (Rick,2011).

2) Memiliki jumlah trombosit yang rendah Trombosit berpengaruh pada pembekuan

darah, darah akan menjadi encer jika trombosit rendah.(Zacur, 2012)

Dari penjelasan di atas, maka patofisiologi atau perjalanan penyakit menoragia dapat

disimpulkan menjadi sebuah bagan dibawah ini:

Kelainan hormonal: Gangguan ginekologi: Gangguan perdarahan:


 Anovulasi  Polip  Penyakit Von
 Sindrom ovarium  Fibroid Willebrand
polikistik (PCOS)  Hiperplasia endometrium  Trombosit rendah
Korpus luteum tidak Penebalan lapisan Gangguan pembekuan
terbentuk, periode endometrium, mioma, darah.
jarang, kelebihan periode berat dan
androgen (hormon panjang.
pria).

Perdarahan menstruasi meningkat

Menoragia

BAGAN I: Patofisiologi Menoragia


Sumber: (Zacur, 2012)

f. Penatalaksanaan

Penyebab menoragia yaitu berasal dari luar uterus ( gangguan pembekuan darah, terjadi

akibat infeksi pada uterus ) atau berasal dari uterus sendiri yaitu gangguan hormonal,

artinya semata-mata akibat ketidakseimbangan hormonal dalam siklus menstruasi yang

mengaturnya. Disebut juga perdarahan uterus disfungsional (PUD), terjadi kelainan

anatomis uterus akibat penyakit diantaranya mioma uteri, polip endometrium, polip

serviks, atau keganasan ( Manuaba, 2008)

Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang

atau laboratorium. Faktor yang mempengaruhi menoragia ada 2 faktor, yaitu dari luar

uterus dan dari dalam uterus. Faktor dari luar uterus antara lain adanya gangguan

pembekuan darah dan adanya infeksi uterus, sedangkan faktor dari dalam uterus antara lain

adanya kelainan uterus dan adanya perdarahan uterus disfungsional (PUD). Untuk
penanganan menoragia antara lain kuretase, terapi hormonal dan juga histerektomi

(Manuaba, 2008).

Jenis pengobatan yang dilakukan tergantung pada penyebab dan seberapa parah

menoragia. Selain itu, dokter juga akan mempertimbangkan usia, kondisi kesehatan,

riwayat medis, dan keinginan Anda. Dengan begitu, semua langkah pengobatan yang

diambil sudah disesuaikan dan berdasar persetujuan Anda.

Ada dua jenis pengobatan untuk mengobati menoragia, yaitu dengan obat dan juga bedah.

Berikut obat dan prosedur bedah yang sering kali direkomendasikan untuk mengatasi

menoragia:

 Terapi obat

Obat-obatan yang biasa dilakukan untuk membantu mengatasi atau meringankan

menoragia, yaitu:

 Suplemen zat besi, untuk membantu mencegah tubuh mengalami anemia akibat

perdarahan yang berlebihan

 Ibuprofen (Advil), untuk membantu mengurangi rasa sakit, kram, dan volume darah

yang keluar

 Pil KB, untuk membuat haid menjadi lebih teratur dan mengurangi volume perdarahan

 IUD, untuk membuat haid lebih teratur dan mengurangi aliran darah yang keluar

 Terapi hormon, menggunakan obat yang mengandung estrogen dan atau progesteron

untuk mengurangi perdarahan

 Desmopressin Nasal Spray (Stimate®), untuk menghentikan perdarahan pada mereka

yang memiliki kelainan darah tertentu

 Obat-obatan antifibrinolitik (asam traneksamat, asam aminokaproat), untuk

mengurangi jumlah perdarahan dengan menghentikan bekuan agar tidak pecah begitu

terbentuk
 Pembedahan

Ada banyak jenis prosedur pembedahan untuk mengatasi menoragia sesuai penyebabnya,

seperti:

 Dilation & curettage

Prosedur yang juga dikenal dengan pelebaran dan kuret adalah prosedur yang

dilakukan dengan menghilangkan lapisan atas rahim. Tujuan dari prosedur ini, yaitu

untuk mengurangi perdarahan saat haid. Dalam beberapa kasus, prosedur ini perlu

dilakukan berulang kali sesuai kebutuhan.

 Histeroskopi operasi

Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan alat khusus untuk melihat bagian dalam

rahim. Operasi ini juga membantu menghilangkan polip dan fibroid, memperbaiki

kelainan rahim, dan menghilangkan lapisan rahim. Dengan menghilangkan lapisan

rahim, aliran menstruasi tak akan lagi berlebihan.

 Ablasi atau reseksi endometrium

Prosedur bedah ini dilakukan dengan teknik yang berbeda. Namun, keduanya sama-

sama dilakukan untuk mengangkat sebagian lapisan rahim agar aliran menstruasi tetap

terkendali. Sayangnya, prosedur ini membuat wanita tidak bisa memiliki anak meski

rahim tetap ada dan tidak diangkat.

 Histerektomi

Histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim yang membuat seseorang berhenti

haid dan tidak bisa hamil. Oleh karena itu, prosedur ini hanya dilakukan untuk

mengatasi kasus yang parah dan tidak disarankan untuk wanita yang belum hamil.

Meski sering terjadi, banyak wanita merasa sungkan, malu, atau takut untuk berobat

ke dokter. Padahal, memeriksakan diri sedini mungkin membuat Anda bisa terhindar
dari berbagai komplikasi akibat menstruasi berlebihan. Anda juga akan mendapatkan

perawatan yang paling tepat sesuai dengan kondisi.

 Pengobatan di rumah

Untuk mengatasi menoragia, beberapa kebiasaan atau hal yang perlu dilakukan yaitu:

 Makan makanan bergizi seimbang, terutama yang kaya akan zat besi

 Mencukupi kebutuhan cairan setiap hari

 Beristirahat cukup di malam hari agar stamina tetap terjaga dan tidak semakin lemas

 Membatasi aktivitas harian saat menstruasi sedang deras-derasnya

G. Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik Pada Remaja


a. Pengertian
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan
fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon
terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005).
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah
dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika,
2010).
b. Pemeriksaan Fisik pada Remaja
Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan untuk melakukan
pemeriksaan fisik adalah:
1) Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan Indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali
bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan
yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang
berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan
alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura
A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Inspeksi adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui
pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010).
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna,
bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah
inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu
dengan bagian tubuh lainnya.
2) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan
meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura
A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan
dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti:
temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi
Sartika,2010). Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan,
vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
3) Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas,
lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997).
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan)
dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/
lokasi dan konsistensi jaringan. Dewi Sartika, 2010)
4) Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh
bermacam- macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary
Meyers, 1997).
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat
yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi
jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010).
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di perhatikan,
yaitu sebagai berikut :
i. Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker,
dan membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.
ii. Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup
penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun
bagi pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk
menjaga privacy klien.
c. Tujuan Pemeriksaan Fisik Pada Remaja
1. Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
 Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
 Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh
dalam riwayat keperawatan.
 Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
 Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan
klien dan penatalaksanaan.
 Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
2. Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri,
maupun bagi profesi kesehatan lain, diantaranya:
 Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose
keperawatan.
 Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
 Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
 Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan
3. Hal –h al yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik :
 Selalu meminta kesediaan/ ijin pada pasien untuk setiap pemeriksaan
 Jagalah privasi pasien
 Pemeriksaan harus seksama dan sistimatis
 Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan,
cara dan bagian yang akan diperiksa)
 Beri instruksi spesifik yang jelas
 Berbicaralah yang komunikatif
 Ajaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaan
 Perhatikanlah ekpresi/bahasa non verbal dari pasien
d. Prosedur Pemeriksaan Fisik
a) Persiapan
1. Alat
Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop, Tensimeter/
spighnomanometer, Thermometer, Arloji/stopwatch, Refleks Hammer,
Otoskop, Handschoon bersih ( jika perlu), tissue, buku catatan perawat. Alat
diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di periksa.
2. Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan.
Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien.
3. Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk
rileks.

b) Prosedur Pelaksanaan
1. Pemeriksaan kulit
Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis,
dan ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor
kulit, dan edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
2. Pemeriksaan kuku
Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku
Normal: bersih, bentuk normal tidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing
finger), tidak ikterik/sianosis.
Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
Setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut
3. Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher
Posisi klien : duduk , untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher
perawat berhadapan dengan klien.
1) Pemeriksaan kepala
 Tujuan :
 Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
 Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
 Persiapan alat
 Lampu
 Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)
 Prosedur Pelaksanaan
 Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi
atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut,
jumlah dan distribusi rambut.
 Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-
tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering).
 Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur
rambut.·
 Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan
kuat/tidak rapuh.
Setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.
2) Pemeriksaan wajah
 Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
 Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak
pucat/ikterik, simetris.
 Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
 Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
Setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
3) Pemeriksaan mata
 Tujuan :
 Mengetahui bentuk dan fungsi mata
 Mengetahui adanya kelainan pada mata
 Persiapan alat
 Senter Kecil
 Surat kabar atau majalah
 Kartu Snellen
 Penutup Mata
 Sarung tangan
 Prosedur Pelaksanaan
 Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata,
kelopak mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva
dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa
kontak, dan respon terhadap cahaya.
 Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna
konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.
 Tes Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan
orang lain. Tajam penglihatan tersebut merupakan derajat persepsi
deteil dan kontour beda. Visus tersebut dibagi dua yaitu:
- Visus sentralis.
Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan
visus sentralis dekat. Visus centralis jauh merupakan
ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yang
letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan
akomodasi. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21). Visus centralis dekat
yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda
benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain. Pada
keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda
tepat jatuh di retina. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
- Visus perifer
Pada visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan
dan diperiksa dengan perimeter. Fungsi dari visus perifer
adalah untuk mengenal tempat suatu benda terhadap
sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar
jika ada bahaya dari samping. Dalam klinis visus sentralis
jauh tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf
Snellen yang dilihat pada jarak 20 feet atau sekitar 6 meter.
4) Pemeriksaan telinga
 Tujuan :
 Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga, dan fungsi pendengaran.
 Persiapan Alat :
 Arloji berjarum detik
 Garpu tala
 Speculum telinga
 Lampu kepala
 Prosedur Pelaksanaan :
 Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas,
posisi telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda
infeksi), alat bantu dengar.
 Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit
bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda
infeksi, dan alat bantu dengar.
 Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
 Normal: tidak ada nyeri tekan.
Setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
H. Skrining Pra Nikah

Menikah merupakan salah satu tahap krusial dalam siklus kehidupan. Oleh karena

itu, bagi calon pasangan diperlukan kesiapan baik persiapan secara fisik maupun persiapan

mental. Salah satu persiapan fisik yang sebaiknya dipersiapkan bagi calon pasangan adalah

pemeriksaan kesehatan termasuk kesehatan reproduksi. Dalam ikatan pernikahan bukan

hanya sekedar menyatukan dua insan yang pada dasarnya telah memiliki persamaan rasa dan

tujuan hidup yang sama, namun sebuah tujuan yang tidak kalah penting adalah keturunan

(N. R. Putri et al., 2022)

Keturunan yang sehat akan lahir dari pasangan yang sehat sehingga untuk

mengoptimalkan kesehatan pasangan diperlukan persiapan. Kesehatan reproduksi yang sehat

juga bertujuan untuk menciptakan hubungan pernikahan yang aman dan sehat. Hal

sederhana yang dapat dilakukan oleh pasangan untuk mempersiapkan kesehatan fisiknya

adalah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup terkait pemeriksaan yang dapat

dilakukan sebagai modal awal melalui pemberian pendidikan kesehatan dan ikut

melaksanakan pemeriksaan sebelum pernikahan atau yang biasa dikenal dengan istilah

skrining pranikah (Tamrin, 2020)

1. Pengertian Skrining Pranikah

Menurut (Umam, 2021) skrining pranikah merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang

dapat dilakukan oleh individu atau calon pengantin sebelum melaksanakan pernikahan

untuk memaksimalkan kesehatan sehingga terwujud kehamilan yang terencana, aman, dan

sehat. Prosedur skrining pranikah merupakan salah satu hak reproduksi dan seksual bagi

calon pengantin. Dalam skrining pranikah, pasangan calon pengantin akan menjalani

rangkaian pemeriksaan sebagai salah satu persiapan sebelum pernikaha. Skrining pranikah

biasa juga di kenal dengan istilah tes kesehatan pranikah.


2. Dasar Hukum Dalam Peraturan Perundang Undangan

Dasar hukum dalam peraturan perundang-undangan terkait skrining pranikah, salah satunya

tertuang pada Peraturan Pemerintah Republik Indoensia Nomor 61 Tahun 2014 tentang

Kesehatan Reproduksi. Pada pasal 13 telah diatur tentang kesehatan reproduksi terkhusus

pada masa pranikah (Munawaroh, 2019). Beberapa hal yang tertuang dalam peraturan

tersebut antara lain:

a. Pelayanan kesehatan pada masa prakonsepsi atau masa sebelum kehamilan yang

bertujuan agar wanita yang memiliki rencana untuk hamil dalam kondisi sehat sehingga

dapat terwujud kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta bayi yang lahir dalam

keadaan sehat.

b. Pelayanan kesehatan minimal yang dapat dilakukan masa sebelum prakonsepsi antara

laian:

1) Pemeriksaan fisik

2) Imunisai, dan

3) Konsultasi atau edukasi tentang kesehatan

c. Pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan pada masa prakonsepsi seperti pemeriksaan

fisik dan imunisasi

d. Pelayanan kesehatan pada masa pra konsepsi berupa Konsultasi atau edukasi tentang

kesehatan

Dari uraian di atas, tenaga kesehatan khususnya bidan memiliki peran dalam

mengimplemtasikan program atau peraturan pemerintah terkait kesehatan reproduksi

khusunya pada masa pra konsepsi atau skrining pranikah. Beberapa kegiatan yang dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan (bidan) yaitu pendidikan kesehatan dan Konseling.
3. Proses Tes Kesehatan Pranikah

Pemeriksaan kesehatan atau skrining pranikah merupakan proses tindakan yang bersifat

pencegahan. Kegiatan ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti

mencegah terjadinya penularan penyakit dan mencegah timbulnya komplikasi dari penyakit

sebelumnya (Rahayu etal., 2017).

Pada dasarnya, pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan 6 bulan sebelum pernikahan

dilaksanakan. Hal ini bertujuan agar jika hasil pemeriksaan menunjukkan ada gangguan,

tersedia cukup waktu untuk menjalani proses pengobatan dan penyembuhan maksimal

sebelum pernikahan berlangsung. Namun secara teknis, pemeriksaan kesehatan pranikah

dapat dilakukan kapan saja sebelum pernikahan dilaksanakan (NiranjanBanik, Adam

Koesoemadinata, Charles Wagner, Charles Inyang, 2013).

Upaya peningkatan kesehatan reproduksi dilaksanakan pada setiap siklus kehidupan

lifecyclemelaui pendekatan pelayanan yang berkesinambungan (continuumofcare).

Continuumofcare (lifecycle) semua pemeriksaan kesehatan juga dimulai dari remaja. Secara

umum terdapat hal-hal utama yang perlu diperhatikan pada skrining pra nikah, terutama

pada calon ibu. Menurut panduan American Associationof Family Physician (AAFP), hal-

hal tersebut yaitu:

a. Paparan lingkungan

Cek apakah terdapat paparan bahan kimia di lingkungan tempat tinggal, tempat kerja, dan

lakukan konseling pada calon ibu.

b. Riwayat genetik di keluarga

Lakukan skrining kelainan genetik dan kelainan bawaan di keluarga. Apabila terdapat faktor

risiko, sebaiknya dilakukan tes khusus bagi kedua calon orang tua.

c. Medikasi (pengobatan)
Pastikan tidak ada obat-obatan teratogenik (obat yang berpotensi menimbulkan kelainan

bawaan) yang digunakan calon ibu. Bagi calon ibu dengan penyakit kronis seperti darah

tinggi, kencing manis, disarankan untuk menggunakan pilihan obat yang lebih aman.

d. Gangguan kejiwaan

Skrining apakah terdapat gangguan cemas ataupun depresi pada calon ibu.

e. Faktor psikososial

Skrining apakah terdapat risiko kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

f. Penggunaan obat terlarang dan alcohol

Skrining konsumsi alkohol, merokok, dan obat terlarang pada calon ibu.

g. Setelah dilakukan skrining terhadap hal-hal utama, selanjutnya perlu dilakukan

pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pemeriksaan tersebut meliputi:

1) Tekanan Darah

Tekanan darah tinggi memiliki berbagai dampak pada kesehatan ibu dan anak nantinya,

terutama saat ibu sedang hamil. Ibu dapat mengalami komplikasi fatal seperti kejang pada

saat hamil, sedangkan efek pada janin juga beragam seperti pertumbuhan janin terhambat.

Selain itu, jika calon ibu diketahui memiliki penyakit darah tinggi, maka pilihan obat pun

harus disesuaikan terutama sebelum memulai proses pembuahan.

2) Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh perlu diperhatikan karena pada calon ibu dapat berisiko menyebabkan

kencing manis saat hamil (diabetes gestasional), darah tinggi saat hamil, dan lainnya. Selain

itu diperlukan juga data anthropometri lainnya seperti: Lingkar Lengan Atas (LILA) dengan

menggunakan Pita LILA, Berat Badan, Tinggi Badan serta Umur.

3) Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah rutin meliputi kadar hemoglobin (Hb), hematokrit, sel darah putih

(leukosit), dan trombosit.


4) Skrining TB (Tuberkulosis)

Skrining penyakit TB juga penting dilakukan terutama pada calon orang tua dengan gejala TB
seperti batuk dahak lebih dari 2 minggu, penurunan berat badan, demam yang dirasa terus
menerus, dan lainnya. Selanjutnya perlu dilakukan imunisasi untuk mencegah terjadinya
penyakit infeksi pada calon ibu dan calon anak. Imunisasi yang dianjurkan pada saat skrining
pra nikah adalah tetanus, MMR (measles, mumps, rubella), varicella (cacar air), dan pada
kelompok berisiko dianjurkan untuk imunisasi hepatitis B. Imunisasi tetanus sangat penting
diberikan untuk mencegah komplikasi tetanus neonatorum yang dapat berakibat fatal pada bayi
baru lahir. Imunisasi tetanus menjadi salah satu persyaratan sebelum menikah yang ditentukan
oleh Kantor Urusan Agama (KUA), dimana calon ibu wajib telah diimunisasi tetanus minimal
2 kali dari total 5 kali pemberian.

I. Konsep Dasar Personal Hygiene Remaja


a. Definisi
Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis (Wartonah, 2004)
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2006).
Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit
merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi. Dengan
implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk
melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter
& Perry, 2005).
Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata,
hidung, dan telinga,kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan
kerapihan pakaiannya.
b. Manifestasi Klinis
Menurut Depkes (2010), manifestasi klien dengan gangguan perawatan diri
adalah sebagai berikut :
1) Fisik
 Kulit kepala kotor, rambut kusam dan acak-acakan.
 Hidung dan telinga kotor.
 Gigi kotor disertai mulut bau.
 Kulit kusam dan tidak terawatt
 Kuku panjang dan tidak terawatt
 Badan kotor, bau dan pakaian kotor.
 Penampilan tidak rapi
2) Psikologi
 Malas, tidak ada inisiatif.
 Menarik diri, isolasi diri.
 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3) Sosial
 Interaksi kurang.
 Kegiatan kurang.
 Tidak mampu berprilaku sesuai norma.
 Cara makan tidak teratur.
 BAB/BAK disembarangan tempat.
e. Etiologi
Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
insiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri secara mandiri
3) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihankemampuan dalam perawatan diri.
Faktor Presipitasi
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya.
2) Praktik social
Pada anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial-ekonomi.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan yang semuanya mmemerlukan
uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningktakan kesehatan.
f. Fisioligi Sistem
Sistem yang berperan dalam kebersihan dan perawatan diri adalah sebagai
berikut :
a. Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari
berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature, dan sensasi,
sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan
fungsinya. Tujuan perawatan kulit adalah pasien akan memiliki kulit yang
utuh, bebas bau badan, pasien dapat mempertahankan rentang gerak, merasa
nyaman dan sejahtera, serta dapat berpartisifasi dan memahami metode
perawatan kulit.
b. Mandi
Memandikan pasien merupakan perawatan diri total. Mandi dapat dikategorikan
sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi ditempat tidur yang lengkap
diperlukan bagi pasien dengan ketergantungan total dan memerlukan
personal higiene total.
c. Hygiene mulut
Pasien immobilisasi terlalu lemah untuk melakukan perawatan mulut secara
mandiri, sebagai akibatnya mulut menjadi terlalu kering atau teriritasi dan
menimbulkan bau tidak enak. Masalah ini dapat meningkatakibat penyakit atau
medikasi yang digunakan pasien. Perawatan mulut harus dilakukan setiap
hari dan bergantung terhadap keadaan.Tujuan perawatan mulut pasien adalah
pasien akan memiliki mukosa mulut yang terhidrasi dengan baik serta untuk
mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut.
d. Perawatan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara
penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan
mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut sehari-hari.
Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan kulit
kepala yang bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan harga
diri,dan pasien dapat berpartisifasi dalam melakukan praktik perawatan
rambut.
e. Kuku
Menjaga kebersihan kukupenting dalam mempertahankan personal hygiene
karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab
itu, kukuseharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat
digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Tujuan perawatan
kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit
yang lembut, pasien merasa nyaman dan bersih.
f. Genitalia
Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Pasien yang
paling butuh perawatan genetalia yang teliti adalah pasien yang beresiko
terbesar memperoleh infeksi. Tujuan perawatan genitalia adalah untuk
mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia,
meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan personal hygiene.
g. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem
i. Hambatan pemeliharaan rumah
ii. Defisit perawatan diri : mandi
iii. Defisit perawatan diri : berpakaian
iv. Defisit perawatan diri : makan

J. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan masalah yang

digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian pelayanan
asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan oleh

bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui tindakan logika dalam memberi

pelayanan.

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang dimulai

dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan dalam proses

manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah yaitu :

a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai keadaan

klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik,

dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan laboratorium.

Semua data tersebut di atas harus memberikan informasi yang saling berhubungan

dari semua sumber dan menggambarkan kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah actual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan masalah. Kata

diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya mempunyai pengertian

yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa yang dialami oleh

seseorang, menguraikan suatu kenyataan yang ia rasakan sebagai suatu masalah.

Sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang berfokus pada apa

yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor potensial yang

memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika memungkinkan atau

waspada sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu yang

mungkin terjadi.
d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien dalam

perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru segera dinilai.

Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan harus

segera bertindak untuk menyelamatkan klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta

hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi antisipasi

dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu mengenai ekonomi,

agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana tindakan harus disetujui klien,

oleh sebab itu harus didiskusikan dengan klien. Semua tindakan yang diambil harus

berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi

tindakan harus dianalisa secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan oleh bidan dan

sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim kesehatan lainnya

berdasarkan rencana yang ditetapkan.

g. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi ini dilakukan

pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus mengetahui sejauh

mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien. (Varney,

2019:1958).
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup nama, umur,

pekerjaan, status perkawinan, pendidikan serta keluhankeluhan yang diperoleh dari

hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

d. Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang mencakup

kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan

dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan ibu.

e. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam

melakukan intervensi untuk mencegah masalah pasien/klien. (Wahyuningsih,

2018:267).

K. Teori Evidence Based Midwifery(EBM)

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan

pengalaman atau kebiasaaan semata.

Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti

dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Gray, 1997).

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan

pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak

terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti, 2020).


2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence based

tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu hamil dan

risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga

untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan berdasarkan bukti

dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan obat baru yang dapat saja

segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut

dipasarkan, karena di populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada

sebagian penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan kesehatan

dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi kesehatan dan

kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti

dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus yang baru

berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat diterapkan pada

semua tahapan penatalaksanaan pasien.

4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet maupun

berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs internet yang ada

dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula yang public domain.
DAFTAR PUSTAKA

Andira, D. 2011. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: A Plus


Books.
Ahmad, dkk. 2022. Modul Ajar Patofisiologi. Jawa Barat: Adanu Abimata
Asrori, dan Ali, Mohammad. (2004). Psikologi Remaja Pengembangan Peserta Didik.
Jakarta :
PT Bumi Aksara
Endang E, Elisabeth Siwi W. 2015. Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial bagi
Kebidanan.Yogyakarta :Pustaka Baru Press
Hurlock, B. E. (1992). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Ed. 5. Jakarta : Erlangga
Kemenkes RI. 2020. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja di
Masa Pandemi COVID-19
Kemenkes RI, Tahun 2015. Kesehatan Reproduksi dan seksual bagi calon pengantin
Kemenkes RI, tahun 2016. Modul Bahan Ajar cetak kebidanan kesehatan reproduksi
dan Keluarga berencana
Kemenkes RI tahun 2016. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Panduan Manajemen Kebersihan
Menstruasi Bagi Guru dan Orang Tua. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. WHO/UNICEF, p. 16.
Permenkes RI Nomor 97 Tahun2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, masa hamil, persalinan dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan
pelayanan kontrasepsi serta pelayanan kesehatan seksual
Phonna., Riska, D., dan Farah, Y. 2018. Upaya Menjaga Kebersihan Saat Menstruasi
Pada Remaja Putri. Idea Nursing Journal, 9(2), pp. 14–20.
Prijatni. 2016. Kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Jakarta: Kemenske RI
Rahayu, A. 2017. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja. Surabaya:Airlangga
University Press
Ratnasari, C. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Personal
Hygiene Saat Menstruasi Pada Remaja Putri di SMP Negeri 52 Bandung Provinsi
Jawa Barat Tahun 2017. p. 43 halaman
Saifuddin. Abdul .B. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Santrock, J. W. (1999). A topical approach to life span development. New York :
McGrawHill Companies, Inc
Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Setyaningsih, A., dan Putri, N. 2016. Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap
Perilaku Personal Hygiene Menstruasi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 5(1),
pp. 15–23.
Sinaga, E. 2017. Manajemen Kesehatan Menstruasi. E-book. Jakarta
Susanty, dkk. 2021. Kesehatan Reproduksi Masyarakat. Yogyakarta: Yayasan Kita Menulis
Sutejo,dkk. 2016. Modul Keterampilan Dasar Blok 6 Pemeriksaan Fisik Dasar dan BLS.
Jember: Fakultas Kedokteran Universitas Jember
World Health Organization (WHO). 2014. Health For Adolescent. Retrieved
from http://www.who.int/mediacen_tre/factsheets/fs364/en/.
Widyasih, Hesti. 2018. Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja Dan Pra Nikah.
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Wilujeng. 2013. Modul Kesehatan Reproduksi.Akbid Griya Husada
Wiknjosastro, Hanifa. 207. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Yulivantina, dkk. 2020. Modul Praktikum Asuhan Pranikah dan Konsepsi.
Yogyakarta: STIKES Guna Bangsa

You might also like