Final Bab 1-3 Skripsi Erin
Final Bab 1-3 Skripsi Erin
Oleh :
SITI NISRINA MEIRA
NIM : 0802520197
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini merupakan hasil karya sendiri, dan
seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar. Dan jika di
kemudian hari terbukti ada kesalahan dan atau plagiat, maka saya bersedia untuk
menanggung semua konsekuensi, termasuk dibatalkannya kelulusan saya.
2
DAFTAR ISI
3
3.6. SUMBER DATA .............................................................................................. 50
3.7. TEKNIK PENGUMPULAN DATA .................................................................. 50
3.7.1. WAWANCARA MENDALAM (DEPTH INTERVIEW) .............................. 50
3.8. METODE ANALISIS DATA ............................................................................ 51
3.9. KEABSAHAN PENELITIAN ........................................................................... 52
3.10. KELEMAHAN PENELITIAN .......................................................................... 53
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
BAB 1
PENDAHULUAN
7
Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada kegunaan internet dan media
sosial dalam hal kesehatan, terutama dalam meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan konsumen tentang minuman kesehatan seperti fiber drink. Tren
penggunaan media sosial untuk mencari informasi tentang minuman kesehatan,
termasuk fiber drink, semakin meningkat. Konsumen kini lebih peduli terhadap
kesehatan dan cenderung mencari produk dengan manfaat kesehatan melalui
platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok. Menurut sebuah laporan oleh
TIMES Indonesia, setelah pandemi COVID-19, masyarakat lebih memilih
minuman yang sehat dan alami, seperti jus organik dan minuman dengan
kandungan fiber tinggi (Rizal Dani, 2022).
Pada kuartal kedua tahun 2020, minat masyarakat di pasar domestik untuk
membeli produk yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh seperti vitamin,
suplemen, jamu, madu, dan minuman fiber drink meningkat. Sektor farmasi,
kimia, dan jamu tradisional tumbuh sebesar 8,65% dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Pada kuartal ketiga tahun 2020, sektor ini tumbuh 5,69%
dibandingkan kuartal sebelumnya (Badan Pusat Statistika., 2020). Selain itu, Hello
Sehat mencatat bahwa minuman fiber menjadi populer karena manfaatnya dalam
mendukung proses diet dan kesehatan pencernaan (hellosehat.com, 2023).
Namun, seiring dengan meningkatnya minat terhadap produk kesehatan,
maraknya berita hoax dan informasi palsu mengenai obat-obatan dan produk
kesehatan di internet membuat masyarakat harus lebih berhati-hati dalam memilih
sumber informasi. Misalnya, banyaknya klaim yang tidak berdasar mengenai
khasiat produk kesehatan tertentu yang disebarkan melalui media sosial dapat
menyesatkan konsumen. Untuk memastikan informasi yang mereka terima akurat,
masyarakat kini lebih sering menggunakan internet untuk mencari sumber yang
dapat dipercaya tentang kesehatan dan produk kesehatan. Dalam konteks ini, Key
Opinion Leader (KOL) sangat berguna untuk memberikan rekomendasi yang
kredibel dan terpercaya, sehingga membantu masyarakat membuat keputusan yang
lebih tepat terkait kesehatan dan produk kesehatan.
8
Penggunaan media sosial memudahkan konsumen untuk menemukan ulasan
produk, rekomendasi, dan informasi detail mengenai manfaat berbagai jenis
minuman kesehatan, sehingga tren ini terus berkembang seiring dengan
meningkatnya kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat. Saat ini, internet dan
media sosial tidak hanya digunakan sebagai sumber informasi dan komunikasi,
tetapi juga dimanfaatkan untuk promosi bisnis atau usaha, yang dikenal sebagai
promosi digital.
Ada berbagai cara untuk melakukan promosi digital atau online. Misalnya,
beriklan di media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, TikTok, Line, dan
WhatsApp, atau menggunakan mesin pencari seperti Google, YouTube, Baidu,
dan Yahoo. Iklan juga bisa ditempatkan di media game atau aplikasi mobile dan
desktop. Setiap platform menawarkan banyak pilihan, seperti menggunakan poster
atau konten di media sosial untuk menyampaikan pesan produk. Selain itu, metode
yang semakin populer adalah menggunakan Key Leader Opinion (KOL), yang
menjadi salah satu cara paling efektif untuk menyampaikan pesan promosi dan
mencapai tujuan pemasaran.
Menurut F. Zhao & Kong (2017) Key Opinion Leader (KOL) adalah
seseorang yang dapat menarik perhatian dan mempengaruhi pandangan serta
tindakan orang. Sementara itu menurut Xiong, KOL memiliki karakteristik khusus
yang memudahkan pengenalannya, seperti kedekatan atau keakraban dengan
audiensnya (familiarity), kemampuan untuk dipercaya (trustworthiness), dan
keahlian atau pengetahuan yang dimiliki (expertiseness) (Xiong et al, 2021). Di
platform media sosial, KOL diakui memiliki keterampilan komunikasi dan daya
tarik yang kuat untuk mempengaruhi masyarakat secara persuasif (F. Zhao &
Kong, 2017).
Wardani, Yulita (2014) menyatakan bahwa Key Opinion Leader (KOL)
memiliki peran dalam menyampaikan pesan hingga ke konsumen mengenai merek
produk, bisnis ataupun usaha. Key Opinion Leader (KOL) merupakan seseorang
yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi orang lain melakukan keputusan
9
pembelian berdasarkan pengalaman sebelumnya. Key Opinion Leader (KOL)
digunakan oleh sebuah brand untuk menyampaikan tujuan dari brand ke target
konsumen tertentu.
Mereka yang menjadi Key Opinion Leader (KOL) bisa dari kalangan artis atau
bahkan selebgram yang menjadi idola dari followers mereka di media sosial. Namun
bukan hanya dari kalangan artis saja, saat ini siapapun dapat menjadi Key Opinion
Leader (KOL) selama dapat mempengaruhi orang di sekitarnya, terlebih dalam
lingkup social media. Dalam perkembangan ini, peran para Key Opinion Leader
(KOL) semakin menonjol sebagai agen perubahan dalam menyebarkan informasi
dan mempengaruhi perilaku konsumen.
Sebagai ujung tombak dalam memperkenalkan dan mempromosikan bisnis,
kerja sama antara pemilik bisnis dan para KOL menjadi sangat signifikan. Dalam
konteks ini, kolaborasi antara keduanya tidak hanya terbatas pada konten foto dan
video, tetapi juga meliputi event-event seperti seminar, workshop, talk show, dan
berbagai kegiatan lainnya. Hal ini memberikan peluang yang sangat besar bagi para
KOL untuk memainkan peran kunci dalam meningkatkan visibilitas dan popularitas
suatu bisnis melalui penggunaan platform digital dan jaringan mereka yang luas.
Sementara itu adapun syarat menjadi Key Opinion Leader (KOL) suatu merek
produk, bisnis ataupun usaha menurut pengalaman peneliti satu memiliki pengikut
dan engagement tinggi di media sosial dengan beberapa kategori yitu minimal 1.000
hingga 10.000 pengikut atau yang biasa disebut dengan jenis KOL Nano, Micro
10.000 hingga 100.000 pengikut, Mid-Tier 500.000 hingga jutaan followers dan
Mega jutaan hingga puluhan juta pengikut. Kedua Rutin memproduksi konten
melalui blog, video, konferensi yang kreatif dan berkualitas tinggi secara konsisten.
Berpenampilan menarik atau latar belakang mereka relate dengan suatu merek
produk, bisnis ataupun usaha yang akan dipromosikan. Sayarat tersebut juga bisa
berubah seiring dengan kebutuhan dari perusahaan dan brand yang akan
menggunakan Key Opinion Leader (KOL) dalam memperkenalkan dan
mempromosikan bisnis mereka.
10
Perhitungan penggunaan Key Opinion Leader (KOL) yang baik akan
berdampak pada peningkatan brand awareness (Ateke, 2016). Adapun beberapa
faktor yang mempengaruhi proses engagement di media sosial, salah satunya adalah
brand awareness (Puspitasari & Shen, 2014). Berdasarkan articel yang di unggah
oleh survei GetCraft terhadap 43 pemegang merek, 16% di antaranya berencana
meningkatkan anggaran untuk iklan digital menjadi lebih dari 50% dari total belanja
iklannya (Setyowati, 2018). GetCraft memperkirakan, 31% anggaran iklan para
pemegang merek akan beralih ke iklan native. Sejalan dengan kajian tersebut, 90%
dari 30 influencer yang disurvei optimistis pendapatannya meningkat dua kali lipat
di 2018. Melalui Key Opinion Leader (KOL), maka diharapkan brand awareness
atas sebuah produk dapat meningkat.
Brand awareness adalah kemungkinan bahwa, konsumen akrab tentang
tersedianya dan aksesibilitas produk dan jasa sebuah perusahaan (Malik,
Muhammad et al., 2013). Banyak entitas bisnis telah mengadopsi strategi
pemasaran yang melibatkan Key Opinion Leader (KOL) untuk meningkatkan
kesadaran merek produk mereka. Penggunaan KOL dalam melakukan promosi juga
dilakukan oleh produk minuman kesehatan yang bernama Phytax, produk ini di
produksi oleh PT Eskayvie Global Indonesia dan merupakan jenis produk
kesehatan.
11
Phytax adalah adalah minuman fitonutrisi 12 bahan alami yang telah
tersertifikasi HALAL dan BPOM. Mengandung nutrisi buah-buahan dan tumbuhan
yang kaya antioksidan, efek anti-peradangan, dan daya penyembuhan penyakit
dalam, serta membantu mempercepat penyembuhan luka. Kekuatan antioksidan
yang dimiliki produk Phytax ini menjadi solusi terbaik untuk membantu masalah
penyakit 3 degeneratif yaitu diabetes, hipertensi, dan kolesterol.
Media sosial telah menjadi alat penting dalam pemasaran digital yang mampu
menjangkau konsumen secara luas dan efektif. PT Eskayvie Global Indonesia,
dengan produk kesehatan unggulannya, Phytax, berusaha untuk meningkatkan
brand awareness di tengah persaingan yang ketat. Sementara itu adapun brand
kompetitor dari produk minuman kesehatan Phytax ini, yaitu satu Flimty dengan
menggunakan Denny Sumargo dan Deddy Corbuzier sebagai KOL serta Brand
Ambasador mereka. Kedua Hotto dengan menggunakan Shopia Latjuba dan Randy
Pangalila sebagai KOL dan Brand Ambasador Hotto.
Dari kedua brand kompetitor Phytax yaitu Flimty dan Hotto cenderung
memanfaatkan mega key opinion leader daripada fokus pada Key Opinion Leader
yang memiliki konten yang relevan dengan produk. Hal ini menunjukkan bahwa
strategi pemasaran yang digunakan oleh Flimty cenderung mengutamakan
kepopuleran dan jangkauan yang luas melalui KOL besar, daripada
mempertimbangkan kesesuaian konten dengan produk yang dipromosikan. Dalam
konteks ini, penggunaan mega KOL mungkin dianggap sebagai strategi yang
mengandung risiko, karena dapat mengorbankan kualitas dan keaslian dalam
komunikasi merek kepada audiens yang lebih terfokus.
Sementara itu PT Eskayvie Global Indonesia, perusahaan di balik produk
Phytax, sangat menekankan kesehatan dalam strategi promosinya sejak tahun 2019.
Mereka secara strategis memilih Key Opinion Leader (KOL) yang berpengaruh di
bidang kesehatan, kuliner (khususnya makanan berminyak), dan individu dengan
gaya hidup sibuk yang mungkin mengabaikan kesehatan mereka. Para (KOL) yang
12
bekerja sama dengan Phytax ini memiliki minat dan pengaruh yang signifikan dalam
bidang tersebut dan secara alami menarik pengikut yang memiliki minat serupa.
Berkolaborasi dengan KOL yang memiliki prinsip yang sama dengan brand
dianggap sebagai strategi efektif untuk mencapai audiens yang relevan yang
potensial menjadi konsumen setia Phytax. Ketika KOL tersebut membuat konten
tentang Phytax, minuman sehat yang terbuat dari bahan alami, audiens mereka lebih
cenderung untuk mempercayai dan membenarkan pesan tersebut karena berasal dari
sumber yang kredibel dan relevan. Proses ini melibatkan pemahaman yang
mendalam tentang karakteristik audiens serta reputasi dan nilai-nilai yang dimiliki
oleh KOL tersebut. Dengan strategi yang tepat, kerjasama dengan KOL dapat
menjadi sarana yang efektif untuk meningkatkan brand awareness dan
memperluas pangsa pasar. Adapun jenis KOL yang digunakan oleh Phytax yaitu
Nano KOL.
13
Pada grafik yang didapatkan oleh peneliti dari divisi humas PT Eskayvie
Global Indonesia, kerja sama dengan Nano KOL yang menekankan kesehatan
dalam strategi promosinya memberikan dampak signifikan dalam beberapa
bidang, terutama kesehatan dan kuliner (khususnya makanan berminyak). Kerja
sama ini terbukti berpengaruh dalam peningkatan followers media sosial Phytax
dibulan Maret 2024 mengalami kenaikan sebanyak 174 followers. Grafik tersebut
menunjukkan adanya kenaikan brand awareness dan ketertarikan masyarakat
terhadap produk Phytax. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh honest review
yang dibuat oleh para Nano KOL yang bekerja sama dengan Phytax, yang mana
review tersebut memberikan kepercayaan lebih kepada audiens dan menarik
perhatian mereka terhadap produk yang dipromosikan.
Dalam grafik tersebut, terlihat bahwa meskipun brand awareness produk Phytax
masih memerlukan peningkatan yang signifikan agar lebih dikenal dan dipercaya
oleh konsumen, penggunaan KOL dalam promosi cukup berhasil dalam
meningkatkan brand awareness di media sosial. Oleh karena itu, Phytax perlu terus
berkolaborasi dengan KOL yang relevan untuk meningkatkan visibilitas dan citra
positif produknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penggunaan KOL
14
dalam meningkatkan brand awareness produk Phytax dari PT Eskayvie Global
Indonesia.
Dalam konteks latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti
berkeinginan untuk mengeksplorasi lebih lanjut mengenai peran Key Opinion
Leaders dalam meningkatkan brand awareness produk Phytax dari Eskayvie, dengan
merujuk pada metode SOSTAC. Metode SOSTAC dikenal karena kemampuannya
dalam menguraikan strategi komunikasi pemasaran dengan detail, termasuk strategi
promosi. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
yang mendalam tentang bagaimana KOL dapat menjadi salah satu instrumen efektif
dalam memperkuat brand awareness untuk produk seperti Phytax dari Eskayvie ini
Penelitian mengenai penggunaan Key Opinion Leader (KOL) di media sosial
untuk meningkatkan brand awareness produk Phytax PT Eskayvie Global
Indonesia memiliki urgensi yang mendalam di tengah persaingan pasar yang
semakin ketat dan pergeseran perilaku konsumen ke arah digital. Saat ini,
pengaruh KOL dalam memengaruhi keputusan pembelian telah menjadi fenomena
yang signifikan dalam strategi pemasaran, terutama dalam industri kesehatan dan
suplemen seperti Phytax.
Keunikan dari penelitian ini terletak pada integrasi strategi pemasaran melalui
media sosial dengan kolaborasi KOL, yang dapat menghasilkan efek sinergis
dalam meningkatkan visibilitas dan reputasi produk Phytax. Melalui pendekatan
ini, perusahaan dapat lebih efektif mengoptimalkan investasi pemasaran digital
mereka dengan memilih KOL yang tepat, merancang konten yang relevan, dan
mengukur secara akurat dampaknya terhadap kesadaran merek. Dengan
memperdalam pemahaman tentang dinamika interaksi antara KOL, audiens, dan
merek, penelitian ini tidak hanya relevan secara praktis tetapi juga dapat
memberikan panduan berharga bagi perusahaan lain yang ingin meningkatkan
keterlibatan konsumen dan efektivitas strategi pemasaran mereka melalui media.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang
15
mendalam tentang bagaimana KOL dapat menjadi salah satu instrumen efektif
dalam memperkuat brand awareness untuk produk seperti Phytax dari Eskayvie.
16
berkaitan dengan strategi komunikasi pemasaran yang diperoleh dari
perkuliahan, khususnya mengenai Key Opinion Leader (KOL) dan brand
awareness. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan menjadi
referensi tambahan atas penelitian terkait penggunaan Key Opinion Leader
(KOL). Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan menjadi bahan
pertimbangan dalam melakukan promosi khususnya dalam melakukan
kerjsama dengan Key Opinion Leader (KOL) guna meningkatkan brand
awareness.
17
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menjelaskan kesimpulan dari penelitian, implikasi dari temuan
serta saran untuk penelitian selanjutnya atau rekomendasi praktis.
18
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN.
19
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
20
melalui data insight dari
konten yang diunggah.
21
media sosial seperti
TikTok untuk promosi,
menggunakan model
VisCAP (Visibility,
Credibility, Attraction,
Power) untuk strategi
komunikasi pemasaran
yang efektif.
3. (Sendy Yunisa Strategi Marketing Metode Teori dan konsep Hasil dari penelitian
Rizki & Public Relation kulaititatif yang digunakan tersebut yaitu strategi
Traveloka Dalam paradigma pada penelitian
Amalina, pemasaran Traveloka yang
Promosi Pemesanan konstruktivi ini mengunakan
2023) Hotel teori Marketing melibatkan media sosial
Menggunakan PR (MPR) dan kerja sama dengan
Awkarin sebagai Kolther 1978,
(Jurnal Key Opinion Leaders
Key Opinion Leader Teori VisCap
Media KOL empat (KOL) seperti Awkarin
Penyiaraan) elemen, terbukti efektif. Konten
Visibility,
video klarifikasi yang
Credibility,
Attraction diunggah Awkarin tidak
dan Power hanya meningkatkan
personal brandingnya,
tetapi juga berhasil
mengarahkan opini publik
dan meningkatkan traffic
serta transaksi di platform
Traveloka. Penelitian
menunjukkan bahwa
penggunaan teori
komunikasi seperti
framing dan agenda setting
22
membantu Traveloka
dalam mencapai target
pasarnya, khususnya
kalangan usia 18-30 tahun,
untuk lebih tertarik
melakukan investasi
melalui platform mereka.
4. (Fadliyya Peran Key Opinion Paradigma Teori dan konsep Hasil dari penelitian ini
Syifa Nurulita Leader dalam Penelitian yang digunakan adalah bahwa strategi
Pemasaran Film Kualitatif
& Intan pada penelitian Marketing Public
Bertema Kekerasan Dengan
Primadini, Seksual indept ini mengunakan Relations (MPR) oleh
2021) interview teori Marketing Cinema XXI dalam
PR (MPR) mempromosikan film
(Jurnal Kolther 1978, Bombshell di Indonesia
Komunikasi teori Startetgi telah dijalankan dengan
Profesional) Marketing Haris baik sesuai dengan model
dan Walen 2006, 7 Steps Strategic Planning
The Whalen 7- Process. Cinema XXI
Step Strategic berhasil mencapai target
Planning Process dengan 700.000 penonton,
mengundang 50 media
pada Gala Premiere, dan
memperoleh pemberitaan
positif. Taktik publikasi
dan penggunaan Key
Opinion Leaders (KOL)
sangat dominan dalam
23
menyebarkan kesadaran
dan pesan utama film.
Penelitian ini
merekomendasikan
penelitian kuantitatif untuk
melihat pengaruh MPR
terhadap kesadaran film
serta penelitian dengan
metode perencanaan
lainnya untuk menemukan
wawasan baru. Penelitian
selanjutnya sebaiknya
melibatkan lebih banyak
informan dari semua pihak
yang terlibat, termasuk
divisi media sosial, untuk
memahami konten dan
pesan yang disampaikan.
5. (Aldila Dense Strategi Public Metode Teori dan konsep Penelitian menunjukkan
& A Sigit Relations“Chiki penelitian yang digunakan bahwa Chiki Twist
Twist”dalam deskriptif
Pramono Had, pada penelitian berhasil menjalankan
Meningkatkan dengan
2021) Brand Awareness pendekatan ini mengunakan strategi PR baik offline
kualitatif teori Staretgi maupun online. Strategi
(Jurnal Ilmu- PENCILS PR offline meliputi sampling,
Ilmu Sosial) oleh Thomas L bundling, dan edukasi,
Harris, Brand sedangkan strategi online
awarness Smith berfokus pada platform
24
1948, Marketing digital seperti Instagram,
PR (MPR) Ruslan TikTok, YouTube, dan
2006 Twitter. Di media digital
ini, Chiki Twist
mengomunikasikan nilai
dan posisinya melalui
konten. Selain itu, Chiki
Twist juga menggunakan
iklan digital serta
influencer mikro dan
makro untuk
meningkatkan kesadaran
merek. Hasilnya,
konsumen berhasil
menangkap pesan yang
disampaikan,
menunjukkan bahwa
strategi PR Chiki Twist
efektif dalam
meningkatkan kesadaran
merek..
25
digunakan pada penelitian ini mengunakan Teori SOSTAC Situation, Objectives,
Strategy, Tactics, Action, dan Controlling. Teori VisCap KOL empat elemen yaitu
Visibility, Credibility, Attraction dan Power. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran Sania Royale Soya Oil dalam menggunakan KOL untuk
meningkatkan brand awareness.
Hasil penelitian menunjukkan ada enam cara untuk meningkatkan brand
awareness Sania Royale Soya Oil menggunakan strategi Key Opinion Leaders
(KOL). Tahap pertama adalah analisa situasi, memahami bahwa produk ini baru
diluncurkan dan membutuhkan peningkatan brand awareness. Kedua, menentukan
tujuan untuk meningkatkan brand awareness dan engagement di media sosial serta
penjualan. Ketiga, menyusun strategi dengan memilih KOL, membuat brief konten
yang baik, dan memastikan komunikasi yang baik antara KOL dan brand.
Keempat, menyusun taktik seperti menentukan konten posting, caption, hashtag,
dan timeline posting. Kelima, melaksanakan strategi dan taktik yang telah dibuat.
Terakhir, melakukan pengawasan melalui laporan data insight dari konten yang
diunggah oleh KOL untuk mengevaluasi hasil kerjasama (Sahara Baharsyam &
Tri Wahyuti, 2022).
Penelitian terdahulu kedua yaitu jurnal media penyiaran yang ditulis oleh
Venessa Agusta Gogali, Dina Andriana dan Muhammad Tsabit pada tahun 2022
berjudul “Penggunaan KOLs Sebagai Strategi Komunikasi Pemasaran Kanzler Di
TikTok”. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa strategi komunikasi
pemasaran yang dilakukan oleh Kanzler. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Teori dan konsep yang digunakan pada penelitian ini yaitu
SOSTAC situation, objectives, strategy, tactics, action, dan controlling. Teori
VisCap KOL empat eleme visibility, credibility, attraction dan power.
Hasil dari penelitian ini mengenai analisis SOSTAC pada produk Kanzler
menunjukkan bahwa strategi pemasaran Kanzler mencakup beberapa aspek
penting seperti analisis konsumen, kompetitor, dan SWOT. Dalam analisis
konsumen, Kanzler menyesuaikan target pasarnya berdasarkan gender, usia,
26
penghasilan, dan gaya hidup. Kompetitor utama Kanzler termasuk merek terkenal
seperti Kimbo dan So Nice, sehingga Kanzler perlu memposisikan dirinya sebagai
produk unggulan dengan bahan baku premium. Analisis SWOT mengungkap
kekuatan Kanzler pada bahan baku berkualitas tinggi, namun harganya yang tinggi
memberi kesan sebagai "Sosis Sultan". Peluang untuk Kanzler datang dari gaya
hidup masyarakat yang semakin praktis, meskipun ada ancaman dari kompetitor
dengan harga lebih murah. Kanzler memanfaatkan internet marketing dan bekerja
sama dengan Key Opinion Leaders (KOLs) di media sosial seperti TikTok untuk
promosi. Strategi komunikasi pemasaran Kanzler menggunakan model VisCAP
(Visibility, Credibility, Attraction, Power) untuk mencapai efektivitas yang tinggi
(Venessa Agusta Gogali et al., 2022).
Selanjutnya penelitian terdahulu ketiga yaitu jurnal media penyiaran yang
ditulis oleh Sendy Yunisa Rizki dan Amalina apada tahun 2023 dengan judul
“Strategi Marketing Public Relation Traveloka Dalam Promosi Pemesanan Hotel
Menggunakan Awkarin sebagai Key Opinion Leader”. Tujuan dari penelitian
tersebut yaitu Untuk mendapatkan kembali dan meningkatkan brand awareness
dari masyarakat, OLX Indonesia harus melakukan beberapa strategi. Salah satu
strategi yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan Key Opinion Leader.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus dengan Teknik
pengambilan data berupa observasi dan wawancara. Teori dan konsep yang
digunakan pada penelitian ini mengunakan teori Marketing PR (MPR) Kolther
1978, Teori VisCap KOL empat elemen visibility, credibility, attraction dan
power.
Hasil dari penelitian tersebut yaitu strategi pemasaran Traveloka yang
melibatkan media sosial dan kerja sama dengan Key Opinion Leaders (KOL)
seperti Awkarin terbukti efektif. Konten video klarifikasi yang diunggah Awkarin
tidak hanya meningkatkan personal brandingnya, tetapi juga berhasil mengarahkan
opini publik dan meningkatkan traffic serta transaksi di platform Traveloka.
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teori komunikasi seperti framing dan
27
agenda setting membantu Traveloka dalam mencapai target pasarnya, khususnya
kalangan usia 18-30 tahun, untuk lebih tertarik melakukan investasi melalui
platform mereka (Sendy Yunisa Rizki & Amalina, 2023).
Penelitian terdahulu keempat jurnal komunikasi profesional ditulis oleh
Fadliyya Syifa Nurulita dan Intan Primadini pada tahun 2021 dengan judul “Peran
Key Opinion Leader dalam Pemasaran Film Bertema Kekerasan Seksual”. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi Marketing Public
Relations yang diterapkan oleh Cinema XXI (PT. Nusantara Sejahtera Raya)
dalam memasarkan film Bombshell. Penelitian ini merupakan jenis kualitatif dan
data diperoleh melalui wa-wancara mendalam. Teori dan konsep yang digunakan
pada penelitian ini mengunakan teori Marketing PR (MPR) Kolther 1978, teori
Startetgi Marketing Haris dan Walen 2006, The Whalen 7-Step Strategic Planning
Process.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa strategi Marketing Public Relations
(MPR) oleh Cinema XXI dalam mempromosikan film Bombshell di Indonesia
telah dijalankan dengan baik sesuai dengan model 7 Steps Strategic Planning
Process. Cinema XXI berhasil mencapai target dengan 700.000 penonton,
mengundang 50 media pada Gala Premiere, dan memperoleh pemberitaan positif.
Taktik publikasi dan penggunaan Key Opinion Leaders (KOL) sangat dominan
dalam menyebarkan kesadaran dan pesan utama film. Penelitian ini
merekomendasikan penelitian kuantitatif untuk melihat pengaruh MPR terhadap
kesadaran film serta penelitian dengan metode perencanaan lainnya untuk
menemukan wawasan baru. Penelitian selanjutnya sebaiknya melibatkan lebih
banyak informan dari semua pihak yang terlibat, termasuk divisi media sosial,
untuk memahami konten dan pesan yang disampaikan (Fadliyya Syifa Nurulita &
Intan Primadini, 2021).
Penelitian kelima yaitu jurnal ilmu-ilmu sosial ditulis oleh Aldila Dense dan
A Sigit Pramono Had pada tahun 2021 dengan judul “Strategi Public
Relations“Chiki Twist”dalam Meningkatkan Brand Awareness”. untuk
28
mengetahui bagaimana strategi PR pada Chiki Twist sebagai merek baru
untuk meningkatkan brand awareness. Metode penelitian adalah kualitatif
deskriptif dengan teknik pengumpulan data indepth interview dan focus group
discussion (FGD). Teori dan konsep yang digunakan pada penelitian ini
mengunakan teori Staretgi PENCILS PR oleh Thomas L Harris, Brand awarness
Smith 1948, Marketing PR (MPR) Ruslan 2006.
Penelitian menunjukkan bahwa Chiki Twist berhasil menjalankan strategi
PR baik offline maupun online. Strategi offline meliputi sampling, bundling, dan
edukasi, sedangkan strategi online berfokus pada platform digital seperti
Instagram, TikTok, YouTube, dan Twitter. Di media digital ini, Chiki Twist
mengomunikasikan nilai dan posisinya melalui konten. Selain itu, Chiki Twist
juga menggunakan iklan digital serta influencer mikro dan makro untuk
meningkatkan kesadaran merek. Hasilnya, konsumen berhasil menangkap pesan
yang disampaikan, menunjukkan bahwa strategi PR Chiki Twist efektif dalam
meningkatkan kesadaran merek (Aldila Dense & A Sigit Pramono Had, 2021).
Setelah meninjau penelitian terdahulu dengan penelitian penelitian yang
berjudul “Penggunaan Key Opinion Leader (KOL) Di Media Sosial Dalam
Meningkatkan Brand Awareness Produk Phytax PT Eskayvie Global Indonesia”
memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu.
Persamaan yang mencolok adalah metode penelitian yang digunakan, yaitu
metode kualitatif, serta penggunaan teori SOSTAC dan VisCap KOL yang
menjadi landasan teori dalam kedua penelitian ini. Selain itu, fokus utama dari
kedua penelitian ini adalah bagaimana strategi penggunaan KOL di media sosial
dapat meningkatkan brand awareness suatu produk, baik itu Phytax PT Eskayvie
Global Indonesia maupun produk lainnya seperti Sania Royale Soya Oil, Kanzler,
dan Traveloka.
Perbedaan yang dapat ditemukan antara penelitian ini dengan penelitian
terdahulu terletak pada objek penelitian dan hasil yang diperoleh. Penelitian ini
berfokus pada produk Phytax PT Eskayvie Global Indonesia, sedangkan penelitian
29
terdahulu membahas produk lain seperti Sania Royale Soya Oil, Kanzler, dan
Traveloka. Selain itu, hasil yang diperoleh juga bervariasi tergantung pada produk
yang diteliti. Sebagai contoh, penelitian terdahulu yang meneliti Sania Royale
Soya Oil menghasilkan enam cara untuk meningkatkan brand awareness,
sementara penelitian mengenai Kanzler lebih menekankan pada analisis
konsumen, kompetitor, dan SWOT.
Penelitian mengenai Traveloka menyoroti efektivitas konten video
klarifikasi yang diunggah oleh Awkarin sebagai KOL. Perbedaan lainnya adalah
pada teknik pengumpulan data dan analisis yang spesifik pada tiap penelitian, yang
disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing produk serta
strategi pemasaran yang diterapkan. Dengan demikian keunikan penelitian ini
mungkin terletak pada fokusnya yang khusus pada strategi komunikasi pemasaran
model SOSTAC dalam konteks bidang kesehatan minuman fiber drink yang
menggunakan Key Opinion Leader (KOL) untuk meningkatkan brand awareness.
2.2. SOSTAC
SOSTAC merupakan model perencanaan strategi komunikasi pemasaran
yang terdiri dari enam proses yaitu (Situation Analysis, Objectives, Strategy,
Tactics, Action, dan Control). Model ini digunakan sebagai panduan untuk
merencanakan strategi pemasaran dan mengidentifikasi berbagai masalah yang
mungkin muncul dalam proses pemasaran produk. SOSTAC menawarkan
pendekatan yang terstruktur mulai dari analisis situasi saat ini, menetapkan tujuan,
merancang strategi, menentukan taktik, melakukan analisis, hingga
mengendalikan hasilnya. Model ini diciptakan oleh Paul R. Smith pada tahun 1990
dan telah menjadi alat yang sangat berguna bagi banyak perusahaan dalam
meningkatkan efektivitas pemasaran mereka (Kotler et al., 2016).
SOSTAC digunakan dalam berbagai bidang, termasuk ilmu komunikasi,
untuk membantu perusahaan dalam mengembangkan strategi komunikasi
pemasaran yang sesuai dengan tujuan bisnis dan pemasaran. Model ini
30
mempertimbangkan berbagai faktor, seperti situasi pasar, tujuan bisnis, strategi
pemasaran, taktik pemasaran, aksi pemasaran, dan kontrol pemasaran, untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam ilmu komunikasi, SOSTAC digunakan
untuk mengembangkan strategi komunikasi pemasaran yang efektif dan
terstruktur. Model ini membantu perusahaan dalam mengidentifikasi situasi pasar,
menentukan tujuan bisnis, mengembangkan strategi pemasaran, dan mengukur
hasil pemasaran yang efektif. Berikut bagan Serta penjelasan dari tahapan model
SOSTAC (Prisgunanto, 2014):
31
banyak hal. Semakin detail analisisnya, semakin akurat informasi yang
diperoleh. Beberapa hal yang dianalisis meliputi:
2.2.2. Objective
Tahap kedua dalam framework SOSTAC adalah penetapan objektif.
Objektif ini adalah tujuan dari aktivitas digital yang dirancang. Penetapan
objektif masih merupakan bagian dari perencanaan keseluruhan framework
32
SOSTAC. Objektif yang jelas akan membantu praktisi komunikasi dalam
mengarahkan langkah-langkah yang akan diambil pada proses eksekusi
nantinya. Menurut Chaffey & Smith (Kotler et al., 2016) objektif terdiri dari
5S, yaitu:
1. Sell
Salah satu manfaat utama penerapan e-marketing dalam perusahaan
adalah meningkatkan penjualan. Promosi yang dilakukan secara online
dapat menjangkau masyarakat luas. Jika tujuan perusahaan menerapkan
e-marketing adalah untuk meningkatkan penjualan, maka strategi
promosi online harus dirancang untuk meyakinkan calon pelanggan
agar membeli produk perusahaan.
2. Serve
Manfaat lain dari e-marketing adalah menambah nilai bagi pelanggan.
Jika tujuan perusahaan adalah meningkatkan value bagi pelanggan,
maka e-marketing harus dirancang untuk meningkatkan kualitas
layanan atau customer service.
3. Speak
Jika tujuan penerapan e-marketing adalah untuk mempererat hubungan
dengan pelanggan, maka e-marketing harus menjadi sarana komunikasi
yang efektif antara perusahaan dan pelanggan.
4. Save
Jika e-marketing diterapkan untuk mengurangi biaya promosi, maka
strategi e-marketing harus dirancang untuk menekan anggaran yang
sering dikeluarkan perusahaan. Misalnya, dengan e-marketing,
perusahaan dapat meminimalkan penggunaan metode promosi yang
kurang efektif seperti pencetakan brosur secara berlebihan.
5. Sizzle
Jika tujuan perusahaan menerapkan e-marketing adalah meningkatkan
brand awareness dan recognition melalui jalur online, maka e-
33
marketing harus mampu menyebarkan informasi tentang brand, produk,
atau jasa yang ditawarkan perusahaan secara cepat kepada masyarakat
luas.
2.2.3. Strategy
Tahap ketiga yaitu penentuan strategi untuk aktivitas digital. Setelah
tujuan yang jelas ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menentukan strategi
yang akan digunakan. Strategi ini sangat penting untuk direncanakan sebelum
menjalankan aktivitas digital. Tahap ini masih merupakan bagian dari
perencanaan dalam framework SOSTAC. Cara yang digunakan untuk
menganalisa strategi pemasaran adalah dengan strategy STOP dan SIT.
A. STOP
1. Segments: Segments adalah identifikasi kelompok berbeda dalam
target pasar untuk mengembangkan penawaran yang berbeda bagi
masing-masing kelompok.
2. Target Market: Evaluasi dan pembentukan segmen yang tepat agar
dapat dilakukan pengembangan proses tawar-menawar.
3. Online Value Proposition (OVP): Menentukan penawaran perusahaan
kepada pelanggan melalui channel online.
4. Positioning: Menetapkan bagaimana cara sebuah merek dikenal dalam
pikiran kelompok pelanggan.
B. SIT
1. Sequence or Stage: Menentukan tahapan dari jenis E-Marketing yang
akan dibangun.
2. Integration: Menentukan proses atau hubungan database yang dapat
terintegrasi.
3. Tools: Menentukan alat yang akan digunakan untuk pembangunan
website perusahaan.
34
2.2.4. Tactic
Taktik menjelaskan bagaimana cara mengimplementasikan strategi yang
telah dirancang oleh perusahaan. Meskipun strategi dan taktik memiliki beberapa
kesamaan dalam hal perumusannya, taktik berfokus pada detail langkah atau
tahap spesifik yang akan dilaksanakan untuk menjalankan strategi tersebut. Pada
dasarnya, taktik memberikan panduan praktis dan konkret tentang apa yang harus
dilakukan, kapan harus dilakukan, dan oleh siapa, sehingga strategi yang lebih
luas dapat diterjemahkan menjadi tindakan nyata yang efektif dan efisien.
Menurut Chaffey & Smith (Prisgunanto, 2014) menentukan taktik dapat
menggunakan konsep marketing mix, yang merupakan kerangka kerja
konseptual yang membantu pemasar dalam menyusun pendekatan mereka
terhadap setiap target pasar. Konsep ini harus dipelajari ulang dan diterapkan
kembali dalam konteks online. Marketing mix ini terdiri dari 7P sebagai berikut:
1. Product
Menyediakan layanan berbasis informasi e-marketing tentang produk baru
serta menciptakan interaksi dengan brand untuk memberikan pengalaman
baru bagi pelanggan. Ini mencakup berbagai cara untuk memperkenalkan
produk baru melalui platform online dan meningkatkan keterlibatan
pelanggan dengan merek.
2. Price
Menyampaikan informasi tentang harga produk, termasuk apakah ada
perubahan harga setelah penerapan e-marketing atau jika harga tetap
sama. Tujuannya adalah untuk memberikan transparansi kepada
pelanggan mengenai bagaimana strategi harga diadaptasi dalam
lingkungan digital.
3. Place
Menyediakan platform online bagi pelanggan untuk berinteraksi dengan
perusahaan, mencari informasi tentang produk dan layanan, serta
35
berkomunikasi langsung dengan perusahaan. Ini menciptakan
lingkungan virtual yang memungkinkan pelanggan melakukan berbagai
aktivitas yang biasanya dilakukan secara fisik.
4. Promotion
Menghadirkan berbagai opsi online dari semua elemen promosi,
termasuk iklan, penjualan, dan kegiatan promosi lainnya. Tujuannya
adalah untuk mempermudah perusahaan dalam menjalankan kampanye
promosi secara efektif dan efisien melalui media digital.
5. Physical Evidence
Bagian ini menekankan pentingnya kualitas situs web sebagai bukti fisik
secara online. Situs web yang dirancang dengan baik dan mudah
digunakan sangat penting untuk meyakinkan pelanggan agar mereka
tertarik berkunjung. Situs web harus memberikan kemudahan dan
pengalaman positif yang dapat membantu pelanggan.
6. People
Aspek ini sangat penting karena keberhasilan e-marketing bergantung
pada pengelolaan dan pembaruan website secara berkelanjutan. Tim yang
bertanggung jawab harus memastikan bahwa website selalu relevan dan
mencerminkan kondisi terbaru dari perusahaan.
7. Process
Semua proses yang melibatkan pelanggan berdampak pada kualitas dan
pelayanan. Dalam konteks online, sangat penting untuk merevisi proses
dengan mengintegrasikan front office dan sistem back office guna
memberikan respons yang efisien dan meningkatkan pengalaman
pelanggan secara keseluruhan.
2.2.5. Action
Action (aksi) merupakan tahapan untuk menjalankan taktik yang telah
dirancang pada tahap sebelumnya. Untuk mengimplementasikan aksi ini, perlu
36
dibuat sebuah flowchart yang menggambarkan urutan langkah-langkah yang
akan diambil. Selain itu, penting juga untuk menetapkan siapa yang bertanggung
jawab pada setiap tahapan, menentukan waktu pelaksanaan yang tepat,
mengalokasikan sumber daya yang diperlukan, dan merinci langkah-langkah
secara detail. Jadwal untuk aksi ini bisa disusun secara mingguan atau bulanan
agar pelaksanaan tetap terorganisir dan terpantau dengan baik.
2.2.6. Controling
Pada tahap ini, penting untuk menetapkan tolak ukur yang akan
digunakan untuk mengevaluasi perencanaan yang telah dilakukan. Tolak ukur ini
menjadi faktor penentu kesuksesan atau kegagalan perusahaan dalam
menjalankan strategi dan mempertahankan produktivitas. Beberapa aspek yang
perlu diperhatikan meliputi penetapan tujuan (goal setting), pengukuran kinerja
(performance measurement), diagnosis kinerja (performance diagnosis), dan
tindakan korektif (corrective action) dalam proses kontrol e-marketing. Dengan
mengelola semua aspek ini secara efektif, perusahaan dapat memastikan bahwa
strategi mereka berjalan sesuai rencana dan siap melakukan penyesuaian jika
diperlukan.
Dengan manfaat yang ditawarkan serta struktur yang terperinci dan sistematis,
penggunaan framework SOSTAC cocok digunakan untuk penelitian ini yang
berjudul "Penggunaan Key Opinion Leader (KOL) di Media Sosial dalam
Meningkatkan Brand Awareness Produk Phytax PT Eskayvie Global Indonesia".
Framework ini membantu dalam memandu langkah-langkah perencanaan dan
implementasi strategi e-marketing secara efektif, memastikan bahwa upaya
meningkatkan kesadaran merek melalui KOL dapat dijalankan dengan lebih terarah
dan berhasil.
37
2.3. Key Opinion Leader (KOL)
Dalam era hiburan dan pemasaran saat ini, keberadaan selebriti telah menjadi
magnet tersendiri, terutama dalam promosi produk dan layanan. Namun, semakin
berkembangnya media sosial dan platform berbagi video seperti YouTube,
fenomena baru muncul di mana individu memiliki kesempatan untuk
mempromosikan diri mereka sendiri secara mandiri. Bintang-bintang YouTube,
yang dikenal sebagai vlogger (video blogger), kini menjadi ikon ikon kekinian yang
sebanding dengan selebriti konvensional.
Industri dalam berbagai sektor pun mulai mengarahkan perhatian mereka pada
para bintang YouTube yang populer, menyadari pengaruh besar yang dimiliki oleh
mereka terhadap audiens online. Kemampuan vlogger dalam menghasilkan konten
yang menarik, menghibur, dan informatif membuat mereka menjadi aset berharga
dalam promosi produk atau layanan. Kolaborasi dengan vlogger terkenal bukan
hanya membantu merek untuk mencapai target audiens yang lebih luas, tetapi juga
memperkuat citra merek melalui asosiasi dengan tokoh-tokoh yang populer di ranah
digital.
Dengan demikian, keberadaan bintang-bintang YouTube sebagai influencer
telah menjadi elemen kunci dalam strategi pemasaran, tidak hanya di Indonesia
tetapi juga di seluruh dunia. Para vlogger membawa dinamika baru dalam industri
hiburan dan pemasaran, menunjukkan bahwa era digital telah membuka peluang
baru yang besar bagi individu untuk membangun dan memperluas pengaruh mereka
secara global.
Dalam dunia pemasaran, untuk menevaluasi penggunaan influencer Rossiter
dan Percy mengemukakan VisCap model yang kemudian dikemukakan lagi oleh
Royan dalam (Kertamukti, 2015). Terdapat 4 unsur dalam VisCAP, 4 unsur tersebut
adalah Visibility, Credibility, Attraction, dan Power.
1) Visibility
Dalam konteks hubungan antara popularitas selebriti dan brand
awareness, visibility memegang peran penting sebagai ukuran seberapa jauh
38
selebriti tersebut dikenal oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, dalam mencapai
tujuan komunikasi untuk meningkatkan kesadaran merek, pemanfaatan selebriti
dengan visibility yang tinggi dapat menjadi strategi yang efektif.
2) Credibility
Dalam konteks kredibilitas selebriti sebagai endorser produk, dua faktor
utama yang memainkan peran kunci adalah keahlian dan objektivitas. Keahlian
merujuk pada pengetahuan selebriti tentang produk yang diiklankan, sementara
objektivitas mengacu pada kemampuan selebriti untuk memberikan keyakinan
atau rasa percaya kepada konsumen terhadap produk tersebut.
3) Attraction
Dalam konteks daya tarik seorang selebriti sebagai endorser produk, dua
faktor utama yang berperan penting adalah tingkat disukai (likeability) dan
tingkat kesamaan dengan personality yang diinginkan oleh pengguna produk
(similarity). Keduanya saling terkait dan tidak dapat dipisahkan dalam
menciptakan daya tarik yang efektif. Salah satu strategi untuk mencapai
kesamaan dengan personality yang diinginkan oleh target pengguna adalah
dengan memastikan bahwa selebriti mencerminkan image atau citra dari merek
yang diiklankannya. Dengan demikian, image seorang selebriti harus sejalan
dengan image produk yang akan didukungnya melalui kampanye iklan.
4) Power
Dalam konteks keberhasilan selebriti sebagai endorser produk, "power"
merujuk pada kemampuan mereka untuk mempengaruhi perilaku pembelian
konsumen. Ini menunjukkan bahwa selebriti yang digunakan dalam iklan harus
memiliki daya tarik yang kuat untuk mendorong target audiens agar membeli
produk tersebut.
39
dan memiliki kemampuan untuk memberikan dampak positif terhadap perilaku
konsumen.
Graham, 2017 dalam (Safitri & Ramadanty, 2019) pengguna yang dapat
merancang konten yang menarik, konsisten, dan relevan terhadap satu tema tertentu,
serta berhasil berinteraksi secara aktif dengan pengikutnya, cenderung memiliki
daya tarik yang lebih besar dan mendapatkan lebih banyak pengikut. Konsep ini
dikenal dengan istilah 3R: Relevance (relevansi), Resonance (resonansi), dan Reach
(jangkauan). Pengguna yang memiliki karakteristik 3R ini, yakni konten yang
relevan, interaksi yang kuat, dan jangkauan yang luas, sering dianggap sebagai
influencer atau key opinion leader. Pendapat dan pandangan dari mereka memiliki
bobot yang lebih besar dan lebih didengar oleh pengikutnya, sehingga mereka
memegang peran penting dalam membentuk opini dan perilaku konsumen.
Dalam upaya memperkuat citra merek dan mempengaruhi perilaku
konsumen, Eskayvie Phytax secara aktif dan konsisten menggunakan jasa Key
Opinion Leader. Strategi ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran merek,
menumbuhkan minat, meningkatkan kredibilitas, dan akhirnya meyakinkan
masyarakat untuk mencoba produknya. Lebih dari itu, penggunaan Key Opinion
Leader juga dimaksudkan untuk membangun hubungan emosional yang kuat,
termasuk rasa kepercayaan, kedekatan, dan keterikatan di antara para audiens. Ini
adalah pendekatan yang strategis dalam pemasaran, karena Key Opinion Leader
memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk persepsi dan keputusan
pembelian konsumen.
40
kesadaran merek terhadap suatu merek secara otomatis, memungkinkan mereka
untuk secara langsung menggambarkan elemen-elemen yang terkait dengan merek
tersebut tanpa memerlukan bantuan tambahan. Ini menggambarkan pentingnya
Brand Awareness dalam membentuk persepsi dan preferensi konsumen, serta
memengaruhi keputusan pembelian mereka. (Kotler et al., 2019) menyatakan
bahwa konsep kesadaran merek (brand awareness) merujuk pada kemampuan
konsumen untuk secara mudah mengenali dan mengidentifikasi merek dalam
pikiran mereka. Ini menunjukkan pentingnya brand awareness dalam membentuk
hubungan antara merek dan konsumen serta memengaruhi keputusan pembelian
mereka.
Menurut (Sitorus et al., 2022) konsep kesadaran merek merujuk pada
kemampuan konsumen dan pelanggan potensial untuk memahami merek, produk,
atau layanan tertentu. Pengenalan merek menjadi penting karena merupakan fondasi
bagi bisnis untuk membangun basis konsumen dan jaringan distribusi. Kesadaran
merek yang kuat menjadi kunci kesuksesan perusahaan dalam mempertahankan
posisinya di pasar yang kompetitif. Peran kesadaran merek ini sangat vital bagi
semua perusahaan yang memiliki merek, produk, dan layanan, karena dapat
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen secara signifikan. Konsumen
cenderung memilih produk atau layanan dari merek yang mereka kenal, sehingga
kesadaran merek menjadi faktor penting dalam meningkatkan penjualan dan
mempertahankan daya saing perusahaan di pasar. Kesadaran merek, atau brand
awareness, pada dasarnya merupakan kemampuan konsumen untuk mengenali atau
mengingat suatu merek dalam konteks kategori produk tertentu.
Sedangkan menurut (Krisnawati, 2016) konsep brand awareness dapat
didefinisikan sebagai kemampuan dan kesanggupan seorang calon konsumen untuk
mengenali bagian dari suatu merek atau mengingat kembali suatu merek yang terkait
dengan kategori tertentu. Ini menunjukkan pentingnya pemahaman dan pengetahuan
konsumen terhadap identitas merek dalam konteks spesifik produk atau layanan,
41
yang memainkan peran kunci dalam mempengaruhi perilaku pembelian dan
preferensi merek.
Berdasarkan definisi-definisi para ahli, dapat disimpulkan bahwa brand
awareness dianggap sebagai tujuan utama dalam komunikasi pemasaran.
Keberadaan brand awareness yang tinggi diharapkan dapat mengakibatkan
munculnya merek tersebut dalam pikiran konsumen setiap kali ada kebutuhan dalam
kategori produk yang relevan. Dengan demikian, brand tersebut akan
dipertimbangkan sebagai salah satu opsi dalam pengambilan keputusan pembelian.
Brand awareness mencerminkan tingkat pengetahuan konsumen tentang keberadaan
suatu merek, yang menjadi aspek penting dalam memengaruhi perilaku konsumen
(Cahyani & Sutrasmawati, 2016) memperlihatkan brand awareness cenderung ke
kesadaran konsumen untuk salah satu brand dari merek lain; (Krisnawati, 2016)
cenderung ke ingatan konsumen kepada merek.
Menurut (Sitorus et al., 2022) konsep kesadaran merek merujuk pada
kemampuan konsumen dan pelanggan potensial untuk memahami merek, produk,
atau layanan tertentu. Pengenalan merek menjadi penting karena merupakan fondasi
bagi bisnis untuk membangun basis konsumen dan jaringan distribusi. Kesadaran
merek yang kuat menjadi kunci kesuksesan perusahaan dalam mempertahankan
posisinya di pasar yang kompetitif.
Peran kesadaran merek ini sangat vital bagi semua perusahaan yang memiliki
merek, produk, dan layanan, karena dapat mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen secara signifikan. Konsumen cenderung memilih produk atau layanan
dari merek yang mereka kenal, sehingga kesadaran merek menjadi faktor penting
dalam meningkatkan penjualan dan mempertahankan daya saing perusahaan di
pasar. Kesadaran merek, atau brand awareness, pada dasarnya merupakan
kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat suatu merek dalam konteks
kategori produk tertentu.
Ada beberapa dimensi guna mengukur kesadaran merek telah dikemukakan oleh
(Kotler et al., 2019):
42
1. Brand Recall, Mewakili kekuatan ingatan konsumen ketika ditanya merek apa
yang mereka ingat. Merek adalah pertanyaan pertama yang berkaitan dengan
kategori produk.
2. Brand Recognition, yaitu seberapa besar daya ingatan yang dimiliki konsumen
untuk mengenali kategori merek tertentudengan mengarahkan pertanyaan
sambil menyebutkan karakteristik merek produknya sendiri untuk kesadaran
merek perusahaan.
3. Purchase Decision, yaitu kekuatan ingatan konsumen untuk menempatkan
merek produk perusahaan dalam pilihan keranjang belanja alternatif ketika
ingin membeli suatu produk atau jasa.
4. Consumption: Konsumen membeli merek produk perusahaan karena merek
tersebut ada dalam pikiran mereka.
43
1. Jaringan antar pengguna (Network), yang menjadi fondasi utama yang
menghubungkan perangkat dan individu, memungkinkan terciptanya
komunikasi yang mudah.
2. Informasi (information), yang menjadi motivasi utama pengguna dalam
menggunakan media sosial untuk mencari informasi, berinteraksi,
membuat konten, dan membentuk identitas online.
3. Arsip (Archive), di mana setiap konten yang diunggah akan tersimpan
dan dapat diakses kapan pun dan di mana pun.
4. Interaksi (interaction), yang menjadi fokus utama pengguna dalam
memperluas jejaring sosial mereka melalui berbagai bentuk respons
seperti komentar, suka, dan berbagi.
5. Simulasi sosial (Social Simulation), yang menciptakan ruang virtual
yang terbuka dan tanpa batas untuk interaksi sosial.
6. Konten oleh pengguna (user generated content) , di mana setiap
individu dapat membuat dan membagikan konten sesuai keinginan
mereka.
7. Penyebaran (sharing), yang tidak hanya menciptakan konten tetapi juga
memfasilitasi penyebaran dan pengembangan kembali konten oleh
pengguna lainnya. Dengan pemahaman akan karakteristik ini, dapat
lebih memahami peran dan dinamika media sosial dalam kehidupan
modern.
2.5.2. Ciri Khas Media Sosial
Media Sosial juga memiliki ciri khas nya sendiri, kita bisa mengetahui
sebuah Media Sosial melalui ciri-cirinya antara lain:
1. Partisipasi pengguna
Semua media sosial mengajak semua penggunanya untuk dapat
berperan aktif yang dimana diharapkan dapat memberi umpan balik
terhadap sesuatu pesan ataupun konten di media sosial. Pesan yang
dikirimkan bisa diterima ataupun dibaca oleh banyak orang.
44
2. Adanya keterbukaan
Rata-rata media sosial memberikan kesempatan untuk penggunanya
untuk membagikan komentar, melakukan vote, berbagi, dan lain- lain.
Pengiriman pesan dapat dilakukan dengan bebas tanpa harus melalui
Gatekeeper.
3. Adanya perbincangan
Mayoritas media sosial membolehkan adanya interaksi terhadap sesuatu
konten, baik itu dalam wujud respon maupun pembicaraan antar
penggunanya. Serta penerima pesan bebas menentukan kapan
melaksanakan interaksi terhadap pesan tersebut.
4. Keterhubungan
Lewat media sosial, para penggunanya bisa tersambung dengan
pengguna yang lain lewat sarana tautan (links) serta sumber data yang
lain. Proses untuk pengiriman sebuah pesan ke suatu media sosial jauh
lebih cepat dibandingkan dengan media yang lain membuat informasi
banyak terhubung di dalam satu media sosial. Media sosial sebagai
sebuah konten digital dan interaksi yang dibuat oleh para pengguna
internet untuk dirinya sendiri (Pratama, 2020).
45
Penggunaan Key Opinion Leader (KOL) di
Media Sosial Produk Phytax PT Eskayvie
Global Indonesia
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
47
secara langsung dalam pengumpulan dan analisis data, sehingga memungkinkan
peneliti untuk menggali persepsi, pandangan, dan pengalaman partisipan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian studi kasus.
Pendekatan studi kasus menggambarkan secara detail dan menyeluruh suatu
fenomena yang spesifik dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data,
seperti observasi, wawancara, dan analisis dokumen (Creswell, 2014).
Dalam pendekatan studi kasus, peneliti dapat meneliti secara detail
bagaimana seorang Key Opinion Leader (KOL) mengelola konten yang ia buat di
sosial media perusahaan tertentu. Peneliti dapat mengumpulkan data tentang tugas,
tanggung jawab, dan strategi yang digunakan oleh Key Opinion Leader (KOL) untuk
memperoleh dan membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam
membuat konten di sosial media.
48
analisis suatu penelitian dapat berupa benda, individu, kelompok, wilayah, dan
waktu tertentu sesuai dengan fokus penulisannya. Unit analisis adalah satuan yang
diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial
seperti misalnya aktivitas individu atau kelompok sebagai subjek penelitian. Unit
analisis merupakan salah satu komponen dari penelitian kualitatif. Secara
fundamental, unit analisis berkaitan dengan masalah penentuan apa yang dimaksud
dengan kasus dalam penelitian. Dalam studi kasus klasik, kasus mungkin bisa
berkenaan dengan seseorang, sehingga perorangan merupakan kasus yang akan
dikaji, dan individu tersebut unit analisis primernya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa unit analisis merupakan
salah satu komponen dalam penelitian yang bisa dijadikan sebagai bahan penelitian
untuk mengambil keputusan. Unit tersebut bisa berupa benda, individu, kelompok,
wilayah maupun waktu tertentu.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan subjek seorang pekerja sebagai
Digital Marketing Manager PT Eskayvie Global Indonesia dan KOL Management.
Benda yang digunakan sebagai unit analisa pada penulisan kali ini adalah media
yang digunakan untuk mem-posting konten KOL, lalu waktu yang di analisa adalah
waktu dalam melakukan posting konten KOL.
49
3.6. Sumber Data
Jenis data pada penelitian ini adalah data primer (primary data). Data primer
adalah menghimpun data secara langsung melalui sumber yang didapat kemudian
diolah oleh lembaga yang bersangkutan. Data primer lebih sering dianggap relevan
karena data yang dikumpulkan diperuntukan untuk memberikan hasil penelitian
(Hendrajana et al., 2023).
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, yaitu teknik
pengumpulan data yang dilakukan melalui tanya jawab antara pewawancara dengan
informan untuk mendapatkan informasi sehubungan dengan tujuan penelitian.
50
3.8. Metode Analisis Data
Analisis data menurut Sugiyono adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan shingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2018). Teknik analisis data
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles dan Huberman,
analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu
(Sugiyono, 2018). Miles dan Huberman mengemukakan bahwa metode atau teknik
pengolahan data kualitatif dapat dilakukan melalui tiga tahap, yakni:
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan tujuan untuk merangkum atau
menyederhanakan data yang telah diperoleh dan mengklasifikasikannya
sesuai dengan fokus penelitian.
2. Penyajian Data
Penyajian data dibuat dari hasil klasifikasi informasi atau data-data yang
diperoleh dari observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Hal ini
dilakukan agar data-data dapat disajikan secara sederhana tanpa mengurangi
isinya.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari analisis data. Pada bagian
ini peneliti membuat kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh.
Kesimpulan ini dibuat dengan tujuan untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini. (Sugiyono, 2018).
51
3.9. Keabsahan Penelitian
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif melibatkan serangkaian teknik
yang bertujuan untuk memastikan validitas, reliabilitas, dan keakuratan interpretasi
terhadap data yang dikumpulkan. Menurut Sugiyono, dalam bukunya yang berjudul
"Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D" (2016), menjelaskan bahwa
uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan melalui beberapa teknik, di
antaranya:
1. Credibility (Kredibilitas): Credibility berkaitan dengan keakuratan,
keandalan, dan kepercayaan terhadap temuan penelitian. Untuk menguji
credibility, peneliti dapat menggunakan teknik-teknik berikut:
- Member-checking: Melibatkan partisipan atau orang yang terlibat
dalam penelitian untuk memverifikasi keakuratan dan interpretasi data
yang dikumpulkan.
- Prolonged Engagement: Mengekspos diri peneliti dalam jangka waktu
yang cukup lama di lapangan untuk memperoleh pemahaman yang
mendalam dan akurat tentang fenomena yang diteliti.
- Triangulasi: Menggunakan berbagai sumber data, metode, atau
peneliti yang berbeda untuk memverifikasi temuan dan memperkuat
kepercayaan terhadap hasil penelitian.
2. Transferability (Transferabilitas): Transferability berkaitan dengan sejauh
mana temuan penelitian dapat diterapkan pada konteks atau populasi lain.
Untuk menguji transferability, peneliti dapat melakukan hal-hal berikut:
- Deskripsi Kontekstual yang Mendalam: Memberikan deskripsi yang
rinci tentang konteks penelitian, partisipan, dan lingkungan di mana
penelitian dilakukan agar pembaca dapat mengevaluasi sejauh mana
temuan penelitian dapat diterapkan pada situasi serupa.
- Memberikan Informasi Tentang Sampel: Memberikan informasi yang
detail tentang karakteristik dan seleksi sampel untuk membantu
52
pembaca mengevaluasi sejauh mana temuan penelitian dapat
diterapkan pada populasi yang lebih luas.
3. Dependability (Keandalan): Dependability berkaitan dengan konsistensi dan
kestabilan temuan penelitian. Untuk menguji dependability, peneliti dapat
menggunakan teknik-teknik berikut:
- Audit Trail: Mendokumentasikan langkah-langkah penelitian secara
sistematis, termasuk proses pengumpulan data, analisis data, dan
interpretasi, sehingga penelitian dapat direplikasi oleh peneliti lain.
- Peer Debriefing: Melibatkan peninjauan ulang oleh peneliti atau rekan
sejawat untuk memastikan bahwa proses penelitian dan interpretasi
data dilakukan dengan konsistensi dan kecermatan.
4. Confirmability (Konfirmabilitas): Confirmability berkaitan dengan sejauh
mana hasil penelitian didasarkan pada data yang terkumpul, bukan pada
pendapat atau bias peneliti. Untuk menguji confirmability, peneliti dapat
menggunakan teknik-teknik berikut:
- Reflexivity: Merefleksikan peran dan pengaruh peneliti terhadap
penelitian dan mengakui dan mengelola bias yang mungkin timbul.
- Memberikan Deskripsi yang Mendalam tentang Metode dan Proses
Penelitian: Memberikan deskripsi yang rinci tentang proses
pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi untuk memastikan
bahwa hasil penelitian didasarkan pada data yang objektif (Sugiyono,
2016).
53
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahmadi, C., & Hermawan, D. (2013). E-business dan E-commerce. Yogyakarta. Andi
Budiastuti, Dr. D., & Agustinus Bandur, Ph. D. (2018). Validitas Dan Reliabilitas
Penelitian Dilengkapi Analisa Dengan Nvivo, Spss dan Amos. Bogor. Mitra
Wacana Media.
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches (Edisi 6). New York. Sage Publications.
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2018). Research Design Qualitative, Quantitative,
and Mixed Methods Approaches . In Megan O’Heffernan (Ed.), Research Design
(Fifth Edition). Library of Congress Cataloging.
Hendrajana, G. M. R., Dersana, M., Mahendra, W. E., & Sukaarnawa, G. M. (2023).
Dasar-Dasar Metodologi Penelitian . Jakarta. (M. T. Semara, Ed.).
Kertamukti, R. (2015). Strategi Kreatif dalam Periklanan: Konsep Pesan, Media,
Branding, Anggaran. Jakrata. PT Raja Grafindo Persada.
Kotler, P., Keller, K., Brady, M., Goodman, M., & Hansen, T. (2019). Marketing
Management. New York. Pearson.
Kotler, Philip, Keller, & Kevin Lane. (2016). Manajemen Pemasaran (13th ed.).
Jakrata. Erlanga.
Manzilati, A. (2017). Metodologi penelitian kualitatif: paradigma, metode dan
aplikasi. Malang: UB Press.
Nasrullah, R. (2017). Media sosial : perspektif komunikasi, budaya, dan sosioteknologi
(N. S. Nurbaya, Ed.). Jakrata. PT. Remaja Rosdakarya.
Pratama, I. P. A. E. (2020). Social media dan social network : memahami dan
menguasai penerapan social media dan social network dalam berbagai aspek :
bisnis, teknologi, etika, dan privasi. Bandung: Informatika Bandung.
54
Prisgunanto. (2014). Komunikasi Pemasaran Era Digital. . Jakrata. Prinsani
Cendekia.
Sarwono, S. W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta. Rajagrafindo Persada.
Sitorus, S. A., Romli, N. A., Tingga, C. P., Sukanteri, N. P., Putri, S. E., Gheta, A. P.
K., Wardhana, A., Nugraha, K. S. W., Hendrayani, E., Susanto, P. C., Primasanti,
Y., & Ulfah, M. (2022). Brand Marketing: The Art of Branding (Acai Sudir).
Bandung. Media Sains Indonesia.
Sugiyono. (2018). Metode penelitian kuatintatif, kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, D. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung. PT
Alfabet.
Jurnal
Aldila Dense, & A Sigit Pramono Had. (2021). Strategi Public Relations“Chiki
Twist”dalam Meningkatkan Brand Awareness. Ilmu-Ilmu Sosial , 13.
https://doi.org/https://doi.org/10.21776/ub.interaktif.2021.013.02.5
Ateke, B. W. (2016). The relationship between celebrity endorsement and brand image
in the fastfood industry in Port Harcourt, Nigeria. European Journal of Business
and Management, 7(27), 179.
Cahyani, K. I., & Sutrasmawati, RR. E. (2016). Pengaruh Brand Awareness Dan Brand
Image Terhadap Keputusan Pembelian. Management Analysis, 5(4), 282.
F. Zhao & Kong. (2017). Discovering Social Network Key Opinion Leaders Based
Psychology Theory in Social. International Journal of Management and
Applied Science, 3(9), 43–49.
https://www.iraj.in/journal/journal_file/journal_pdf/14-407-151151931643-
49.pdf
Fadliyya Syifa Nurulita, & Intan Primadini. (2021). Peran key opinion leaderdalam
pemasaran film bertema kekerasan seksual. Komunikasi Profesional , 5.
https://doi.org/https://doi.org/10.25139/jkp.v5i2.3630
55
Krisnawati, D. (2016). Pengaruh Brand Awareness Terhadap Keputusan Pembelian
Amdk Merek Aqua (Studi Pada Masyarakat Di Kota Bandung). Manajemen
Bisnis Krisnadwipayana, 4(1).
Malik, Muhammad, E., Ghafoor, Muhammad, M., Iqbal, H., Riaz, U., & S, Shahbaz.
(2013). Importance of Brand Awareness and Brand Loyalty in Assessing
Purchase Intentions of Consumer. International Journal of Business and Social
Science, 4(5), 33.
Puspitasari, A. F., & Shen, C. W. (2014). Brand Awareness, Ad Attıtudes and Ad
Features Toward Engagement on YouTube: an Empırıcal Study of Green
Automobıles. Asia Pacific Management and Business Application, 2(3), 44.
Rizal Dani. (2022). Tren Minuman 2022, Konsumen Beralih Ke Gaya Hidup Sehat
Pasca Pandemi Covid-19. Https://Timesindonesia.Co.Id/Gaya-
Hidup/416998/Tren-Minuman-2022-Konsumen-Beralih-Ke-Gaya-Hidup-
Sehat-Pasca-Pandemi-Covid19.
Safitri, Y., & Ramadanty, S. (2019). Strategi keterlibatan key opinion leaders dalam
kampanye public relations di Indonesia. Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia,
2(2), 88–89.
Sahara Baharsyam, & Tri Wahyuti. (2022). Strategi Penggunaan Key Opinion Leader
(KOL) Di Media Sosial Untuk Meningkatkan Brand Awareness Produk Sania
Royale Soya Oil. Ilmiah Ilmu Komunikasi , 3.
https://doi.org/https://doi.org/10.51353/kvg.v3i1.612
Sarif, H., Suryantoro, H., & Wiratama, J. (2017). Pengaruh Media Sosial Facebook
Terhadap Perkembangan E–Commerce Di Indonesia. Jurnal Teknik Mesin,
Elektro Dan Ilmu Komputer, 8(2), 415–420.
Sendy Yunisa Rizki, & Amalina. (2023). Strategi Marketing Public Relation Traveloka
Dalam Promosi Pemesanan Hotel Menggunakan Awkarin sebagai Key Opinion
Leader. Media Penyiaran, 3, 21–21.
https://doi.org/https://doi.org/10.31294/jmp.v3i02.3354
56
Setyowati, D. (2018). 2018 Jadi Musim Panen Influencer Media Sosial. Katadata.
https://katadata.co.id/digital/nasional/5e9a55e46a3a2/2018-jadi-musim-panen-
influencer-media-sosial
Venessa Agusta Gogali, Dina Andrian, & Muhammad Tsabi. (2022). Penggunaan
KOLs Sebagai Strategi Komunikasi Pemasaran Kanzler Di TikTok. Media
Penyiaran , 02(2797–809), 110–120.
https://doi.org/https://doi.org/10.31294/jmp.v2i2.1716
Wardani, Yulita, E. (2014). Analisis perbandingan peng-guna celebriti endorser dan
typical- person endorser dan hubungannya dengan brand image produk hand &
body lotion citra. Ekonomi Dan Bisnis Universitas Dian Nuswan-Toro, 1(1), 13.
Xiong, L. , C. V. , L. K. M. Y. , & L. L. (2021). A study of KOL effectiveness on brand
image of skincare products. Enterprise Information Systems. Enterprise
Information Systems, 15(10), 18.
Web
Badan Pusat Statistika. (2020). Pertumbuhan Sektor Industri.
Https://Www.Bps.Go.Id/Id/Publication/2022/09/30/206f24701aea1e4a26b6f1ff
/Statistik-Industri-Manufaktur-Indonesia--2020.Html.
hellosehat.com. (2023). 8 Rekomendasi Minuman Fiber Terbaik untuk Bantu Jaga
Berat Badan Ideal. Https://Hellosehat.Com/Nutrisi/Fakta-Gizi/Minuman-Fiber-
Terbaik/.
57