MELANIE KLEIN-PELOPOR ANALISIS ANAK (Melanie Klein-Pioneer of Child Analysis)
MELANIE KLEIN-PELOPOR ANALISIS ANAK (Melanie Klein-Pioneer of Child Analysis)
Cantumkan link tautan dan tanggal akses artikel untuk mengutip artikel ini sebagai referensi
PALEMBANG
2024
1
Melanie Klein, seorang psikoanalis Austria-Inggris, merupakan tokoh penting dalam
perkembangan psikoanalisis anak dan teori relasi objek. Lahir sebagai Melanie Reizes
di Wina pada tahun 1882, Klein mengalami masa kecil yang penuh tantangan, yang
perempuan terhadap pendidikan tinggi masih sangat terbatas. Klein menikah muda
pada usia 21 tahun dan memulai keluarga, yang lebih lanjut membatasi
Sándor Ferenczi, yang mengenalkannya pada karya Sigmund Freud (Segal, 2018).
Pengalaman ini menjadi titik balik dalam karir Klein, membawanya pada kontribusi
karya Sigmund Freud "On Dreams" pada tahun 1914. Buku ini membuka perspektif
Budapest pada tahun 1910, Klein bertemu Ferenczi dan mulai menjalani analisis
dengannya. Ferenczi tidak hanya menjadi analis Klein tetapi juga mentornya dalam
___________
*Penulis seorang tenaga pendidik di Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Banyuasin (NUPTK:3559753654200013)
dan penyuluh antikorupsi (PAK:915.0.00221.2024)
2
Pelatihan Klein dengan Ferenczi bersifat non-konvensional dan intensif. Berbeda
dengan program pelatihan formal, Klein belajar melalui kombinasi analisis pribadi,
diskusi teoretis, dan supervisi klinis langsung. Pendekatan ini memungkinkan Klein
1988).
permainan sebagai media utama. Ia menyadari bahwa anak-anak sering kali kesulitan
permainan menjadi sarana komunikasi yang lebih alami dan efektif. Melalui
oleh anak tersebut (Spillius et al., 2011). Pendekatan ini memungkinkan Klein untuk
mengakses dan memahami dunia batin anak dengan cara yang belum pernah
terlalu terikat pada dogma psikoanalitik yang ada. Pengaruh Ferenczi terlihat dalam
Meskipun tidak memiliki latar belakang akademis formal, atau mungkin justru
3
mungkin berkontribusi pada kebebasannya untuk berpikir di luar kerangka
paranoid, dan pembentukan superego terjadi pada masa bayi yang sangat awal,
bahkan sebelum usia satu tahun (Klein, 1946/1975). Teori ini menantang pemahaman
mental bayi dan neurosis serta psikosis orang dewasa. Ia berpendapat bahwa bayi
mengalami kecemasan dan konflik internal yang intens, mirip dengan yang dialami
oleh orang dewasa dengan gangguan mental serius. Menurut Klein, perbedaannya
terletak pada kemampuan ego yang belum matang pada bayi untuk mengatasi
pemahaman yang lebih mendalam tentang asal-usul gangguan mental dan potensi
intervensi dini.
Salah satu konsep kunci dalam teori Klein adalah mekanisme pertahanan
dan proyeksi untuk mengatasi kecemasan dan agresi. Dalam proses ini, bayi
objek eksternal untuk melindungi diri dari kecemasan yang tidak tertahankan (Klein,
yang terjadi pada beberapa bulan pertama kehidupan, ditandai oleh kecemasan
depresif melibatkan pengakuan bahwa objek yang dicintai dan dibenci adalah sama,
mengarah pada perasaan bersalah dan keinginan untuk memperbaiki (Steiner, 2019).
subjektif oleh beberapa pihak (Feldman, 2020). Kurangnya pendidikan formal Klein
yang cermat dan artikulasi teoretis yang kuat (Kristeva, 2001). Klein membuktikan
dirinya melalui keberhasilan praktik klinisnya, terutama dalam bekerja dengan anak-
kredensial akademis formal (Mitchell & Black, 2016). Perjalanan non-tradisional Klein
jalan bagi perspektif baru dan mendorong psikoanalisis untuk melihat melampaui
telah diadaptasi dan dikembangkan oleh banyak terapis anak, menjadi pendekatan
standar dalam psikoterapi anak. Selain itu, pemahamannya tentang kehidupan batin
bayi telah mempengaruhi pendekatan dalam perawatan ibu-anak dan intervensi dini
Dalam konteks Indonesia, teori Klein telah mendapat perhatian dan aplikasi
dalam bidang psikologi klinis dan perkembangan anak. Penelitian oleh Widyastuti
Indonesia, khususnya dalam konteks pengasuhan anak. Penerapan teori ini di setting
pengasuhan yang sangat protektif dan cenderung membatasi otonomi anak. Hal ini
mungkin berakar pada nilai-nilai kolektivisme yang kuat dalam budaya Indonesia, di
mana keselamatan dan kesejahteraan anak dianggap sebagai tanggung jawab utama
keluarga. Orang tua mungkin mengalami kecemasan yang intens terkait dengan
6
ancaman potensial terhadap anak mereka, baik secara fisik maupun sosial.
dunia luar dilihat sebagai "buruk" atau berbahaya, sementara lingkungan keluarga
mengalami konflik internal ketika mereka mulai mengenali bahwa anak mereka
adalah individu yang terpisah dengan kebutuhan dan keinginan sendiri. Proses ini
dapat menimbulkan perasaan bersalah dan kecemasan, terutama jika orang tua
merasa bahwa mereka telah terlalu membatasi anak atau gagal memenuhi ekspektasi
sosial tentang peran mereka sebagai orang tua. Namun, pengakuan ini juga dapat
membuka jalan bagi pengasuhan yang lebih empatik dan responsif, di mana orang
melalui contoh berikut, sebuah keluarga di Jawa dengan anak perempuan berusia 7
tahun. Orang tua, terutama ibu, sangat protektif dan jarang mengizinkan anak
bermain di luar rumah tanpa pengawasan ketat. Ini mencerminkan posisi paranoid-
skizoid, di mana dunia luar dianggap penuh ancaman. Ketika anak mulai
kemandirian bagi perkembangan anak, namun juga merasa cemas dan bersalah
7
karena "mengabaikan" tanggung jawab melindungi anak. Proses ini menandai transisi
ke posisi depresif. Dengan bantuan konseling keluarga yang sensitif budaya, orang
sesuai usia, sambil tetap menghormati nilai-nilai budaya mereka. Mereka mulai
mengizinkan anak bermain di luar dengan pengawasan yang lebih longgar dan
dan psikologi anak hingga saat ini. Idenya tentang kehidupan batin bayi yang
kompleks telah membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang perkembangan
kognitif dan emosional anak usia dini. Selain itu, pemahamannya tentang hubungan
dalam bidang psikiatri perkembangan dan neurobiologi (Fonagy & Target, 2022).
pengaruhnya terhadap praktik klinis dan penelitian psikologis tidak dapat disangkal.
Warisan Klein mengingatkan kita akan kompleksitas kehidupan batin manusia sejak
usia dini dan pentingnya intervensi terapeutik yang sensitif dan berbasis pemahaman
8
Daftar Pustaka
2. Fonagy, P., & Target, M. (2022). Playing with reality: The persistence of
enactment in developmental psychopathology. Journal of Child
Psychotherapy, 48(1), 1-21.
7. Spillius, E. B., Milton, J., Garvey, P., Couve, C., & Steiner, D. (2011). The new
dictionary of Kleinian thought. Routledge.
9. Widyastuti, T., & Poerwandari, E. K. (2021). Aplikasi teori relasi objek Melanie
Klein dalam memahami dinamika pengasuhan pada keluarga Indonesia. Jurnal
Psikologi Indonesia, 18(2), 145-160.
9
Melanie Klein, an Austrian-British psychoanalyst, was a key figure in the
development of child psychoanalysis and object relations theory. Born Melanie Reizes
in Vienna in 1882, Klein had a challenging childhood, which later influenced her
interest in child psychology. At the time, women's access to higher education was still
very limited. Klein married young at the age of 21 and started a family, which further
limited her opportunities to pursue formal education (Segal, 2018). Her professional
journey began after she moved to Budapest and underwent analysis with Sándor
Ferenczi, who introduced her to the work of Sigmund Freud (Segal, 2018). This
experience was a turning point in Klein's career, leading to her revolutionary
contributions to the field of child psychoanalysis.
Klein's interest in psychoanalysis began with her experience reading Sigmund Freud's
"On Dreams" in 1914. This book opened up new perspectives for her on
understanding the human mind and motivated her to explore the field further
(Spillius et al., 2011).
Klein's training with Ferenczi was unconventional and intensive. Unlike formal
training programs, Klein learned through a combination of personal analysis,
theoretical discussions, and direct clinical supervision. This approach allowed Klein
to develop a deep understanding of psychoanalytic theory and practice while
exploring her own psychological dynamics (Young-Bruehl, 1988).
Klein developed innovative analytic techniques using play as the primary medium.
She recognized that children often have difficulty expressing their thoughts and
feelings through words, making play a more natural and effective means of
communication. Through careful observation of the child's play behavior, Klein was
able to interpret the child's unconscious internal conflicts, anxieties, and fantasies
10
(Spillius et al., 2011). This approach allowed Klein to access and understand the child's
inner world in a way that had never been done before in psychoanalysis.
Ferenczi was known for his innovative and bold approach to psychoanalysis. He
encouraged Klein to develop her own ideas and not be too tied to existing
psychoanalytic dogma. Ferenczi’s influence is evident in Klein’s willingness to explore
previously neglected areas of psychoanalysis, such as the inner lives of infants and
children (Hinshelwood, 2018).
Despite her lack of formal academic background, or perhaps because of it, Klein was
able to develop original theories that challenged psychoanalytic orthodoxy. Her non-
traditional approach to learning psychoanalysis may have contributed to her freedom
to think outside the conventional framework (Likierman, 2001).
Klein put forward the controversial idea of similarities between the mental life of the
infant and adult neuroses and psychoses. She argued that infants experience intense
anxiety and internal conflict, similar to that experienced by adults with serious
mental disorders. The difference, Klein argued, lies in the infant’s immature ego’s
ability to cope with this anxiety (Hinshelwood, 2018). This view paved the way for a
deeper understanding of the origins of mental disorders and the potential for early
intervention.
One of the key concepts in Klein’s theory is the schizoid defense mechanism. Klein
described how infants use splitting and projection mechanisms to cope with anxiety
and aggression. In this process, infants separate “good” and “bad” experiences,
projecting the negative aspects onto external objects to protect themselves from
11
unbearable anxiety (Klein, 1946/1975). Understanding these mechanisms provides
valuable insights into personality development and pathology in early life.
Klein also developed the concepts of the paranoid-schizoid position and the
depressive position as critical developmental stages in early life. The paranoid-
schizoid position, which occurs in the first few months of life, is characterized by
persecution anxiety and the use of primitive defense mechanisms. In contrast, the
depressive position involves the recognition that the loved and hated objects are the
same, leading to feelings of guilt and a desire to repair (Steiner, 2019). These concepts
provide a framework for understanding children's emotional and cognitive
development. Although Klein's theories have been influential, they have also drawn
criticism. Some critics argue that Klein overemphasizes innate factors and ignores
environmental influences on child development. In addition, her methodology for
interpreting children's play has been considered too subjective by some (Feldman,
2020). Klein's lack of formal education has often been the target of criticism from her
professional peers. Some traditional psychoanalysts have questioned her credibility
and considered her theories too speculative. However, Klein was able to defend her
position through careful clinical observation and strong theoretical articulation
(Kristeva, 2001). Klein established herself through the success of her clinical practice,
especially in her work with children. Her ability to understand and interpret the
inner world of children earned her recognition among professionals, despite her lack
of formal academic credentials (Mitchell & Black, 2016). Klein’s non-traditional
journey in psychoanalysis may have contributed to the expansion of the field. She
paved the way for new perspectives and encouraged psychoanalysis to look beyond
conventional boundaries in theory and practice (Rustin, 2020).
Klein’s influence on clinical practice has been significant. Her play techniques have
been adapted and developed by many child therapists, becoming a standard
approach in child psychotherapy. In addition, her understanding of the inner life of
the infant has influenced approaches in mother-child care and early intervention for
developmental disorders (Rustin, 2020). Klein’s concepts have also been integrated
12
into various therapeutic modalities for adults, especially in understanding and
treating personality disorders.
In the Indonesian context, Klein’s theories have received attention and application in
the fields of clinical psychology and child development. Research by Widyastuti and
Poerwandari (2021) shows how Klein’s concepts of the paranoid-schizoid and
depressive positions can be applied in understanding family dynamics in Indonesia,
especially in the context of child care. This study emphasizes the importance of
considering cultural factors in applying psychoanalytic theory in non-Western
settings.
The transition to the depressive position in the context of Indonesian parenting may
involve a complex process, given the importance of family harmony and respect for
hierarchy in Indonesian culture. Parents may experience internal conflict as they
begin to recognize that their child is a separate individual with his or her own needs
and desires. This process can lead to feelings of guilt and anxiety, especially if parents
feel that they have been too restrictive or have failed to meet social expectations
13
about their role as a parent. However, this recognition can also pave the way for more
empathetic and responsive parenting, in which parents attempt to balance the need
for protection with support for the child's developing autonomy.
14
CURRICULUM VITAE (CV)
PERSONAL DATA
Name : Wahyono Saputro
Place & Date of Birth : Palembang
Religion : Islam/Moslem
Address : Kel.Sentosa,
Seberang Ulu II Palembang
Nationality : Indonesia
Phone : 0822 1885 5257 (BI Fast /Proxy)
Email : [email protected]
[email protected]
website : independent.academia.edu/WahyonoSaputro
wahyono-saputro.blogspot.com
wahyonosaputro.wordpress.com
[email protected]
https://guru.kemdikbud.go.id/profil/Gn0zYAMJ9e
EDUCATIONAL BACKROUND
Period School/Institute Major Note
Level
2011-2015 UIN Raden Fatah Islamic Education Science (Ilmu Postgraduate, Magister (S.2.)
Palembang-Indonesia Pendidikan Islam),(Concentrate on
Academic Supervision)
2008-2010 UIN Raden Fatah Islamic Religion Education on High Bachelor (S.1.)
Palembang-Indonesia School
WORK EXPERIENCE
Period Institute Note
2024-2027 Anti Corruption Advisor (Penyuluh Antikorupsi)
2009-2024 Banyuasin District as Elementary School Teacher (Teaching Pendidikan Agama Islam
Education Office – dan Budi Pekerti)
(Indonesia)
ORGANIZATION EXPERIENCE
Period Institute Role
2011-2018 Pimpinan Wilayah (PW) Persatuan Islam as Province Secretary
(PERSIS) Provinsi Sumatera Selatan-
Indonesia (Non Government Organization)
2010-2013 LPPTKA-BKPRMI (Non Government as County District Secretary
Organization)
16 Desember Webinar Bincang-Bincang Santai: Strategi Produktif Pusat Studi Lingkungan Hidup, Institut
2022 Menulis Artikel Ilmia Berkualitas Teknologi Bandung
14 Desember Webinar STRATEGI MENYUSUN ROADMAP DUNIADOSEN.COM
2022 PENELITIAN DAN PUBLIKASI UNTUK
PENGEMBANGAN KARIR DOSEN
30 Juni 2022 WORKSHOP PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI) Kementerian PPN/BAPPENAS
2022
15