Modul SRG Pak Bilal
Modul SRG Pak Bilal
km
Zona Subduksi
0
400
650
2700
2890
5150
6378
http://www.google.co.id/images?q=geoid
1
Kiri: http://dornsife.usc.edu/earth/research/research geophysics.cfm
Kanan: http://nices.com/ESM GEOSCI/hamblin/hamblin/chapter2/multrple2/deluxe-content.html
Lempeng tektonik
LEMPENG LEMPENG
.MERIKA UT$ LEMPENG
EURASIA
EURASIA
LEMPENG_,
JUAN DE FUCA
LEMPENG
LEMPENG CARIBL4
LEMPENG
jlLIPINA
ARAB
LEMPENG EMPEN'
COCOS ' INDIA
EKUATOR
LEMPEN&
LEMPENG LEMPENG
AFRIKA J
PASIFIK i NAZCA LEMPENG
AMERIKA
LEMPENG^ / SELATAN
AUSTRALIA LEMPENG
AUSTRALIA
LEMPENG
ANTARTIKA LEMPENG
SCOTIA
2
Atmosfer
http://destinationofmarvel.blogspot.com/2011/01/seasons-and-climatic-CYcles.html
3
Hidrosfer
interception and
from transpiration
water | I from vegetation
surface ; I from soil
428
impervious from reservoir evaporation
strata from ocean
31 surface outflow
water
ocean
The hydrosphere is often called the "water sphere" as it includes all the earth's water
found in the oceans, glaciers, streams, lakes, the soil, groundwater, and in the air. The
hydrosphere interacts with, and is influenced by, all the other earth spheres. The water
of the hydrosphere is distributed among several different stores found in the other
spheres. Water is held in oceans, lakes and streams at the surface of the earth. Water is
found in vapor, liquid and solid states in the atmosphere. The biosphere serves as an
interface between the spheres enabling water to move between the hydrosphere,
lithosphere and atmosphere as is accomplished by plant transpiration. The hydrologic
cycle traces the movement of water and energy between these various stores and
spheres.
4
Es kutub
http://www.eoearth.org/article/lce age
Left: http://www.google.co.id/imgres?q=earth+dYnamic
Right: http://caos.cims.nyu.edu/docs/CP/230/cyclone Brazil.jpeg
5
Interaksi antar "sphere
atmosphere
hydrosphere
6
Orbit bumi (rotasi, revolusi) & variasi kedudukan sumbu rotasi bumi
http://www.google.co.id/imgres?q=variation+of+earth+axis+position&hl
http://www.google.co.id/imgres?q=variation+of+earth+axis+position&hl
7
June
A Sdslioe
E.irths Axis June 21
11,000 Yaais : Earth s Axis Perihelion
Aphelion
July 4 January 3
December
Solstice
Dec 22
Sep! ember
Equinox
Sol-slice /
Dec 2? /
Perihelion
•July 4
June
March
SoWcse
Equinox
June 21
Figure 4. (a) The Earth's axis of rotation does not have a fixed alignment in
space. Like a wobbling toy top, the direction of the axis moves through a slow
precession of 360" during a period of 26,000 years. This orbital characteristic
effects the time when the solstices, equinoxes, aphelion, and perihelion occur.
(b) Today, the perihelion occurs on January 3 and Aphelion occurs on July 4.
(c) Because of the axis wobble, the dates of perihelion and aphelion will
reverse. (Image Copyright: Michael Pidwirny).
Geoid
Kiri: http://www.google.co.id/imgres?q=geoid
8
Kanan: http://www.kesimpulan.com/2011/04/satelit-esa-goce-Reoid-unskap-data.html
http://www.seminole.wateratlas.usf.edu/shared/learnmore.asp?toolsection=lm navd88
Elipsoid
North Pole
9
DATUM GEODETIK
> Datum geodetik lokal: elipsoid acuan "fit" dengan geoid pada wilayah terbatas
(lokal)
> Datum geodetik global: elipsoid acuan "fit" dengan geoid untuk seluruh wilayah
permukaan bumi. Dhi, elipsoid acuan memenuhi kondisi ENN minimum
http://www.google.co. id/imgres?q=datum+geodetik&hl
10
> Undulasi geoid: N
http://www.search-results.com/fr?q=deflection+of+the+vertical&desturi
11
> Pendefinisian datum geodetik (secara astrogeodetik)
12
<i>. A Phtmblittc dclicctuni
rliiiiilihm
Ellipsoidal normal
p. A geode) ic co-ordinaf<
Datum point
13
GEOMETRI ELIPSOID
Elips dan Elipsoid
Garis/busur tempat kedudukan titik-titik yang jumlah jaraknya tetap (=2a) terhadap
dua titik (fokus) tetrtentu. Makin pipih elips, maka kedua titik fokus (Fi dan Fz) makin
menjauhi pusat elips 0.
a-b b
Penggepengan: f = ------- = 1 —
a a
a2 — b2
Eksentrisitas pertama: e =
a2
a2-b2
Eksentrisitas kedua: e' = —r-x-
aI b2
1
Elipsoid
Bangun 3D yang terbentuk oleh perputaran elips dengan poros sumbu pendeknya.
Name a f = (a - b)/a
[m]
2
Lintang geodetik (<p), lintang geosentrik lintang tereduksi (0)
p< <p
Besaran-besaran baru
W2 — 1 — e2 sin2 <p; V2 = 1 + e'2 sin2 <p
w2 = 1 - e2 sin2 P; v2 = 1 + e'2 sin2 p
Koordinat geodetik:
cp : Lintang geodetik
A : Bujur geodetik
3
h : Tinggi geodetik
Pengertian:
1. Normal elipsoid ialah garis tegak-lurus permukaan elipsoid (PPo ialah normal
elipsoid yang melalui titik P).
2. Irisan normal ialah busur pada permukaan elipsoid hasil perpotongan antara
bidang datar yang melalui garis normal dengan bidang permukaan elipsoid.
3. Meridian elipsoid merupakan irisan normal yang melalui kutub elipsoid (K)
4. Vertikal utama ialah irisan normal yang tegak-lurus meridian elipsoid
5. Geodesik ialah busur permukaan elipsoid yang terdekat menghubungkan dua
titik
Jari-jari Kelengkungan
1. Jari-jari kelengkungan meridian di suatu titik dengan lintang geodetik cp :
4
2. Jari-jari kelengkungan vertikal utama di suatu titik dengan lintang geodetik <p :
a a c
(1 — e2 sin2 tp)1/2 W V
S / e2 17 . 64
al 1----------------e4----------- e6 +
4n V 6 360 3024
5
d. Jari-jari bola dengan volume sama dengan volume elipsoid
Rv = a(l-e2)^= / 2*
e1 5 \
55 e‘+ ......... ]
Ada beberapa rumus [pendekatan] yang dapat dipilih untuk menghitung jarak busur
meridian; Pemilihan rumus perlu mempertimbangkan jarak busur dan ketelitian yang
diinginkan. Suatu rumus dapat memberikan ketelitian perhitungan tertentu untuk
batas panjang busur meridian tertentu. Berikut ini disajikan contoh rumus-rumus
perhitungan jarak busur meridian.
f<p2 /I 3 \ / 3 3 15 \
s = j Mdcp = aAcp 1 - +-cos 2cpmJ e2 - — cos 2<pm - — cos4<pmj e4
1
+ -e2Acp2 cos 2<pm
8
Dalam rumus di atas,
s : jarak busur meridian
6
<pm : lintang geodetik rerata = (epi + cp2)/2
A(p : selisih lintang geodetik antara dua titik = (<p2 - (pi)
Rumus di atas teliti sampai 0,03 meter untuk jarak busur meridian dengan A<p = 5° (=
556 km). Untuk jarak busur meridian dengan A<p = 10° (=1100 km) kesalahan dapat
mencapai 0,07m. Untuk jarak busur meridian yang lebih pendek (Acp kurang dari 5°),
rumus di atas dapat disederhanakan menjadi:
fl,,
s = MmAcp 1 +-e2Aqr cos 2cpm
o
Dalam rumus di atas, Mm ialah jejari meridian pada lintang rerata antara (pm. Untuk
jarak busur meridian kurang dari 45 km maka perhitungan jarak busur meridian dapat
menggunakan rumus:
s = MmA<p
Pendekatan:
Mm (<pq - <pp) « s cos apQ * (Np a) cos cxpq
-> s « Np o atau o « s/Np
7
Dalam rumus-rumus di atas, r|p = e'2 cos2 <pP dan tP = tan <pP
e2 / s \2
A= apQ-«QP = 7y cos2 cpm sin 2 aPQ
Harga A=0 untuk apQ=0° dan cxpq=90o. Untuk <pa=0° dan apQ=45°, A dapat mencapai
harga 0,339”, 0,085", dan 0,021" masing-masing untuk s=200 km, s=100 km, dan s=50
km. Sementara jarak maksimum antara dua irisan normal (dmax) untuk <pm=450 dan
apQ=45° dapat mencapai harga 0,050m, 0,006 m, dan 0,0008 m masing-masing untuk
s=200 km, s=100 km, dan s=50 km.
Sementara itu perbedaan arah di titik P antara irisan normal dari P ke Q dengan
geodesic dari P ke Q dapat dihitung dengan rumus:
8
Q
9
Direct problem & inverse problem
Kutub
Pifcpi, Ail
Direct problem-. <P2 = fi (<pi, Ai, ai2, s)....................... lintang geodetik titik-1
A 2 = f2 C<pi, Ai, ai2, s) ...................... bujur geodetik titik-2
a 21 = f3 C<pi, “12, s] .................... Azimut dari titik-2 ke titik-1
Inverse problem-. S = f4 C<pi, Al, <P2, A2) ......................... jarak antara titik-1 dan titik-2
ai2 = f5 (cpi, Ai, <p2, A2) ................... Azimut dari titik-1 ke titik-2
a21 = f6(<pi, Al, cp2, A2) .................. Azimut dari titik-2 ke titik-1
10
Direct problem
a2i = ai2 + Aa
Inverse problem
N2AAcoscp2
s sina12 = -
s2
1 ~ 6Nf " Sin2 0112 Sec2
1
s cos a12 = — [Acp + s2 sin2 a12 C - hs2 sin2 a122 E + (Sep)2 D]
D
s sina12
tan a12 =-------------
s cosa12
11
Sistem Koordinat Geodetik
Langkah-2 dan langkah-3 diulangi sampai perbedaan harga <pA tidak signifikan
yxi+Yj
hA
coscpA
-na
1
Sistem koordinat Toposentrik ( Lokal)
Koordinat titik B(q>B, Ab, Fib] dalam sistem Kartesian berorigin di 0 ialah (Xb, Yb, Zb].
Apabila koordinat titik B (Xb, Yb, Zb] ini ditranslasikan ke sistem Kartesian yang
berorigin di titik A dan sumbu-sumbu koordinatnya sejajar dengan sumbu-sumbu (X, Y,
Z] maka akan diperoleh koordinat titik B:
Ab\ /Xb - XA\
Yb = Yb-Ya
\Zb/ Vzb — ZA/
Koordinat titik B dalam sistem (u, v, w] diperoleh dengan transformasi sebagai berikut:
/ u \ z /xb\
-v) = R2(-(90o-(pA))R3(-(180°-AA)) Y^
atau:
— sin <pA cos Aa — sin <pA sin Aa cos <pA\ Xb\
— sin Aa cos Aa 0 yb
cos <pA cos Aa cos cpA sin Aa sin <pA/ Zb/
Azimut [Az] dan elevasi (El] titik B dilihat dari titik A ialah:
Az = tan^v/u] dan El = sin1[w/(u2+v2]1/2]
2
Tugas ke-2 mata kuliah Sistem Acuan Geodesi
*****OQAQ9A1 O*****
3
DATUM GEODETIK
> Pengertian
Datum geodetik merupakan data awal yang didefinisikan untuk membangun suatu
sistem koordinat geodetik yang meliputi parameter elipsoid acuan, origin sistem
koordinat, dan orientasi sumbu-sumbu koordinat. Ditinjau dari kedudukan elipsoid
acuan terhadap bumi fisik atau geoid, datum geodetik dapat bersifat lokal atau global.
Datum geodetik lokal (relatif) ialah datum geodetik yang elipsoid acuannya "fit" dengan
geoid pada wilayah terbatas (lokal) sedangkan datum geodetik global (absolut) ialah
datum geodetik yang elipsoid acuannya "fit” dengan geoid untuk seluruh wilayah
permukaan bumi. Kondisi untuk datum geodetik global ialah SNN minimum.
http://www.google.co.id/imgres?q=datum+geodetil<&hl
1
> Undulasi geoid: N
http://www.search-results.eom/f r?q=deflection+of+the+vertical&desturi
2
> Pendefinisian datum geodetik lokal (secara astro-geodetik)
Pendefinisian datum geodetik lokal (pada masa lalu) umumnya dilaksanakan dengan
metode astronomi-geodetik dengan langkah-langkah:
1. Pendefinisian dimensi elipsoid acuan: a, e
2. Pendifinisian origin dan orientasi sumbu-sumbu koordinat serta skala melalui
• Pendefinisian titik datum (Po) yang meliputi: koordinat geodetik (<p0, Ao, ho),
undulasi geoid No, dan defleksi veftikal (^0, r|0); Koordinat geodetik tersebut
diturunkan dari data pengamatan koordinat astronomik C4>o, Ao) dan tinggi
ortometrik (Ho) dengan rumus:
(po = 4>o — ^0
Ao = Ao - r|o sec cp0
h0 = Ho + No
(apabila didefinisikan No = Ijo = rjo = 0 maka elipsoid acuan didefinisikan
berimpit dengan geoid di titik datum)
• Di titik datum juga dilakukan pengukuran azimut awal Ao (jaring triangulasi)
secara astronomik yang kemudian dikoreksi dengan efek defleksi vertikal
untuk menuhi kondisi azimut Laplace sehingga diperoleh azimut geodetik:
cto = Ao - (Ao - Ao) sin (p0 = Ao - r|0 tan cp0
3
• Untuk jaring triangulasi, skala direalisasikan melalui pengukuran jarak basis
(sisi triangulasi).
Datum geodetik yang pemah digunakan di Indonesia, terutama untuk tujuan pemetaan, ialah
Datum Genuk (1862), Datum Bukit Serindung (1886), Datum Bukit Rimpah (1917), Datum
Gunung Segara (1937), Datum Montjong Lowe (1911), dan Datum T21 Sorong. Keenam
datum geodetik tersebut merupakan datum geodetik relatif dengan elipsoid acuan dianggap
berimpit dengan geoid di titik datum. Selanjutnya, setelah Indonesia merdeka, didefinisikan
dua datum relatif yaitu Datum Indonesia 1974 dan Datum Pulau Pisang. Datum Pulau Pisang
hanya digunakan untuk penentuan perbatasan dengan Malaysia dan Singapura.
Datum geodetik yang bersifat global didefinisikan ketika teknologi Satelit GPS telah
diterapkan di Indonesia. Pada tahun 1996 Indonesia menetapkan Datum Geodetik Nasional
1995 (DGN 1995) sebagai datum geodetik resmi untuk keperluan pemetaan di Indonesia.
DGN 1995 merupakan datum global yang didefinisikan dengan mengadopsi WGS 1984 dan
direalisasikan melalui Jaring Kontrol Honsontal Nasional Orde Nol yang dikembangkan
dengan teknologi GPS.
Melalui pedefmisian datum geodetik maka kedudukan elipsoid acuan dan salib sumbu
koordinat geodetik telah tertentu (terikat) terhadap bumi fisik, yang berarti bahwa tiap
titik di permukaan bumi memiliki koordinat yang unik dalam sistem koordinat tersebut.
Pendefinisian datum geodetik ini diperlukdh untuk pengembangan Jaring Kontrol
Geodetik atau Jaring Kontrol Horizontal (JKH). Disebut JKH karena dalam sistem
geodetik ini komponen koordinat lintang (<p) dan bujur (A) memiliki aspek aplikasi yang
lebih utama daripada komponen tinggi h, sebagaimana dalam praktek surveying bahwa
besaran tinggi yang digunakan bukan besaran h yang mengacu pada elipsoid, tetapi
tinggi ortometrik H yang mengacu pada geoid atau MSL. Dalam pemetaan permukaan
bumi, komponen koordinat (tp, A) ini ditransformasikan ke besaran koordinat (X, Y)
pada sistem koordinat peta.
Metode yang umum diterapkan dalam pengembangan JKH ialah triangulasi, trilaterasi,
dan traverse (poligon). Pengembangan JKH umumnya dilaksanakan dengan standar dan
spesifikasi tertentu, meliputi desain jaring, klasifikasi, ketelitian, metode dan peralatan
pengukuran, perhitungan, dan sebagainya. Struktur atau sebaran JKH umumnya dalam
sistem penjenjangan menurut klasifikasi (tingkat ketelitian dan kerapatan titik-titik
4
kontrol): orde-0, orde-1, dan orde-3. Dengan data koordinat geodetiknya, JKH
merupakan realisasi dari sistem (datum) geodetik sesuai dengan pendefinisiannya.
Dengan perkataan lain, JKH merupakan kerangka acuan [reference frame} sebagai
realisasi dari sistem (datum) geodetik acuan [reference system) yang telah didefmisikan.
Jaring Triangulasi
Desain jaring : sesuai klasifikasi dan spesifikasi yang distandarkan, meliputi bentuk
segitiga [strength offigure) dan panjang sisi-sisi segitiga.
Pengukuran : basis AB & sudut-sudut segitiga
sudut-sudut segitiga
azimut astronomis
Perhitungan :
S titik datum <p0 , Ao , h0 , a0
S Basis extension: AB-> CD-> EF->P0Pi
S reduksi data ukuran (jarak, sudut, azimut) ke permukaan elipsoid acuan
f perataan sudut
J perhitungan koordinat geodetik (<p, A)
J perhitungan tinggi elipsoidal h
5
*’A ^A Pluiuhline deflection
Plnmbline
Ellipsoidal normal
6
Kutub Utara
Langit
ekuator langit
Sumbu rotasi bumi menjadi sumbu-Z sistem koordinat terestrial (SKT) dan sistem
koordinat langit (SKL).
Pada SKT sumbu-X didefinisikan sebagai garis perpotongan antara bidang meridian
Greenwich dengan bidang ekuator, sedangkan pada SKL sumbu-X didefinisikan melalui
Vernal Ekuinoks (VE) yang merupakan titik lintas matahari dari Selatan ke Utara atau
perpotongan antara busur ekuator langit dengan busur ekliptika. Sumbu-Y didefinisikan
melengkapi sistem tangan kanan (RHS) baik dalam SKT maupun SKL. SKT berotasi
bersama-sama dengan bumi fisik sehingga sumbu-X selalu berada pada meridian
1
Greenwich yang kedudukannya bervariasi terhadap sumbu-X SKL seiring dengan rotasi
bumi atau GAST.
SKL ACUAN
SKL sesaat (Xs, Ys, Zs) bervariasi dari waktu ke waktu karena fenomena presesi dan
nutasi. Oleh karena itu perlu didefinisikan suatu salib sumbu SKL acuan yang
kedudukannya tidak berubah terhadap bintang yang posisinya tetap (fixed stars,
Quasars). IERS (International Earth Rotation Service] mengembangkan sistem langit
acuan ICRS (International Celestial Reference System) yang diealisasikan dalam bentuk
kerangka langit acuan ICRF (International Celestial Reference Frame). ICRF merupakan
himpunan koordinat benda-benda langit (fixed stars, Quasars) yang posisinya tetap
(proper motion =0).
2
Origin ICRS didefinisikan barisentrik (berimpit dengan pusat sistem tatasurya matahari)
dengan bidang utama (bidang XY) sedekat mungkin berimpit dengan bidang ekuator
langit rerata epok J2000 yang berarti kutub ICRS (Picrs = orientasi sumbu-Z) sedekat
mungkin berimpit dengan kutub langit rerata epok J2000 (1 Januari 2000 pukul 12:00
TT = JD2451545.0 TT). Sementara itu origin asensio rekta ICRS (Oicrs = orientasi sumbu-
X) didefinisikan dengan menetapkan Quasars 3C273B pada posisi asensio rekta a = 12h
29m 06,6997s sesuai dengan koordinatnya di dalam katalog bintang FK5 epok J2000.
3
ICRS relatif terhadap salib sumbu SKL rerata epok J2000 menurut analisis data
pengamatan VLB I. J
Karena SKL sesaat bervariasi dari waktu ke waktu, maka koordinat bintang (benda
langit) yang direferensikan pada SKL sesaat juga megalami variasi meskipun bintang
atau benda langit tersebut tidak bergerak [proper motion = 0). Transformasi koordinat
benda langit dari SKL sesaat (epok ti) ke ICRS dimodelkan sebagai berikut:
X‘ Xsl *
Y = [B][P(ti,t0)][N(ti)] Y. = [Q(ti)J Ys
- Z J ICRS ■ ZS J SKL(tj) zjL
sJSKL(t,)
Model transformasi koordinat dari ICRS ke SKL sesaat (epok ti) dapat•dituliskan sbb:
rxi rxi
= [N(t,)]T[P(ti,t0)]T[B]T VY =[Q(t|)]T Y
L ZsJSKL(tj) ■ZJiCRS L Z JICRS
Unsur-unsur matriks presesi P yang terdiri dari besaran-besaran.Eo, i|ja, coa, dan xa
dihitung dengan menggunakan rumus presesi-nutasi (IAU-2000A), sementara unsur-
unsur matriks nutasi N yang terdiri dari ea, Aip, dan Ae dihitung dengan menggunakan
rumus (Ay, A£)modei ditambah dengan koreksi (dy, de) yang dipublikasikan oleh IERS
dalam Bulletin B. Adapun unsur-unsur matriks B ialah dcio=-0,01460", ^>=0,0166170",
dan r|o=-0,0068192”.
Alternatif lain transformasi koordinat langit ialah menggunakan model matriks rotasi:
fl - aX2 —aXY X
[Q(t)] = —aXY 1-aY2 Y
. -X —Y 1 —a(X2 +Y2)J
4
Besaran Xmodei, Ymodei, dan s dihitung dengan mengunakan rumus, sedangkan dX dan dY
dapat diperoleh dari publikasi IERS dalam Bulletin B.
SKT ACUAN
SKT sesaat bervariasi dari waktu ke waktu karena fenomena gerakan kutub dan
variasi kecepatan rotasi bumi. Keduan fenomena ini disebut parameter orientasi
bumi atau EOP (Earth Orientation Parameters'). Parameter gerakan kutub dinyatakan
dalam besaran koordinat kutub (x, y), sedangakan parameter variasi kecepatan rotasi
bumi dinyatakan dalam besaran lod (Length of day) yang kemudian diturunkan ke dalam
besaran UT1 - UTC. IERS melakukan pengamatan ekstra terestrial (VLBI, LLR, SLR,
5
DORIS, GNSS) untuk memantau dinamika sumbu rotasi bumi dan hasilnya
dipublikasikan antara lain dalam Bulletin B yang memuat data EOP seperti contoh tabel
di bawah.
Karena SKT sesaat bervariasi dari waktu ke waktu maka diperlukan suatu salib sumbu
terestrial acuan yang bersifat tetap. IERS mengembangkan sistem terestrial acuan ITRS
[International Terrestrial Reference System) yang diealisasikan dalam bentuk kerangka
terestrial acuan ITRF [International Terrestrial Reference Frame). ITRF merupakan
himpunan koordinat titik-titik kontrol bumi yang posisinya bervariasi karena dinamika
kerak bumi (gerak lempeng tektonik). Salib sumbu koordinat ITRS-ITRF didefinisikan
sebagai berikut:
a. Origin pada pusat masa bumi (termasuk masa lautan dan atmosfer),
b. Satuan panjang ialah SI meter (panjang yang ditempuh oleh cahaya di dalam
medium hampa udara dalam waktu 1/299 792 458 sekon],
6
Terrestrial Pole, sumbu-X merupakan perpotongan antara bidang meridian nol
BIH dengan bidang yang melalui origin dan tegak-lurus sumbu-Z, dan sumbu-Y
melengkapi sistem menjadi Sistem Tangan Kanan)
d. Dalam kaitannya dengan gerak horizontal lempeng tektonik global, evolusi
orientasi sumbu koordinat diasumsikan tidak mengalami gerak memutar [no-net
rotation).
Karena SKT sesaat bervariasi, maka koordinat titik di bumi yang direferensikan pada
SKT sesaat juga megalami variasi. Transformasi koordinat dari ITRS ke SKT sesaat (epok
ti) dan sebaliknya dari SKT sesaat (epokti) ke ITRS dimodelkan sebagai berikut:
X‘
X
[Xs] [Xs]
= [W(ti)] Y dan = [W(t|)]T
>
Ys Ys
LzsJ SKT (ID Z. ITRS L z J ITRS L zsJ
SKT(tj)
= R3(s')R2(xP)Rl(yP)
(Xp, Yp) — (X, y)iERS + (Ax, Ay) ocean tide + (Zlx, Ay)liberation
s' ~ - 0,000047'7
t = [JD(ti=TT) - 2451545,0] 736525
Untuk transformasi dari SKT sesaat ke SKL sesaat dan sebaliknya dari SKL sesaat ke SKT
sesaat (epokti) digunakan model:
X >
X X
1
Fxs]
</)
..... .
LzJ SKL(tj)
1
7
[R(ti)] = R3(—GAST)
8
DATUM (GEODETIK GLOBAL) DINAMIK
Karena fenomena gerak lempeng tektonik, maka titik-titik di Bumi juga bergerak sesuai
dengan gerak lempeng tektonik tempat titik tersebut berada. Dengan demikian maka
posisi spasial titik-titik kontrol yang direferensikan pada sistem koordinat acuan
tertentu (misal ITRF atau ETRF) juga berubah, sehingga titik-titik kontrol tersebut tidak
lagi dapat dianggap tetap (pada tingkat ketelitian tertentu dan untuk jangka waktu
tertentu). Kondisi ini menuntut pemutakhiran data koordinat titik-titik kontrol secara
periodik untuk memelihara kehandalan sistem dan kerangka acuan. Kehandalan sistem
dan kerangka acuan ini diperlukan karena fungsinya sebagai acuan atau ikatan dalam
penentuan posisi spasial titi-titik yang lain.
Di masa lalu, sistem atau datum geodetik (lokal) direalisasikan melalui satu titik datum.
Sekarang, sistem atau datum geodetik (global) direalisasikan melalui jaring titik kontrol
atau fiducial points yang tersebar di seatero permukaan bumi seperti ITRS yang
direalisasikan melalui ITRF. Dengan perkataan lain, koordinat fiducial points ITRF secara
implisit merealisasikan origin dan orientasi salib sumbu kordinat serta skala yang telah
didefinisikan. Karena posisi spasial fiducial points dalam ITRF bervariasi dari waktu ke
waktu terutama karena gerak lempeng tektonik, maka koordinat fiducial points tersebut
perlu diperbaharui secara periodik. Data ITRF terdiri dari koordinat (X, Y, Z) dan laju
pergeseran atau velocity field (Vx, Vy, Vz) pada epok acuan tertentu. Pemutakhiran ITRF
secara periodik selama kurun waktu 20 tahun telah menghasilkan 13 versi ITRF, mulai
dari 1TRF88 sampai dengan ITRF2008. Istilah datum dinamik nampaknya pantas
diberikan kepada sistem dan kerangka acuan geodetik yang data koordinat beserta laju
pergeseran fiducial points nya dimutakhirkan secara berkala.
1
Tiap versi ITRF merealisasikan secara unik kedudukan origin dan orientasi sumbu
koordinat serta skala yang telah didefinisikan. Variasi kecil yang ditemui antara versi
ITRF mengindikasikan konsistensi dan kehandalan sistem dan kerangka acuan yang
dikembangkan. Dengan adanya variasi antara versi ITRF tersebut maka diperlukan
transformasi (datum) untuk menghubungkan atau mengintegrasikan titik-titik yang
koordinatnya mengacu pada versi ITRF yang berbeda.
2
mengintegrasikan titik-titik yang mengacu pada versi ITRF yang bebeda ke dalam versi
ITRF yang sama. Demikian pula realisasi WGS84 dengan G730 pada tahun 1994, G873
pada tahun 1996, dan G1150 pada tahun 2001. Variasi antar ITRFyy ditunjukkan oleh
nilai besaran parameter transformasi antar ITRFyy (lihat Fahrurrazi, 2011). Parameter
transformasi antar ITRFyy terdiri dari 14 parameter, yaitu besaran transIasi origin dan
perubahannya (6 parameter), besaran faktor skala dan perbahannya (2 parameter),
serta besaran rotasi sumbu koordinat dan berugahannya (6 parameter).
■ cosOz cosOy sinOz cosOx + cosOz sinOy sinOx sinOz sinOx - cosOz sinOy cosOx'
-sinOz cosOy cosOz cosOx - sinOz sinOy sinOx cosOz sinOx + sinOz sinOy cosOx
sinOy —cosOy sinOx cosOy cosOx
Untuk sudut rotasi kecil (< 3") maka dapat diambil pendekatan:
- 1
R= ~ 0z 1
0Y -ex
dalam rumus di atas, Ox, 0y, 0z dalam satuan radian
3
Rumus transformasi 14 parameter (lihat penjabaran dalam Fahrurrazi, 2011):
[X(t)]zz = [ T ] + (1 + D)[ R ] |[[X(tox)]yy + [X(tox)]yy(t - t0X)J + [ T ](t - t0) +
~ey
(1 + D)[ R] = (1 + D) Ex
1
0 €Z(t-t0) -€y(t-t0)
(l + D)[R](t-to) = (l + D) -6z(t-to) 0 Ex(t t0)
Ey(t t0) —Ex(t 0
1 €Z €y
D(t — t0)[ R ] = D(t — to) -ez 1 ex
ey “Ex 1
CONTOH PERHITUNGAN
(Sumber: John Dawson & Jim Steed, Geoscience Australia)
Diketahui:
> Koordinat titik dalam ITRF2000 epok t = 2002,0 (1 Januari 2002) ialah
X=-4052052,048 meter; Y=4212836,105 meter; Z=-2545105,587 meter atau
dalam GRS80, <p = -23° 40' 12,4314"; A = 133° 53’ 07,8574”; h = 603,287 meter.
> Data parameter transformasi dari ITRFyy=lTRF2000 ke ITRFzz=GDA94
(Geodetic Datum Australia-1994) untuk epok acuan to = 2000,0 ialah
Epok Tx Ty Tz D £x ‘ Gy ez
(meter) (meter) (meter) ppm (as) (as) (as)
2000,0 -0,0761 -0,0101 +0,0444 +0,007935 0,008765 0,009361 0,009325
/tahun +0,0110 -0,0045 -0,0174 -0,000538 0,001034 0,000671 0,001039
5
X Tx —4052052,048' -4052051,765'
Y Ty + (1 + D)[R] +4212836,105 +4212836,205 m
■ Z -1GDA94 .Tz. . —2545105,587. 1TRF2ooo(t) -2545106,027.
6
SOAL LATIHAN (PR)
Diketahui koordinat dan laju pergeseran titik stasiun GPS dalam 1TRF2008 untuk epok
acuan tox = 2005,0 sebagai berikut: ________________________
X/Vx Y/Vy Z/Vz
Koordinat -1836969,134 m 6065617,070 m -716257,812 m
Laju pergeseran -0,0226 m/tahun -0,0113 m/tahun -0,0061 m/tahun
Problem:
1. Transformasikan koordinat satasiun GPS dalam ITRF2008 epok tox tersebut ke
koordinat geodetik dengan menggunakan elipsoid WGS84 !
2. Dengan rumus (3), transformasikan koordinat satasiun GPS dalam ITRF2008
epok tox tersebut ke ITRFzz epok t = 2012,0 (lihat catatan di bawah)
menggunakan data parameter transformasi yang tertera dalam tabel 4.5 halaman
205, buku "Sistem Acuan Geodetik..." !
3. Transformasikan koordinat kartesi dalam ITRFzz epok t = 2012,0 hasil hitungan
di atas ke koordinat geodetik dengan menggunakan elipsoid WGS84 !
4. Hitung transformasi ITRF (seperti soal no.2) dengan menggunakan model rumus
(2)!
Catatan:
> PR menghitung transformasi koordinat stasiun GPS dalam ITRF2008 epok tox =
2005,0 ke ITRFzz epok t = 2012,0
> Dalam tabel 4.5 buku "Sistem Acuan Geodetik ...” terdapat 11 (sebelas) himpunan
data 14 parameter transformasi untuk epok acuan to = 2000,0 dari ITRF2008 ke
masing-masing ITRFzz yaitu ITRF2005, ITRF2000, ITRF97, ITRF96, ITRF94,
ITRF93, ITRF92, ITRF91, ITRF90, ITRF89, dan ITRF88.
> Mahasiswa dengan nomor urut 1 (satu) sampai 11 (sebelas) dalam daftar hadir
kuliah masing-masing secara berturutan mengerjakan hitungan transformasi ke
ITRFzz sesuai urutan dalam tabel 4.5 tersebut.
> Selanjutnya mahasiswa dengan nomor 12 s/d 22, 23 s/d 33, dan seterusnya
(setiap kelipatan 11) masing-masing secara berturutan mengerjakan hitungan
transformasi ke ITRFzz sesuai dengan urutan dalam tabel 4.5.
/
****0^2012****
7
Parameter transformasi dari ITRF2008 ke ITRF sebelumnya
(Sumber: IERS Technical Note No.36)_
ITRF T1 T2 T3 D Gx ey Gz Epok
(mm) (mm) (mm) (PPb) (mas) (mas) (mas) acuan
ITRF2005 -2,0 -0,9 -4,7 0,94 0,00 0,00 0,00 2000,0
Laju 0,3 0,0 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00
ITRF2000 -1,9 -1,7 -10,5 1,34 0,00 0,00 0,00 2000,0
Laju 0,1 0,1 -1,8 0,08 0,00 0,00 0,00
ITRF97 4,8 2,6 -33,2 2,92 0,00 0,00 0,06 2000,0
Laju 0,1 -0,5 -3,2 0,09 0,00 0,00 0,02
ITRF96 4,8 2,6 -33,2 2,92 0,00 0,00 0,06 2000,0
Laju 0,1 -0,5 -3,2 0,09 0,00 0,00 0,02
ITRF94 4,8 2,6 -33,2 2,92 0,00 0,00 0,06 2000,0
Laju 0,1 -0,5 -3,2 0,09 0,00 0,00 0,02
ITRF93 -24,0 2,4 -38,6 3,41 -1,71 -1,48 -0,30 2000,0
Laju -2,8 -0,1 -2,4 0,09 -0,11 -0,19. 0,07
ITRF92 12,8 4,6 -41,2 2,21 0,00 0,00 0,06 2000,0
Laju 0,1 -0,5 -3,2 0,09 0,00 0,00 0,02
ITRF91 24,8 18,6 -47,2 3,61 0,00 0,00 0,06 2000,0
Laju 0,1 -0,5 -3,2 0,09 0,00 0,00 0,02
ITRF90 22,8 14,6 -63,2 3,91 0,00 0,00 0,06 2000,0
Laju 0,1 -0,5 -3,2 0,09 0,00 0,00 0,02
ITRF89 27,8 38,6 -101,2 7,31 0,00 0,00 0,06 2000,0
Laju 0,1 -0,5 -3,2 0,09 0,00 0,00 0,02
ITRF88 22,8 2,6 -125,2 10,41 0,10 0,00 0,06 2000,0
Laju 0,1 -0,5 -3,2 0,09 0,00 0,00 0,02
“ppb” = part per billion (1 O'9); mas = 0,001laju perubahan (rates') per tahun