2 PB
2 PB
*[email protected]
**[email protected]
***[email protected]
****[email protected]
Abstract. PT. Surya Global Makmur is a company that produces coal needs which is
currently in the construction stage for a Coal Handling Facility with a Terminal for Self
Interest (TUKS) port on an area of ±11 hectares located in Muaro Jambi Regency, Jambi
Province. The port will be used as a temporary stockpile, before the coal can be transported
back by barge to consumers. Stockpile has a function as a storage place for coal and
requires management that must be in accordance with the process that coal will go through.
The purpose of this research is to design a stockpile that will be implemented as a coal
storage management. The principle used in this study is the principle of stockpile
management, namely the First In First Out (FIFO) system, which means that the first coal to
enter must be the first coal to leave the stockpile area.Based on the results of the coal pile
design in the stockpile area of PT. Surya Global Makmur has 7 piles of coal in the shape of
a pyramid for 3 types of coal calories, namely low calories, medium calories and high
calories. In the simulation of coal delivery within a period of 30 days there is a stockpile of
coal in the stockpile area of 40,000 tons and is adjusted to the results of calculations using
Surpac 6.6.2 software. namely 141,199 tons, the stockpile capacity of PT. Surya Global
Makmur is adequate to accommodate the amount of coal. The number of tools needed in
the Coal Handling Facility stockpile area are 3 units of the WA380-7 wheel loader, 4 units of
the PC300-8 excavator and 5 units of the Mercy 3336K dumptruck.
1. Pendahuluan
Pada saat ini PT. Surya Global Makmur sedang
melakukan tahap kontruksi untuk Coal Handling
Facility dengan pelabuhan Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS) pada lahan seluas ±11
hektar yang berlokasi di Desa Teluk Jambu,
Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi,
Provinsi Jambi. Pelabuhan tersebut akan dijadikan
stockpile sementara, sebelum batubara tersebut
dapat diangkut kembali menggunakan kapal
tongkang menuju konsumen.
Stockpile memiliki kegunaan sebagai tempat
penyimpanan untuk batubara. Lokasi stockpile
bergantung pada proses yang akan dilalui
batubara. Stockpile memerlukan manajemen yang Sumber: PT. Surya Global Makmur, 2020
harus sesuai dengan proses yang akan dilalui oleh Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
batubara tersebut. Dikarenakan kuantitas batubara
yang digali dan dimuat dalam jumlah banyak, PT. Surya Global Makmur belum memiliki
tentunya membutuhkan bantuan alat berat. rancangan timbunan batubara yang akan
128
digunakan di area stockpile serta belum diketahui lama penumpukan batubara adalah 4 minggu (30
kapasitas maksimum yang dapat di tampung di hari).
area stockpile tersebut. Jumlah produksi batubara Manajemen penyimpanan (storage
di lokasi tambang yaitu ±110.000 ton perbulan management) merupakan proses manajemen yang
dan nantinya sumber batubara yang akan sangat penting karena berkaitan dengan kualitas
ditimbun di stockpile tidak hanya batubara yang dan kuantitas batubara yang ditimbun di stockpile.
berasal dari tambang PT. Surya Global Makmur Adapun tujuan dari manajemen penyimpanan
saja, tetapi akan ada perusahaan lain yang akan ini adalah (Speight, 2013):
menjadi pemasok batubara di Coal Handling a. Tersedianya batubara yang cukup. Baik itu
Facility PT. Surya Global Makmur. Sebagai batubara yang diangkut dari pit ke stockpile
perusahaan yang mengutamakan kualitas dan maupun batubara yang diangkut ke pelabuhan.
kepuasan konsumen PT. Surya Global Makmur b. Dapat dilakukan proses pengaturan kualitas
tentu harus memiliki rancangan timbunan batubara (blending) dari kualitas batubara yang
batubara yang akan digunakan di area stockpile berbeda-beda.
sebagai tata kelola penyimpanan batubara c. Dapat menyimpan produk batubara agar dapat
dengan mempertimbangkan faktor-faktor kualitas memenuhi permintaan konsumen pada waktu
batubara yang bertujuan agar dapat dijual dengan tertentu.
cara mengatur kualitas batubara yang sesuai Namun ada beberapa permasalahan yang
dengan permintaan konsumen. sering timbul dalam proses penyimpanan batubara
Dengan adanya perbedaan kualitas (Speight, 2013):
batubara maka perusahaan perlu membuat a. Terjadi oksidasi dan swabakar pada timbunan
rancangan timbunan batubara berdasarkan batubara.
kualitas serta standar operasional prosedur b. Perubahan kualitas batubara yang akan
yang harus dilakukan agar tujuan yang telah mempengaruhi pemanfaatan.
ditetapkan oleh perusahaan dapat tercapai. c. Degradasi ukuran batubara karena proses
pengangkutan batubara.
2. Kajian Teori d. Biaya penanganan dan penyimpanan batubara.
2.1 Pengertian Stockpile
2.3 Desain Stockpile
Stockpile adalah tempat penumpukan batubara Menurut Arif (2003), desain dari suatu
untuk diambil, diolah, dipasarkan dan stockpile ditentukan oleh beberapa hal utama yaitu
dimanfaatkan. Menurut Carpenter (1999), di area sebagai berikut:
stockpile diperlukan adanya pengaturan atau
prosedur yang terdiri dari peraturan kualitas dan a. Kapasitas Penyimpanan
prosedur penimbunan batubara atau yang disebut Proses penyimpanan dapat dilakukan di dekat
dengan manajemen stockpile. Manajemen tambang, di dekat pelabuhan dan di tempat
stockpile bertujuan untuk mengurangi kerugian pengguna bahan galian. Untuk proses
yang mungkin timbul karena proses penanganan penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak
batubara (coal handling) di stockpile. terlalu lama, karena akan berakibat pada
penurunan kualitas bahan galian. Proses
2.2 Manajemen Stockpile penurunan kualitas tersebut biasanya lebih
dipengaruhi oleh oksidasi dan alam. Berikut
Menurut Aliyusra (2017), manajemen beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
merupakan suatu proses perencanaan, manajemen stockpile (open storage):
pengorganisasian, pengkoordinasian dan 1. Monitoring quantity dan movement bahan galian
pengontrolan sumberdaya untuk mencapai sasaran di stockpile, meliputi recording bahan galian
secara efektif dan efesien. Dimana efektif berarti yang masuk dan recording bahan galian yang
bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan keluar di stockpile, termasuk recording bahan
rencana, dan efesien berarti bahwa tugas yang ada galian yang tersisa.
dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai 2. Menghindari bahan galian terlalu lama di
dengan perencanaan. Dalam kaitanya dengan stockpile, dapat dilakukan dengan penerapan
fungsi dari stockpile batubara sebagai tempat aturan FIFO (first in first out), dimana bahan
penimbunan sementara maka diperlukan sistem galian yang terdahulu masuk harus dikeluarkan
manajemen stockpile yang tepat. terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud
Menurut Hana Mulyana (2005), semakin lama mengurangi resiko penurunan kualitas bahan
batubara tertimbun akan semakin banyak panas galian.
yang tersimpan didalam timbunan, karena volume 3. Mengusahakan pergerakan bahan galian sekecil
udara yang terkandung di dalam timbunan semakin mungkin di stockpile, termasuk diantaranya
besar sehingga kecepatan oksidasi semakin tinggi mengatur posisi stock dekat dengan crusher.
hal ini yang menyebabkan terjadinya swabakar 4. Monitoring quality bahan galian yang masuk dan
batubara di area timbunan sehingga rekomendasi yang keluar dari stockpile.
129
5. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa kualitas timbunan, serta sistem penumpukan yang
ditimbulkan, dalam ini mencakup usaha : digunakan (Rangkuti, 2004).
- Pengendalian debu batubara dengan Bentuk bangun atau dimensi tumpukan di
penyemprotan (spraying) stockpile bermacam-macam, namun pada
- Adanya tempat penampungan khusus untuk umumnya berbentuk kerucut terpancung dan limas
buangan/limbah air dari drainase stockpile. terpancung.
6. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile
untuk parkir, baik untuk keperluan maintenance a. Geometri Kerucut Terpancung
atau overshift operator. Kecuali dalam keadaan
emergency.
7. Sebaiknya tidak membentuk stockpile dengan
bagian atas yang cekung, hal ini untuk
menghindari swamp (genangan air) di atas
stockpile.
8. Mengusahakan kontur permukaan berbentuk
cembung atau minimal datar, hal ini berkaitan
dengan kelancaran drainage system.
t( )………………….(2)
Keterangan: V = volume limas terpancung ( ), t =
tinggi limas terpancung (m), L1 = luas alas ( ),
Sumber: Sulistyana, 2010 L2 = luas atap ( ).
Gambar 2. Angle of Repose
2.5 Syarat Teknis Penumpukan dan
2.4 Geometri Stockpile Penimbunan
131
d. Windrow merupakan pola penimbunan dengan Tabel 1. Efisiensi Kerja
baris sejajar sepanjang lebar stockpile dan Pemeliharaan Mesin
diteruskan sampai ketinggian yang dikehendak, Kondisi
Baik Buruk
kemudian maju ke depan dengan mengubah Alat Baik Sedang Buruk
sekali Sekali
sudut stacker dari dasar stockpile. Baik
0.83 0.81 0.76 0.7 0.63
sekali
Baik 0.78 0.75 0.71 0.65 0.6
Sedang 0.72 0.69 0.65 0.6 0.54
Buruk 0.63 0.61 0.57 0.52 0.45
Buruk
0.52 0.5 0.47 0.42 0.32
sekali
Sumber: Rochmanhadi, (1986)
Sumber: Algurkaplan, 2006
Gambar 9. Metode penimbunan windrow Tabel 2. Faktor Bucket Alat Muat
Kategori Kondisi Material Nilai
Selain itu sistem pembongkaran juga penting Tanah asli, Lempung,
diperhatikan, pembongkaran merupakan kegiatan Mudah Tanah Lunak 1,1 - 1,2
untuk mengambil atau membongkar batubara yang Tanah Berpasir dan
ditimbun di tempat penimbunan. Pembongkaran Sedang Tanah biasa (kering) 1,0 - 1,1
timbunan memiliki beberapa metode antara lain Tanah berpasir dengan
yaitu: Sedikit Sulit tanah berkerikil 0,8 - 0,9
Sulit Batuan hasil blasting 0,7 - 0,8
1. Sistem LIFO (Last In First Out) yaitu dimana Sumber: Rochmanhadi, (1986)
batubara yang terakhir kali ditimbun paling
awal diambil. Pada sistem ini kegiatan 1. Wheel Loader
penimbunan dilakukan sesuai dengan jadwal
akan tetapi kegiatan pembongkaran timbunan Wheel Loader merupakan jenis alat berat yang
dilakukan pada batubara yang terakhir kali sering dipakai untuk mengangkut material yang
ditimbun, sehingga pola ini emungkinkan akan di muat ke dalam dumptruck atau
batubara akan tertimbun lama. memindahkan material ke tempat lain.
2. Sistem FIFO (First In First Out) yaitu dimana a) Waktu Siklus
batubara yang pertama kali ditimbun akan Berikut ini merupakan standar waktu siklus
menjadi batubara yang pertama kali diambil. berdasarkan atas metode pemuatan yang
Manajemen FIFO ini harus di prioritaskan ditentukan dengan dua cara yaitu V-Shape loading
untuk mencegah terjadinya pembakaran dan Cross Loading. Metode V-Shape loading
spontan pada stockpile serta untuk menjaga merupakan metode pemuatan dengan bentuk “V”,
kualitas batubara. pada metode ini alat yang dominan bekerja adalah
wheel loader sedangkan dumptruck pada kondisi
2.7 Produktivitas Alat Mekanis statis atau diam pada suatu titik. Metode V-Shape
ini memerlukan lokasi yang memungkinkan untuk
Untuk menghitung produktivitas per jam dari melakukan manuver dan operator wheel loader
suatu alat adalah produktivitas standar alat tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam
dalam kondisi ideal dikalikan dengan suatu faktor, pengoperasian wheel loader. Sedangkan Metode
dimana faktor tersebut dinamakan effisiensi kerja. Cross Loading adalah metode pemuatan dengan
Effisiensi kerja tergantung pada banyak faktor cara wheel loader dan dumptruck bergerak maju
seperti: topografi, keahlian operator, pemilihan mundur secara bergantian.
standar pemeliharaan dan sebagainya yang
menyangkut operasi alat. Tabel 3. V-Shape Loading
Bucket Size
Loading ~ 3m³-
No ~3m³ ~5m³
Condition 5m³
1 Easy 0,45 0,55 0,65
2 Average 0,55 0,65 0,70
Rather
3 0,70 0,70 0,75
Difficult
4 Difficult 0,75 0,75 0,80
Sumber : Rochmanhadi (1986)
132
faktor bucket yang besarnya tergantung tipe dan
Tabel 4. Cross Loading keadaan.
2. Produktivitas excavator perjam dapat dihitung
menggunakan persamaan dibawah ini
Bucket Size (Rochmanhadi 1986):
Loading …………………………………..(6)
~3m³ ~ 3m³-5m³ 5m³~
Condition
Keterangan: Q= produksi perjam (m³/jam), q=
Easy 0,40 0,50 0,60 produksi persiklus (m³), E= efisiensi kerja, Ctm=
waktu siklus dalam menit
Average 0,50 0,60 0,65
Rather c) 3. Dumptruck
0,65 0,65 0,70
Difficult
Dumptruck menurut Rochmanhadi (1982) adalah
Difficult 0,70 0,70 0,75 suatu alat yang berfungsi memindahkan suatu
Sumber: Rochmanhadi, (1986) material dari suatu tempat ke tempat lain. Pemilihan
jenis pengangkutan tergantung pada kondisi
b) Produktivitas lapangan, volume material, waktu dan biaya.
a. Untuk menghitung jumlah produksi perjam dari
1) Produksi perjam dapat dihitung menggunakan dump truck dapat digunakan rumus sebagai
rumus dibawah ini (Rochmanhadi, 1987): berikut:
……………………………………(3) ……………………………………...(7)
Keterangan: Q= Produksi perjam (m³/jam), q= Keterangan: C: produktivitas persiklus (m³), E:
produksi persiklus (m³), Ctm= waktu siklus efisiensi kerja dumptruck, Ctm: waktu siklus
(menit), E= efisiensi kerja. b. Untuk menghitung jumlah produksi dalam satu
2) Produksi perskilus dapat dihitung menggunakan siklus dapat digunakan rumus sebagai berikut:
rumus dibawah ini (Rochmanhadi, 1987): C= q × K……………………………………………(8)
q = q1× K……..……………………..…………….(4) Keterangan: C: produksi persiklus (m³),
Keterangan: q= Produksi persiklus (m³), q1= q:kapasitas bucket, K: faktor bucket pemuat
kapasitas bucket tercantum dalam spesifikasi, K= c. Waktu siklus (cycle time)
faktor bucket yang besarnya tergantung tipe dan Untuk menghitung cycle time dibutuhkan
keadaan. beberapa perhitungan terlebih dahulu dengan
2. Excavator menggunakan persamaan sebagai berikut:
Excavator adalah alat untuk menggali daerah
yang letaknya dibawah kedudukan alat, dapat Waktu Muat (TL):
menggali dengan kedalaman yang teliti serta dapat …………………………..(9)
digunakan sebagai alat pemuat bagi dumptruck.
Keterangan: Cd: kapasitas bucket dump truck
Tabel 5. Standar Waktu Siklus Excavator (m³) , q1: kapasitas bucket pemuat (m³), K: faktor
bucket, Ctm: waktu siklus (menit),
Waktu Tempuh (TH)
Waktu (detik)
TH = D/V1………………………………………..(10)
Range Model Swing Angle Keterangan: D: Jarak angkut (m), V1:kecepatan
45°-90° 90°-180° rata-rata saat muatan penuh (menit)
PC220 14-17 17-20 Waktu Dumping (TD):
PC 240 15-18 18-21 Waktu dumping bisa diperkirakan tergantung dari
PC 280 15-18 18-21 lokasi dumping.
PC 300 15-18 18-21
PC 360 16-19 19-22 Tabel 7. Waktu Dumping
PC 400 16-19 19-22
PC 650 18-21 21-24
Kondisi
PC 1000 22-25 25-28
Operasi Baik Sedang Sulit
PC 1600 24-27 27-30 Kerja
Sumber: Handbook Komatsu Edisi 30 Waktu
dumping 0,5 - 0,7 1,0 - 1,3 1,5 - 2,0
1. Produktivitas excavator persiklus dapat dihitung (menit)
menggunakan persamaan dibawah ini Sumber : Rochmanhadi (1986)
(Rochmanhadi, 1986):
q = q1× K…………………………….……………(5)
Keterangan: q= Produksi persiklus (m³), q1=
kapasitas bucket tercantum dalam spesifikasi, K=
133
2.8 Standard Operational Procedure (SOP) d. Timbunan batubara terbagi menjadi 2 jenis yaitu
Menurut Nelman (2011), Standard timbunan batubara yang sudah dicrusher dan
Operational Procedure (SOP) merupakan belum dicrusher.
dokumen tertulis yang memuat prosedur kerja e. Pada desain ini perhitungan lebar jalan mengikuti
secara rinci, tahap demi tahap dan sistematis. standar mengenai jalan pertambangan dalam
Implementasi SOP yang baik, akan menunjukkan Kepmen ESDM no 1827 K/30/MEM/2018 yaitu
konsistensi hasil kinerja, hasil produk dan proses lebar jalan tambang/produksi mempertimbangkan
pelayanan yang kesemuanya mengacu pada alat angkut terbesar yang melintasi jalan tersebut
kemudahan karyawan dan kepuasan pelanggan. paling kurang dua kali lebar alat angkut terbesar
Setiap perusahaan bagaimanapun bentuk dan untuk jalan tambang satu arah. Dengan standar
apapun jenisnya, membutuhkan sebuah panduan tersebut maka lebar jalan satu arah yang
untuk menjalankan tugas dan fungsi setiap digunakan untuk jalur truck yang melewati daerah
elemen atau unit perusahaan. Standard stockpile yaitu 5 meter dengan menggunakan
Operational Procedure (SOP) adalah sistem truck Mercy 3336-K. Sedangkan untuk jalur
yang disusun untuk memudahkan, merapihkan disekitar timbunan yang dilalui wheel loader dan
dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi excavator dibuat berdasarkan lebar alat terbesar
urutan proses melakukan pekerjaan dari awal yaitu excavator Komatsu PC-300-8 dengan lebar
sampai akhir. jalan 6,4 meter (Lampiran D).
Berdasarkan faktor desain dan hasil pengolahan
3. Metode Penelitian data menggunakan aplikasi AutoCAD 2017 PT.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan Surya Global Makmur memiliki luas area stockpile
metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. sebesar 11, 042 Ha. Dimensi area stockpile adalah
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat sebagai berikut:
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis,
dimana landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan
fakta di lapangan. Sedangkan penelitian
kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa
angka sebagai alat menganalisis keterangan
mengenai apa yang akan diketahui (Kasiram,
2008)
Dalam pelaksanaan penelitian ini
menggunakan data sekunder yang kemudian
dikembangkan sesuai dengan tujuan penelitian.
Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh
secara langsung dari pihak yang diperlukan
datanya (Kontjojo, 2009).
134
c. Perhitungan kemampuan pengiriman akan
disesuaikan dengan kemampuan alat berat.
d. Kapal tongkang yang akan digunakan memiliki
kapasitas 5000 ton.
e. Dalam 1 hari akan ada 2 kapal tongkang yang
masuk.
f. Maintenance belt conveyor akan diadakan satu
kali dalam seminggu.
g. Produksi pada front tambang tidak mengalami
hambatan sehingga pengiriman batubara ke
stockpile tidak terganggu.
h. Pengiriman menggunakan kapal tongkang tidak
mengalami keterlambatan dan hambatan.
a.Timbunan 1
b. Timbunan 2
d. Timbunan 4
Diketahui :
Luas alas (L1) =
Luas atap (L2) =
Tinggi = 6 meter
Maka :
Diketahui :
Luas alas (L1) =
Luas atap (L2) = 3.409,3823
Tinggi = 6 meter
Maka :
136
e. Timbunan 5
g. Timbunan 7
Diketahui :
Luas alas (L1) =
Luas atap (L2) = 1.455,736
Tinggi = 6 meter
Maka :
f. Timbunan 6
137
Adapun kapasitas tiap timbunan di stockpile 4) Jumlah unit yang dibutuhkan=
menggunakan aplikasi Surpac 6.6.2. yaitu: = 1,84 ≈ 2
=
= 0,33 menit
=
= 0,22 menit
Waktu dumping = 0,7
=
= 144 m³/jam
d. Belt Conveyor
Untuk belt conveyor yang akan digunakan
sudah direncanakan akan menggunakan 1 unit
belt conveyor dengan kapasitas yaitu 1000
ton/jam. Direncanakan akan dilakukan
maintenance setiap satu kali dalam seminggu.
140
kualitas yang akan dimuat dan dikirim disesuaikan Daftar Pustaka
dengan data batubara yang terlalu lama ditimbu di
area stockpile agar prinsip FIFO dapat berjalan [1] Agusli, A., & Abdullah, R. (2018). Evaluasi
dengan baik. Setelah port production memastikan Coal Handling Facility (CHF) 2 Untuk
tongkang dalam keadaan siap maka akan Memenuhi Target Penerimaan Produksi
dilakukan proses pemuatan pada kapal tongkang Batubara Bulan Maret 2018 Ke Stockpile 2 Di
dan dilakukan perhitungan final draft kemudian PT. Bukit Asam, Tbk. Tanjung Enim, Sumatera
dilakukan pengecekkan dokumen dan membuat Selatan. Bina Tambang, 3(3), 1101-1110.
laporan yang dilakukan oleh port administration. [2] Alifa, A., Gusman, M., & Prabowo, H. (2018).
OPTIMASI ALAT GALI MUAT DAN ALAT
5. Penutup ANGKUT TERHADAP PRODUKSI
BATUBARA DENGAN METODE KAPASITAS
5.1 Kesimpulan PRODUKSI DAN METODE TEORI ANTRIAN
Dari penelitian yang dilakukan maka dapat PADA PIT TAMAN PERIODE OKTOBER 2016
disimpulkan beberapa hal yaitu: UNIT PERTAMBANGAN TANJUNG ENIM PT.
1. Desain tumpukan batubara yang telah BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk. Bina
dirancang memiliki 7 timbunan untuk 3 jenis Tambang, 3(2), 807-818.
kalori batubara (Low Calories, Medium Calories [3] Andisya, S.S.U., & Saldy, T.G. (2002). Kajian
dan High Calories) dengan bentuk limas Stockpile Management Terhadap Nilai Safety
terpancung. Stock Pada Stockpile 4 PT. Bukit Asam TBK,
a.Pola penimbunan yang akan digunakan pada Tanjung Enim Sumatera Selatan. Bina
desain tumpukan batubara di stockpile adalah Tambang, 6 (3), 208-217
pola penimbunan cone ply dengan pola [4] Anonim, 2009. Spesification and Aplication
pembongkaran menggunakan metode FIFO. Handbook Edition 30 Komatsu, Printed In
b.Pada simulasi pengiriman batubara Japan
didapatkan jumlah batubara yang ditimbun di [5] Bird, J. 2014. Basic Engineering Mathematics.
area stockpile sebanyak 40.000 ton dalam Routledge. Dalam Apriyadi, M. R., & Purwoko,
jangka waktu 30 hari. Timbunan tersebut B. (2019). Kajian Teknis Manajemen
terdiri dari 20.000 ton low calories, 10.000 ton Penimbunan Batubara di ROM Stockpile PT.
medium calories dan 10.000 ton high Ganda Alam Makmur Kecamatan Kaubun dan
calories. Karangan Kabupaten Kutai Timur Kalimantan
2. Kapasitas maksimum batubara yang mampu Timur. JeLAST: Jurnal PWK, Laut, Sipil,
ditampung pada area stockpile Coal Handling Tambang, 6(1).
Facility yaitu memiliki total volume 147.085 m³ [6] Carpenter, A. M. (1999). Management of coal
sehingga dapat menampung 141.199 ton stockpiles. IEA Coal Research. Dalam Arta,
batubara. M., & Ansosry, A. (2019). Rancangan Teknis
3. Jumlah alat yang dibutuhkan di area stockpile Stockpile 2 Di PT Bukit Asam Tbk, Unit
Coal Handling Facility yaitu berupa 3 unit Pelabuhan Tarahan-Lampung. Bina
wheel loader WA380-7, 4 unit excavator Tambang, 4(1), 266-275.
PC300-8 dan 5 unit dumptruck Mercy 3336-K. [7] Akgün, F., & Arisoy, A. (1994). Effect of
4. Standard Operational Procedure dirancang particle size on the spontaneous heating of a
disesuaikan dengan alur kegiatan yang akan coal stockpile. Combustion and Flame, 99(1),
dijalankan di area stockpile yaitu pada saat 137-146.
batubara masuk dari front, pemeliharaan [8] Hanoun, S., Khan, B., Johnstone, M.,
batubara yang ada di stockpile dan proses Nahavandi, S., & Creighton, D. (2013, July).
kegiatan pemuatan batubara ke dalam An effective heuristic for stockyard planning
tongkang. and machinery scheduling at a coal handling
facility. In 2013 11th IEEE International
5.2 Saran Conference on Industrial Informatics
1. Membuat saluran air berupa paritan/saluran (INDIN) (pp. 206-211). IEEE.
terbuka di sekitar area timbunan batubara [9] Hooman, K., & Maas, U. (2014). Theoretical
yang bertujuan untuk meminimalisir adanya analysis of coal stockpile self-heating. Fire
genangan air di sekeliling stockpile. safety journal, 67, 107-112.
2. Mengusahakan tata letak penimbunan tidak [10] Hayati, F., Komar, S., & Suwardi, F. R. (2017).
berubah sehingga kapasitas stockpile Kajian Teknis Produktivitas Belt Conveyor
memadai. dalam Upaya Memenuhi Target Produksi
Batubara Sebesar 1800 Ton/hari di PT. Aman
Toebillah Putra Lahat Sumatera
Selatan. Jurnal Pertambangan, 1(2).
[11] Isgianda, F., Sumarya, S., & Prabowo, H.
(2018). Evaluasi Biaya Dan Kebutuhan Alat
141
Angkut Dan Alat Muat Pengupasan Lapisan
Tanah Penutup (Overburden) Pit B PT. Bina
Bara Sejahtera Kecamatan Ulok Kupai,
Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi
Bengkulu. Bina Tambang, 3(3), 1255-1261.
[12] Jolo, A. (2016). Manajemen stockpile untuk
mencegah terjadinya swabakar batubara di
PT. PLN (Persero) Tidore. DINTEK, 9(2), 6-14.
[13] Keputusan Menteri ESDM No. 1827 K Tahun
2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan yang baik
[14] Maksum, R. S., Nurhakim, N., & Riswan, R.
(2016). Optimasi Pengelolaan Stockrom-
Stockpile Serta Simulasi Penanganan
Tumpukan Batubara di Stockrom. Jurnal
Geosapta, 2(1).
[15] Muchjidin, 2006., Pengendalian Mutu dalam
Industri Batubara, 362. Bandung : Penerbit ITB
[16] Prasmoro, A. V., & Hasibuan, S. (2018).
Optimasi Kemampuan Produksi Alat Berat
Dalam Rangka Produktifitas Dan
Keberlanjutan Bisnis Pertambangan Batubara:
Studi Kasus Area Pertambangan Kalimantan
Timur. Jurnal Operations Excellence: Journal
of Applied Industrial Engineering, 10(1), 1-16.
[17] Rochmanhadi (1986), Alat-alat Berat dan
Penggunaannya, Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta.
[18] Sulistyana, W. (2010). Perencanaan
Tambang. Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jogjakarta. Dalam Gagas, G. (2020).
Analisis Manajemen Stockpile Pada ROM
Stockpile di Pit Central Mantubuh PT. Harmoni
Panca Jobsite PT. Marunda Graha Mineral
Kabupaten Murung Raya Kalimantan Tengah
(Doctoral dissertation, UPN" Veteran"
Yogyakarta).
[19] Speight, James G. 2013 The Chemistry and
Technology of Coal, 3th Ed, 285-293. Florida :
Taylor & Francis Group
[20] Widodo, G., 2009, Upaya Menghindari
Kebakaran Tumpukan Batubara. Berita PTTM
No. 11 dan 12 : Bandung
[21] Zakwan, H., & Prabowo, H. (2021).
PENGENDALIAN KUALITAS BATUBARA
SEAM 300 BERDASARKAN PARAMETER
KUALITAS BATUBARA DARI FRONT
SAMPAI KE BUYER DI PT KUANSING INTI
MAKMUR, JOB SITE TANJUNG BELIT,
BUNGO, JAMBI. Bina Tambang, 6(5), 68-76.
142