0% found this document useful (0 votes)
6 views10 pages

Pengaruh Aflatoksin 958 PPB Dalam Pakan Terhadap B

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 10

Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.

2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV

Pengaruh Aflatoksin 9,58 ppb dalam Pakan Terhadap Biometrik Saluran Cerna
dan Berat Badan Ayam Petelur Periode Awal Pertumbuhan

Effect of Aflatoxin 9.58 ppb in Feed on Layer Gastrointestinal Biometrics and


Body Weight at Initial Growth Period

Dio Putra Pratama1, Benjamin Chr. Tehupuring2, Emmanuel Djoko Poetranto3, Hana
Eliyani2, Soeharsono2, Wiwiek Tyasningsih3, Gracia Angelina Hendarti2
1Student, 2Department of Veterinary Anatomy, 3Department of Veterinary

Microbiology, Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Airlangga


Corresponding author: [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of aflatoxin content of 9.58
ppb in feed on gastrointestinal biometrics and weight gain of laying hens in the early
growth period. Thirty-six day old chicks (DOC) were used in this study and were divided
into two groups P0 and P1. P0 (control group) was fed with 100% basal diet and P1
(treatment group) was fed a diet with a composition of 80% basal feed + 20% aflatoxin-
containing feed. After the DOC was adapted, the first feeding containing aflatoxin was
given from the 20th day to the 60th day. Data collection was carried out three times,
namely the 20th, 40th, and 60th days. At the end of each period, the chickens would
be euthanized to collect data on the weight and length of the digestive tract and body
weight. Weight gain with time increased, but had no significant effect (p>0.05) between
the control and treatment groups. Body weight continues to increase because the body's
homeresis function is still running well. Observations on gastrointestinal biometrics
showed significant differences (p<0.05) in oesophagus weight, proventriculus weight,
ventriculus weight, jejunum weight, ileum weight and length, and cecum weight
because aflatoxins have a direct effect on the digestive tract they pass. The conclusion
of this study was that the provision of 20% aflatoxin-containing feed did not affect weight
gain but had shown an effect on the biometrics of several gastrointestinal tracts.
Keywords: Aflatoxins, gastrointestinal biometrics, weight gain, laying hens

Received: 08-09-2020 Revised: 09-10-2020 Accepted: 10-11-2020

PENDAHULUAN
Ayam petelur menjadi andalan efisien, serta sesuai kebutuhan
sebagai ternak produksi yang tidak tentunya berpengaruh terhadap
dapat diragukan lagi potensinya. pertumbuhan, konsumsi pakan,
Periode pertumbuhan sebagai masa pertambahan bobot badan, dan angka
persiapan sekaligus penentu konversi pakan, serta kesehatan ayam
produktivitas optimal diperlukan petelur (Walukow, dkk., 2017). Periode
strategi yang tepat untuk mencapai awal pertumbuhan ayam petelur
puncak produksi. Sejumlah faktor patut disebut juga periode kritis ayam petelur
diperhatikan untuk mengoptimalkan karena kualitas pakan mempengaruhi
produktivitas. Faktor tersebut kualitas produksi yang dihasilkan
diantaranya yaitu pemilihan bibit yang (Unutio, dkk. 2016).
unggul, kualitas pakan yang bermutu, Berkaitan dengan kualitas pakan,
serta manajemen pemeliharaan yang masalah yang terjadi dilapangan adalah
baik. Pakan yang tepat, berimbang, dan resiko pakan yang terkontaminasi oleh

69
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV

aflatoksin. Valchev, et al. (2017) Semua spesies hewan peka


menyatakan bahwa pakan unggas yang terhadap aflatoksin diantaranya ayam,
terkontaminasi oleh aflatoksin itik, puyuh, sapi, kambing, dan babi
merupakan permasalahan dunia yang (Wijayanti, 2010). Data pengaruh
menyebabkan terjadinya kerugian di aflatoksin terhadap broiler, itik, puyuh,
dalam industri perunggasan. Aflatoksin sapi, dan babi sudah banyak
(AF) merupakan hasil produk metabolit dilaporkan, namun penelitian tentang
sekunder dari jamur jenis Aspergillus efek aflatoksin terhadap ayam petelur
parasiticus, Aspergillus nomius, dan masih sedikit dan jarang terutama
Aspergillus flavus yang mencemari terhadap ayam petelur periode awal
komoditas pertanian saat sebelum atau pertumbuhan. Respon pertumbuhan
sesudah panen (Reddy, et al., 2010). penting diperhatikan untuk mengetahui
Di Indonesia pertumbuhan jamur- kondisi ayam petelur dalam
jamur penghasil aflatoksin sangat tinggi mempersiapkan diri sebelum
disebabkan iklim Indonesia mengalami masa produksi. Periode awal
memungkinkan kontaminasi pakan pertumbuhan merupakan waktu saat
aflatoksin tidak terhindari. Keadaan ini organ dan alat kelamin berkembang
didasarkan atas pendapat Liu (2002) secara pesat sehingga dengan
menyatakan bahwa di negara-negara mengukur berat bagian tubuh, jaringan,
Asia Tenggara sekitar 50% jagung dan dan organ akan diketahui pertumbuhan
90% pakan unggas terkontaminasi dan perkembangan yang dialami.
mikotoksin yang meliputi aflatoksin, Pertumbuhan dinyatakan dengan
fumonisin, dan ochratoksin. Hal ini pengukuran kenaikan berat badan
karena kelembaban dan suhu melalui penimbangan berulang-ulang
merupakan faktor utama yang yang diartikan sebagai pertumbuhan
mengendalikan produksi mikotoksin berat badan setiap hari, setiap minggu,
tersebut (Singh dan Mandal, 2014). atau waktu lainnya (Kurtini, dkk.,
Berdasarkan penelitian yang 2011). Penelitian ini dirancang untuk
dilakukan oleh Puspitasari (2018) menyelidiki bagaimana aflatoksin
menyatakan bahwa kasus pakan dengan kadar 9,58 ppb mempengaruhi
mengandung aflatoksin di Kabupaten pertumbuhan ayam petelur pada masa
Blitar Jawa Timur cukup tinggi, pada 20 kritis melalui pengaplikasian pakan
peternakan di Blitar positif mengandung yang terkontaminasi oleh toksin
aflatoksin dengan kadar terendah tersebut.
sebesar 5,49 ppb dan kadar tertinggi
sebesar 176,54 ppb. Kandungan METODE
aflatoksin dalam pakan dengan kadar Bahan dan materi penelitian
rendah antara 15-30 ppb sudah mampu Hewan coba yang digunakan pada
memberikan efek toksik bahkan dengan penelitian ini adalah 36 ekor ayam
kadar dibawah itu karena sifat petelur DOC ayam petelur strain Isa
aflatoksin yang terakumulasi didalam Brown. Pakan yang digunakan pada
tubuh (Rawal, et al., 2010). Aflatoksin penelitian ini yaitu pakan basal dan
menyebabkan hepatotoksik, pakan aflatoksin (PA).
karsinogenik, teratogenik, Pakan aflatoksin ditera kadar dan
immunosupresif, menghambat kandungan aflatoksin B1, B2, G1, dan
pertumbuhan, penurunan berat badan, G2 pada laboratorium uji dan
penurunan pertumbuhan sel-sel darah didapatkan hasil 9,58 ppb. Kandang
merah dan kandungannya (Maryam, hewan coba yang digunakan berupa
dkk., 2003). kandang brooder untuk pemeliharaan
DOC selama satu minggu dilanjutkan

70
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV

dengan sejumlah 36 kandang baterai baterai, ayam ditimbang sesuai dengan


masing-masing berukuran 30x40 cm. subkelompok umur ayam hingga hari
Kandang dilengkapi tempat pakan dan ke-20, 40, dan 60 menggunakan
minum. Peralatan pendukung lainnya timbangan Ohaous. Data pertambahan
seperti koran plastic, trasbag, sabun berat badan (PBB) dengan mengukur
cuci tangan, sapu, glove, masker, jas selisih berat badan awal dengan berat
laboratorium, termometer, timbangan badan akhir setiap interval
Ohaus, dan timbangan analitik digital. penimbangan, pada penelitian ini
interval penimbangan berat badan
Perlakuan dilakukan pada umur ayam hari ke- 20,
Tahap pertama ayam petelur DOC 40, dan 60. Satuan yang digunakan
dipelihara dalam kandang indukan adalah gram/ekor/hari. Perhitungan
hingga berumur satu minggu diberi pertambahan berat badan adalah
pakan starter ayam petelur CP 521 yang sebagai berikut :
berkadar protein 19-21% sebanyak 1,1
gram/ekor. Selama satu minggu ini PBB (g/ekor/hari) = BB Akhir– BB Awal
ayam diadaptasikan dalam satu
kandang brooder. Berikutnya ayam Pembedahan ayam
dibagi secara acak ke kandang baterai Pembedahan ayam dilakukan
dengan tetap diberikan pakan CP 521 sesuai dengan subkelompok umur ayam
hingga berumur 20 hari. Selama hari ke-20, 40, dan 60. Data biometrik
tahapan tersebut, ayam divaksinasi ND saluran pencernaan meliputi berat
pada hari pertama, dan hari ke-14. oesophagus, berat proventriculus, berat
Vaksinasi IBD untuk mencegah ventriculus, berat dan panjang
gumburo diberikan pada hari ke-18. duodenum, berat dan panjang jejunum,
Vaksinasi diaplikasikan melalui tetes berat dan panjang ileum, serta berat dan
mulut. Selama itu ayam tetap dipantau panjang caecum ayam diukur dengan
dan dijaga suhu ruanganya antara 29 0C menggunakan timbangan digital
sampai 31 0C. Diberikan air minum analitik dan penggaris. Satuan yang
secara ad libitum dengan campuran digunakan adalah gram untuk berat
multivitamin. Tahapan kedua setelah dan centimeter untuk panjang. Berat
ayam berumur 21 hari, vaksinasi ND saluran cerna yang dimaksud adalah
dilakukan lagi pada umur 35 hari. Pada berat relatif masing-masing bagian
tahap kedua ini pemberian pakan saluran cerna. Persentase berat relatif
dilakukan sesuai dengan percobaan menurut (Christy, 2019) sebagai
yang akan diamati. Pembagiannya berikut:
adalah kelompok P0 sebanyak 18 ekor
ayam diberikan 100% pakan komersial berat organ
Persentase berat relatif (%) = x 100%
ayam petelur untuk grower CP 524 dan berat badan
kelompok P1 sebanyak 18 ekor ayam
diberikan 80% pakan komersial ayam
petelur untuk grower CP 524 dengan Analisis Data
20% pakan aflatoksin (PA). Analisis data yang telah
dikumpulkan menggunakan two-way
Penimbangan berat badan Analysis of Variant (ANOVA) dengan
Pada masa adaptasi penimbangan interval. Jika terdapat perbedaan yang
ayam petelur dilakukan beberapa kali nyata selanjutnya dievaluasi
yakni saat DOC dan saat sebelum ayam menggunakan uji Duncan derajat
diacak masuk kandang baterai masing- signifikansi sebesar 5% (p<0,05). Data
masing. Setelah ayam masuk kandang dianalisis secara menyeluruh dengan

71
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV

menggunakan software SPSS 20 for duodenum, berat jejunum, berat ileum,


Windows. dan berat caecum kelompok P0 secara
signifikan berbeda nyata (p<0,05)
HASIL DAN PEMBAHASAN mengalami penurunan mengikuti umur.
Biometrik Saluran Cerna Dimulai sejak umur 40 hari dan
Hasil analisis statistik cenderung menurun hingga umur 60
menggunakan pola faktorial hari, namun antara umur 40 dan 60
menunjukkan hubungan antara hari itu penurunannya tidak kelihatan
perlakuan dan umur terhadap perbedaan yang nyata. Pola yang sama
biometrik saluran cerna yang meliputi juga ditunjukkan oleh kelompok P1
berat relatif (Tabel 1) dan panjang (Tabel yaitu pengamatan terhadap berat
2) saluran cerna ayam petelur. oesophagus, berat proventriculus, berat
Tabel 1. Rataan dan standar deviasi (SD) persentase berat relatif saluran
cerna ayam petelur umur ke-20, ke-40, dan ke-60 hari pada P0 (kelompok
kontrol) diberi pakan basal dan P1 (kelompok perlakuan) diberi PA.
Umur (hari)
Variabel Kelompok
20 40 60
Berat P0 0,23 ± 0,06b 0,15 ± 0,04a 0,11 ± 0,02a
Oesophagus (%) P1 0,41 ± 0,14c 0,14 ± 0,01a 0,10 ± 0,02a
Berat 0,06 ±
P0 0,21 ± 0,03c 0,09 ± 0,01b
Proventriculus 0,01ab
(%) P1 0,27 ± 0,04d 0,08 ± 0,01b 0,05 ± 0,01a

Berat P0 0,97 ± 0,18b 0,36 ± 0,07a 0,28 ± 0,04a


Ventriculus (%) P1 1,31 ± 0,26c 0,36 ± 0,06a 0,25 ± 0,09a

Berat P0 0,25 ± 0,07b 0,12 ± 0,03a 0,10 ± 0,02a


Duodenum (%) P1 0,30 ± 0,12b 0,12 ± 0,03a 0,10 ± 0,02a

Berat P0 0,58 ± 0,11b 0,27 ± 0,05a 0,26 ± 0,04a


Jejunum (%) P1 0,98 ± 0,24c 0,30 ± 0,06a 0,25 ± 0,04a

Berat P0 0,06 ± 0,01b 0,05 ± 0,02ab 0,03 ± 0,01a


Ileum (%) P1 0,13 ± 0,02c 0,04 ± 0,01a 0,04 ± 0,01a

Berat P0 0,19 ± 0,06b 0,14 ± 0,03ab 0,11 ± 0,02a


Caecum (%) P1 0,40 ± 0,06c 0,11 ± 0,02a 0,10 ± 0,01a
Keterangan: Superskrip yang berbeda di dalam baris dan kolom untuk setiap bagian
saluran cerna yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0.05).

Pengamatan terhadap berat ventriculus, berat duodenum, berat


saluran cerna berdasarkan umur baik jejunum, berat ileum, dan berat caecum
pada kelompok P0 dan P1 menunjukkan kelompok P1 secara signifikan berbeda
pola yang sama pada seluruh bagian nyata (p<0,05) mengalami penurunan
saluran cerna. Berat oesophagus, berat mengikuti umur. Keistemewaan terlihat
proventriculus, berat ventriculus, berat pada pengamatan berat proventriculus

72
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV

kelompok P1 umur 20, 40, dan 60 hari mukosa usus (Yunus, et al., 2011;
menunjukkan perbedaan nyata Zhang, et al., 2014). Akhirnya
terjadinya penurunan berat kerusakan yang terjadi pada struktur
proventriculus dengan nilai masing- jaringan tersebut mempengaruhi dari
masing sebesar 0,27 gram, 0,08 gram, konsistensi kepadatan berat relatif
dan 0,05 gram. Pengamatan faktor ataupun panjang saluran cerna.
gabungan antara hubungan kelompok Struktur jaringan dari saluran
dan umur menunjukkan berbeda nyata cerna terutama usus terdiri dari lapisan
(p<0,05) terhadap berat oesophagus, epitel, lamina propria dan kelenjar,
berat proventriculus, berat ventriculus, serta lapisan muskularis. Lapisan
berat jejunum, berat ileum, dan berat tersebut membentuk morfologi jaringan
caecum dengan pola yang hampir sama. usus mulai dari mukosa (Peng, et al.,
Terlihat bahwa selama perlakuan antar 2014). Epitel mempunyai peran dalam
dua kelompok ditunjukkan berat menjaga keseimbangan jaringan usus,
tertinggi terdapat pada kelompok P1 dimana sel-sel yang hilang pada vili
umur 20 hari, sedangkan berat usus akan diganti pada tingkat yang
terendah terdapat pada kelompok P1 sama dengan proliferasi sel pada kripta.
umur 60 hari. Proses ini dikendalikan oleh mekanisme
Paparan aflatoksin pada 20 hingga apoptosis yang terutama terdapat pada
40 hari menunjukkan perubahan pada bagian vili usus yang sering rusak.
penurunan berat oesophagus, Aflatoksin secara langsung atau tidak
proventriculus, ventriculus, jejunum, langsung mempengaruhi mekanisme
ileum, dan caecum. Pemberian apoptosis saluran cerna sehingga
aflatoksin dosis rendah dalam waktu menganggu proses proliferasi sel.
yang lama pada unggas muda Penelitian yang dilakukan Peng, et al.
memberikan efek penurunan (2014) menunjukkan bahwa aflatoksin
pertumbuhan. Keadaan ini sesuai menyebabkan apoptosis berlebihan
dengan penelitian yang dilakukan oleh pada ayam broiler sehingga berdampak
Yunus, et al. (2011) bahwa pemberian pada perubahan patologis dan
aflatoksin selama 3 minggu kepada berkurangnya proliferasi seluler
ayam mampu menunjukkan penurunan jejunum. Indikasi ini menunjukkan
terhadap berat keseluruhan usus, tetapi bahwa penurunan proliferasi sel dan
panjangnya cenderung meningkat. atau meningkatnya kematian sel akan
Yunus, et al. (2011) mengatakan mengurangi jumlah sel.
bahwa saluran gastrointestinal Kekhususan terdapat pada
merupakan tempat lewat pertama hubungan antara perlakuan dan umur
aflatoksin masuk ke tubuh. Aflatoksin terhadap berat duodenum tidak berbeda
yang berkontak langsung dengan nyata (p>0,05). Terlihat dari rata-rata
saluran cerna diduga menyebabkan berat duodenum antara dua kelompok
terjadinya kerusakan pada strukturnya tersebut hasilnya sama. Secara
sehingga tampak penurunan pada berat keseluruhan pengaruh pemberian
relatif saluran cerna. Kerusakan yang aflatoksin terhadap berat duodenum
terjadi bisa ditunjukkan dengan menunjukkan tidak berbeda nyata
rusaknya morfologi jaringan saluran meskipun mengikuti umur terlihat
cerna berupa meningkatnya kedalam terjadi penurunan berat relatif
kripta, menurunnya tinggi vili, dan duodenum. Diduga bahwa duodenum
menurunnya rasio antara kedalam masih mampu mempertahankan efek
kripta dan tinggi vili di bagian usus, aflatoksin melalui mekanisme sekresi
serta menurunnya ketebalan epitel enzim yang erat kaitannya dengan
sehingga memperluas permukaan pankreas. Asumsi ini didasarkan atas

73
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV

penelitian yang dilakukan oleh Matur Tabel 2. menunjukkan


(2010) mengatakan bahwa pemberian pengamatan terhadap panjang saluran
aflatoksin kadar rendah menyebabkan cerna berdasarkan umur baik pada
terjadinya perbaikan pada enzim kelompok P0 maupun P1 menunjukkan
pencernaan pankreas diantaranya pola yang sama. Panjang oesophagus,
amylase, tryspin, dan chymotrypsin. duodenum, jejunum, dan ileum secara
Kadar enzim amylase, trypsin, dan signifikan berbeda nyata (p<0,05)
chymotrypsin pada pankreas mengalami mengalami penambahan panjang
peningkatan. Penelitian lainnya mengikuti umur. Pertambahan panjang
menyebutkan peningkatan pada enzim saluran cerna terlihat berbeda
pencernaan terjadi karena akibat dari signifikan mulai pada umur 20 hari
efek patologis aflatoksin di jaringan atau sampai dengan umur 60 hari.
mungkin menjadi respon kompensasi Pengamatan faktor gabungan antara
untuk mengurangi asupan pakan dan hubungan kelompok dan umur
defisiensi nutrisi selama saluran cerna menunjukkan tidak berbeda nyata
terpapar aflatoksin. (p>0,05) terhadap panjang oesophagus,
Sebelumnya Applegate, et al. duodenum, dan jejunum. Sedangkan,
(2009) melaporkan bahwa mekanisme terhadap panjang ileum terdapat
kompensasi serupa nitrogen, bahan perbedaan nyata (p<0,05) dengan nilai
kering, dan pemanfaatan energi terkait signifikansi sebesar 0,001.
dengan menurunnya asupan nutrisi Pemberian pakan mengandung
pakan ayam petelur. Namun, aflatoksin aflatoksin diduga tidak menyebabkan
tetaplah memberikan pengaruh negatif terjadinya gangguan terhadap panjang
terhadap fungsi saluran cerna ayam saluran cerna karena sesuai dengan
petelur. Adanya efek aflatoksin terhadap penelitian yang dilakukan oleh Yunus
perbaikan aktivitas enzim pencernaan (2011) mengatakan bahwa terjadinya
perlu diperhatikan faktor lain yang peningkatan panjang duodenum dan
mempengaruhinya seperti dosis jejunum pada ayam yang diberikan
aflatoksin yang digunakan, jenis hewan, paparan aflatoksin kadar tinggi
dan lama paparan (Matur, 2010). merupakan upaya untuk kompensasi.
Tabel 2. Rerata dan standar deviasi (SD) panjang saluran cerna ayam
petelur umur ke-20, ke-40, dan ke-60 hari pada P0 (kelompok kontrol)
diberi pakan basal dan P1 (kelompok perlakuan) diberi PA.

Umur (hari)
Panjang Kelompok
20 40 60
Oesophagus P0 8,55 ± 0,60a 9,82 ± 0,97ab 10,92 ± 1,59bc
(cm) P1 8,57 ± 0,60a 9,82 ± 0,97ab 11,45 ± 1,48c

Duodenum P0 15,02 ± 1,53a 17,70 ± 1,27b 21,73 ± 1,75c


(cm) P1 17,17 ± 1,33b 18,37 ± 0,73b 21,00 ± 1,76c

Jejunum P0 51,58 ± 4,90a 62,27 ± 8,69b 83,30 ± 9,38c


(cm) P1 60,67 ± 9,03ab 67,23 ± 9,20b 78,20 ± 5,13c
P0 7,78 ± 0,71a 12,25 ± 1,95bc 11,72 ± 1,11b
Ileum (cm)
P1 11,48 ± 1,37b 10,98 ± 1,44b 13,45 ± 1,47c
Keterangan: Superskrip yang berbeda di dalam baris dan kolom untuk setiap bagian
saluran cerna yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0.05).
74
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV

Namun, dalam penelitian ini


aflatoksin dengan kadar rendah diduga
belum memberikan efek pada
peningkatan panjang oesophagus,
duodenum, jejunum, dan ileum.
Diasumsikan bahwa peningkatan
panjang saluran cerna tersebut terjadi
sesuai dengan keadaan normal
pertumbuhan tubuh.
Jejas kerusakan yang ditimbulkan
aflatoksin membuat homeostasis Demikian juga dengan
saluran cerna terganggu sehingga tidak pertambahan berat badan P1 secara
hanya ikut mempengaruhi struktur signifikan (p<0,05) meningkat
jaringan saluran cerna, namun juga mengikuti umur. Pengamatan
menganggu fungsi dari saluran cerna berdasarkan faktor kelompok antara P0
tersebut dalam menyerap makanan. dan P1 pada masing-masing umur ayam
Namun hingga saat ini belum dapat 20, 40, dan 60 hari menunjukkan tidak
dipastikan dengan jelas seberapa berbeda nyata (p>0,05). Kemudian
banyak kontribusi aflatoksin dalam pengamatan faktor gabungan
mengurangi penyerapan nutrisi yang berdasarkan hubungan antar kelompok
terjadi yang berdampak terhadap dan umur juga menunjukkan tidak
pertumbuhan dan efesiensi pakan berbeda nyata (p>0,05) dengan nilai
unggas. Peningkatan nutrisi pakan signifikansinya sebesar 0,680. Hasil
diperlukan untuk mengkompensasi analisis statistic hubungan antara
proses penyerapan yang terganggu kelompok dan umur terhadap
(Monson, et al., 2015). pertambahan berat badan (Tabel 3).
Pemberian aflatoksin tidak
Pertambahan Berat Badan memberikan pengaruh terhadap
Pengamatan terhadap pertambahan berat badan.
pertambahan berat badan ayam petelur Penyebabnya diduga karena dosis
baik kelompok kontrol (P0) maupun aflatoksin sebesar 9,58 ppb dalam 20%
kelompok perlakuan (P1) menunjukkan pakan aflatoksin (PA) yang diberikan
pola yang sama. Pertambahan berat belum mempengaruhi secara signifikan
badan P0 secara signifikan (p<0,05) dalam menurunkan pertambahan berat
meningkat mengikuti umur. badan.

Tabel 3. Rataan dan standar deviasi (SD) pertambahan berat badan ayam
petelur umur ke-20, 40, dan 60 hari pada P0 (kelompok kontrol) diberi
pakan basal dan P1 (kelompok perlakuan) diberi PA.
Umur Pertambahan Berat Badan (gr)
Kelompok 20 40 60
P0 76,05 ± 6,95a 280,80 ± 30,98b 571,05 ± 69,21c
P1 75,37 ± 7,03a 302,20 ± 41,52b 564,05 ± 51,75c
Keterangan: Superskrip yang berbeda di dalam baris dan kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0.05).

75
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV

Tidak ada perbedaan kisaran 15-30 ppb (Rawal, et al., 2010).


antarkelompok perlakuan terhadap Selain itu, tidak ada perbedaan pada
pertambahan berat badan pada pemberian aflatoksin pada
penelitian ini sesuai dengan penelitian pertambahan berat badan ayam petelur
Ahangaran dan Noosha (2011) umur 20-60 hari diduga karena adanya
aflatoksin pada ayam broiler selama 4 karakteristik tersendiri yang dimiliki
minggu tidak memberikan efek yang oleh unggas ini pada umur tersebut
signifikan antara kelompok perlakuan dalam mengkompensasi zat toksik yang
dan kontrol. Bahkan pada penelitian masuk.
sebelumnya oleh Kermanshahi, et al.
(2007) pemberian pakan yang KESIMPULAN
mengandung aflatoksin sebesar 1,2 Berdasarkan penelitian dan
mg/kgBB selama umur 0-42 hari tidak pembahasan hasil didapatkan
memberikan perubahan signifikan pada kesimpulan bahwa pemberian pakan
berat badan ayam broiler. Beberapa mengandung aflatoksin sebesar 9,58
faktor yang dapat mempengaruhi ppb memberikan pengaruh terhadap
pertambahan berat badan hewan yang biometrik beberapa saluran cerna
diberikan aflatoksin adalah umur, meliputi penurunan berat oesophagus,
dosis, dan lama paparan. Pemberian berat proventrikulus, berat ventrikulus,
aflatoksin dalam dosis rendah akan berat jejunum, berat ileum, berat
tetap meningkatkan berat badan, caecum, dan pertambahan panjang
sedangkan pemberian dalam dosis ileum. Serta pemberian pakan
tinggi akan menurunkan pertambahan mengandung aflatoksin sebesar 9,58
berat badan. Aflatoksin dalam dosis ppb tidak memberikan pengaruh pada
rendah tidak memberikan efek pada pertambahan berat badan ayam petelur
berat badan karena tubuh masih periode awal pertumbuhan.
mampu mempertahankan
keseimbangan dan mengikuti pola DAFTAR PUSTAKA
hormesis (Diaz, et al., 2008). Ahangaran, Majid G., and Noosha Zia-
Efek paparan aflatoksin tidak Jahromi. 2011. Nanosilver Effect on
tampak menunjukkan dampak ataupun Growth Parameters in Experimental
gejala kepada tubuh. Hal ini karena efek Aflatoxicosis in Broiler Chickens.
aflatoksin terutama terjadi pada hepar Toxicology and Industrial Health.
disebabkan hepar merupakan organ 29(2): 121-125.
penetralisir zat toksik dalam tubuh dan
menjadi target organ yang diserang Applegate, T.J., G. Schatzmayr, K.
aflatoksin (Peng, et al., 2016). Tidak Pricket, C. Troche, and Z. Jiang.
adanya perbedaan pada pertambahan 2009. Effect of Aflatoksin Culture on
berat badan kelompok kontrol dan Intestinal Function and Nutrient Loss
perlakuan menunjukkan bahwa hepar in Laying Hens. Poultry Science. 88 :
masih mampu menetralisir sebagian zat 1235-1241.
toksik dari aflatoksin sebelum
diedarkan oleh pembuluh darah ke Cristy, Rachella. 2019. Pengaruh Pakan
bagian tubuh yang lain. Efek paparan Terkontaminasi Aflatoksin
aflatoksin ditunjukkan dengan terhadap Anatomi dan Histopatologi
mengubah secara langsung atau tidak Timus Ayam Petelur Fase Starter.
terhadap berat tubuh secara alamiah. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran
Unggas muda sangat sensitif terhadap Hewan. Universitas Airlangga. Hal.
kontaminasi aflatoksin dan mampu 20.
bereaksi terhadap dosis rendah dalam

76
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV

Diaz, G. J., E. Calabrese, and R. Blain. to Aflatoxin B1 in Poultry.


2008. Aflatoxicosis in chickens Agriculturale Journal. 5 : 742-777.
(Gallus gallus): An example of
hormesis? Poult. Sci. 87:727–732. Puspitasari, C. F. 2018. Evaluasi
Cemaran Aflatoksin pada Bahan
Kermanshahi, H., M.R. Akbari, M. Baku Pakan dan Pakan Ayam di
Maleki, and M. Behgar. 2007. Effect Peternakan Ayam Petelur [Tesis].
of Prolonged Low Level Inclusion of Fakultas Kedokteran
Aflatokxin B1 into Diet on Hewan. Universitas Airlangga.
Performance, Nutrient Digestibility, Surabaya. Hal. 23.
Histopathology, and Blood Enzymes
of Broiler Chickens. Journal of Peng, Xi., Z. Yu, N. Liang, X. Chi, X. Li,
Animal and Veterinary Advances. M. Jiang, J. Fang, H. Cui, W. Lai, Y.
6(5); 686-692. Zhou, and S. Zhou. 2016. The
Mitochondrial and Death Receptor
Kurtini, T., K. Nova., dan D. Septinova. Pathways Involved in the Thymocytes
2011. Produksi Ternak Unggas. Apoptosis Induced by Aflatoxin B1.
Universitas Lampung, Bandar Oncotarget. 7(11): 12222-12234.
Lampung.
Peng, Xi., S. Zhang, J. Fang, H.Cui, Z.
Liu, Y.G.K. 2002. Prevention and Zuo, and J. Deng. 2014. Protective
Control of Molds and Mycotoxins in Roles of Sodium Selenite Againts
Raw Materials and Final Feeds in Aflatoxin B1-Induced Apoptosis of
Tropical Countries. In: Feed and Jejunum in Broilers. Internasional
Grain Quality Workshop. US Garin Journal of Enviromental Research
Council, American Soybean. p.1-23. and Public Health. 11 :13130-13143.

Maryam R., Y. Sani, S. Juariah, R. Rawal, S., J.F. Kim and R. Coulombe.
Firmansyah, dan Miharja. 2003. 2010. Aflatoxin B1 in Poultry:
Efektifitas Ekstrak Bawang Putih Toxicology, Metabolism and
(Allium sativum Linn) dalam Prevention. Research in Veterinary
Penanggulangan Aflatoksikosis Pada Science. 89: 325–331.
Ayam Petelur. Dalam Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Reddy, K.R.N., B. Salleh, B. Saad, H.K.
Peternakan dan Veteriner 2003. Abbas, C.A. Abel, and W.T. Shier.
Puslitbangnak. Bogor. 2010. An Overview of Mycotoxin
Contamination in Foods and its
Matur, E., E. Ergul, I. Akyazi, E. Implications for Human Health. Toxin
Eraslan, and Z.T. Ciraklit. 2010. The Rev. 29: 16–39.
Effect of Saccharomyces cerevisiae
Extract on The Weight of Some Singh, R. and A.B. Mandal. 2014.
Organs, Liver, and Pancreatic Efficacy of Fumaric and Citric Acids
Digestive Enzyme Activity In Breeder in Preventing Biosynthesis of
Hens Fed Diets Contaminated With Aflatoxins in Poultry Feed with
Aflatoxins. Poultry Science. 89: 2213- Variable Moisture Content. Ind. J. Ani
2220. Sci. 84(4): 453-456.

Monson, Melissa S., R.A. Coulombe, and Unutio, Ericko., Hamdan, dan Tri Hesti
K.M. Reed. 2015. Aflatoxicosis : W. 2016. Analisis Regresi Dan
Lesson from Toxicity and Responses Korelasi Antara Seleksi Bobot Badan

77
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV

Fase Starter Terhadap Produksi Imunoafinitas. Jurnal Sains


Ayam Ras Petelur Tipe Medium. Veteriner. 28(2): 98-103.
Jurnal Peternakan Integratif. 3(2)
:190-200. Yunus, A.W., K. Ghareeb, A.A. Abd-El-
Fattah, M. Twaruzek and J. Böhm.
Valchev, I., V. Marutsova, I. Zarkov, A. 2011. Gross intestinal adaptations in
Ganchev and Y. Nikolov. 2017. Effects relation to broiler performance during
of aflatoxin B1 alone or co- chronic aflatoxin exposure. Poult. Sci.
administered with Mycotox NG on 90: 1683–1689.
performance and humoral immunity
of turkey broilers. Bulg. J. Vet. Med. Yunus, A.W., E. Razzazi-Fazeli, and J.
20 (1): 38–50. Bohm. 2011. Aflatoxin B1 in affecting
broiler’s performance, immunity, and
Walukow, K.S., J. Laihad, J.R. Leke, dan gastrointestinal tract: A review of
M. Montong. 2017. Penampilan history and contemporary issues.
Produksi Ayam Ras Petelur MB 402 Toxins.3 :566–590.
yang Diberi Ransum Mengandung
Minyak Limbah Ikan Cakalang Zhang, S., X. Peng, J. Fang, H. Cui, Z.
(Katsuwonus pelamis L). Jurnal Zuo, and Z. Chen. 2014. Effects of
Zootek. 37(1): 123-134. Aflatoxin B1 Exposure and Sodium
Selenite Supplementation on the
Wijayanti, D.A. 2010. Penentuan Kadar Histology, Cell Proliferation, and Cell
Aflatoxin Bl dalam Pakan Broiler Cycle of Jejunum in Broilers.
Secara Kromatografi Cair Kinerja Biological Trace Element Research.
Tinggi dengan Pemurnian Secara 160(1) : 32–40.

***

78

You might also like