Pengaruh Aflatoksin 958 PPB Dalam Pakan Terhadap B
Pengaruh Aflatoksin 958 PPB Dalam Pakan Terhadap B
Pengaruh Aflatoksin 958 PPB Dalam Pakan Terhadap B
2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV
Pengaruh Aflatoksin 9,58 ppb dalam Pakan Terhadap Biometrik Saluran Cerna
dan Berat Badan Ayam Petelur Periode Awal Pertumbuhan
Dio Putra Pratama1, Benjamin Chr. Tehupuring2, Emmanuel Djoko Poetranto3, Hana
Eliyani2, Soeharsono2, Wiwiek Tyasningsih3, Gracia Angelina Hendarti2
1Student, 2Department of Veterinary Anatomy, 3Department of Veterinary
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of aflatoxin content of 9.58
ppb in feed on gastrointestinal biometrics and weight gain of laying hens in the early
growth period. Thirty-six day old chicks (DOC) were used in this study and were divided
into two groups P0 and P1. P0 (control group) was fed with 100% basal diet and P1
(treatment group) was fed a diet with a composition of 80% basal feed + 20% aflatoxin-
containing feed. After the DOC was adapted, the first feeding containing aflatoxin was
given from the 20th day to the 60th day. Data collection was carried out three times,
namely the 20th, 40th, and 60th days. At the end of each period, the chickens would
be euthanized to collect data on the weight and length of the digestive tract and body
weight. Weight gain with time increased, but had no significant effect (p>0.05) between
the control and treatment groups. Body weight continues to increase because the body's
homeresis function is still running well. Observations on gastrointestinal biometrics
showed significant differences (p<0.05) in oesophagus weight, proventriculus weight,
ventriculus weight, jejunum weight, ileum weight and length, and cecum weight
because aflatoxins have a direct effect on the digestive tract they pass. The conclusion
of this study was that the provision of 20% aflatoxin-containing feed did not affect weight
gain but had shown an effect on the biometrics of several gastrointestinal tracts.
Keywords: Aflatoxins, gastrointestinal biometrics, weight gain, laying hens
PENDAHULUAN
Ayam petelur menjadi andalan efisien, serta sesuai kebutuhan
sebagai ternak produksi yang tidak tentunya berpengaruh terhadap
dapat diragukan lagi potensinya. pertumbuhan, konsumsi pakan,
Periode pertumbuhan sebagai masa pertambahan bobot badan, dan angka
persiapan sekaligus penentu konversi pakan, serta kesehatan ayam
produktivitas optimal diperlukan petelur (Walukow, dkk., 2017). Periode
strategi yang tepat untuk mencapai awal pertumbuhan ayam petelur
puncak produksi. Sejumlah faktor patut disebut juga periode kritis ayam petelur
diperhatikan untuk mengoptimalkan karena kualitas pakan mempengaruhi
produktivitas. Faktor tersebut kualitas produksi yang dihasilkan
diantaranya yaitu pemilihan bibit yang (Unutio, dkk. 2016).
unggul, kualitas pakan yang bermutu, Berkaitan dengan kualitas pakan,
serta manajemen pemeliharaan yang masalah yang terjadi dilapangan adalah
baik. Pakan yang tepat, berimbang, dan resiko pakan yang terkontaminasi oleh
69
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV
70
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV
71
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV
72
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV
kelompok P1 umur 20, 40, dan 60 hari mukosa usus (Yunus, et al., 2011;
menunjukkan perbedaan nyata Zhang, et al., 2014). Akhirnya
terjadinya penurunan berat kerusakan yang terjadi pada struktur
proventriculus dengan nilai masing- jaringan tersebut mempengaruhi dari
masing sebesar 0,27 gram, 0,08 gram, konsistensi kepadatan berat relatif
dan 0,05 gram. Pengamatan faktor ataupun panjang saluran cerna.
gabungan antara hubungan kelompok Struktur jaringan dari saluran
dan umur menunjukkan berbeda nyata cerna terutama usus terdiri dari lapisan
(p<0,05) terhadap berat oesophagus, epitel, lamina propria dan kelenjar,
berat proventriculus, berat ventriculus, serta lapisan muskularis. Lapisan
berat jejunum, berat ileum, dan berat tersebut membentuk morfologi jaringan
caecum dengan pola yang hampir sama. usus mulai dari mukosa (Peng, et al.,
Terlihat bahwa selama perlakuan antar 2014). Epitel mempunyai peran dalam
dua kelompok ditunjukkan berat menjaga keseimbangan jaringan usus,
tertinggi terdapat pada kelompok P1 dimana sel-sel yang hilang pada vili
umur 20 hari, sedangkan berat usus akan diganti pada tingkat yang
terendah terdapat pada kelompok P1 sama dengan proliferasi sel pada kripta.
umur 60 hari. Proses ini dikendalikan oleh mekanisme
Paparan aflatoksin pada 20 hingga apoptosis yang terutama terdapat pada
40 hari menunjukkan perubahan pada bagian vili usus yang sering rusak.
penurunan berat oesophagus, Aflatoksin secara langsung atau tidak
proventriculus, ventriculus, jejunum, langsung mempengaruhi mekanisme
ileum, dan caecum. Pemberian apoptosis saluran cerna sehingga
aflatoksin dosis rendah dalam waktu menganggu proses proliferasi sel.
yang lama pada unggas muda Penelitian yang dilakukan Peng, et al.
memberikan efek penurunan (2014) menunjukkan bahwa aflatoksin
pertumbuhan. Keadaan ini sesuai menyebabkan apoptosis berlebihan
dengan penelitian yang dilakukan oleh pada ayam broiler sehingga berdampak
Yunus, et al. (2011) bahwa pemberian pada perubahan patologis dan
aflatoksin selama 3 minggu kepada berkurangnya proliferasi seluler
ayam mampu menunjukkan penurunan jejunum. Indikasi ini menunjukkan
terhadap berat keseluruhan usus, tetapi bahwa penurunan proliferasi sel dan
panjangnya cenderung meningkat. atau meningkatnya kematian sel akan
Yunus, et al. (2011) mengatakan mengurangi jumlah sel.
bahwa saluran gastrointestinal Kekhususan terdapat pada
merupakan tempat lewat pertama hubungan antara perlakuan dan umur
aflatoksin masuk ke tubuh. Aflatoksin terhadap berat duodenum tidak berbeda
yang berkontak langsung dengan nyata (p>0,05). Terlihat dari rata-rata
saluran cerna diduga menyebabkan berat duodenum antara dua kelompok
terjadinya kerusakan pada strukturnya tersebut hasilnya sama. Secara
sehingga tampak penurunan pada berat keseluruhan pengaruh pemberian
relatif saluran cerna. Kerusakan yang aflatoksin terhadap berat duodenum
terjadi bisa ditunjukkan dengan menunjukkan tidak berbeda nyata
rusaknya morfologi jaringan saluran meskipun mengikuti umur terlihat
cerna berupa meningkatnya kedalam terjadi penurunan berat relatif
kripta, menurunnya tinggi vili, dan duodenum. Diduga bahwa duodenum
menurunnya rasio antara kedalam masih mampu mempertahankan efek
kripta dan tinggi vili di bagian usus, aflatoksin melalui mekanisme sekresi
serta menurunnya ketebalan epitel enzim yang erat kaitannya dengan
sehingga memperluas permukaan pankreas. Asumsi ini didasarkan atas
73
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV
Umur (hari)
Panjang Kelompok
20 40 60
Oesophagus P0 8,55 ± 0,60a 9,82 ± 0,97ab 10,92 ± 1,59bc
(cm) P1 8,57 ± 0,60a 9,82 ± 0,97ab 11,45 ± 1,48c
Tabel 3. Rataan dan standar deviasi (SD) pertambahan berat badan ayam
petelur umur ke-20, 40, dan 60 hari pada P0 (kelompok kontrol) diberi
pakan basal dan P1 (kelompok perlakuan) diberi PA.
Umur Pertambahan Berat Badan (gr)
Kelompok 20 40 60
P0 76,05 ± 6,95a 280,80 ± 30,98b 571,05 ± 69,21c
P1 75,37 ± 7,03a 302,20 ± 41,52b 564,05 ± 51,75c
Keterangan: Superskrip yang berbeda di dalam baris dan kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0.05).
75
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV
76
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV
Maryam R., Y. Sani, S. Juariah, R. Rawal, S., J.F. Kim and R. Coulombe.
Firmansyah, dan Miharja. 2003. 2010. Aflatoxin B1 in Poultry:
Efektifitas Ekstrak Bawang Putih Toxicology, Metabolism and
(Allium sativum Linn) dalam Prevention. Research in Veterinary
Penanggulangan Aflatoksikosis Pada Science. 89: 325–331.
Ayam Petelur. Dalam Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Reddy, K.R.N., B. Salleh, B. Saad, H.K.
Peternakan dan Veteriner 2003. Abbas, C.A. Abel, and W.T. Shier.
Puslitbangnak. Bogor. 2010. An Overview of Mycotoxin
Contamination in Foods and its
Matur, E., E. Ergul, I. Akyazi, E. Implications for Human Health. Toxin
Eraslan, and Z.T. Ciraklit. 2010. The Rev. 29: 16–39.
Effect of Saccharomyces cerevisiae
Extract on The Weight of Some Singh, R. and A.B. Mandal. 2014.
Organs, Liver, and Pancreatic Efficacy of Fumaric and Citric Acids
Digestive Enzyme Activity In Breeder in Preventing Biosynthesis of
Hens Fed Diets Contaminated With Aflatoxins in Poultry Feed with
Aflatoxins. Poultry Science. 89: 2213- Variable Moisture Content. Ind. J. Ani
2220. Sci. 84(4): 453-456.
Monson, Melissa S., R.A. Coulombe, and Unutio, Ericko., Hamdan, dan Tri Hesti
K.M. Reed. 2015. Aflatoxicosis : W. 2016. Analisis Regresi Dan
Lesson from Toxicity and Responses Korelasi Antara Seleksi Bobot Badan
77
Journal of Basic Medical Veterinary Desember 2020, Vol.9 No.2, 69-78
Pratama et al. Online pada https://e-journal.unair.ac.id/JBMV
***
78