Konsep Jurnal
Konsep Jurnal
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado
2
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi/RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
E-Mail: [email protected]
Abstract: Visum et Repertum is a written statement from a doctor at the official request
of an authorized law enforcement officer. With the aim of conducting a forensic medical
examination to determine the cause and degree of severity of the wound. Dr. R. D.
Kandou Manado in 2020-2021. This research is descriptive retrospective using medical
record data. The results of the study found 70 cases of violence with requests for visum
et repertum in 2020-2021. The year 2020 was the year with the highest number of cases
of violence with the highest number of visum et repertums, namely 43 VeR (61.8%)
while in 2021 it was 27 VeR (38.6%). Gender was most commonly found in men with
64 (91.4%) and women in 6 (8.6%) cases. With an age that was dominated by teenagers
12-16 years old and easy adults 17-25 years. The pattern of injuries found was mostly in
cases of sharp violence where there were 43 cases of blunt violence and 17 cases which
were dominated by moderate degrees of injury as many as 51 in the statement of post-
mortem et repertum. The conclusion of this study is the description of the pattern and
degree of injury in cases of violence with a request for visum et repertum at Prof Dr.
R.D. Kandou in 2020-2021 can reveal that the most victims were men with the type of
sharp violent injury and the highest degree of severity of injury was moderate.
Keywords: Visum et Repertum, description of the pattern and degree of injury
Abstrak: Visum et Repertum adalah keterangan tertulis dari seorang dokter atas
permintaan resmi dari penegak hukum dengan tujuan untuk mencari penyebab dan
derajat keparahan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola dan
derajat luka pada kasus kekerasan dengan permintaan visum et repertum di RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2020-2021. Penelitian ini bersifat deskriptif
retrospektif dengan menggunakan data rekam medis. Hasil penelitian mendapatkan 70
VeR 2020-2021. Tahun 2020 merupakan tahun dengan jumlah kasus kekerasan dengan
pembuatan visum et repertum terbanyak yaitu sebanyak 43 VeR (61,8%) sedangkan
pada tahun 2021 sebanyak 27 VeR (38,6%). Jenis kelamin paling banyak ditemukan
pada laki-laki dengan jumlah 64 (91,4%) kasus. Dengan usia yang didnominasi oleh
usia remaja 12-16 tahun dan dewasa mudah 17-25 tahun. Pola luka terbanyak pada
kasus kekerasan tajam dimana terdapat 43 kasus dan kekerasan tumpul sebanyak 17
kasus yang di dominasi dengan derajat perlukaan sedang sebanyak 51 dalam keterangan
visum et repertum. Simpulan penelitian ini ialah gambaran pola dan derajat luka pada
kasus kekerasan dengan permintaan visum et repertum di RSUP Prof Dr. R.D. Kandou
tahun 2020-2021 dapat mengungkapkan korban terbanyak dialami oleh laki-laki dengan
jenis luka kekerasan tajam dan derajat keparahan luka terbanyak pada derajat sedang.
Kata Kunci: Visum et Repertum, gambaran pola dan derajat luka
sebanyak 8 kasus dan pada tahun
2019 dengan lokasi yang sama
PENDAHULUAN: didapatkan sebanyak 9 kasus,
dengan total kasus tahun 2018-
Kekerasan adalah sebuah perbuatan 2019 sebanyak 17 kasus.
menyakiti ataupun perbuatan yang dapat Meskipun terjadi penurunan kasus
mengakibatkan luka. Beberapa jenis kekerasan di setiap tahun angka
tindakan kekerasan dapat berupa bicara tersebut masi terbilang cukup
kasar, memaksakan kehendak atau tinggi di Sulawesi Utara.3
bahkan memukul orang lain hingga Memasuki era pandemi
mengakibatkan luka sehingga dapat COVID-19 kejahatan di Indonesia
dikatakan bahwa kekerasan sama selama periode tahun 2018–2019
dengan tindak penganiayaan.1 juga memperlihatkan pola
Menentukan derajat menurun. Persentase penduduk
keparahan luka adalah hal yang korban kejahatan mengalami
penting dilakukan untuk aspek penurunan dari 1,11 persen pada
medikolegal, dan dianggap perlu tahun 2018 menjadi 1,01 persen
untuk tujuan pengobatan, seperti pada tahun 2019. Berdasarkan
misalnya lokasi luka, tepi luka, data selama tahun 2011-2018
dan sebagainya. Dari segi jumlah desa/kelurahan yang
medikolegal, orientasi dan menjadi ajang konflik massal
paradigma yang digunakan dalam cenderung meningkat, dari sekitar
merinci luka dan kecederaan 2.500.
adalah untuk dapat membantu Kasus kekerasan
merekonstruksi peristiwa pembunuhan periode Maret 2020-
penyebab terjadinya luka dan Februari 2021 di RSUP Prof. Dr.
memperkirakan derajat keparahan R. D. Kandou Manado mengalami
luka.2 penurunan sebesar 41%, yaitu dari
Kejadian kejahatan di 17 kasus pada periode 2018-2019
Indonesia pada tahun 2015 sampai menjadi tujuh kasus selama
2018 mengalami penurunan pandemi COVID-19 pada periode
dimana tercatat 1.491 kejadian Maret 2020-Februari 2021 yang
pada tahun 2015 (tertinggi pada dilakukan autopsi; terbanyak
kurun waktu lima tahun terakhir). didapatkan pada bulan Juli 2020,
Angka ini menurun pada tahun dengan jenis kelamin korban yang
2016 menjadi 1.292 kejadian, terbanyak yaitu laki-laki.
tahun 2017 menjadi 1.150 Berdasarkan usia, kelompok usia
kejadian, dan turun kembali remaja berusia 17-25 tahun,
menjadi 1.024 kejadian pada kelompok dewasa awal 26-35
tahun 2018. tahun, kelompok dewasa akhir
Tahun 2018 di Sulawesi berusia 36-45 tahun, masing-
Utara sesuai dengan data yang masing berjumlah dua kasus
didapatkan di Polresta Manado
dengan sebab kematian berupa Kesehatan (Dinas Kesehatan atau
kekerasan tajam.4 Rumah Sakit), maka visum et
Dalam proses penyidikan repertum dapat dibuat oleh dokter
terlebih dalam melibatkan nyawa (umum) atau dokter bukan ahli
seseorang terkadang penyidik sebagai pemeriksaan luka, kecuali
meminta bantuan dari ahli pemeriksaan mayat atau otopsi
misalnya dokter dalam bentuk yang hanya boleh dilakukan oleh
keterangan yang disebut visum et dokter ahli forensik. Oleh karena
repertum. Visum et repertum itu penting sebagai dokter umum
merupakan salah satu pelayanan dalam pengetahuannya membuat
di bidang kedokteran forensik Visum et Repertum ditambah lagi
yang dapat membantu di bidang untuk menilai dan
hukum. mendokumentasikan berbagai
Visum et repertum adalah jenis luka serta menjelaskan
keterangan tertulis dari seorang penentuan derajat luka tidak bisa
dokter (dalam kapasitasnya memakai perasaan, harus
sebagai ahli) atas permintaan dibutuhkan patokan objektif,
resmi dari penegak hukum yang karena nantinya akan dilaporkan
berwenang tentang apa yang dalam laporan Visum et
dilihat dan ditemukan pada objek Repertum.
yang diperiksanya dengan Tujuan pemeriksaan
mengingat sumpah atau janji kedokteran forensik adalah
ketika menerima jabatan. Visum untuk mengetahui penyebab
et repertum dibuat berdasarkan luka/sakit dan derajat parahnya
permintaan oleh penyidik dan luka tersebut. Hukum pidana
biasanya visum dibuat oleh dokter penganiayaan di Indonesia
spesialis forensik. Dokter spesialis terdiri dari tiga tingkatan
forensik adalah dokter umum hukuman yang berbeda yaitu
yang telah mengambil spesialisasi penganiayaan ringan, sedang
di bidang forensik dan kedokteran dan berat. Ketiga tingkatan
kehakiman (medikolegal), mereka penganiayaan tersebut diatur
berwenang untuk membuat visum dalam pasal 352 (1) KUHP
et repertum.5 untuk penganiayaan ringan,
Dokter spesialis forensik pasal 351 (1) KUHP untuk
jumlahnya tidak sebanding penganiayaan, dan pasal 352 (2)
dengan penduduk dan luas KUHP untuk penganiayaan yang
wilayah di Indonesia sehingga ada menimbulkan luka berat. Setiap
daerah yang terdapat dokter kecederaan harus dikaitkan
spesialis forensik dan yang tidak dengan ketiga pasal tersebut.
terdapat dokter spesialis forensik. Dampak perlukaan tersebut
Bagi daerah tertentu karena secara memegang peranan penting bagi
geografis tidak memungkinkan hakim dalam menentukan sanksi
dan sangat jauh letaknya dan pidana yang harus dijatuhkan
belum ada dokter ahli forensik sesuai dengan rasa keadilan.6
maupun jauh dari laboratorium Visum et Repertum
forensik seperti misalnya, adalah surat keterangan tertulis
Laboratorium Forensik yang dibuat oleh dokter dalam
Kepolisian, Laboratorium ilmu kedokteran forensik
mengenai pemeriksaan medik Jenis penelitian ini
terhadap manusia, dibuat adalah penelitian deskriptif
berdasarkan keilmuannya dan retrospektif dengan rancangan
dibawah sumpah untuk potong lintang, mengumpulkan
kepentingan pro yustitia.7 data sekunder dengan
Visum et Repertum juga melakukan pengambilan data
menjembatani antara ilmu berupa rekam medik di Instalasi
kedokteran dengan ilmu hukum Rekam Medis pada semua
sehingga dengan membaca laporan gambaran kasus
visum et repertum dapat kekerasan dengan permintaan
diketahui dengan jelas apa yang visum et repertum di RSUP
telah terjadi pada seseorang. Prof. R. D Kandou tahun 2020-
Dalam pasal 10 Surat Keputusan 2021. Variabel penelitian ialah
Menteri Kehakiman No. jumlah, jenis kelamin korban,
M04/UM/01.06 tahun 1983 usia korban, pola luka, derajat
dinyatakan bahwa “Hasil luka dalam kasus kekerasan
pemeriksaan ilmu kedokteran dengan permintaan Visum Et
kehakiman disebut visum et Repertum.
repertum”. Keterangan tertulis
yang dibuat oleh dokter atas HASIL PENELITIAN
permintaan tertulis (resmi)
penyidik tentang pemeriksaan Pengumpulan data didapatkan melalui
medis terhadap seseorang pengumpulan data sekunder
manusia baik hidup maupun berdasarkan hasil visum et repertum
mati ataupun bagian dari tubuh pada kasus kekerasan di RSUP Prof. Dr.
manusia, berupa temuan dan R. D. Kandou selama periode 2020-
interpretasinya, di bawah 2021 adalah sebanyak 70 kasus
sumpah dan untuk kepentingan kekerasan dengan hasil penellitian
peradilan.8 sebagai berikut:
Berdasarkan uraian yang
di tulis dan mengetahui bahwa Jumlah kasus kekerasan dengan
jumlah kasus kekerasan di permintaan Visum et Repertum di
Sulawesi Utara terbilang tinggi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
meskipun terjadi penurunan di Manado periode 2020-2021
setiap tahun-nya dan minimnya Tabel 1 menunjukan jumlah kasus
informasi tentang permintaan kekerasan dengan permintaan visum et
Visum et Repertum terkait pola repertum di RSUP Prof. Dr. R. D.
dan derajat luka maka penulis Kandou Manado selama periode 2020-
tertarik untuk menganggkat 2021 yaitu sebanyak 70 kasus.
judul “Gambaran Pola Dan
Derajat Luka Pada Kasus Kasus kekerasan paling banyak
Kekesaran Dengan Permintaan ditemukan pada tahun 2020 sebanyak
Visum et Repertum Di RSUP 43 kasus dan terjadi penurunan di tahun
Prof. R.D Kandou Tahun 2020- 2021 dimana terdapat 27 kasus
2021”. kekerasan dengan permintaan visum et
repertum/
METODE PENELITIAN Tabel 1 jumlah kasus kekerasan visum
et repertum
Tahun Kasus Presentase
Jumlah kasus kekerasan visum
2020 43 61,4 et repertum
2021 27 38.6