Analisis 3 R
Analisis 3 R
Corresponding Author:
Junaidi
Fakultas Ilmu Dan Teknologi Hayati, Universitas Teknologi Sumbawa
706 | Analisis Pengelolaan Sampah Dengan Prinsip 3r (Reduce, Reuse, Recycle) (Junaidi)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Permasalahan sampah merupakan salah satu masalah lingkungan yang belum
terselesaikan dengan baik di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
menyebutkan jumlah peningkatan timbunan samapah di Indonesia telah mencapai 175.000
ton/hari atau setara dengan 64 juta ton/tahun. Hal ini bearti terjadi peningkatan produksi
sampah tiap tahunnya dan tentu membutuhkan pengelolaan yang baik.
Pengelolaan sampah umumnya dilakukan dengan membakar, dibuang ke selokan,
menumpuk di sekitar rumah dan bahkan dilakukan dibuang ke sungai. Sungguhpun para ahli
telah menemukan berbagai cara penanggulangan sampah, termasuk cara pendaur ulangan,
namun cara-cara tersebut masih belum memecahkan masalah sampah yang semakin
meningkat jumlah dan jenisnya, baik di pedesaan, di pemukiman maupun di daerah kumuh
perkotaan. Salah satu program penanganan masalah persampahan adalah melalui program 3R
dimana program tersebut merupakan program dengan menjalankan 3R yaitu reduce atau
mengurangi jumlah sampah, recycle atau mendaur ulang sampah, dan reuse atau
memanfaatkan kembali sampah.
Pengelolaan sampah dalam program ini dimulai dari hulu ke hilir sehingga TPA bukan
lagi tempat pembuangan tetapi tempat pemprosesan akhir sampah (Sudradjat, 2002). Undang-
undang No. 18 Tahun 2008, keseriusan dan keharusan pengelolaan sampah mulai
diperhatikan dari hulu (sumber sampah) sampai hilir (tempat pembuangan akhir) Pengelolaan
sampah diawali dengan usaha perubahan persepsi dan perilaku masyarakat untuk mengolah
sampah secara produktif. Dengan kesadaran masyarakat akan lingkungan yang semakin
meningkat, maka masyarakat dapat mengembangkan pengelolaan sampah secara mandiri
(Subekti, 2009).
Hasil wawancara awal peneliti dengan masyarakat di Desa Mamak, diketahui bahwa
seluruh rumah berpenghuni di sepanjang aliran sungai ini menghasilkan sampah organik dan
anorganik. Sampah-sampah tersebut dikumpulkan terlebih dahulu di tempat sampah
dimasing-masing yang ada di rumah , lalu dikelola dengan cara yang berbeda-beda. Meskipun
demikian, berdasarkan pengamatan peneliti, terdapat beberapa masyarakat yang langsung
membuang sampah ke sungai, terutama sampah basah dan mudah membusuk. Hal tersebut
dilakukan karena tumpukan sampah dikhawatirkan akan menimbulkan bau yang tidak sedap
dan menjadi tempat berkumpulnya lalat. Volume sampah organik dan anorganik pada setiap
rumah adalah sekitar 1-2 kg dan 0,5-1 kg per minggu. Sampah organik (degradable)
dibedakan dengan sampah anorganik (undegradable) berdasarkan cepat lambatnya proses
penguraian. Sampah organik merupakan jenis sampah yang cepat membusuk karena memiliki
kandungan air yang tinggi (Ekawandi dan Kusuma, 2018). Febriadi (2019) menyebutkan
bahwa sampah organik dapat berasal dari sisa makanan, sisa sayuran dan kulit buah-buahan,
sisa ikan dan daging, serta sampah kebun seperti rumput, daun, dan ranting. Sedangkan
sampah anorganik merupakan sampah yang sangat sulit membusuk dan tidak dapat terurai
kembali. Akan tetapi, sampah jenis ini dapat didaur ulang sehingga dapat bermanfaat menjadi
barang lain (Wulan, dkk, 2019). Sampah anorganik dapat berupa kertas, kayu, kain, kaca,
logam, plastik, karet dan tanah (Febriadi, 2019).
Bedasarkan masalah diatas menarik untuk diteliti dikarena hingga saat ini belum ada
penelitian yang menjelaskan bagaimana mekanisme pengelolaan sampah pada masyarakat di
Desa Mamak. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan prinsip
3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan sampah pada masyarakat di Desa Mamak.
Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang dapat mengakibatkan sampah, Reuse berarti
menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan, dan Recycle berarti mendaur
707 | Analisis Pengelolaan Sampah Dengan Prinsip 3r (Reduce, Reuse, Recycle) (Junaidi)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
ulang sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat (Kurniasari, 2019).
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan rekomendasi pengelolaan sampah bagi
masyarakat yang ada di sepanjang aliran sungai di Desa Mamak.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pengelolaan sampah organik dan non organik dengan menerapkan
prinsip 3R?
2. Bagaimana perubahan lingkungan dan masyarakat akibat kebijakan pengelolaan sampah
dengan prinsip 3R?
2. LANDASAN TEORI
a. Pengelolaan Sampah
Waste management yang memiliki arti yaitu cara pengelolaan sampah atau waste
treatment pengolahan limbah dari bahan buangan industry dan teknologi untuk mengurangi
pencemaran lingkungan, cara mengelola limbah industry dan teknologi tergantung pada sifat
dan kandungan limbah serta tergantung pula pada rencana pembuangan olahan limbah secara
permanen (Wardhana, 1995).
Pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat adalah suatu pendekatan
pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaaan masyarakat,
direncanakan, dilaksanakan, dikontrol dan dievaluasi Bersama masyarakat. Pemerintah dan
Lembaga lainya sebagai motivator dan fasilitator. Fungsi motivator adalah memberikan
dorongan agara masyarakat siapa memikirkan dan mencari jalan keluar terhadap persoalan
samppah yang mereka hadapi. Tetapi, jika masyarakat belum siap, maka fungsi pemerintah
atau Lembaga lain adalah menyiapkan terlebih dahulu. Misalnya, dengan melakukan
pelatihan, studi banding, dan memperlihatkan program yang sukses (Subekti, 2010).
b. Prinsip 3R
Prinsip 3R menjadi pedoman sederhana untuk membantu IRT dalam mengurangi
sampah dirumah, diantaranya:
1. Reduce (Mengurangi)
Untuk menghindari pembelian barang yang berpotensi menghasilkan banyak sampah,
menghindari barang sekali pakai, menggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill), atau
mengurangi pemakaian kantong plastic dengan membawa tas sendiri saat berbelanja.
2. Reuse (penggunaan Kembali)
Barang yang dianggap sampah dari kegiatan pertama, sebenarnya dapat berguna untuk
kegiatan berikutnya, baik untuk fungsi yang sama maupun berbeda. Misalnya,
menggunakan lagi kertas bekas untuk membungkus kado atau membuat amplop. Hal ini
dapat memperpanjang umur dan waktu pemakaian barang sebelum ketempat sampah.
3. Recycle (mendaur ulang)
Usaha ini dilakukan dengan mengubah barang bekas menjadi benda lain yang berguna
dan layak pakai. Misalnya mengubah botol, gelas plastik, dan kaleng biscuit menjadi vas
bunga. Implementasi prinsip 3R yang mulai banyak dilakukan masyarakat adalah
mendaur ulang sampah dan berupaya menghimpun kegiatan yang dapat memanfaatkan
sampah untuk didaur ulang. Proses daur ulang sampah membutuhkan sarana dan
prasarana yang memadai, terutama tempat penampungan atau pengelolaan yang tertata
secara sedemikian rupa. Demikian sampah dapat dipilah dengan mudah untuk bahan daur
ulang (Suryati, 2009).
3. METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitaf, penelitian kualitatif dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu, keadaan gejala
menurut apa adanya pada saat penelitian itu dilakukan. Oleh keran itu, penelitian kualitatif
708 | Analisis Pengelolaan Sampah Dengan Prinsip 3r (Reduce, Reuse, Recycle) (Junaidi)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
mempu mengungkap fenomena-fenomena pada suatu subjek yang ingin diteliti secara
mendalam.
709 | Analisis Pengelolaan Sampah Dengan Prinsip 3r (Reduce, Reuse, Recycle) (Junaidi)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
4. Saat bepergian ke luar, apakah Bapak/Ibu menggunakan botol air minum dari rumah?
Atau membeli minuman kemasan?
5. Adakah contoh tindakan dari Bapak/Ibu beserta keluarga dalam mengurangi
sampah? Jika ada, apa itu?
No. C. Pertanyaan Terkait Reuse
1. Apabila terdapat wadah atau botol kosong kemasan yang telah dipakai, apakah
langsung dibuang? Atau digunakan kembali?
2. Dalam kebersihan rumah, apakah Bapak/Ibu menggunakan pakaian tua menjadi kain
lap?
3. Adakah contoh tindakan dari Bapak/Ibu beserta keluarga dalam menggunakan
kembali sampah?
No. D. Pertanyaan Terkait Recycle
1. Apakah Bapak/Ibu mendaur ulang sampah menjadi produk lain? Misalnya plastik
menjadi kerajinan tangan, bohlam menjadi pot gantung, ataupun CD/DVD menjadi
tatakan gelas? Atau adakah contoh lain yang Bapak/Ibu lakukan?
2. Apakah sampah sayuran di rumah ini didaur ulang menjadi kompos?
No. E. Pertanyaan Penutup
1. Apakah Bapak/Ibu tahu dampak apa saja yang dapat timbul dari membuang sampah ke dalam siring?
Pemahaman Umum Warga Desa Mamak Tentang Cara Pengelolaan Sampah
Meskipun memiliki definisi sampah yang berbeda-beda, mayoritas responden dapat
mendefinisikan sampah dengan cukup tepat. Terdapat tiga mayoritas jawaban responden
tentang sampah dengan persentase yang hampir berimbang. Tiga jawaban mayoritas dari
responden adalah: 1). Barang-barang tidak terpakai; 2). Barang-barang kotor atau kotoran;
dan 3). Roro. Berdasarkan jawaban-jawaban ini, dapat dinyatakan bahwa masyarakat di
sepanjang aliran siring Pondok Besi memiliki pengetahuan yang cukup terkait pengertian
sampah. Menurut Ratna, dkk (2017), sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah
tidak digunakan lagi oleh manusia dan dibuang. Adapun Mulyanasari dan Sigit (2019)
menjelaskan bahwa sampah merupakan limbah yang berwujud padat yang bersifat kering dan
tidak dapat berpindah jika tidak ada yang memindahkannya. Sampah berasal dari kegiatan
sehari-hari manusia ataupun proses alam yang berbentuk padat.
Sampah yang dihasilkan dari rumah tangga responden pada umumnya menjawab
sampah-sampah tersebut ditampung dan dikumpulkan tempat sampah sendiri. Seluruh
responden menjawab bahwa terdapat tempat sampah di rumah masing-masing. Jumlah tempat
sampah di setiap rumah berbeda-beda, dan umumnya terletak di bagian dapur dan di dapan
halaman rumah. Sampah yang dihasilkan dikelola dengan berbagai cara. Mayoritas responden
(40%) mengatakan sampah dibuang sendiri ke tempat pembuangan sampah. Responden lain
menyatakan membuang sampah ke sungai atau dibakar. Menurut responden, sampah akan
dibuang ke sungai saat turun hujan.
b. Pemahaman Warga Desa Mamak Tentang Pengelolaan Sampah Dengan Prinsip 3R
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas (75%) responden pada saat berbelanja
ke pasar tidak membawa keranjang sendiri dari rumahnya. Membawa keranjang belanja
sendiri bermaksud dapat mengurangi sampah yang digunakan untuk membungkus
belanjaannya. Kemudian, hampir seluruh responden (98%) menyatakan bahwa mereka akan
tetap membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah yang besar, bila produk
tersebut diperlukan. Lebih lanjut, sebagian besar responden (87%) tidak melakukan tindakan
apapun yang dapat mengurangi sampah. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip
reduce di masyarakat sepanjang aliran sungai di Desa Mamak masih kurang. Akan tetapi,
terdapat tindakan positif yang menunjukkan bahwa masyarakat di kawasan ini telah
menerapkan prinsip reduce, yaitu tidak meminta kantongan apabila barang yang dibeli dapat
dipegang oleh tangan (55%) dan membawa botol minum dari rumah ketika bepergian (55%).
Pada aspek reuse, sebagian besar (94%) responden tidak menggunakan kembali wadah atau
botol kosong. Akan tetapi, seluruh responden menggunakan kain yang sudah tua menjadi kain
710 | Analisis Pengelolaan Sampah Dengan Prinsip 3r (Reduce, Reuse, Recycle) (Junaidi)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
lap di rumah. Lebih lanjut, mayoritas responden (87%) tidak melakukan tindakan lain dalam
menggunakan kembali sampah, baik itu sampah organik maupun sampah anorganik. Hal ini
menunjukkan bahwa masih sedikit masyarakat sepanjang aliran siring Pondok Besi yang
menerapkan prinsip reuse.
Pada aspek recycle, hampir seluruh responden (87%) menyatakan bahwa tidak
mendaur ulang sampah anorganik menjadi sebuah produk lain. Selain itu, seluruh responden
juga tidak mendaur ulang sampah organik menjadi kompos. Salah seorang responden
menyatakan dulu mendaur ulang sampah organik menjadi kompos, tetapi sekarang tidak
dilakukan lagi karena faktor usia. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa
tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan
(Ratriyanto, dkk., 2019). Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa penerapan prinsip
recycle sampah pada masyarakat sepanjang sungai di Desa Mamak masih relative kurang.
Dalam pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan baik dan benar karana sampah
yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap lingkungan
sekitar. Membuang sampah ke aliran sungai misalnya, akan menyebabkan terjadi tumpukan
sampah pada aliran sungai yang bisa menyebabkan terjadinya dampak yang tidak di inginkan.
Kondisi tersebut juga bisa menyebabkan genangan air meninggi apalagi saat didukung dengan
curah hujan yang tinggi pula. Hal inilah yang menyebabkan banjir terjadi karena debit
limpasan yang ada sudah tidak dapat ditampung oleh kapasitas saluran (Khaidir, 2019).
Sampah yang dibuang ke dalam aliran sungai juga dapat menyebabkan pencemaran
udara. Hal ini karena adanya proses pembusukan sampah terutama sampah organik. Proses
dekomposisi sampah organik yang terlalu banyak umumnya berlangsung secara anaerobik
atau tanpa oksigen. Dekomposisi secara anaerobik ini akan menghasilkan gas-gas yang
memberi bau tidak sedap dan sangat menyengat seperti H 2S (Muspa, dkk., 2017). Sampah-
sampah yang menumpuk juga dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti diare, tiphus, dan
penyakit-penyakit infeksi saluran pernapasan (Adiprasetyo, dkk., 2019). Selain itu, sampah
yang menumpuk di dalam siring juga dapat mengurangi nilai estetika pemandangan.
Terkait dampak membuang sampah ke dalam sungai, pada umumnya masyarakat di
sepanjang aliran sungai mengetahui akan hal tersebut. 65% satu persen jawaban menunjukkan
bahwa dampak membuang sampah ke sungai adalah banjir, sementara 25% yang lain
menyatakan bahwa dapat menyebabkan lingkungan menjadi bau. Meskipun memahami
dampak yang timbul akibat membuang sampah ke tepi sungai, masih terdapat beberapa
masyarakat yang membuang sampah ke tepi sunggai. Beberapa alasan yang disampaikan
responden adalah (1) tidak ada petugas pengumpul sampah. Meskipun ada, frekuensinya
sangat jarang; (2) Jarak rumah dengan tempat pembuangan sampah cukup jauh; (3) Karena
sudah menjadi kebiasaan; dan (4) didorong oleh kebiasaan masyarakat lain yang juga
membuang sampah ke tepi sungai. Beberapa alasan tersebut menyebabkan beberapa
masyarakat tidak punya pilihan lain dalam mengelola sampah selain dibuang ke dalam
siring.tepi sungai.
Selain membuang sampah ke tepi sungai, pengelolaan sampah dengan cara dibakar
juga bukan merupakan suatu cara yang tepat untuk menghilangkan sampah. Hal ini karena
sampah yang dibakar hanya akan menyusut, bukan menghilang sama sekali. Selain itu,
sampah-sampah yang dibakar terutama sampah plastik akan menghasilkan gas H 2S yang
dapat menjadi racun bagi lingkungan sekitar (Endang, dkk., 2016). Terlebih lagi, sampah
plastik yang mengandung klorida (Cl) dapat menghasilkan dioksin penyebab kanker apabila
dibakar dengan suhu rendah (Endang, dkk., 2016). Oleh karena itu, diperlukan cara
pengelolaan sampah yang benar serta peningkatan kesadaran masyarakat untuk
meminimalisir sampah yang dihasilkan.
Berdasarkan pembahasan di atas, sudah seharusnya pemerintah dalam hal ini
pemerintah desa diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menerapkan
3R. Hal ini terutama pada masyarakat yang berada pada wilayah pingir sungai. Peningkatan
kesadaran tersebut dapat dilakukan dengan sosialisasi terkait prinsip penerapan 3R, baik
711 | Analisis Pengelolaan Sampah Dengan Prinsip 3r (Reduce, Reuse, Recycle) (Junaidi)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
secara langsung maupun tidak langsung seperti melalui media sosial, televisi, radio, papan
reklame, dan lain sebagainya. Pemerintah juga diharapkan menambah tempat penampungan
sampah dan petugas pengangkut sampah di wilayah Desa Mamak, mengoptimalkan
sosialisasi terkait pengelolaan sampah rumah tangga, dan menegaskan peraturan terkait
pengelolaan sampah dan sanksi bagi yang melakukan suatu pelangaran.
Disamping itu masyarakat juga diharapkan dapat mengelola sampah dengan baik dan
benar. Contoh kecil adalah dengan memisahkan sampah organik dan anorganik, dan
membuangnya di tempat yang telah disediakan atau pada tempat yang benar. Masyarakat juga
diharapkan dapat menerapkan prinsip 3R, yaitu reduce (mengurangi segala sesuatu yang dapat
mengakibatkan sampah), reuse (menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan),
dan recycle (mendaur ulang sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat).
5. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diketahui bahwa pengelolaan sampah
dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) terhadap sampah di masyarakat sepanjang aliran
sungai masih tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari mayoritas (65%) responden yang
tidak membawa keranjang belanja sendiri dari rumah ketika pada saat berbelanja di pasar, 87%
tidak menggunakan kembali wadah atau botol kosong dan hampir seluruh responden (97%) tidak
mendaur ulang sampah anorganik menjadi produk lain. Maka dari itu, diperlukan tindakan
lanjutan yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menerapkan prinsip 3R.
SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka ada beberapa saran dari penulis di antaranya sebagai
berikut:
a. Bagi peneliti, semoga dapat menerapkan prinsi 3r dalam mengelola sampah
b. Bagi masyarkat, diharapkan dapat menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dengan
cara konsisten dalam pengelolaan sampah dengan prinsip 3r.
c. Bagi pemeritah, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah.
7. DAFTAR PUSTAKA
Adiprasetyo Teguh, Bandi H., dan Welly H. (2019). Sosialisasi Pegelolaan Sampah Organik di
Kelurahan Beringin Raya Muara Bangkahulu Kota Bengkulu. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat Dewantara, 2(2), 22-27
Anwar, N. 2008. Apa yang akan Kau Lakukan Terhadap Sampah?. Bandung: PT Elisa Surya
Dwitama.
Mintarsih, Tuti Hendrawati. 2015. Rangkaian Hlh 2018 Dialog Penanganan Sampah Plastik,.
(online). http://www.menlh.go.id/rangkaian-hlh2015dialog-penanganan-sampah-
plastik/, diakses pada tanggal 10 November 2022.
Narbuko. Cholid dan Abu Achmadi, 2004. Metodologi Penelitian, Jakarta. Bumi Aksara.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia.
Pedoman Umum 3R dalam http://www.sanitasi.net/pedoman-umum-3rreduce-reuse-
recycle.html, diakses pada tanggal 10 November 2022
712 | Analisis Pengelolaan Sampah Dengan Prinsip 3r (Reduce, Reuse, Recycle) (Junaidi)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
Riswan, Sunoko, H. R., & Hidayarto, A. (2011). Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
di Kecamatan Daha Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan vol 9 No 1, 31.
Rizal, Ahmad, Izza M.A., Rega P. (2021). Peningkatan Kesadaran Masyarakat Pesisir
Pangandaran dalam Menangani Dampak Sampah di Lingkungan Pesisir. Farmers:
Journal of Community Services, 2(1), 24-29.
Subekti, S. (2010). Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat. Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Vol 1 No 1, 3.
713 | Analisis Pengelolaan Sampah Dengan Prinsip 3r (Reduce, Reuse, Recycle) (Junaidi)