Jurnal Ilmiah Tesis PDF
Jurnal Ilmiah Tesis PDF
ABSTRACT
The role of coach in the OSIS of Islamic Spritual (ROHIS: Rohani Islam) is one of
methods that can be used as a solution for the problem of student morality when it
is supported with a good depelovment. The success of depelovment of morality
among students can be seen in the perspective of how the active role of the
coaches of OSIS activities, or as the evaluator on the process or moral
implementation among their students. In the process of development of morality
among students, it can reach the expected goal.
The result of this research showed that the role of coach in the activities of
Islamic spiritual activities in State Senior High School Teladan 1 Yogyakarta
plays an active role in running its function as follows: (a) The guide of activities
in which in this phase, the coach acts as the guide of the process of Islamic
spiritual activities; (b) Mentor of activities in which here the coach acts as a
mentor or actor of the Islamic Spiritual activities and (c) The evaluator of the
process of morality development of students; here the coach acts the function as
the evaluator of acftivities in implementing the morality or students in daily life in
school.
1
Indra Saputra Jaya, “Model Pembinaan Moral Keagamaan Siswa di SMA Negeri I Teladan
Yogyakarta”, Skripsi Sarjana, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2014, hlm.2.
Dimulai dari kasus prostitusi di kalangan pelajar, hingga permasalahan
geng di kalangan para remaja yang menyebabkan terjadinya kasus tawuran antar
pelajar. Bahkan ditahun 2017 belakangan ini pun malah semakin meresahkan,
masyarakat diresahkan dengan tindak kejahatan yg dilakukan anak sekolah yg
sering disebut klitih. Kekerasan ditingkat pelajar yang berupa tawuran sudah
mengancam ketenangan siswa lain yang ingin serius belajar di sekolah.
Pembinaan atau pendidikan yang akan melahirkan anak-anak shaleh
adalah pendidikan yang seimbang, yaitu pendidikan yang memperhatikan seluruh
aspek yang ada pada diri manusia; hati, akal, dan fisik. Seorang pendidik harus
menyantuni ketiga-tiganya. Masing-masing unsur tersebut tidak bisa berdiri
sendiri. Ketiganya harus harmonis dan seimbang. Mengutamakan pembinaan fisik
dengan mengabaikan akal dan hati akan melahirkan manusia bayawani.
mengutamakan pikiran saja melahirkan manusia syaithani, sedangkan
mengutamakan hati semata tentu tidak realistik, karena manusia tidak bisa jadi
malaikat. Sebagai pedoman dan perbandingan bagaimana Luqman mendidik
anaknya, sebagaimana yang diabadikan oleh Allah dalam Surat Luqman ayat 13-
19. Luqman menekankan perhatiannya dalam pendidikan anaknya kepada empat
aspek, yaitu aqidah, ibadah, akhlak dan dakwah.2
SMA Negeri I Teladan Yogyakarta merupakan salah satu SMA unggulan
dan favorit di Yogyakarta. Salah satu keunggulan sekolah ini adalah mengenai
pembinaan akhlah para siswa-siswinya dibanding dengan sekolah-sekolah formal
pada umumnya, hal itu dapat dilihat dari penilaian sikap dan perilkau dari
masyarakat tentang siswa-siswi di SMA tersebut, bahwasannya sekolah tersebut
tidak pernah terdengar ada kasus keributan atau huru-hara seperti hal-hal perilaku
kriminal lainnya, contohnya seperti terhindar dari alkohol, narkoba, kasus
kekerasan antar siswa baik itu bullying maupun secara fisik, kasus prostitusi di
kalangan pelajar, atau bahkan kasus menyimpang lainnya seperti yang terjadi
akhir-akir ini mengenai kasus klitih yang meresahkan masyarakat, ini tentu
menimbulkan keresahan karena pelakunya adalah anak sekolah yang masih di
bawah umur yang pasti mereka masih dalam proses pencarian jati diri dan masih
2
Ibid.
dalam masa-masa emosi yang labil di mana pada masa-masa mereka seharusnya
mendapat kontrol dan perhatian lebih baik itu dari keluarga, dari sekolah, bahkan
dari masyarakat.
Hal ini sangat menarik untuk di cari tahu tentang bagaimana pendidikan
akhlak yang dibangun di sekolah tersebut mengenai pembinaan atau pendidikan
non akademisnya. Tidak mudah melakukan pembinaan akhlak di usia remaja,
butuh proses yang tidak sebentar dan tentu harus di dukung oleh stake holder yang
terkait, tentang pembuatan program kegiatan yang menyangkut pembinaan
keagamaan dan juga akhlak.
Mengingat jam pelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolah-sekolah umum di Indonesia hanya tiga jam pelajaran atau hanya tiga jam
tatap muka di kelas dalam satu minggu, hal ini dirasa amat sangat kurang dalam
proses pembinaan akhlak para peserta didik.
Salah satu bentuk usaha SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta dalam
membina akhlak peserta didiknya adalah dengan membuat program OSIS dalam
bidang pembinaan akhlak yang disebut sebagai Rohani Islam (ROHIS), salah satu
faktor suksesnya kegiatan rohis tersebut sudah pasti karena adanya dukungan dari
Guru Pendidikan Agama Islam yang juga sebagai Guru pembina di salah satu
kegiatan osis yang bernama rohis tentang pembinaan akhlak mengenai bagimana
peran penting pembina dalam proses kegiatan rohis tersebut berlangsung.
Berdasarkan uraian permasalahan dan fakta di atas, maka peneliti akan
mengkaji secara lebih dalam mengenai Peran Pembina ROHIS Dalam Membina
Akhlak Siswa di SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana peran Guru pembina OSIS Rohani Islam (ROHIS) dalam membina
akhlak siswa di SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta?
C. Kerangka Teori
1. Pengertian Peran Guru Pembina
a. Peran
Peranan (role) adalah proses pergerakan jabatan (status). jika satu
orang melakukan apa yang harus diterima dan apa yang harus dikerjakan
berkesesuaian dengan jabatannya, seseorang tersebut melaksanakan
sebuah peran. Tidak keseseuaian antara jabatan dengan peran ialah agar
untuk sebuah kebutuhan pendidikan. Antara jabatan dengan peranan
tidak bisa dilepaskan antara yang satu dengan yang lain karena antara
jabatan dengan peranan memiliki ketergantuangan satu sama lain.3
b. Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam
Pendidik juga bisa dipanggil ustad dan mu’allim, Kata “Ustadz”
juga sering dipakai untuk sebutan dan panggilan kepada Profesor. Hal
ini berarti terdapat arti bila seorang pendidik diharuskan agar memiliki
ketaatan kepada pekerjaannya untuk menjalankan profesinya. Pendidik
bisa disebut ahli jika pada jiwanya terdapat perilaku dedikasi yang besar
terhadap profesinya, sikap kesetiaan kepada pelaksanaan dan juga
penerimaan dari hasil prtofesi, dan juga selalu mencoba mengevaluasi
dan menmgupgrade gaya-gaya atau metode dalam pekerjaannya agar
seimbang dengan perubahan masa yang didasari dengan keyakinan yang
besar bahwasannya pekerjaan sebagai guru ialah pekerjaan untuk
mempersiapkan kelanjutan pemuda-pemudi yang akan hidup di masa
yang akan datang.4
3
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Edisi Baru, Rajawali Pers, 2009) ,
hlm. 212-213.
4
Umar Bukhari, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 209.
Makna “Mu’allim” berawal dari bahasa dasar yaitu „ilm yaitu
artinya menemukan dasar dari sebuah kejadian. Di tiap isi pemahaman
bermakna teori dan juga bermakna pengamalan. Hal ini memiliki arti
jika pendidik diharuskan agar sanggup mendefinisikan dasar pengetahuan
yang diamalkan kepada orang lain, juga untuk mendefenisikan sudut
pandang teori maupun pengaplikasiannya, juga meningkatkkan motivasi
pesertanya didik untuk pengamalannya. Tuhan mengutus Nabinya
Muhammad SAW untuk dirinya mendidik dari isi dan makna dari Al-
Qur‟an, yaitu bagaimana kaearifan dan keprofesionalan dalam
menjalankan sesuatu yang bisa bermanfaat dan sebagai alat untuk
menghindari keburukan. Hal tersebut bermakna jika pendidik diharuskan
agar sanggup menjelaskan isi makna ilmu dan hikmah atau kebaikan dan
keprofesionalan dalam menjalankan pengetahuan di dunia yang
berhikmah pada usaha sekuat mungkin agar terhindar dari keburukan.
Dengan demikian, seorang guru dituntut untuk sekaligus melakukan
“transfer ilmu/pengetahuan, internalisasi, serta amaliah
(impelementasi)”.5
c. Syarat-Syarat Menjadi Tenaga Pendidik
5
Ibid. hlm. 210.
6) Mempunyai pendapatan yang ditetapkan agar sama dengan
kualitas hasil pekerjaannya.
7) Mempunyai peluang dalam meningkatkan kemahiran secara
bertahap dan mencari ilmu pengetahuan seumur hidupnya.
8) Mempunyai keuatan hokum yang baik untuk menjalankan
pekerjaannya.
9) Mempunyai persatuan kerja yang memiliki hak dalam
membuat sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaannya
sebagai pendidik.6
2. Defenisi Organisasi
Organisasi ialah kegiatan yang diperbuat dan dilaksanakan
bersama agar dapat tercapai cita-cita bersama-sama juga dilaksanakan 3
orang atau bahkan melebihi tetapi bukan terdiri hanya satu orang saja. Kalau
aktifitas itu dilaksanakan seorang saja maka bukan dinamakan sebagai
organisasi.7
3. Pengertian OSIS
a. Organisasi Siswa Intra Sekolah
OSIS ialah sebuah struktur manajemen organisasi yang berada
dibawah perlindungan lembaga sekolah seperti sekolah SMA, organisasi
OSIS tersebut yang mengelola ada para peserta didik di sekolah dan
pengurusnya bakal dipilih oleh seluruh warga sekolah tersebut seperti
membuat voting terhadap kader yng ingin maju menjadi pengurus OSIS,
bisa juga dari sistem aklamasi atau pemilihan langsung dari para Guru
kepada satu calon siswa. Dalam upaya mengenal, memahami dan
mengelola OSIS perlu kejelasan mengenai Pengertian, Tujuan, Fungsi,
6
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm.
159.
7
Mesiono, Manajemen dan Organisasi, (Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2010), hlm.
39.
dan Struktur OSIS. Dengan mengetahui pengertian, tujuan,fungsi, dan
struktur yang jelas, maka akan membantu Pembina peengurus dan
perwakilan kelas untuk mendayagunakan OSIS ini sesuai dengan fungsi
dan tujuannya.8
b. Sejarah terbentuknya atau terlahirnya kegiatan OSIS
Jauh sebelum munculnya organisasi OSIS di sekolah, di level
tingakatan seperti SMP maupun SMA sederajat juga sudah memiliki
beraneka jenis organiosasi di sekolahnya. Ada yang dibuat untuk urusan
internal sekolah saja, maupun ada juga yang di buat untukn urusan di luar
sekolah. Organisasi yang dibuat mempunyai ketrikatan dengan urusan di
luar sekolah, sebagian ada yang menuju ke arah politik sehingga segala
kegiatan organisasi tersebut dijalankan dari orang yang berada di luar
sekolah tersebut. Hal ini berbahaya jika terus berkembang karena akan
lahir dedikasi atau tidak komitmen dengan peraturan sekolah. Karena
permasalahannya adalah di satu pihak harus mengikuti peraturan skolahg
yang dibuat oleh Kepala sekolahnya, tapi dipihak lainj juga harus
mengikuti organisasi yang dikendalikan oleh orang di luar sekolah. Bisa
dilihat betapa banyak sekarang organisasi yang muncul pada akhir-akhir
ini, dan bukan tidak mungkin hal semacam ini bakal dimanfaatkan oleh
oknum tidak bertanggung jawab yang berasal dari orang di luar sekolah.
Beberapa menyadari betapa bahayanya mengikuti organisasi yang
dikendalikan oleh orang di luar sana, tetapi juga banyak yang terjerumus
dalam kegiatan organisasi byang berdampak negatif bagi kelangsungan
belajar siswa di sekolahnya, dari dinas pendidikan dan kebudayaan mulai
membuat wacana untuk menangkal hal semacam in i karena dapat
merusak konsentrasi belajar para peserta didik di sekolah, karena ada dua
peraturan yang berbeda yang harus ia patuhi.9
8
A.Aziz Wahab. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. (Bandung:Alfabeta,
2008), hlm 13.
9
Ibid, hlm. 15.
4. Pengertian Rohani Islam (ROHIS)
Rohis ialah sebuah aktifitas kegiatan yang dibimbing oleh
pembinja, pembinaan yang biasanya dilakukan oleh Guru Pendidikan
Agama Islamnya dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan di bidan Agama Islamnya, agar siswa mampu mencapai
tujuan dari proses belajarnya selama di sekolah. Menambah suatu ilmu,
cara berpikir, memperluasa wacana yang dari semua kegiatanm tersebut
akan berdampak pada hasil belajarnya yang lebih baik.10
10
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Belajar Agama, (Bandung: Pustaka Banin Quraisyi, 2004),
hlm. 36
11
Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah, (Yogyakarta: Belukar, 2006),
hlm. 54.
12
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 3.
sebagai berikutr: lewat mapel khusus ataupun inti kegiatan yang lain.
Sesuai konteks ini, pendidik mendapat pekerjaaan untuk
menyampaikan dengan langsung mengenai norma-norma akhlak pada
para peserta didik. Selain itu, pendidik yang mendidik mapel khusus
yang terasa berat untuk dikaji norma-norma akhllaknya, bisa dengan
metode eksplisit lewat inti pembahasan yang sedang di kaji.13
d. SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta
SMA Negeri I Teladan Yogyakarta merupakan salah satu SMA
unggulan dan favorit di Yogyakarta. Salah satu keunggulan sekolah
ini adalah mengenai pembinaan akhlah para siswa-siswinya dibanding
dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya, hal itu dapat dilihat
dari penilaian sikap dan perilkau dari masyarakat tentang siswa-siswi
di SMA tersebut, bahwasannya sekolah tersebut tidak pernah
terdengar ada kasus keributan atau huru-hara seperti hal-hal perilaku
kriminal lainnya, contohnya seperti terhindar dari alkohol, narkoba,
kasus kekerasan antar siswa baik itu bullying maupun secara fisik,
kasus prostitusi di kalangan pelajar, atau bahkan kasus menyimpang
lainnya seperti yang terjadi akhir-akir ini mengenai kasus klitih yang
meresahkan masyarakat, ini tentu menimbulkan keresahan karena
pelakunya adalah anak sekolah yang masih di bawah umur yang pasti
mereka masih dalam proses pencarian jati diri dan masih dalam masa-
masa emosi yang labil di mana pada masa-masa mereka seharusnya
mendapat kontrol dan perhatian lebih baik itu dari keluarga, dari
sekolah, bahkan dari masyarakat.
Hal ini sangat menarik menarik untuk di cari tahu tentang
bagaimana pendidikan yang dibangun di sekolah tersebut mengenai
pembinaan atau pendidikan non akademisnya. Tidak mudah
melakukan pembinaan sikap di usia remaja, butuh proses yang tidak
sebentar dan tentu harus di dukung stake holder yang terkait, tentang
13
Mahyudin, Kuliyah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), hlm. 2.
pembuatan program kegiatan yang menyangkut pembinaan
keagamaan dan juga akhlak.
Salah satu bentuk usaha SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta dalam
membina akhlak peserta didiknya adalah dengan membuat program
OSIS dalam bidang pembinaan akhlak yang disebut sebagai Rohani
Islam (ROHIS), salah satu faktor suksesnya kegiatan rohis tersebut
sudah pasti karena adanya dukungan dari Guru Pendidikan Agama
Islam yang juga sebagai Guru pembina di salah satu kegiatan osis
yang bernama rohis tentang pembinaan akhlak mengenai bagimana
peran penting pembina dalam proses kegiatan rohis tersebut
berlangsung.14
D. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dan
termasuk dalam kategori penelitian kualitatif, di mana penelitian diarahkan
untuk memahami fenomena-fenomena yang terkait dengan strategi dalam
membina akhlak peserta didik di SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta.
Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analitik. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu variabel
atau tema, gejala atau keadaan yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan.15
Sehingga pada penelitian ini pokok penarikan data yang dipakai sama
persis tidak ada manipulatif atau kekeliruan tentang latar belakang tempat
peneliti memperoleh sumber data dan tidak ada settingan atau rancangan
sebelumnya.16
14
SMA N Teladan, “Pendidikan Islam: Sekilas Tentang SMA Negeri 1 Teladan”, dikutip dari
http://universityforhope.blogspot.co.id/2010/05/sekilas-tentang-sma-negeri-teladan_05.html./
Pada hari sabtu, tanggal 25 Februari 2017, jam. 15.13).
15
Muhtar dan Erna Widodo, “Konstruksi Ke Arah Penelitian Deskriptif, (Yogyakarta:
Auyrous, 2000), hlm. 15.
16
Nana Sudjana dan Ibrahim, “Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2009) hlm. 197.
Metode yang penulis pakai pada penlitian yang akan dilakukan adalah
menggunakan metode kualitatif yng penarikan datanya menggunakan metode
observasi, wawancara, maupun dokumentasi.17
E. Hasil Penelitian
1. Peran Pembina Kegiatan Rohani Islam
Pendidikan akhlak atau sikap ialah bimbingan yang dilaksanakan
dari para pendidik dan juga Kepsek di ruang belajar maupun di lokasi
khusus. Bimbingan tersebut bisa dilakuak dengan beberapa metoide,
sebagai berikutr: lewat mapel khusus ataupun inti kegiatan yang lain.
Sesuai konteks ini, pendidik mendapat pekerjaaan untuk
menyampaikan dengan langsung mengenai norma-norma akhlak pada
para peserta didik. Selain itu, pendidik yang mendidik mapel khusus
yang terasa berat untuk dikaji norma-norma akhllaknya, bisa dengan
metode eksplisit lewat inti pembahasan yang sedang di kaji.
Peran pembina dalam keberlangsungan kegiatan Rohani Islam di
SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta adalah sebagai pendamping
kegiatan, sebagai mentor, dan juga sebagai pembimbing para pengurus
OSIS di bidang Rohani Islam.
2. Metode Pembinaan Kegiatan Rohani Islam
Salah satu metode pelaksanaan kegiatan pembinaan Rohani Islam,
pembina menggunakan metode mentoring pendampingan dengan
membuat khalaqah semacam privat institusion yang bersifat santai. Dan
siswa dibebaskan untuk menentukan materi apa yang akan dibahas di
dalam khalaqah tersebut, namun sebelumnya mereka harus
menyerahkan materi tersebut ke dalam bentuk silabi kepada Guru
Pembina.
17
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2006) hlm. 18.
3. Faktor Penghambat Kegiatan Rohani Islam
Pelaksanaan kegiatan Rohani Islam di SMA Negeri 1 Teladan
Yogyakarta sejauh ini sudah berjalan dengan baik. Ada hal-hal sedikit
yang perlu dievaluasi namun masih dalam taraf normal, tetapi secara
keseluruhan dalam pelaksanaan kegiatannya sudah berjalan dengan
baik.
Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dan sangat dibutuhkan
perhatian oleh Pembina khususnya dalam hal keyakinan organisasi
Islam para peserta didik yang berbeda-beda, hal ini tidak terlepas dari
keyakinan yang ditanamkan dari lingkungan keluarga masing-masing
peserta didik itu sendiri.
F. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil observasi dan wawancara peneliti
di lapangan tentang peran pembina Organisasi Rohani Islam (ROHIS)
dalam membina akhlak siswa di SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta dapat
disimpulkan bahwa pembina kegiatan Organisasi Rohani Islam di SMA
Negeri 1 Teladan Yogyakarta sangat berperan besar dalam proses
pembinaan akhlak peserta didiknya. Peran pembina dalam kegiatan rohis
tersebut antara lain sebagai:(a)Pemandu kegiatan, pada tahap ini pembina
menjalankan fungsinya sebagai pemandu jalannya kegiatan rohani
Islam;(b)Mentor kegiatan, pada tahap ini pembina menjalankan fungsinya
sebagai mentor atau pengisi kegiatan rohani Islam.(c)Penilai proses
pengamalan akhlak siswa, pada tahap ini pembina menjalankan fungsinya
sebagai penilai aktifitas pengamalan akhlak siswa yang dilakukan sehari-
hari.
DAFTAR PUSTAKA
As, Asmaran., 2002, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Azmi, Muhammad., 2006, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah,
Yogyakarta: Belukar.
Bukhari, Umar., 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah.
Ibrahim, dan Sudjana, Nana., 2009, “Penelitian dan Penilaian Pendidikan,
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Jaya, Indra, Sahputra., 2014. Model Pembinaan Moral Keagamaan Siswa di SMA
Negeri I Teladan Yogyakarta, Yogyakarta: Universitas Islm Indonesia.
J.Moleong, Lexy., 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mahyudin., 2003, Kuliyah Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia.
Mesiono., 2010, Manajemen dan Organisasi, Bandung : Citapustaka Media
Perintis.
Nata, Abuddin., 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
SMA N Teladan., “Pendidikan Islam: Sekilas Tentang SMA Negeri 1 Teladan”,
dikutip dari http://universityforhope.blogspot.co.id/2010/05/sekilas-tentang-
sma-negeri-teladan_05.html./ Pada hari sabtu, tanggal 25 Februari 2017,
jam. 15.13).
Soekanto, Soejono., 2009, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Edisi Baru,
Rajawali Pers.
Wahab, A.Aziz., 2008, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan,
Bandung: Alfabeta.
Widodo, Erna, dan Muhtar., 2000, “Konstruksi Ke Arah Penelitian Deskriptif,
Yogyakarta: Auyrous.
Yusuf LN, Syamsu., 2004, Psikologi Belajar Agama, Bandung: Pustaka Banin
Quraisy.