AGROTROP, 3(1): 23-28 (2013) C Fakultas Pertanian Universitas Udayana
ISSN: 2088-155X Denpasar Bali - Indonesia
Pengaruh Ethyl Methane Sulphonate (EMS) Terhadap Pertumbuhan
dan Variasi Tanaman Marigold (Tagetes sp.)
NI MADE DIAN PRATIWI, MADE PHARMAWATI DAN IDA AYU ASTARINI
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit – Jimbaran, Badung
E-mail:
[email protected] ABSTRACTS
The Effect of Ethyl Methane Sulphonate (EMS) on Growth and Variations of Marigold
(Tagetes sp.)
The aims of this research are to determine the variation of marigold (Tagetes sp) derived from seed
treated with EMS and to recommend the EMS concentrations that are able to induce varietion. Seeds
of marigold cv Narai Orange were soaked in water for 6 hours, followed by soaking in EMS at
concentration of 0%, 0.3%, 0.6% and 0.9% for 4 hours. This study employed Randomized Complete
Blok Design with 10 replicates and each replicate consisted of 10 plants. Six plants were randomly
chosen for measurements. The total number of samples observed were 240 plants. Observations were
made on the percentage of the growth, plant height, number of leaves, number of branches, diameter
and weight of flowers. Data obtained from the observations were analyzed using Analysis of Variance
(ANOVA), followed by DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) if there is a significant difference
between treatments. The EMS treatment reduced all characters observed. The EMS concentration of
0.6% showed plant that had yellow flowers. The 0.9% EMS treatment resulted in one plant with
chimera, 6 dwarf plants, 2 plants with thin stems, and 1 short plant with many branches. Untreated
plants did not show any variation.
Keywords: Ethyl Methane Sulphonate (EMS), Marigold (Tagetes sp), Mutation
PENDAHULUAN Mutasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan
Marigold (Tagetes sp) merupakan tanaman warna, guratan, dan bentuk daun (Purwanto,
semusim yang berkerabat dekat dengan dahlia, 2006). Induksi mutasi dapat dilakukan secara fisik
bunga matahari dan krisan yang termasuk ke dalam maupun kimiawi. Mutagen kimia yang sering
family Asteraceae yang berasal dari Amerika digunakan antara lain kolkisin untuk penggandaan
Selatan. Di Indonesia ditemukan beberapa kultivar kromosom dan asam nitroso (HNO2), hydroxyl-
marigold berdasarkan warna batang, warna bunga, amine (NH2OH), methylmethane sulphonate
ukuran bunga, dan tinggi tanaman. Di Bali (MMS) dan ethyl methane sulphonate (EMS)
khususnya, marigold dipanen dalam bentuk kuntum untuk menginduksi mutasi acak pada basa-basa
bunga sebagai sarana pelengkap pada upacara DNA (Russell, 1992). Senyawa EMS merupakan
keagamaan, karangan bunga dan dapat digunakan senyawa alkil yang berpotensi sebagai mutagen.
sebagai tanaman hias dalam pot Jika dibandingkan dengan mutagen kimia lainnya,
(Widyawan,1994). EMS paling banyak digunakan karena mudah
Induksi mutasi merupakan salah satu alternatif dibeli dan tidak bersifat mutagenik setelah
untuk mendapatkan varian baru pada tanaman terhidrolisis (Van Harten, 1998).
Marigold dalam waktu yang relatif lebih cepat. Peningkatan keragaman genetika tanaman
23
AGROTROP, VOL. 3, NO. 1 (2013)
dengan induksi EMS telah berhasil dilakukan pada setiap bedengan. Pengamatan yang dilakukan
berbagai tanaman. Latado et al. (2004) meliputi persentase tumbuh, tinggi tanaman, jumlah
melaporkan bahwa pemberian perlakuan EMS daun, jumlah cabang, diameter dan berat bunga.
menyebabkan perubahan warna bunga pada Data yang diamati dianalisis menggunakan
tanaman krisan cv. Ingrid yang memiliki petal ANOVA (Analysis of variance) dan uji DMRT
berwarna dark pink menjadi berwarna pink- (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.
salmon, bronze, salmon, dan kuning.
Di Bali, variasi tanaman marigold yang ditanam HASIL DAN PEMBAHASAN
terbatas dengan tinggi dan percabangan yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
seragam dan memiliki warna bunga orange dan perendaman benih dengan EMS berpengaruh
kuning. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan terhadap beberapa karakter petumbuhan.
untuk memperoleh keragaman genetik yang luas Persentase tumbuh bibit marigold pada 21 hari
dari tanaman marigold serta menentukan setelah semai (HSS) menurun dengan
konsentrasi EMS yang paling baik digunakan meningkatnya dosis EMS (Gambar 1). Persentase
untuk menghasilkan variasi. Aplikasi teknik induksi tumbuh tertinggi diperoleh tanaman Marigold tanpa
mutasi sangat ideal bagi tanaman hias yang perlakuan (kontrol) yaitu 100% dan yang terendah
diperbanyak secara vegetatif seperti krisan. Pada diperoleh tanaman Marigold yang diberi perlakuan
tanaman Marigold, aplikasi teknik induksi mutasi EMS 0,9% yaitu 88,67%.
dengan menggunakan EMS belum pernah Menurunnya persentase tumbuh pada
dilaporkan. Tujuan jangka pendek penelitian ini perlakuan EMS disebabkan sifat racun dari EMS
adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat menyebabkan kerusakan fisiologis,
yang terjadi akibat dari konsentrasi EMS yang kerusakan kromosom, terhambatnya proses
berbeda, sehingga dapat digunakan untuk acuan mitosis, aberasi kromosom yang disebabkan
penelitian induksi mutasi selanjutnya. Diharapkan aktivitas enzim seperti enzim katalase dan lipase,
dengan semakin meningkatnya konsentrasi EMS dan mengganggu aktifitas hormonal yang dapat
yang digunakan, akan diperoleh variasi yang mengakibatkan penurunan persentase bertahan
semakin banyak. hidup pada saat perkecambahan. EMS dalam
dosis tinggi juga dapat mengakibatkan kematian
BAHAN DAN METODE benih (Singh, 2005). Gangguan pembentukan
Penelitian dilaksanakan Perkebunan ‘Bali enzim yang terlibat dalam proses perkecambahan,
Gemitir’ Desa Mayungan, Kecamatan Baturiti, merupakan salah satu dampak fisiologis yang
Kabupaten Tabanan dengan ketinggian ± 900 diakibatkan oleh EMS. Dosis EMS yang tinggi
meter di atas permukaan laut. Percobaan dapat menurunkan persentase tumbuh pada saat
menggunakan benih Marigold kultivar Narai perkecambahan (Rajib and Jagadpati, 2011).
Orange. Jabeen & Mirza (2004) melaporkan penggunaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak EMS dengan konsentrasi 0,5% pada perendaman
Kelompok (RAK) dengan satu faktor, yaitu EMS selama 6 jam dapat menurunkan perkecambahan
dengan 4 perlakuan yaitu konsentrasi 0%; 0,3%; benih cabai secara drastis. Penelitian lainnya pada
0,6% dan 0,9%. Setiap perlakuan terdiri dari 10 tanaman cabai menunjukkan bahwa peningkatan
ulangan dan tiap ulangan terdiri dari 10 tanaman. dosis EMS dapat menurunkan nilai
Jumlah keseluruhan bedengan adalah 40 bedengan perkecambahan benih (Devi dan Mullainathan,
dan total unit percobaan adalah 400 tanaman. 2011).
Sampel diambil sebanyak 6 tanaman secara acak
24
Dian Pratiwi et al. : Pengaruh Ethyl Methane Sulphonate (ENS) Terhadap Pertumbuhan dan Variasi Tanaman Marigold
konsentrasi EMS menghambat tinggi tanaman
marigold. Priyono dan Susilo (2002) menyatakan
bahwa semakin tinggi konsentrasi EMS
menyebabkan semakin banyak EMS yang terserap
ke dalam tanaman termasuk bertambahnya
toksisitas EMS. Hal tersebut dapat mengakibatkan
menurunnya tinggi tanaman, ukuran daun, jumlah
daun dan berat tanaman.
Tanaman lain yang diberi perlakuan mutagen
EMS menunjukan hal yang sama, misalnya
Gambar 1. Diagram Persentase Tanaman penurunan tinggi tanaman pada tanaman kacang
Marigold yang Tumbuh saat Penyemaian (21 HSS) tunggak (Vigna sesquipedalis) (Nanda et
al.,1997). Pemberian mutagen kimia
Persentase tumbuh tanaman di lapang yang menyebabkan terjadinya stimulasi biosintesis
damati pada umur tanaman 1 minggu setelah tanam beberapa asam amino sehingga meningkatkan
(1 MST) yaitu 100% pada tanaman yang tidak aktivitas berbagai enzim seperti polyphenol
diberi perlakuan dan pada tanaman hasil perlakuan oxidase, catalase dan pyroxidase sehingga
EMS 0,3% dan 0,6%. Tanaman yang diberikan menghambat pertumbuhan daun (Lage dan
perlakuan EMS 0,3% dan 0,6% mampu Esquibel 1997).
beradaptasi setelah ditanam di lapangan,
sedangkan persentase tumbuh tanaman yang diberi
perlakuan EMS 0,9% adalah sebesar 98%
(Gambar 2)
Gambar 3. Grafik Tinggi Tanaman Marigold
pada 2 - 7 MST dengan Konsentrasi EMS yang
Berbeda (0% ; 0,3% ; 0,6% dan 0,9%). Huruf
yang berbeda pada grafik menunjukkan
perbedaan yang nyata pada P ≤ 0,05
Gambar 2. Diagram Persentase Tanaman berdasarkan DMRT
Marigold yang Tumbuh saat Penanaman di
Lapangan (1 MST) Jumlah cabang tanaman marigold pada umur
3 MST berbeda nyata antara kontrol dengan
Tinggi tanaman Marigold pada umur 2 MST perlakuan EMS 0,9%, sedangkan jumlah cabang
hingga 7 MST berbeda nyata antara kontrol pada umur 4 MST hingga 7 MST berbeda nyata
dengan semua perlakuan. Tanaman kontrol lebih antara kontrol dengan semua perlakuan. Jumlah
tinggi dibandingkan dengan tanaman yang cabang tanaman kontrol lebih banyak daripada
diberikan perlakuan EMS dengan konsentrasi yang tanaman yang diberikan perlakuan EMS dengan
berbeda (Gambar 3). Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi yang berbeda (Gambar 4).
25
AGROTROP, VOL. 3, NO. 1 (2013)
mekar sempurna pada 8 MST karena
terhambatnya pertumbuhan tanaman marigold.
Bunga yang diberi perlakuan EMS mekar
sempurna pada 9 MST.
Perlakuan EMS juga menyebabkan terjadinya
variasi tanaman. Variasi yang ditimbulkan dari
perlakuan EMS 0,6% yaitu didapatkan 2 dari 100
tanaman memiliki bunga berwarna kuning (Gambar
8). Pada perlakuan EMS 0,9% didapatkan 1
Gambar 4. Grafik Jumlah Cabang Marigold tanaman memiliki daun chimera (Gambar 6), 6
pada 3 - 7 MST dengan Konsentrasi EMS yang tanaman pendek/kerdil (Gambar 9), 1 tanaman
Berbeda (0% ; 0,3% ; 0,6% dan 0,9%). Huruf pendek dengan cabang yang banyak dan 2
yang berbeda pada grafik menunjukkan tanaman dengan batang kurus (Gambar 7).
perbedaan yang nyata pada P ≤ 0,05 Menurut Eriksson dan Lindgren (1977),
berdasarkan DMRT. chimera pada daun dapat disebabkan adanya
defisiensi klorofil. Daun dari biji tanaman yang
Diameter bunga marigold pada saat panen (8 diberi perlakuan EMS, sering terjadi mutasi klorofil
MST) berbeda nyata antara kontrol dengan semua sehingga dapat dijadikan salah satu indikator
perlakuan (Gambar 5). Bunga marigold yang tidak terjadinya mutasi. Hasil penelitian pada pisang
mendapat perlakuan memiliki diameter rata-rata abaka oleh Purwati et al. (2008) menunjukkan
9,2 cm. Bunga Marigold yang diberi perlakuan varian daun variegata terjadi karena mutasi gen
EMS 0,3% memiliki diameter bunga rata-rata 8,8 tunggal dalam genom inti yang menyebabkan
cm, sedangkan diameter bunga Marigold yang kelainan pada kloroplas, seperti degradasi protein
diberi perlakuan 0,6% dan 0,9% tidak berbeda tilakoid atau rusaknya plastid, seperti halnya juga
nyata yaitu 8,5 cm dan 8,4 cm. Diameter bunga dilaporkan oleh Chen et al. (2000); dan Sakamoto
marigold dari benih yang tidak mendapat perlakuan et al. (2002) pada tanaman Arabidopsis. Namun
memiliki diameter yang paling besar dibandingan pada beberapa individu perubahan morfologi
dengan diameter bunga yang diberi perlakuan akibat mutasi yang tampak pada awal pertumbuhan
EMS. Diameter bunga yang berbeda ini tidak tampak lagi pada fase-fase berikutnya. Pada
disebabkan bunga pada perlakuan EMS belum tanaman hias, perubahan warna pada daun sangat
diinginkan apabila perubahan tersebut bersifat tetap
dari generasi ke generasi atau melalui perbanyakan
secara klonal (Eriksson & Lindgren, 1977).
Gambar 5. Diagram Diameter Bunga Marigold
pada saat Panen (8 MST). Huruf yang berbeda
menunjukkan perbedaan yang nyata pada P d” Gambar 6. Chimera pada Daun Marigold
0,05 berdasarkan DMRT.
26
Dian Pratiwi et al. : Pengaruh Ethyl Methane Sulphonate (ENS) Terhadap Pertumbuhan dan Variasi Tanaman Marigold
setelah perlakuan pemberian mutagen EMS dapat
dijelaskan dengan sifat-sifat mutagen EMS. EMS
merupakan salah satu senyawa kimia ‘alkylating
agent’ yang dapat bereaksi dengan larutan polar
sehingga menghasilkan produk yang bersifat asam
yang bersifat toksik terhadap sel-sel tanaman dan
dapat menyebabkan sel-sel tanaman mengalami
keracunan sehingga proses fisiologis pada jaringan
tanaman akan terganggu yang akan menimbulkan
terhambatnya pertumbuhan tanaman (Heslot,
a) b) 1977; Kamra & Brunner, 1977). Perlakuan
mutagen diharapkan menghasilkan kerusakan
Gambar 7. (a) Tanaman Marigold Pendek fisiologis yang rendah dan menghasilkan pengaruh
dengan Cabang Banyak, (b) Tanaman Marigold genetik yang menguntungkan.
dengan Batang Kurus
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dapat
disimpulkan bahwa pemberian konsentrasi EMS
berpengaruh pada persentase tumbuh,
pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah cabang, dan
diameter bunga. Beberapa variasi yang ditimbulkan
dari perlakuan EMS adalah pada EMS 0,6%
didapatkan tanaman yang memiliki bunga berwarna
kuning sedangkan pada EMS 0,9% didapatkan 1
Gambar 8. Bunga Marigold dengan Warna yang tanaman memiliki daun chimera, 6 tanaman
Berbeda pendek (kerdil), 2 tanaman dengan batang kurus
dan 1 tanaman pendek dengan cabang yang
banyak.. Konsentrasi yang dianjurkan agar
mendapatkan keragaman pada tanaman Marigold
adalah 0,6 % dan 0,9%.
DAFTAR PUSTAKA
Chen, M., Y. Choi, D.F. Voytas, & S. Rodermel.
2000. Mutations in the Arabidopsis VAR2
locus cause leaf variegation due to the loss
of chloroplast FtsH protease. Plant J. 22:
Gambar 9. Tanaman Marigold Pendek (Kerdil)
303-313.
Terhambatnya pertumbuhan tanaman Devi A. S. & L. Mullainathan. 2001. Physical and
marigold hasil perlakuan EMS seperti menurunnya Chemical Mutagenesis for Improvement of
persentase hidup, tinggi tanaman, jumlah cabang, Chilli (Capsicum annuum L.). World Appl.
dan diameter bunga merupakan pengaruh fisiologis Sci. J. 15 (1): 108-113.
dan genetis yang terjadi pada tanaman generasi Eriksson, G. & D. Lindgren. 1997. Mutagen effect
pertama. Pengaruh fisiologis pada generasi pertama in the first generation after seed treatment:
27
AGROTROP, VOL. 3, NO. 1 (2013)
Chimeras. In: MANUAL ON MUTATION Priyono & A.W. Susilo. 2002. Respons
BREDING (Second Edition). IAEA, Regenerasi In vitro Eksplant Sisik Mikro
Vienna. Kerk Lily (Lilium longiflorum) terhadap
Jabeen, N. & B. Mirza. Ethyl Methane Sulfonate Ethyl Methane Sulfonate (EMS). J. Ilmu
Induces Morphological Mutations in Dasar 3 (2): 74-79.
Capsicum annuum. 2004. Int. J. Agric. Purwati, R.D, Sudjindro, E.Kartini, & Sudarsono.
& Biology. 1560–8530/06–2–340–345 2008. Keragaman genetika varian abaka
Lage, L.S.C. & M.A. Esquibel. 1997. Growth yang diinduksi dengan Ethylmethane
stimulation produced by methylene blue Sulphonate (EMS). J. Littri 4(1): 16-24.
treatment in sweet potato. Plant Cell Tiss. Russell, P.J. 1992. Genetics (Third edition).
Org. Cult 48:77-81. HarperCollins Pub. New York.758p.
Latado, R.R., H.A. Alvis, & T.N. Augusto. 2004. Sakamoto, W., T. Tamura, Y. Hanba-Tomita,
In vitro mutation of chrysanthemum Sodmergen, & M. Murata. 2002. The
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) with VAR1 locus of Arabidopsis encodes a
ethylmethanesulphonate (EMS) in immature chloroplastic FtsH and its responsible for
floral pedicels. Plant Cell Tiss. Org. Cult. leaf variegation in mutant alleles. Genes to
77: 103-106. Cell. 7: 769-780.
Nanda, S.N.,A. Sahu, J.M. Panda, & N. Van Harten A.M. 1998. Mutation Breeding:
Senapati. 1997. Effect of Ethyl Methane Theory and Practical Application New
Sulphonate (EMS) on asparagus bean York. Cambridge University Press. 342p.
(Vigna sesquipedalis). ACIAR-Food Widyawan R. & S. Prahastuti. 1994. Bunga
Legume Newsletter 25:6-8 Potong. Pusat Dokumentasi dan Informasi
Ilmiah. LIPI. Jakarta
28