J.Abdimas: Community Health Vol. 2, No. 2, November 2021, Hal.
72-79
DOI: https://doi.org/10.30590/jach.v2n2.308
Family Education About Oral Rehydration Solution in Diarrhea Treatment
in Children
Edukasi Keluarga Tentang Oralit Dalam Perawatan Diare Pada Anak
Haryani1, Zurriyatun Thoyibah2*, Zuhratul Hajri3
Program Studi DIII Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YARSI Mataram
Abstract
Diarrhea is still the biggest cause of death in the world and is a pediatric social problem that often occurs in
developing countries, including Indonesia. Diarrhea can cause complications including dehydration,
hypovolemic shock, hypokalemia, seizures and malnutrition. The main cause of death from diarrhea in children
is dehydration due to lack of electrolytes. Prompt and appropriate handling of diarrheal disease is the key so
that infants and toddlers do not experience severe dehydration and cause death. This knowledge is important
for mothers and families to have, because toddlers still cannot do everything by themselves. Increased
knowledge can be done through education or health counseling. In the Tempit environment, some mothers do
not understand how to make Oral Rehydration Solution (ORS) to prevent dehydration. Therefore, it is necessary
to do community service in the Tempit Environment, Ampenan Mataram City which is focused on educating
families about the importance of fluids and how to make ORS for children with diarrhea. Family education
activities consist of identifying the number of families with children under five, health education and evaluation
activities. The number of families who participated in community service activities was 20 people. The
evaluation of the activities showed that the family had understood how to make a solution of sugar salt and
ORS properly and correctly. Education for mothers, families and communities about the importance of fluids
and rehydration by making sugar salt solutions and ORS is important carried out continuously, in order to
reduce morbidity and mortality in infants and toddlers with diarrhea.
Keywords: ORS, Rehydration Diarrhea, Salt Sugar Solution
Abstrak
Diare masih menjadi penyebab utama kematian terbesar di dunia dan merupakan masalah pediatric sosial
yang banyak terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Diare dapat menimbulkan komplikasi
diantaranya dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia, kejang dan malnutrisi. Penyebab utama kematian
akibat diare pada anak adalah dehidrasi akibat kekurangan cairan elektrolit. Penanganan penyakit diare
yang cepat dan tepat menjadi kunci agar bayi dan balita tidak mengalami kondisi dehidrasi yang parah dan
menyebabkan kematian. Pengetahuan ini penting dimiliki oleh ibu dan keluarga, karena balita masih tidak
bisa melakukan segala sesuatu dengan sendiri. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan melalui edukasi
atau penyuluhan kesehatan. Di Lingkungan Tempit, sebagian ibu belum memahami tentang cara membuat
oralit guna mencegah terjadinya dehidrasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengabdian kepada masyarakat
di Lingkungan Tempit, Ampenan Kota Mataram yang difokuskan pada edukasi keluarga tentang pentingnya
cairan dan cara membuat oralit untuk anak yang mengalami diare. Kegiatan edukasi pada keluarga terdiri
dari identifikasi jumlah keluarga yang memiliki balita, kegiatan penyuluhan kesehatan dan evaluasi. Jumlah
keluarga yang mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebanyak 20 orang. Evaluasi kegiatan
menunjukkan keluarga telah memahami cara membuat larutan gula garam dan oralit dengan tepat dan
benar. Edukasi pada ibu, keluarga dan masyarakat tentang pentingnya cairan dan rehidrasi dengan membuat
larutan gula garam dan oralit penting dilakukan secara kontinue, agar dapat menurunkan angka kesakitan
dan kematian pada bayi dan balita yang mengalami diare.
Kata kunci: Larutan Gula Garam, Oralit, Rehidrasi Diare
1. PENDAHULUAN
Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi penyebab utama dari kematian terbesar
didunia. Hampir seluruh kelompok usia terserang diare khususnya paling banyak menyerang
anak berusia di bawah lima tahun karena masih belum mempunyai daya tahan tubuh yang
72 E-ISSN: 2746-542x
J.Abdimas: Community Health Vol. 2, No. 2, November 2021, Hal.72-79
DOI: https://doi.org/10.30590/jach.v2n2.308
maksimal atau belum mempunyai sistem imun yang belum sepenuhnya terjaga. Diare dapat
dikatakan sebagai masalah pediatrik sosial karena diare merupakan salah satu penyakit utama
yang terdapat di negara berkembang termasuk Indonesia. Diare merupakan buang air besar
(defekasi) dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam feses),
dengan feses berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi
defekasi yang meningkat. Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita
yang masih lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare
(Ngastiyah, 2014). Diare bersifat endemis dan sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Di Indonesia dapat ditemukan sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70%-
80%) dari penderita ini adalah anak dibawah lima tahun, sebagian dari penderita (1-2%) akan
jatuh ke dalam dehidrasi dan jika tidak segera mendapat tindakan segera maka sekitar 50-60%
diantaranya dapat meninggal (Priyoto, 2015).
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak
adalah diare infeksi. Diare infeksi yang dapat disebabkan oleh Virus, Bakteri, dan Parasit. Penyakit
infeksi merupakan penyakit yang banyak diderita masyarakat Indonesia sejak dulu, diantaranya
adalah infeksi usus (diare). Berdasarkan etiologinya, penyakit diare dapat disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan protozoa. Mikroorganisme penyebab diare terutama
pada anak yang paling banyak ditemukan antara lain Escehercia coli entrotoksigenetik shigella,
campylobacter jejuni dan cryptosporidium (Haryani, 2020) Faktor yang mempengaruhi terjadinya
diare pada balita itu yaitu diantaranya faktor penyebab (agent), penjamu (host), dan faktor
lingkungann (environment) (Utami & Luthfiana, 2016; Yasin, dkk, 2018). Faktor penjamu yang
menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak diberikannya ASI (Air
Susu Ibu) eksklusif, kurang gizi, munculnya penyakit infeksius, keturunan, dan imunodefisiensi.
Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana air bersih, adanya vektor, penanganan
sampah, dan pembuangan tinja. Faktor-faktor tersebut akan berinteraksi dengan perilaku
manusia dan kualitas pelayanan kesehatan sehingga berpotensi menyebabkan diare (Suraatmaja,
2010). Penyebab tingginya kejadian diare disebabkan oleh adanya berbagi macam faktor resiko
antara lain kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik, hygine perorangan yang kurang baik,
sanitasi makanan yang kurang baik, masalah nutrisi dan imunitas tubuh, pemberian ASI eksklusif
yang rendah, pemberian makanan tambahan terlalu dini, dan stress yang berlebihan (Melvani
dkk., 2019). Selain itu, perilaku individu dan masyarakat dan letak geografi juga mempengaruhi
terjadinya diare (Nita, 2016).
Komplikasi akibat diare akut yaitu dehidrasi, renjatan hipovolemik akibat menurunnya
volume darah, hipoglikemia, kejang, dan malnurisi energi protein (Dewi, 2011). Sebuah penelitian
yang dipublikasikan dalam jurnal Gastroenterology (Oktober, 2010) menyebutkan bahwa diare
berkepanjangan dan akut dapat menghambat pertumbuhan dan meningkatkan risiko diare
menetap pada anak (Rezkisari, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh (Rosari dkk., 2013) didapat
bahwa balita yang mengalami status gizi kurang lebih banyak terjadi pada balita diare
dibandingkan dengan balita tidak diare walau secara statistik tidak bermakana. Penyakit diare
akut dapat ditularkan dengan cara fekal–oral melalui makanan dan minuman yang tercemar.
Diare cair akut menyebabkan dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang, juga
mengakibatkan kurang gizi, bahkan kematian yang disebabkan oleh dehidrasi (Sodikin, 2011).
Berbagai kuman penyebab diare disebarkan melalui jalan orofekal seperti air, makanan, dan
tangan tercemar. Anak yang dalam pemberian makanananya kurang baik, maka daya tahan
tubuhnya (imunitas) dapat melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu
makan dan akhirnya mudah terkena gizi kurang (Marmi & Kukuh, 2014).
E-ISSN: 2746-542x 73
J.Abdimas: Community Health Vol. 2, No. 2, November 2021, Hal.72-79
DOI: https://doi.org/10.30590/jach.v2n2.308
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang perlu penanganan khusus dan cepat.
Jika penyakit diare tidak ditangani dengan cepat akan banyak komplikasi yang akan ditimbulkan
diantaranya seperti dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia, kejang dan malnutrisi. Dan hal
terburuk pun seperti kematian bisa terjadi jika diare tidak cepat ditangani atapun tidak
ditanggulangi penyebabnya. Pada umumnya penyebab utama kematian akibat diare pada anak-
anak adalah dehidrasi akibat kekurangan cairan elektrolit melalui tinja. Sedangkan penyebab
kematian lainnya adalah disentri, kurang gizi dan infeksi. Anak-anak merupakan golongan umur
yang paling menderita karena masih memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Salah satu langkah
dalam pencapaian target Milenium (MDG’s) adalah menurunkan angka kematian anak menjadi
2/3 bagian dari tahun 1990 sampai tahun 2015. Pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam
menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare diantaranya adalah melaksanakan
tatalaksana penderita diare yang sesuai standar baik disarana kesehatan maupun dirumah tangga
(Nita, 2016).
Penanganan penyakit diare yang cepat dan tepat menjadi kunci agar bayi dan balita tidak
mengalami kondisi dehidrasi yang parah dan menyebabkan kematian. Pengetahuan ini penting
dimiliki oleh ibu dan keluarga, karena balita masih tidak bisa melakukan segala sesuatu dengan
sendiri(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Angka kejadian penyakit diare dapat
diturunkan dan komplikasi dapat dicegah dengan peningkatan pengetahuan masyarakat akan
penyakit diare dan adanya upaya pencegahan dimana salah satunya dengan perubahan perilaku
hidup sehat. Perilaku kesehatan dapat diwujutkan dengan perilaku hidup bersih dan sehat harus
dimulai dari unit terkecil masyarakat yaitu perilaku hidup bersih dan sehat dirumah tangga
sebagai upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
memperaktikkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai pencegahan terjadinya diare.
Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada balita tergantung kepada perilaku hidup bersih
dan sehat ibu, karena balita masih tidak bisa melakukan segala sesuatu dengan sendiri
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Peningkatan pengetahuan untuk merubah
perilaku dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan
dengan berbagai metode. Secara garis besar metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif
dan metode sokratik. Metode didaktif yaitu metode yang dilakukan secara satu arah. Misalnya
ceramah, film, leaflet, buklet, dan poster. Selanjutnya, metode sokratik yaitu metode yang
dilakukan secara dua arah. Misalnya, diskusi kelompok, debat, bermain peran, sosiodrama,
permainan dan demonstrasi (Maulana, 2012). Penyuluhan kepada masyarakat dapat dilakukan
dengan dengan modifikasi kedua metode tersebut, yaitu ceramah yang dilengkapi dengan leaflet,
boklet atau poster dan memberikan praktik langsung/demonstrasi jika diperlukan.
Lingkungan Tempit merupakan salah satu lingkungan di Ampenan yang padat penduduk
dengan sanitasi dan hygiene yang kurang, sehingga dapat mempengaruhi timbulnya diare. Banyak
ibu-ibu yang tidak memahami tentang pentingnya cairan rehidrasi dan cara membuat oralit guna
mencegah terjadinya dehidrasi dan menurunkan angka kematian akibat diare. Persepsi
masyarakat yang keliru atau tidak sesuai dengan persepsi petugas kesehatan dapat diperkecil
melalui usaha-usaha intervensi seperti penyuluhan, penerangan melalui media massa dan lain-
lain. Dengan demikian akan terlihat persepsi masyarakat yang benar tentang diare terutama
mengenai definisi, perkembangan dan penanganannya, memegang peran yang penting dalam
pemilihan jenis-jenis tindakan pengobatan oleh karena itu persepsi masyarakat yang benar akan
mengarah kepembentukan sikap yang sesuai dengan yang telah digariskan (Sowden, 2002).
Selain itu, kurang pengetahuan tentang pentignya cairan rehidrasi dalam penanganan diare dapat
meningkatkan resiko kematian pada anak akibat dehidrasi berat. Oleh karena itu perlu dilakukan
penyuluhan kesehatan melalui program pengabdian kepada masyarakat. Tujuan pengabdian
74 E-ISSN: 2746-542x
J.Abdimas: Community Health Vol. 2, No. 2, November 2021, Hal.72-79
DOI: https://doi.org/10.30590/jach.v2n2.308
kepada masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya cairan pada
penyakit diare dan cara membuat larutan gula garam/LGG atau oralit yang tepat. Adapun luaran
pada pengabdian kepada masyarakat ini adalah Ibu/keluarga mampu memahami tentang
pentingnya cairan pada penyakit diare dan mampu membuat larutan gula garam/LGG atau oralit
membuat larutan gula garam/LGG atau oralit dengan takaran yang tepat.
2. METODE
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2020 di Lingkungan Tempit
Wilayah kerja Puskesmas Ampenan, kota Mataram. Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan
dengan berbagai metode. Secara garis besar metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif
dan metode sokratik. Metode didaktif yaitu metode yang dilakukan secara satu arah. Misalnya
ceramah, film, leaflet, buklet, dan poster. Selanjutnya, metode sokratik yaitu metode yang
dilakukan secara dua arah. Misalnya, diskusi kelompok, debat, bermain peran, sosiodrama,
permainan dan demonstrasi (Maulana, 2012). Dalam pengabdian masyarakat ini, tim
menggunakan metode ceramah disertai leaflet dan mendemonstarasikan cara pembuatan oralit
dan lauran gula garam. Tim pengabdian masyarakat ini terdiri dari 3 dosen dan dibantu oleh 2
orang mahasiswa.
Kegiatan ini terdiri dari: (1) Identifikasi jumlah keluarga yang memiliki balita (2)
Penyuluhan kesehatan, dan (3) Evaluasi. Identifikasi jumlah bayi dan balita dimulai dari
mengidentifikasi jumlah bayi dan balita dan jumlah bayi dan balita yang pernah atau tidak pernah
menderita penyakit diare. Adapun materi sosialisasi terdiri dari Pentingnya Cairan pada Penyakit
Diare, cara membuat larutan gula garam/LGG atau oralit. Adapun materi sosialisasi cara
pembuatan LGG/oralit pada bayi atau balita diare adalah sebagai berikut: pengertian cairan
tubuh; pentingnya cairan bagi tubuh terutama pada penderita diare; cara membuat larutan gula
garam/LGG dan oralit.
Evaluasi dilakukan saat pertemuan terakhir dengan mengevaluasi pengetahuan
masyarakat dan keluarga tentang cara pembuatan larutan gula garam/LGG atau oralit di
Ampenan Kota Mataram. Evaluasi dilakukan secara langsung dengan metode Focus Grup
Discussion (FGD). dengan wawaHasil evaluasi ditindaklanjuti dengan evaluasi kejadian diare
pada bayi dan balita dan keadaan tempat tinggal dan lingkungann sekitar masyarakat. Setelah
diberikan penyuluhan Ibu/keluarga mampu mampu menyebutkan pengertian cairan; mampu
menyebutkan penyebab kekuragan cairan; mampu menyebutkan Tanda dan gejala kurang cairan;
menyebutkan cara pencegahan kurang cairan; menyebutkan alat dan bahan pemmbuatan larutan
gula garam/LGG atau oralit dan mampu membuat larutan gula garam/oralit dengan baik dan
benar.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 8 Februari 2020 di Lingkungan Tempit
Wilayah kerja Puskesmas Ampenan. Sebelum penyuluhan, pada tanggal 6-7 Februari 2020
dilakukan identifikasi jumlah keluarga yang memiliki balita. Berdasarkan pengamatan kami
selaku pelaksana dari kegiatan tersebut antusias masyarakat khususnya para ibu cukup tinggi
untuk mengikuti kegiatan pengabdian, hal itu terbukti dari jumlah ibu atau keluarga yang
mengikuti kegiatan tersebut yang berjumlah 20 orang. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap
yaitu (1) Identifikasi jumlah keluarga yang memiliki balita (2) Penyuluhan kesehatan, dan (3)
Evaluasi. Adapun untuk tahap pertama yaitu identifikasi jumlah bayi dan balita, peserta kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini digambarkan pada tabel 1 berikut:
E-ISSN: 2746-542x 75
J.Abdimas: Community Health Vol. 2, No. 2, November 2021, Hal.72-79
DOI: https://doi.org/10.30590/jach.v2n2.308
Tabel. 1 Hasil Identifikasi Usia Bayi dan Anak
No Inisial nama peserta Usia bayi/anak saat ini (bulan)
1 IN 13
2 AN 26
3 KN 24
4 NT 8
5 HT 6
6 SU 5
7 M 13
8 YS 18
9 JA 21
10 WR 15
11 ST 20
12 SI 30
13 FA 2
14 KS 7
15 G 15
16 R 12
17 AT 9
18 BI 11
19 FG 16
20 MI 6
Tahapan berikutnya adalah proses sosialisasi atau kegiatan pendidikan kesehatan. Kegiatan
sosialisasi ini dilakukan di Lingkungan Tempit Kelurahan Ampenan Tengah, Ampenan Kota
Mataram. Sebelum melakukan kegiatan pengabdian kami melakukan wawancara terhadap
beberapa ibu apakah mereka mengetahui dan memahami cara pembuatan larutan gula garam
atau oralit untuk perawatan bayi atau balita yang terkena diare. Sebagian besar ibu-ibu menjawab
“tidak tahu” tetapi mereka sering mendengar tentang oralit. Istilah LGG memang mereka ada
beberapa yang tahu dan sebagian besar dari mereka baru saja mendengar saat tim menyampaikan
materinya.
Materi cara pembuatan LGG dan oralit disampaikan dalam bentuk Power point, Leaflet dan
dipraktikkan langsung. Materi penyuluhan tentang cara pembuataan larutan gula garam atau
oralit untuk perawatann bayi atau balita diikuti dengan cukup khidmat oleh peserta, materi yang
disampaikan cukup menarik perhatian para ibu untuk ingin diskusi tentang hal tersebut terlihat
dari banyaknya ibu yang bertanya kepada Tim. Sebagai bentuk timbal balik dari penyampaian
materi tersebut penyuluh memberika apresiasi berupa bingkisan. Para ibu mengungkapkan
bahwa baru sekarang mengetahui dan menyadari tentang pentingnya cairan bagi anak yang
terkena diare dan ada beberapa dari mereka yang merasa bahwa jika anak masih bayi atau balita
sering sakit diare adalah merupakan suatu hal yang biasa, bahkan beberapa dari mereka ada yang
percaya (mitos) jika sakit yang dialami seorang bayi atau balita adalah merupakan tanda adanya
suatu perubahan dalam tubuh bayi yang akan menjadi lebih baik.
Tahapan terakhir dari proses edukasi ini adalah kegiatan evaluasi yang terdiri dari
evaluasi struktur; proses dan hasil. Hasil evaluasi struktur didapatkan bahwa 80% (16 dari 20
peserta) peserta mengikuti kegiatan sampai selesai; alat dan media sesuai dengan rencana; peran
dan fungsi masing-masing sesuai dengan yang direncanakan dalam satuan acara penyuluhan.
Selanjutnya evaluasi proses menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang
direncanakan; peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir; dan peserta
berperan aktif dalam jalannya diskusi. Setelah penyuluhan, dilakukan evaluasi hasil dengan
metode Focus Grup Discussion (FGD). Peserta penyuluhan dibagi menjadi 3 kelompok, dan
76 E-ISSN: 2746-542x
J.Abdimas: Community Health Vol. 2, No. 2, November 2021, Hal.72-79
DOI: https://doi.org/10.30590/jach.v2n2.308
masing-masing tim pengabdian melakukan evaluasi dengan bertanya langsung tentang materi
yang telah diberikan dan meminta peserta untuk memperagakan cara pembuatan larutan gula
garam dan oralit. Evaluasi hasil menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan ibu
dalam penangana diare, dimana peserta mampu mampu menyebutkan pengertian cairan, mampu
menyebutkan penyebab kekurangan cairan serta tanda dan gejala kurang cairan dan cara
pencegahan kurang cairan. Selain itu, ibu/keluarga mampu menyebutkan alat dan bahan
pembuatan larutan gula garam/LGG atau oralit; mampu membuat larutan gula garam/oralit
dengan tepat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Herlina, 2018) menunjukan
adanya peningkatan pemahaman ibu balita terhadap pencegahan diare setelah dilakukan
kegiatan promosi menggunakan model pendekatan education of the mother community (p<0,05).
Penelitian lain juga dilakukan oleh (Yunita, 2016) dimana terdapat peningkatan pengetahuan ibu
dalam penanganan diare setelah diberikan penyuluhan kesehatan. Adapun kegiatan penyuluhan
kesehatan dan evaluasi dapat dilihat dalam gambar berikut:
(a) (b)
Gambar. (a) Kegiatan Penyuluhan (b) Kegiatan Evaluasi
4. KESIMPULAN
Penyakit Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dan mudah diderita oleh anak
dan balita. Oleh karena itu pengetahuan tentang pentingnya cairan dan rehidrasi dengan
membuat larutan gua garam dan atau oralit sangat penting diketahui oleh ibu dan keluarga agar
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita serta prognosis menjadi
lebih baik. Tindakan yang sederhana, tepat dan cepat dapat dilakukan oleh keluarga dalam
membantu mengurangi terjadinya penyakit dan menurunkan komplikasi akibat dari suatu
penyakit serta memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang benar dalam penanganan
penyakit yang diderita oleh bayi atau anak serta keluarga dan orang tua dapat melakukan
pertolongan pertama dengan cara sederhana sebelum membawa anak ke pelayanan kesehatan.
APRESIASI
Ucapan terimakasih kepada Puskesmas Ampenan yang telah mengizinkan penulis untuk
melaksanakan Pengabdian kepada Masyarakt di Lingkungan Tempit, Kelurahan Ampenen, Kota
Mataram dan terimakasih kepada kader kesehatan dan seluruh responden yang telah
berpartisipasi menjadi peserta dalam penyuluhan kesehatan.
KONFLIK KEPENTINGAN
Penyuluhan kesehatan pada masyarakat dilakukan oleh pihak Puskesmas secara berkala
dan terjadwal. Proses penyluhan kesehatan yang diberikan penulis sebagai bagian dari kegiatan
E-ISSN: 2746-542x 77
J.Abdimas: Community Health Vol. 2, No. 2, November 2021, Hal.72-79
DOI: https://doi.org/10.30590/jach.v2n2.308
pengabdian masyarakat, telah mendapatkan izin dari pihak puskesmas, sehingga jadwal kegiatan
tidak dilaksanakan bersamaan dengan tim dari Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare -
Lima Langkah Tuntaskan Diar. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dewi, V. N. L. (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita (3 ed.). Salemba Medika.
Haryani, H. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Aik Ampat Kelurahan Dasan Geres
Gerung Lombok Barat 2019. PrimA : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(2), 35–42.
https://doi.org/10.47506/jpri.v6i2.180
Herlina, S. (2018). Model Pendekatan Education of the Mother Community (EMC) dalam
Pencegahan Diare pada Anak di Pekapuran Raya. Jurnal Kesehatan Islam : Islamic Health
Journal, 7(01), 11–24. https://doi.org/10.33474/jki.v7i01.974
Marmi & Kukuh, R. (2014). Asuhan Neonatus Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah (2 ed.). Pustaka
Pelajar.
Maulana, H. D. J. (2012). Promosi Kesehatan (I). EGC.
Melvani, R. P., Zulkifli, H., & Faizal, M. (2019). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diare Balita Di Kelurahan Karyajaya Kota Palembang. JUMANTIK (Jurnal Ilmiah Penelitian
Kesehatan), 4(1), 57. https://doi.org/10.30829/jumantik.v4i1.4052
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit. EGC.
Nita, N. A. (2016). Hubungan personal hygene dengan kejadian diare pada siswa SDN 05 Batursaru
Mranggen. 0–1.
Priyoto. (2015). Perubahan dalam perilaku kesehatan : konsep dan aplikasi (Pertama). Graha Ilmu.
Rezkisari, I. (2015). Diare Bisa Hambat Tumbuh Kembang Anak. Republica.co.id.
Rosari, A., Rini, E. A., & Masrul, M. (2013). Hubungan Diare dengan Status Gizi Balita di Kelurahan
Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(3), 11.
https://doi.org/10.25077/jka.v2i3.138
Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier
Sodikin. Salemba Medika.
Sowden, L. A., Betz, C. L. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri = Mosby’s Pediatric Nursing
Reference (3 ed.). EGC.
Suraatmaja, S. (2010). Gastroenterologi anak. Sagung Seto.
Utami, N., & Luthfiana, N. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada Anak.
Majority, 5, 101–106.
Yasin, F. Z., Mumpuningtias, E. D., & Fitrul. (2018). Faktor Lingkungan yang berhubungan dengan
78 E-ISSN: 2746-542x
J.Abdimas: Community Health Vol. 2, No. 2, November 2021, Hal.72-79
DOI: https://doi.org/10.30590/jach.v2n2.308
kejadian Diare pada balita di Puskesmas Batang – Bantang Kabupaten Sumenep. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 3(1), 39–46. https://doi.org/https://doi.org/10.24929/jik.v3i1.630
Yunita, L. (2016). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah Terhadap Tingkat
Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Diare Balita di Sekitar UPT TPA Cipayung, Depok.
Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 128.
E-ISSN: 2746-542x 79