Jurnal Kesehatan
Volume 10, Nomor 3, November 2019
ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK
Kepuasan Perawat Setelah Melakukan Overan Sisi Pasien
dengan Komunikasi SBAR
Idawati Manurung1, Giri Udani2
Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Tanjung Karang, Indonesia
Email:
[email protected] Abstract: Nurse Satisfaction After Overaning the Patient's Side with SBAR
Communication. Hospital service quality must be improved, one aspect is patient safety, its
efforts are through increased effective communication. One of the indicators is communicates
using the SBAR method. The handover between shift at the hospital has not carried out handover
at the patient's side by using the SBAR method and has not been oriented to the patient's condition.
Therefore nurses have not focused on the development of the condition of the patients and did not
provide nurse satisfaction their nursing care performed. The study aimed to compare nurse
satisfaction before and after bedside handover intervention with the SBAR method in the inpatient
room. This research is quantitative with a cross-sectional design, the sample of all nurses in the
inpatient room is 80 people. The results obtained before the intervention, the highest satisfaction is
the need for self-actualization and after the highest satisfaction the need to have. The lowest
satisfaction needs before and after the intervention are physiological needs. There is a significant
difference between the satisfaction of respondents before and after the intervention. Bedside
handover between shift is very useful and gives satisfaction to the nurses, must be carrying out
nursing with guidance and supervision and giving rewards to the nurse who practices that when
care the patients.
Keywords: Bedside handover, Satisfaction, SBAR communication
Abstrak: Kepuasan Perawat Setelah Melakukan Overan Sisi Pasien dengan Komunikasi
SBAR. Mutu pelayanan Rumah sakit harus ditingkatkan, salah satu aspeknya adalah keselamatan
pasien, upayanya dengan melalui peningkatan komunikasi efektif. yang salah satu indikatornya
melakukan komunikasi dengan memakai metoda SBAR. Overan dinas antar shif di rumah sakit
belum melaksanakan overan disisi pasien dengan memakai prinsip metoda SBAR dan belum
berorientasi pada kondisi pasien. Oleh karena itu perawat belum fokus pada perkembangan kondisi
dan tidak memberikan kepuasan perawat atas keberhasilan asuhan keperawatan yang dilakukan.
Penelitian bertujuan membandingkan kepuasan perawat sebelum dan sesudah intervensi metode
overan sisi pasien dengan komunikasi SBAR di ruang rawat inap. Penelitian ini kuantitatif dengan
rancangan cross sectional, populasi, seluruh perawat di ruangan rawat inap, sampel penelitian
berjumlah 80 orang. Hasil penelitian didapatkan sebelum intervensi kepuasan yang paling tinggi
adalah kebutuhan aktualisasi diri dan sesudah intervensi kepuasan yang paling tinggi adalah
kebutuhan memiliki. Kepuasan kebutuhan yang paling rendah pada saat sebelum dan sesudah
intervensi adalah kebutuhan fisiologis. Ada perbedaan yang bermakna antara kepuasan responden
sebelum dan sesudah intervensi, overan dinas antar shif di sisi pasien sangat baik dan memberikan
kepuasan pada perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan Saran untuk rumah sakit adalah,
metode ini sebaiknya dilakukan dengan proses pembimbingan dan supervisi yang baik, serta perlu
pemberian penghargaan pada para perawat yang telah menjalankannya.
Kata kunci: Overan sisi pasien, Kepuasan, Komunikasi SBAR
PENDAHULUAN kinerjanya membuat perawat tidak bekerja keras,
melakukan banyak pelanggaran secara
Manajemen pelayanan keperawatan, yang manajemen (tingginya absensi, tidak patuh
terkait erat dengan manajemen rumah sakit dan aturan, tidak disiplin) dan banyak melanggar
manajemen asuhan keperawatan yang standar-standar kinerja secara profesi yang bisa
berhubungan dengan profesi perawat yaitu membahayakan pasien. Bila perawat puas dalam
berhubungan dengan proses keperawatan. melaksanakan kinerjanya dalam asuhan
(Nursalam, 2011). Ketidak puasan perawat pada keperawatan maka pada akhirnya akan
473
474 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 3, November 2019, hlm 473-479
memperbaiki mutu pelayanan keperawatan dan meningkatnya keselamatan pasien, kekambuhan
meningkatkan kepuasan pasien. berkurang, kepuasan perawat dan pasien
Rumah sakit harus terus meneruskan meningkat serta keterlibatan pasien juga
meningkatkan mutu pelayanannya, salah satu meningkat (Malfait, et al., 2018; Donna, et al.,
aspeknya adalah keselamatan pasien. 2007). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
Berdasarkan Standar Nasional Akreditasi Rumah kepuasan perawat setelah melakukan overan sisi
Sakit (SNARS), salah satu upaya meningkatkan pasien dengan komunikasi SBAR di ruang rawat
keselamatan pasien adalah melalui peningkatan inap.
komunikasi yang efektif. Komunikasi efektif,
salah satu indikatornya melakukan komunikasi
dengan memakai prinsip metoda SBAR METODE
(Situation, Background, Assesement,
Recomendation). Pemakaian komunikasi ini Pada tahap awal penelitian ini, diadakan
dilakukan pada saat overan antar shift, transfer mengadakan persamaan persepsi dengan perawat
pasien antar ruangan dan pelaporan kondisi ruangan dan staf supervisor yang digunakan
pasien. Selama masa perawatan di rumah sakit, untuk penelitian. Pre intervensi dilakukan
pasien bisa saja mengalami perpindahan dari dengan mengukur kepuasan perawat terhadap
beberapa unit ruang rawat, seperti dari ruang overan dengan kuesioner kepuasan terhadap
gawat darurat, kamar operasi, ruang perawatan pelaksanaan overan sisi pasien. Tahap Intervensi
dan unit rawat jalan. Pasien dirawat bermacam- melaksanakan overan sisi pasien dengan
macam profesi tim kesehatan dan harus komunikasi efektif SBAR selama satu bulan. di
menghadapi tim-tim perawatan yang berbeda ruang rawat inap. Peneliti selama satu minggu
setiap dinas (shift). Kondisi ini membutuhkan mendampingi perawat melakukan overan baik
proses overan yang terstruktur dan terprogram pagi maupun siang, untuk selanjutnya dibimbing
dengan baik dan menunjang keselamatan pasien dan disupervisi kepala ruangan.
(Dewi, 2012). Ada hubungan kepatuhan Supervisi pada saat overan akan mengarahkan
perawat dalam handover antar shift terhadap perawat agar sesuai pedoman yang telah ditetapkan
keselamatan pasien. (Samakori, 2019). dan merupakan bentuk dukungan positif yang
RS. Imanuel di Bandar Lampung, telah diberikan oleh kepala ruangan dan rekan
mencapai Akreditasi Paripurna tahun 2016. Hasil kerja. Perawat merasa bangga dapat menunjukkan
pengamatan didapatkan bahwa ada perbedaan secara kongkret hasil pekerjaannya. Jika hasil
data yang disampaikan antara overan secara pekerjaan tidak mendapat penghargaan akan
verbal dengan yang tertulis, dan komunikasi menurunkan kepuasan kerja (Basri, 2018;
SBAR belum dilaksanakan saat overan antar Sumartyawati, 2018). Pengukuran post intervensi
shift, menunjukan bahwa komunikasi dalam dengan kuesioner yang sama dengan pre
overan belum baik, pengetahuan tentang overan intervensi setelah satu bulan pelaksanaan overan
masih belum baik, lingkungan untuk sisi pasien dengan komunikasi efektif SBAR.
melaksanakan overan juga belum baik, serta Penelitian ini dilaksanakan pada September-
format-format overan juga belum baik dan masih November 2018, di Ruang Rawat, RS Imanuel,
tidak seragam. Bandar Lampung yang sudah melaksanakan
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti metoda perawat penanggungjawab pasien (PPJP).
pada tahun 2016 mengenai analisis perbedaan Analisa bivariat dilakukan mengukur
kepuasan perawat dan kepuasan pasien sebelum perbedaan kepuasan perawat sebelum dan setelah
dan sesudah overan sisi pasien di Rumah Sakit intervensi overan sisi pasien dengan komunikasi
Umum Daerah Demang Sepulau Raya dan di SBAR. Uji memakai metoda dependent sample t-
Rumah Sakit Umum Daerah A. Dadi Tjokrodipo test (Hastono, 2007; Notoatmodjo, 2011).
menunjukkan ada perbedaan yang bermakna Penelitian ini telah mendapatkan Ethical
antara kepuasan sebelum dan sesudah metoda Clearance No 246/EC/KEP-TJK/IX/2018 dari
overan di sisi pasien dilakukan. Kepuasan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Politeknik
perawat terhadap kinerja dan pelayanannya Kesehatan Tanjung Karang.
meningkat dan kepuasan pasien terhadap
pelayanan dan pemulihannya meningkat. Overan
sisi pasien adalah metode serah terima pasien HASIL
antar shift yang dilakukan di sisi pasien.
Tujuannya adalah meningkatkan komunikasi Hasil penelitian menunjukkan umur
antar perawat dan komunikasi perawat dengan responden paling banyak pada tingkat dewasa
pasien. Hasil dari komunikasi ini adalah awal, 49 orang atau 61,3%. Jenis kelamin paling
Manurung, Kepuasan Perawat Setelah Melakukan Overan Sisi Pasien dengan Komunikasi SBAR 475
banyak perempuan dengan 67 orang atau 43,8%. sedangkan pada saat post intervensi, kepuasan
Masa kerja responden, paling banyak pada di yang paling tinggi adalah kebutuhan memiliki, 53
rentang lebih dari 24 bulan, kategori lama yaitu orang (66,3%). Kepuasan kebutuhan yang paling
44 orang atau 55%. Hasil penelitian pada saat pre rendah pada saat pre intervensi dan pada saat
intervensi, kepuasan yang paling tinggi adalah post intervensi adalah kebutuhan fisiologis. Hal
kebutuhan aktualisasi diri, 64 orang (80%), ini terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kepuasan Responden Berdasarkan Kebutuhan Dasar Manusia
Pre Intervensi Post Intervensi
Kebutuhan Tidak Puas Puas Tidak Puas Puas
F (%) F (%) F (%) F (%)
Fisiologis 33 41,3 47 58,8 31 38,8 49 61,3
Rasa Aman 23 28,7 57 71,3 30 37,5 50 62,5
Memiliki 15 18,8 65 80,0 27 33,8 53 66,3
Harga Diri 31 38,8 49 61,3 32 40,0 48 60,0
Aktualisasi diri 16 20,0 64 81,3 31 38,8 49 61,3
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 16,34 dan standar eror 1,82. Terlihat perbedaan
pada saat pre intervensi, paling tinggi responden nilai rata-rata antara sebelum intervensi dengan
puas, 55 orang atau 68,8%, sedangkan pada saat sesudah intervensi adalah 9,56 dengan standar
post intervensi, paling tinggi responden puas, 49 deviasi 17,61 dan standar eror 1,96, ada
orang, 61,3%, tetapi terjadi penurunan jumlah penurunan nilai rata-rata kepuasan responden.
responden yang puas yang semula 55 orang atau Hasil uji statistik didapatkan nilai 0,00 maka
68% menjadi 49 orang, 61,3%. Rata-rata tingkat dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna
kepuasan berdasarkan teori kebutuhan Maslow antara kepuasan responden sebelum dan sesudah
meningkat pada setiap kebutuhan. Hal ini terlihat intervensi.
pada tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kepuasan
berdasarkan kebutuhan menunjukkan penurunan
Tabel 2. Kepuasan Responden berdasarkan pada semua kebutuhan. Hasil uji statistik
Teori Maslow didapatkan nilai p-value 0,00 maka dapat
Kepuasan Pre Post disimpulkan ada perbedaan yang bermakna
Perawat Intervensi Intervensi antara kepuasan responden berdasarkan
Tidak Puas 25 31,3 31 38,8 kebutuhan sebelum dan sesudah intervensi
Puas 55 68,8 49 61,3 Terlihat perbedaan nilai rata-rata paling tinggi
antara sebelum intervensi dengan sesudah
Rata-rata kepuasan perawat sebelum intervensi yang adalah pada kebutuhan harga diri,
intervensi adalah 116,24 dengan standar deviasi sebesar 2,300, dan paling rendah pada kebutuhan
7,63 dan standar eror 0,85. Sesudah intervensi memiliki sebesar 1,775.
rata-rata adalah 106,68 dengan standar deviasi
Tabel 3. Perbandingan Rata-Rata Kepuasan Responden Berdasarkan Kebutuhan Antara
Sebelum dan Sesudah Intervensi Overan Dengan Komunikasi SBAR
p-
Kebutuhan Hasil Mean Selisih Mean SD SE n
value
Sebelum Intervensi 22,68
Fisiologi 1,813 3,852 0,431 0,00 80
Sesudah Intervensi 20,86
Sebelum Intervensi 23,38
Rasa Aman 1,875 4,092 0,457 0,00 80
Sesudah Intervensi 21,50
Sebelum Intervensi 23,70
Memiliki 1,775 3,360 0,457 0,00 80
Sesudah Intervensi 21,93
Sebelum Intervensi 23,11
Harga Diri 2,300 3,998 0447 0,00 80
Sesudah Intervensi 20,81
Aktualisasi Sebelum Intervensi 23,38
1,800 3,998 0,447 0,00 80
Diri Sesudah Intervensi 21,58
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata intervensi. Hasil uji statistik didapatkan nilai
kepuasan berdasarkan kebutuhan menunjukkan 0,00 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang
penurunan pada semua kebutuhan setelah bermakna antara kepuasan responden
476 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 3, November 2019, hlm 473-479
berdasarkan kebutuhan sebelum dan sesudah dilakukan, perawat serah terima pasien di depan
intervensi Terlihat perbedaan nilai rata-rata pasien dan benar-benar mengaplikasikan proses
paling tinggi antara sebelum intervensi dengan keperawatan. Kemudian peneliti dan para
sesudah intervensi yang adalah pada kebutuhan supervisor mulai membimbing dan memsupervisi
harga diri, sebesar 2,300, dan paling rendah pada agar proses overan sudah dengan metoda SBAR.
kebutuhan memiliki sebesar 1,775. Overan dilakukan dengan mula-mula di ruang
perawat untuk mengetahi kondisi ruangan yang
terkini, kemudian dilakukan di depan pasien
PEMBAHASAN antara PPJP dengan perawat yang
bertanggungjawab melanjutkan perawatan
Hasil penelitian menunjukkan umur pada pasiennya di shift berikutnya. Proses ini
responden atau perawat paling banyak pada dilakukan dengan terstruktur memakai SBAR dan
tingkat dewasa awal, masa yang seharusnya berbasis proses keperawatan. Pada proses ini
perawat bekerja dengan produktif, masa para semua kebutuhan dan tindakan pasien dapat
perawat sudah mapan nmenjadi perawat, sudah diserahterimakan dan proses kesinambungan
mapan dengan prosedur, kondisi dan ketrampilan asuhan keperawatan bisa terjadi dengan baik
yang sama sehingga bila mereka mendapat antar shift. Perawat dengan mulai menyadari
kegiatan baru, mereka menjadi tidak siap. bahwa menguasai dan mengaplikasikan proses
Ketrampilan baru, mengharuskan perawat belajar keperawatan itu penting dan metode overan yang
lagi, beradaptasi lagi, kemungkinan ini yang terstruktur dan berbasis proses keperawatan juga
membuat perawat tidak siap menghadapi menjadi faktor utama yang dibutuhkan untuk
perubahan. Ditambah lagi, masa kerja responden menjaga mutu pelayanan keperawatan dan
sebagian besar sudah lama dan terbiasa dengan keselamatan pasien dan sekaligus menunjukkan
rutinitas. kinerja perawat itu baik. Perawat mulai terbiasa
Pada saat pre intervensi, kepuasan yang memakai proses keperawatan.
paling tinggi adalah pada kebutuhan aktualisasi Pada saat post intervensi, kepuasan yang
diri. Kepuasan pada kebutuhan ini adalah paling tinggi adalah kebutuhan memiliki, yaitu
karyawan merasakan pekerjaan sebagai sesuatu kepuasan akan memiliki hubungan yang positif
yang penting dan bermanfaat, dia sudah mampu terhadap teman kerja, atasan dan mereka merasa
bekerja dengan nyaman, percaya diri, sudah menjadi bagian dari tim kerja atau organisasi dan
beradaptasi, karyawan puas karena mampu perawat mampu memelihara lingkungan kerja
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang penuh kerjasama dan kerja sama sosial jadi
terhadap pekerjaan itu secara individu dan meningkat. Kepuasan terhadap rekan kerja bisa
hasilnya sudah diakui rekan kerjanya, perawat juga dicapai karena semua perawat bisa bekerja
merasa berhasil sebagai perawat. sama, mempunyai tujuan yang jelas dan semua
Overan sebelum intervensi dilakukan berusaha memberikan data yang lengkap agar
tanpa komunikasi secara SBAR. Overan perawat lain mudah bekerja. Tingkat dimana
dilakukan di ruang perawat yang berisi rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung
pemberian informasi secara berkelompok, tidak secara sosial bisa membuat suasana
berdasarkan diagnosa keperawatan, tapi menyenangkan dan mempunyai rekan kerja yang
berdasarkan diagnosa medik dan informasi kritis menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan
lainnya. Pemberian informasi diberikan oleh kerja.
penanggungjawab shift kepada semua perawat Kepuasan kebutuhan yang paling rendah
yang akan bertugas. Walaupun metoda PPJP pada saat pre intervensi dan pada saat post
sudah dilakukan tetapi tidak ada pemberian intervensi adalah kebutuhan fisiologis.
informasi secara khusus antar perawat Kebutuhan fisiologis adalah pada kerja di
penanggungjawab pasien. Setelah overan di ruangan adalah faktor waktu dan tempat
ruang perawat, overan dilakukan di sisi pasien istirahat, makanan/minuman selama kerja, dan
dengan cepat dan tidak berdasarkan diagnosa adanya privacy untuk perawatan diri. Ini
keperawatan. menunjukkan bahwa metode asuhan keperawatan
Bila tidak berdasarkan diagnosa maka baik yang lama maupun yang sesuai dengan
banyak intervensi yang terlewat, perawat akan overan dengan metode SBAR, sama-sama
berfokus pada hal rutinitas dan intervensi mandiri menimbulkan kelelahan dan beban kerja yang
perawat banyak yang tidak dilakukan. Hal ini berat bagi perawat. Mereka menganggap waktu
menyebabkan mutu pelayanan keperawatan tidak istirahat itu terlalu ringkas. Hal inilah
baik dan juga kinerja perawat tidak terlihat. penyebabnya maka kepuasan pada kebutuhan ini
Ketika overan dengan metoda SBAR tidak memuaskan faktor lainnya. Kepuasan
Manurung, Kepuasan Perawat Setelah Melakukan Overan Sisi Pasien dengan Komunikasi SBAR 477
terjadi bila tim saling menghargai, saling tahu profesinya semakin diakui dan mendapat respon
uraian tugasnya, saling mematuhi aturan dan dari pasien dan tim kesehatan lain. Melalui
standar pelayanan, iklim kerja yang kondusif dan overan, dapat dirasakan sejauh mana perhatian,
lingkungan yang memungkinkan kerja sama yang bantuan teknis dan dorongan ditunjukkan oleh
baik. supervisor ketika perawat menemukan masalah-
Pembahasan bivariat dilakukan dengan masalah yang sulit diselesaikan pada saat overan.
mengamati perbedaan kepuasan perawat dari Atasan yang memiliki hubungan personal yang
sebelum intervensi dengan sesudahnya secara baik dengan bawahan serta mau memahami
keseluruhan. Rata-rata kepuasan perawat sebelum kepentingan bawahan memberikan kontribusi
intervensi adalah 116,24 dengan standar deviasi positif bagi kepuasan perawat.
7,63 dan standar eror 0,85, sesudah intervensi Kepuasan perawat yang lain pada overan
rata-rata adalah 106,68 dengan standar deviasi adalah kepuasan terhadap promosi yang
16,34 dan standar eror 1,82. Terlihat perbedaan didapatnya atas hasil yang dicapainya untuk
nilai rata-rata antara sebelum intervensi dengan jenjang karir berikutnya. Kepuasan kerja akan
sesudah intervensi adalah 9,56 dengan standar tercapai apabila karyawan dapat mencapai tiga
deviasi 17,61 dan standar eror 1,96, ada kedudukan psikologis yang kritis. Kedudukan
penurunan nilai rata-rata kepuasan responden. psikologis tersebut yaitu pertama, karyawan
Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value=0,00 merasakan pekerjaan sebagai sesuatu yang
maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang penting dan bermanfaat. Kedua, karyawan
bermakna antara kepuasan responden sebelum mengalami bahwa ia bertanggung jawab terhadap
dan sesudah intervensi. Penurunan kepuasan pekerjaan itu secara individu maupun hasil.
memang benar-benar terjadi. Ketiga, karyawan dapat merasakan hasil apa yang
Konsep yang dikemukakan Joint dicapai dan apakah hasil tersebut memuaskan
Commission Hospital Patient Safety, konsep atau tidak.
overan dengan komunikasi SBAR dan sangat Metode ini masih baru bagi perawat
baik dilakukan sesuai dengan ruangan rawat inap. sehingga banyak yang mengeluh tentang metode
Overan di sisi tempat tidur memberikan ini, tapi tuntutan masa kini mengharuskan rumah
kesempatan untuk memastikan komunikasi sakit menjalankannya bila sudah memakai
efektif antara pasien, keluarga dan perawat. metode PPJP. Harus ada proses verifikasi tentang
Perawat merasakan manfaat yang baik dalam penerimaan informasi oleh perawat penerima
menggunakaan komunikasi SBAR, harapan dengan melakukan pengecekan dengan membaca,
perawat terhadap pelaksanaan komunikasi SBAR mengulang atau mengklarifikasi. Penerima harus
saat timbang terima agar selalu diterapkan dan di mendapatkan data tentang riwayat penyakit,
tingkatkan. Faktor pendukung dalam komunikasi termasuk perawatan dan terapi sebelumnya dan
SBAR berupa adanya SPO, pembekalan dan overan tidak disela dengan tindakan lain untuk
sosialisasi (Hardini & Wahyuni, 2019). Para ahli meminimalkan kegagalan informasi atau terlupa.
mengatakan bahwa 70% kejadian yang tidak Perubahan kepuasan ini terjadi karena
diinginkan terjadi karena kurangnya komunikasi perawat belum menguasai overan dengan metode
antar perawat dan komunikasi antara perawat ini, ditambah lagi penguasaan akan proses
dengan pasien. Penelitian-penelitian keperawatan dituntut tinggi maka perawat merasa
menunjukkan bahwa overan di sisi pasien aktualisasinya menurun, tetapi kerja sama secara
mencegah pasien jatuh dari tempat tidur pada saat tim meningkat karena proses peralihan informasi
overan, memperbaiki komunikasi perawat selama dan kerjasama antar perawat dan shift dituntut
overan, menemukan potensial eror pada tinggi. Hasil kepuasan pasien menurun karena
transfusi darah, kateter yang disertai infeksi dan perawat tidak puas dengan metode ini karena
emboli. pengetahuan dan ketrampilannya kurang pada
Overan ini meningkatkan kepuasan staf metode ini, apa lagi bila dilakukan didepan
perawat dan dokter, kemampuan pengelolaan pasien dan keluarganya. Perawat merasa beban
waktu dan pertanggunggugatan perawat. Overan kerjanya bertambah dan proses overan menjadi
ini memperbaiki kemampuan perawat dalam lama. Konsep teori ini semakin membuktikan
memprioritaskan tindakan dan mempersingkat bahwa bila perawat melakukan overan sisi pasien
waktu kerja. Melalui overan perawat mendapat akan memberikan kepuasan kepada perawat,
imbalan secara langsung seperti penghargaan, tetapi karena metode ini bulum dilakukan
pujian, promosi pekerjaan, ucapan dari pasien maksimal, malah dianggap beban maka
dan teman sekerja dan penghargaan terhadap kepuasannya menurun. Walaupun sebenarnya
profesi. Perawat bisa melaksanakan nilai kepuasan perawat tetap tinggi karena pada
tanggungjawab secara penuh, maksimal, prinsipnya prosedur overan, kemampuan perawat
478 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 3, November 2019, hlm 473-479
sudah prima sehingga kepuasan perawat tetap sisi pasien ini berbeda dengan overan lainnya,
terjaga. overan ini membutuhkan pedoman-pedoman
Handover dengan Komunikasi SBAR sehingga harus diperlengkapi pihak manajemen
merupakan salah satu langkah dalam pencapaian dan dilakukan terus menerus.
Patient Safety yang sangat penting dilaksanakan
untuk menurunkan insiden kecelakaan pasien.
Penelitian kualitatif dengan pendekatan SIMPULAN
fenomenologi yang dilakukan oleh Dewi, dkk.
(2019) mengatakan yaitu seringkali menghambat Kesimpulan dari penelitian ini adalah
dan resiko tidak terlaksananya SBAR adalah metode overan sisi pasien dengan komunikasi
perbedaan persepsi, kurangnya sosialisasi yang SBAR ini sangat baik karena bisa meningkatkan
optimal dan motivasi belum optimal; yang mutu pelayanan keperawatan dan kinerja
menyebabkan komnikasi ini terhambat saat. perawat, sekaligus memberi kepuasan bagi
Bila dibandingkan dengan hasil perawat. Supaya berhasil, proses pembimbingan
penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini dilakukan kembali, supervisi dijalankan dan
bertentangan. Banyak penelitian yang pemberian reward perlu dilakukan bila sudah
menunjukkan bahwa metode overan sisi bisa berjalan. Pelatihan dan penyegaran tentang
menimbulkan kepuasan bagi perawat dan juga proses keperawatan sebaiknya dilakukan secara
keuntungan lainnya. Penelitian yang dilakukan rutin agar kemampuan perawat dalam
oleh Wakefield (2012) tentang perbandingan menentukan diagnosa dan intervensinya tetap
kepuasan pasien dan perawat sebelum dan prima. Secara teroritis dibuktikan bahwa
sesudah dilakukan overan di sisi pasien komunikasi SBAR membuat proses overan bisa
menunjukkan bahwa ada peningkatan kepuasan komprehensif sehingga bisa ditindaklanjuti di
pasien dan perawat setelah enam bulan shift berikutnya. Perawat menjadi terbiasa dan
pelaksanaan. Hasil penelitian yang dilakukan merasa ini sudah membuktikan dirinya bekerja
peneliti pada tahun 2016 mengenai kepuasan dan perawat puas dengan overan metode ini dan
perawat dan kepuasan pasien sebelum dan ini terlihat pada hasil pre-test yang menunjukkan
sesudah overan sisi pasien yang menunjukkan perawat puas dengan meode ini. Perawat yang
ada perbedaan yang bermakna antara kepuasan sudah mendapat pelatihan tentang metoda ini
sebelum dan sesudah metoda overan di sisi akan melakukannya dalam sehari-hari, semakin
pasien dilakukan. Kepuasan perawat terhadap banyak dia berinteraksi dengan pasien, bertanya
kinerja dan pelayanannya meningkatkan dan lebih banyak dan lebih bisa mendapatkan dan
kepuasan pasien terhadap pelayanan dan menjelaskan data perkembangan pasien. Slade
pemulihanpasien juga meningkat. Kartika (2018).
Yanidrawati (2012), mengatakan bahwa bila Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
perawat puas, maka kinerjanya juga baik. saat pre intervensi, kepuasan yang paling tinggi
Komunikasi yang baik dalam bekerja adalah kebutuhan aktualisasi diri, sedangkan
menimbulkan kepuasan perawat pelaksana. pada saat post intervensi, kepuasan yang paling
(Tampubolon, 2019). tinggi adalah kebutuhan memiliki. Kepuasan
Penelitian yang dilakukan oleh Bressan kebutuhan yang paling rendah pada saat pre
(2019) tentang overan sisi pasien mengatakan intervensi dan pada saat post intervensi adalah
bahwa overan ini memudahkan kebutuhan fisiologis. Rata-rata kepuasan perawat
pendokumentasian dan menyusun data-data yang sebelum intervensi sudah dalam kategori baik.
ditemukan yang bisa dipakai untuk melakukan Sesudah intervensi rata-rata juga kategori baik.
asuhan keperawatan di shift berikutnya. Implikasi Terlihat perbedaan nilai rata-rata antara sebelum
pada manajemen keperawatan bahwa seluruh intervensi dengan sesudah intervensi walaupun
perawat sebaiknya dilatih dengan metode overan ada penurunan nilai rata-rata kepuasan responden
ini dan pada masa transisi perubahan dari yang walaupun masih dalam ketegori baik. Hasil uji
tradisional dengan metode ini, perawat sebaiknya statistik didapatkan nilai 0,00 maka dapat
dibimbing dengan baik. Penelitian yang disimpulkan ada perbedaan yang bermakna
dilakukan oleh Sarvestani, dkk (2018) antara kepuasan responden sebelum dan sesudah
mengatakan overan ini menurunkan biaya intervensi.
perawatan karena menjadi strategi yang baik
dalam merawat pasien. Tobiano (2018), overan
Manurung, Kepuasan Perawat Setelah Melakukan Overan Sisi Pasien dengan Komunikasi SBAR 479
DAFTAR PUSTAKA
Basri, B. (2018). Hubungan Supervisi Kepala Sarvestani, R. S., Jafari, A., & Moattari, M.
Ruangan Terhadap Kepuasan Kerja (2018). Cost effectiveness of nursing
Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit handover: an action research. Nurse Care
Imelda Medan. Jurnal maternitas Open Acces J, 5(6), 343-346.
Kebidanan, 3(2), 91-106. Samakori, H. S. (2019). Hubungan kepatuhan
Bressan, V., Cadorin, L., Pellegrinet, D., perawat dalam handover antar shift
Bulfone, G., Stevanin, S., & Palese, A. terhadap keselamatan pasien di ruang
(2019). Bedside shift handover rawat inap rs umum bhakti rahayu kota
implementation quantitative evidence: surabaya. [Skripsi]. Surabaya: Universitas
Findings from a scoping review. Journal of Merdeka Surabaya.
nursing management, 27(4), 815-832. Slade, D., Pun, J., Murray, K. A., & Eggins, S.
Dewi, M. (2012). Pengaruh pelatihan timbang (2018). Benefits of health care
terima pasien terhadap penerapan communication training for nurses
keselamatan pasien oleh perawat pelaksana conducting bedside handovers: An
di RSUD Raden Mattaher Jambi. Jurnal Australian hospital case study. The Journal
Health and Sport, 5(03). of Continuing Education in Nursing, 49(7),
Dewi, R., Rezkiki, F., & Lazdia, W. (2019). Studi 329-336.
Fenomenology Pelaksanaan Handover Sumartyawati, N. M. (2018). Hubungan
Dengan Komunikasi SBAR. Jurnal pelaksanaan supervisi dengan kepuasan
Endurance: Kajian Ilmiah Problema kerja perawat pelaksana di instalansi rawat
Kesehatan, 4(2), 350-358. inap RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten
Donna L. B. Zarro, et al. (2007). Improving Lombok Barat. PrimA: Jurnal Ilmiah Ilmu
Nursing Handoff During Change of Shift. Kesehatan, 4(2).
Australia Journal 0f Advanced Nursing, Tampubolon, P. L. (2019). Hubungan
Volume 30 Number 1. Komunikasi Organisasi dengan Kinerja
Hardini, S., & Wahyuni, F. S. (2019). Studi dan Kepuasan Perawat Pelaksana di Ruang
Fenomenologi: Pelaksanaan Komunikasi Rawat Inap Rumah Sakit Royal Prima
SBAR pada saat Timbang Terima di Medan Tahun 2017. [Tesis]. Medan:
Bangsal Bedah dan Interne RSUP Dr. M. Fakultas Keperawatan, Universitas
Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Medika Sumatera Utara.
Saintika, 10(2), 53-63. Tobiano, G., Bucknall, T., Sladdin, I., Whitty, J.
Hastono. P. S. (2007). Analisa Data Kesehatan. A., & Chaboyer, W. (2018). Patient
Fakultas Kesehatan Masyarakat, participation in nursing bedside handover:
Universitas Indonesia. a systematic mixed-methods
Malfait, S., Van Hecke, A., Van Biesen, W., & review. International journal of nursing
Eeckloo, K. (2018). Do Bedside studies, 77, 243-258.
Handovers Reduce Handover Duration? Wakefield, D. S., Ragan, R., Brandt, J., &
An Observational Study With Implications Tregnago, M. (2012). Making the
for Evidence‐Based Practice. Worldviews transition to nursing bedside shift
on Evidence‐Based Nursing, 15(6), 432- reports. The Joint Commission Journal on
439. Quality and Patient Safety, 38(6), 243-
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian AP1.
Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Yanidrawati, K. (2012). Hubungan kepuasan
Cipta. kerja dengan kinerja perawat di ruang
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan. rawat inap rumah sakit umum daerah
Edisi 3. Jakarta: Salemba. kabupaten bekasi. Students e-Journal, 1(1),
32.