ABSTRACT
Mariatul Qibtiyah. 1145030107. The Comparative Study of Fantasy Genre’s
Formula In Spider-Man (2002) And Spider-Man: Homecoming (2017). An
Undergraduating Thesis. English Department. Faculty of Adab and Humanities.
States Islamic University Sunan Gunung Djati Bandung. Adviors: 1. Drs. Irman
Hurhapitudin, M. Hum.; 2. Hasbi Assiddiqi, S.S., M.A.
Keywords: Fantasy, Popular Literature, Genre Formula, Adventure, Movie.
In this thesis researcher focus on discussing the comparison of fantasy genre in
Spider-Man (2002) and Spider-Man: Homecoming (2017). This research uses genre
theory as the main theory. The researcher focused this research on fantasy elements
using Gates' theory of fantasy genres. Fantasy genre is a type of fiction containing
something impossible, contrary to the laws and nature as people know them and highly
imaginative fictional creation which defies the limits of any know reality. This research
uses Cawelti's theory of formulas.
To find the truth, researcher used a comparative study, with the research
question; 1. What are fantasy genre’s fomula in Spider-Man (2002) and Spider-Man:
Homecoming (2017). 2. What are the similarities and differences of fantasy genre’s
formula in Spider-Man (2002) and Spider-Man: Homecoming (2017).
The research method that the writer uses in this study is a comparative
descriptive method with a qualitative approach to analyze the data. Comparative
research is conducted to compare the similarities and differences between two or more
facts. Descriptive research involves describing and interpreting events, conditions or
situations of the present. Qualitative research is concerned with the opinions,
experiences and feelings of individuals producing subjective data. Data is taken from
the films Spider-Man (2002) and Spider-Man: Homecoming (2017).
The results of this study are showing that fantasy films in general will have the
same formula, as Gates (2006) said that successful fantasy stories incorporate formulas:
1. Internal consistency, 2. Capacity to incite wonder, 3. Vivid settings. Internal
consistency means that although fantasy writers have the authority to create something
that violates natural law, however, the reader also has the right to insist that what is
imagined or made must be explained and operate in accordance with some law or
principle, even if it is wrong one was designed by the author (Gates, 2003: 10). These
fantasy elements are found in the two Spider-Man films. Once analyzed, it was found
that in the latest version of Spider-Man the film added some different formulas to the
original film. This is needed to satisfy the audience, because the purpose of popular
literature is to satisfy the reader or the audience. And still using some old formulas
from original films is also needed so as not to change the core of the story.
i
ABSTRAK
Mariatul Qibtiyah. 1145030107. The Comparative Study Of Fantasy Genre’s
Formula In Spider-Man (2002) And Spider-Man: Homecoming (2017). Sastra
Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Pembimbing: 1. Drs. Irman Hurhapitudin, M. Hum.; 2. Hasbi Assiddiqi, S.S.,
M.A.
Kata Kunci: Fantasi, Sastra Populer, Formula Genre, Petualangan, Film.
Di dalam skripsi ini peneliti fokus membahas tentang perbandingan formula
fantasy genre dalam film Spider-Man (2002) dan Spider-Man: Homecoming (2017).
Penelitian ini menggunakan teori genre sebagai teori utama. Peneliti memfokuskan
penelitian ini pada elemen fantasi menggunakan teori Gates mengenai genre fantasi.
Genre fantasi adalah jenis fiksi yang mengandung sesuatu yang mustahil, bertentangan
dengan hukum dan alam sebagaimana orang mengenalnya dan kreasi fiksi yang sangat
imajinatif yang menentang batas-batas dari setiap realitas. Penelitian ini juga
menggunakan teori dari Cawelti tentang formula.
Untuk mencari kebenaran, peneliti menggunakan studi perbandingan, dengan
pertanyaan penelitian; 1. Apa fomula genre fantasi dalam Spider-Man (2002) dan
Spider-Man: Homecoming (2017). 2. Apa persamaan dan perbedaan formula genre
fantasi dalam Spider-Man (2002) dan Spider-Man: Homecoming (2017).
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif komparatif dengan pendekatan kualitatif untuk menganalisis data. Penelitian
komparatif dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan antara dua
fakta atau lebih. Penelitian deskriptif melibatkan menggambarkan dan menafsirkan
peristiwa, kondisi atau situasi saat ini. Penelitian kualitatif berkaitan dengan pendapat,
pengalaman dan perasaan individu yang menghasilkan data subjektif. Data diambil dari
film Spider-Man (2002) dan Spider-Man: Homecoming (2017).
Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa film-film fantasi secara garis
besar akan memiliki formula yang sama, yaitu seperti yang dikatakan oleh Gates (2006)
bahwa cerita fantasi yang sukses memasukkan formula: 1. Konsistensi internal, 2.
Kapasitas untuk membangkitkan keajaiban, 3. Setting yang kuat. Konsistensi internal
berarti bahwa meskipun penulis fantasi memiliki otoritas untuk menciptakan sesuatu
yang melanggar hukum alam, namun, pembaca juga memiliki hak untuk bersikeras
bahwa apa yang telah dibayangkan atau dibuat-buat harus dijelaskan dan beroperasi
sesuai dengan beberapa hukum atau prinsip, bahkan jika itu adalah salah satu dirancang
oleh penulis (Gates, 2003: 10). Elemen-elemen fantasi tersebut terdapat pada kedua
film Spider-Man yang diteliti.
ii
