PENGARUH APLIKASI ASAM GIBERELIN (GA3)
TERHADAP HASIL BENIH PADI HIBRIDA
Pepi Nur Susilawati1, Memen Surahman2, Bambang S. Purwoko2,
Tatiek K. Suharsi2, Satoto3
1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
Jl. Ciptayasa KM 1, Ciruas Serang-Banten
2
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga 16680, Bogor
3
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Jl. Raya Sukamandi Km 5, Subang-Jawa Barat.
Email:
[email protected] Diterima: 5 Mei 2014; Disetujui untuk Publikasi:23 Juli 2014
ABSTRACT
The Effect of Giberelin Acid (GA3) Application to Seed Yield of Hybrid Rice. Seed yield of rice
hybrid on three line system has weakness in panicle exertion and outcrossing that cause low yield. GA3 has been
proved to increase the seed set through increasing panicle exertion and improved outcrossing. The purpose of this
study was to determine the effect of GA3 application to increase seed yield of hybrid rice (F1). The study was
conducted in Singamerta Experimental Farm, Banten Assesment Institute for Agricultural Technology from May
to October 2013. The experiment was arranged in a split plot designed with four replications. The main plot were
parental lines (cytoplasmic male sterility/CMS and restorer/R) of hybrid i.e. HIPA 8 (A1 and BP51-1), HIPA 6
(A2 and B8094), HIPA Jatim 3 (A6 and PK88) and HIPA 14 SBU (A7 and BH33d-Mr-57-1-2-2). Sub plot were
the frequency of GA3 treatments i.e. control (W0), two (W1), and three (W3) times application of GA3. GA3
dosage was 200 ppm, the best dose from the previous studies. The results showed that the GA3 applications
increased plant height, stigma exertion, panicle exertion, duration of floret opening and panicle length. Two times
application (W1) of GA3 gave the best results as indicated by the highest seed yield (1429 kg/ha) that was better
than three times application of GA3 that gave seed yield 1215 kg/ha and control with yield of 703 kg/ha.
Keywords : GA3, hybrid rice, seed yield
ABSTRAK
Hasil benih padi hibrida sistem tiga galur memiliki kelemahan, yaitu rendahnya eksersi malai dan tingkat
penyerbukan silang,sehingga hasilnya rendah. Percobaan terdahulu menunjukkan bahwa aplikasi GA3 dapat
meningkatkan hasil melalui peningkatan eksersi malai dan penyerbukan silang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh frekuensi aplikasi GA3 terhadap peningkatan hasil benih padi hibrida (F1). Penelitian
dilakukan di Kebun Percobaan Singamerta, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten pada Mei
sampai Oktober 2013. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi dengan empat ulangan. Petak utama yaitu
tetua padi hibrida (galur mandul jantan/GMJ dan restorer) yaitu HIPA 8 (A1 dan BP51-1), HIPA 6 (A2 dan
B8094), HIPA Jatim 3 (A6 dan PK88) dan HIPA 14 SBU (A7 dan BH33d-Mr-57-1-2-2). Anak petak ialah tiga
taraf frekuensi penyemprotan GA3 terdiri atas : kontrol (W0), dua kali aplikasi (W1) dan tiga kali aplikasi (W2).
Dosis GA3 yang digunakan adalah 200 ppm yang merupakan konsentrasi terbaik dari hasil penelitian terdahulu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi GA3 mampu meningkatkan tinggi tanaman, eksersi malai, eksersi
stigma dan durasi bunga membuka dibandingkan kontrol. Hasil yang terbaik dicapai pada perlakuan GA3 dengan
dua kali aplikasi (W1). Hasil benih pada perlakuan W1 mencapai 1429 kg/ha, lebih tinggi dibandingkan dengan
aplikasi tiga kali GA3 (1215 kg/ha) dan kontrol (703 kg/ha).
Kata kunci : GA3, padi hibrida, hasil benih
136 Pengaruh Aplikasi Asam Giberelin (GA3) terhadap Hasil Benih Padi Hibrida (Pepi Nur Susilawati, Memen
Surahman, Bambang S. Purwoko, Tatiek K. Suharsi, Satoto)
PENDAHULUAN penyerbukan silang alami sangat dipengaruhi
oleh faktor lingkungan dan karakter bunga
masing-masing tetua (Taillebois dan
Benih merupakan salah satu input produksi
Guimaraes, 1988). Penggunaan hormon GA3
(bahan tanaman) yang mempunyai kontribusi
sudah lama diketahui dapat meningkatkan
signifikan terhadap tingkat hasil benih, karena benih
tingkat penyerbukan silang alami melalui
merupakan sarana pembawa teknologi (delivery
perbaikan beberapa karakter pembungaan
system) yang mengandung potensi genetik untuk
(Gavino et al., 2008).
meningkatkan hasil tanaman (Nugraha, 2004).
Aplikasi GA3 merupakan komponen
Sejarah revolusi hijau telah membuktikan
penting dalam produksi benih padi hibrida.
bahwa peningkatan produksi pangan (padi, jagung
Namun ada beberapa kelemahan dalam
dan gandum) yang dramatik terjadi melalui
penggunaan GA3, diantaranya harga yang cukup
penggunaan varietas unggul. Melalui penggunaan
mahal dan tingginya kemungkinan tanaman
varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, tahan
menjadi rebah. Kerebahan tanaman dapat
terhadap serangan hama dan penyakit, mempunyai
diakibatkan karena tidak tepatnya aplikasi GA3
mutu produk yang sesuai serta diaplikasikan pada
yang meliputi dosis dan frekuensi aplikasinya.
skala luas akan memberikan dampak terhadap
Oleh karena itu frekuensi aplikasi GA3 menjadi
peningkatan produksi dan kualitas produk. Hal
penting terkait dengan efisiensi dan
tersebut dapat dicapai jika ditunjang dengan sistem
efektivitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk
perbenihan yang handal sehingga mampu
mendapatkan frekuensi aplikasi GA3 yang lebih
menyediakan benih dengan persyaratan enam tepat
efektif dalam meningkatkan hasil benih padi
yaitu tepat waktu, varietas, mutu, jumlah, lokasi dan
hibrida.
harga (Balitbangtan, 2007).
Manfaat suatu varietas unggul seringkali
tidak dapat dirasakan oleh petani atau konsumen METODOLOGI
lainnya, karena kurangnya diseminasi varietas
unggul, kurangnya ketersediaan benih serta harga Penelitian dilakukan di Kebun
yang tidak sesuai, sehingga adopsi suatu varietas Percobaan (KP) Singamerta, Kecamatan Ciruas,
oleh petani menjadi lambat. Hal ini nampak pada Kabupaten Serang, Banten dari bulan April
pengembangan padi hibrida di Indonesia, dimana sampai September 2013. Bahan yang digunakan
kontribusi padi hibrida terhadap produksi nasional yaitu galur tetua varietas padi hibrida Hipa 8
sejak tahun 2005-2008 baru mencapai 0,06-0,11%. (A1 dan BP51-1), Hipa 6 (A2 dan B8094), Hipa
Sedangkan proyeksi jangka panjang (2025) Jatim 3 (A6 dan PK88), dan Hipa 14 SBU (A7
kontribusi padi hibrida terhadap produksi padi dan BH33d-Mr-57-1-2-2). Galur-galur tersebut
nasional diharapkan dapat mencapai 12,02-16,88% berasal dari Balai Besar Penelitian Tanaman
(Balitbangtan, 2008). Padi, Sukamandi.
Peningkatan kontribusi yang cukup besar ini Penelitian menggunakan Rancangan
membutuhkan dukungan sektor produksi benih padi Petak Terbagi (Split Plot design) dengan empat
hibrida yang tangguh. Produksi benih padi hibrida di ulangan. Petak utama ialah varietas padi hibrida
Indonesia selama ini menggunakan sistem tiga galur, (V) yaitu: Hipa 8 (V1), Hipa 6 (V2), Hipa Jatim
yang dalam implementasinya cukup rumit apalagi 3 (V3) dan Hipa 14 SBU (V4). Anak petak ialah
jika diaplikasikan dalam skala luas. Produksi benih frekuensi aplikasi GA3 (W), terdiri atas tiga
padi hibrida sistem tiga galur sangat tergantung dari taraf yaitu kontrol/tanpa GA3 (W0), dua kali
harmonisasi dan sinkronisasi pembungaan kedua aplikasi GA3 (W1) dan tiga kali aplikasi (W2).
tetua dan tingkat kesesuaian dengan lingkungan Aplikasi GA3 pertama dilakukan saat 5-10%
tumbuhnya serta efisiensi penyerbukan silang alami. dari anakan telah mulai berbunga, dan aplikasi
Tanaman padi secara alami merupakan selanjutnya dilakukan tiga hari setelah
tanaman menyerbuk sendiri sehingga penyerbukan penyemprotan sebelumnya. Dosis GA3 yang
silang alami sangat rendah, kurang dari 1%. Tingkat
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 17, No.2, Juli 2014:136- 143 137
digunakan 200 ppm sesuai dengan hasil terbaik yang eksersi stigma, eksersi malai, durasi membuka
didapatkan dari penelitian sebelumnya. bunga, panjang malai, jumlah gabah bernas per
Ukuran petak 4 m x 5 m, jarak antar petak malai, dan hasil benih. Keragaan tinggi
60 cm dan jarak antar petak utama 1 m. Pada setiap tanaman, durasi membuka bunga, jumlah gabah
varietas di petak utama dibuat pembatas plastik bernas/malai dan hasil benih juga dipengaruhi
setinggi 1,5 m sebagai isolasi untuk menghindari oleh interaksi antara varietas x frekuensi
penyerbukan silang dengan varietas yang tidak pemberian GA3. Hal ini berarti bahwa
diinginkan. Rasio antara tanaman jantan dan betina perbedaan keragaan tinggi tanaman, durasi
ialah 2R:10A. Jarak tanam adalah 20 cm x 20 cm, membuka bunga, jumlah gabah bernas/malai
dan antara baris tanaman A terluar dengan baris dan hasil benih suatu varietas pada frekuensi
tanaman R terluar ialah 30 cm (Balitbangtan, 2007). pemberian GA3 yang berbeda, tidak sama
dengan varietas lainnya. Sehingga terdapat
Variabel yang diamati ialah tinggi tanaman,
kombinasi yang spesifik antara varietas dan
jumlah anakan produktif, eksersi stigma, panjang
frekuensi pemberian GA3 untuk mendapatkan
malai, jumlah gabah per malai, eksersi malai, durasi
keragaan tinggi tanaman, durasi membuka
membuka bunga, umur berbunga, dan hasil benih.
bunga, jumlah gabah bernas/malai dan hasil
Pengamatan dilakukan berdasarkan standard
benih yang maksimal.
evaluation system for rice (SES) (IRRI, 2002).
Analisis data dilakukan dengan bantuan SAS 9.0 Hasil penelitian sebelumnya menunjuk-
untuk menghitung sidik ragam sesuai dengan kan bahwa aplikasi GA3 berpengaruh nyata
rancangan yang digunakan, dan apabila terdapat terhadap peningkatan tinggi tanaman,
pengaruh perlakuan yang nyata maka dilanjutkan perpanjangan buku dibawah malai, dan hasil,
dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple (Sakamoto et al,. 2004; Jagadeswari et al.,
Range Test/DMRT) pada taraf nyata 5% (Steel and 2004; Tiwari et al., 2011), serta berpengaruh
Torrie, 1993). terhadap eksersi malai, karakter pembungaan
seperti eksersi stigma, dan durasi membuka
bunga (Rumanti et al., 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Interaksi Varietas x Pemberian
GA3
Analisis ragam menunjukkan bahwa varietas Keragaan tinggi tanaman, durasi
berpengaruh nyata atau sangat nyata terhadap tinggi membuka bunga, jumlah gabah bernas /malai,
tanaman, jumlah anakan produktif, eksersi stigma, dan hasil benih dipengaruhi oleh interaksi
durasi membuka bunga, panjang malai, jumlah varietas x frekuensi pemberian GA3 (Tabel 1).
gabah bernas per malai, dan hasil benih (Tabel 1). Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada varietas
Perlakuan frekuensi pemberian GA3 berpengaruh A7 dengan pemberian GA3 sebanyak tiga kali
nyata atau sangat nyata terhadap tinggi tanaman, aplikasi (Tabel 2); namun demikian dengan dua
Tabel 1. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan frekuensi aplikasi GA3 dan galur tetua padi hibrida pada beberapa
variabel yang diamati, KP. Singamerta, Serang, Banten, MK 2013
Variabel Varietas (V) Frekuensi GA3 (G) Interaksi (V*G) KK (%)
Tinggi tanaman (cm) * ** * 11,72
Jumlah anakan produktif * tn tn 5,72
Eksersi stigma (%) ** ** tn 17,75
Eksersi malai (%) tn * tn 16,76
Durasi membuka bunga (menit) ** ** * 17,63
Panjang malai (cm) tn * tn 16,76
Jumlah gabah bernas/malai ** ** * 8,49
Hasil benih (kg/ ha) * * * 15,24
Keterangan: *= nyata pada taraf α 0,05; tn = tidak nyata pada taraf α=0,05; KK=Koefisien keragaman
138 Pengaruh Aplikasi Asam Giberelin (GA3) terhadap Hasil Benih Padi Hibrida (Pepi Nur Susilawati, Memen
Surahman, Bambang S. Purwoko, Tatiek K. Suharsi, Satoto)
kali pemberian GA3 dan tanpa pemberian GA3 frekuensi GA3 dibanding dengan kontrol adalah
(kontrol), tanaman yang tertinggi juga terdapat pada galur A1 sebesar 47,5% (dua kali aplikasi) dan
varietas A7. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun 37,3% (tiga kali aplikasi).
terdapat pengaruh interaksi, tetapi tidak merubah Keragaan hasil benih dipengaruhi oleh
peringkat varietas dalam keragaan tinggi tanaman. interaksi varietas x frekuensi pemberian GA3.
Durasi (lamanya waktu) membuka bunga Hal ini berarti bahwa perbedaan hasil benih
menunjukkan bahwa varietas A6 adalah paling lama antara suatu varietas dengan varietas lain pada
membukanya bunga, baik pada pemberian GA3 dua suatu perlakuan pemberian GA3 tidak sama
kali dan tiga kali, maupun pada kontrol (Tabel 3). dengan perlakuan pemberian GA3 yang lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh Perbedaan ini dapat merubah peringkat ataupun
interaksi tidak merubah peringkat varietas A6 tidak merubah peringkat varietas dalam
(konsisten pada peringkat pertama), tetapi merubah menghasilkan benih. Hasil penelitian
peringkat varietas yang lain. Karakter tinggi tanaman menunjukkan tidak merubah peringkat varietas,
dan durasi membuka bunga merupakan karakter dimana peringkat pertama adalah pemberian
pada galur tetua betina GMJ (Galur Mandul Jantan), GA3 dua kali pada keempat varietas yang diuji,
sedangkan hasil benih merupakan karakter pada kemudian diikuti oleh pemberian tiga kali
varietas hibridanya (hasil persilangan GMJ x (Tabel 3). Varietas yang terbaik dalam
Restorer atau galur pemulih kesuburan). menghasilkan benih adalah Hipa 14 SBU,
Interaksi antara frekuensi aplikasi GA3 dua diikuti oleh varietas Hipa 8 dan Jatim 3,
dan tiga kali pada semua galur cytoplasmic male sementara varietas Hipa 6 memberikan hasil
steril (CMS) nyata meningkatkan tinggi tanaman terendah.
dibandingkan dengan kontrol. Penambahan tinggi Hasil percobaan memperlihatkan bahwa
tanaman akibat frekuensi aplikasi GA3 berkisar hasil benih terbaik benih padi hibrida terbaik
antara 24,2-35,1% (A1); 20,7-26,7% (A2); 22,3- dicapai pada konsentrasi 200 ppm dengan
26,5% (A6); dan sebesar 17,4-22,9% (A7) (Tabel 2). frekuensi dua kali aplikasi pada semua varietas
Rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan frekuensi yang diuji. Hasil varietas Hipa 8 menunjukkan
GA3 tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan bahwa hasil benih pada perlakuan dua kali
frekuensi GA3 dua kali. Hal ini diduga karena aplikasi berbeda dengan tiga kali aplikasi dan
tanaman menerima asam giberelin lebih banyak pada kontrol dan perlakuan tiga kali aplikasi tidak
perlakuan tiga kali aplikasi dibandingkan dua kali berbeda dengan kontrol.
aplikasi. Menurut Sarkar et al. (2002) jumlah GA3
Perlakuan dua kali aplikasi GA3 pada
eksternal yang diterima tanaman akan berpengaruh
varietas Hipa 6 dan Jatim 3 menunjukkan hasil
terhadap proses pembelahan, pemanjangan dan
terbaik dibandingkan kontrol namun tidak
pembesaran sel. Virmani dan Sharma (1998); Sarkar
berbeda dengan perlakuan tiga kali aplikasi.
et al. (2002); Yuan et al. (2003); dan Sun (2004)
Varietas Hipa 14 SBU menghasilkan benih
menyatakan bahwa giberelin merupakan zat pengatur
tertinggi pada perlakuan dua kali aplikasi GA3
tumbuh tanaman yang berperan aktif dalam
dan berbeda dengan perlakuan tiga kali aplikasi
pemanjangan dan pembelahan sel, yang pengaruhnya
dan kontrol.
dapat terlihat pada penambahan tinggi tanaman.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
Frekuensi aplikasi GA3 berinteraksi dengan
hasil benih terbaik dicapai pada konsentrasi 200
galur CMS dalam mempengaruhi durasi bunga
ppm dengan frekuensi aplikasi dua kali
membuka. Interaksi antara frekuensi aplikasi GA3
penyemprotan GA3. Hasil yang sama
tiga kali aplikasi dengan galur CMS menghasilkan
didapatkan dari penelitian Yuan at al. (2003)
durasi yang tidak berbeda dengan frekuensi dua kali
dimana pemberian GA3 terbaik dalam produksi
aplikasi. Interaksi antara frekuensi GA3 dengan
benih di China yaitu dua kali aplikasi dengan
galur CMS yang menghasilkan durasi bunga terlama
dosis setara 200 ppm.
dicapai oleh galur A6 pada frekuensi dua kali
aplikasi yang mencapai 113,2 menit (Tabel 3),
sedangkan galur yang paling responsif terhadap
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 17, No.2, Juli 2014:136- 143 139
Pengaruh Varietas terbanyak adalah pada varietas Hipa 14 SBU,
Varietas berpengaruh nyata atau sangat dan diikuti oleh varietas Hipa 8.
nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan Durasi membuka bunga dan hasil benih
produktif, eksersi stigma, durasi membuka bunga, dipengaruhi oleh interaksi antara frekuensi
jumlah gabah bernas/malai, dan hasil benih (Tabel aplikasi dengan galur. Setiap varietas memiliki
1). Jumlah anakan produktif varietas A2 adalah yang respon yang berbeda terhadap frekuensi aplikasi
terbanyak (24,8), diikuti oleh varietas A7 (20,2) GA3. Hal ini karena pengaruh faktor genetik
Tabel 2. Karakter agronomi empat galur mandul jantan pada frekuensi aplikasi GA 3 yang berbeda, di KP.
Singamerta, Serang, Banten, MK 2013
Frekuensi aplikasi GA3
Galur Rata-rata
0 2 kali 3 kali
Tinggi tanaman (cm)*
A1 84,5 g 105,0 e 114,2 d 101,2
A2 94,8 f 114,5 d 120,2 bc 109,8
A6 96,1 f 117,5 cd 121,6 b 111,7
A7 103,4 e 121,3 b 127,1 a 117,3
Rata-rata 94,7 114,6 120,8
Jumlah anakan produktif*
A1 14,8 14,2 15,0 14,7 c
A2 24,8 24,6 24,9 24,8 a
A6 19,5 18,9 17,6 18,7 bc
A7 21,4 19,5 19,7 20,2 b
Rata-rata 20,1 19,3 19,3
Panjang malai (cm)*
A1 26,0 27,9 30,1 28,0
A2 23,7 25,5 27,3 25,5
A6 25,4 26,8 28,4 26,9
A7 26,4 27,2 30,2 27,9
Rata-rata 25,4 b 26,9 ab 29,0 a
Eksersi malai (%)*
A1 63,0 82,3 91,9 79,0
A2 67,9 81,7 89,3 79,4
A6 72,4 80,7 95,3 82,8
A7 74,7 79,3 86,6 80,0
Rata-rata 69,5 c 81,0 b 90,8 a
Keterangan: * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing variabel tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf α=0,05
yang tidak berbeda nyata dengan varietas A6 yang setiap varietas yang berbeda. Secara umum,
menghasilkan anakan sebanyak 18,7 anakan/rumpun, galur A6 cenderung menghasilkan durasi
sedangkan varietas yang menghasilkan jumlah membuka lebih lama dibandingkan galur
anakan yang paling sedikit adalah varietas A1 lainnya (Tabel 3). Aplikasi GA3 dua dan tiga
sebanyak 14,7 anakan/rumpun (Tabel 2). Eksersi kali mampu meningkatkan durasi membuka
stigma tertinggi didapatkan pada varietas A6 sebesar bunga pada semua galur yang diujicobakan.
53,6% dan berbeda dengan varietas lainnya. Varietas Data eksresi stigma dan durasi
yang menghasilkan eksersi stigma terendah adalah membuka bunga adalah pada galur-galur
varietas A2 dan tidak berbeda nyata dengan varietas mandul jantan, sedangkan data jumlah gabah
A1 (Tabel 3). Jumlah gabah bernas per malai yang
140 Pengaruh Aplikasi Asam Giberelin (GA3) terhadap Hasil Benih Padi Hibrida (Pepi Nur Susilawati, Memen
Surahman, Bambang S. Purwoko, Tatiek K. Suharsi, Satoto)
bernas/malai dan hasil benih adalah pada varietas Aplikasi GA3 dua dan tiga kali nyata
hibridanya masing-masing meningkatkan eksersi malai. Eksersi malai
tertinggi ditemukan pada semua galur mandul
jantan pada perlakuan tiga kali aplikasi GA3
Pengaruh pemberian GA3
(Tabel 2). Eksersi malai meningkat melalui
Pemberian GA3 berpengaruh nyata terhadap pemanjangan dan pembelahan sel akibat
tinggi tanaman, eksersi tigma, eksersi malai, durasi aplikasi GA3.
membuka bunga, panjang malai dan hasil benih,
Frekuensi aplikasi GA3 nyata
tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan
meningkatkan eksersi stigma dan durasi
produktif (Tabel 1). Tinggi tanaman dipengaruhi
membuka bunga (Tabel 3). Eksersi stigma
oleh interaksi antara frekuensi aplikasi GA3 dengan
(stigma exsertion), diamati dengan menghitung
galur yang digunakan. Aplikasi GA3 tiga kali
jumlah bunga yang mempunyai putik yang tetap
menghasilkan tinggi tanaman tertinggi pada semua
berada di luar ketika bunga sudah mekar.
galur. Panjang malai tidak dipengaruhi oleh galur
Stigma yang keluar dari lemma dan palea
CMS tetapi dipengaruhi oleh frekuensi aplikasi GA3.
memperbesar peluang terjadinya penyerbukan
Frekuensi GA3 tiga kali nyata meningkatkan panjang
selama beberapa hari. Galur mandul jantan yang
malai dibanding dengan kontrol (Tabel 2).
Tabel 3. Eksersi stigma dan durasi membuka bunga empat galur mandul jantan pada frekuensi aplikasi GA 3 yang
berbeda, dan jumlah gabah bernas/malai serta hasil benih empat varietas hibrida, KP. Singamerta, Serang,
Banten, MK 2013
Frekuensi aplikasi GA3
Galur Rata-rata
0 2 kali 3 kali
Eksersi stigma (%)*
A1 33,4 43,3 48,4 41,7 c
A2 31,1 38,3 42,6 37,3 c
A6 45,6 54,3 60,9 53,6 a
A7 41,3 48,5 52,9 47,6 b
Rata-rata 37,9 c 46,1 b 51,2 a
Durasi membuka bunga (menit)*
A1 52,4 f 99,9 abc 89,7 bcd 80,7
A2 60,3 ef 71,6 def 95,7 abc 75,9
A6 82,2 cd 113,2 a 112,2 a 102,5
A7 73,6 de 101,0 ab 106,3 ab 93,6
Rata-rata 67,3 96,4 101,0
Jumlah gabah bernas/malai
Hipa 8 41,2 ef 63,7 b 48,6 de 51,2
Hipa 6 27,3 g 41,7 ef 43,4 e 37,5
Jatim 3 34,7 fg 57,6 bc 49,9 d 47,1
Hipa 14 SBU 48,6 de 78,2 a 62,2 b 63,0
Rata-rata 38,0 60,3 50.8
Hasil benih (kg/ha)
Hipa 8 840,0 ef 1285,0 bc 980,0 e 1035,0
Hipa 6 425,0 h 853,3 ef 730,0 ef 669,4
Jatim 3 640,0 gh 1196,7 cd 1026,7 de 954,4
Hipa 14 SBU 905,0 ef 1683,3 a 1403,3 b 1330,6
Rata-rata 840,0 1285,0 980,0
Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing variabel tidak
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α=0,05
Data eksresi stigma dan durasi membuka bunga adalah pada galur-galur mandul jantan, sedangkan
data jumlah gabah bernas/malai dan hasil benih adalah pada varietas hibridanya masing-masing
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 17, No.2, Juli 2014:136- 143 141
paling responsif terhadap frekuensi aplikasi GA3 sebesar 19,9 cm. Curah hujan dan kecepatan
adalah galur A1, dimana peningkatan eksersi stigma angin selama fase pemasakan menjelang panen
dengan dua dan tiga kali aplikasi GA3 masing- cukup tinggi, sehingga tanaman mudah rebah
masing mencapai 30% dan 45% dibanding kontrol. terutama pada petak perlakuan aplikasi GA3 tiga
Namun, galur A6 menghasilkan eksersi stigma kali. Kerebahan tanaman mengakibatkan
paling tinggi dibandingkan dengan CMS lainnya terjadinya penurunan hasil karena fotosintesis
yaitu sebesar 45,6% (kontrol), 54,3% (dua kali dan pengisian biji tidak optimal. Hasil
aplikasi) dan 60,9% (tiga kali aplikasi). penelitian Gavino et al. (2008) menunjukkan
Panjang malai hanya dipengaruhi oleh bahwa penambahan tinggi tanaman yang terlalu
aplikasi GA3, dimana aplikasi tiga kali memberikan tinggi akan mengakibatkan tanaman mudah
panjang malai lebih tinggi secara nyata dibandingkan rebah karena angin dan hujan. Penambahan
dengan kontrol (Tabel 2). Peningkatan panjang malai tinggi tanaman yang menghasilkan benih
disebabkan meningkatnya aktivitas pembelahan, terbaik pada galur Mestizo 1 dan Mestizo 2
pembesaran dan terutama pemanjangan sel. Menurut adalah kurang dari 20 cm.
Hedden dan Phillips (2000), Sakamoto et al. (2004),
Sun (2004) dan Tiwari et al. (2011) giberelin
merupakan zat pengatur tumbuh tanaman yang
KESIMPULAN
berperan dalam pengaturan berbagai proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yang
secara khusus berperan penting dalam pemanjangan 1. Aplikasi GA3 terbukti mempengaruhi hasil
batang. Sedangkan panjang malai dengan dua kali benih varietas hibrida.
aplikasi GA3 tidak berbeda nyata dengan tiga kali 2. Frekuensi pemberian GA3 berpengaruh
aplikasi dan kontrol, hal ini diduga tingkat penetrasi nyata terhadap semua karakter agronomis
dan akumulasi GA3 masih rendah sehingga walaupun yang diamati kecuali jumlah anakan
terjadi peningkatan panjang malai tapi aktifitas GA3 produktif. Pemberian GA3 sebanyak tiga
belum cukup meningkatkan pembelahan sel lebih kali menghasilkan malai yang terpanjang,
tinggi dibanding dengan kontrol. persentase eksersi malai dan stigma tertinggi
Jumlah gabah bernas/malai dipengaruhi oleh dan durasi membuka bunga paling lama.
interaksi antara aplikasi GA3 dengan varietas (Tabel 3. Pemberian GA3 sebanyak dua kali
2). Aplikasi GA3 dua dan tiga kali menghasilkan memberikan hasil benih tertinggi pada
jumlah gabah bernas lebih banyak dibandingkan varietas Hipa 14 SBU diikuti oleh varietas
dengan kontrol (Tabel 3). Interaksi antara aplikasi Hipa 8.
dua kali dengan varietas Hipa 14 SBU, Hipa 8 dan
Hipa Jatim 3 menghasilkan gabah bernas/malai lebih
banyak dibandingkan dengan tiga kali aplikasi dan
kontrol. Jumlah gabah bernas /malai berpengaruh DAFTAR PUSTAKA
terhadap hasil benih, dimana hasil benih yang
didapatkan masing-masing varietas sejalan dengan Balitbangtan. 2007. Pedoman Umum Produksi
jumlah gabah bernas/malai yang dihasilkan. Benih Sumber Padi. Badan Litbang
Aplikasi GA3 menghasilkan benih lebih Pertanian. Departemen Pertanian. 37
banyak dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3). hal.
Interaksi antara dua kali aplikasi dengan varietas Balitbangtan. 2008. Daerah Pengembangan dan
Hipa 14 SBU dan Hipa 8 menghasilkan benih lebih Anjuran Budidaya Padi Hibrida. Badan
banyak dan berbeda dengan tiga kali aplikasi Litbang Pertanian. Departemen
berturut-turut mencapai 1,68 t/ha dan 1,29 t/ha. Hal Pertanian. 56 hal.
ini disebabkan karena peningkatan tinggi tanaman
pada tiga kali aplikasi terlalu tinggi yang mencapai Gavino, R.B., Y.Pi., C.C. Abon Jr. 2008.
26 cm, sedangkan pada aplikasi GA3 dua kali Application of geberellic acid (GA3) in
peningkatan tinggi tanaman lebih rendah yaitu dosages for three hybrid rice seed
142 Pengaruh Aplikasi Asam Giberelin (GA3) terhadap Hasil Benih Padi Hibrida (Pepi Nur Susilawati, Memen
Surahman, Bambang S. Purwoko, Tatiek K. Suharsi, Satoto)
production in the Philippines. Journal of
Agricultural Technology. 4(1): 183-192.
Hedden P., and A.L. Phillips. 2000. Gibberellin Sarkar P.K., Md.S. Haque, M.A. Karim. 2002.
metabolims: new insight revealed by the Yield Effect of GA3 and IAA and their
genes. Trends Plant Sci. 5: 532-530. frequency of application on
IRRI (International Rice Research Institute). 2002. morphology, yield contributing
Standard Evaluation System of Rice (SES). characters and yield of soybean.
IRRI, Philippines. Pakistan Journal of Agronomy
Jagadeswari, P., S.P. Sharma, and M. Dadlani. 2004. 1(4):119-122.
Effect of different chemicals on traits Steel, R.G. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan
favouring outcrossing and optimization of prosedur statistika. PT. Gramedia
GA3 for seed production of cytoplasmic Pustaka Utama, Jakarta. 748 hal.
male sterile line in hybrids rice. Seed Sci. Sun, T. 2004. Gibberellin Signal Transduction
and Technol. 32: 473-483. in stem elongation and leaf growth. In:
Nugraha, U.S. 2004. Legislasi, Kebijakan, dan Plant Hormones, Biosynthesis, Signal
Kelembagaan Pembangunan Perbenihan. transduction, Action, Davies P.J. (eds).
Perkembangan Teknologi TRO. XVI/1. 13 p. Kluwer Academic Publ. Dordrecth.
Rumanti A.R., B.S. Purwoko, I.S. Dewi, H. Netherlands. Hal 304-320.
Aswidinnoor. 2011. Development of new Taillebois, J. and E. Guimaraes. 1988.
cytoplasmic male sterile lines with good Improving outcrossing rate in rice
flowering behavior for hybrid rice breeding. (Oryza sativa L.). In Hybrid Rice. IRRI,
In: Improving Food, Energy And Los Banos, Philippines. Hal 54-63.
Environment With Better Crops. Tiwari, D.K., P. Pandey, S.P. Giri, J. L.
Proceedings of The 7th Asian Crop Science Dwivedi. 2011. Effect of GA3 and other
Association Conference, Bogor-Indonesia plant growth regulators on hybrid rice
27-30 September 2011. Research Center for seed production. Asian Journal of Plant
Bioresources and Biotechnology. Bogor Sciences. 10(1):1-7.
Agricultural University. Hal 39-44.
Virmani, S. S., and H. L. Sharma. 1993. Manual
Sakamoto T., K. Miura, T. Tatsumi, M. for Hybrid Rice Seed Production. IRRI.
Ueguchitanaka and K. Ishiyama. 2004. An Manila. Philippines. 72 hal.
overview of gibberellin metabolism enzyme
Yuan, L., Wu X., F. Liao, G. Ma, Q. Xu. 2003.
and their related mutants in rice. Plant
Hybrid Rice Technology. China
Physiol. 134:1642-1653.
Agricultural Press. Beijing. China. 132
hal.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 17, No.2, Juli 2014:136- 143 143