ModulPerpajakanInternasional
PERTEMUAN 8
PERBANDINGAN TAX TREATY DALAM MODEL
OECD, UN DAN MODEL INDONESIA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan menjelaskan pasal-pasalPerjanjian Penghindaran
Pajak Berganda dengan 3 model. Setelah menyelesaikan pertemuan ke-
delapan ini, Anda harus mampu:
7.1 Menjelaskan Perbandingan Tax Treaty dalam Model OECD, UN dan
Model Indonesia pasal 8 sampai dengan pasal 16
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 8.1:
Menjelaskan Perbandingan Tax Treaty dalam Model OECD, UN dan
Model Indonesia pasal 8 sampai dengan pasal 16
Pasal 8 Shipping, inland waterways transport and air transport
(Perkapalan, Pengangkutan sungai dan pesawat udara)
Alternative A,
UN OECD
1. Profits from the operation of 1. Profits from the operation of
ships or aircraft in international ships or aircraft in international
traffic be taxable only in the traffic be taxable only in the
contracting state in which the contracting state in which the
place of effective management of place of effective management
the enterprise is situated. of the enterprise is situated.
2. profits from the operation of 2. profits from the operation of
boats engaged in inland boats engaged in inland
waterways transport shall be waterways transport shall be
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
1
ModulPerpajakanInternasional
taxable only in the contracting taxable only in the contracting
state in which the place of state in which the place of
effective management the effective management the
enterprise situated enterprise situated
3. if the place of effective 3. if the place of effective
management of a shipping management of a shipping
enterprise or of an inland enterprise or of an inland
waterways transport enterprise waterways transport enterprise
isaboard a ship or boat, then it isaboard a ship or boat, then it
shall be deemed to be situated in shall be deemed to be situated in
the contracting state in which the the contracting state in which
home harbour of the ship or boat thehome harbour of the ship or
is situated, or, if there is no boatis situated, or, if there is no
suchhome harbour, in the suchhome harbour, in the
contractingstate of whish the contractingstate of whish the
operator of the ship or boat is a operator of theship or boat is a
resident. resident.
4. the provisions of paragraph 1 4. the provisions of paragraph 1
shall also apply to profits from shall also apply to profits from
the participation in a poll, a joint the participation in a poll, a
business or an international jointbusiness or an international
operating agency. operating agency.
Terjemahan Pasal 8 Tax Treaty UN model adalah sebagai berikut:
Alternative A.
1. Laba yang berasal dari pengoperasian kapal laut atau pesawat udara dalam
jalur lalu lintas internasional oleh perusahaan dari suatu negara, hanya
akan dikenakan pajak di negara pihak pada persetujuan dimana tempat
pimpinan perusahaan yang sebenarnya berkedudukan.
2. Laba usaha dari pengoperasian perahu yang dipergunakan dalam
pengangkutan sungai hanya dapat dikenai pajak di negara dimana
pimpinan perusahaan yang sebenarnya berada.
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
2
ModulPerpajakanInternasional
3. Jika tempat pimpinan perusahaan tersebut berada di atas kapal, maka hal
itu dianggap berada di negara di mana pelabuhan pangkalan dari kapal laut
atau perahu tersebut berada, atau bila tidak mempunyai pelabuhan
pangkalan, ia dianggap berada di negara di mana perusahaan yang
mengoperasikan kapal laut atau perahu tersebut berkedudukan.
4. Ketentuan-ketentuan pada ayat 1 juga berlaku bagi laba yang diperoleh
dari suatu gabungan perusahaan, suatu usaha bersama atau suatu
perwakilan operasi internasional.
Perbedaan OECD, UN dan Indonesia Model
1. Pasal 8 ayat 1, Indonesia Model, menerapkan pemajakan di negara
sumber, tetapi pajak yang dikenakan akan dikurangi dengan jumlah yang
sepadan dengan 50% dari padanya.
2. Model Indonesia, pada Pasal 8 ayat 2, mengatur bahwa Laba yang berasal
dari pengoperasian pesawat udara dalam jalur lalu lintas internasional,
hanya akan dikenakan pajak di negara pihak pada persetujuan dimana
perusahaan yang mengoperasikan pesawat tersebut berkedudukan.
3. Model Indonesia tidak menggunakan Pasal 8 ayat 2 dan ayat 3 di Model
UN dan OECD.
Pasal 8 Alternative B
UN OECD
1. Profits from the operation of Empty
aircraft in international traffic
shall be taxable only in the
contracting state in which the
place of effective management of
the enterprise is situated.
2. Profits from the operation of ships
in international traffic shall be
taxable only in the contracting
state in which the place of
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
3
ModulPerpajakanInternasional
effective management of the
enterprise is situated. Unless the
shipping activities arising from
such operation in the contracting
state are more than casual. If such
activities are more than casual,
such profits may be taxed in the
other state. The profits to be
taxedin that other state shall be
determined on the basis of an
appropriate allocation of the over
all net profits derived by the
enterprise from its shipping
operations. The Tax computed
inaccordance with such allocation
shall then be reduced by percent.
(The percentage is to be
established through bilateral
negoisations)
3. profits from the operation of boats
engaged in inland waterways
transport shall be taxable only in
the contracting state in which the
place of effective management the
enterprise situated.
4. if the place of effective
management of a shipping
enterprise or of an inland
waterways transport enterprise is
aboard a ship or boat, then it shall
be deemed to be situated in the
contracting state in which the
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
4
ModulPerpajakanInternasional
home harbour of the ship or boat is
situated, or, if there is no such
home harbour, in the contracting
state of whish the operator of the
ship or boat is a resident.
5. the provisions of paragraph 1 and
shall also apply to profits from the
participation in a poll, a joint
business or an international
operating agency.
Terjemahan Pasal 8 Tax treaty UN alternative B.
1. Laba yang berasal dari pengoperasian pesawat udara dalam jalur lalu
lintas internasional dapat dikenakan pajak di negara pihak pada
persetujuan dimana tempat pimpinan perusahaan yang sebenarnya
berkedudukan.
2. Laba yang diperoleh dari pengoperasian kapal laut dalam jalur
internasional hanya dapat dikenai pajak di negara dimana pimpinan
perusahaan yang sebenarnya berada, kecuali jika kegiatan tersebut sifatnya
teratur, labanya dikenai pajak di negara lain. Laba yang dapat dikenai
pajak di negara lain itu ditentukan berdasarkan alokasi laba yang pantas
dari laba bersih secara keseluruhan yang diperoleh dari pengoperasian
kapal tersebut. Pajak yang terutang atas dasar alokasi tersebut kemudian
dikurangi dengan ........ persen.
3. Laba usaha dari pengoperasian perahu yang melayari pengangkutan sungai
hanya dapat dikenai pajak di negara dimana pimpinan perusahaan yang
sebenarnya berada.
4. Jika tempat pimpinan perusahaan yang sebenarnya dari perusahaan
pelayaran laut atau pelayaran sungai berada di atas kapal atau perahu,
maka hal itu dianggap berada di negara di mana pelabuhan pangkalan dari
kapal laut atau perahu tersebut berada, atau bila tidak mempunyai
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
5
ModulPerpajakanInternasional
pelabuhan pangkalan, ia dianggap berada di negara di mana perusahaan
yang mengoperasikan kapal laut atau perahu tersebut berkedudukan.
5. Ketentuan-ketentuan pada ayat 1 dan 2 juga berlaku bagi laba yang
diperoleh dari keikutsertaan suatu gabungan perusahaan, suatu usaha
kerjasama atau suatu keagenan usaha internasional.
Penjelasan Pasal 8 Tax Treaty model Alternatif B adalah sebagai berikut:
Laba atas perusahaan kapal dan pesawat dalam jalur lalulintas internasional,
dapat dikenakan pajak di tempat pimpinan di dimana perusahaan tersebut
berkedudukan. Kalimat dapat berarti ada dua pilihan, jika sifatnya teratur,
maka dikenakan pajak di negara sumber, namun sebaliknya jika sifatnya tidak
teratur, maka dikenakan pajak di negara domisili.
Perbedaan OECD, UN dan Indonesia Model
Dalam Model OECD dan Indonesia tidak terdapat alternative B
Pasal 9 (Hubungan istimewa)
UN OECD
1. Where 1. Where
a) An enterprise of a a) An enterprise of a contracting
contractingstate participates state participates directly or
directly or indirectly in the indirectly in the management,
management, control or capital control or capital of an
of an enterprise of the other enterprise of the other
contracting state, or contracting state, or b) The
b) The same persons participate same persons participate
directly or in the management, directly or in the management,
control or capital of an control or capital of an
enterprise of a contracting state enterprise of a contracting state
and an enterprise of the other and an enterprise of the other
contracting state, contracting state,
And in either case conditions are And in either case conditions are
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
6
ModulPerpajakanInternasional
made or imposed between the made or imposed between the
enterprises in their commercial enterprises in their commercial or
orfinancial relations which differ financial relations which differ
from those which be made from those which be made
between independent enterprises, between independent enterprises,
then any profits which would, then any profits which would, but
butfor those conditions, have for those conditions, have accrued
accrued to one of the enterprises, to one of the enterprises, but, by
but, by reason of those conditions, reason of those conditions, have
have not so accrued, may be not so accrued, may be included in
included in the profits of that the profits of that enterprise and
enterprise and taxed accordingly. taxed accordingly.
2. where a contracting state include 2. where a contracting state include
in the profits of an enterprise of in the profits of an enterprise of
that state and taxes accordingly – that state and taxes accordingly –
profits on which an enterprise of profits on which an enterprise of
the other contracting state has bee the other contracting state has bee
charged to tax in that other state charged to tax in that other state
and the profits so included are and the profits so included are
profits which would have accrued profits which would have accrued
to the enterprise of the first— to the enterprise of the first—
mentioned state if the conditions mentioned state if the conditions
made between the two enterprises made between the two enterprises
had been those whish would have had been those whish would have
been made between independent been made between independent
enterprises, then that other state enterprises, then that other state
make an appropriate adjustment to make an appropriate adjustment to
the amount of the tax charged the amount of the tax charged
therein on those profits. therein on those profits.
Indetermining such adjustment, Indetermining such adjustment,
due regard shall be had to the due regard shall be had to the other
other provisions of this convention provisions of this convention and
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
7
ModulPerpajakanInternasional
and the competent authorities of the competent authorities of the
the contracting states shall if contracting states shall if necessary
necessary consult each other. consult each other.
3. The provisions of paragraph 2
shall not apply where judicial,
administrative or other legal
preceedings have resulted in a
final ruling that by actions giving
rise to an adjustment of profits
under paragraph 1, one of the
enterprises concerned is liable to
penalty with respect to fraud,
gross negligence or willful default.
Terjemahan Pasal 9 ayat 1 Tax Treaty UN model adalah sebagai
berikut:
1. Apabila:
a) suatu perusahaan dari suatu Negara Pihak pada persetujuan baik
secara langsung maupun tidak langsung turut serta dalam manajemen,
pengawasan atau modal suatu perusahaan di Negara Pihak lainnya
pada persetujuan, atau
b) orang atau badan yang sama baik secara langsung maupun tidak
langsung turut serta dalam manajemen, pengawasan atau modal suatu
perusahaan dari salah satu negara, dan dalam suatu perusahaan negara
lainnya.
dan dalam kedua hal itu antara kedua perusahaan dimaksud dalam
hubungan dagangnya atau hubungan keuangannya diadakan atau
diterapkan syarat-syarat yang menyimpang dari yang lazimnya berlaku
antara perusahaan-perusahaan yang sama sekali bebas satu sama
lain,maka setiap laba yang seharusnya diterima oleh salah satu
perusahaan, namun tidak diterimanya karena adanya syarat-syarat
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
8
ModulPerpajakanInternasional
tersebut, dapat ditambahkan pada laba perusahaan itu dan dikenakan
pajak.
2. Apabila suatu negara pihak pada persetujuan mencakup laba satu
perusahaan di negara itu dan dikenai pajak, laba yang telah dikenai pajak
di negara lainnya dan laba tersebut adalah laba yang memang seharusnya
diperoleh perusahaan-perusahaan independent, maka negara lain itu akan
melakukan penyesuaian-penyesuaian atas jumlah laba yang dikenai
pajak. Penyesuaian-penyesuaian itu harus memperhatikan ketentuan-
ketentuan lain dalam persetujuan ini dan apabila dianggap perlu, pejabat-
pejabat yang berwenang dari kedua negara pihak pada persetujuan saling
berkonsultasi.
3. Ketentuan-ketentuan pada ayat 2 tidak berlaku bila hasil sidang
pengadilan memutuskan bahwa dengan dilakukannya penyesuaian laba
sebagaimana diatur pada ayat 1, salah satu perusahaan dikenai hukuman
karena telah melakukan penggelapan, kelalaian yang disengaja atau
kesalahan yang disengaja.
Penjelasan Pasal 9:
1. Apabila terdapat hubungan istimewa antara induk di negara domisili dan
anak perusahaan di negara sumber, atau sebaliknya, maka negara yang
merasa dirugikan atas transaksi yang tidak wajar dapat melakukan
penghitungan kembali jumlah penghasilan atau beban yang wajar, sesuai
dengan apabila perusahaan induk atau anak tersebut melakukan transaksi
dengan perusahaan yang tidak terikat hubungan istimewa.
2. Umumnya perusahaan ketidakwajaran tersebut, dikarenakan adanya
transfer pricing, atau pemindahan harga biaya yang tinggi kepada anak
dan penjualan atau pendapatan yang kecil apabila dijual ke induk
perusahaan.
3. Adanya transfer pricing dapat melakukan pengelakan pajak, yang
dirugikan dalam hal ini pada umumnya adalah negara sumber, karena
terkait dengan pendapatan atau peredaran usaha yang kadang kala
dikecilkan, sehingga penerimaan pajak berkurang.
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
9
ModulPerpajakanInternasional
4. Jika terjadi transaksi antara dua pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, dan transaksi tersebut tidak wajar, salah satu negara pada pihak
persetujuan dapat melakukan penghitungan kembali untuk menentukan
jumlah yang wajar. Oleh karena itu harus ada koordinasi antara pejabat di
negara domisili dengan negara sumber, agar tidak terjadi pengelakan
pajak.
5. Jika terjadi putusan pengadilan yang memberikan hukuman karena
terjadinya kesengajaan, maka penyesuaian di negara lainnya tidak
diperlukan. Misal putusan pengadilan menghukum 6 tahun dan denda 4
kali dari jumlah pajak yang terutang, akibat penggelapan peredaran
usaha, maka negara lainnya tidak perlu melakukan penyesuaian atas
biayanya atau pembeliannya.
6. Pada prinsipnya transfer pricing diperkenankan sepanjang biaya yang
terjadi antar satu grup dalam kondisi yang sama dengan perusahaan yang
independen, hal ini sesuai prinsip arm’s lenght.
Prinsip arm’s lenght tidak dapat dilakukan bila:
1. Perusahaan anak dan induk merupakan perusahaan integrasi dan
produknya khusus, serta perusahaan independen sebagai pembanding
tidak ada.
2. Data nilai harga pembanding sudah lampau,artinya kurang valid jika data
sekarang dijadikan data pembanding untuk tahun lalu.
Untuk melakukan deteksi dini agar harga sesuai dengan harga pasaran,
digunakan metode-metode untuk menentukan bahwa transfer pricing telah
sesuai dengan ketentuan dalam tax traty antara lain:
1. Comparable Uncontrolled Price method (CUP)
Perbandingan antara harga atau jasa antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dan transaksi yang sejenis yang tidak dipengaruhi
oleh hubungan istimewa dalam lingkungan atau situasi yang mirip atau
serupa.
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
10
ModulPerpajakanInternasional
Metode CUP tidak dapat dilakukan jika tidak ada data dari pihak
independen mengenai harga yang sebenarnya.
2. Resale price method
Metode ini melihat harga transaksi antara pihak-pihak yang
independen setelah terjadinya transaksi antara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, menyangkut barang yang sama. Harga
tersebut kemudian dikurangi dengan gross margin (resale price method)
yang pantas yang merupakan jumlah yang ditetapkan oleh penjual untuk
menutup kembaliharga pokok berikut biaya operasinya, kemudian setelah
dikurangi biaya-biaya yang berkaitan dengan pembelian barang tersebut
akan menghasilkan arm’s length price.
Metode ini lebih ke pendekatan biaya perusahaan harus sesuai
dengan harga pokok atau biaya operasional lainnya, misal jika PT. A
dengan Harga Pokok dan biaya lainnya dapatkah menutupi kegiatan
operasional perusahaan ? apabila dibandingkan dengan pihak-pihak yang
independent.
3. Cost Plus Method
Metode ini dimulai dengan menjumlahkan biaya yang dikeluarkan
pemasok harta atau jasa dalam transaksi yang terkait hubungan istimewa.
Kemudian dari jumlah tersebut ditambahkan dengan sejumlah persentase
kenaikan sehingga menunjukkan sesuai dengan keadaan pasar.
Dengan ditambah atau di mark up biaya yang sesuai dengan nilai
mark up pasar yang wajar dan tidak dipengaruhi oleh hubungan
istimewa. jika terjadi perbedaan dengan harga jual, maka dipastikan
terdapat transfer pricing.
4. Profit Split Method
Metode ini dimulai dengan mencari laba yang akan dibagi diantara
mereka yang ada di dalam satu group dari transaksi yang dipengaruhi
oleh hubungan istimewa tersebut. Kemudian laba tersebut dibagi di
antara perusahaan-perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa
tersebut dengan dasar pertimbangan ekonomis sehingga pembagian
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
11
ModulPerpajakanInternasional
tersebut kurang lebih mencerminkan laba seandainya transaksi tersebut
tidak dipengaruhihubungan istimewa.
Pembagian laba yang diharapkan oleh perusahaan yang independen
dibandingkan dengan laba yang dibagi oleh perusahaan yang memiliki
hubungan istimewa.
Misalnya, jika PT. A menerima bagian atas laba 10% dari PT. C
sebesar 10.000.000, atas modal Rp.1.000.000.000, sedangkan PT.D
dengan modal sebesar 1 milyar dapat membagi laba dengan jumlah yang
lebih besar dari PT.C
5. Transactional "et Margin Method
Metode ini dimulai dengan menetapkan margin laba bersih yang
didasarkan atas perbandingan tertentu terhadap biaya, penjualan, atau
aktiva yang diperoleh wajib pajak.
Net margin, tersebut seharusnya sama jika WP tersebut melakukan
transaksi dengan pihak yang tidak terikat hubungan istimewa atas barang
yang sama atau serupa.
Jika terjadi transaksi antara dua pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, dan transaksi tersebut tidak wajar, salah satu negara pada pihak
persetujuan dapat melakukan penghitungan kembali untuk menentukan
jumlah yang wajar. Oleh karena itu harus ada koordinasi antara pejabat di
negara domisili dengan negara sumber, agar tidak terjadi pengelakan
pajak.
Jika terjadi putusan pengadilan yang memberikan hukuman karena
terjadinya kesengajaan, maka penyesuaian di negara lainnya tidak
diperlukan. Misal putusan pengadilan menghukum 6 tahun dan denda 4
kali dari jumlah pajak yang terutang, akibat penggelapan peredaran
usaha, maka negara lainnya tidak perlu melakukan penyesuaian atas
biayanya atau pembeliannya.
Perbedaan OECD, UN dan Indonesia Model
1. Dalam Pasal 9 ayat 3, Model Indonesia menyatakan bahwa suatu negara
yang terikat persetujuan tidak akan merubah laba dari sebuah perusahaan
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
12
ModulPerpajakanInternasional
dalam keadaan sesuai pada ayat 2 setelah habis batas waktu yang disajikan
dalam hukum perpajakannya.
2. Sedangkan dalam Model OECD tidak terdapat Pasal 9 ayat 3.
Pasal 10 Dividends (Dividen
UN OECD
1. dividends paid by a company 1. dividends paid by a company
which is a resident of a contracting which is a resident of a contracting
state to a resident of the other state to a resident of the other
contracting state may be taxed in contracting state may be taxed in
that other state. that other state.
2. however, such dividends may also 2. however, such dividends may also
be taxed in contracting state be taxed in contracting state
of.which the company paying the ofwhich the company paying the
dividends is a resident and dividends is a resident and
according to the laws of that state, according to the laws of that
but if the beneficial owner of the state,but if the beneficial owner of
dividends is a resident is a resident the dividends is a resident is a
of the other contracting state, the resident of the other contracting
tax so charged shall not exceed: state, the tax so charged shall not
a) …per cent (the percentage is to exceed:
be established through a) 5 per cent of the gross amount
bilateral negotiations) of the of the dividends if the
gross amount of the dividends beneficial owner is a
if the beneficial owner is a company (other than
company (other than partnership‖) which holds
partnership‖) which holds directly at least 25 per centof
directly at least 10 per cent of the capital of the company
the capital of the company paying the dividends;
paying the dividends; b) 15 per cent of the gross
b) per cent (the percentage is tobe amount of the dividends inall
established through bilateral other cases.
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
13
ModulPerpajakanInternasional
negotiations) of the gross The competent authorities of the
amount of the dividends in all contracting state shall by mutual
other cases. agreement settle the mode of
The competent authorities of the application of these limitations.
contracting state shall by mutual This paragraph shall not affect
agreement settle the mode of the taxation of the company in
application of these limitations. respect of the proftits out of
This paragraph shall not affect the which the dividends are paid.
taxation of the company in respect
of the proftits out of which the
dividends are paid.
3. the term ―dividends‖ as used in
this article means income from 3. the term ―dividends‖ as used in
shares, ―jouissance‖ shares or this article means income
―jouissance‖ rights, mining shares fromshares, ―jouissance‖ shares or
founders shares or other rights, not ―jouissance‖ rights, mining shares
being debt—claims, participating founders shares or other rights, not
in profits, as well as income from being debt—claims, participating
other corporate rights which is in profits, as well as income from
subjected to the same taxation other corporate rights which is
treatment as income from shares subjected to the same taxation
by the laws of the state of which treatment as income from shares
the company making the by the laws of the state of which
distribution is a resident. the company making the
4. the provisions of paragraph 1 and distribution is a resident.
shall not apply if the beneficial of
the dividends, being a resident of a 4. the provisions of paragraph 1 and
contracting state, carries on 2 shall not apply if the beneficial
business in the other contracting of the dividends, being a resident
state of which the company paying of a contracting state, carries on
the dividends is a resident business in the other contracting
thorough a Permanent state of which the company paying
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
14
ModulPerpajakanInternasional
establishment situated therein, or the dividends is a resident
perform in that other stat thorough a Permanent
independent personal services establishment situated therein and
from a fixed base situated there in, the holding in respect of which the
and the holding in respect of dividends are paid is effectively
which the dividends are paid is connected with suchpermanent
effectively connected with such establishment. In such case the
permanent establishment. In such provisions of article 7 shall apply.
case the provisions of article 7 or
article 14, as the case may be,
shall apply.
5. where a company which is a
resident of a contracting state 5. where a company which is a
derives profits or income from the resident of a contracting state
other contracting state, that other derives profits or income from the
state my not impose any tax on the other contracting state, that other
dividends paid by the company, state my not impose any tax on the
except insofar as such dividends dividends paid by thecompany,
are paid to a resident of that other except insofar as such dividends
state or insofar as the holding in are paid to a resident of that other
respect of which the dividends are state or insofar as the holding in
paid is effectively connected with respect of which the dividends are
a permanent establishment situated paid is effectively connected with
in that other state, nor subject the a permanent establishment situated
company’s undistributed profits in that other state, nor subject the
consist wholly or partly of profits company’s undistributed profits
or income arising in such other consist wholly or partly of profits
state. or income arising in such other
state.
Terjemahan Pasal 10 Tax Treaty UN model adalah sebagai berikut:
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
15
ModulPerpajakanInternasional
1. Dividen yang dibayarkan oleh suatu perseroan yang berkedudukan di
suatu Negara Pihak pada persetujuan kepada penduduk Negara Pihak
lainnya pada persetujuan dapat dikenakan pajak di negara lain tersebut.
2. Namun demikian dividen itu dapat juga dikenakan pajak di Negara Pihak
pada persetujuan di mana perseroan yang membayarkan dividen tersebut
berkedudukan dan sesuai dengan perundang-undangan negara tersebut,
akan tetapi apabila penerima dividen adalah pemilik saham yang
menikmati dividen itu, maka pajak yang dikenakan tidak akan melebihi:
a) ... persen (ditentukan berdasarkan kesepakatan antara kedua negara
yang bersangkutan) dari jumlah kotor dividen, jika penerima deviden
adalah, suatu badan (selain persekutuan) yang memiliki sekurang-
kurangnya 10% modal dari badan yang membayarkan deviden.
b) ... persen (ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara dua
negara yang bersangkutan) dari jumlah kotor deviden dalam hal
lainnya.
Para pejabat yang berwenang kedua negara melalui persetujuan bersama
akan menentukan cara penerapan pembatasan ini. Ayat ini tidak
mempengaruhi pengenaan pajak perseroan atas laba dari mana dividen
dibayar.
3. Istilah "dividen" sebagaimana digunakan dalam Pasal ini berarti
penghasilan dari saham-saham, atau hak-hak lainnya yang bukan
merupakan surat-surat hutang, namun turut serta dalam pembagian laba,
demikian halnya penghasilan dari hak-hak perseroan lainnya yang dalam
hal pengenaan pajaknya diperlakukan sama sebagai penghasilan dari
saham-saham menurut undang-undang perpajakan negara dimana
perseroan yang melakukan pembayaran berkedudukan.
4. Ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2 tidak akan berlaku apabila pemilik
saham yang menikmati dividen, yang merupakan penduduk suatu Negara
Pihak pada persetujuan, melakukan kegiatan usaha di Negara Pihak
lainnya pada persetujuan, dimana perseroan yang membayarkan dividen
berkedudukan, melalui suatu bentuk usaha tetap, atau menjalankan
pekerjaan bebas dengan suatu tempat tertentu dan pemilikan saham-
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
16
ModulPerpajakanInternasional
saham atas mana dividen itu dibayarkan, mempunyai hubungan yang
efektif dengan bentuk usaha tetap atau tempat tertentu itu. Dalam hal
demikian berlaku ketentuan-ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14, tergantung
pada masalahnya.
5. Apabila suatu perseroan yang berkedudukan disuatu Negara Pihak pada
persetujuan memperoleh laba atau penghasilan dari Negara Pihak lainnya
pada persetujuan, negara lain tersebut tidak boleh mengenakan pajak
apapun juga atas dividen yang dibayarkan oleh perseroan itu, kecuali
apabila dividen itu dibayarkan kepada penduduk di negara lain itu atau
apabila penguasaan saham-saham yang menghasilkan dividen itu
mempunyai hubungan yang efektif dengan bentuk usaha tetap atau
tempat tertentu yang berada di negara lain tersebut, juga tidak boleh
mengenakan pajak atas laba yang tidak dibagikan sekalipun dividen-
dividen yang dibayarkan atau laba yang tidak dibagikan itu terdiri dari
seluruhnya atau sebagian dari laba atau penghasilan yang berasal dari
negara lain itu.
Penjelasan Pasal 10 Tax Treaty model adalah sebagai berikut:
1. Istilah dividen adalah pembagian laba atau keuntungan dari sebuah
perusahaan kepada para pemegang saham. Sedangkan menurut tax treaty
adalah penghasilan dari saham-saham, atau hak-hak lainnya yang bukan
merupakan surat-surat piutang, namun turut serta dalam pembagian laba,
demikian halnya penghasilan dari hak-hak perseroan lainnya yang dalam
hal pengenaan pajaknya diperlakukan sama sebagai penghasilan dari
saham-saham menurut undang-undang perpajakan negara dimana
perseroan yang melakukan pembayaran berkedudukan.
2. Dividen merupakan sistem pemajakan with holding tax, dan merupakan
pengenaan pajak yang menggunakan azas sumber penghasilan, tarif lebih
rendah diterapkan jika terdapat kepemilikan saham paling rendah 10%,
namun pada umumnya kepemilikan saham yang ditentukan adalah 25%,
sesuai metode equity dalam kepemilikan saham.
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
17
ModulPerpajakanInternasional
3. Apabila penduduk asing tersebut memiliki usaha berupa BUT di negara
sumber penghasilan maka pemajakannya bukan dividen, namun berlaku
ketentuan penghitungan laba rugi sebagaimana diatur dalam ketentuan
BUT, jika ada laba BUT dan tidak dibagi maka tidak dikenakan pajak,
sebaliknya jika ditransfer ke luar negeri maka dikenakan pemajakan
tersendiri PPh Pasal 26 ayat 4, dan bukan dividen.
Perbedaan UN dan OECD model adalah sebagai berikut:
1. Dalam UN, pemajakan dividen tergantung kesepakatan kedua negara,
pada umumnya lebih rendah dari model OECD.
2. OECD tarif dividen ditentukan sebesar 5% jika kepemilikan sahamnya
minimal 25%, sedangkan lainnya 15%, sedangkan model UN ditentukan
sebesar .... persen tergantung hasil negoisasi, namun tarif lebih rendah
jika kepemilikan sahamnya minimal 10%.
3. Model Indonesia, dalam Pasal 10 ayat 2, menambahkan bahwa
pembebanan pajak tidak melebihi ..... persen dari jumlah kotor dividen.
Ayat ini tidak akan mempengaruhi pajak perusahaan menyangkut dividen
dibayar dari laba mana yang dikeluarkan.
4. Pasal 10 ayat 5, Model Indonesia menambahkan bahwa Laba BUT akan
dikenakan pajak tambahan menurut hukum Undang-undang perpajakan
Indonesia, dan pajak tersebut tidak melebihi ...... per sen dari jumlah laba
setelah dikurangi Pajak Penghasilan.
5. Model Indonesia tidak menerapkan Pasal 10 ayat 5 dalam UN Model.
6. Model Indonesia, menambahkan Pasal 10 ayat 6, ketentuan pada ayat 5
dari pasal ini (Pasal 10), tidak mempengaruhi ketentuan yang terkandung
dalam Kontrak Bagi Hasil Minyak dan gas yang telah diputuskan oleh
pemerintah Indonesia.
Pasal 11 Interest (Bunga)
UN OECD
1. Interest arising in contracting 1. Interest arising in contracting state
stateand paid to a resident of other and paid to a resident of other
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
18
ModulPerpajakanInternasional
contracting state may be taxed in contracting state may be taxed in
that other state. that other state.
2. however, such interest may also be 2. however, such interest may also be
taxed in the contracting state in taxed in the contracting state in
which it arises and according to the which it arises and according to the
laws of that state, but if the laws of that state, but if the
beneficial owner of the interest is a beneficial owner of the interest is a
resident of the other contracting resident of the other contracting
state. the tax so charged shall not state. the tax so charged shall not
exceed …..per cent (the percentage exceed 10 per cent of thr gross
is tobe established through bilateral amount of the interest. The
negotiations) of thr gross amount of competent authorities of the
the interest. The competent contracting state shall by mutual
authorities of the contracting state agreement settle the mode of
shall by mutual agreement settle the application of this limitation.
mode of application of this
limitation.
3. the term ―interest‖ as used in this 3. the term ―interest‖ as used in this
article means income from debt— article means income from debt
claims of every kind, whether or not claims of every kind, whether or not
secured by mortgage and whether or secured by mortgage and whether or
not carrying a right to participate in not carrying a right to participate in
the debtor’s profits, and in the debtor’s profits, and in
particular, income from government particular, income from government
securities and income from bonds or securities and income from bonds or
debentures, including premiums and debentures, including premiums and
prizes attaching to such securities, prizes attaching to such securities,
bonds or debentures. Penalty charges bonds or debentures. Penalty
for late payment shall not be charges for late payment shall not be
regarded as interest for the purpose regarded as interest for the purpose
of this article. of this article.
4. the provisions of paragraph 1 and 4. the provisions of paragraph 1 and 2
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
19
ModulPerpajakanInternasional
shall not apply if the beneficial shall not apply if the beneficial
owner of the interest, being a owner of the interest, being a
resident of a contracting state, resident of a contracting state,
carries on business in the other carries on business in the other
contracting state in which the contracting state in which the
interest arises, through permanent interest arises through a permanent
establishment situated therein, or establishment situated therein and
performs in that other state the debt-claim in respect of which
independent personal services from a the interest is paid is effectively
fixed base situated there in, and the connected with such permanent
debt-claim in respect of which the establishment. In such case the
interest is paid is effectively provisions of article 7 shall apply.
connected with a) such permanent
establishment or fixed base, or with
b). business activities referred to in
c) of paragraph 1 of article 7 shall
apply. In such case the provisions of
article 7 or article 14, as the case
may be shall apply.
5. Interest shall be deemed to arise in a 5. Interest shall be deemed to arise in a
contracting state when the payer is a contracting state when the payer is a
resident of that state. Where, resident of that state. Where,
however, the person paying the however, the person paying inters,
interest, whether he is a resident of a whether he is a resident of a
contracting state or not, has in contracting state or not, has in
contracting state a permanent contracting state a permanent
establishment in connection with establishment in connection with
which the indebtedness on which the which the indebtedness on which the
interest is paid was incurred, and interest is paid was incurred, and
such interest is borne by such such interest is borne by such
permanent establishment, then such permanent establishment, then such
interest shall be deemed to arise in interest shall be deemed to arise in
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
20
ModulPerpajakanInternasional
the state in which the permanent the state in which the permanent
establishment is situated. establishment is situated.
6. where, by reason of a special 6. where, by reason of a special
relationship between the payer and relationship between the payer and
the beneficial owner or between both the beneficial owner or between
of them and some other person, the both of them and some other person,
amount of the interest, having regard the amount of the interest, having
to the debt—claim for which it is regard to the debt—claim for which
paid, exceeds the amount which it is paid, exceeds the amount which
would have been agreed upon by the would have been agreed upon by the
payer and the beneficial owner in the payer and the beneficial owner in
absence of such relationship, the the absence of such relationship, the
excess, due regard being had to the excess, due regard being had to the
other provisions of this convention. other provisions of this convention.
Terjemahan Pasal 11 Tax Treaty UN model adalah sebagai berikut:
1. Bunga yang berasal dari suatu Negara Pihak pada persetujuan dan
dibayarkan kepada penduduk Negara Pihak lainnya pada persetujuan
dapat dikenakan pajak di negara lain tersebut.
2. Namun demikian, bunga tersebut dapat juga dikenakan pajak di Negara
Pihak pada persetujuan tempat bunga itu berasal, dan sesuai dengan
perundang-undangan negara tersebut, akan tetapi apabila penerima bunga
adalah pemberi pinjaman yang menikmati bunga itu, maka pajak yang
dikenakan tidak akan melebihi …. Persen (persentasenya ditentukan
berdasarkan kesepakatan bersama antara dua negara yang mengadakan
perjanjian) dari jumlah kotor bunga. Pejabat-pejabat yang berwenang dari
kedua negara pihak pada persetujuan dengan mengadakan perjanjian
yang saling menguntungkan dapat mengatur pelaksanaan pengenaan
pajak atas bunga tersebut.
3. Istilah "bunga" yang digunakan dalam pasal ini berarti penghasilan dari
semua jenis tagihan hutang baik yang dijamin dengan hipotik maupun
tidak dan baik yang mempunyai hak atas pembagian laba atau tidak dan
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
21
ModulPerpajakanInternasional
khususnya penghasilan dari surat-surat perbendaharaan negara dan surat-
surat obligasi atau surat-surat hutang, termasuk premi dan hadiah yang
terikat pada surat-surat perbendaharaan, obligasi atau surat-surat hutang
tersebut.
4. Ketentuan-ketentuan ayat 1 sampai ayat 2 tidak akan berlaku apabila
pemberi pinjaman yang menikmati bunga yang berkedudukan di suatu
Negara Pihak pada persetujuan, melakukan kegiatan usaha di Negara
Pihak lainnya pada persetujuan dimana tempat bunga itu berasal melalui
suatu bentuk usaha tetap yang berada disana, atau menjalankan pekerjaan
bebas di negara lainnya melalui suatu tempat tetap yang berada disana,
dan tagihan hutang yang menghasilkan bunga itu mempunyai hubungan
yang efektif dengan bentuk usaha tetap atau tempat tetap itu. Dalam hal
demikian tergantung pada masalahnya, berlaku ketentuan-ketentuan
Pasal 7 atau Pasal 14.
5. Bunga dianggap berasal dari suatu Negara Pihak pada persetujuan
apabila yang membayarkan bunga adalah pemerintah Negara Pihak pada
persetujuan itu sendiri, suatu pemerintah daerahnya, atau penduduk
negara tersebut. Namun demikian, apabila orang atau badan yang
membayar bunga itu, tanpa memandang apakah ia penduduk suatu
Negara Pihak pada persetujuan atau tidak, mempunyai bentuk usaha tetap
atau tempat tetap disuatu Negara Pihak pada persetujuan dimana bunga
yang dibayarkan menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat tetap
tersebut, maka bunga itu akan dianggap berasal dari Negara Pihak pada
persetujuan dimana bentuk usaha tetap atau tempat tetap itu berada.
6. Jika karena alasan adanya hubungan istimewa antara pembayar bunga
dengan pemilik yang menikmati bunga atau antara keduanya dengan
orang atau badan lain dengan memperhatikan besarnya tagihan hutang
yang menghasilkan bunga itu, jumlah bunga yang dibayarkan yang
melebihi jumlah yang seharusnya disetujui antara pembayar dan pemilik
yang menikmati bunga seandainya hubungan istimewa itu tidak ada,
maka ketentuan-ketentuan pasal ini akan berlaku hanya atas jumlah yang
seharusnya disetujui tersebut. Dalam hal demikian, jumlah kelebihan
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
22
ModulPerpajakanInternasional
pembayaran tersebut akan tetap dikenakan pajak sesuai dengan
perundang-undangan masing-masing Negara Pihak pada persetujuan,
dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan lainnya dalam persetujuan
ini.
Penjelasan Pasal 11 Tax Treaty model adalah sebagai berikut:
1. Bunga adalah penghasilan dari semua jenis tagihan atas piutang baik
yang dijamin dengan hipotik atau tidak, dan baik yang mempunyai hak
atas pembagian laba maupun atas keuntungan yang diperoleh kreditor
dan khususnya penghasilan dari surat perbendaharaan negara dan surat-
surat obligasi atau surat-surat hutang, termasuk premi dan hadiah yang
terikat pada surat perbendaharaan negara dan surat-surat obligasi atau
surat-surat hutang tersebut. Denda atas pembayaran yang terlambat tidak
dianggap sebagai bunga.
2. Menurut penulis istilah Bunga dalam tax treaty adalah pembagian hak
yang diberikan kepada pemberi pinjaman atas jumlah modal yang
diberikan kepada peminjam sesuai dengan kesepakatan atau persetujuan
bersama dalam bentuk persentase dan tidak melihat keuntungan atau
kerugian penerima pinjaman.
3. Menurut tax treaty Istilah "bunga" yang digunakan dalam pasal ini
berarti penghasilan dari semua jenis tagihan hutang baik yang dijamin
dengan hipotik maupun tidak dan baik yang mempunyai hak atas
pembagian laba atau tidak dan khususnya penghasilan dari surat-surat
perbendaharaan negara dan surat-surat obligasi atau surat-surat hutang,
termasuk premi dan hadiah yang terikat pada surat-surat perbendaharaan,
obligasi atau surat-surat hutang tersebut.
4. Penerapan pemajakan atas bunga adalah with holding tax, batasan
maksimal 10% apabila pemberi pinjaman adalah negara yang
mengadakan perjanjian tax treaty, karena agar tidak terjadi penerapan
pajak ganda dan agar pajak yang dibayar dapat dikreditkan seluruhnya.
5. Bilamana terdapat pembayaran bunga yang tidak wajar, maka negara
yang penduduknya membayar bunga dapat melakukan penghitungan
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
23
ModulPerpajakanInternasional
kembali, apabila terjadi antara pemberi dan penerima bunga terdapat
hubungan istimewa, dan mengenakan pemajakannya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku jika terjadi diantara pihak-pihak yang bebas.
6. Bunga dapat menjadi penghasilan yang bersifat passive income atau
business income, apabila passive income maka pengenaan pajaknya di
Indonesia dengan with holding tax PPh Pasla 26 UU PPh, namun jika
business income maka pengenaan pajaknya melalui penghitungan Bentuk
Usaha Tetap.
Perbedaan Model OECD, UN dan Indonesia Model adalah sebagai
berikut:
1. Pasal 11 ayat 2, UN dan Model Indonesia menegaskan persentase
tergantung kesepakatan kedua negara, sedangkan OECD jelas
menegaskan bahwa pemajakan bunga tidak boleh melebihi 10% dari
jumlah bruto.
2. Pasal 11 ayat 4, UN lebih menjelaskan bahwa untuk tidak dikenakan
obyek bunga adalah apabila ia menjalankan pekerjaan bebas di negara
lainnya melalui suatu tempat tetap yang berada disana.
3. Model Indonesia, menambahkan Pasal 11 ayat 3, yang menyatakan
bahwa bunga yang diterima oleh pemerintah, negara bagian atau
pemerintah daerah, akan dibebaskan pengenaan pajaknya.
4. Untuk ayat lainnya dalam Pasal 11, tidak ada perbedaan antara UN,
OECD dan Indonesia Model.
Pasal 12 Royalties (Royalti)
UN OECD
1. royalties arising in a contracting 1. royalties arising in a contracting
state and paid to a resident of the state and beneficially owned by a
other contracting state may be resident of the other contracting
taxed in that other state. state shall be taxable only in that
other state.
2. However, such royalties may also
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
24
ModulPerpajakanInternasional
be taxed in the constracting state
in which they arise and according
to the laws of that state, but if the
beneficial owner of the royalties
is a resident of the other
contracting state. the tax so
charged shall not exceed …..per
cent (the percentage is tobe
established through bilateral
negotiations) of thr gross amount
of the royalties. The competent
authorities of the contracting state
shall by mutual agreement settle
the mode of application of this
limitation.
3. the term ‖royalties‖ as used in 2. the term ‖royalties‖ as used in
thisarticle means payment of any thisarticle means payment of any
kids received as a consideration kids received as a consideration
for the use of, or the right to use, for the use of, or the right to use,
any copyright of literary, artistic any copyright of literary, artistic
or scientific work including or scientific work including
cinematograph films, or film or cinematograph films, any patent,
tapes used for radio or television trade mark design or model, plan,
broadcasting any patent, trade secret formula or process, or for
mark design or model, plan, information concerning
secret formula or process, or for industrial, commercial or
the use, or the right to use, scientific experience.
industrial, commercial or
scientific equipment or for
information concerning industrial,
commercial or scientific
experience.
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
25
ModulPerpajakanInternasional
4. the provisions of paragraph 1 and 3. the provisions of paragraph 1
2 shall not apply if the beneficial shall not apply if the beneficial
owner of the royalties, being a owner of the royalties, being a
resident of a contracting state, resident of a contracting state,
carries on business in the other carries on business in the other
contracting state in which the contracting state in which the
royalties arise through a royalties arise through a
permanent establishment situated permanent establishment situated
therein or performs in that other therein and right such permanent
state independent personal establishment. In such case the
services from a fixed base provisions of article 7 shall
situated there in, and the debt- apply.
claim in respect of which the
royalties are paid is effectively
connected with a) such permanent
establishment or fixed base, or
with b). business activities
referred to in c) of paragraph 1 of
article 7 shall apply. In such case
the provisions of article 7 or
article 14, as the case may be
shall apply.
5. Royalties shall be deemed to arise
in a contracting state when the
payer is a resident of that state.
Where, however, the person
paying the royalties, whether he
is a resident of a contracting state
or not, has in contracting state a
permanent establishment in
connection with which the
liability to pay the royalties was
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
26
ModulPerpajakanInternasional
incurred, and such royalties are
borne by such permanent
establishment or fixed base, then
such royalties shall be deemed to
arise in the state in which the
permanent establishment or fixed
base is situated.
6. where, by reason of a special 4. where, by reason of a special
relation between the player and relation between the player and
the beneficial owner or between the beneficial owner or between
both of them and some other both of them and some other
person, the amount of royalties, person, the amount of royalties,
having regard to the use, right or having regard to the use, right or
information for which are paid, information for which are paid,
exceeds the amount which would exceeds the amount which would
have been agreed upon by the have been agreed upon by the
payer and the beneficial owner in payer and the beneficial owner in
the absence of such relationship, the absence of such relationship,
the provisions of article shall the provisions of article shall
apply only to the last-mentioned apply only to the last-mentioned
amount. In Such case, the excess amount. In Such case, the excess
part of the payments shall remain part of the payments shall remain
taxable according to the laws of taxable according to the laws of
each contracting state, due regard each contracting state, due regard
being had to the other provisions being had to the other provisions
of this convention. of this convention.
Terjemahan Pasal 12 Tax Treaty UN model adalah sebagai berikut:
1. Royalti yang berasal dari Negara Pihak pada persetujuan dan dibayarkan
kepada penduduk dari suatu Negara Pihak lainnya pada persetujuan dapat
dikenakan pajak di negara lain tersebut.
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
27
ModulPerpajakanInternasional
2. Namun demikian royalti tersebut dapat juga dikenakan pajak di Negara
Pihak pada persetujuan dimana royalti itu berasal sesuai dengan
perundang-undangan negara itu, tetapi apabila penerima royalti adalah
pemilik royalti yang menikmatinya, maka pajak yang dikenakan tidak
akan melebihi …… persen (persentasenya ditentukan berdasarkan
kesepakatan bersama antara dua negara yang mengadakan perjanjian) dari
jumlah total kotor royalti. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua
negara pihak pada persetujuan dengan mengadakan perjanjian yang
saling menguntungkan dapat mengatur pelaksanaan pengenaan pajak atas
royalty tersebut.
3. Istilah "royalti" sebagaimana digunakan dalam Pasal ini berarti segala
jenis pembayaran yang diterima sebagai balas jasa atas penggunaan, hak
menggunakan setiap hak cipta kesusasteraan, kesenian atau karya ilmiah,
termasuk film-film sinematografi dan film-film atau pita-pita untuk siaran
radio, televisi, paten, merk dagang, desain atau model, rencana, rumus
rahasia atau cara pengolahan, atau hak menggunakan perlengkapan-
perlengkapan industri, perdagangan atau pengetahuan, atau untuk
keterangan mengenai pengalaman di bidang industri, perdagangan atau
ilmu pengetahuan.
4. Ketentuan-ketentuan ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku, apabila pihak si
penerima royalti, yang merupakan penduduk suatu Negara Pihak pada
persetujuan menjalankan usaha di Negara Pihak lainnya pada persetujuan
dimana royalti itu berasal, melalui suatu bentuk usaha tetap yang berada
disana, atau melakukan suatu pekerjaan bebas di negara lainnya itu
melalui suatu tempat tertentu, dan hak atau milik sehubungan dengan
mana royalti itu dibayarkan, mempunyai hubungan yang efektif dengan
a).bentuk usaha tetap atau tempat usaha tetap, atau dengan b) kegiatan
usaha sebagaimana diatur dalam ayat 1 dari pasal 7. Dalam hal demikian,
ZZ melihat pada masalahnya, berlaku ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14.
5. Royalti dapat dianggap berasal dari Negara Pihak pada persetujuan
apabila pembayarnya adalah orang atau badan yang membayarkan royalti,
tanpa memandang apakah ia penduduk suatu Negara Pihak pada
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
28
ModulPerpajakanInternasional
persetujuan atau bukan, memiliki bentuk usaha tetap atau tempat tertentu
di suatu Negara Pihak pada persetujuan dimana kewajiban membayar itu
timbul, danpembayaran tersebut menjadi beban bentuk usaha tetap atau
tempat tertentu tersebut, maka royalti itu dianggap berasal dari negara
dimana bentuk usaha tetap atau tempat tertentu itu berada.
6. Jika karena alasan adanya hubungan istimewa antara pembayar dengan
pemilik hak yang menikmati atau antara kedua-duanya dengan pihak
ketiga, maka jumlah royalti dengan memperhatikan penggunaan, hak dan
keterangan untuk mana royalty itu dibayar melebihi dari jumlah yang
seharusnya disepakati oleh pembayar dan pemilik hak seandainya tidak
ada hubungan istimewa semacam itu, maka ketentuan-ketentuan Pasal ini
hanya akan berlaku terhadap jumlah yang disebut terakhir. Dalam hal
demikian, jumlah kelebihan pembayaran tersebut akan tetap dikenakan
pajak sesuai dengan perundang-undangan masing-masing Negara Pihak
pada persetujuan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan lainnya
dalam persetujuan ini.
Penjelasan Pasal 12 Tax Treaty model adalah sebagai berikut:
1. Istilah royalty menurut penulis adalah hak yang diterima oleh pemilik hak
cipta, hak paten atau pemberi informasi atas penggunaan hasil cipta atau
penggunaan merk oleh pihak ketiga.
2. Menurut tax treaty istilah royalty adalah segala jenis pembayaran yang
diterima sebagai balas jasa atas penggunaan, hak menggunakan setiap hak
cipta kesusasteraan, kesenian atau karya ilmiah, termasuk film-film
sinematografi dan film-film atau pita-pita untuk siaran radio, televisi,
paten, merk dagang, desain atau model, rencana, rumus rahasia atau cara
pengolahan, atau hak menggunakan perlengkapan-perlengkapan
industri,perdagangan atau pengetahuan, atau untuk keterangan mengenai
pengalaman di bidang industri, perdagangan atau ilmu pengetahuan.
3. Royalti dapat dikenakan pajak di negara lain, arti kata dapat berarti
pemajakannya dikenakan di dua tempat, yaitu di negara sumber
penghasilan dengan withholding tax, dan di negara domisili dengan
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
29
ModulPerpajakanInternasional
menghitung kembali penghasilan tersebut ke dalam laba usaha kantor
pusat atau penerima royalti.
4. Untuk menghindari pemajakan ganda, maka tarif withholding tax paling
tinggi pada umumnya 10%, dan sebaik mungkin lebih kecil pengenaannya,
agar pemajakan di negara sumber kredit pajaknya dapat dikreditkan
seluruhnya.
5. negara berkembang, sangat menginginkan tarif pajak atas royalti lebih
tinggi, karena mereka lebih banyak memanfaatkan hak cipta, hak paten
atau informasi dari negara maju, sedangkan negara maju menginginkan
tarif royalti rendah, bahkan lebih bagus pemajakannya berada di negara
domisili, karena pada umumnya merekalah yang memperoleh penghasilan,
sehingga pemajakannya lebih banyak di negara domisili.
Perbedaan UN , OECD dan Indonesia Model adalah sebagai berikut:
1. Pasal 12 ayat 2 di UN dan Indonesia Model mengatur tentang tarif royalti
berdasarkan kesepakatan kedua negara dalam persetujuan, sedangkan
dalam OECD tidak dijelaskan lebih lanjut tarif persentase atas royalti
tersebut.
2. Pasal 12 ayat 3 di Indonesia Model, Istilah " royalti" lebih diperjelas yaitu
pembayaran secara berkala atau bukan, dan dalam bentuk apapun yang
dibuat sebagai pertimbangan untuk:
a) penggunaan dari, atau hak untuk menggunakan, hak cipta apapun,
hak paten, disain atau model, rencana, rumusan yang rahasia atau cara
pengolahan, merek dagang atau hak milik lainnya atau hak atau ;
b) penggunaan dari, atau atau hak menggunakan industri, perdagangan
atau pengetahuan perlengkapan-perlengkapan industri,
c) persediaan dari informasi atau pengetahuan ilmiah, teknis,
pengetahuan komersil atau industri atau informasi; atau
d) persediaan tentang segala bantuan yang pokok atau sampingan tentang
hak kekayaan atau hak milik sebagaimana di sebutkan dalam
subparagraph ( a), apapun peralatan seperti tersebut didalam sub-
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
30
ModulPerpajakanInternasional
paragraph ( b) atau apapun pengetahuan atau informasi seperti seperti
tersebut didalam sub-paragraph ( c); atau
e) penggunaan dari, atau hak untuk penggunaan:
i) film gambar hidup; atau
ii) film atau video untuk digunakan dalam penguhung dengan
televisi;
iii) tape untuk digunakan dalam penghubung dengan siaran radio.
Sedangkan istilah model OECD hanya terbatas pada Istilah "royalti"
berarti segala jenis pembayaran yang diterima sebagai balas jasa atas
penggunaan, hak menggunakan setiap hak cipta kesusasteraan, kesenian
atau karya ilmiah, termasuk film-film sinematografi, paten, merk dagang,
desain atau model, rencana, rumus rahasia atau cara pengolahan, atau
untuk keterangan mengenai pengalaman di bidang industri, perdagangan
atau ilmu pengetahuan.
3. Dalam Pasal 12 ayat 4, Model UN dan Indonesia menjelaskan bahwa,
Ketentuan-ketentuan pemajakan atas royalti tidak berlaku, apabila pihak si
penerima royalti, yang merupakan penduduk suatu Negara Pihak pada
persetujuan menjalankan usaha di Negara Pihak lainnya pada persetujuan
dimana royalti itu berasal, melalui suatu bentuk usaha tetap yang berada
disana, atau melakukan suatu pekerjaan bebas di negara lainnya itu
melalui suatu tempat tertentu, dan hak atau milik sehubungan dengan
mana royalti itu dibayarkan, mempunyai hubungan yang efektif dengan
a).bentuk usaha tetap atau tempat usaha tetap, atau dengan b) kegiatan
usaha sebagaimana diatur dalam ayat 1 dari pasal 7. Dalam hal demikian,
melihat pada masalahnya, berlaku ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14.
Sedangkan Model OECD tidak mengatur pemajakan royalti tidak berlaku
apabila melakukan suatu pekerjaan bebas melalui suatu tempat tertentu.
4. Pasal 12 ayat 5 dalam UN dan Indonesia Model, dijelaskan tentang Royalti
dapat dianggap berasal dari negara sumber apabila orang atau badan yang
membayarkan royalti, tanpa memandang apakah ia penduduk suatu Negara
Pihak pada persetujuan atau bukan, memiliki bentuk usaha tetap atau
tempat tertentu di suatu Negara Pihak pada persetujuan dimana kewajiban
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
31
ModulPerpajakanInternasional
membayar itu timbul, dan pembayaran tersebut menjadi beban bentuk
usaha tetap atau tempat tertentu tersebut, maka royalti itu dianggap berasal
dari negara dimana bentuk usaha tetap atau tempat tertentu itu berada.
Namun di dalam Model OECD tidak dijelaskan hal demikian.
5. ayat lainnya dalam Pasal 12, untuk Model UN, OECD dan Indonesia, tidak
ada perbedaan.
Pasal 13 Capital Gains (Keuntungan Harta Bergerak)
UN OECD
1. Gains derived by a resident of a 1. Gains derived by a resident of
Contracting State from the a Contracting State from the
alienation of immovable property alienation of immovable property
referred to in article 6 and situated referred to in Article 6 and situated
in the other Contracting State may in the other Contracting State may
be taxed in that other State be taxed in that other State.
2. Gains from the alienation of 2. Gains from the alienation of
movable property forming part of movable property forming part of
the business property of a the business property of a
permanent establishment which an permanent establishment which an
enterprise of a Contracting State enterprise of a Contracting State
has in the other Contracting State has in the other Contracting State,
or of movable property pertaining including such gains from the
to a fixed base available to a alienation of such a permanent
resident of a Contracting State in establishment (alone or with the
the other Contracting State for the whole enterprise), may be taxed in
purpose of performing that other State.
independent personal services,
including such gains from the
alienation of such a permanent
establishment (alone or with the
whole enterprise) or of such fixed
base, may be taxed in that other
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
32
ModulPerpajakanInternasional
State.
3. Gains from the alienation of ships 3. Gains from the alienation of ships
or aircraft operated in international or aircraft operated in international
traffic, boats engaged in inland traffic, boats engaged in inland
waterways transport or movable waterways transport or movable
property pertaining to the property pertaining to the
operation of such ships, aircraft or operation of such ships, aircraft or
boats, shall be taxable only in the boats, shall be taxable only in the
Contracting State in which the Contracting State in which the
place of effective management of place of effective management of
the enterprise is situated. the enterprise is situated.
4. Gains from the alienation of shares
of the capital stock of a company,
or of an interest in a partnership,
trust or estate the property of
which consists directly or
indirectly principally of
immovable property situated in a
Contracting State may be taxed in
that State. In particular:
i) Nothing contained in paragraph
4 shall apply to a company,
partnership, trust or estate,
other than a company engaged
in the business of management
of immovable properties, the
property of which consists
directly or indirectly principally
of immovable property used by
such company, partnership,
trust or estate in its business
activities.
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
33
ModulPerpajakanInternasional
ii) For the purposes of this
paragraph, ―principally‖ in
relation to ownership of
immovable property means the
value of such immovable
property exceeding seventy five
percent of the aggregate value
of all assets owned by the
company, partnership, trust or
estate.
5. Gains from the alienation of shares
other than those mentioned in
paragraph 4 representing a
participation of ___ per cent (the
percentage is to be established
through bilateral negotiations) in a
company which is a resident of a
Contracting State may be taxed in
that State.
6. Gains from the alienation of any 4. Gains from the alienation of any
property other than that referred to property other than that referred to
in paragraphs 1, 2, 3, 4 and 5 shall in paragraphs 1, 2 and 3, shall be
be taxable only in the Contracting taxable only in the Contracting
State of which the alienator is a State of which the alienator is a
resident. resident.
Terjemahan Pasal 13 Tax Treaty UN Model adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan yang diperoleh penduduk suatu Negara Pihak pada
persetujuan dari pemindahtanganan harta tak gerak, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dan terletak di Negara Pihak lainnya pada
persetujuan, dapat dikenakan pajak di Negara Pihak lainnya tersebut.
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
34
ModulPerpajakanInternasional
2. Keuntungan dari pemindahtanganan harta bergerak yang merupakan
bagian kekayaan suatu bentuk usaha tetap yang dimiliki oleh perusahaan
salah satu negara di negara lainnya atau dari harta bergerak yang
merupakan bagian dari suatu tempat usaha tetap yang tersedia bagi
penduduk salah satu negara untuk melakukan pekerjaan bebas, termasuk
keuntungan dari pemindahtanganan bentuk usaha tetap itu (tersendiri atau
beserta keseluruhan perusahaan) atau pemindahtanganan tempat tertentu,
dapat dikenakan pajak di Negara Pihak lainnya tersebut.
3. Keuntungan yang diterima oleh penduduk suatu negara dari
pemindahtanganan kapal-kapal dan pesawat udara yang dioperasikan
dalam jalur lalu lintas internasional, perahu-perahu yang yang
dioperasikan untuk pengangkutan sungai, atau harta bergerak yang ada
hubungannya dengan pengoperasian kapal-kapal dan pesawat udara,
hanya akan dikenakan pajak di negara tempat manajemen dari perusahaan
yang mengoperasikannya berada.
4. Keuntungan dari pemindahtanganan saham-saham dari suatu perusahaan,
atau penyertaan dalam suatu persekutuan, trust (jaminan) atau tanah milik,
yang aktivanya secara langsung maupun tidak langsung terutama terdiri
dari harta tak bergerak di salah satu negara dapat dikenai pajak di negara
tersebut. Khususnya:
i) Ketentuan pada ayat 4 diatas tidak berlaku terhadap perusahaan,
persekutuan, jaminan atau tanah milik, kecuali perusahaan yang
ii) Yang dimaksud dengan ―terutama‖ pada ayat ini dalam hubungannya
dengan pemilikan atas harta tak gerak adalah jika nilai dari harta
tersebut melebihi lima puluh persen dari keseluruhan harta yang
dimiliki oleh perusahaan, persekutuan, Jaminan atau tanah milik
tersebut.
5. Keuntungan dari pemindahtanganan saham-saham selain yang disebutkan
dalam ayat 4 yang mewakili partisipasi dari ……persen
(persentasenya)ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara dua
negara yang mengadakan perjanjian) di sebuah perusahaan yang
berdomisili di salah satu negara dapat dikenakan pajak di negara itu
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
35
ModulPerpajakanInternasional
6. Keuntungan dari pemindahtanganan harta lainnya, kecuali yang disebut
pada ayat-ayat 1,2,3,4 dan 5 hanya akan dikenakan pajak di negara
dimana orang/badan yang memindahkan merupakan penduduk /
berkedudukan.
Penjelasan Pasal 13 Tax Treaty model adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan dari pengalihan harta dapat dikenai pajak di negara sumber,
Indonesia mengenakan penjualan saham ke luar negeri dengan tarif 20% x
25% x penghasilan bruto.
2. Penduduk asing yang menjalankan usaha berupa Bentuk Usaha Tetap,
dalam meghitung laba rugi penjualan aktiva tersebut dengan
menggabungkankannya kedalam laba usaha BUT.
3. Sedangkan untuk laba penjualan kapal-kapal dan pesawat udara yang
dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional, perahu-perahu yang
yang dioperasikan untuk pengangkutan sungai, atau harta bergerak yang
ada hubungannya dengan pengoperasian kapal-kapal dan pesawat udara,
hanya akan dikenakan pajak di negara tempat manajemen dari perusahaan
yang mengoperasikannya berada (negara domisili).
4. Jika penduduk asing memiliki harta berupa jaminan atau tanah milik di
negara lainnya Keuntungan dari pemindahtanganan saham-saham dari
suatu perusahaan, atau penyertaan dalam suatu persekutuan, jaminan atau
tanah milik, yang aktivanya secara langsung maupun tidak langsung
terutama terdiri dari harta tak bergerak di salah satu negara dapat dikenai
pajak di negara tersebut, khususnya jika nilai harta tetap tersebut adalah
melebihi 50% dari seluruh nilai aktiva dari perusahaan, atau penyertaan
dalam suatu persekutuan, trust (jaminan) atau tanah milik. Dalam hal ini
tidak termasuk harta tetap yang dipakai oleh perusahaan yang kegiatannya
menggunakan harta tersebut
5. Sedangkan harta lainnya, selain yang disebut diatas pemajakannya di
lakukan di negara domisili.
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
36
ModulPerpajakanInternasional
Perbedaan UN, OECD dan Indonesia Model adalah sebagai berikut:
1. Model OECD, dalam Pasal 13 ayat 2 Keuntungan dari pemindahtanganan
harta bergerak dari sebuah BUT, tidak mencakup definisi harta
bergerakyang merupakan bagian dari suatu tempat usaha tetap yang
tersedia bagi penduduk salah satu negara untuk melakukan pekerjaan
bebas, sedangkan Model UNdan Indonesia menjelaskan tentang tempat
usaha tetap untuk pekerjaan bebas jika melakukan pengalihan harta,
keuntungannya dikenakan di suatu tempat tetap tersebut, karena termasuk
definisi BUT.
2. Model Indonesia dan OECD, tidak menerapkan Pasal 13 ayat 4 dan 5
dalam UN Model.
Pasal 14 Independent Personal Services (Pekerjaan Bebas)
UN OECD
1. Income derived by a resident of a deleted
Contracting State in respect of
professional services or other
activities of an independent
character shall be taxable only in
that State except in the following
circumstances, when such income
may also be taxed in the other
Contracting State:
a. If he has a fixed baseregularly
available to him in the other
Contracting State for the
purpose of performing his
activities; in that case, only so
much of the income as is
attributable to that fixed base
may be taxed in that other
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
37
ModulPerpajakanInternasional
Contracting State; or
b. If his stay in the other
Contracting State is for a period
or periods amounting to or
exceeding in the aggregate 183
days in any twelve-month
periodcommencing or ending in
the fiscal year concerned; in that
case, only so much of the
income as is derived from
hisactivities performed in that
other State may be taxed in that
other State.
2. term ―professional services‖
includes especially independent
scientific, literary, artistic,
educational or teaching activities as
well as the independent activities
of physicians, lawyers, engineers,
architects, dentists and
accountants.
Terjemahan Pasal 14 Tax Treaty UN model adalah sebagai berikut:
1. Penghasilan yang diperoleh penduduk dari suatu Negara Pihak pada
persetujuan sehubungan dengan jasa-jasa profesional atau pekerjaan bebas
lainnya hanya akan dikenakan pajak di negara itu kecuali dalam hal
dibawah ini, dimana penghasilan itu dapat juga dikenai pajak di negara
pada persetujuan lainnya:
a. Jika ia mempunyai suatu tempat tertentu yang tersedia secara teratur
dipergunakan untuk menjalankan pekerjaan di Negara Pihak lainnya
pada persetujuan itu, penghasilan tersebut dapat dikenakan pajak di
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
38
ModulPerpajakanInternasional
Negara Pihak lainnya itu tetapi hanya bagian penghasilan yang
dianggap berasal dari tempat tertentu itu atau
b. Jika ia tinggal di Negara Pihak lainnya itu selama suatu masa atau
masa-masa yang tidak melebihi 183 hari dalam masa 12 bulan yang
mulai atau berakhir pada satu tahun pajak, dalam hal ini hanya
penghasilan yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
negara lain itulah yang akan dikenakan pajak di Negara Pihak lainnya
itu.
2. Istilah "jasa-jasa profesional" terutama meliputi kegiatan-kegiatan di
bidang ilmu pengetahuan, kesusasteraan, kesenian, pendidikan atau
pengajaran yang dilakukan secara independen, demikian juga pekerjaan-
pekerjaan bebas yang dilakukan oleh para dokter, ahli hukum, ahli teknik,
arsitek, dokter gigi dan akuntan.
Penjelasan Pasal 14 Tax Treaty model adalah sebagai berikut:
Untuk orang pribadi yang memperoleh penghasilan dari jasa profesi, seperti ;
dokter, arsitek, pengacara, akuntan dll, apabila ia memperoleh hasil dari
negara sumber, maka dikenakan pajak hanya di negara domisili, kecuali jika
ia membuat suatu usaha tetap atau tinggal di Indonesia selama lebih dari 183
hari dalam kurun waktu 12 bulan.
Perbedaan UN, OECD dan Indonesia Model adalah sebagai berikut:
1. Dalam Model OECD, Pasal 14 dihapus, sedangkan dalam Model
Indonesia dalam ayat 1 Pendapatan yang diperoleh oleh penduduk dari
suatu negara yang terikat persetujuan menyangkut jasa yang profesional
atau aktivitas lainnya yang berdiri bebas, akan dapat dikenakan pajak di
negara itu, kecuali jika ia mempunyai suatu tempat tertentu yang secara
teratur menyediakan untuk pegawai pekerja bebas di negara lain untuk
kepentingan melakukan aktivitasnya atau ia hadir di negara lain untuk
suatu periode atau melebihi periode-periode........ hari selama dua belas
bulan. Jika ia mempunyai suatu tempat tertentu di negara lain untuk
periode atau periode-periode yang tersebut di atas, pendapatan dikenakan
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
39
ModulPerpajakanInternasional
pajak di negara lain, tetapi hanya sejumlah laba yang dianggap dari suatu
tempat tertentu atau diperoleh di negara lain sepanjang periode atau
periode-periode yang tersebut di atas.
2. Untuk Model Indonesia Pasal 14 ayat 1 huruf a dan B, sudah di atur
dalam pasal 14 ayat 1.
Pasal 15 Dependent Personal Services (Pekerjaan dalam hubungan
kerja)
UN OECD
1. Subject to provisions of article16, 1. Subject to provisions of article 16,
18 and 19, salaries, wages and 18 and 19, salaries, wages
other similar remuneration derived andother similar remuneration
by a resident of a contracting state derived by a resident of a
in respect of an employment shall contracting state in respect of an
be taxable only in that state unless employment shall be taxable
the employment is exercised in the onlyin that state unless the
other contracting state. If the employment is exercised in the
employment is so exercised, such other contracting state. If the
remuneration as is derived there employment is so exercised, such
from may be taxed in that other remuneration as is derived there
state. from may be taxed in that other
state.
2. Notwithstanding the provisions 2. Notwithstanding the provisions of
ofparagraph 1, remuneration paragraph 1, remuneration derived
derived by a resident of a by a resident of a contracting state
contracting state in respect of an in respect of an employment
employment exercised in the other exercised in the other contracting
contracting state shall be taxable state shall be taxable only in the
only in the first-mentioned state if: first-mentioned state if:
a) The recipient is present in the a) The recipient is present in the
other state for a period or other state for a period or
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
40
ModulPerpajakanInternasional
periodsnot exceeding in the periods not exceeding in the
aggregate 183 days in any aggregate 183 days in any
twelve month period twelve month period
commencing or ending commencing or ending the
thefiscal year concerned, and fiscal year concerned, and
b) The remuneration is paid by, or b) The remuneration is paid by,
on behalf of, an employer who or on behalf of, an employer
is not a resident of the other who is not a resident of the
state, and other state, and
c) The remuneration is not borne c) The remuneration is not borne
bypermanent establishment or by a permanent establishment
fixed base which the employer which the employer has in the
has in the other state other state
3. Notwithstanding the preceding 3. Notwithstanding the preceding
provisions of this article, provisions of this article,
remuneration derived in respect of remuneration derived in respect of
an employment exercised aboard a an employment exercised aboard a
ship or aircraft operated in ship or aircraft operatedin
international traffic, or aboard a international traffic, or aboard a
boat engaged in inland waterways boat engaged in inland waterways
transport, may be taxed in the transport, may be taxed in the
contracting state in which the contracting state in which the
place of effective management of place of effective management of
the enterprise is situated the enterprise is situated
Terjemahan Pasal 15 Tax Treaty UN model adalah sebagai berikut:
1. Tunduk pada ketentuan-ketentuan yang termuat dalam Pasal 16, 18, dan
19, gaji, upah, dan imbalan sejenis lainnya yang diperoleh penduduk suatu
Negara Pihak pada persetujuan karena suatu hubungan kerja hanya
dikenakan pajak di negara itu, kecuali jika pekerjaan tersebut dilakukan di
Negara Pihak lainnya pada persetujuan. Dalam hal demikian, maka
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
41
ModulPerpajakanInternasional
imbalan yang diterima dari pekerjaan dimaksud dapat dikenakan pajak di
Negara Pihak lainnya itu.
2. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan pada ayat 1, maka imbalan yang
diperoleh seorang penduduk suatu Negara Pihak pada persetujuan karena
pekerjaan yang dilakukan di Negara Pihak lainnya pada persetujuan,
hanya akan dikenakan pajak di Negara Pihak yang disebut pertama,
apabila:
a. penerima imbalan berada di Negara Pihak lainnya itu dalam suatu
masa atau masa-masa yang jumlahnya tidak melebihi 183 hari dalam
tahun takwim bersangkutan; dan
b. imbalan dibayarkan oleh, atau atas nama pemberi kerja bukan
merupakan penduduk Negara Pihak lainnya; dan
c. imbalan tidak menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat tetap
yang dimiliki oleh pemberi kerja di Negara Pihak lainnya tersebut.
3. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan sebelumnya dalam Pasal ini,
imbalan diperoleh karena pekerjaan yang dilakukan diatas kapal laut atau
pesawat udara yang dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional, atau
di atas perahu dalam pengangkutan sungai, dapat dikenakan pajak di
negara yang terlibat dalam persetujuan dimana pimpinan perusahaan
berada.
Penjelasan Pasal 15 Tax Treaty model adalah sebagai berikut:
1. untuk karyawan perusahaan swasta yang memperoleh penghasilan dari
negara sumber, dapat dikenakan pajak di negara sumber jika:
a. penerima imbalan berada di Negara Pihak lainnya itu dalam suatu
masa atau masa-masa yang jumlahnya melebihi 183 hari dalam tahun
takwim bersangkutan;
b. imbalan dibayarkan oleh, atau atas nama pemberi kerja di negara
sumber penghasilan;
c. imbalan tersebut menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat tetap
yang dimiliki oleh pemberi kerja di negara sumber penghasilan.
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
42
ModulPerpajakanInternasional
2. untuk karyawan yang bekerja di atas kapal atau jalur lalu lintas
internasional dikenakan pajak di negara di mana pimpinan perusahaan
berada;
3. untuk gaji yang dibayarkan oleh negara domisili kepada penduduknya
yang bekerja di negara sumber, sepanjang belum melewati time test, maka
tidak dikenakan pemajakannya di Indonesia;
4. untuk gaji yang pekerjaannya tersebut dilakukan di Negara Pihak lainnya
atau negara sumber. Dalam hal demikian, maka imbalan yang diterima
dari pekerjaan dimaksud dapat dikenakan pajak di negara Sumber
melalui withholding tax PPh Pasal 26 dengan tarif 20% x penghasilan
bruto.
Perbedaan UN, OECD dan Indonesia Model adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada perbedaan dalam Pasal 15 ayat 1 dan 2, baik UN, OECD
maupun Indonesia Model
2. Dalam Pasal 15 ayat 3, Indonesia model tidak mengatur
penghasilanpekerja di atas perahu dalam pengangkutan sungai, yang dapat
dikenakan pajak di negara yang terlibat dalam persetujuan dimana
pimpinan perusahaan berada.
Pasal 16 Directors’fee
UN OECD
1. Directors’ fees and other similar 1. Directors’ fees and other similar
payments derived by a resident of payments derived by a resident of
a Contracting State in his capacity a Contracting State in his capacity
as a member of the Board of as a member of the board of
Directors of a company which is directors of a company which is a
aresident of the other Contracting resident of the other Contracting
State may be taxed in that other State may be taxed in that other
State. State.
2. Salaries, wages and other similar
remuneration derived by a resident
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
43
ModulPerpajakanInternasional
of a Contracting State in his
capacity as an official in a top-
level managerial position of a
company which is a resident of the
other Contracting State maybe
taxed in that other State.
Terjemahan Pasal 16 Tax Treaty UN model adalah sebagai berikut:
1. Imbalan para direktur dan pembayaran-pembayaran serupa yang diperoleh
penduduk Negara Pihak pada persetujuan dalam kedudukannya sebagai
anggota dewan direksi suatu perseroan yang berkedudukan di negara lain
dapat dikenai pajak di negara lain itu.
2. Gaji, upah dan imbalan-imbalan lain yang sejenis yang diperoleh seorang
penduduk dari salah satu negara dalam kedudukannya sebagai manajer
pimpinan dari suatu perusahaan yang merupakan penduduk dari negara
lain dapat dikenai pajak di negara lain itu.
Penjelasan Pasal 16 Tax Treaty model adalah sebagai berikut:
Seorang direktur atau pimpinan perusahaan yang berasal dari penduduk asing,
dikenakan pajak di negara sumber penghasilan.Untuk Direktur atau pimpinan
yang berasal dari luar negeri, apabila tidak tinggal di Indonesia atau tidak ikut
mengawasi secara terus menerus, maka di Indonesia akan dikenakan pajak
withholding tax PPh Pasal 26 sebesar 20% x penghasilan bruto. Sedangkan
bagi mereka yang tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam 12 bulan,
atau berniat tinggal di Indonesia, maka diwajibkan memiliki NPWP dan
dikenakan pajak sebagaimana Subjek Pajak Dalam Negeri lainnya.
Perbedaan UN, OECD dan Indonesia Model adalah sebagai berikut:
1. Dalam Model OECD tidak mengatur tentang penghasilan lain-lain yang
kedudukannya sebagai manajer dapat dikenakan pajak di negara lain.
2. Dalam Model Indonesia, memperjelas ketentuan sehingga menjadi
sebagai berikut; Pembayaran direktur dan lain pembayaran yang yang
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
44
ModulPerpajakanInternasional
serupa yang diperoleh oleh penduduk dari suatu negara yang terikat
persetujuan didalam kapasitas nya sebagai anggota dari dewan direktur
atau badan yang yang serupa dari suatu perusahaan yang berkedudukan
di negara dikenakan pajak di negara lain tersebut
3. Dalam Model Indonesia, memperjelas ketentuan sehingga menjadi
sebagai berikut; Penggajian seseorang sebagaimana dalam ayat 1
diperoleh dariperusahaan menyangkut fungsi yang sehari-hari dilakukan
oleh seorang manajer atau teknik dapat dikenakan pajak berdasarkan
Pasal 15.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Bandingkanhubungan istimewa atas ketiga jenis model tersebut!
2. Bandingkan perlakuan terhadap dividen menurut ketiga model di atas!
3. Bandingkan pengenaan dan perlakuan royalty menurut ketiga model di
atas!
4. Bandingkan yang dimaksud pekerjaan bebas menurut ketiga model di
atas!
D. DAFTAR PUSTAKA
UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan
UU No. 42 tahun 2009 tentang PPN & PPnBM
Mochtar Kusumaatmadja, Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, PT.
ALUMNI, Bandung , 2003
Prof Dr. Rachmat Soemitro, SH, Hukum Pajak internasional Indonesia,
Perkembangan dan Pengaruhnya – cetakan I, Eresco Bandung, 1977
Rachmanto Surahmat, Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, Sebuah
Pengantar, PT. Gramedia
Jaja Zakaria, P3B serta penerapannya di Indonesia, PT. Fisca Sarana, Cetakan I,
2001.
Gunadi, Pajak Penghasilan, FE UI 1997
S1 AkuntansiUniversitasPamulang
45