AUDIT MEDIS SEBAGAI EVALUASI INTERNAL
SECARA PROFESIONAL
Omo Abdul Madjid
Bidang Audit Medik TKMKB pusat
Pertemuan koordinasi TKMKB Pusat, TKMKB Wilayah dan TKMKB Cabang
Video Teleconference 25 Juni 2020
GARIS BESAR PRESENTASI
A. Pendahuluan
B. Pengertian Audit Medis
C. Tujuan Audit Medis
D. Prinsip Dasar Audit Medis
E. Tatalaksana Audit Medis
F. Penyajian hasil audit
KETERKAITAN PARA PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM
PELAKSANAAN STRATEGI PENINGKATAN MUTU
PENINGKATAN MUTU SEBAGAI PROSES PEMBELAJARAN BERSAMA
Sumber : Mosley WH, 2008
KERANGKA KERJA MUTU PELAYANAN FASYANKES
Sumber : Livesey N, 2016 5
SIKLUS KENDALI MUTU KENDALI BIAYA PROGRAM JKN
LEADERSHIP AND MANAGEMENT
Priorities, structures (e.g. Quality Directorate), data systems, learning system, situation analysis,
strategic deployment and capability building
Quality Planning
New Designs, re-designs Innovations,
new tools in response to client needs
and experience
IMPROVED
Quality
Quality Control OUTCOMES Improvement
Internal monitoring – continuous
measurement Motivation/Leadership
Efficient Systems
External Inspection – intermittent
inspection Reflective Data
Internal and external regulations Context-sensitive learning
Sumber : Livesey, 2008
TATAKELOLA RS & TATAKELOLA KLINIS DLM PERSPEKTIF STD AKREDITASI
PASIEN UU 44/2009 ttg
RS, Peraturan
Per UU an
Quality & Safety lainnya
Std Yan
Sistem Pelayanan Regulasi :
• Kebijakan
Klinis
PCC
Fokus Pasien • Pedoman,
APK, HPK, Asuhan Pasien / Patient Care • Panduan
AP, PP, • SPO
PAB, MPO • Program
PPK Indikator :
• Ind. Area
Standar
Sistem Klinis
Manajemen Manajemen • Ind Klinis
PMKP, PPI, • Ind SKP
TKP, MFK, • Ind Upaya
KPS, MKI Manajemen
Sasaran KP
Sasaran Dokumen
MDG’s Implementasi
Sumber : Nico L, 2015
Identify Apply standards Monitor standards
What is clinical standards
governance? Evidence-based
medicine
Manpower
planning
Clinical audit
Clinical standard Continuing National inquiries
‘a system through which all of the professional
organizations in the health system development and Complaints
are accountable for continuously lifelong learning
improving the quality of their Monitoring and
clinical services and ensuring high job plan evaluation
standards of patient care by
creating a facilitative environment Risk management Whistle-blowing
in which excellence will flourish ‘
Research and
development
PENGERTIAN AUDIT MEDIS
• Audit medis adalah pemeriksaan atau peninjauan prosedur medis secara
sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan hasil pelayanan
pasien melalui peninjauan terstruktur untuk memeriksa dan membandingkan
praktik medis, prosedur medis serta hasilnya, dengan standar prosedur medis
baku yang disepakati. Selanjutnya hasil tinjauan digunakan untuk melakukan
perubahan prosedur medis pada bagian tertentu, atau menggantinya dengan
standar baru jika hal ini diperlukan (NICE, 2002).
• Peninjauan prosedur medis secara sistematis dan terstruktur ini menyiratkan
pendekatan komprehensif dan melibatkan semua unsur medis yang terkait.
Dengan demikian AM menciptakan keterbukaan komunikasi antarprofesi medis
dalam membahas masalah yang terkait dengan upaya meningkatkan mutu
pelayanan untuk sebesar-besarnya kepentingan pasien.
•
TUJUAN AUDIT MEDIS
Mengevaluasi pelaksanaan standar prosedur medis (panduan praktik klinis) di
fasyankes primer dan rujukan
Mengevaluasi best-practice tata laksana klinis dibandingkan dengan evidence based
medicine
Mengevaluasi implementasi clinical pathway
Mengevaluasi risiko patient safety
Mengevaluasi potensi fraud dalam pelayanan klinis
PRINSIP DASAR AUDIT MEDIK
AM adalah domain profesi medis, jadi harus dilaksanakan oleh dan di kalangan
profesi medis sendiri.
Audit medis fokus pada pembinaan, bukan untuk mencari penyimpangan (fraud).
AM harus dilaksanakan secara transparan, tidak menghakimi, tidak kontroversial,
tidak mencari-cari kesalahan atau saling menyalahkan (no-blame culture), friendly
dan konfidensial.
AM dilakukan dengan tahapan yang telah ditata secara sistematis dan harus diikuti
secara taat asas.
AM dalam bentuk yang sederhana, seperti pembahasan kasus atau mitra bestari
(peer review) tetap harus mengikuti tata cara yang ditetapkan.
AM dilakukan dengan menelaah prosedur medis yang telah dijalani pasien dan
tercatat di rekam medis, sehingga pelaksanaan AM tidak boleh mengabaikan
kerahasiaan data pasien.
TATA LAKSANA AUDIT MEDIS DI FASYANKES RUJUKAN
1. Identifikasi Masalah
• AM bukan kegiatan rutin, dilaksanakan bila ada permintaan untuk
meninjau suatu prosedur medis dengan latarbelakang adanya suatu
masalah atau keinginan untuk meningkatkan mutu pelayanan.
• Pintu masuk AM utamanya dari pelaksanaan UR rutin oleh fasyankes,
BPJSK, dan Tim KMKB Cabang, serta analisis klaim oleh BPJSK.
• Adanya masalah atau suatu hal yang menyimpang dari standar yang
disepakati dilakukan pendalaman untuk menentukan apakah masalah
tersebut perlu ditindaklanjuti dengan AM.
• AM juga dapat dilakukan untuk mencari prosedur medis yang lebih
baik.
Tata Laksana Audit Medik di Fasyankes Rujukan
2. Bentuk Tim Adhoc
• Tim Adhoc AM Independen dapat terdiri dari anggota Tim KMKB
Pusat/ Provinsi/Cabang setempat, organisasi profesi yang terkait,
pakar terkait, dan Dinkes setempat.
• Seluruh anggota tim harus dokter.
• Asas independen harus dijunjung tinggi dalam menentukan tim ini
untuk menghindari adanya konflik kepentingan.
TATA LAKSANA AUDIT MEDIK DI FASYANKES RUJUKAN
3. Tentukan topik audit dan ruang lingkup
Mengingat kompleksnya pelayanan medis, dan agar fokus, maka setiap AM
harus memiliki batasan topik dan ruang lingkup yang jelas. Pertimbangkan hasil
UR dan hasil AK dengan 9 perspektif kendali mutu kendali biaya pada
Permenkes No.71/2013.
4. Tentukan indikator pengukuran
Indikator yang diukur harus disepakati oleh seluruh Tim AM sebelum mereka
turun melaksanakan audit pada auditee (pihak yang diaudit).
5.Tentukan jumlah sampel
Jumlah kasus yang ditelaah minimal 10% dari total kasus yang termasuk dalam
ruang lingkup AM. Namun jika kasusnya kurang dari 50, dilakukan total sampling
. Gunakan rumus statistik untuk penghitungan besar sampel.
TATA LAKSANA AUDIT MEDIS DI FASYANKES RUJUKAN
6. Laksanakan audit
Lakukan dengan semangat pembinaan, no blaming gesture, friendly dan
transparan. Gunakan alat bantu yang memudahkan, baik untuk auditor untuk
auditee (formulir, cek-list, panduan FGD, e-form, e-cecklist,
audio/videorecording, dll).
7. Analisa hasil audit
Lakukan analisa dengan penghitungan skor total dari sampel. Telusuri ada
tidaknya potensi over-use/under-use/mis-use/abuse/mis-treatment pada sisi
klinisi atau pada sisi manajemen fasyankes. Dari hasil analisa rumuskan
rekomendasi untuk pembinaan profesi dan pembinaan manajemen.
TATA LAKSANA AUDIT MEDIK DI FASYANKES RUJUKAN
8. Lanjutkan ke Audit Potensi Fraud
• AM tidak fokus mencari kesalahan/penyimpangan (fraud)
• karena selama ini regulasi yang memayungi praktik medis sangat longgar, maka
sering terjadi over-use/mis-use/mis-diagnosis/mis-treatment yang tidak disadari
dan sangat dekat dengan insiden patient safety dan berpotensi fraud.
• Oleh sebab itu analisa dapat dilanjutkan untuk melihat potensi fraud dengan
cara melakukan skrining 18 teknik potensi fraud yang telah terjadi di Indonesia.
IDENTIFIKASI 18 TITIK POTENSI FRAUD
TATA LAKSANA AUDIT MEDIK DI FASYANKES RUJUKAN
9. Laporkan hasil audit dan beri rekomendasi perbaikan
Susun laporan dan rumuskan rekomendasi untuk memperbaiki prosedur medis
pada bagian tertentu, atau menghapus suatu prosedur medis dan
menggantikannya dengan prosedur medis yang baru
10. Tentukan topik audit selanjutnya
Proses AM merupakan suatu siklus yang kontinyu, dari kajian satu topik akan
ditemukan topik lain yang perlu dikaji dan seterusnya. Hal ini menyiratkan
perkembangan ilmu kedokteran dan keinginan untuk terus menyempurnakan
pelayanan kesehatan bagi sebesar-besarnya kepentingan pasien.
TATA LAKSANA AUDIT MEDIK DI FASYANKES PRIMER
• Sarana/prasarana fasyankes primer sangat beragam dan cenderung minim, karena
belum ada akreditasi fasyankes primer. Sebagian besar puskesmas belum memenuhi
syarat (Risfaskes 2012). Gambaran ini juga ditemui di sebagian besar klinik dan
praktik mandiri.
• Komposisi tenaga kesehatan sangat beragam dari segi jumlah dan kompetensinya.
Yang relatif sama adalah jumlah tenaga dokter di suatu fasyankes primer, yang
berkisar antara 1- 5 dokter.
• Perilaku dokter dalam berpraktik relatif sama, terbiasa bekerja sendiri, memutuskan
sendiri dan jarang membahas pasiennya dengan dokter lain. Terbiasa bekerja
dengan perangkat medis sederhana, berorientasi kuratif, episodik, mengandalkan
obat, dan sedikit menggunakan pemeriksaan penunjang. Tidak dikenal aturan rawat
bersama.
• Kegiatan profesional/akademik seperti pembahasan kasus, peninjauan kasus di
jurmal, atau penelitian tidak ada. Hal ini menyebabkan komunikasi profesional
antar- dokter di satu fasyankes, antar-fasyankes primer, apalagi antara fasyankes
primer dengan dokter spesialis di rumah sakit untuk membahas masalah pasien
sangat minim. Tidak ada komite medis.
MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU FASILITAS KESEHATAN PRIMER
• M-PMT di Fasilitas Kesehatan Primer mencakup
tatakelola fasilitas dan tatakelola klinis sebagai
satu kesatuan manajemen perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan evaluasi.
• Faktor tatakelola fasilitas yang harus diperhatikan
sebagai input dalam manajemen PMT di Fasilitas
Kesehatan Primer adalah regulasi dan standarisasi,
sarana dan prasarana.
• Faktor tatakelola klinik yang harus diperhatikan
sebagai proses adalah komunikasi efektif dan
kepemimpinan klinis.
• Kinerja mutu Fasilitas Kesehatan Primer
ditentukan oleh maturitas proses dan maturitas
organisasi.
TATA LAKSANA AUDIT MEDIS DI FASYANKES PRIMER
• Tim KMKB Cabang bekerja sama dengan OP dan Dinkes
setempat memfasilitasi beberapa fasyankes primer
yang secara geografis berdekatan dan tidak ada
kendala transportasi untuk membentuk virtual medical
group (VMG)
• yaitu suatu wadah untuk menghimpun dokter yang
berpraktik di strata primer yang ingin bersama-sama
melaksanakan kegiatan rutin berupa pembahasan
kasus di antara mereka sendiri.
• Jumlah VMG di suatu wilayah dan jumlah dokter di
setiap VMG disesuaikan dengan kondisi setempat.
Idealnya setiap grup terdiri dari sekitar 20 dokter.
VIRTUAL MEDICAL GROUP (VMG)
o Untuk menjamin kesinambungan pelaksanaan pembahasan kasus dalam VMG
ini, maka sebaiknya:
o eksistensi VMG ini dikukuhkan dengan SK BPJSK.
o memasukkan kegiatan ini ke dalam klausul perjanjian kerja sama BPJSK
dengan fasyankes primer.
o memasukkan kegiatan ini menjadi faktor yang dinilai pada kredensialing
dan jambore fasyankes primer.
o menjadikan kegiatan ini sebagai salah satu bentuk continuing professional
development (CPD) dan mempunyai nilai SKP dari OP.
o Tim KMKB Cabang bersama VMG yang telah terbentuk menyusun agenda
definitif pembahasan kasus untuk satu tahun dengan frekuensi sebulan sekali
atau dua bulan sekali, dan sekaligus menetapkan moderator dan sekretaris di
setiap pertemuan.
VIRTUAL MEDICAL GROUP (VMG)
• Pada tahap awal, pembahasan kasus diprioritaskan untuk membahas kasus rujukan
dengan tata cara sebagai berikut:
• Tim KMKB Cabang meminta BPJSK Cabang untuk membuat rekapitulasi kasus yang
dirujuk pada bulan tertentu oleh anggota VMG, dan menyerahkan rekapitulasi
tersebut kepada moderator/sekretaris yang telah ditetapkan.
• Dalam setiap acara pembahasan kasus peserta diminta membahas seluruh kasus
rujukan tersebut dan bersama-sama menyimpulkan apakah kasus tersebut:
• layak rujuk
• tidak layak rujuk.
• tidak layak rujuk bila sarana/prasarana fasyankes memenuhi standar
• tidak layak rujuk bila dokter memiliki kompetensi yang sesuai STRnya
• perlu pendalaman
• Pada akhir acara pembahasan kasus, moderator dan sekretaris harus membuat berita
acara pembahasan kasus beserta kesimpulannya, dan menyerahkan ke Tim KMKB
Cabang
VIRTUAL MEDICAL GROUP (VMG)
• Tim KMKB Cabang bersama BPJSK Cabang setempat bertanggung jawab
memfasilitasi agar pembahasan kasus terlaksana sesuai dengan agenda yang telah
disepakati. Dukungan yang dapat diberikan antara lain berupa pemberitahuan/
undangan, penyediaan ruangan dan perangkat audiovisual, snack dan makan
siang, serta materi yang dibahas.
• Tim KMKB Cabang membahas berita acara hasil pembahasan kasus,
mengidentifikasi kasus/masalah yang perlu ditindaklanjuti dengan kajian yang
mendalam atau AM, dan merumuskan tindaklanjutnya, serta melaporkan ke Tim
KMKB Provinsi.
VIRTUAL SATELIT RUMAH SAKIT
o Pada prinsipnya sama dengan VMG di atas. Yang berbeda,
pada pendekatan ini RS dilibatkan seolah-olah fasyankes
primer di suatu wilayah menjadi satelit sebuah RS
o Pada acara pembahasan kasus, dokter spesialis di RS
diundang ikut serta, khususnya pada pembahasan kasus
yang merupakan bidang spesialisasinya.
o Adanya kesenjangan pendidikan/sosial/ekonomi antara
dokter spesialis dan dokter fasyankes primer berpotensi
mengganggu dinamika dalam pembahasan kasus.
o Di sisi lain, pendekatan ini secara bertahap dapat
menghilangkan kesenjangan komunikasi profesional antara
dokter fasyankes primer dan dokter RS, dan akan
memperlancar proses rujukan.
o
PENYAJIAN HASIL AUDIT MEDIS
• Filosofi yang mendasari AM adalah melakukan pembinaan bukan
mencari kesalahan. Pembinaan ini diharapkan dapat meningkatkan
mutu pelayanan medis. Dalam penyajian dan penyampaian hasil AM
pada para pemangku kepentingan, harus tetap dijaga kerahasiaan
data pasien dan pemberi pelayanan kesehatan, dan asas praduga tak
bersalah harus senantiasa dijunjung tinggi.
• Berdasarkan hasil audit medis yang dilaksanakan di tingkat Tim KMKB
Cabang/Provinsi, Tim KMKB Pusat akan merumuskan laporan resmi
yang berisi usulan perbaikan untuk meningkatkan mutu dan
mengendalikan biaya kesehatan. Laporan ini ditujukan kepada
auditee, dan para pemangku kepentingan yang terkait.