Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 5 No.
1 (Juli 2015): 79-86
IDENTIFIKASI TINGKAT KERAWANAN DEGRADASI KAWASAN
HUTAN MANGROVE DESA MUARA, TANGERANG, BANTEN
Identifications of the Vulnerability Degradation of Mangrove Forest in Muara Village,
Tangerang, Banten
Hadisti Nur Ainia, Omo Rusdianab, Sri Mulatsihc
a
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
Kampus IPB Baranang Siang Bogor
[email protected]b
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
c
Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Kampus
IPB Darmaga Bogor 16680
Abstract. This study is intended to estimate the vulnerability of degradation of mangrove forest in Muara Village, Tangerang,
Banten. There are five species of mangroves found in mangrove forest of Muara, which are: Avicennia alba, Avicennia officin-
nalis. Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, and Rhizophora mucronata. The results showed that the mangrove forest in
Muara has a high vulnerability of degradation based on the three vegetation characteristics, such as: density, domination, and
biodiversity of mangrove species. The density of mangrove vegetation has only reached 739 individual/Ha. While the biodiversity
of mangrove species is low and the domination level of mangrove species is high, in which the dominant species is Rhizophora
mucronata. Mangrove rehabilitation activities are required by revegetation methods, and the mangrove species that are used in
revegetation process are local species which available in the mangrove forest of Muara. Mangrove rehabilitation process that
needs to be done is by revegetation of mangroves and mangrove species conservation. Mangrove species which is suitable for
mangrove rehabilitation in Muara Village are Rhizophora mucronata and Avecinnea alba
Keywords: mangrove, forest, degradation, rehabilitation
(Diterima: 30-04-2015; Disetujui: 04-06-2015)
1. Pendahuluan sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa dan Desa
Lemo, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lemo,
Hutan mangrove di Teluk Jakarta luasnya mencapai dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung
9749 ha. Areal hutan mangrove di Teluk Jakarta ter- Pasir. Total luasan kawasan hutan mangrove yang
bentang mulai dari pantai Tangerang hingga Bekasi. berada pada Desa Muara adalah 270 Ha. Pada kawa-
Kawasan ini meliputi tiga wilayah administratif, yaitu san hutan mangrove tersebut terdapat kawasan hutan
Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi, lindung mangrove yang pegelolaannya dilakukan oleh
Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tanggerang, dan PT. Perhutani wilayah regional Jawa Barat dan Banten,
Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. Hutan man- kawasan hutan lindung tersebut memiliki luas 238 Ha.
grove di Kecamatan Teluk Naga luasnya mencapai (Profil Desa 2013).
1192 Ha namun semakin berkurang setiap tahunnya Dalam wilayah ekosistem mangrove biasanya ter-
akibat rusaknya ekosistem (Bappeda Kabupaten Tan- dapat areal/lahan yang dikelola oleh masyarakat baik
gerang 2013). sebagai pemilik lahan ataupun yang hanya
Berdasarkan hasil analisis, perubahan (konversi) lu- menggunakannya untuk budidaya perikanan, pertanian,
as hutan mangrove di Teluk Naga dari tahun 1997 dan sebagainya, maka dapat diperkirakan penurunan
hingga tahun 2006 mencapai 85.91% (Parawansa kualitas lingkungan akibat terjadinya degradasi
2007). Perubahan luas hutan mangrove di Teluk Naga ekosistem mangrove sangat erat kaitannya dengan
disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi tambak dan berbagai kegiatan masyarakat di sekitar kawasan
kawasan industri. Selain faktor pengelolaan, kerusa- mangrove tersebut. Beberapa kegiatan manusia yang
kan ekosistem mangrove juga disebabkan oleh dapat mengakibatkan terjadinya degradasi ekosistem
kegiatan penambangan pasir laut di sekitar pantai se- mangrove, antara lain: pembukaan hutan mangrove
hingga ekosistem mangrove menjadi terdegradasi untuk dijadikan tambak udang, penggunaan kayu
(Parawansa 2007). mangrove untuk dijadikan bahan bangunan, ek-
Desa Muara terletak di sebelah utara kecamatan Te- sploitasi sumber daya ekosistem mangrove yang ber-
luknaga. Wilayah kampung nelayan ini letaknya 10 lebihan, pembuangan limbah pertanian dan rumah
km di sebelah Utara Bandara Soekarno-Hatta dan be- tangga, dan sebagainya (Vatria 2010).
rada di sebelah Barat dan Selatan dari Kepulauan Rusaknya hutan mangrove di kawasan Teluk Jakar-
Seribu. Desa Muara memiliki batas wilayah sebagai ta, akbibat konversi lahan hutan mangrove khususnya
berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, di Kecamatan Teluk Naga mengakibatkan
79
ISSN 2086-4639 JPSL Vol. 5 (1): 79-86
menurunnya kualitas lingkungan baik lingkungan fisik, sesuai untuk rehabilitasi kawasan hutan mangrove di
lingkungan biologi, maupun lingkungan sosial. Ber- Desa Muara, Tangerang.
dasarkan kondisi tersebut maka dibutuhkan pengel-
olaan dan rehabilitasi hutan mangrove untuk
mewujudkan perbaikan kualitas lingkungan di sekitar 2. Metodologi
kawasan mangrove Kecamatan Teluk Naga. Dalam
kerangka pengelolaan dan pelestarian mangrove, ter- 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
dapat dua konsep utama yang dapat diterapkan. Kedua
konsep tersebut adalah perlindungan hutan mangrove Penelitian dilakukan di Desa Muara, Kecamatan
dan rehabilitasi hutan mangrove (Bengen 2001). Re- Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
habilitasi mangrove dilakukan dengan merevegetasi pada bulan Februari sampai dengan Oktober 2014.
mangrove dengan cara melakukan persemaian dan Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
budidaya mangrove pada ekosistem mangrove yang Sebagian besar wilayah Desa Muara memiliki
mengalami kerusakan dan pada lahan-lahan yang topografi yang datar dengan kemiringan tanah rata-
memungkinkan dilakukannya penanaman dan budi- rata 0 – 18%, dan memiliki ketinggian wilayah antara
daya mangrove. 0 – 25 m di atas permukaan laut. (Bappeda Kabupaten
Tingkat kerusakan dan kerawanan degradasi man- Tangerang 2013). Penutupan lahan pada Desa Muara
grove di Desa Muara dapat diketahui dengan berdasarkan data citra penutupan lahan terbagi
melakukan pengamatan terhadap kondisi vegetasi menjadi lahan tambak, sawah, pemukiman, air sungai,
mangrove. Selain itu, dengan mengetahui kondisi veg- air laut dan ekosistem mangrove (Badan Informasi
etasi mangrove, maka dapat diketahui jenis-jenis man- Geospasial 2014).
grove yang dapat tumbuh di kawasan hutan mangrove Desa Muara merupakan wilayah dengan suhu yang
Desa Muara. panas dan memiliki kelembaban yang tinggi. Selama
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang tahun 2012, temperatur udara rata-rata mencapai
telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini ber- 26.60ºC. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas
tujuan untuk mengidentifikasi kondisi vegetasi dan matahari sekitar 78% (Bappeda Kabupaten Tangerang
lingkungan fisik dan mengetahui jenis mangrove yang 2013).
Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Desa Muara, Tangerang, Banten
80
JPSL Vol. 5 (1): 79-86, Juli 2015
2.2. Jenis dan Sumber Data pengamatan dibuat garis transek yang memotong te-
gak lurus garis pantai ke arah darat (yang ditumbuhi
Data primer diperoleh melalui survei langsung, se- mangrove). Pada setiap zona mangrove yang berada
dangkan data sekunder dikumpulkan melalui informa- disepanjang transek garis, akan diletakkan secara acak
si dari instansi terkait. Jenis dan sumber data dapat petak-petak contoh (plot) berbentuk bujur sangkar
dilihat pada Tabel 1. dengan ukuran 10 m x 10 m sebanyak tiga (3) petak
contoh (plot) untuk setiap titik pengamatan (KEPMEN
Tabel 1. Jenis dan sumber data LH No. 201 Tahun 2004).
Mekanisme pengambilan data vegetasi adalah se-
Jenis Data Uraian Data Sumber Data
bagai berikut: 1) identifikasi setiap jenis mangrove
Jenis vegetasi yang ada, apabila belum ada diketahui nama jenis
Primer Struktur Vegetasi Survei lapangan vegetasi mangrove yang ditemukan, ambil bagian
ranting yang lengkap dengan daun, bunga dan
Lingkungan Fisik
buahnya; 2) bagian tersebut selanjutnya dipisahkan
Sekunder Lingkungan Fisik BMKG dan BPS berdasarkan jenisnya dan dimasukkan ke dalam kan-
tong plastik dan diberi label. Stadium pertumbuhan
2.3. Metode Pengumpulan Data vegetasi manfrove, dibedakan berdasarkan kriteria di
bawah ini:
a. Data Vegetasi Mangrove 1. Anakan: Permudaan mulai kecambah sampai
Pengumpulan data dilakukan dengan sistematik anakan setinggi ≤ 1.50 m
sampling dengan metode studi floristik untuk men- 2. Pancang: Permudaan dengan tinggi > 1.50 m sam-
gidentifikasi habitat dan penyebaran jenis mangrove, pai pohon muda dengan diameter batang < 10 cm
dan analisis vegetasi untuk mengukur tingkat keraga- 3. Pohon: pohon dengan ukuran diameter batang ≥ 10
man, kerapatan, dan dominansi jenis mangrove. Sam- cm.
pling dilakukan dengan menggunakan metode transek Pembagian plot untuk masing-masing kategori
garis dan petak contoh (line transect plot). mangrove dilakukan pada setiap plot sampling, di-
Sebelum dilakukan pengambilan sampel, terlebih mana plot 2x2 m untuk fase anakan, plot 5x5 m untuk
dahulu dilakukan pembagian daerah pengamatan men- fase pancang, dan plot 10x10 m untuk fase pohon
jadi tiga zona, yaitu: zona tambak, zona sempadan (Gambar 3) (KEPMEN LH No. 201 Tahun 2004).
sungai, dan zona pantai (Gambar 2). Pada setiap zona
dibuat enam titik pengamatan dan pada setiap titik
Gambar 2. Peta zonasi sampling vegetasi mangrove
81
ISSN 2086-4639 JPSL Vol. 5 (1): 79-86
Jumlah luas bidang
b. Data Lingkungan Fisik dasar suatu jenis
Dominansi =
Data primer diperoleh dari survei (pengukuran Frekuensi seluruh
langsung) yang dilakukan secara sistematik sampling jenis
di setiap zona pengamatan vegetasi mangrove. Salini- Dominansi suatu
tas, pH, dan suhu, diukur langsung di lapang secara in jenis x
Dominansi Relatif =
situ. Data sekunder sebagai data pendukung seperti Dominansi seluruh 100%
iklim, pasang surut, dan curah hujan diperoleh melalui jenis
badan instansi yang terkait. INP untuk tingkat semai dan pancang = KR + FR
INP untuk tingkat tihang dan pohon = KR + FR + DR
b. Analisis Indeks Ekologi Vegetasi
1. Indeks Keanekaragaman
Keanekaragaman ditentukan dengan menggunakan
rumus keanekaragaman menurut Shannon-Wiener
(1984):
Keterangan : H' = Indeks keanekaragaman; ni = nilai
penting dari setiap spesies; N = total nilai penting.
Kriteria indeks keanekeragaman Shannon (Shan-
non-Weiner 1949 dalam Krebs 1989) adalah sebagai
berikut:
H’ < 1.0 = keanekaragaman rendah
1.0 ≤ H’ ≤ 3.0 = keanekaragaman sedang
H’ > 3.0 = keanekaragaman tinggi
2. Indeks Dominansi (Simpson)
Indeks dominansi Simpson digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya spesies yang mendominasi di
dalam suatu komunitas (Brower dan Zar 1989 dalam
Gambar 3. Bentuk plot sampling vegetasi mangrove
Odum 1996). Rumus untuk menentukan besaran in-
deks dominansi adalah:
2.4. Metode Analisis Data
𝑠 𝑛𝑖
C = ∑𝑖=1 ⌊ ⌋2
a. Analisis Vegetasi 𝑁
Dimana:
Dalam penelitian ini analisis Indeks Nilai Penting
C = Indeks dominansi Simpson
(INP) dikaji berdasarkan hasil hitungan besaran: Ke-
s = Jumlah taksa/jenis kategori mangrove
rapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F),
ni = jumlah jenis ke-i
Frekuensi Relatif (FR), Dominansi (D), dan Dominan-
N = jumlah total individu mangrove
si Relatif (DR) menurut rumus yang dikembangkan
Kriteria indeks dominansi adalah sebagai berikut:
Mueller-Dombois dan Elenberg (1974) dalam Odum
0 < C ≤ 0.5 = dominansi rendah
1996. Cara menghitung INP disajikan sebagai berikut:
0.5 < C ≤ 0.75 = dominansi sedang
Banyaknya individu
0.75 < C ≤ 1 = dominansi tinggi
Kerapatan = suatu jenis
Luas plot contoh c. Analisis Tingkat Kerawanan Degradasi
Kerapatan dari suatu Dasar yang digunakan untuk mengkaji kerawanan
jenis x degradasi hutan mangrove dalam penelitian ini adalah
Kerapatan Relatif =
Kerapatan seluruh 100% dengan menilai tingkat degradasi mangrove berdasar-
jenis kan skoring (tinggi, sedang, rendah) eksistensi vegeta-
Jumlah plot si hutan mangrove dengan parameter biologi sebagai
ditemukan suatu jenis acuan, seperti yang tercantum dalam Tabel 2.
Frekuensi =
Jumlah plot seluruh
jenis d. Analisis Kesesuaian Jenis Mangrove
Frekuensi dari suatu Untuk menentukan kesesuaian lahan terhadap per-
jenis x tumbuhan beberapa jenis mangrove, dilakukan analisis
Frekuensi Relatif =
Frekuensi seluruh 100% kesesuaian lahan dengan cara membandingkan dan
jenis mencocokkan data parameter lingkungan yang di-
82
JPSL Vol. 5 (1): 79-86, Juli 2015
peroleh dengan kesesuaian jenis-jenis mangrove ter- Adapun kesesuaian beberapa jenis mangrove ter-
hadap parameter lingkungan berdasarkan pustaka acu- hadap parameter lingkungan berdasarkan pustaka acu-
an. an dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Parameter tingkat kerawanan degradasi hutan mangrove
Parameter Tingkat Kerawanan Degradasi
No.
Karakreristik Vegetasi R1 R2 R3
1. Kerapatan
Kategori pohon (pohon/ha) > 1500 750-1500 < 750
Kategori pancang (pancang/ha) > 2500 750-2500 < 750
Kategori semai (semai/ha) > 5000 1000-5000 < 1000
2. Indeks Biodiversitas (H') < 1.00 1.00 – 3.00 > 3.00
3. Indeks Dominansi [C] ≤ 0.5 0.5 < C ≤ 0.75 > 0.75
Keterangan : R1 = rawan 1 (rendah); R2 = rawan 2 (sedang); R3 = rawan 3 (tinggi)
Sumber: Kaunang dan Kimbal (2009) (dengan modifikasi)
Tabel 3. Kesesuaian beberapa jenis mangrove terhadap parameter lingkungan
No. Jenis Salinitas (%) pH Perairan Substrat Suhu Udara (°C)
Koral, Berpasir, lempung berpasir, berdebu, liat
1 Avicennia alba 10-30 6-9 20-28
berdebu
Koral, Berpasir, lempung berpasir, berdebu, liat
2 Avicennia officinnalis 10-30 6-9 20-28
berdebu
3 Rhizophora apiculata 10-30 6-9 Koral, Berpasir, lempung berpasir, liat berdebu 20-28
4 Rhizophora mucronata 10-30 6-9 Berpasir, berdebu, liat berdebu 20-28
5 Rhizophora stylosa 10-30 6-9 Koral, Berpasir, lempung berpasir, liat berdebu 20-28
Sumber: Kusmana et al. 2008
Tabel 4. Karakteristik vegetasi kawasan mangrove Desa Muara
Zona
Karakteristik Vegetasi Rata-Rata
Tambak Pantai Sungai
Kerapatan
Kategori pohon (pohon/ha) 133 222 200 185
Kategori pancang (pancang/ha) 72 111 17 67
Kategori semai (semai/ha) 217 850 394 487
Total (individu/ha) 422 1183 611 739
Indeks Dominasi [C] 0.45 0.80 0.47 0.57
Indeks Biodiversitas (H') 0.90 0.39 0.90 0.73
Sumber: Hasil analisis 2014
iliki kerapatan >5000 semai/Ha (KEPMEN LH No.
201 Tahun 2004).
3. Hasil dan Pembahasan
b. Tingkat Keragaman Jenis
3.1. Kondisi Vegetasi Mangrove Terdapat lima jenis tumbuhan mangrove yang
ditemukan pada kawasan mangrove Desa Muara, yaitu
a. Tingkat Kerapatan Vegetasi Avicennia alba, Avicennia officinnalis. Rhizophora
Hasil analisis vegetasi menunjukkan tingkat ke- apiculata, Rhizophora stylosa, dan Rhizophora mu-
rapatan tumbuhan mangrove pada kawasan mangrove cronata.
Desa Muara sangat rendah, dengan rata-rata tingkat Nilai rata-rata indeks keanekaragaman jenis tum-
kerapatan vegetasi total 739 individu/Ha (Tabel 4). buhan mangrove pada kawasan mangrove Desa Muara
Dimana tingkat kerapatan terendah terdapat pada zona masuk kedalam kategori tingkat keanekaragaman ren-
tambak, yaitu 422 individu/Ha. Hutan mangrove dapat dah berdasarkan nilai indeks keanekaragaman Shan-
dikatakan dalam kondisi baik jika tingkat kerapatan non-Wiener (1984), dimana nilai indeks keane-
tumbuhan mangrove pada tingkat pohon memiliki karagaman (H’) berada diantara < 1, yaitu H’= 0.73
kerapatan >1500 pohon/Ha, tingkat pancang memiliki (Tabel 4), dimana tingkat keanekaragaman terendah
kerapatan >2500 pancang/Ha, dan tingkat semai mem- terdapat pada zona pantai. Tingkat keragaman yang
83
ISSN 2086-4639 JPSL Vol. 5 (1): 79-86
rendah disebabkan oleh kondisi lingkungan yang ru- bahwa jenis tersebut mampu beradaptasi dengan ling-
sak, dimana sumberdaya dan sumber energi yang kungannya dengan baik, dan mampu bersaing dengan
dapat mendukung siklus bioekologi dalam kondisi jenis lain sehingga tumbuh lebih dominan dibanding-
sangat terbatas (Odum 1996). kan jenis yang lain.
Berdasarkan jumlah individu yang ditemukan dan
c. Tingkat Dominansi Jenis INP, Rhizophora mucronata terlihat mendominasi.
Berdasarkan perhitungan indeks nilai penting (INP) Hal tersebut sesuai indeks dominasi, dimana nilai rata-
dari setiap jenis mangrove yang terdapat di Desa rata dominasi adalah 0.57 berada pada tingkat sedang
Muara, mangrove jenis Rhizophora mucronata mem- (Tabel 4). Tingkat dominasi jenis tertinggi berada pa-
iliki nilai INP tertinggi, yaitu 134.2% untuk tegakan da zona pantai, dimana indeks dominasi menunjukkan
pohon, 107.9% untuk tegakan pancang, dan 139.8% nilai yang tinggi yaitu 0.80. Kondisi tersebut menun-
untuk semai (Gambar 4). Indeks nilai penting (INP) jukkan bahwa struktur komunitas terganggu namun
menggambarkan tingkat penguasaan jenis dalam suatu masih dapat mendukung siklus biologi dalam
komunitas. Nilai INP yang tinggi menggambarkan ekosistem (Kaunang & Kimbal 2009).
Gambar 4. Perbandingan INP setiap jenis mangrove di Desa Muara
3.2. Kondisi Lingkungan Fisik Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran
faktor lingkungan fisik yang telah dilakukan pada zo-
Menurut Kusmana et al. 2005, faktor lingkungan na tambak, sempadan sungai, dan pantai, dapat terlihat
yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan man- bahwa ketiga zona memiliki kondisi lingkungan yang
grove adalah fisiografi pantai, iklim, pasang surut, tidak jauh berbeda (Tabel 5). Berdasarkan hasil ana-
gelombang dan arus, salinitas, oksigen terlarut, dan lisis kualitas lingkungan, secara umum kawasan man-
tipe tanah. Mangrove terutama tumbuh pada tanah grove Desa Muara memiliki kondisi fisik lingkungan
lumpur, namun berbagai jenis mangrove dapat tumbuh yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman man-
di tanah berpasir, koral, tanah kerikil, bahkan tanah grove. Ditinjau dari kondisi salinitas, pH, dan suhu
gambut (Kusmana et al. 2005). Jenis dan kondisi udara rata-rata, kondisi lingkungan kawasan mangrove
tanah pada kawasan mangrove Desa Muara termasuk Desa Muara masih dalam kondisi ideal untuk pertum-
ke dalam jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan buhan mangrove. Namun kondisi oksigen terlarut
mangrove, yaitu berupa endapan material lepas yang menunjukkan nilai jauh di bawah kondisi ideal, hal
terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, dan lempung tersebut menunjukkan kondisi lingkungan perairan di
halosen yang bersifat agak lunak hingga agak lepas kawasan mangrove Desa Muara tercemar akibat sam-
(Kusumahadi 2008). pah. Kandungan oksigen terlarut yang rendah juga
Mangrove berkembang dengan baik pada pantai- mengindikasikan bahwa perairan memiliki kandungan
pantai yang terlindung dari ombak yang kuat atau nutrien yang rendah, Curah hujan berpengaruh ter-
pengaruh pasang surut yang terlalu kuat yang dapat hadap suhu air dan udara serta salinitas air permukaan
menyapu anakan mangrove sebelum tumbuh mapan tanah yang akan berpengaruh terhadap daya tahan
(Kusmana et al. 2008). Pantai pada kawasan man- jenis mangrove.
grove Desa Muara termasuk ke dalam kawasan Pantai
Utara pulau Jawa merupakan kategori pantai dengan 3.3. Tingkat Kerawanan Degradasi Mangrove
dasar laut yang landai. Selain itu kawasan pesisir pan-
tai di Desa Muara memiliki kisaran pasang surut yang Kondisi tingkat degradasi dari kawasan mangrove
cukup besar, yaitu 55.7 cm. Desa Muara dapat terlihat dari eksistensi ekosistem
84
JPSL Vol. 5 (1): 79-86, Juli 2015
hutan mangrove dengan parameter biologi sebagai tinggi (Tabel 6). Tingkat kerapatan vegetasi yang san-
acuan (Kaunang & Kimbal 2009). Pada penelitian ini gat rendah menunjukkan bahwa kawasan mangrove
tingkat kerapatan, tingkat dominansi, dan tingkat tersebut membutuhkan rehabilitasi mangrove melalui
keanekaragaman jenis mangrove dijadikan sebagai metode revegetasi. Walaupun tingkat dominasi jenis
parameter untuk menentukan tingkat kerawanan pada zona tambak dan zona sungai rendah, namun
degradasi mangrove. rendahnya tingkat keragaman mangrove mengindi-
Berdasarkan hasil analisis tingkat kerawanan kasikan diperlukannya konservasi jenis sebagai usaha
degradasi, sebagian besar karakteristik vegetasi pelestarian.
menunjukkan kondisi tingkat kerawanan degradasi
Tabel 5. Kondisi lingkungan fisik kawasan mangrove Desa Muara
Zona
Parameter Lingkungan Fisik Satuan Kondisi Ideal*)
Tambak Sempadan Sungai Pantai
Salinitas (%) 21.5 15 25 10-30
pH - 8.5 8.8 8.5 6-9
DO (mg/l) 1.8 2.7 2.9 >5
Suhu udara rata-rata 27.8**) 20-28
Curah hujan (mm/tahun) 1188**) 1500-3000
Sumber: Hasil analisis 2014; *) Kusmana et al. 2008; **) BMKG Kabupaten Tangerang 2013
Tabel 6. Tingkat kerawanan degradasi mangrove di Desa Muara
Tingkat Kerawanan Degradasi
Karakteristik Vegetasi
Zona Tambak Zona Pantai Zona Sungai
Kerapatan
Kategori pohon (pohon/ha) R3 R3 R3
Kategori pancang (pancang/ha) R3 R3 R3
Kategori semai (semai/ha) R3 R3 R3
Indeks Dominasi [C] R1 R3 R1
Indeks Biodiversitas (H') R3 R3 R3
Ket: R1= tingkat kerawanan degradasi rendah; R3 = tingkat kerawanan degradasi tinggi
Sumber: Hasil analisis 2014
3.4. Tingkat Kerawanan Degradasi Mangrove
4. Kesimpulan dan Saran
Pada Tabel 3 dijelaskan beberapa jenis mangrove
dengan kondisi lingkungan tempat hidup yang sesuai 4.1. Kesimpulan
untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kondisi fisik
lingkungan kawasan hutan mangrove Desa Muara Kawasan mangrove Desa Muara mengalami tingkat
yang disajikan pada Tabel 5, terdapat beberapa jenis kerawanan degradasi tinggi berdasarkan karakteristik
mangrove yang sesuai untuk digunakan untuk mere- vegetasi mangrove, sehingga dibutuhkan rehabilitasi
vegetasi hutan mangrove di kawasan tersebut. dan konservasi jenis mangrove. Tingkat kerapatan
Berdasarkan kesesuaian terhadap kondisi fisik lahan vegetasi terendah berada pada zona tambak. Tingkat
dan lingkungannya, mangrove jenis Rhizophora sp. dominasi tertinggi dan keragaman terendah berada
cocok untuk digunakan dalam kegiatan revegetasi pada zona pantai. Terdapat lima jenis mangrove di
pada areal tambak, sempadan sungai, dan pada areal kawasan mangrove Desa Muara, yaitu Avicennia alba,
yang tidak terkena ombak langsung. Sedangkan man- Avicennia officinnalis. Rhizophora apiculata, Rhi-
grove jenis Avicennia sp. cocok untuk digunakan da- zophora stylosa, dan Rhizophora mucronata. Jenis
lam kegiatan revegetasi pada areal tepi pantai karena dengan INP tertinggi terdapat pada jenis Rhizophora
toleran terhadap salinitas tinggi. Berdasarkan analisis mucronata.
keanekaragaman, pada kawasan hutan mangrove Desa Kondisi fisik lingkungan kawasan mangrove Desa
Muara jenis Rhizophora mucronata memiliki daya Muara secara umum masih dapat mendukung pertum-
adaptasi lebih baik terhadap lingkungan Desa Muara buhan mangrove. Jenis mangrove yang sesuai dan
dibandingkan jenis lainnya. dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan fisik
kawasan mangrove Desa Muara adalah jenis Rhi-
zophora mucronata.
85
ISSN 2086-4639 JPSL Vol. 5 (1): 79-86
4.2. Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pem-
bagian fungsi kawasan hutan mangrove dan kes-
esuaian antara zonasi kawasan mangrove berdasarkan
kondisi fisik lahan dan jenis substrat tanah dengan
jenis mangrove untuk kegiatan revegetasi setiap zona
untuk merencanakan program rehabilitasi mangrove di
Desa Muara. Hal ini perlu dilakukan untuk memini-
malisasi hambatan dan kegagalan agar kegiatan reveg-
etasi dapat berjalan dengan efektif sehingga proses
rehabilitasi hutan mangrove di Desa Muara dapat ber-
jalan lebih cepat.
Daftar Pustaka
[1] [BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah,
2013. Profil Daerah Kabupaten Tangerang 2013. Bappeda,
Tangerang.
[2] Bengen, D. G., 2001. Pedoman teknis pengenalan dan
pengelolaan ekosistem mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
[3] [BIG] Badan Informasi Geospasial, 2014. Peta Administrasi
Kabupaten Tangerang 2014. BIG, Cibinong.
[4] [BPS] Biro Pusat Statistik, 2014. Peta Administrasi Propinsi
Banten 2014. BPS, Serang.
[5] Kaunang, T. D., J. D. Kimbal, 2009. Komposisi dan struktur
vegetasi hutan mangrove di Taman Nasional Bunaken Sula-
wesi Utara. Jurnal Agritek 17 (16), pp. 1163-1171.
[6] Krebs, C. J., 1989. Ecological Methodology. Harper Collins,
New York.
[7] Kusmana, C., I. Hilwan, P. Pamungkas, S. Wilarso, C. Wi-
bowo, T. Tiryana, A. Triswanto, Yunasfi, Hamzah, 2005.
Teknik Rehabilitasi Mangrove. Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
[8] Kusmana, C., Istomo, C. Wibowo, R. Budi S. W., I. Z. Sire-
gar, T. Tiryana, S. Sukardjo, 2008. Manual Silvikultur Man-
grove di Indonesia (The Rehabilitation Mangrove Forest and
Coastal Area damaged by Tsunami in Aceh). Kerja Sama
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dan KOICA
(Korea International Cooperation Agency), Jakarta.
[9] Kusumahadi, K. S., 2008. Watak dan sifat tanah areal reha-
bilitasi Mangrove Tanjung Pasir, Tangerang. Jurnal Vis Vi-
talis 1 (1), pp. 15-19.
[10] Odum, E. P., 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Diter-
jemahkan oleh: Samingan T. Universitas Gadjah Mada, Yog-
yakarta.
[11] Parawansa, I., 2007. Pengembangan kebijakan pembangunan
daerah dalam pengelolaan hutan mangrove di Teluk Jakarta
secara berkelanjutan. Desertasi. Sekolah Pasca Sarjana Insti-
tut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.
[12] Profil Desa, 2013. Profil Desa Muara Kelurahan Desa Muara,
Tangerang.
[13] Vatria, B., 2010. Berbagai kegiatan manusia yang dapat
menyebabkan terjadinya degradasi ekosistem pantai serta
dampak yang ditimbulkannya. Jurnal Belian 9 (1), pp. 47 –
54.
86