The Improvement of Yogyakarta Groundwater Basin Concept
The Improvement of Yogyakarta Groundwater Basin Concept
Abstract
Yogyakarta groundwater basin has been studied on 1984 by MacDonald & Partners. On this study, the
Yogyakarta groundwater basin was explained that the aquifer develop mostly by young Merapi volcanic deposit
and differentiated into two major aquifers called as Sleman (Deep aquifer) and Yogyakarta (Shallow aquifer)
Formation. Those two formations mostly developed by volcanic deposits and separated by a continuous layer of
tuff. On the framework of Yogyakarta groundwater basin development, re-evaluation of logging bore data
shown that the aquifer system in the basin is more likely a multilayer aquifer, where mostly all the aquifer is
connected each other and what mentioned as a continuous layer of tuff that separated Sleman dan Yogyakarta
Formation is not a continuous layer. Based on this re-evaluation, regionally, the Yogyakarta groundwater basin
actually just have one unconfined aquifer system, but locally it can be differentiated into two or more aquifers
according to the local occurring of the clay layers. A groundwater model then developed based on this condition
with purposes to support the integrated groundwater basin management. Hopefully, this model will be used as a
regional groundwater model on the basin, where most of the legal pumping wells has been implemented on this
model. This groundwater model is very useful as a tool to define the technical suggestion and to recommend of
the groundwater management.
Abstrak
Hidrogeologi cekungan airtanah Yogyakarta telah diteliti pada tahun 1984 oleh MacDonald & Partners.
Penelitian ini menunjukkan, bahwa akuifer di cekungan airtanah ini umumnya tersusun oleh endapan Merapi
Muda yang dibedakan sebagai Formasi Sleman dan Yogyakarta. Kedua formasi ini umumnya merupakan
endapan volkanik, sebagian endapan lahar dan lainnya berupa endapan alluvium. Kedua formasi ini dipisahkan
oleh lapisan tuff yang menerus. Dalam rangka pengembangan manajemen airtanah terpadu di cekungan airtanah
Yogyakarta, penelitian ulang terhadap data log-bor lama dan baru menunjukkan, bahwa sistem akuifer di
cekungan airtanah Yogyakarta lebih cenderung pada sistem multilayer akuifer yang saling berhubungan. Di
lapangan kedua Formasi tersebut di atas sulit untuk dibedakan, karena lapisan pembatas tuff sebenarnya
merupakan lapisan yang tidak menerus. Dengan demikian, secara regional sebenarnya cekungan airtanah
Yogyakarta merupakan satu sistem akuifer, yang secara lokal dapat tersusun atas beberapa lapisan akuifer yang
dipisahkan oleh lapisan lempung sebagai pembatas. Dengan tujuan untuk mendukung pengelolaan cekungan
airtanah di wilayah ini, maka dikembangkan sebuah model airtanah di cekungan airtanah Yogyakarta
berdasarkan hasil penelitian ulang tersebut di atas. Model ini diharapkan dapat menjadi model simulasi
pengelolaan airtanah di wilayah ini, dimana semua sumur pemompaan airtanah yang tercatat telah dimasukkan
sebagai data masukan. Pengembangan model ini sangat berguna sebagai alat bantu bagi pemerintah daerah
untuk menentukan saran dan rekomendasi teknis pada pengelolaan airtanah.