Analisis Risiko Potensi Kegagalan Proses Penjernihan Air Limbah Industri Farmasi Dengan Pendekatan Metode AHP
Analisis Risiko Potensi Kegagalan Proses Penjernihan Air Limbah Industri Farmasi Dengan Pendekatan Metode AHP
Abstract. The pharmaceutical industry has the potential to produce waste water, which is categorized as hazardous
waste. The operational process of waste treatment has the potential to pose a risk of processing failure. The
purpose of this article is to analyze the risks that occur in the pharmaceutical industry waste water treatment process.
This study uses the Analytichal Hierarchy Process (AHP) method. The number of experts used was three people. The
results show that there are four main factors that have the potential to produce a risk of failure of waste water
treatment processes such as man, machinery, method, and material. The method factor is the highest risk factor
which is around 0.609, with a consistency ratio of 0.08. In addition, the subcriteria that have the potential to
experience the risk of process failure are the Standard Operational Procedure (SOP), which has not run optimally
which is equal to 0.701. Furthermore, in assessing the level of risk obtained, the optimal SOP is run at 0.685. The
implication of the application of the AHP method is that a more in-depth review is needed regarding the criteria and
subcriteria used to obtain more comprehensive results.
Abstrak. Industri farmasi berpotensi menghasilkan air limbah yang dikategorikan sebagai limbah berbahaya. Dalam
operasional proses pengolahan limbah berpotensi menimbulkan risiko kegagalan proses pengolahan. Tujuan dari
artikel ini adalah untuk menganalisis risiko yang terjadi pada proses pengolahan air limbah industri farmasi.
Penelitian ini menggunakan metode Analytichal Hierarchy Process (AHP). Jumlah pakar yang digunakan sebanyak
tiga orang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat faktor utama yang berpotensi menghasilkan risiko
kegagalan proses pengolahan air limbah, seperti manusia, mesin, metode, dan material. Faktor metode merupakan
faktor risiko tertinggi yaitu sekitar 0,609 dengan konsistensi rasio sebesar 0,08. Selain itu, subkriteria yang berpotensi
mengalami risiko kegagalan proses adalah Standard Operasional Prosedur (SOP) belum berjalan optimal yaitu
sebesar 0,701. Lebih lanjut, pada penilaian level risiko diperoleh SOP belum optimal dijalankan sebesar 0,685.
Implikasi terhadap aplikasi metode AHP adalah diperlukan tinjauan yang lebih mendalam lagi terkait dengan kriteria
dan subkriteria yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif.
Kata Kunci: air limbah, AHP, industri farmasi, kegagalan proses, risiko.
79
Rimantho / Analisis Risiko Potensi Kegagalan Proses Penjernihan Air Limbah...... JITI, Vol.18(1), Juni 2019, 79-86
senyawa beracun tertentu, antibiotik, steroid dan tentang topic ini telah berkembang sepanjang
xenoestrogen. Beberapa penelitian telah sejarah manusia. Penggunaan kembali air limbah
menunjukkan pengolahan air limbah farmasi kota yang tidak melalui proses pengolahan air
dengan menggunakan proses biologis (Carballa limbah telah dipraktikkan selama berabad-abad
dkk., 2005; Clara dkk., 2005; Huber dkk., 2005; dengan tujuan mengalihkan sampah manusia
Joss dkk., 2006). keluar permukiman perkotaan (Angelakis &
Senyawa aktif farmasi seperti obat pengatur Snyder, 2015). Demikian juga, penerapan lahan
cairan, analgesik, antibiotik, antiseptik, hormon air limbah domestika dalah praktik lama dan
dan kemoterapi terdeteksi di aliran air limbah dan umum, yang telah mengalami berbagai tahap
sumber air tanah. Senyawa aktif farmasi terdapat perkembangan. Hal ini telah menyebabkan
di mana-mana dengan konsentrasi rendah di pemahaman yang lebih baik tentang teknologi
badan air yang menerima limbah pengolahan proses dan pengolahan limbah cair dan akhirnya
limbah cair. Selain itu, terdapat informasi dalam pengembangan standar kualitas air
standar air minum menimbulkan kekhawatiran (Paranychianakis dkk., 2015).
akan potensi senyawa ini terjadi dalam air minum Proses pengolahan limbah cair industri farmasi
dan dengan demikian dapat mempengaruhi dapat menggunakan lumpur aktif sebagai salah
kesehatan manusia melalui penampakan kronis satu metode pengolahannya dimana dalam
(Sim dkk., 2010). proses ini ada melalui beberapa tahapan, yaitu
Pengolahan secara fisikokimia yang berbeda limbah cair dikumpulkan dahulu dalam bak inlet
telah diaplikasikan pada beberapa tahun terakhir (collect), kemudian limbah yang terkumpul di
untuk menghilangkan senyawa nitrogen dan masukkan ke dalam tangki sedimentasi, setelah
organik dalam pengolahan air limbah industri. itu limbah diolah ke dalam lumpur aktif, setelah
Teknologi pengolahan biologis telah itu limbah yang sudah baik akan dialirkan
dikembangkan dan digunakan dalam proses melewati bak settling untuk mengendapkan
pengolahan air limbah industri yang berbeda lumpur-lumpur aktif yang telah mati mikrobanya.
selama beberapa dekade terakhir (Hirata dkk., Setelah proses limbah cair dan setelah di uji pada
2001; Malandra dkk., 2003; Joss dkk., 2006). laboratorium quality control (QC) dan
Efisiensi pada unit pengolahan air limbah dan mendapatkan hasil yang baik, maka output yang
karakteristik kinetika proses biologis secara dihasilkan dapat ditransfer ke sungai. Pada setiap
umum diketahui melalui senyawa BOD dan COD, proses pengolahan yang terjadi dapat berpotensi
walaupun ada kesulitan dalam pengukurannya terjadinya kesalahan atau risiko kegagalan proses
(Aziz & Tebbutt, 1980). Fasilitas pengolahan air pengolahan.
limbah biologis terutama bergantung pada Manajemen risiko adalah proses identifikasi
berbagai kondisi seperti komposisi air limbah, risiko dan tindakan perencanaan untuk mengelola
ecotoxicants dan xenobiotics. Perlakuan awal risiko. Selanjutnya, risiko yang teridentifikasi
limbah industri sebelum pengolahan biologis dinilai dan diprioritaskan. Hanya risiko yang
dapat membantu operasi pengolahan biologis. memiliki dampak signifikan yang akan dikelola.
Pada tahap pengolahan awal, limbah yang Pengambilan keputusan manajemen risiko adalah
bersifat kasar dan koloid akan dikeluarkan dari air proses untuk memilih alternatif terbaik atau
limbah. Lebih lanjut, kuantifikasi pencemaran air member peringkat alternatif untuk tujuan
dibatasi untuk memantau kebutuhan oksigen manajemen risiko tertentu. Tujuan utamanya
biokimia (BOD), permintaan oksigen kimiawi adalah untuk menciptakan, melindungi dan
(COD), nitrat, fosfat dan padatan tersuspensi total meningkatkan nilai pemegang saham dengan
(Metcalf & Eddy, 2003). Teknologi biologis mengelola ketidakpastian yang mempengaruhi
memungkinkan transformasi kontaminan organik pencapaian tujuan perusahaan (Barton dkk.,
dan anorganik menjadi gas dan endapan lumpur. 2002). Masalah keputusan manajemen risiko
Pengolahan air limbah dan penggunaan melibatkan banyak faktor dan alternatif yang
kembali bukanlah hal baru, dan pengetahuan saling bertentangan. Banyak aspek pengambilan
80
JurnalI lmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038
keputusan melibatkan banyak hal tak berwujud. sesuai dengan tujuan penelitian, karena ditangani
Seringkali manajer risiko harus membuat oleh orang-orang yang ahli dan mengerti tentang
keputusan dengan taruhan tinggi berdasarkan permasalahan yang ada.
informasi yang praktis, namun terbata suntuk Studi lapangan dilakukan dengan melakukan
menganalisis dan mengatur informasi. pengamatan langsung terhadap permasalahan
Ketidakpastian dan ketidakstabilan lingkungan yang ada. Selain itu, studi pustaka digunakan
juga berkontribusi terhadap kompleksitas untuk memperoleh informasi yang berkaitan
pengambilan keputusan manajemen risiko. dengan topic penelitian. Studi pustaka ini
Analytic hierarchy process (AHP) salah satu multi diperoleh dari buku-buku teori, jurnal, skripsi, dan
criteria decision making (MCDM) yang telah artikel-artikel internet.
banyak diaplikasikan dalam penilaian risiko pada Data primer pada penelitian ini yaitu data
berbagai permasalahan dalam berbagai bidang yang diperoleh langsung dari perusahaan farmasi
seperti prioritas maintenance (Wing dkk., 2016), sebagai sumber yang diamati dan dicatat untuk
penilaian risiko pemilihan kontraktor (Khodadadi pertama kalinya. Data primer ini diperoleh dari
& Kumar, 2013), penilaian risiko banjir (Danumah kuisioner dengan responden yang merupakan
dkk., 2016), penilaian risiko rantai pasok industri orang-orang yang dianggap ahli dan mengerti
farmasi (Jaberidoost dkk., 2015), penilaian risiko permasalahan yang ada. Adapun responden
keselamatan proyek (Aminbakhsh dkk., 2013), atau pakar yang akan digunakan dalam penelitian
penilaian risiko dan evaluasi pengembangan ini adalah sebanyak tiga orang. Data primer
sistem logistik (Hong dkk., 2014). Hal ini tersebut sebagai berikut:
dikarenakan metodologi AHP mampu a. Data kriteria dan subkriteria pada proses
menangkap kompleksitas pengambilan pengolahan air limbah di unit instalasi
keputusan suatu masalah. Dengan demikian, pengolahan air limbah dengan tahapan
tujuan dari artikel ini adalah untuk sebagai berikut: Penyebaran kuisioner tahap
mengidentifikasi potensi risiko dan menganalisis 1, yaitu kuisioner tertutup untuk penentuan
risiko yang terjadi pada proses pengolahan kriteria. Penyebaran kuisioner tahap 2, yaitu
limbah cair industri farmasi. kuisioner terbuka untuk penentuan sub
kriteria. Responden diberi kebebasan untuk
II. METODE PENELITIAN menentukan subkriteria proses pengolahan
Penelitian dilakukan di salah satu perusahaan air limbah yang disesuaikan dengan kondisi
di perusahaan. Kuisioner ini mengacu pada
farmasi di DKI Jakarta. Yang menjadi objek
penelitian ini adalah proses pengolahan air hasil kuisioner tahap 1.
limbah di industri farmasi. Proses pengolahan air b. Data perbandingan berpasangan antar
limbah merupakan salah satu instalasi penting kriteria maupun antar sub kriteria proses
yang ada di perusahaan untuk mengolah air pengolahan air limbah di unit pengolahan air
limbah sebelum air tersebut dilepas ke limbah berdasarkan kuisioner tahap 3, yaitu
lingkungan perairan atau sungai. Proses kuisioner perbandingan berpasangan.
pengolahan air limbah memiliki potensi Data sekunder adalah data yang diperoleh
dengan melakukan studi literatur dan hasil
kegagalan proses. Subjek penelitian ini terdiri
atas orang-orang yang memahami mengenai penelitian terdahulu guna mendukung
pembahasan dan penyelesaian masalah, ataupun
proses pengolahan air limbah di instalasi
pengolahan air limbah. Pemilihan responden data tertulis lainnya yang didapatkan langsung
dari instansi terkait yang berhubungan dengan
dilakukan dengan secara sengaja (purposive
sampling) untuk memperoleh informasi yang penelitian. Data sekunder pada penelitian ini
antara lain: data unit pengolahan air limbah,
lebih akurat terkait dengan pengolahan air
limbah. Hal tersebut untuk menjamin agar data dokumen-dokumen perusahaan yang berkaitan
penelitian merupakan data yang relevan dan dengan penelitian, literatur dan pustaka yang
relevan dengan penelitian.
81
Rimantho / Analisis Risiko Potensi Kegagalan Proses Penjernihan Air Limbah...... JITI, Vol.18(1), Juni 2019, 79-86
Pengolahan data yang dilakukan bermula dari proses pengolahan air limbah pada unit
pengumpulan data yang diperoleh di lapangan, pengolahan air limbah, selanjutnya dapat dibuat
kemudian dilakukan tahapan pengolahan data hirarki dengan 3 level pada Gambar 1.
sebagai berikut: (a) Pengolahan data kuisioner
penentuan kriteria, (b) Pengolahan data kuisioner Kompetensi
penentuan subkriteria, (c) Menyusun hirarki rendah
penilaian kinerja, (d) Pengolahan kuisioner
Personil kurang
perbandingan berpasangan, (e) Pengujian
konsistensi matriks perbandingan, (f) Pengujian Tidak ada
konsistensi hirarki, dan (g) Menganalisis dan Manusia training
membahas hasil pengolahan data. Pengolahan
Bak
data kuesioner perbandingan berpasangan penampungan
menggunakan software Expert Choice.
Blower sering
mati
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengolahan data kuisioner I Surface aerator
Mesin sering mati
dan kuesioner II disertai diskusi dengan
responden, maka kriteria dan subkriteria pada Tersumbat
Analisis
unit pengolahan air limbah yang berpotensi Risiko kotoran
menimbulkan risiko kegagalan terdapat pada
Karakteristik air
Tabel 1. limbah unik
Setelah memperoleh kriteria dan subkriteria
Material Volume air
limbah tinggi
Tabel 1. Kriteria dan sub kriteria pada unit pengolahan
Preventive
air limbah maintenance
No Kriteria Sub kriteria
Metode Tidak ada
1 Manusia a. Kompetensi tidak sesuai
monitoring
(operator) b. Kekurangan Personil
c. Tidak pernah memperoleh training
SOP belum
2 Mesin a. Bak penampungan kurang luas optimal
(Peralatan) b. Blower sering mati
c. Surface aerator sering mati
d. Tersumbat kotoran Level 1 Level 2 Level 3
3 Metode a. Preventive maintenance belum
dijalankan secara optimal Gambar 1. Struktur hirarki analisis risiko kegagalan
b. Tidak ada monitoring harian dalam proses pengolahan air limbah
pengecekan effluent pada tiap-tiap
unit
Berdasarkan struktur hirarki tersebut dilakukan
c. SOP belum optimal dijalankan analisis terhadap hasil kuesioner perbandingan
4 Material a. Air limbah memiliki karakteristik berpasangan. Penilaian secara berpasangan oleh
yang unik pakar terhadap kriteria dan subkriteria dari
b. Volume air limbah tinggi
kemungkinan tingkat risiko yang berpotensi
terjadi. Untuk mencapai tujuan ini menentukan
Tabel 2. Perbandingan berpasangan antar kriteria risiko relatif dari masing-masing kriteria (level
Risiko kedua dari hirarki) dengan membuat matrik 4 x 4
Kriteria Manusia Mesin Metode Material
Relatif sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.
Manusia 1 1/3 1/2 5 0,195 Matriks ini menunjukkan bahwa risiko mesin
Mesin 3 1 1/2 5 0,111
Metode 2 2 1 5 0,609
dinilai lebih penting daripada risiko manusia pada
Material 1/5 1/5 1/5 1 0,085 rasio numerik AHP. Alasan utama untuk ini
82
JurnalI lmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038
adalah adanya kekhawatiran tentang konsekuensi Tabel 2, maka faktor risiko relatif dapat dilakukan
risiko terkait mesin atau unit pengolahan di perhitungan. Risiko metode memiliki risiko relatif
instalasi pengolahan air limbah. Pelaksana di tertinggi (0,609), diikuti oleh risiko manusia
perusahaan memandang bahwa apabila terjadi (0,195), risiko mesin (0,111) dan risiko material
sesuatu pada mesin atau peralatan yang ada di dengan bobot risiko relatif (0,085).
instalasi pengolahan air limbah akan memberikan Nilai risiko pada subkriteria atau level 3 secara
dampak risiko negatif yang lebih besar dibanding keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 3. Hasilnya
dengan kriteria manusia. Hal ini didasarkan menunjukkan bahwa SOP belum dijalankan
bahwa terdapat berbagai jenis mesin yang secara optimal adalah subkriteria yang paling
digunakan dalam instalasi pengolahan air limbah berpengaruh dalam menentukan tingkat risiko
di perusahaan. proses pengolahan air limbah ini dengan risiko
Matriks juga menunjukkan bahwa ketika risiko relatif sebesar 0,701. Selanjutnya diikuti oleh air
metode dibandingkan dengan risiko mesin dan limbah memiliki karakteristik yang unik sebesar
risiko manusia dibandingkan, pihak perusahaan 0,667. Sementara itu, para pakar menilai bahwa
menilai bahwa metode mempunyai risiko yang subkriteria bak kurang luas dan preventive
lebih tinggi sedikit (dua pada skala numerik). maintenance belum optimal merupakan sub
Pihak penanggung jawab pada instalasi kriteria yang paling kecil risikonya dengan nilai
pengolahan air limbah mempunyai alasan bahwa masing-masing 0,092 dan 0,097.
metode pengolahan air limbah dapat
Tabel 3. Perbandingan berpasangan antar subkriteria
mempengaruhi manusia dan mesin. Sementara manusia
itu, risiko material dalam hal ini air limbah yang
Sub Kriteria Kompetensi Kekurangan Training Relatif
dihasilkan dari proses produksi maupun aktivitas
Risiko
laboratorium kimia di perusahaan dinilai memiliki Kompetensi 1 1/5 1/3 0,637
risiko yang lebih tinggi (lima pada skala numerik) Kekurangan 5 1 3 0,105
dibanding kriteria-kriteria lainnya seperti mesin, Training 3 1/3 1 0,258
manusia dan metode. Penilaian yang dilakukan
untuk menentukan nilai risiko relatif dari keempat Langkah berikutnya adalah sintesis dan
kriteria yang dipertimbangkan menunjukkan penentuan nilai kemungkinan tingkat risiko. Pada
bahwa respon dari para pakar belum sepenuhnya langkah ini, kemungkinan tingginya risiko tinggi,
konsisten, dimana nilai konsistensi dari sedang, dan rendah ditentukan dengan
perbandingan berpasangan pada kriteria yaitu menggabungkan bobot relatif melalui hirarki.
0,18. Lebih lanjut, ketidakkonsistenan yang Hasil penilaian dari para pakar menunjukkan
diijinkan dalam metode AHP asalkan tidak bahwa ketika semua kriteria dan subkriteria
melebihi 0,10. dipertimbangkan, maka proses pengolahan air
Dengan menggunakan prosedur yang sama limbah ini merupakan kegiatan yang memiliki
untuk memperoleh penilaian mengenai risiko risiko tinggi dengan nilai risiko 6,405 seperti yang
relatif pada subkriteria dan kemungkinan relatif ditunjukkan di bagian bawah Tabel 4.
tingkat risiko (risiko tinggi, menengah dan Hasil analisis yang uraikan di atas sangat
rendah). Diperoleh matrik 3 x 3 pada subkriteria tergantung pada hirarki yang ditetapkan dan
manusia, 4 x 4 pada matrik mesin, 2 x 2 pada penilaian risiko relatif yang dibuat pada berbagai
matrik material dan 3 x 3 pada matrik metode. kriteria dan subkriteria. Perubahan pada hierarki
Sementara itu terdapat dua belas matrik penilaian atau penilaian akan dapat menyebabkan
pada tingkat risiko. perubahan hasilnya. Dengan menggunakan alat
Risiko relatif dari berbagai kriteria kemudian bantu software Expert Choice, akan diperoleh
dihitung sebagai komponen eigen vektor yang ilustrasi perubahan yang berpotensi terjadi
dinormalisasi dari matriks. Misalnya, dengan apabila terjadi suatu perubahan.
menggunakan matriks yang ditunjukkan pada
83
Rimantho / Analisis Risiko Potensi Kegagalan Proses Penjernihan Air Limbah...... JITI, Vol.18(1), Juni 2019, 79-86
Level Risiko
Kriteria Sub Kriteria
Tinggi Medium Rendah
Manusia 0,195 Kompetensi tidak sesuai 0,584 0,584 0,135 0,281
Kekurangan personil 0,135 0,584 0,135 0,281
Tidak pernah memperoleh training 0,281 0,594 0,249 0,157
Mesin 0,111 Bak penampungan kurang luas 0,092 0,135 0,281 0,584
Blower sering mati 0,475 0,594 0,249 0,157
Surface aerator sering mati 0,275 0,584 0,281 0,135
Tersumbat kotoran 0,158 0,584 0,281 0,135
Metode 0,609 Preventive maintenance belum dijalankan optimal 0,097 0,685 0,234 0,080
Tidak ada monitoring harian 0,202 0,614 0,268 0,117
SOP belum optimal dijalankan 0,701 0,685 0,234 0,080
Material 0,085 Air limbah memiliki karakteristik yang unik 0,667 0,594 0,249 0,135
Volume air limbah tinggi 0,333 0,168 0,349 0,484
Tingkat risiko 6,405 2,945 2,626
84
JurnalI lmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038
secara optimal dengan nilai 0,701. Secara garis Logistics System Development Based on the Grey
besar diketahui bahwa proses pengolahan air Analytic Hierarchy Process”. The Open Mechanical
limbah di industri farmasi dapat dikategorikan Engineering Journal, 8, 354-357.
Huber, M.M.; Gobel A.; Joss A.; Hermann N.; Loffler D.;
memiliki risiko yang tinggi, yaitu sekitar 6,405.
McArdell, C.S.; Ried, A.; Siegrist, H.; Ternes, T.A.; von
Saran bagi stakeholder di industri farmasi adalah
Gunten, U. (2005). “Oxidation of pharmaceuticals
lebih fokus pada implementasi SOP pengolahan during ozonation of municipal wastewater effluents:
air limbah dan melakukan evaluasi dan perbaikan a pilot study”. Environmental Science and
yang dipandang perlu dalam rangka Technology, 39 (11), 4290–4299.
menghasilkan proses pengolahan air limbah yang Jaberidoost, M.; Olfat, L.; Hosseini, A.; Kebriaeezadeh.
baik. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi lebih A.; Abdollahi, M.; Alaeddini, M.; Dinarvand, R.
detail dan mendalam terhadap pemilihan kriteria (2015). “Pharmaceutical supply chain risk
dan subkriteria yang digunakan. assessment in Iran using analytic hierarchy process
(AHP) and simple additive weighting (SAW)
methods”. Journal of Pharmaceutical Policy and
DAFTAR PUSTAKA Practice, 8 (9), 1-10.
Aminbakhsh, S.; Gunduz, M.; Sonmez, R. (2013). “Safety Joss, A.; Zabczynski, S.; Göbel, A.; Hoffmann, B.; Löffler,
risk assessment using analytic hierarchy process D.; McArdell, C.S.; Ternes, T.A.; Thomsen, A.;
(AHP) during planning and budgeting of Siegrist, H. (2006). “Biological degradation of
construction projects”. Journal of Safety Research, pharmaceuticals in municipal wastewater treatment:
46, 99–105. Proposing a classification scheme”. Water Research,
Angelakis, A.N.; Snyder, S.A. (2015). “Wastewater 40 (8), 168-169.
Treatment and Reuse: Past, Present, and Future”. Khodadadi, S.A.T.; Kumar, D. (2013), “Contractor
Water, 7 (9), 4887-4895. doi:10.3390/w7094887 selection with risk assessment by using AHP fuzzy
Aziz, J.A.; Tebbutt, T.H.Y. (1980). “Significance of COD, method”. International Journal of Advances in
BOD and TOC correlations in kinetic models of Engineering & Technology, 5 (2), 311-318.
biological oxidation”. Water Research, 14 (4), 319. Kimura, K.; Hara, H.; Watanabe, Y. (2005). “Removal of
Barton, T.; Shenkir, W.; Walker, P. (2002). Making pharmaceutical compounds by submerged
Enterprise Risk Management Pay Off: How Leading membrane bioreactors (MBR)”. Desalination, 178
Companies Implement Risk Management. Financial (1–3), 135–140.
Times Prentice Hall. Malandra, L.; Wolfaardt, G.; Zietsman, A.; Viljoenbloom,
Carballa, M.; Omil F.; Lema, J.M. (2005). “Removal of M. (2003). “Microbiology of a biological contactor
cosmetic ingredients and pharmaceuticals in for winery wastewater treatment”. Water Research,
sewage primary treatment”, Water Research , 39 37 (17), 4125-4134.
(17), 4790–4796. Metcalf, L.; Eddy, H.P. (2003). Handbook of Wastewater
Clara, M.; Strenn, B.; Gans, O.; Martinez, E.; Kreuzinger, Engineering – Treatment and Reuse, 4th Ed., New
N.; Kroiss, H. (2005). “Removal of selected York: McGraw Hill.
pharmaceuticals, fragrances and endocrine Paranychianakis, N.V.; Salgot, M.; Snyder, S.A.;
disrupting compounds in membrane bioreactor and Angelakis, A.N. (2015). “Quality criteria for recycled
conventional wastewater treatment plants”. Water wastewater effluent in EU-countries: Need for a
Research, 39 (19), 4797–4807. uniform approach ”. Crit. Rev. Environ. Sci. Technol.,
Danumah, J.H.; Odai, S.N.; Saley, B.M.; Szarzynski, J.; 45, 1409–1468.
Thiel, M.; Kwaku, A.; Kouame, F.K.; Akpa, L.Y. (2016). Sim, W.J.; Lee, J.W.; Oh, J.E. (2010). “Occurrence and fate
“Flood risk assessment and mapping in Abidjan of pharmaceuticals in wastewater treatment plants
district using multi-criteria analysis (AHP) model and rivers in Korea”. Environmental Pollution, 158
and geoinformation techniques, (cote d’ivoire)”. (5), 1938-1947.
Geoenvironmental Disasters, 3 (10), 1-13. Stackelberg, P.E.; Furlong, E.T.; Meyer, M.T.; Zaugg, S.D.;
Hirata A.; Nakamura Y.; Tsuneda S. (2001). “Biological Henderson, A.; Reissman, D.B. (2004). “Persistence
nitrogen removal from industrial wastewater of pharmaceutical compounds and other organic
discharged from metal recovery processes”. Water wastewater contaminants in a conventional drinking
Science and Technology, 44 (2–3), 171–179. water treatment plant”. Journal Science of the total
Hong, X.; Xiaoliang, C.; Cilan, Z. (2014). “The Risk environment, 329 (1-3), 99-113.
Analysis and Evaluation of Urban Underground
85
Rimantho / Analisis Risiko Potensi Kegagalan Proses Penjernihan Air Limbah...... JITI, Vol.18(1), Juni 2019, 79-86
86