0% found this document useful (0 votes)
68 views15 pages

Pengembangan Model Permainan Cooking Class Untuk Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia Dini Di Taman Kanak-Kanak Yapi Jaya Makassar

(1) The document discusses developing a cooking class game model to improve fine motor skills in early childhood. It aims to assess the needs, design, validity, and practicality of the model. (2) Analysis found that current learning is monotonous and teacher-centered. A new, creative and engaging model is needed to develop fine motor skills. (3) The design process resulted in a guidebook for developing and implementing a cooking class game model. Analysis found the model to be valid and practical for use in kindergartens to improve fine motor skills in early childhood.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
68 views15 pages

Pengembangan Model Permainan Cooking Class Untuk Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia Dini Di Taman Kanak-Kanak Yapi Jaya Makassar

(1) The document discusses developing a cooking class game model to improve fine motor skills in early childhood. It aims to assess the needs, design, validity, and practicality of the model. (2) Analysis found that current learning is monotonous and teacher-centered. A new, creative and engaging model is needed to develop fine motor skills. (3) The design process resulted in a guidebook for developing and implementing a cooking class game model. Analysis found the model to be valid and practical for use in kindergartens to improve fine motor skills in early childhood.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 15

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN COOKING CLASS UNTUK MENINGKATKAN

MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK YAPI JAYA MAKASSAR

Program Studi Administrasi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Anak Usia Dini


Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar

Pertiwi Kamariah H1, Sulaiman Samad2, Muhammad Anas3


[email protected]

Development Of Cooking Class Game Model To Improve Fine Motor Of Early Childhood
At Kindergarten Yapi Jaya Makassar

Abstract:The aims of this research were: (1) To find out the level of the needs of the development of cooking class
game model to improve fine motor of early childhood. (2) To describe the design level of the development of
cooking class game model to improve fine motor of early childhood. (3) To find out the level of validity and
practicality of the development of cooking class game model to improve fine motor of early childhood. The research
employed ADDIE (Analysyis, Design, Development, Implementation, Evaluation). The product was produced in this
study was guidebook of game to improve fine motor of early childhood. The result of this research were (1) from
needs analysis of developing of cooking class game model to improve fine motor of early childhood, the
implementation was still monotonous, because the teacher talked more than the students during learning process so it
impressed that only the teacher was active. Based on needs analysis that was required e new learning creative and
interesting which can improve fine motor of early childhood. (2) The design of cooking class game model is
conducted through several stage so it is obtained that needs a product in a from of guidebook of development of
cooking class game model to improve fine motor of early childhood in TK Yapi Jaya Makassar, showed that the
assesment from all of the devices which had been presented can be stated as valid to be applied and the development
of cooking class game model to improve fine motor of early childhood the practicality aspect, so it is feasible to
appleid

Keywords: Cooking Class Model, Fine Motor

Abstrak: Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui tingkat kebutuhan pengembangan model permainan cooking
class untuk meningkatkan motorik halus anak usia dini, 2) untuk mendeskripsikan desain pengembangan model
permainan cooking class untuk meningkatkan motorik halus anak usia dini, 3) untuk mengetahui tingkat validitas
dan kepraktisan pengembangan model permainan cooking class untuk meningkatkan motorik halus anak usia dini.
Penelitian ini menggunakan pengembangan ADDIE (Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi, Evaluasi.
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu: (1) Dari analisis kebutuhan pengembangan model permainan
cooking class untuk meningkatkan motorik halus anak usia dini pelaksanaan pembelajarannya masih bersifat
monoton, karena pada saat pembelajaran hanya guru yang berperan aktif. Berdasarkan analisis kebutuhan bahwa
dibutuhkan suatu pembelajaran baru yang kreatif dan menarik yang dapat mengembangkan motorik halus anak. (2)
Desain dari model permainan cooking class dilakukan melalui beberapa tahap sehingga didapatkan bahwa perlunya
suatu produk yang berupa buku pedoman pengembangan model permainan cooking class untuk meningkatkan
motorik halus anak usia dini. (3) Tingkat validitas isi dan kepraktisan pengembangan model permainan cooking class
untuk meningkatkan motorik halus anak usia dini di TK Yapi Jaya Makassar menunjukkan bahwa penilaian validator
dari semua perangkat yang telah disajikan dapat dinyatakan valid untuk digunakan dan pengembangan model
permainan cooking class untuk meningkatkan motorik halus anak usia dini memenuhi aspek praktis sehingga layak
digunakan.

Kata Kunci : Permainan Cooking Class, Motorik Halus


PENDAHULUAN berbeda pula. Anak-anak melalui bermain, dapat
Masa kanak-kanak adalah masa emas yang mengontrol gerak motorik kasar dan gerak motorik
tidak dapat terulang kembali, masa sensitif dan halus. Oleh karena itu, dibutuhkan kondisi
berkembangnya seluruh aspek perkembangan pembelajaran yang menyenangkan agar anak dapat
anak, yang nantinya akan menjadi dasar bagi merespon stimulasi-stimulasi yang diberikan
perkembangan selanjutnya. Namun, kemampuan sesuai pertumbuhan dan perkembangan anak
anak untuk tumbuh dan berkembang tidak dapat secara optimal.
hadir begitu saja. Ada proses atau tahapan-tahapan Perkembangan kemampuan motorik
yang harus dilaluinya, yang di dalamnya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup
diperlukan stimulus-stimulus dari lingkungannya kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan
untuk mendukung perkembangannya secara berpraktek, model yang baik, bimbingan, dan
optimal. Untuk itulah orang tua, guru, masyarakat motivasi. Pertumbuhan kemampuan motorik, baik
bahkan pemerintah harus mengetahui hakikat anak motorik kasar maupun motorik halus pada anak
usia dini terlebih dahulu sebelum memberikan tidak akan berkembang melalui kematangan
stimulus pada mereka, sehingga stimulus atau begitu saja, melainkan harus dipelajari.
dukungan yang diberikan tidak hanya dapat Pengembangan kemampuan motorik
mengoptimalkan perkembangan anak di setiap merupakan salah satu pengembangan kemampuan
aspek perkembangan anak, namun juga dapat dasar di Taman Kanak-Kanak. Bahan kegiatan
berdampak positif bagi diri dan lingkungan anak. pengembangan motorik mencakup kegiatan yang
Perkembangan fisik motorik yang sangat mengarah pada kegiatan untuk melatih motorik
pesat berkembang pada anak usia dini, oleh karena kasar dan halus. Gerakan motorik halus hanya
itu harus diberikan stimulus yang tepat agar dapat melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
mencapai perkembangan yang optimal. Disini dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti
peran guru dan orang tua sangat penting dalam keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan
pertumbuhan dan perkembangan fisik motorik gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh
anak karena apabila anak mendapat perlakuan karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan
yang salah tidak sesuai kemampuan dan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan
perkembangannya dalam usia ini akan koordinasi mata dan tangan yang cermat.
memberikan dampak yang besar saat mereka Kemampuan motorik halus yang dimiliki
dewasa nanti. setiap anak berbeda-beda, baik dalam hal
Kegiatan belajar pun dapat dilakukan kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini
dengan berbagai aktivitas. Suatu materi juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan
pembelajaran dapat dipahami dengan berbagi cara. stimulasi yang didapatkannya. Lingkungan
Cara-cara ini menunjukkan peran kecerdasan yang sekitar anak mempunyai pengaruh yang lebih
2

besar dalam kemampuan motorik halus. Guru playdough, memukul-mukul playdough, meremas-
seharusnya mampu mengembangkan model atau remas playdough, mencubit playdough menjadi
metode pembelajaran yang sesuai dengan bagian-bagian kecil, membuat playdough menjadi
kurikulum dan kondisi anak didik untuk dapat lempengan bundar, memotong playdough dengan
lebih baik dalam mengembangkan dan melatih pisau kue, dan membuat playdough menjadi ular-
aspek perkembangan motorik anak. ularan. Dalam permainan cooking class anak
Berdasarkan hasil observasi yang ditemui mencoba membuat bahan-bahan makanan dengan
oleh peneliti di sekolah, pembelajaran yang media plastisin atau playdough untuk diolah
digunakan saat ini cenderung mengarah pada menjadi makanan dan minuman. Anak juga belajar
kegiatan yang kurang kreatif dan inovatif, seperti merencanakan apa yang akan dilakukan dan apa
mewarnai sehingga kemampuan motorik halus yang akan dihasilkan.
anak masih belum berkembang dengan baik, Berdasarkan latar belakang tersebut
sehinga kemampuan motorik halus anak masih diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
rendah, dan KBM yang dilakukan tiap hari tentang “Pengembangan Model Permainan
kebanyakan menggunakan LKA. Oleh karena itu, Cooking Class untuk Meningkatkan Motorik
peneliti ingin mengadakan suatu perubahan Halus Anak”.
kegiatan pembelajaran agar lebih menyenangkan Berdasarkan latar belakang masalah yang
dan dapat mencapai hasil yang diharapkan yaitu telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
dengan mengajak anak-anak dalam permainan penelitian ini, yaitu:
memasak (cooking class). Permainan cooking class 1. Bagaimana tingkat kebutuhan pengembangan
dilaksanakan salah satunya untuk mengembangkan model permainan cooking class untuk
kemampuan motorik halus anak. Pada kegiatan meningkatkan motorik halus anak di Taman
permainan cooking class atau belajar tentang Kanak-Kanak Yapi Jaya Makassar?
masak–memasak yang didalamnya tercakup 2. Bagaimana desain (prototype) pengembangan
mulai dari perencanaan sampai bahan tersebut model permainan cooking class untuk
siap disajikan, namun pada kegiatan bermain meningkatkan motorik halus anak di Taman
cooking class disini dilakukan dengan menggunakan Kanak-Kanak Yapi Jaya Makassar?
bahan nonriil atau menggunakan 3. Bagaimana tingkat validitas isi dan
playdough/plastisin. kepraktisan model permainan cooking class
Permainan cooking class yang dilakukan untuk meningkatkan motorik halus anak di
pada penelitian ini dilakukan agar dapat Taman Kanak-Kanak Yapi Jaya Makassar?
meningkatkan kemampuan motorik halus anak Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai
adalah dilakukan dengan cara menggenggam yaitu untuk:
3

1. Mengetahui tingkat kebutuhan pengembangan 1. Analisis (Analysis)


model permainan cooking class untuk Tahap analisis merupakan suatu proses
meningkatkan motorik halus anak di Taman mendefinisikan apa yang dibutuhkan dalam
Kanak-Kanak Yapi Jaya Makassar. pembelajaran.
2. Mengetahui desain (prototype) 2. Design (Perancangan)
pengembangan model permainan cooking Tahap perancangan merupakan tahap
class untuk meningkatkan motorik halus anak melakukan pemikiran untuk mendapatkan cara
di Taman Kanak-Kanak Yapi Jaya Makassar. efektif dan efisien mengembangkan draf produk
3. Mengetahui tingkat validitas isi dan dengan bantuan data yang didapatkan dari tahap
kepraktisan model permainan cooking class analisis
untuk meningkatkan motorik halus anak di 3. Development (Pengembangan)
Taman Kanak-Kanak Yapi Jaya Makassar. a. Proses penelitian pada tahap ini dilakukan
METODE PENELITIAN pengembangan rancangan produk mencakup
Penelitian ini menggunakan metode penyajian media serta perangkat
penelitian dan pengembangan (Research ang pembelajaran dan alat evaluasi seperti angket
development). Menurut Sugiyono (2016), metode validasi untuk ahli materi, ahli media serta
R&D adalah metode penelitian yang digunakan angket penilaian produk untuk guru dan anak
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji didik.
keefektifan produk tersebut. Metode ini bersifat b. Melakukan validasi rancangan produk oleh
analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan pakar yang ahli dalam bidangnya.
produk yang bersifat longitudinal (bertahap). c. Uji coba produk. Setelah dilakukan revisi
Model rancangan dalam penelitian ini berdasarkan saran validator, maka produk
adalah menurut Hasyim (2016), pembelajaran siap untuk diujikan kepada anak didik.
ADDIE (Analysis, Design, Development, Sebelum memasuki tahap implementasi,
Implementation and Evaluation) yang merupakan dilakukan uji coba rancangan produk. Uji
model prosedural yang sederhana dan mudah coba ini bertujuan untuk mengetahui kendala
memproduk bahan ajar. Langkah-langkah yang mungkin dihadapi saat implementasi.
penelitian dengan model desain ADDIE dalam Saat uji coba, guru memberikan penilaian
penelitian ini secara garis besar terdiri atas lima tentang model pengembangan permainan
langkah, yaitu: cooking class serta saran untuk perbaikan
proses pembelajaran.
4

4. Implementation (Implementasi) mengajukan empat kriteria keabsahan dan


Tahap implementasi adalah langkah nyata keajegan yang diperlukan dalam suatu penelitian
untuk menerapkan model pembelajaran permainan pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah
cooking class untuk meningkatkan motorik halus sebagai berikut:
anak yang telah dibuat. Selama implementasi, a. Keabsahan Konstruk (Construct validity)
rancangan permainan yang telah dikembangkan b. Keabsahan Internal (Internal validity)
diterapkan pada kondisi yang sebenarnya yaitu di c. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity)
dalam kelas. d. Keajegan (Reabilitas)
5. Evaluation (Evaluasi) Teknik analisis data dalam pengembangan
Evaluasi adalah proses untuk melihat rancangan produk (prototype) permainan cooking
apakah model pembelajaran permainan yang class untuk meningkatkan motorik halus bagi anak
dikembangkan berhasil dengan harapan awal atau usia dini dilakukan dengan cara:
tidak. Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu 1. Gambaran Deskriptif
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Deskriptif mengenai pembelajaran berupa
Lokasi dan Subyek Penelitian ini permainan cooking class bertujuan untuk
dilaksanakan di TK Yapi Jaya jalan Dg. Regge II mengukur kualitas kegiatan pembelajaran yang
Lr. 2 No. 7 Makassar. Sedangkan teknik analisis dikembangkan. Kriteria kualitas yang
dta yang digunakan Yakni: Observasi, dikembangkan mengacu pada hasil kevalidan isi.
Wawancara, Angket atau Kuesioner dan Hasil analisis data tersebut selanjutnya
Dokumentasi. dijadikan sebagai pedoman untuk merevisi
Adapun instrumen yang digunakan pengembangan kegiatan pembelajaran berupa
sebagai berikut : permainan cooking class untuk meningkatkan
a. Lembar validasi modul pengembangan motorik halus bagi anak usia dini yang
permainan cooking class. dikembangkan.
b. Lembar Observasi Aktivitas Anak (LOAA Total Validasi (RTV) dengan
c. Lembar Angket Respon Guru (LARG) mencocokkan pada kriteria kevalidan permainan
d. Lembar Observasi Aktivitas Guru (LOAG) cooking class berdasarkan kriteria kevalidan,
e. Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran sebagaimana pada tabel 3.2 di bawah ini:
(LOPP)
f. Lembar penilaian perkembangan Hasil
Belajar Anak.
Penelitian ini menggunakan penelitian
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Yin (2003),
5

Tabel 3.1. Kriteria Kevalidan permainan permainan cooking class. Observasi dilakukan
Cooking Class Anak Usia Dini
oleh dua orang observer pada setiap pertemuan.
Interval Kriteria Data hasil observasi pengelolaan
4 ≤ RTV < 5 Sangat Valid pembelajaran dilaksanakan, dianalisis dan
3 ≤ RTV < 4 Valid
2 ≤ RTV < 3 Kurang valid dideskripsikan. Tiap pertemuan dihitung rata-rata
1 ≤ RTV < 2 Tidak valid setiap aspek observasi. Kemudian menentukan
Sumber: Khabibah (2006)
kategori kemampuan guru dalam mengelola
2. Gambaran Kepraktisan
pembelajaran setiap atau keseluruhan aspek (Ai)
Uji kepraktisan permainan cooking class
dan rata-rata total aspek ( X ) dengan kategori
dalam meningkatkan motorik halus bagi anak usia
yang ditetapkan.
dini dilakukan dengan menganalisis hasil
c. Perkembangan Belajar Anak Didik
observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru dan
Perkembangan belajar anak didik dihitung
hasil observasi terhadap kegiatan yang telah
berdasarkan 3 jenis kegiatan permainan cooking
dilakukan oleh guru.
class dan nilai presentase untuk perolehan hasil.
a. Mengukur tingkat keterlaksanaan
Kemudian dideskripsikan sesuai skala
Tabel 3.2. Kriteria Keterlaksanaan Setiap
Aspek ketercapaian tingkat perkembangan belajar anak
Interval Kriteria didik sebagai berikut:
2,5 ≤ KM ≤ 3,0 terlaksana seluruhnya Tabel 3.3. Kriteria Ketercapaian Tingkat
1,5 ≤ KM < 2,5 terlaksana sebagian Perkembangan Belajar Anak
0,5 ≤ KM < 1,5 tidak terlaksana Didik
Interval Kriteria
Sumber: Khabibah (2006)
90% ≤ M Berkembang Sangat Baik
Keterangan: 80% ≤ M<90% Berkembang Sesuai Harapan
70% ≤ M<80% Mulai Berkembang
M = K i untuk mencari validitas setiap 60% ≤ M<70% Belum Berkembang
kriteria, Sumber : Khabibah (2006)

M = A i untuk mencari validitas setiap aspek, d. Analisis data aktivitas anak didik
M = X untuk mencari validitas keseluruhan Tabel 3.7. Kategori Data Hasil Pengamatan
aspek. Aktivitas Anak Didik
b. Mengukur Kemampuan Guru Mengelola Interval Kriteria
1,5 AAD < 2,5 Belum Berkembang
Pembelajaran Mulai Berkembang
2,5 AAD < 3,5
Kemampuan guru mengelola pembelajaran 3,5 AAD < 4 Berkembang Sesuai Harapan
pada uji coba permainan cooking class anak usia AAD ≥ 4 Berkembang Sangat Baik
dini diukur dengan menggunakan LOPP yang Sumber: Khabibah (2006)

telah divalidasi oleh ahli. Aspek observasi Keterangan:

menyangkut kegiatan pembelajaran sesuai sintaks AAD = Aktivitas Anak Didik


6

Hasil Penelitian transfer ilmu dan pola perilaku positif sehingga


1. Gambaran tingkat kebutuhan mampu mengembangkan kemampuan motorik
pengembangan model permainan cooking
halus anak.
class untuk meningkatkan motorik halus
anak usia dini (4-5 tahun) 2) Analisis anak didik
Untuk mendapatkan informasi tersebut
a. Analisis kebutuhan
maka dilakukan wawancara dengan guru dan
Berdasarkan observasi awal yang
pengamatan langsung. Informasi yang didapatkan
dilakukan diperoleh bahwa pembelajaran masih
dari wawancara di atas yaitu;
berpusat pada guru, metode pembelajaran yang
a) Anak masih mengalami kesulitan
digunakan oleh guru adalah metode yang ada
dalam hal mengembang motorik halus
selama ini (metode tanya jawab, bercerita,
anak terutama yang baru masuk
penugasan dan lain-lain), dan kurangnya keaktifan
sekolah. Anak yang mengalami
anak dalam belajar. Langkah-langkah yang
kesulitan tersebut cenderung merasa
dilakukan dalam menganalisis kebutuhan antara
minder dari temannya yang sudah
lain:
mampu sehingga anak keseringan diam
1) Analisis kebutuhan guru
dan hanya akan belajar menggerakkan
Hasil observasi peneliti terhadap kegiatan
jari tangan untuk kelenturan otot dan
pembelajaran motorik halus selama ini
koordinasi apabila ibu guru yang
memperlihatkan bahwa masih kurangnya
membantuya. Untuk media yang
kreativitas dalam menerapkan model
digunakan yaitu berupa playdough
pembelajaran/permainan yang tepat untuk
yang biasa dibuat anak untuk
pembelajaran kegiatan motorik halus yang
membentuk suatu makanan dan
mengakibatkan anak kurang dapat menggerakkan
minuman.
jari tangan untuk kelenturan otot dan koordinasi.
b) Dari 10 anak yang kemampuan motorik
Kondisi tersebut menjadikan pembelajaran
halusnya masih kurang terdapat 7
cooking class sebuah kebutuhan yang harus
orang anak yang betul-betul masih
dikembangkan melalui beberapa model/metode
sangat kesulitan dalam hal melatih
permainan.
kemampuan motorik halusnya. Mereka
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan
belum bisa mandiri ketika diminta
diperoleh informasi bahwa tugas utama guru
untuk menulis huruf yang diperlihatkan
adalah sebagai pembimbing, pengajar dan
guru. 3 orang lainnya hanya perlu
pendidik. Dalam hal ini guru tidak hanya bertugas
sedikit bimbingan lagi agar bisa
menyampaikan insformasi/pelajaran pada anak
didiknya, namun juga harus mampu melakukan
7

memaksimalkan kemampuan motorik Nuryani (2005) yaitu: 1) Mengembangkan motorik


halusnya. halus yang berhubungan dengan keterampilan
3) Analisis materi pembelajaran gerak kedua tangan, 2) Memperkenalkan gerakan
Dari hasil analisis kebutuhan di atas jari seperti menulis, menggambar, dan
ternyata dibutuhkan pengembangan baik dari guru, memanipulasi benda-benda dengan jari jemari
peserta didik dan juga materi pembelajaran. sehingga anak menjadi terampil dan matang, 3)
Metode/model yang diinginkan adalah metode Mampu mengkoordinasikan kecepatan, kecakapan
baru yang mudah dipahami guru dan anak didik tanpa dengan gerakan mata
serta membuat anak lebih termotivasi, sehingga 3) Peran guru
metode/model yang dianggap cocok untuk Adapun beberapa peran guru dalam
mengembangkan kemampuan motorik halus anak pengembangan model permainan cooking class
adalah model permainan cooking class yang lebih untuk meningkatkan motorik halus anak usia dini
menekankan pada pengembangan motorik halus (4-5 tahun);
anak. a) Guru sebagai perencana dalam
2. Gambaran desain pengembangan model kegiatan bermain anak.
permainan cooking class untuk
b) Guru harus berperan sebagai pendidik
meningkatkan motorik halus anak usia
dini (4-5 tahun) c) Guru sebagai fasilitator dan pengajar.
d) Guru berperan sebagai penilai dari
a. Komponen filosofi model permainan cooking
class untuk meningkatkan motorik halus anak kegitan bermain anak. Guru harus
usia dini (4-5 tahun).
mengamati aspek perkembangan pada
1) Rasionalitas setiap anak.
Permainan merupakan situasi atau kondisi e) Guru berperan sebagai pengasuh.
tertentu pada saat anak mencari kesenangan atau b. Sintaks model permainan cooking class untuk
meningkatkan motorik halus anak usia dini
kepuasan melalui suatu aktivitas. Dengan bermain
(4-5 tahun).
memberikan kesempatan kepada anak untuk
Kegiatan yang dilakukan selanjutnya
memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan
adalah mendesain model permainan cooking class
sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan dan
untuk meningkatkan motorik halus anak usia dini
mendapatkan bermacam-macam konsep serta
dengan menyusun indikator pencapaian yang
pengertian yang tidak terkira banyaknya.
digunakan. Model permainan yang dilaksanakan
2) Manfaat
terdiri atas berbagai jenis permainan yang
Permainan cooking class dalam
meliputi: (1) bermain cooking class membuat
pembelajaran mempunyai beberapa manfaat
donat, (2) bermain cooking class membuat es
sebagai dasar dipilihnya metode ini. Menurut
8

krim, dan (3) bermain cooking class membuat 3. Hasil tingkat validitas dan kepraktisan
pengembangan model permainan cooking
pizza
class untuk meningkatkan motorik halus
Tahap penguasaan materi kegiatan pada anak (4-5 tahun).
pembelajaran dengan model permainan dilakukan
a. Validasi Isi
dengan proses latihan berdasarkan sintaks/tahapan
Hasil penilaian validator terhadap
pelaksanaan dan disetiap kegiatan berlangsung
perangkat pembelajaran ini yang meliputi: Buku
dilakukan pengamatan dan diakhir kegiatan
Pedoman Pengembangan model permainan
dilakukan pengukuran untuk mengetahui
cooking class untuk meningkatkan motorik halus
perubahan yang dicapai dari setiap kegiatan yang
anak usia dini, Buku Panduan, Program Semester,
diberikan pada anak. Berdasarkan rangkaian
Program Mingguan, Program Harian, Analisis
kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran
Kebutuhan Guru, Observasi Pelaksanaan Model
dengan model permainan cooking class, maka
Permainan, Evaluasi Guru, Angket Respon Guru,
tujuan dari semua kegiatan tersebut adalah untuk
Lembar Pengamatan Anak, dan Media
meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4.12 Deskripsi Hasil Penilaian Validator Terhadap Pengembangan Model Permainan
Cooking Class untuk Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia Dini

No Perangkat yang divalidasi Kesimpulan


1. Buku Pedoman 3,8 Sangat Valid
2. Program Semester 3,84 Sangat Valid
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan 3.9 Sangat Valid
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian 3,69 Sangat Valid
5. Analisis Kebutuhan Guru 3,16 Valid
6. Observasi Pelaksanaan 3,41 Valid
7. Evaluasi Guru 3,62 Sangat Valid
8. Angket Respon Guru 3,41 Valid
9. Lembar Pengamatan Anak 3,53 Sangat Valid
10. Media Pembelajaran 3,85 Sangat Valid
Dari Tabel 4.12 di atas menunjukkan Saran para validator terhadap penilaian
bahwa penilaian validator terhadap perangkat perangkat pengembangan model permainan
pembelajaran meliputi Buku Panduan, Program cooking class untuk meningkatkan motorik halus
Semester, Program Mingguan, Program Harian, anak usia dini ini dijadikan masukan dalam proses
Analisis Kebutuhan Guru, Observasi Pelaksanaan perbaikan. Beberapa revisi yang disarankan sudah
Model Permainan, Evaluasi Guru, Angket Respon diperbaiki sebelum melakukan penelitian di
Guru, Lembar pengamatan anan dan media lapangan.
pembelajaran dinyatakan valid digunakan
9

b. Hasil Validasi Empirik


Validasi empirik dilakukan untuk
memperoleh masukan dari pihak yang menjadi
pelaksanaan pembelajaran di kelas. Validasi
empirik pada pengembangan model permainan
cooking class untuk meningkatkan motorik halus
anak usia dini ini dilakukan dengan mengamati
kemampuan guru mengelola pembelajaran.
1) Analisis Kepraktisan

Tabel 4.14 Rekapitulasi Lembar Observasi Pelaksanaan Pengembangan Model Permainan


Cooking Class untuk Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia Dini

No Aspek Penilaian rata-rata Kategori


1 Sintaks Tahapan Pembelajaran 3,25 Tinggi
2 Interaksi Sosial 3,5 Tinggi
3 Prinsip Reaksi 3.37 Tinggi
4 Sistem Pendukung 3,1 Tinggi
rata-rata 3.3 Tinggi

Tabel 4.15 Rekapitulasi Lembar Evaluasi Guru Terhadap Pedoman Bahan Ajar Model
Permainan Cooking Class untuk Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia Dini

No Aspek Penilaian Rata-rata Kategori


1 Kegiatan Awal 3,16 Tinggi
2 Kegiatan Inti 3,5 Tinggi
3 Kegiatan Transisi 3,33 Tinggi
4 Kegiatan Penutup 3,2 Tinggi
Rata-rata 3,29 Tinggi

Berdasarkan kategori yang disebutkan pada


Berdasarkan kategori yang disebutkan pada Bab
Bab III nilai ini termasuk dalam kategori tinggi
III nilai ini termasuk dalam kategori tinggi yaitu
yaitu berada pada rentang 2,6≤ KG < 3,5, dan
berada pada rentang 2,6≤ KG < 3,5 Namun
untuk evaluasi guru terhadap pedoman bahan ajar
demikian, masih ada beberapa hal yang masih
model permainan cooking class untuk
perlu diperbaiki berdasarkan saran-saran dari
meningkatkan motorik halus anak usia dini
pengamat, antara lain:
meliputi 4 aspek yaitu: 1) Kegiatan awal, 2)
a) Guru masih perlu diberikan petunjuk
keKegiatan inti, 3) Kegiatan Transisi dan 4)
agar lebih terampil melaksanakan
Kegiatan Penutup diperoleh nilai rata-rata 3,29.
kegiatan pembelajaran dalam
10

mengoptimalkan pembelajaran dengan 1. Tingkat kebutuhan-kebutuhan


pengembangan model permainan cooking
model permainan cooking class untuk
class untuk meningkatkan motorik halus
meningkatkan motorik halus anak usia pada anak usia dini
Hasil observasi peneliti terhadap
dini khususnya kelompok A.
permainan cooking class selama ini
b) Dalam pengelolaan pembelajaran guru
memperlihatkan bahwa salah satu kelemahan yang
harus lebih banyak melakukan
ada adalah kurangnya kreativitas pendidik dalam
komunikasi yang menstimulus segala
menerapkan model pembelajaran/permainan yang
aspek perkembangan anak yaitu aspek
tepat untuk pembelajaran motorik halus yang
motorik, sosial, bahasa yang dimilik
mengakibatkan anak kurang terstimulasi
anak.
kemampuannya. Kondisi tersebut menjadikan
c) Guru sebaiknya lebih sering
pembelajaran cooking class untuk meningkatkan
mengevaluasi hasil belajar anak pada
motorik halus anak menjadi sebuah kebutuhan
akhir pembelajaran dan sebaiknya guru
yang harus dikembangkan melalui beberapa
lebih banyak memotifasi anak didiknya
model/metode permainan. Dengan demikian,
saat proses pembelajaran berlangsung.
peneliti memberikan salah satu model yang bisa
Pembahasan membantu guru dalam memecahkan permasalahan
mengenai motorik halus tersebut yaitu dengan
Permainan cooking class adalah salah satu
menggunakan permainan cooking class.
permainan dimana permainan ini dimulai dari cara
Hasil observasi awal yang dilakukan pada
mengolah bahan sampai pada cara
saat pelaksanaan belajar mengajar di dalam kelas
menghidangkannya namun dalam bentuk bahan
pada kelompok A bahwa kemampuan motorik
playdough, sehingga aman digunakan bagi anak
halus anak belum maksimal. Hal ini ditunjukkan
usia dini dan merupakan aktivitas untuk
pada saat membentuk makanan dan minuman yang
memperoleh kemampuan tertentu dengan cara
diperlihatkan oleh guru. Mereka hanya membuat
menyenangkan. Sedangkan motorik halus adalah
bulatan-bulatan kecil saja, kalaupun diberi contoh
gerakan yang hanya melibatkan bagian tubuh
anak belum mampu membuat bentuk seperti yang
tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil. Oleh
diajarkan guru mereka, dan hanya mampu
karena itu gerakan motorik halus tidak terlalu
membentuk sesuatu apabila dibantu oleh guru.
membutuhkan tenaga, akan tetapi membutuhkan
Guru dapat memilih metode, materi dan ide yang
koordinasi yang cermat serta ketelitian.
tepat guna mengatasi permasalahan tersebut.
Setelah guru menerapkan model permainan
cooking class ini,anak lebih mudah
mengembangkan motorik halusnya Dari hasil
11

analisis kebutuhan diatas ternyata dibutuhkan d. Memperkenalkan gerakan jari seperti


pengembangan baik dari guru, anak didik dan juga menulis, menggambar, dan memanipulasi
materi pembelajaran. benda-benda dengan jari jemari sehingga
anak menjadi terampil dan matang
2. Desain pengembangan model permainan
cooking class untuk meningkatkan motorik
3. Tingkat validitas dan kepraktisan
halus pada anak usia dini
pengembangan model permainan cooking
class untuk meningkatkan motorik halus
Pengembangan permainan ini
pada anak usia dini
dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, dimana
Pelaksanaa uji coba pengembangan model
setiap 1 kali pertemuan dilaksanakan dengan tema
permainan cooking class untuk meningkatkan
yang sama hanya saja jenis kegiatannya yang
motorik halus anak usia dini khususnya di
berbeda. Pertemuan pertama yaitu cooking class
kelompok A TK Yapi Jaya Makassar sebagai
membuat donat. Pertemuan kedua yaitu cooking
subjek penelitian, maka temuan penting yang
class membuat es krim dan pertemuan ketiga yaitu
diperoleh selama penelitian antara lain:
cooking class membuat pizza. Setiap kali
a. Pembelajaran yang telah berlangsung di TK
pertemuan diberikan 1 bentuk makanan, dan setiap
Yapi Jaya sesungguhnya telah
kelompok diberikan 1 variasi makanan untuk
mengakomodasi prinsip pentingnya
diselesaikan.
mengembangkan berbagai kegiatan
Pelaksanaan pengembangan model
pembelajaran dalam meningkatkan
permainan cooking class menunjukkan bahwa
kemampuan motorik halus anak, hal ini juga
model tersebut yang dirancang dan dikembangkan
diperkuat oleh adanya tuntutan orang tua
peneliti mampu meningkatkan kemampuan
yang menginginkan anaknya bisa menulis
motorik halus anak usia dini. Adapun keunggulan
sebelum masuk kejenjang sekolah dasar,
yang ditemukan dalam pengembangan model
namun pengamatan peneliti bahwa
permainan cooking class ini;
pembelajaran tersebut tidak berlangsung
a. Anak mampu membuat berbagai bentuk
setiap hari dengan pola belajar dan susunan
dengan menggunakan playdough, plastisin
kegiatan belajar yang belum tersusun, masih
dan tanah liat
kurang adanya variasi dalam pembelajaran
b. Anak mampu memegang pensil dengan benar
sehingga masih kurang memancing minat
(antara ibu jari dan dua jari),
anak untuk lebih menonjolkan perkembangan
c. Mengembangkan motorik halus yang
motorik halus yang dimiliknya.
berhubungan dengan keterampilan gerak
b. Anak didik usia 4-5 tahun pada umumnya
kedua tangan,
masih sulit bahkan tidak sedikit diantara
12

mereka yang masih takut bertemu dengan mengarah pada kegiatan yang kurang kreatif
teman baru yang cukup banyak, apalagi dan inovatif, seperti mewarnai sehingga
mereka harus membiasakan diri dengan kemampuan motorik halus anak masih belum
kelompok duduk dan kelompok belajarnya, berkembang dengan baik, masih rendahnya
meskipun senantiasa didampingi oleh guru kemampuan motorik halus anak, dan KBM
sehingga peneliti menganggap perlu adanya yang dilakukan tiap hari kebanyakan LKA.
sistem tukaran pasangan duduk yang Kegiatan ini belum cukup mampu
diterapkan oleh guru bagi setiap anak didik mengembangkan kemampuan motorik halus
sekaligus mampu mengaktifkan semua aspek anak dan sering digunakan sehingga pada
perkembangan yang dimiliki anak didik. akhirnya anak merasa bosan. Berdasarkan
Dari hasil observasi dapat disimpulkan fenomena itu dilakukan analisis kebutuhan
bahwa anak mampu mengembangakan motorik sehingga disimpulkan bahwa dibutuhkan suatu
halus melalui model permainan cooking class yang pembelajaran baru yang kreatif dan menarik
diberikan. Untuk anak-anak belajar sambil yang dapat mengembangkan kemampuan
bermain dengan menggunakan model permainan motorik halus pada anak usia dini.
cooking class memberikan banyak manfaat yaitu 2. Hasil dari gambaran desain pengembangan
membantu anak untuk meningkatkan kemampuan model permainan cooking class untuk
motorik halusnya terutama untuk kegiatan meningkatkan motorik halus anak usia dini
menulisnya nanti. Model permainan ini terdiri atas 2 komponen yaitu komponen
memberikan sedikit sentuhan tentang permainan filosofi model yang meliputi rasionalitas
cooking class dan hal ini membuktikan bahwa model, tujuan serta peran guru sedangkan
anak bisa mengembangkan kemampuan motorik untuk komponen operasional model dijabarkan
halus anak khususnya dalam permainan cooking secara rinci pada semua jenis kegiatan
class melalui model permainan yang permainan dengan berbagai tema dan subtema.
dikembangkan oleh peneliti. 3. Hasil dari tingkat validitas menurut penilaian
validator terhadap perangkat pembelajaran
Kesimpulan
yang meliputi Buku Panduan, Program
Kesimpulan yang dapat ditarik dari Semester, Program Mingguan, Program
penelitian dan pengembangan motorik halus anak Harian, Analisis Kebutuhan Guru, Observasi
usia dini adalah: Pelaksanaan Model Permainan, Evaluasi
1. Dari analisis kebutuhan tentang pengembangan Guru, Angket Respon Guru, Lembar
model permainan cooking class untuk Pengamatan Anak, dan Media Pembelajaran
meningkatkan motorik halus anak usia dini, di dinyatakan valid untuk digunakan. Dan untuk
TK Yapi Jaya Makassar saat ini cenderung
13

kepraktisan pengembangan model hampir DAFTAR PUSTAKA


semua aspek dalam komponen pengamatan
Bartono dan Ruffino. 2006. Dasar-Dasar Food
guru mengelola pembelajaran dan guru Product. Yogyakarta: Penerbit Andi.
menggunakan perangkat pembelajaran telah
Davis, Amanda. 2012. 5 Manfaat Memasak
terlaksana seluruhnya dengan baik. Bersama Untuk Anak. Berita
Satu.Com.(http://www.beritasatu.com/kelu
Saran
arga/52275-5-manfaat-memasak-bersama-
Berdasarkan hasil dan temuan-temuan untuk-anak.html, diakses 15 Juni 2017).
yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-
dikemukakan beberapa saran atau rekomendasi Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
sebagai berikut:
Nasional. Jakarta.

Hasnida. 2015. Analisis Kebutuhan Anak Usia


1. Lembaga PAUD
Dini. Jakarta: Luxima Metro Media.
Lembaga PAUD seharusnya memberikan
Hasyim, Adelina. 2016. Metode Penelitian dan
stimulus kepada guru-guru mereka dalam
Pengembangan Di Sekolah. Yogyakarta:
bentuk mengikutsertakan guru-guru PAUD ke Media Akademi.
berbagai kegiatan sehingga dapat membantu
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak
guru dalam memahami dan memperbaiki Jilid 1. Alih Bahasa: Med. Meitasari
Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih Edisi
metode pembelajarannya saat disekolah.
keenam. Jakarta: Erlangga.
2. Peneliti
Indra, Kunti.2013. Lihat Aku Bisa Memasak.
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan
Jakarta: Cerdas Interaktif.
peneliti hanya berfokus sampai pada tahap
Iskandar. 2005. Kebijakan Pendidikan. Jakarta:
pengembangan yaitu pengembangan model
Pustaka Pelajar.
permainan cooking class untuk meningkatkan
Khabibah, Siti. 2006. Pengembangan Model
motorik halus anak usia dini pada kevalidan
Pembelajaran Matematika dengan Soal
dan kepraktisan dalam proses pembelajaran. Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas
Siswa Sekolah Dasar. Surabaya:
Pengembangan pembelajaran ini belum
Universitas Negeri Surabaya.
sampai pada tahap penyebaran hasil
Muhibbin, Syah. 2004. Psikologi Pendidikan
pengembangan model permainan cooking
dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
class, sehingga diharapkan penelitian Remaja Rosdakarya.
selanjutnya menindak lanjuti penelitian ini.
Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
14

Nuryani. 2005. Peranan Permainan Terhadap Suyanto, 2005. Konsep Dasar Anak Usia Dini.
Aspek Gerak Motorik pada Anak Taman Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Kanak-Kanak. Karya Tulis Guru
Berprestasi Kabupaten Bantul. Wiyani, Novan Ardy. 2014. Psikologi
Perkembangan Anak Usia Dini.
Ridwan, Abdullah. 2015. Pembelajaran Cooking Yogyakarta: Gava Media.
untuk Anak Usia Dni. Jakarta: Bumi
Aksara Yin, Robert K. 2003. Studi Kasus Desain dan
Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Samsuddin. 2008. Pembelajaran Motorik Di
Taman kanak-Kanak. Jakarta: Litera
Prenada Media Group.

Saputra, Yudha dan Rudiyanto. 2005.


Pembelajaran Kooperatif untuk
Meningkatkan keterampilan Anak TK.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Slamet Suyanto. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan


Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat
Publishing.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian &


Pengembangan (Research and
Development). Bandung: Alfabeta.

________. 2016. Metode Penelitian Pendidikan


Pendekatan Kuantitatif, Kualitataif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujiono, Yuliani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan


Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.

Sujiono, Bambang dan Yuliani. 2010. Bermain


Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak.
Jakarta: PT. Indeks.

Sukerti, Ni Wayan. 2008. Dasar Tata Boga.


Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.

Sumantri. 2005. Model Pengembangan


Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia


DIni Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.

You might also like