Abstrak Pak Iskandar
Abstrak Pak Iskandar
DAFTAR ISI
ABSTRACT
Fish Crackers is a typical food of Samarinda City which is made from cork fish, and its texture
resembles crackers. Fish crackers sold in Samarinda City are packaged simply, which is directly
packed using plastic, and minimal information is contained on the packaging label. So that researchers
will conduct further studies to be carried out for the development of attractive fish crackers and
attractive packaging in order to increase consumer purchasing power. Packaging development in
accordance with the wishes of consumers is done with the help of Kansei engineering methods. Kansei
engineering method is a method of design and development based on consumer feelings to find out the
desired design. The kansei engineering method is carried out in several stages, namely, collecting
kansei words from the results of interviews, then distributing the semantic differential I questionnaire to
select the word kansei and continuing with the spread of the semantic differential II questionnaire Then
do conjoint analysis to determine the packaging design based on the word kansei. The results of this
study are the packaging desired by consumers made from plastic, using digital printing labels, and
using more than three colors on the label.
Keywords: Fish Crackers, Packaging, Kansei word, Kansei Engineering, Conjoint Analysis
INTISARI
Kerupuk Ikan merupakan makanan khas Kota Samarinda yang berbahan dasar ikan gabus, dan
teksturnya menyerupai kerupuk. Kerupuk ikan yang dijual di Kota Samarinda dikemas secara
sederhana, yaitu langsung dikemas menggunakan plastik, dan minim informasi yang terdapat pada label
kemasan. Sehingga peneliti akan melakukan studi lebih lanjut untuk dilakukan pengembangan terhadap
kemasan kerupuk ikan yang menarik dan diniminati agar meningkatkan daya beli konsumen.
Pengembangan kemasan yang sesuai dengan keinginan konsumen dilakukan dengan bantuan metode
kansei engineering. Metode kansei engineering merupakan metode perancangan dan pengembangan
berdasarkan perasaan konsumen untuk mengetahui desain yang diinginkan. Metode kansei engineering
dilakukan dengan beberapa tahap yaitu, pengumpulan kata kansei dari hasil wawancara, kemudian
penyebaran kuesioner semantic differential I untuk menyeleksi kata kansei dan dilanjutkan dengan
penyebaran kuesioner semantic differential II untuk mengetahui desain kemasan berdasarkan kata
kansei. Hasil dari penelitian ini adalah kemasan yang diinginkan oleh konsumen berbahan Plastik,
menggunakan label digital printing, dan menggunakan lebih dari tiga warna pada label.
Kata kunci: Kerupuk Ikan, Kemasan, Kata Kansei, Kansei Engineering, Analisis Konjoin
PENDAHULUAN
Kalimantan Timur khususnya di kota Samarinda terdapat banyak Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), salah satunya UKM Dapur Etam. Produk yang dihasilkan UKM ini ialah kerupuk
ikan yang diolah dengan bahan utama yaitu ikan gabus yang di pasarkan di daerah Samarinda.
Pada awal berdirinya UKM Dapur Etam memiliki penjualan yang terbilang baik dan stabil,
namun seiring berjalanya waktu kerupuk ikan olahan UKM Dapur Etam ini mulai mengalami
penurunan drastis, hal ini di sampaikan langsung oleh pemilik UKM Dapur Etam. Mengenai
rasa pihak UKM juga pernah menanyakan langsung kepada konsumen dan respon dari
konsumen mengatakan bahwa tidak ada masalah mengenai rasanya, hanya saja produk dari
UKM Dapur Etam ini kurang dikenal di masyarakat.
47
Jurnal REKAVASI, Vol. 7, No. 2, Desember 2019, 47-58 ISSN: 2338-7750
Ikan gabus merupakan salah satu ikan potensial yang memiliki kandungan gizi dan albumin
yang cukup tinggi. Menurut Supriyanto (2003), menyebutkan bahwa ikan gabus sangat kaya
akan albumin, salah satu jenis protein penting. Albumin di perlukan tubuh manusia setiap hari,
ikan tersebut memiliki protein yang sangat tinggi, ikan ini merupakan sumber albumin bagi
penderita hipoalbumin (rendah albumin) dan luka
Kerupuk Ikan yang dijual di Kota Samarinda saat ini dikemas secara sederhana, kurang
menarik dan minim informasi. Bahan kemasan yang digunakan pada umumnya yaitu plastik
kemasan PET (polyethylene terephthalate) dengan ciri kuat (tidak mudah robek), berwarna
jernih (transparan) dan aman untuk makanan. Kemasan merupakan instrument penting dalam
suatu produk dikarenakan kemasan merupakan hal utama yang secara langsung dapat dilihat
dan dinilai oleh konsumen. Berdasarkan observasi awal terhadap 20 orang, 17 atau 85%
diantaranya menyatakan perlu adanya pengembangan terhadap kemasan kerupuk ikan saat ini.
Daya tarik kemasan suatu produk tidak dapat terlepas dari kemasannya. Kemasan merupakan
“pemicu” karna ia, lengsung berhadapan dengan konsumen. Oleh karna itu, kemasan harus
dapat mempengaruhi keinginginan konsumen untuk kemudian memberikan suatu respon yang
baik atau positif dalam membeli produk. Tujuan akhir dari pengemasan adalah untuk
menciptakan penjualan (Wirya, 1999). Kemasan seringkali disebut sebagai “the silent sales-
man/gril” karna mewakili ketidakhadiran pelayan dalam menunjukan kualitas produk. Untuk
itu, kemasan harus mampu meyampaikan pesan lewat komunikasi informatif, seperti halnya
komunikasi antara penjual dengan pembeli. Bahkan para pakar pemasaran menyebut desain
kemasan sebagai pesona produk (the product charm), sebab kemasan memang berada di akhiir
suatu proses alur produksi yang tidak saja untuk memikat mata (eye-cathing) tetapi juga untuk
pemakaian (usage attractiveness). (Junaidi, 2009).
Menurut Kotler & Phillip (1996) kemasan diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan kontak
terhadap produk. Adapun klasifikasi kemasan berdasarkan kontak produk yaitu :
1. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan
pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe.
2. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-
kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak
kayu untuk buah yang dibungkus, keranjang tempe dan sebagainya.
3. Kemasar tersier, yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder
atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya
jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan
kedalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas.
Menurut Kotler (2003) pengemasan merupakan kegiatan merancang dan membuat wadah atau
bungkus sebagai suatu produk, sedang menurut Swastha (1999) mengatakan kemasan
(packaging) adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat umum dan perencanaan barang yang
melibatkan penentuan bentuk atau desain pembuatan bungkus atau kemasan suatu barang. Jadi
dapat dikatakan bahwa kemasan adalah suatu kegiatan merancang dan memproduksi bungkus
suatu produk yang meliputi desain bungkus dan pembuatan bungkus produk tersebut.
Kansei engineering merupakan teknologi yang menterjemahkan suatu perasaan dan citra
(image) pelanggan atau konsumen tentang suatu produk yang kemudian di terjemah kan ke
dalam elemen-elemen desain atau dengan bahasa lain adalah teknologi yang berorientasi pada
pelanggan untuk pengembangan produk dengan berbasis pada ilmu komputer (Nagamachi,
48
Jurnal REKAVASI, Vol. 7, No. 2, Desember 2019, 47-58 ISSN: 2338-7750
1995). Menurut Chen et al. (2015), dalam bahasa jepang, Kansei, berhubungan dengan
sensitivitas perasaan atau impresi serta emosi. Kansei Engineering di definisikan sebgai sistem
translasi dari suatu gambaran perasaan menjadi komponen riil suatu desain Nagamachi (1995).
menjadi kata kansei baru yang dapat mewakili kelompok kata kansei lama.
b. Penyusunan Kuesioner Semantic Differential I
Kata kansei merupakan pernyaataan di kuesioner semantic differential I. Kata kansei
yang sudah dikelompokkan kemudian dimasukkan ke dalam kuesioner semantic
differential I dan diberi penilaian skala 7.
c. Penyebaran Kuesioner Semantic Differential I
Tujuan dari penyebaran kuesioner untuk mengetahui kata kansei yang mewakili
perasaan responden, yang nantinya kata kansei digunakan dalam kuesioner semantic
differential II, dan untuk melakukan perancangan kemasan yang baru. Responden
yang akan dimintai pendapat merupakan orang yang mengetahui maupun pernah
membeli kerupuk ikan, baik itu kerupuk ikan olahan dapur etam maupun olahan
produsen lainya, untuk itu peneliti mencari responden dengan menemui tempat-tempat
jual beli yang ramai akan masyarakat contohnya seperti pasar, toko-toko sembako, dan
toko-toko oleh-oleh Samarinda.
d. Uji Validitas
Kegunaan Uji Validitas yaitu untuk mengevaluasi sehingga didapatkan kata kansei
yang lebih valid. Dalam penelitian ini uji validitas dibantu dengan menggunakan
software statistik dengan teknik korelasi dengan koefisien product moment pearson.
e. Uji Reliabilitas
Penelitian memerlukan data yang reliabel agar mendapatkan hasil yang sesuai. Dalam
penelitian ini perhitungan dibantu dengan menggunakan software statistik dengan
rumus alpha cronbach.
f. Penyusunan Kuesioner Semantic Differential II
Kuesioner semantic differential II bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kata
kansei terhadap beberapa stimuli gambar. Kuesioner semantic differential II berisi
tentang kata kansei dan stimuli gambar yang didapatkan dari data sekunder.
g. Penyebaran Kuesioner Semantic Differential II
Penyebaran kuesioner semantic differential II diberikan kepada responden yang sudah
mengetahui kemasan dari kerupuk ikan. Tujuan dari penyebaran kuesioner untuk
mengetahui perangkingan atau penilaian responden terhadap suatu stimuli gambar
yang disandingkan dengan kata kansei. Pemberian nilai didasarkan dari kesesuain
dengan kata kansei, semisal terdapat kata kansei aman – bahaya kemudian
disandingkan dengan beberapa stimuli gambar, pemberian nilai 1 menandakan stimuli
gambar menurut responden aman, ketika ada 9 gambar stimuli kemudian gambar
diberikan nilai 9 berarti menandakan menurut responden bahaya dan seterusnya sesuai
dari jumlah stimuli gambar.
4. Tahap Analisis Data dan Pembahasan
Pada tahapan ini akan dianalisis hubungan anatara kata kansei dengan masing masing-
masing item dan kategori desain yang telah dirangking oleh konsumen pada hasil
kuesioner yang kedua. Tahapan analisis konjoin ini menggunakan prosedur generated
orthogonal design dimana perhitungan dan analisis dibantu dengan menggunakan software
statistik. Setelah mendapatkan data, dilanjutkan dengan mendesain kemasan yang
diinginkan oleh responden berdasarkan dari hasil analasis konjoin.
5. Tahap Penutup
Pada tahapan penutup berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan diperoleh berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan yang didasarkan pada tujuan penelitan. Sedangkan
saran berfungsi sebagai acuan dalam pengembangan untuk penelitian selanjutnya dengan
melengkapi kekurangan yang ada pada penelitian ini.
50
Jurnal REKAVASI, Vol. 7, No. 2, Desember 2019, 47-58 ISSN: 2338-7750
51
Jurnal REKAVASI, Vol. 7, No. 2, Desember 2019, 47-58 ISSN: 2338-7750
52
Jurnal REKAVASI, Vol. 7, No. 2, Desember 2019, 47-58 ISSN: 2338-7750
Uji Reliabilitas
Pernyataan pada kuesioner dikatakan reliabel atau andal ketika nilai alpha cronbach > nilai r.
Nilai r yang digunakan dalam uji reliabilitas yaitu 0,600. Hasil uji reliabilitas menunjukkan
bahwa atribut pernyataan keseluruhan dalam kuesioner adalah reliabel karena nilai dari alpha
cronbach yang didapatkan sebesar 0,706 (lebih besar daripada nilai r). Sedangkan untuk nilai
Cronbach’s Alpha if Item Deleted pada masing-masing atribut juga lebih besar daripada nilai r
sehingga reliabel, artinya masing-masing atribut yang terdapat di kuesioner konsisten dan
dapat dipercaya.
konsep yaitu untuk memudahkan mencari gambar berdasarkan dari kombinasi item dan
kategori. Item yang digunakan ada 3 dengan masing-masing item mempunyai 3 kategori.
Sehingga jumlah maksimal stimuli yang dapat digunakan yaitu 27 kombinasi dan jumlah
stimuli minimum yaitu 7. Stimuli adalah kombinasi dari kategori item desain yang satu
dengan kategori item desain lainnya. Perancangan stimuli produk atau kartu konsep
dilakukan dengan bantuan software statistik. Penjabaran kartu konsep berdasarkan output
dari hasil software statistik dapat dilihat pada Tabel 4.
Setelah mendapatkan kombinasi item dan kategori di kartu konsep, kemudian mencari
gambar yang didasarkan kartu konsep. Gambar didapatkan dari observasi kemasan
makanan di internet, pesaing dan buku. Penyusunan kuesioner semantic differential II
berisi kata kansei dan gambar. kuesioner semantic differential II bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara masing-masing kansei word dengan image subyek tentang
masing-masing stimuli sampel produk. Sehingga kata kansei yang sudah didapatkan
disandingkan dengan gambar, yang kemudian dilakukan penilaian (perangkingan) oleh
responden.
Berdasarkan hasil analisa konjoin, hubungan antara kata kansei dan elemen desain dapat
55
Jurnal REKAVASI, Vol. 7, No. 2, Desember 2019, 47-58 ISSN: 2338-7750
Berdasarkan Tabel 6, importance kemasan kerupuk ikan berdasarkan kata kansei (kansei kiri –
kansei kanan) yang pertama adalah item Warna sebanyak 37,477%, yang kedua adalah Bahan
sebanyak 32,931% dan yang ketiga adalah Label sebanyak 29,593%. Analisa masing-masing
kata kansei dapat dilihat pada Tabel 7.
Kemasan yang diinginkan oleh konsumen yaitu kemasan yang memiliki image kutub kiri dan
sebagai spesifikasi yang dominan terhadap keseluruhan kata kansei yaitu memiliki Warna
lebih dari tiga warna cerah, berbahan Plastik dan mempunyai Label Digital printing.
56
Jurnal REKAVASI, Vol. 7, No. 2, Desember 2019, 47-58 ISSN: 2338-7750
Gambar 1. Desain Kemasan Kerupuk Ikan Tampak Depan, Tengah dan Belakang
Hasil desain pada Gambar 1 merupakan gabungan dari beberapa item dan kategori yang
terpilih untuk mewakilkan kata kansei yang dianggap penting oleh konsumen yaitu informatif,
praktis, aman, unik, berwarna-warni, sederhana, ramah lingkungan dan rapi. Dari sekian kata
kansei tersebut kemudian dihasilkan suatu desain kemasan kerupuk ikan yang dibentuk
melalui pendekatan kansei engineering.
Desain label kemasan memuat beberapa unsur butir kata kansei yang mengarah pada kategori
informatif, diantaranya yaitu ada komposisi dan logo halal, cetakan logo rapi, terdapat alamat
produksi, tulisan jelas, ada izin usaha, ada nomor telepon produksi, ada keterangan kadaluarsa,
memiliki logo tersendiri, warna cerah. Kemudian pada bagian bahan kemasan juga memuat
beberapa butir kata kansei yang diwakilkan oleh beberapa kategori kata kansei diantaranya
yaitu desain sederhana kedap udara, dapat dibuka-tutup, tidak mudah robek, memiliki
pegangan, bahan kemasan baik dan aman. Selanjutnya untuk bagian warna pada label juga
memuat beberapa butir kata kansei diantaranya yaitu warna cerah, penggunaan warna yang
baik (warna yang cerah namun detail informasi masih dapat terbaca), dan beragam warna. Dari
berbagai himpunan beberapa kata kansei tersebut dibuat sebuah desain kemasan berdasarkan
item dan kategori yang terpilih sehingga diperoleh suatu desain kemasan kerupuk ikan yang
ada saat ini. Desain label kemasan kerupuk ikan dapat dilihat pada Gambar 2.
Desain label kemasan kerupuk ikan saat ini merupakan hasil yang diperoleh dari komponen-
komponen kata kansei yang terpilih melalui proses wawancara dan kuesioner. Adapun detail
dari label kerupuk ikan yang digunakan adalah kerupuk ikan gabus, digunakan untuk
memperjelas bahan utama yang di gunakan dalam produk ini. Produksi dapur etam, digunakan
untuk memperjelas dan mencantumkan nama UKM yang memproduksi produk tersebut.
Adanya gambar tungku api digunakan sebagai logo dari kemasan kerupuk ikan yang
menggambarkan dapur secara tradisional. Alamat produksi dicantumkan agar konsumen
57
Jurnal REKAVASI, Vol. 7, No. 2, Desember 2019, 47-58 ISSN: 2338-7750
mengetahui letak/tempat produksi dari UKM dapur etam. Logo halal dicantumkan untuk
memperjelas bahwa produk yang dijual UKM dapur etam tersebut aman dikonsumsi bagi umat
yang beragama Islam. Komposisi dari produk dicantumkan dalam label bertujuan agar
konsumen mengetahui detail bahan dari produk. Terdapat nomor izin usaha pada label agar
menambah kepercayaan konsumen terhadap UKM dikarenakan UKM tersebut telah memiliki
izin usaha. Terdapat panduan kadaluarsa dari produk tersebut untuk membantu konsumen
mengetahui kapan jangka waktu agar produk tersebut aman untuk dibeli dan dikonsumsi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian elemen desain yang diinginkan oleh konsumen yaitu bahan
sebesar 32,931%, label sebesar 29,593% dan warna sebesar 37,477%. Pada kategori bahan
item yang diinginkan konsumen yaitu plastik sebesar -0,080, dengan warna yang diinginkan
kosumen yaitu lebih dari dua warna cerah sebesar -0,713 dan label yang diinginkan konsumen
yaitu digital printing sebesar -0,564. Sketsa desain kemasan kerupuk ikan hasil pendekatan
kansei engineering, memiliki spesifikasi yang paling dominan dalam pembentukan citra atau
image kansei. Spesifikasi yang diinginkan konsumen yaitu berbahan plastik, berlabel digital
printing, dan memilliki warna lebih dari tiga warna cerah.
DAFTAR PUSTAKA
Swastha, B 1999, Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Ketiga Yogyakarta, Liberty.
Chen, MC, Chang, KC, Hsu, CL & Xiao, JH 2015, Applying a Kansei Engineering-based
Logistics Service Design Approach to Developing International.
Junaidi, HM 2009, Desain kemasan Untuk UKM, Materi Pelatihan Pengembangan Klinik
Kemasan Produk UKM Jawa Timur, Dinas Perindustrian dan Perdangangan Jatim-LPPM
ITATS.
Kotler 2003, Manajemen Pemasaran, Edisi sebelas. Jakarta : PT. Indeks.
Kotler & Phillip 1996, Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga, Jilid I dan II, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Mu‟alim & Hidayat, R 4, „Re-Design Kemasan dengan Menggunakan Kansei
Engineering‟, Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, Volume 2, Nomor 4,
halm. 215-223.
Nagamachi, M 1995, „Kansei Engineering: A New Ergonomic Consumer Oriented
Technology For Product Development‟, International Journal of Industrial Ergonomics,
Volume 15, halm.3-11.
Salomon, LL, Kosasih, W & Saputra, NL , „Strategi Pengembangan Plastic Shopping Bag
Berdasarkan Preferensi Konsumen dengan Pendekatan Metode Kansei Engineering‟,
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer, Volume 4, Nomor 14.
Supriyanto, E 2003, Penyembuhan Luka Dengan Ikan Gabus, Fakultas Perikanan, Universitas
Brawijaya, Malang.
Wirya, I 1999, Menang Bersaing Melalui Kemasan, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
58