FRAKTUR DENTAL DAN PERAWATANNYA
MIRANDA LAURENCIA TURNIP
180600153
Mahasiswa,Fakultas Kedokteran Gigi , Universitas Sumatera Utara
E-mail:
[email protected] ABSTRACT
Teeth with is treated with endodontic treatment has own problems, tends to be weaker because of dentin removal and
reduced moisture content, so, requires post and crown restoration treatment. The principle of making restoration should
be to restore function, esthetic, and to distribute chewing load, so, both teeth and its crown can be used in a long time in
oral cavity. This case report described about 23-year-old female patient with a history of trauma motor vehicle accident.
Tooth 11,12,21 was fractured 2/3 crown with pulp exposed. The diagnosis which established for this case is irreversible
pulpitis and the treatment planning are one visit root canal treatment, post and fiber insertion and porcelain fused to metal
restoration. On the first visit, acces preparation with crown down technique was done and rootcanals filled with gutta
percha and sealer AH 26 with lateral condensation technique. Fiber post was insertion in next visit and cementation with
dual-cured resin. Core was made in resin composite and porcelain fused to metal was inserted after control of patient
condition in 1 week. One of those methods that used in this case is prefabricated glass fiber post, because of its
biocompatibility, more aesthetic, has a modulus of elasticity which is resemble with dentine. Pressure that its transmitted
by post to dentin is low, so, this is minimize a root fractured. The result of this treatment and the restoration was good,
there were no patient complaints, and normal gingival seemed around the teeth. Restoration post endodontic treatment
can be done with several techniques, one is post and porcelain fused to metal to produce a good restoration. Key word :
Fiber post, porcelain fused to metal, endodontic treatment
Keywords: Fiber post, porcelain fused to metal, endodontic treatment
PENDAHULUAN agar tetap normal. 2Penyebab dari trauma itu sendiri dapat
terjadi langsung atau tidak langsung. Dan didukung oleh
faktor predisposisi yang meliputi faktor eksternal, karena
Fraktur adalah patah tulang, berkisar dari retakan tipis permainan yang berbahaya dan faktor internal, karena
hingga patah. patah tulang bisa melintang, memanjang di posisi gigi anterior yang protusif . Sejumlah klasifikasi
beberapa tempat atau menjadi banyak bagian.Menurut fraktur karena trauma sangat diperlukan, sehingga standard
American Dental Association fraktur dental prosedur perawatan dapat ditentukan. Kennedy menyatakan
atau patah gigi merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen “tidak ada cabang dari ilmu kedokteran gigi mempunyai
dari satu gigi lengkap yang biasanya disebabkan oleh kemajuan yang sangat cepat sampai kasusnya
trauma atau benturan. Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan terklasifikasi”. Ellis mengklasifikasikan trauma gigi
(melibatkan chipping dari lapisan gigi terluar yang disebut menjadi 8 kelas.2 Sedangkan menurut Andreasen
email dan dentin) sampai berat dan melibatkanfraktur mengklasifikasi-kan menjadi 4 kelas meliputi trauma yang
vertikal ,diagonal, atau horizontal akar) mengenai gigi, jaringan pendukung, gingival dan oral
Trauma pada gigi anterior menunjukkan prevalensi yang mukosa.3Pasien dengan fraktur yang sudah mengenai pulpa
cukup tinggi. Ellis dan Davey melaporkan 4251 anak karena trauma, mengungkapkan adanya keluhan kepekaan
sekolah di kota besar 4,2% memiliki fraktur gigi anterior. terhadap perubahan suhu, sakit saat berfungsi, selain itu
Sementara Marcus dan Gutz dalam penelitian terpisah pasien mengalami sakit saat makan atau minum yang manis
melaporkan frekuensi yang lebih tinggi, sekitar 16% - atau asam. Pemeriksaan pasien yang mengalami fraktur
20%.3 Andreas Jo, 1984 melaporkan bahwa 18%-20% terdiri dari pemeriksaan darurat dan pemeriksaan lanjutan.
trauma pada gigi tetap muda, menyebabkan fraktur mahkota Pemeriksaan da ruratmeliputi pengu-mpulan data vital,
dengan pulpa terbuka. 1 Fraktur mahkota dengan pulpa riwayat kesehatan pasien, data dan keluhan pasien. Data
terbuka ini harus segera diatasi untuk melindungi pulpa vital terdiri dari usia pasien, bagaimana dan dimana
1
terjadinya trauma serta kapan terjadinya trauma. Apabila
terjadinya trauma ditempat yang kotor atau kemungkinan
banyak bakteri dan mengakibatkan keadaan klinis
kemerahan, pembengkakan pada ginggiva, maka pasien KLASIFIKASI FRAKTUR GIGI
perlu diberikan ATS (Anti Tetanus Serum). Pasien juga
ditanyakan apakah terjadi muntah pada saat trauma, atau Para ahli mengklasifikasikan berbagai macam kelainan
pasien menjadi tidak sadar, sakit kepala serta amnesia akibat trauma gigi anterior. Klasifikasi fraktur gigi yang
setelah mengalami trauma. Apabila hal ini terjadi maka telah diterima secara luas adalah klasifikasi menurut Ellis
kemungkinan ada kerusakan pada sistem syaraf pusat. dan Davey (1970), Klasifikasi menurut World Health
Maka pasien dianjurkan untuk pemeriksaan lebih lanjut Organization (WHO) dan modifikasi oleh Andreasen
pada bagian neurologi.4 Pemeriksaan lanjutan meliputi (1978) serta klasifikasi yang direkomendasikan dari World
pemeriksaan kembali klinis lengkap yang terdiri dari Health Organization (WHO) dalam Application of
pemeriksaan ekstra oral dan intra oral serta dilakukan International Classification of Diseases to Dentistry and
pemeriksaan penunjang yaitu pemeri-ksaan radiografis, Stomatology (1995). Ellis dan Davey (1970) menyusun
untuk dapat melihat perkembangan akar, ukuran pulpa dan klasifi kasi fraktur pada gigi anterior menurut banyaknya
jarak dengan garis fraktur, kelainan pada dan jaringan struktur gigi yang terlibat, yaitu:
pendukung.1,3,2,4 Perawatan yang dilakukan pada fraktur
yang mengenai pulpa, diusahakan dapat mempertahan-kan Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya
vitalitas pulpa. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan melibatkan jaringan email. Ini adalah fraktur relatif tidak
dalam perawatan fraktur mengenai pulpa, yakni besarnya berbahaya melibatkan terluar permukaan gigi . Hal ini
pulpa yang terbuka, vitalitas pulpa, lamanya pulpa terbuka, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit
derajat pembentukan akar dan kemungkinan mahkota untuk
dapat direstorasi. Alternatif perawatan yang dapat Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah
dilakukan, yaitu pulpotomi, parsial pulpotomi dan melibatkan jaringan dentin tetapi belum melibatkan pulpa.
pulpektomi. Pulpotomi merupakan perawatan yang hanya Fraktur ini menembus lapisan kedua gigi yang cenderung
mengambil jaringan pulpa terinfeksi pada kamar pulpa, dan sensitif terhadap suhu panas atau dingin.
mempertahankan jaringan pulpa vital dalam saluran akar.
Pada gigi yang immature, perkembangan akar akan terus Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan
berlanjut apabila pulpa dalam saluran akar dipertahankan dentin dan menyebabkan terbukanya pulpa
tetap sehatPulpotomi dapat dilakukan pada gigi dengan
pulpa terbuka Perawatan Fraktur Kelas Tiga Ellis Kelas 4 : Fraktur pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi
Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(2): 169-174 171 non vital dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
tidak lebih dari 72 jam. Berdasarkan penelitian lain, oleh
Lucia Blanco, Stephen Cohen membuktikan bahwa ukuran Kelas 5 : Fraktur pada gigi yang menyebabkan kehilangan
pulpa yang terbuka serta waktu antara terjadinya trauma gigi atau avulsi.
dengan perawatan dan sempurnanya pembentukan akar
merupakan salah satu hal yang tidak terlalu penting untuk Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan
dapat mencapai perawatan pulpotomi yang struktur mahkota.
optimal.3Sedangkan parsial pulpotomi adalah perawatan
yang hanya mengambil daerah tanduk pulpa . Bahan resin Kelas 7 : Fraktur pada gigi yang menyebabkan perubahan
komposit dapat berfungsi sebagai temporary permanent posisi atau displacement gigi.
restoration. Ditinjau dari segi iritasi pulpa komposit lebih Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada
baik dibanding bahan lainnya. Dan secara estetik, bahan gigi sulung.
komposit dapat memberi hasil yang baik dan permukaan
tidak menjadi kasar.8 Seperti diketahui gigi anterior harus
dapat memberikan nilai estetik yang lebih. Anak dalam usia
sekolah yang mengalami perkembangan mental dan sosial
menjadi lebih peka apabila adanya suatu kelainan atau
restorasi yang tidak memuaskan karena adanya fraktur gigi.
Menurut Brauer, kadang-kadang hal ini dapat membuat
perasaan rendah diri, yang merupakan faktor langsung
kegagalan anak dimasa yang akan datang.1 Untuk itu
diperlukan restorasi yang memberikan nilai estetik dan
memuaskan diri pasien .
2
gigi depan atas sakit atau ngilu bila makan makanan manis
dan minuman dingin. Satu minggu yang lalu sebelum
penderita jatuh di lantai saat berlari didalam rumah dan gigi
depan atas patah sebagian. Keadaan umum anak baik, dapat
berkomunikasi, tidak dalam perawatan dokter, anak dalam
keadaan sehat, tidak mempunyai kebiasaan buruk.
Pemeriksaan ekstra oral muka simetris, tidak ada
pembengkakan kelenjar getah bening, sub mandibular dan
sub mentalis. Pada pemeriksaan intra oral, tidak ada
kelainan jaringan lunak. Status oklusi klasifikasi Angle
kelas I tipe 2, dengan multiple diastema. Skor plak 15
dengan indeks plak 2,5. Gigi 21 mengalami fraktur mahkota
dengan pulpa terbuka. Pada perabaaan dengan kapas
menimbulkan rasa ngilu. Tidak terdapat nyeri tekan dan
kegoyangan pada gigi tersebut.
Gambaran radiografik gigi 21: menampakkan mahkota
fraktur sepertiga tengah, sudah mencapai pulpa, dan adanya
radiolusensi di daerah apical karena apeks gigi belum
tertutup sempurna. Tata Laksana Kasus Diagnosa 21 fraktur
mahkota mencapai pulpa, vital (menurut klasifikasi ELLIS,
fraktur kelas III) Pemeriksaan karies dijumpai 75,85 KMP
non vital dengan gambaran radiografis resorbsi akar sudah
mencapai seperiga servikal, benih gigi tetap 35,45 sudah
menembus tulang dan pertumbuhan gigi tetap sudah
mencapai sepertiga servikal. Gigi 54 karies dentin, 55,
13,23 karies email. Rencana perawatan sebagai berikut:
DHE dan OP, 21 pulpotomi dengan Ca (OH)2 – dengan
restorasi komposit. Perawatan gigi lain sesuai dengan
indikasi dan topical aplikasi dengan larutan flour dan pro
orthodonti. Pada kunjungan pertama,dilakukan pemeriksaan
lengkap, DHE dan OP, gigi 21 pulpotomi dengan Ca(OH)2
dan di semen dengan semen ionomer kaca. Seminggu
kemudian dilakukan kontrol, tidak ada keluhan dan secara
klinis tidak ditemukan adanya kelainan. Pada minggu
keempat dilakukan kontrol secara klinis dan radiografis.
Secara klinis tak ada keluhan dan kelainan. Dan hasil
rontgen menunjukkan terbentuknya dentin sekunder.
Selanjutnya dilakukan restorasi resin komposit. Dilakukan
kontrol 1 minggu dan hasilnya tumpatan masih baik.
Kontrol setelah 1 bulan
menunjukkan tumpatan juga masih baik, dan reaksi positif
atas rasa dingin. Kontrol setelah 6 bulan memperlihatkan
tumpatan masih baik, serta vitalitas gigi positif.
Pemeriksaaan radiografi tidak tampak ada kelainan dan
apeks tertutup sempurna. Pasien dianjurkan untuk datang
kembali setelah 1 tahun, dan 2 tahun, guna mengontrol
keadaan giginya. Bila ada keluhan yang timbul dianjurkan
segera datang untuk pemeriksaan dan perawatan lebih
KASUS lanjut.
Seorang anak laki-laki , usia 10 tahun, tinggi badan 133 cm
dan berat nadan 29 Kg, datang ke klinik Kedokteran Gigi
PEMBAHASAN
Anak FKG UI pada tanggal 2 Juli 2003, dengan keluhan
3
sempurna sehingga gambaran radiolusensi menghilang.
Trauma gigi tetap insisif sentral atas pada anak usia 10 Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan
tahun sering terjadi. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut mempertahankan pulpa tetap vital, maka perkembangan
anak sedang aktif bermain, berolahraga, berlari dan akar terus berlanjut. 5 Kemudian diberikan restorasi resin
bersepeda. Dan didukung juga oleh keadaan gigi pasien komposit sebagai temporary permanent restoration. Bahan
yang protusif anterior. Pada kasus ini trauma terjadi saat ini digunakan sampai menunggu pasien usia dewasa
anak sedang jatuh di dalam rumah. Berdasarkan riwayat sehingga baru dapat dilakukan permanent restoration. Resin
dimana terjadinya trauma maka pada pasien ini tidak komposit menghasilkan kualitas estetik yang baik, dapat
dianjurkan untuk pemberian ATS. Alternatif perawatan dipoles dengan baik, dan mempunyai stabilitas warna untuk
yang dipilih pada kasus ini adalah pulpotomi. Keuntungan waktu yang cukup lama.6 Keberhasilan perawatan
pemilihan perawatan pulpotomi adalah pengambilan pulpotomi dengan kalsium hidroksida tergantung dari
jaringan pulpa terinfeksi seluruhnya pada kamar pulpa dan pemilihan kasus yang tepat dan prosedur perawatan yang
dapat mempertahankan pulpa vital dalam saluran akar. benar. Pada kasus ini perawatan dilakukan setelah trauma
Kasus ini menunjukkan pembentukkan akar yang masih terjadi selama seminggu. Pada minggu keempat setelah
belum sempurna, dengan mempert ahankan pulpa dalam perawatan, hasil rontgen menunjukkan terbentuknya dentin
saluran akar tetap sehat, maka perkembangan akar akan sekunder. Dan 6 bulan setelah perawatan pemeriksaan
terus berlanjut.5 radiograpik menunjukkan apeks tertutup sempurna. Kontrol
secara periodik masih perlu dilakukan untuk melihat
Sedangkan parsial pulpotomi tidak dilakukan karena pada keadaan pulpa gigi tersebut.
perawatan ini hanya mengambil bagian tanduk pulpa secara
minimal.5 Pada pasien ini, pulpa sudah terbuka luas selama
satu minggu, kontaminasi bakteri diperkirakan sudah
meluas hingga kamar pulpa. Sehingga perawatan parsial
pulpotomi tidak dilakukan. Pasien datang dan dilakukan
pulpotomi dengan kalsium hidroksida setelah 1 minggu
mengalami trauma. Berbeda dengan pulpotomi yang biasa
dilakukan pada gigi dengan pulpa terbuka tidak lebih dari
72 jam. Hal ini tidaklah menjadi masalah, karena
berdasarkan penelitian yang dilakukan Lucia Blanco,
Stephen Cohen ukuran pulpa yang terbuka serta waktu
antara terjadinya trauma dengan perawatan dan
sempurnanya pembentukan akar merupakan salah satu hal
yang tidak terlalu penting untuk dapat mencapai perawatan
pulpotomi yang optimal.5 Selanjutnya dipilih bahan kalsium
hidroksida yang berbentuk campuran pasta base dan katalis.
Bentuk campuran powder dan aquadest tidak dipilih karena
bahan ini tidak cukup kuat menerima tekanan sewaktu
pengisian bahan restorasi. Meskipun demikian campuran
powder dan aquadest tetap masih dapat digunakan.10
Mengingat daerah pulpa pada saluran akar kini sudah
terlindungi oleh bahan kalsium hidroksida, selanjutnya
dipilih bahan semen ionomer kaca sebagai pendukung
bahan pelindung. Semen ionomer kaca dipilih karena bahan
ini mampu melepaskan flour danmemiliki koefesian termal
ekspansi yang sama dengan jaringan gigi. Namun bahan ini
juga memiliki beberapa kekurangan yaitu dari segi estetis.8
Setelah dilakukan pulpotomi dengan kalsium hidroksida,
diketahui bahwa sudah terbentuk dentin sekunder pada
minggu keempat. Menurut Ellis dan Davey pembentukkkan
dentin sekunder setelah 6-8 minggu perawatan. Namun
keberhasilan kasus ini sesuai dengan penelitian Lucia
Blanco dan Stephen Cohen, bahwa pada dasarnya formasi
awal dari dentin sekunder sudah terbentuk 7 hari setelah
perawatan.6 Pada kontrol 6 bulan apeks telah tertutup
4
5
1
Ellis, R.G and Davey,K.W. The Clasification and Treatment of Injuries To The Teeth of Children, ed.5 Year Book
med.Pub,Chicago, 1970, p.14-7, 91-5
2
Andreasen, J.O, Traumatic Injuries of the Teeth, ed.1, Munkagoard,Copenhagen,Denmark,1972, p.15
3
Lucian Blanco, Stephen Cohen, Treatment of Crown Fractures With Exposed Pulps, Journal of the California Dental
Association, June 2002.
4
Richard R. Welbury, Paediatric Dentistry 2nd ed. Oxford University Press,2001, p.226-9.
5
Nicholls E. Endodonticcccs. Bristol: Jhon Wright &son LTD.1967;242-55.
6
Cohen S et al. Pathwayof the pulp. Eight edision. Mosby;2002,603-12