100% found this document useful (1 vote)
168 views11 pages

ID Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah

1) The document analyzes the influence of Regional-Owned Asset (BMD) management on the quality of financial statements of Talaud Local Government. 2) It finds that assessment, administration, surveillance and control of BMD partially significantly influence the quality of financial statements, while planning has a negative and insignificant influence. 3) The results also indicate that planning, assessment, administration, surveillance and control of BMD simultaneously, positively and significantly influence the quality of financial statements of Talaud Local Government.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
100% found this document useful (1 vote)
168 views11 pages

ID Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah

1) The document analyzes the influence of Regional-Owned Asset (BMD) management on the quality of financial statements of Talaud Local Government. 2) It finds that assessment, administration, surveillance and control of BMD partially significantly influence the quality of financial statements, while planning has a negative and insignificant influence. 3) The results also indicate that planning, assessment, administration, surveillance and control of BMD simultaneously, positively and significantly influence the quality of financial statements of Talaud Local Government.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 11

PENGARUH PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP

KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH


KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

YULPI POAE1) VENTJE ILAT2) JESSY D.L. WARONGAN3)

Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan bisnis Universitas Sam Ratulangi
E-mail: [email protected]

Abstract. This study is intended to analyze the influence of Regional-Owned Asset (BMD)
management towards the quality of the financial statements of Talaud Local Government. The
variables used in this study are planning, assessment, administration, and BMD surveillance and
control. 158 respondents were taken by using purposive sampling method. This is a quantitative
research with multiple regression analysis. The results show that the assessment, administration,
surveillance and control of BMD partially significantly influence the quality of the financial
statements of local government, while the planning has negative and insignificant influence to
the quality of the financial statements of local government. The results also indicate that the
planning, assessment, administration, surveillance and control of BMD simultaneously, positively
and significantly influence the quality of the financial statements of Talaud Local Government.
The value of the coefficient of determination shows that planning, assessment, administration,
and surveillance and control of BMD influence simultaneously to the quality of financial
statements of local government at 36.5%, the balance 63.5% is influenced by other factors
outside the research model.

Keywords: Quality of Financial Statements of Talaud Local Government, Planning, Assessment,


Administration, BMD Surveillance and Control.

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengelolaan Barang Milik Daerah
(BMD) terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud.
Variabel-variabel yang digunakan adalah perencanaan, penilaian, penatausahaan, serta
pengawasan dan pengendalian BMD. Dengan menggunakan metode purposive sampling, jumlah
sampel penelitian yang diambil sebanyak 158 responden. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara parsial penilaian, penatausahaan, pengawasan dan pengendalian BMD memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, sedangkan
perencanaan BMD memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa
perencanaan, penilaian, penatausahaan, pengawasan dan pengendalian BMD berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Nilai dari koefisien
determinasi menunjukkan bahwa perencanaan, penilaian, penatausahaan, pengawasan dan
pengendalian BMD bersama-sama berkontribusi terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah yaitu sebesar 36,5%, sisanya 63,5 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar model penelitian.

Kata Kunci: Kualitas LKPD, Perencanaan, Penilaian, Penatausahaan, Pengawasan dan


Pengendalian BMD

Pendahuluan
Sistem pemerintahan daerah di Indonesia dewasa ini memasuki paradigma baru
dimana salah satu tujuan dari penyelenggaraan pemerintah adalah terciptanya good
governance dengan cara melakukan perubahan yang mendasar dalam mengelola daerah
serta mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Perubahan itu mengarah pada
pelaksanaan desentralisasi atau otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
Pelaksanaan otonomi daerah sudah memasuki dua dasawarsa akan tetapi tujuan
utama dari otonomi daerah belum terpenuhi secara signifikan terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat didaerah. Hal ini memunculkan berbagai fenomena dengan
159
menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap pemerintah baik
dipusat maupun daerah (Mardiasmo, 2009:20). Tuntutan tersebut terkait dengan perlu
dilakukannya transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka
pemenuhan hak-hak publik.
Mahmudi (2015:4) menjelaskan bahwa penyusunan laporan keuangan pemerintah
merupakan perwujudan dari akuntabilitas pengelolaan keuangan publik. Sehingga informasi
dalam laporan keuangan harus mempunyai karakteristik kualitatif yaitu relevan, andal, dapat
dibandingkan dan dapat dipahami.
Dalam praktek penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah yang berkualitas,
fenomena yang ada (kenyataan) masih berbeda dengan harapan. Berdasarkan hasil
pemeriksaan Badan Pemeriksan Keuangan (BPK) didapati masih banyak laporan keuangan
pemerintah daerah disusun belum berkualitas, karena belum menyajikan data-data
keuangan yang sesuai dengan standar dan peraturan. Disamping itu juga, masih banyak
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan berhasil ditemukan dalam pelaksanaan audit
atas laporan keuangan pemerintah daerah (Wungow, 2016). Hasil pemeriksaan terhadap
laporan keuangan pemerintah daerah dari tahun 2010 sampai 2015, lima puluh lima persen
(55%) opini yang diberikan oleh BPK RI atas laporan keuangan pemerintah daerah adalah
Wajar Dengan Pengecualian (Ihps BPK RI, 2015 sampai 2016).
Menurut Hidayati, et al. (2016), lemahnya pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD)
merupakan faktor yang menyebabkan masih banyaknya pemerintah daerah memperoleh
opini Wajar Dengan Pengecualian. Bahkan pada kasus tertentu, ada daerah yang bahkan
mengalami penurunan opini dari Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) menjadi Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) atau Tidak Memberi Pendapat (TMP) yang disebabkan
kekurangmampuan mewujudkan tata kelola aset/ barang pemerintah daerah secara baik
(Ferdianus, 2013).
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud termasuk daerah yang masih berkutat
dengan permasalahan aset/BMD. Hal ini terlihat dari opini yang diberikan oleh BPK atas
laporan keuangan yang disajikan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud. Pada Tahun
2010, BPK memberikan opini Tidak Wajar (TW), Tahun 2011 memberikan opini Tidak
Memberikan Pendapat (TMP), Tahun 2012 kembali memberikan opini Tidak Wajar (TW),
Tahun 2013 Tidak Memberikan Pendapat (TMP), Tahun 2014 dan 2015 memberikan opini
wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah, sedangkan pengecualian terletak pada
pengelolaan aset/BMD.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, pengelolaan BMD adalah
tidak sekedar administratif semata, tetapi lebih maju berfikir dalam menangani BMD,
dengan meningkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan nilai tambah dalam mengelola
aset/BMD. Oleh karena itu, lingkup pengelolaan Barang Milik negara/daerah mencakup
perencanaan kebutuhan dan penganggaran; pengadaan; penggunaan; pemanfaatan;
pengamanan dan pemeliharaan; penilaian; pemindahtanganan; pemusnahan; penghapusan;
penatausahaan; dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Dengan pengelolaan BMD
yang efisien dan efektif mulai dari perencanaan sampai dengan pengendaliannya diharapkan
dapat menghindari penyimpangan dari peraturan yang berlaku terlebih pekerjaan yang
dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pemikiran tersebut, beberapa hal yang menjadi fokus dalam tulisan ini
adalah mencakup pengaruh pengelolaan BMD terhadap kualitas laporan keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud, dengan Faktor-faktor pengelolaan BMD
yang diteliti adalah faktor perencanaan, penilaian, penatausahaan, pengawasan dan
pengendalian BMD, yang divisualisasikan dalam kerangka berpikir sebagaimana pada
gambar 1.
160
Perencanaan (X1)

Penilaian (X2)
Kualitas
Laporan
Penatausahaan (X3) Keuangan (Y)
(Pemerintah
Pengawasan dan
Pengendalian (X4)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Perencanaan BMD merupakan kegiatan merumuskan rincian kebutuhan BMD untuk


menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan
sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan yang akan datang (BPPK
Kemenkeu, 2011). Perencanaan sebagai tahapan awal dan penting dalam pengelolaan BMD
merupakan komponen yang sangat penting untuk mewujudkan laporan keuangan yang lebih
baik (Yusuf, 2015:9). Penelitian Hidayati, et al. (2016) membuktikan bahwa perencanaan
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini berarti semakin baik
perencanaan maka semakin baik pula kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Penilaian BMD adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh penilai untuk memberikan
suatu opini atas nilai suatu obyek penilaian pada saat tertentu dalam rangka pengelolaan
BMD (PP No 27 Tahun 2014). Penilaian BMD yang baik akan menghasilkan penyajian nilai
neraca atas aset pemerintah daerah akan memadai sehingga dapat memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan daerah. Penelitian Simamora (2012) dan
Anshari (2016) menunjukkan bahwa penilaian aset/barang berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Artinya apabila dilakukan peningkatan
terhadap penilaian aset/barang maka akan meningkatkan kualitas laporang keuangan pada
Pemerintah Kota Padang.
Penatausahaan BMD adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,
inventarisasi dan pelaporan BMD sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Permendagri No 17
Tahun 2007). Dengan penatausahaan BMD akan dapat diketahui secara pasti nilai kekayaan
daerah, status kepemilikan, pemanfaatan serta pemeliharaan terhadap BMD yang dikuasai
pemerintah daerah. Sehingga akan menghasilkan sinkronisasi antara laporan keuangan
pemerintah daerah dengan laporan BMD. Penelitian Anggareini (2015) dan Febrianti (2016)
menunjukkan bahwa penatausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan Pemerintah Daerah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik
penatausahaan aset/barang maka semakin baik kualitas pada laporan keuangan pemerintah
daerah.
Pengawasan adalah usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan
yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan dibandingkan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengendalian adalah usaha atau kegiatan
untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan dan menjamin
tertib administrasi pengelolaan BMD secara efisien dan efektif maka diperlukan fungsi
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas aset/BMD. Hal itu sangat penting untuk
memastikan bahwa seluruh mekanisme dan prosedur pengelolaan BMD telah dilakukan
161
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sehingga pengelolaan aset/ barang daerah
akan semakin baik maka akan mewujudkan laporan keuangan yang lebih baik dan
berkualitas (Yusuf, 2015:9). Penelitian Anshari (2016) juga diperkuat dengan penelitian
Hidayati, et al. (2016). menunjukkan bahwa pengawasan dan pengendalian BMD
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan memberikan bukti
empiris pengaruh perencanaan (X1), penilaian (X2), penatausahaan (X3), pengawasan dan
pengendalian (X4) sebagai variabel independen terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah sebagai variabel dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah
analisis regresi linear berganda.
Penelitian ini dilakukan pada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi
Sulawesi Utara. Populasi yang digunakan adalah Pengelola Keuangan dan Barang sejumlah
224 orang yang tersebar di 33 SKPD yang berada di Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Talaud.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purpossive sampling.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sampel yang diambil sejumlah 158 orang yang
tersebar di 33 SKPD di Kabupaten Kepulauan Talaud. Sampel diambil hanya pada
Dinas/Badan/ Sekretariat/Kantor.
Perencanaan diukur dengan dimensi kondisi barang yang ada, kebutuhan barang yang
akan datang dan penganggaran dengan menggunakan 11 (sebelas) pernyataan. Penilaian
diukur dengan dimensi tujuan penilaian, standar penilaian dan objek penilaian dengan
menggunakan 9 (sembilan) pernyataan. Penatausahaan diukur dengan dimensi pembukuan,
inventarisasi dan pelaporan, dengan menggunakan 11 (sebelas) pernyataan. Pengawasan
dan pengendalian diukur dengan dimensi supervisi, pemantauan, pembagian tugas dan
wewenang, audit APIP dengan menggunakan 19 (Sembilan belas) pernyataan. Kualitas
laporan keuangan diukur dengan dimensi relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat
dipahami dengan menggunakan 14 (empat belas) pernyataan. Masing-masing item
pernyataan tersebut kemudian diukur dengan menggunakan Skala Likert 5 point.

Hasil dan Pembahasan


Data dalam penelitian ini yaitu data primer yang dikumpulkan dengan cara
menyebarkan kuesioner langsung kepada 158 responden yang tersebar pada 33 SKPD di
Kabupaten Kepulauan Talaud. Sebanyak 158 kuesioner yang disebarkan, terkumpul
sebanyak 142 kuesioner, hal ini disebabkan karena pada saat dikumpul, beberapa kuesioner
tidak dikembalikan oleh responden. Dari 142 kuesioner yang dikembalikan, terdapat 3 kuesioner
yang tidak dapat digunakan karena tidak diisi dengan lengkap, sehingga kuesioner yang dapat
diolah sebanyak 139 kuesioner.
Untuk mendapatkan kualitas data dari suatu instrumen telah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yaitu
dengan cara menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pernyataan dengan skor
total. Jika korelasi antara skor masing-masing butir pernyataan dengan skor total
mempunyai tingkat signifikansi < 0,05, maka butir pernyataan tersebut dinyatakan valid dan
sebaliknya. Hasil uji coba menunjukkan bahwa semua item pernyataan untuk variabel
perencanaan, penilaian, penatausahan, pengawasan dan pengendalian BMD memiliki
kriteria valid dengan nilai signifikansi <0,05. Hal ini berarti semua item pernyataan yang
digunakan dalam penelitian ini mampu mengungkapkan semua variabel yang diukur pada
kuesioner tersebut.
162
Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan teknik Cronbach Alpha. Suatu instrumen
dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien keandalan atau Cronbach Alpha > 0,60.
Berdasarkan uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach's Alpha untuk variabel perencanaan
BMD sebesar 0,808; penilaian BMD sebesar 0,842; penatausahaan BMD sebesar 0,799;
pengawasan dan pengendalian BMD sebesar 0,916 dan kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah 0,922. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
kuesioner ini reliable karena memiliki nilai Cronbach's Alpha > 0,60. Hal ini menunjukkan
bahwa apabila pernyataan diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama
dengan jawaban sebelumnya.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data berdistribusi normal. Uji normalitas
dalam penelitian ini dengan menggunakan grafik P-Plot SPSS dan uji normalitas Kolmogorov-
Smirnov. Melalui grafik P-Plot dapat dinilai dari titik-titik penyebaran disekitar garis diagonal
apakah searah dan mengikuti garis diagonal, sedangkan pada uji normalitas Kolmogorov-
Smirnov akan dilihat nilai signifikansinya apabila lebih dari 0,05 maka data tersebut
berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas dengan grafik P-Plot SPSS, didapatkan
bahwa titik data menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah
mengikuti garis diagonal. Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dilihat bahwa
nilai asymp.sig (2-tailed) atau signifikansi sebesar 0,189 lebih besar dari 0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang diuji berdistribusi normal. Dengan demikian model regresi
telah memenuhi asumsi normalitas.
Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Cara mendeteksinya adalah dengan
melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF < 10 dan
tolerance > 0,1 maka variabel independen terbebas dari persoalan multikolinieritas. Hasil uji
SPSS menunjukkan bahwa semua nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF<10. Hasil uji SPSS
menunjukkan bahwa semua nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF<10. Hal ini menunjukkan
bahwa semua variabel independen terbebas dari multikolinieritas.
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apkah dalam sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Ada
tidaknya heteroskedastisitas dapat ditentukan dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel terikat dengan residual. Jika grafik plot menunjukkan suatu pola titik yang
bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah
terjadi heteroskedastisitas. Namun jika tidak ada pola yang jelas, yaitu serat titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil uji menunjukkan bahwa pada scatterplot, titik-titik yang ada tidak
membentuk sebuah pola namun menyebar, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian tidak terjadi heterokedastisitas.
Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan bahwa model regresi yang dipakai telah
memenuhi asumsi klasik sehingga dapat dilanjutkan dengan analisis regresi berganda. Model
regresi berganda dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh perencanaan BMD
(X1), penilaian BMD (X2), penatausahaan BMD (X3) dan pengawasan dan pengendalian BMD
(X4), terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah (Y). Hasil analisis regresi linear
berganda pada tabel 1 berikut.

163
Tabel 1. Hasil Regresi Linear Berganda
a
Coefficients
Collinearity
Unstandardized Standardized
Statistics
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta Tolerance VIP
(Constant) 13.530 5.880 2.301 .023
perencanaan -.064 .116 -.045 -.557 .578 .718 1.394
penilaian .310 .133 .222 2.336 .021 .511 1.956
1
penatausahaan .425 .130 .281 3.261 .001 .619 1.615
Pengawasan dan
.243 .065 .310 3.744 .000 .673 1.486
pengedalian

Pengujian hipotesis dengan uji F (Fisher Test) dilakukan untuk menunjukkan apakah
semua variabel independen yang digunakan dalam model regresi mempunyai pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel
distribusi F, nilai Ftabel = 2,43. Hasil uji F didapatkan Fhitung = 20.834, hal ini menunjukkan
bahwa Fhitung = 20.834 > Ftabel = 2,43 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dilihat dari nilai
signifikansi menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah 0,000 < 0,005 sehingga Ha diterima
dan Ho ditolak. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa seluruh variabel independen yaitu
perencanaan BMD, penilaian BMD, penatausahaan BMD, pengawasan dan pengendalian
BMD secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Pengujian hipotesis dengan uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh
masing-masing (parsial) variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
Uji t juga dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel. Nilai thitung
diperoleh dari hasil perhitungan SPSS sedangkan ttabel diperoleh dari tabel distribusi t dicari
pada  = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 139-4-1 = 134.
Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 1,960.
Pengaruh perencanaan BMD terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah,
nilai = -0.557< ttabel = 1,960 dan signifikansi sebesar 0,578 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
Ha1 ditolak dan Ho1 diterima, sehingga terbukti bahwa perencanaan BMD tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Pengaruh penilaian BMD terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah,
thitung = 2.336 > ttabel = 1,960 dan Signifikansi sebesar 0,021 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
Ha2 diterima dan Ho2 ditolak, sehingga terbukti bahwa penilaian BMD berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Pengaruh penatausahaan BMD terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah, nilai thitung = 3,261 > ttabel = 1,960 dan signifikansi sebesar 0,001 < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa Ha3 diterima dan Ho3 ditolak, sehingga terbukti bahwa penatausahaan
BMD berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Pengaruh pengawasan dan pengendalian BMD terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah, thitung = 3.744 > ttabel = 1,960 dan signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa Ha4 diterima dan Ho4 ditolak, sehingga terbukti bahwa pengawasan
dan pengendalian BMD berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah.
Uji koefisien determinasi dalam regresi linear berganda, untuk regresi dengan lebih
dari dua variabel bebas digunakan adjusted R2 sebagai koefisien determinasi. Berdasarkan

164
hasil uji, nilai adjusted R2 adalah 0,365 yang artinya kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah sebesar 36,5% dipengaruhi oleh perencanaan BMD, penilaian BMD, penatausahaan
BMD dan pengawasan dan pengendalian BMD sedangkan sisanya 63,5% dipengaruhi oleh
faktor lain di luar penelitian ini.

Pengaruh perencanaan BMD terhadap kualitas LKPD


Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
perencanaan BMD adalah 0,064 dengan arah negatif dan thitung = -0,557< ttabel = 1,960 serta
nilai signifikansi sebesar 0,578 > 0,05 menunjukkan bahwa perencanaan BMD berpengaruh
negatif dan tidak signifikan secara statistik terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud.
Penelitian ini berpendapat bahwa diperolehnya temuan yang berlawanan dengan
hipotesis dapat dijelaskan melalui beberapa permasalahan yang terkait dengan proses
perencanaan BMD di Kabupaten Kepulauan Talaud sehingga berdampak pada penurunan
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Pertama, proses perencanaan kebutuhan dan
pemeliharaan barang SKPD terlihat tiap tahunnya, selalu mengajukan barang yang hampir
sama dengan kebutuhan tahun sebelumnya, tanpa terlebih dahulu dilakukan analisis
kebutuhan dan skala prioritas pemeliharaan barang. Sehingga ada kekuatiran dari Tim
Anggaran dalam mengambil keputusan kebutuhan dan pemeliharaan barang daerah karena
kurang percaya terhadap kebenaran pengajuan tersebut. Kedua, masih ada SKPD yang
melaksanakan perencanaan barang belum sesuai dengan standar harga. Hal ini akan
menurunkan kualitas laporan keuangan karena dianggap belum memenuhi aspek relevan
dan andal, karena belum menyajikan informasi aset/barang yang dapat dipakai untuk
memprediksi kebutuhan barang dimasa akan datang juga tidak bisa dipakai dalam
pengambilan keputusan pengelolaaan BMD.
Menurut Yusuf (2015:9), pengelolaan aset/BMD merupakan komponen yang sangat
penting untuk mewujudkan laporan keuangan yang lebih baik/berkualitas. Perencenaan
BMD yang merupakan tahapan awal dan penting dalam proses pengelolaan aset/BMD harus
dilakukan secara optimal dan efisien.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan Hidayat et al (2016).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perencanaan BMD berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan. Demikian juga penelitian Evira (2015), Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa perencanaan berpengaruh secara signifikan terhadap kewajaran
penyajian aset di laporan keuangan pemerintah daerah.

Pengaruh penilaian BMD terhadap kualitas LKPD


Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel penilaian barang milik
daerah, thitung = 2,336 > ttabel = 1,960 serta nilai signifikansi sebesar 0,021< 0,05 sehingga
penilaian BMD berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah. Nilai koefisien regresi penilaian BMD sebesar 0,310 dan bernilai positif menunjukkan
jika penilaian BMD semakin baik akan meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah Kabupaten Kepulauan Talaud.
Menurut Kementerian Keuangan (2013), kegiatan penilaian dilakukan dalam rangka
pengelolaan BMD yang merupakan implementasi tindakan untuk mendukung kepastian nilai,
yaitu adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan
pemindatanganan BMD serta penyusunan neraca pemerintah daerah. Selanjutnya, Bastian
(2006) menjelaskan bahwa neraca awal memiliki peran yang sangat penting karena akan
terbawa terus dan dipakai sebagai dasar dalam menentukan posisi keuangan pemerintah
serta akan memberikan informasi penting kepada manajemen pemerintah dan stakeholder
165
tentang posisi atau keadaan dari kekayaan atau aset daerah beserta liabilitas dan ekuitas
dananya pada tanggal tertentu. Sehingga penilaian barang yang merupakan tahapan
pengelolaan BMD, sangat penting untuk mewujudkan laporan keuangan yang lebih baik
(Yusuf 2015:9). Karena hasil penilaian inilah yang akan dijadikan dasar untuk melakukan
perbaikan pengelolaan aset/barang daerah sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Hal ini mengkonfirmasi asumsi filosofis dari teori kepatuhan yang menjelaskan bahwa
seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten
dengan norma-norma internal mereka. Dalam proses pengelolaaan BMD khususnya
penilaian BMD harus memenuhi kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Anshari (2016) dan
Simamora (2012) yang membuktikan bahwa penilaian aset/barang mempengaruhi kualitas
laporan keuangan, juga penelitian Ristiasiri (2014) yang membuktikan bahwa penilaian aset
tetap berpengaruh terhadap persepsi penyajian nilai wajar neraca Pemerintah Kota
Banjarbaru.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Hidayati, et al. (2016), hasil
penelitiaannya menunjukkan bahwa pelaksanaan BMD yang salah satu faktornya penilaian
BMD tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Juga tidak
mendukung penelitian Wiraputri (2012) pada Pemerintah Kabupaten/Kota Ciayu
Majakuning, Subang, Karawang dan Purwakarta yang membuktikan bahwa pengelolaan
BMD berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.

Pengaruh Penatausahaan BMD terhadap Kualitas LKPD


Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa pada variabel penatausahaan
BMD, thitung = 3,261 > ttabel = 1,960 dan nilai signifikansi sebesar 0,001< 0,05 sehingga
penatausahaan BMD berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah. Nilai koefisien regresi sebesar 0,425 dan bernilai positif menunjukkan
jika pelaksanaan penatausahaan BMD semakin baik akan meningkatkan kualitas laporan
keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud.
Menurut Kementerian Keuangan (2013), Penatausahaan/pencatatan barang daerah
pada SKPD sangat penting dikarenakan catatan tersebut dijadikan objek audit oleh BPK
dalam meyakini penyajian laporan keuangan SKPD dan Pemerintah Daerah. Dengan
penatausahaan secara tertib, maka akan dihasilkan angka-angka yang tepat dan akurat yang
berdampak pada tersedianya database yang memadai dalam menyusun perencanaan
kebutuhan dan penganggaran serta akan menghasilkan laporan aset dineraca dengan angka
yang tepat dan akurat sehingga akan meningkatkan kualitas laporan keuangan yang lebih
baik. Selanjutnya Yusuf (2015:27) menjelaskan bahwa neraca daerah yang merupakan
bagian dari komponen laporan keuangan akan lengkap dan dapat dipercaya jika
penatausahaan aset antara fisik aset, dokumen pemilikan, dan penatausahaan dalam buku
inventaris mempunyai kesesuaian. Dengan adanya alur penatausahaan yang sistematis maka
tingkat kepercayaan terhadap proses penatausahaan akan selalu dapat dipercaya siapapun
yang membaca laporan keuangan tersebut. Selain itu, BPK RI selaku auditor akan lebih
mudah menelusuri aset dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam standar akuntansi
sehingga BPK RI tidak akan ragu dalam menilai tingkat kewajaran keberadaan aset baik
secara administrasi ataupun secara fisik.
Hal ini mengkonfirmasi asumsi filosofis dari teori kepatuhan yang menjelaskan bahwa
seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten
dengan norma-norma internal mereka. Dalam proses pengelolaaan BMD khususnya dalam

166
proses penatausahaan BMD harus memenuhi kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Anggareini (2015) dan
Febrianti (2016) yang meneliti tentang pengaruh penatausahaan aset tetap terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penatausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Hidayati, et al. (2016), hasil
penelitiaannya menunjukkan bahwa pelaksanaan BMD yang salah satunya penatausahaan
tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.

Pengaruh Pengawasan dan Pengendalian BMD terhadap Kualitas LKPD.


Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa pada variabel pengawasan dan
pengendalian BMD, thitung = 3,744 > ttabel = 1,960 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05
sehingga pengawasan dan pengendalian BMD berpengaruh signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah. Nilai koefisien regresi pengawasan dan pengendalian
BMD sebesar 0,243 menunjukkan jika pengawasan dan pengendalian BMD semakin baik
akan meningkatkan kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan
Talaud.
Menurut Kementerian Keuangan (2013), untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan
dan menjamin tertib administrasi pengelolaan BMD secara efisien dan efektif maka
diperlukan fungsi pengawasan, dan pengendalian atas aset/BMD. Selanjutnya Mardiasmo
(2004:78) menegaskan bahwa pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak tahap
perencanaan hingga penghapusan aset. Hal itu sangat penting untuk memastikan bahwa
seluruh mekanisme dan prosedur pengelolaan BMD telah dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sehingga pengelolaan aset/barang daerah semakin baik maka akan
mewujudkan laporan keuangan yang lebik baik dan berkualitas (Yusuf, 2015:9).
Hal ini mengkonfirmasi asumsi filosofis dari teori atribusi yang menjelaskan bahwa
tindakan seorang pemimpin maupun orang yang diberikan wewenang dipengaruhi oleh
atribut penyebab (Green dan Mitchell dikutip oleh Adelin, 2013). Tindakan kecurangan dapat
dipengaruhi adanya sistem pengendalian internal dan monitoring oleh atasan, sehingga
dengan adanya pengendalian internal maka tindakan tidak etis akan berkurang. Jika
keefektifan pengendalian internal tinggi maka perilaku tidak etis akan menurun. Dalam
proses pengelolaan BMD diperlukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
pengelolaan BMD untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan dan menjamin tertib
administrasi pengelolaan BMD secara efisien dan efektif, serta memastikan bahwa seluruh
mekanisme dan prosedur pengelolaan BMD telah dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Hidayat et al. (2016) dan
Anshari (2016) yang meneliti tentang pengaruh pengelolaan BMD terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian menunjukkan pengawasan dan pengendalian
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

Kesimpulan dan Saran


Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial perencanaan BMD berpengaruh
negatif dan tidak signifikan secara statistik terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud sedangkan penilaian, penatausahan, pengawasan dan
pengendalian BMD berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud. Pengujian secara simultan perencanaan,
167
penilaian, penatausahaan, pengawasan dan pengendalian BMD berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan
Talaud.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini agar Pemerintah Kabupaten
Kepulauan Talaud, 1) perlu melakukan peningkatan kemampuan sumber daya aparatur
pengelolah BMD dengan melakukan pendidikan dan pelatihan, 2) melakukan analisis
kebutuhan dan skala prioritas pemeliharaan BMD sebelum melakukan perencanaan BMD, 3)
melakukan kegiatan sensus BMD secara komprehensif mulai dari unit kerja/SKPD untuk
mendapatkan data barang/aset yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan serta nilai
aset yang akurat (up to date), 4) lebih meningkatkan kinerja pengawasan dan pengendalian
terhadap pengelolaan BMD serta 5) perlu adanya regulasi khusus tentang sistem dan
prosedur pengelolaan BMD.

Daftar Pustaka
Adelin, Vani & Eka Fauzihardani. 2013. Pengaruh Pengendalian Internal, Ketaaatan pada
Aturan Akuntansi dan Kecenderungan Kecurangan Terhadap Perilaku Tidak Etis. WRA,
Vol. 1, No. 2.
Anshari, Efrizal Syofyan. 2016. Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Kota Padang. Jurnal riset manajemen bisnis dan public,
Vol. 4 No. 1.
Anggareini, Ayang Putri Septiayu. 2015. Pengaruh penatausahaan Barang Milik Negara
terhadap kualitas laporan keuangan pada Kantor kementrian agama kota probolinggo.
Tesis. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Badan Pemeriksa Keuangan, 2015. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2015.
Badan Pemeriksa Keuangan, 2016. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2016.
Bastian, Indra. 2009. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
BPPK Kemenkeu Republik Indonesia. 2011. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian
Barang Milik Negara. Jakarta.
Evira. 2015. Manajemen aset daerah terhadap Kewajaran laporan keuangan pemerintah
daerah menurut pp no. 71 tahun 2010 dan psap no. 07 (studi kasus pada pemerintah
kabupaten Grobogan). Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta
Febrianti, Sukma. 2016. Pengaruh Penatausahaan Aset Tetap Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 10 No. 1
Ferdianus, 2013. Analisis penatausahaan aset tetap untuk menghasilkan data yang
dipercaya dalam laporan barang milik daerah (studi pada pemerintah provinsi maluku).
Tesis. Universitas Gajah Mada.
Hidayati, et al. 2016. Pengaruh siklus pengelolaan barang milik daerah terhadap kualitas
laporan keuangan *(studi empiris pada pemerintah kabupaten solok selatan). Jurnal
Akuntansi vol 8, No.1
Kementrian Keuangan RI, 2013. Modul Pelatihan Pengelolaan Barang Milik Daerah. Edisi
Tahun 2013.
Mahmudi, 2015. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Edisi ketiga, Yogyakarta:
UPP STIM YPKN.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi sektor publik. Edisi keempat. Yogyakarta : Andi.
PP RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
PP RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara.
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
Daerah

168
Ristiasiri, Ratih. 2014. Pengaruh Inventarisasi Dan Penilaian Aset Tetap/Barang Milik Daerah
Terhadap Persepsi Penyajian Nilai Wajar Neraca Di Pemerintah Kota Banjarbaru. Tesis.
Universitas Gajah Mada.
Simamora, Rudianto. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset pasca
pemekaran wilayah dan pengaruhnya terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah
di Kab. Tapanuli Selatan. Tesis.
Wiraputri, Maya Maulida (2012). Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap
Akuntabilitas dengan Kualitas Laporan Keuangan sebagai Variabel Intervening (Studi
Kasus pada Pemerintah Kabupaten/Kota Ciayumajakuning, Subang, Karawang dan
Purwakarta). Bandung.
Wungow, J. Fiesgrald. 2016. Pengaruh tingkat pendidikan, masa kerja, pelatihan dan jabatan
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan. Tesis.
Yusuf, M. 2015. 8 Langkah Pengelolaan Aset Daerah Menuju Pengelolaan Keuangan Daerah
Terbaik. Jakarta: Salemba Empat.

169

You might also like