ID Analisis Kualitas Pengelolaan Kelas Pemb
ID Analisis Kualitas Pengelolaan Kelas Pemb
Abstract
This study aimed at identifying in: (1) planning the classroom management for the SSN
classes and (2) managing the classroom, in the teaching and learning process of science
in SSN schools.This is a evaluatif study which focuses on the classroom management of
science learning in SSN junior high schools. The subjects of the research are SSN Junior
High Schools of Pati Regency which focuses on the classroom management of science
learning. There are six SSN schools, namely SMP N 2 Pati, SMP N 4 Pati, SMP N 1
Wedarijaksa, SMP N 1 Trangkil, SMP N 1 Tlogowungu, and SMP N 1 Gabus. The data
were gained through observation, interview, questionnaire, and document study.The
result shows that : the classroom management planning in SSN Junior High Schools in
the science learning at Pati Regency are categorizes good: the science teacher SSN
Junior High School the use of ICT in science learning was not taken into account,
teaching materials (handouts, worksheets, modules and ICT-based teaching material)
were not developed yet, the assessment planning did not complete. Process in the science
learning at SNN junior High School are as categirizes good.
Abstrak
147
PENDAHULUAN Assessment (PISA) tahun 2003. Untuk
Pendidikan merupakan wahana literasi Sains dan Matematika, peserta
untuk meningkatkan dan didik usia 15 tahun berada di ranking ke
mengembangkan kualitas sumber daya 38 dari 40 negara peserta. Pada tahun
manusia. Amanat ini termuat dalam 2006 prestasi literasi sains berada pada
Undang-Undang RI Nomor 20 tahun peringkat ke-50 dari 57 negara (Tjalla,
2003 tentang Sistem Pendidikan 2009).
Nasional bab I pasal (1): Kualitas pendidikan di Indonesia
Pendidikan adalah usaha sadar dipengaruhi beberapa faktor, di
dan terencana untuk mewujudkan
antaranya sistem pendidikan, anggaran
suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik pendidikan, sarana dan prasarana
secara aktif mengembangkan
pendidikan, kurikulum, kualitas
potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pembelajaran, profesionalisme guru, dan
pengendalian diri, kepribadian,
manajemen pendidikan. Profesionalisme
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan guru dan manajemen pendidikan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan
diyakini faktor penentu keberhasilan dan
negara.
kualitas pendidikan di suatu sekolah.
Hasil studi Trends in SSN atau disebut juga sekolah
International Mathematics and Science formal mandiri menurut Depdiknas
Study (TIMSS) tahun 2007, literasi (2009) adalah sekolah yang sudah atau
Matematika dan Sains memperlihatkan hampir memenuhi Standar Nasional
bahwa peserta didik Indonesia belum Pendidikan, meliputi standar kompetensi
menunjukkan prestasi memuaskan. lulusan, standar isi, standar proses,
Literasi Matematika peserta didik standar sarana dan prasarana, standar
Indonesia, hanya mampu menempati pendidik dan tenaga kependidikan,
peringkat 36 dari 49 negara, dengan standar pengelolaan, standar
pencapaian skor 405 dan masih di pembiayaan, dan standar penilaian.
bawah skor rata-rata internasional yaitu Sekolah Standar Nasional harus
500. Untuk literasi Sains berada di memenuhi SNP seperti diamanatkan
urutan ke 35 dari 49 negara dengan dalam PP 19 tahun 2005, dan juga harus
pencapaian skor 433, dan masih di memiliki standarisasi dari kedelapan
bawah skor rata-rata internasional yaitu aspek tersebut secara nasional.
500. Rendahnya mutu pendidikan dapat Chiapetta dan Koballa (2010)
pula dilihat dalam laporan studi mengemukakan bahwa sains pada
Programme for International Student hakikatnya merupakan cara atau jalan
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
148
berpikir (a way of thinking), cara untuk Keterpaduan yang diharapkan adalah
penyelidikan (a way of investigating), keterpaduan antar bidang keilmuwan
kumpulan pengetahuan (a body of yang akan dijadikan sebagai bahan
knowledge), dan science and its pengajaran. Menurut Depdiknas (2009),
interactions with technology and dijelaskan bahwa pembelajaran terpadu
society. Sementara itu, Carin dan Sund antar bidang IPA pada hakikatnya
(1989) merumuskan bahwa “science, merupakan suatu pendekatan
then, has three major elements: attitude, pembelajaran yang memungkinkan
process methodes and products”. peserta didik baik individu maupun
Pernyataan tersebut memberikan kelompok aktif mencari, menggali, dan
gambaran bahwa pembelajaran menemukan konsep serta prinsip secara
sains/IPA hendaknya tidak hanya holistik dan autentik. Guru sebagai
menekankan pada produk saja, tetapi elemen pengajar diharapkan mampu
juga pada sikap dan proses. mengajarkan pada anak keterpaduan
Sains atau IPA pada dasarnya materi. Berdasarkan prasurvei, guru
merupakan ilmu yang mempelajari dirasakan kesulitan dalam mengajarkan
tentang alam, gelaja alam, dan sebab keterpaduan materi, karena latar
akibat terjadinya gejala alam tersebut. belakang pendidikan yang spesifik
IPA berkaitan dengan cara mencari tahu menyulitkan guru untuk mengarahkan
tentang alam secara sistematis, sehingga peserta didik pada berbagai dimensi
IPA bukan hanya merupakan kumpulan keilmuwan yang akan dibahas.
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, Dibutuhkan kemampuan dan
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja pengetahuan guru yang memadai untuk
tetapi juga merupakan suatu proses melakukan hal tersebut.
penemuan. Pembelajaran IPA diarahkan Aplikasi teknologi informasi dan
secara inkuiri agar peserta didik dapat komunikasi dalam pembelajaran sains
memahami hakikat IPA yaitu: produk, diharapkan dapat meningkatkan minat
proses, sikap dan aplikasi (Depdiknas, anak belajar sains. Guru sains dituntut
2011). Oleh karena itu, proses aktif untuk mengetahui dan memahami
pembelajaran sains diharapkan peserta penggunaan TIK maupun perkembangan
didik mampu menemukan (inquiry) serta teknologi yang terus dinamis. Selain itu
membuktikan sendiri secara langsung guru harus menyiapkan rancangan
berbagai konsep sains yang ada. pembelajaran yang akan dilakukan
Pelaksanaan pembelajaran sains dengan bahasa Inggris sebagai bahasa
di SSN diharapkan bersifat terpadu. pengantarnya. Beberapa guru masih
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
149
mengalami kesulitan dalam mengakses perubahan baik itu metode
menggunakan bahasa Inggris karena pembelajaran ataupun kemajuan
guru belum terbiasa menggunakan teknologi yang kesemuanya ditujukan
bahasa Inggris. untuk kepentingan proses pembelajaran.
Pada SSN, menurut Depdiknas Dalam kaitan dengan proses
(2009), target standar proses pembelajaran hendaknya guru dapat
pembelajaran yang harus dicapai antara mengarahkan dan membimbing peserta
lain ditunjukkan oleh indikator- didik untuk aktif dalam kegiatan
indikator: (1) Semua mata pelajaran pembelajaran, sehingga tercipta suatu
pada semua jenjang kelas telah interaksi yang baik antara guru dengan
dilaksanakan dengan menggunakan peserta didik maupun peserta didik
berbagai strategi pembelajaran dengan peserta didik.
utamanya CTL; (2) Terdapat Untuk memiliki dan
peningkatan bahan pembelajaran baik mengembangkan ketrampilan interaksi,
secara kualitas maupun kuantitas; (3) menurut Surakhmad (2003) seorang
Terdapat peningkatan inovasi sumber guru atau pengajar yang baik harus
pembelajaran baik kualitas maupun paling sedikit mengetahui: (1) Dasar-
kuantitas; dan (4) Terdapat peningkatan dasar psikologi mengenai terjadinya
inovasi pengelolaan kelas/pengelolaan proses belajar; (2) Cara-cara
pembelajaran dan sebagainya. merumuskan tujuan mengajar yang
Berdasar hasil observasi, pada relatif dan berguna; (3) Alternatif-
pembelajaran sains di SMP SSN guru alternatif metoda-metoda interaksi
sains masih kesulitan sehingga jarang dalam kelas yang tepat sesuai tujuan dan
untuk menerapkan strategi pembelajaran kondisi tertentu; (4) Cara-cara
CTL, terutama yang berkaitan dengan menggunakan alat bantu untuk
ketrampilan proses karena waktu yang meningkatkan efisiensi dan efektifitas;
dibutuhkan lebih lama dari dan (5) Cara-cara mengadakan
pembelajaran yang biasa digunakan. pengukuhan atau penilaian.
Pada sebagian SMP SSN sudah Untuk mewujudkan hal tersebut
menggunakan bahasa bilingual sebagai perlu diciptakan suasana kelas yang
pengantarnya, dan juga fasilitas internet mendukung proses pembelajaran yang
di sekolah sehingga pembelajaran juga dapat membantu efektivitas proses
lebih inovatif dan kreatif. pembelajaran itu sendiri, sehingga
Profesionalisme seorang guru tujuan pendidikan dapat tercapai. Tujuan
mutlak diperlukan sebagai bekal dalam pendidikan sesuai dengan yang
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
150
diamanatkan oleh Undang-Undang RI belajar peserta didik berada pada tingkat
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem yang optimal.
Pendidikan Nasional bahwa: tujuan Sebagai pengelola kelas, menurut
pendidikan nasional adalah untuk Usman (2009), guru hendaknya mampu
berkembangnya potensi peserta didik mengelola kelas sebagai lingkungan
agar menjadi manusia yang beriman dan belajar serta merupakan aspek dari
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha lingkungan sekolah yang perlu
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, diorganisasi. Guru tidak hanya
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi memungkinkan peserta didik belajar,
warga negara yang demokratis serta tetapi juga mengembangkan kebiasaan
bertanggung jawab. bekerja dan belajar secara efektif di
Untuk menarik minat peserta kalangan peserta didik.
didik dalam memahami konsep-konsep Langkah yang dapat dilakukan
yang tercakup dalam kurikulum agar dapat tercapai tujuan pembelajaran
khususnya mata pelajaran sains untuk adalah melaksanakan pengembangan
SMP secara keseluruhan tidaklah dalam pengajaran dan pembelajaran.
mudah. Menurut Usman (2009), tugas Salah satunya dengan menggunakan alat
guru sebagai profesi meliputi mendidik, peraga atau prototype subjek/objek
mengajar, dan melatih. Mendidik materi sebagai alat bantu peserta didik
artinya, meneruskan dan dalam memahami konsep-konsep sains,
mengembangkan nilai-nilai hidup. serta pembenahan sistem ventilasi kelas
Mengajar memiliki arti, meneruskan dan agar tercipta lingkungan kelas yang
mengembangkan ilmu pengetahuan dan nyaman, praktik lapangan, pembentukan
teknologi, dan melatih berarti kelompok belajar, dan diharapkan
mengembangkan ketrampilan- pengembangan pembelajaran serta
ketrampilan pada peserta didik. pengajaran tersebut peserta didik dapat
Guru dituntut untuk memiliki lebih memahami dengan baik materi
kompetensi yang lebih, ketika status pelajaran sains yang disampaikan oleh
sekolah sudah memenuhi kategori guru.
sekolah standar nasional maupun Prasetyaningsih (2015)
sekolah rintisan bertaraf internasional. menyatakan pengelolaan kelas,
Guru dalam proses pembelajaran, merupakan suatu usaha menyiapkan
dituntut untuk mampu menciptakan kondisi yang optimal agar proses atau
lingkungan belajar yang efektif dan kegiatan pembelajaran dapat
mampu mengelola kelas, sehingga hasil berlangsung secara lancar. Sedangkan
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
151
tujuan pengelolaan kelas menurut Pembelajaran sains yang
Djamarah dan Zain (2006), adalah agar dirancang dengan baik diharapkan dapat
tiap anak di kelas dapat bekerja dengan memberikan tingkat efektifitas yang
tertib sehingga segera tercapai tujuan terbaik ditinjau dari segi kelancaran
pengajaran secara efektif dan efisien. proses pembelajaran maupun
Indikator dari sebuah kelas yang tertib pencapaian penguasaan konsep dan
adalah apabila setiap anak terus bekerja, ketrampilan peserta didik. Pembelajaran
tidak macet, artinya tidak ada anak yang dikatakan efektif jika guru sebagai
terhenti karena tidak tahu ada tugas yang manajer pembelajaran melakukan
harus dilakukan. Selain itu, setiap anak persiapan atau perencanaan,
juga terus melakukan pekerjaan tanpa pelaksanaan, dan penilaian dengan baik.
membuang waktu, artinya setiap anak Pada umumnya, yang terjadi di lapangan
akan bekerja secepatnya supaya guru membuat perencanaan
tugasnya cepat selesai. pembelajaran hanya untuk memenuhi
Dengan melihat konteks tersebut, kewajiban administratif sebagai guru,
pengelolaan kelas dapat dipandang sehingga cenderung bersifat formalitas.
sebagai suatu usaha yang sangat penting Guru kurang mengembangkan diri dan
dan harus mendapat prioritas oleh hanya mengandalkan bahan tekstual
seorang guru dalam berbagai macam yang ada, selain itu metode
aktivitas yang berkaitan dengan pembelajaran yang tepat sesuai tujuan
kurikulum dan perkembangan peserta dan karakteristik materi pembelajaran
didik. Mata pelajaran sains merupakan belum diterapkan dengan baik.
wahana untuk meningkatkan Kemampuan guru untuk mengelola
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan semuanya adalah kemampuan
nilai serta tanggung jawab sebagai pengelolaan kelas yang perlu dilakukan
seorang warga negara yang bertanggung evaluasi, sehingga diharapkan dapat
jawab kepada lingkungan, masyarakat, meningkatkan mutu pendidikan di
bangsa dan negara. Sains berkaitan Indonesia. Walaupun guru bukanlah
dengan cara mencari tahu dan satu-satunya faktor penentu keberhasilan
memahami tentang alam secara pembelajaran, akan tetapi peran guru
sistematis, sehingga sains bukan hanya sangat signifikan terhadap peningkatan
sekedar penguasaan kumpulan yang kualitas pembelajaran.
berupa fakta, konsep, atau prinsip saja Beberapa kenyataan tersebut,
tetapi juga merupakan proses penemuan. mengarahkan peneliti untuk melakukan
penelitian tentang kualitas pengelolaan
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
152
kelas pembelajaran sains dalam hal dilakukan dengan menggunakan teknik
perencanaan dan pelaksanaan, di SMP observasi, wawancara, angket, dan
SSN di Kabupaten Pati dokumentasi.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, observasi
Penelitian ini termasuk jenis yang dilakukan adalah untuk
penelitian evaluatif, untuk melihat memperoleh gambaran secara umum
kualitas pengelolaan kelas pembelajaran tentang pembelajaran sains di SMP
sains di SMP kategori SSN. Penelitian SSN. Wawancara yang dilakukan hanya
ini dimaksudkan, memperoleh hasil dilakukan oleh peneliti tidak melibatkan
evaluasi sampai sejauhmana kualitas pengamat yang lain. Wawancara yang
pengelolaan kelas pembelajaran sains dilakukan bersifat mendalam, karena
yang efektif terlaksana. Metode yang ingin mengeksplorasi informasi secara
digunakan dalam penelitian ini adalah holistik dan jelas. Subjek wawancara
metode deskriptif kualitatif. Menurut adalah kepala sekolah, guru sains, dan
Sukmadinata (2009), penelitian peserta didik untuk mengungkapkan
deskriptif tidak memberikan perlakuan, tentang perencanaan dan proses
manipulasi atau pengubahan pada pengelolaan kelas dalam pembelajaran
variabel bebas, tetapi menggambarkan sains. Wawancara yang ditujukan
suatu kondisi apa adanya. kepada kepala sekolah bertujuan untuk
Subjek penelitian ini adalah SMP mengetahui kebijakan terhadap
kategori SSN di Kabupaten Pati. Objek peningkatan kualitas pembelajaran,
penelitian adalah kepala sekolah, guru meliputi supervisi, pembinaan,
mata pelajaran sains dan peserta didik penyediaan sarana dan prasarana serta
SMP SSN. Enam SMP kategori SSN di motivasi terhadap guru dan peserta didik
Pati yaitu: (1) SMP N A Pati; (2) SMP untuk meningkatkan iklim pembelajaran
N B Pati; (3) SMP N C Wedarijaksa; (4) yang kondusif. Wawancara terhadap
SMP N D Trangkil; (5) SMP N E guru sains bertujuan untuk mendapatkan
Tlogowungu; dan (6) SMP N F Gabus.. informasi lebih dalam mengenai
Pengambilan sampel dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian ini dilakukan dengan teknik pengelolaan kelas dalam pembelajaran
purposive sampling. SMP SSN yang sains, sedangkan wawancara terhadap
dipilih yaitu 6 sekolah yang merupakan peserta didik, bertujuan untuk
koordinator subrayon wilayah MGMP mengungkap informasi mengenai
IPA yang berada di Kabupaten Pati. tanggapan terhadap proses pengelolaan
Pengumpulan data dalam penelitian ini kelas pembelajaran sains yang
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
153
dilaksanakan oleh guru. Dokumen yang Tabel 2 Indikator Pelaksanaan
Pembelajaran Sains SMP SSN
digunakan dalam penelitian ini adalah No Indikator Sub Indikator
(1) (2) (3)
perencanaan guru (perangkat Kesiapan ruang,
Pra- alat, dan media
pembelajaran), dan dokumen lain yang 1 pembelajar pembelajaran.
an Memeriksa kesiapan
mendukung. peserta didik.
Melakukan kegiatan
Komponen yang dievaluasi dalam apersepsi.
Memotivasi peserta
pengelolaan kelas pembelajaran sains Membuka didik untuk terlibat
2 Pembelajar dalam pembelajaran.
antara lain seperti ditunjukkan pada an Menyampaikan
kompetensi yang
Tabel 1 dan Tabel 2 berikut: akan dicapai dan
rencana kegiatan.
Tabel 1 Indikator Perencanaan Kegiatan Inti
Pembelajaran Sains SMP SSN Menunjukkan
No Indikator Sub Indikator penguasaan materi
(1) (2) (3) a. Pengu pembelajaran.
Perumusan Kesesuaian dengan asa-an Mengaitkan materi
Tujuan kompetensi dasar. Materi dengan pengetahuan
1 Pelajar lain.
Pembelajar-
Kelengkapan rumusan. an Mengintegrasikan
an
Pengorgani Mengacu tujuan kerja ilmiah dalam
sasian pembelajaran. pembelajaran.
2 Materi Sistematik dan urut. Melaksanakan
Pembelajar- Memperhatikan perbedaan pembelajaran sesuai
an karakteristik peserta didik. dengan kompetensi
Kesesuaian dengan tujuan, yang akan dicapai.
Kesesuaian dengan materi Melaksanakan
yang disampaikan. pembelajaran secara
Pengguna- Menentukan alokasi waktu runtut.
an Metode dengan tepat. Menguasai kelas.
3 b. Pende Menerapkan
Pembelajar- Kesesuaian dengan
an karakteristik peserta didik. ka-tan pembelajaran CTL
Mempertimbangkan Pembe (Contextual
penerapan TIK dalam la- Teaching Learning).
pembelajaran IPA. jaran Mendorong peserta
Kesesuaian dengan tujuan didik berdiskusi dan
pembelajaran. beraktifitas
Kesesuaian dengan materi kelompok secara
3
pembelajaran. aktif.
Pemilihan Mempertimbangkan Melaksanakan
Media dan penerapan TIK dalam pembelajaran sesuai
4 Bahan Ajar pembelajaran. alokasi waktu yang
Pembelajar- direncanakan.
Mendorong partisipasi aktif
an peserta didik. Memanfaatkan
media ICT dalam
Mengembangkan bahan ajar
pembelajaran sains.
dalam berbagai bentuk c. Peman
(handout, LKS, modul, dan Memanfaatkan
-faatan
bahan ajar berbasis TIK). internet sebagai
Sumbe
sumber belajar.
Kesesuaian teknik penilaian r
dengan tujuan pembelajaran. Menghasilkan pesan
Belajar
yang menarik.
Memuat rancangan umpan /Media
balik positif, penguatan, Pembe Melibatkan peserta
Penilaian didik dalam
pengayaan dan remidi. la-
5 Hasil pembuatan dan
Kejelasan prosedur penilaian. jaran
Belajar pemanfaatan sumber
Kelengkapan instrumen
belajar/media
penilaian (soal, kunci
pembelajaran.
jawaban, pedoman
Memberi petunjuk
penskoran).
d. Menge dan penjelasan yang
lola berkaitan dengan isi
Interak pembelajaran.
si Menangani
Kelas pertanyaan dan
respon peserta didik.
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
154
Menggunakan analisis interaktif menurut Miles dan
ekspresi lisan,
tulisan, dan isyarat, Huberman (1984). Dengan
termasuk gerakan
badan. menggunakan analisis ini terdapat tiga
Memicu dan
mempertahankan alur kegiatan yang terjadi secara
keterlibatan peserta
didik.
bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian
Memantapkan
penguasaan materi
pembelajaran.
data, dan penarikan
Mengajak peserta
didik pada problem
kesimpulan/verifikasi.
solving, berpikir
kritis, dan aktifitas
Alur analisis yang dilakukan dapat
lain yang membuat
materi pembelajaran dilihat pada Gambar 1.
menjadi bermakna.
Memberi contoh
penerapan konsep Data Data
IPA dalam Collection Display
kehidupan sehari-
hari.
Menampilkan
e. Mende
penguasaan konsep
mons-
IPA.
trasika
Mengintegrasikan
n
ketrampilan
kema
merangkai dan
mpuan
menggunakan alat
khusus
dan atau ketrampilan
dalam
proses (seperti Conclution:
pembe Data
pengamatan, Drawing/
lajaran
eksperimen) dalam Reduction Verifying
sains
mengajarkan konsep
IPA.
Memberi bimbingan
dan umpan balik
segera, spesifik, dan
terarah. Gambar 1 Model Analisis Interaktif
Menggunakan Sumber: Miles & Huberman (1984)
bahasa Indonesia
secara jelas dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
lancer
f. Pengg
Menggunakan
SMP kategori SSN di Kabupaten
unaan
bahasa Indonesia
Bahasa
yang baik dan benar.
Pati berjumlah 49 sekolah, diambil
Menyampaikan
pesan dengan gaya
sampel enam sekolah yang merupakan
yang sesuai.
Melakukan refleksi
koordinator MGMP IPA di Kabupaten
atau membuat
rangkuman dengan Pati. Deskripsi profil singkat sekolah
melibatkan peserta
didik. disajikan dalam Tabel 3.
4 Penutup Melaksanakan
tindak lanjut dengan Tabel 3 Deskripsi Profil SMP Kategori
memberikan arahan, SSN di Kabupaten Pati.
atau kegiatan, atau a. SMP N A Pati
tugas sebagai bagian Alamat Jl. Ronggowarsito Gang VII
remidi/pengayaan. Sekolah Pati
Analisis data yang muncul, baik Visi Unggul dalam prestasi,
berakhlak terpuji, berjiwa
berupa kata dan bukan rangkaian angka mandiri
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
157
Gambar 2 tersebut, menunjukkan Perencanaan Pelaksanaan
No Sekolah Pengelolaan Pengelolaan
bahwa perencanaan dan pelaksanaan Kelas Kelas
diguna- yang
pengelolaan kelas pembelajaran sains di kan dilakukan
belum belum
SMP SSN Kabupaten Pati tampak dikem- memanfaat
bangkan kan media
sendiri ICT.
jumlah rerata skor pada masing-masing oleh b. Guru
guru. belum
aspek. Dari enam guru yang diobservasi, Guru melibatkan
menggu- peserta
tiga orang guru memiliki kategori sangat nakan didik
buku dalam
baik, dan tiga orang guru memiliki BSE dan pembuatan
buku dan
kategori baik. dari pemanfa-
penerbit atan
Gambaran ringkas tentang lain sumber
sebagai belajar/
perencanaan dan pelaksanaan sumber media
belajar. pembela-
pengelolaan kelas pembelajaran sains jaran.
3 SMP N C a. Guru a. Pembela-
SMP kategori SSN di Kabupaten Pati belum jaran sains
merenca yang
disajikan dalam Tabel 6 . nakan dilakukan
penera- belum
Tabel 6 Gambaran Ringkas Perencanaan pan TIK memanfa-
dan Pelaksanaan Pengelolaan Kelas dalam atkan
pembe- media ICT.
Pembelajaran Sains SMP SSN di lajaran Hal ini,
Kabupaten Pati. IPA dikarena-
Perencanaan Pelaksanaan dikarena kan
No Sekolah Pengelolaan Pengelolaan kan fasilitas
Kelas Kelas keterba- komputer
1 SMP N a. Belum a. Pembela- tasan dan
A meren- jaran sains fasilititas internet
canakan yang LCD tersedia di
pembela- dilakukan proyek- laboratori-
jaran belum tor um yang
berbasis sepenuh- maupun pengguna-
ICT, nya kompu- annya
karena memanfa- ter/lap- terjadwal.
LCD atkan top b. Guru
proyek- media ICT. sekolah. belum
tor b. Pembela- b. Bahan melibatkan
belum jaran sains ajar yang peserta
terpa- yang digunaka didik
sang di dilakukan, n belum dalam
kelas. belum dikemba pembuatan
b. Guru sepenuh- ngkan dan
belum nya sendiri pemanfa-
mengem menerap- oleh atan
bangkan kan guru. sumber
bahan pembela- Guru belajar/
ajar jaran menggun media
sendiri berbasis akan pembela-
dalam inquiry. buku jaran.
berbagai Pembela- BSE dan
bentuk, jaran yang buku
baik dilakukan, dari
handout, masih penerbit
LKS, mengacu lain
modul pada sebagai
dan ketercapai- sumber
bahan an materi. belajar
ajar yang dalam
lain. pembelaj
2 SMP N B a. Bahan a. Pembela- aran
ajar yang jaran sains IPA.
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
158
Perencanaan Pelaksanaan Perencanaan Pelaksanaan
No Sekolah Pengelolaan Pengelolaan No Sekolah Pengelolaan Pengelolaan
Kelas Kelas Kelas Kelas
c. Peren- aktif,
canaan materi
penilaian yang
yang sudah
disusun disampai
guru kan
masih guru,
kurang serta
lengkap, dileng-
baru kapi link
menulis- dengan
kan instansi
teknik atau
penilai- lembaga
an, terkait.
belum 5 SMP N E a. Guru a. Pembela-
menyer- sudah jaran sains
takan meren- yang
instru- canakan dilakukan
men penera- belum
penilaian pan TIK memanfa-
dan dalam atkan
rubrik pembe- media ICT.
penilaian lajaran Fasilitas
4 SMP N D a. Guru a. Pembela- IPA dan LCD dan
sudah jaran sains mendo- komputer
meren- yang rong sudah
canakan dilakukan partisipa tersedia di
penera- sudah si aktif kelas yang
pan TIK memanfa- peserta diajar, tapi
dalam atkan didik. tidak
pembe- media ICT. b. Bahan digunakan
lajaran Guru ajar yang oleh guru.
IPA dan menggu- diguna-
mendo- nakan kan
rong power belum
partisipa point untuk dikem-
si aktif menjelas- bangkan
peserta kan konsep sendiri
didik. cahaya oleh
b. Guru pada lensa. guru.
sains b. Guru Guru
sudah sudah menggu-
mempun melibatkan nakan
yai blog peserta buku
sendiri, didik BSE dan
sehingga dalam LKS
peserta pembuatan sebagai
didik dan sumber
dapat pemanfa- belajar.
melihat atan 6 SMP N F a. Guru a. Guru
materi sumber belum berusaha
yang belajar/ meren- memberi-
disampai media canakan kan
kan guru pembela- penera- pemaha-
di jaran. pan TIK man
internet. dalam kepada
Blog pembela- peserta
yang jaran didik
dibuat IPA. dengan
guru b. Untuk pendekatan
sudah membuat konteks-
sangat proses tual, yaitu
lengkap, pembe- dengan
berisi e- lajaran memberi-
book, yang kan
pembe- menye- contoh-
lajaran nangkan contoh
inter- dan tidak pada
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
159
Perencanaan Pelaksanaan pembelajaran berbasis inquiry.
No Sekolah Pengelolaan Pengelolaan
Kelas Kelas Pembelajaran yang dilakukan, masih
membuat kehidupan
peserta nyata. mengacu pada ketercapaian materi.
didik b. Pembela-
bosan, jaran sains Kemampuan Guru IPA SMPN A
pembe- yang
lajaran dilakukan
direncan belum
dalam mengelola interaksi kelas sudah
akan memanfa-
dengan atkan
cukup bagus. Walaupun masih cukup
melibat- media ICT.
kan
muda, guru dapat mengendalikan
partisi-
pasi aktif suasana kelas dengan baik. Guru dapat
peserta
didik memberi petunjuk dan penjelasan pada
dengan
meman- setiap pertanyaan yang disampaikan
faatkan
ling- peserta didik. Keterlibatan peserta didik
kungan
sekitar. dalam proses pembelajaran dapat dijaga.
Pengelolaan kelas pembelajaran Pembelajaran sains yang dilakukan,
sains di SMP SSN di Kabupaten Pati belum sepenuhnya menerapkan
dalam hal perencanaan dan pembelajaran berbasis inquiry.
pelaksanaannya memiliki kategori yang Di SMPN B, kemampuan guru
baik. Ada beberapa hal yang masih perlu IPA dalam mengelola interaksi kelas
dibenahi untuk bisa meningkatkan sudah cukup bagus. Guru dapat
kualitasnya. Dalam hal perencanaan mengendalikan suasana kelas dengan
pengelolaan kelas ada beberapa hal yang baik. Guru dapat memberi petunjuk dan
masih harus dibenahi, antara lain: (1) penjelasan pada setiap pertanyaan yang
Perencanaan pembelajaran berbasis ICT; disampaikan peserta didik. Keterlibatan
(2) Pengembangan bahan ajar sendiri peserta didik dalam proses pembelajaran
dalam berbagai bentuk, baik handout, dapat dijaga. Berdasar wawancara
LKS, modul dan bahan ajar yang lain; dengan peserta didik: “Menyenangkan
(3) Perencanaan penilaian yang lengkap, karena tahu kondisi, jadi semangat dan
menyertakan teknik penilaian, instrumen dapat nilai bagus”.
penilaian dan rubrik penilaian. Pembelajaran sains yang
Di SMP SSN, pelaksanaan dilakukan guru di SMPN C sudah cukup
pengelolaan kelas pembelajaran sains bagus, guru menunjukkan penguasaan
ada beberapa hal yang masih harus materi dengan baik. Guru berusaha
dibenahi, antara lain: (1) Pemanfaatan memberikan pemahaman kepada peserta
media ICT dalam pembelajaran sains; didik dengan pendekatan kontekstual,
(2) Pembelajaran sains yang dilakukan, yaitu dengan memberikan contoh-
belum sepenuhnya menerapkan contoh pada kehidupan nyata dan
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
160
diskusi dalam kelompok kecil pada bahwa anak akan belajar lebih bermakna
permasalahan yang dikemukan guru. dengan cara bekerja sendiri, menemukan
Pengelolaan kelas yang sering dilakukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri
guru adalah: “Diterangkan trus dibentuk pengetahuan dan ketrampilan baru; (2)
kelompok; “caranya baik, disuruh melaksanakan sejauh mungkin kegiatan
diskusi”; serta “enak, mudah dipahami inkuri; (3) mengembangkan sifat ingin
dan dipraktekkan, kita dijelaskan sampai tahu dengan bertanya; (4) menciptakan
bisa”.Pembelajaran sains yang dilakukan masyarakat belajar (belajar dalam
belum memanfaatkan media ICT. Hal kelompok-kelompok); (5) menghadirkan
ini, dikarenakan fasilitas komputer dan model sebagai contoh pembelajaran; (6)
internet tersedia di laboratorium yang melakukan refleksi; dan (7) penilaian
penggunaannya terjadwal. Pembelajaran yang sebenarnya dengan berbagai cara.
sains yang dilakukan, guru sudah Pembelajaran sains yang
menerapkan pembelajaran berbasis dilakukan sudah memanfaatkan media
inquiry. Berdasar observasi, guru ICT. Guru menggunakan power point
mengajarkan konsep kalor dengan untuk menjelaskan konsep. LCD
praktikum di laboratorium pada proyektor dan laptop bisa digunakan
pertemuan pertama, selanjutnya bergantian di laboratorium. Peserta didik
memberikan penjelasan secara klasikal menggunakan internet untuk mencari
di kelas.Dalam kegiatan penutup, guru tugas-tugas yang diberikan guru dalam
sudah melakukan kegiatan refleksi, bentuk portofolio. Guru sudah
membuat kesimpulan dan rangkuman melibatkan peserta didik dalam
yang melibatkan peserta didik, serta pembuatan dan pemanfaatan sumber
melaksanakan tindak lanjut dengan belajar/media pembelajaran. Guru juga
memberikan tugas berupa latihan di memberikan reward kepada peserta
rumah. didik yang dapat menyelesaikan tugas
Pembelajaran sains yang yang diberikan guru dengan baik. Hal
dilakukan guru di SMPN D, sudah ini, menjadikan peserta didik menjadi
bagus, guru menunjukkan penguasaan bersemangat dan berusaha melakukan
materi dengan baik. Guru berusaha yang tebaik.
memberikan pemahaman kepada peserta Kemampuan guru dalam
didik dengan pendekatan kontekstual. mengelola interaksi kelas sudah cukup
Menurut Trianto (2010), langkah- bagus. Walaupun masih cukup muda,
langkah penerapan CTL dalam kelas guru dapat mengendalikan suasana kelas
antara lain: (1) mengembangkan pikiran dengan baik. Guru dapat memberi
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
161
petunjuk dan penjelasan pada setiap peserta didik dalam proses pembelajaran
pertanyaan yang disampaikan peserta dapat dijaga. Kegiatan penutup, guru
didik. Keterlibatan peserta didik dalam sudah melakukan kegiatan refleksi
proses pembelajaran dapat dengan peserta didik. Membuat
dijaga.Kemampuan guru dalam kesimpulan dan rangkuman yang
mendemonstrasikan kemampuan khusus melibatkan peserta didik, serta
dalam pembelajaran sains sudah bagus, melaksanakan tindak lanjut dengan
guru memberikan contoh penerapan memberikan tugas berupa latihan di
konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari rumah.
dengan simulasi video. Peserta didik Pembelajaran sains yang
juga dapat melihat kembali materi yang dilakukan guru di SMPN F sudah bagus,
telah disampaikan guru melalui blog guru menunjukkan penguasaan materi
pribadi guru, sehingga bisa sering dilihat dengan baik. Guru berusaha
jika kurang memahami materi. memberikan pemahaman kepada peserta
Di SMPN E, pembelajaran sains didik dengan pendekatan kontekstual,
yang dilakukan guru sudah cukup bagus, yaitu dengan memberikan contoh-
guru menunjukkan penguasaan materi contoh pada kehidupan nyata. Peserta
dengan baik. Guru berusaha didik diajak untuk mandiri dan berpikir
memberikan pemahaman kepada peserta kreatif terhadap pertanyaan berkaitan
didik dengan pendekatan kontekstual, dengan materi pembelajaran. Peserta
yaitu dengan memberikan contoh- didik secara lugas menyampaikan
contoh pada kehidupan nyata. Peserta pertanyaan dan menjawab pertanyaan
didik diajak untuk mandiri dan berpikir yang diberikan guru.
kreatif terhadap pertanyaan berkaitan Pembelajaran sains yang
dengan materi pembelajaran. dilakukan belum memanfaatkan media
Pembelajaran sains yang dilakukan ICT. Internet digunakan sebagai sumber
belum memanfaatkan media belajar, ketika pembelajaran di kelas
ICT.Kemampuan guru dalam mengelola sudah selesai. Peserta didik
interaksi kelas sudah cukup bagus. menggunakan internet untuk mencari
Pengalaman mengajar guru yang sudah tugas-tugas yang diberikan guru dalam
lama, menjadikan guru dapat bentuk portofolio. Guru juga belum
mengendalikan suasana kelas dengan melibatkan peserta didik dalam
baik. Guru dapat memberi petunjuk dan pembuatan dan pemanfaatan sumber
penjelasan pada setiap pertanyaan yang belajar.
disampaikan peserta didik. Keterlibatan
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
162
Kemampuan guru dalam menggunakan fasilitas belajar
untuk bermacam-macam kegiatan
mengelola interaksi kelas sudah bagus.
belajar mengajar agar mencapai
Guru dapat mengendalikan suasana hasil yang baik. Sedangkan
tujuan khususnya adalah
kelas dengan baik, serta dapat memberi
mengembangkan kemampuan
petunjuk dan penjelasan pada setiap peserta didik dalam
menggunakan alat-alat belajar,
pertanyaan yang disampaikan peserta
menyediakan kondisi-kondisi
didik. Keterlibatan peserta didik dalam yang memungkinkan peserta
didik bekerja dan belajar, serta
proses pembelajaran dapat dijaga. Guru
membantu peserta didik untuk
berusaha menerapkan pembelajaran memperoleh hasil yang
diharapkan
berbasis inquiry. Guru mengajarkan
konsep gerak pada tumbuhan dengan
Keterampilan pengelolaan kelas
praktikum di laboratorium pada
yang dimiliki guru-guru sains di SMP
pertemuan sebelumnya. Peserta didik
kategori SSN di Kabupaten Pati sudah
diminta menanam kecambah pada tiga
bagus, sikap tanggap, membagi
kondisi yang berbeda, ditutup plastik
perhatian serta pemusatan perhatian
semua, dilubangi bagian atasnya, dan
kelompok sudah dilakukan dengan baik.
tidak ditutup plastik sama sekali. Peserta
Pendekatan pengelolaan kelas yang
didik dengan dibantu guru dapat
dilakukan sudah bervariasi, tidak hanya
menyimpulkan tentang gerak tumbuhan
terfokus pada salah satu pendekatan
karena pengaruh cahaya.
saja. Guru disaat tertentu menggunakan
Guru yang sudah mengajar lama,
pendekatan kebebasan, sehingga peserta
secara khusus sudah mempunyai cara
didik dapat dengan bebas mengerjakan
untuk dapat menjadikan suasana kelas
tugas atau kerja kelompok. Guru juga
kondusif dan tidak membuat peserta
menggunakan pendekatan kekuasaan,
didik tegang. Guru dapat menciptakan
sehingga iklim kelas dapat terjaga.
kondisi kelas baik secara individu
Pendekatan suasana emosi dan
maupun kelompok, memanfaatkan
hubungan sosial juga sering digunakan,
fasilitas pembelajaran yang ada untuk
tidak jarang peserta didik tertawa dan
mencapai kompetensi yang ingin
mengajukan pertanyaan dengan sopan
dipelajari. Hal ini, sesuai dengan
dan ditanggapi peserta didik yang lain.
pendapat Usman (2009), bahwa
Pendekatan proses kelompok sereing
pengelolaan kelas mempunyai dua
digunakan untuk menciptakan
tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan
masyarakat belajar (bekerja dalam
khusus.
kelompok-kelompok), yang merupakan
Tujuan umum pengelolaan kelas
ciri dari pembelajaran berbasis CTL.
adalah menyediakan dan
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
163
Dalam hal perencanaan dirinya adalah keluarga bagi guru
pengelolaan kelas ada beberapa hal yang tersebut. Figur yang demikian ini
masih harus dibenahi, antara lain: (1) biasanya akan sedikit sekali menemui
Perencanaan pembelajaran berbasis ICT; kesulitan dalam mengelola kelas.
(2) Pengembangan bahan ajar sendiri KESIMPULAN
dalam berbagai bentuk, baik handout, Berdasarkan data yang telah
LKS, modul dan bahan ajar yang lain; terkumpul, analisis data, dan
(3) Perencanaan penilaian yang lengkap, pembahasan dalam penelitian, maka
menyertakan teknik penilaian, instrumen dapat disimpulkan bahwa: (1)
penilaian dan rubrik penilaian. Perencanaan pengelolaan kelas
Di SMP Kategori SSN, pembelajaran sains di SMP kategori
pelaksanaan pengelolaan kelas SSN dalam di Kabupaten Pati
pembelajaran sains ada beberapa hal berkategori baik. Hal yang masih perlu
yang masih harus dibenahi, antara lain: dibenahi yaitu guru sains belum
(1) Pemanfaatan media ICT dalam sepenuhnya mempertimbangkan
pembelajaran sains; (2) Pembelajaran penerapan TIK dalam pembelajaran
sains yang dilakukan, belum sepenuhnya IPA; belum mengembangkan bahan ajar
menerapkan pembelajaran berbasis sendiri dalam berbagai bentuk, baik
inquiry. Pembelajaran yang dilakukan, handout, LKS, modul dan bahan ajar
masih mengacu pada ketercapaian yang lain; belum merencanakan
materi. penilaian dengan lengkap, baru
Kemampuan guru untuk menuliskan teknik penilaian belum
menciptakan dan memelihara kondisi menyertakan instrumen penilaian dan
belajar yang optimal, sudah diupayakan rubrik penilaian.(2) Pelaksanaan
dengan maksimal. Guru memperhatikan pengelolaan kelas di SMP SSN dalam
peserta didik, selalu terbuka terhadap pembelajaran sains berkategori baik;
keluhan peserta didik, mau guru sains belum sepenuhnya
mendengarkan kesulitan belajar peserta menerapkan pembelajaran berbasis
didik, maupun selalu bersedia CTL. Yang masih perlu dibenahi yaitu
mendengarkan saran dan kritik dari guru sains belum sepenuhnya
peserta didik adalah guru yang disenangi memanfaatkan media ICT.
oleh peserta didik. Peserta didik akan DAFTAR PUSTAKA
rindu dengan kehadirannya, peserta Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI
Nomor 20, Tahun 2003, tentang
didik merasa nyaman berada di sisi
Sistem Pendidikan Nasional.
guru, dan peserta didik merasa bahwa Depdiknas. Jakarta.
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
164
Depdiknas. 2009. Panduan pelaksanaan Nasional Pendidikan. Sekretariat
pembinaan SMP Rintisan Sekolah Negara. Jakarta.
Bertaraf Internasional. Depdiknas,
Jakarta. Sukmadinata, N. S. (2009). Metode
penelitian pendidikan.
Depdiknas. 2009. Panduan pelaksanaan Bandung: PT Remaja
pembinaan Sekolah Standar Rosdakarya.
Nasional (SSN). Depdiknas.
Jakarta Surakhmad, W. 2003. Pengantar
interaksi belajar mengajar, dasar
Depdiknas. 2011. Panduan dan teknik metodologi
pengembangan pembelajaran IPA pengajaran. Tarsito. Bandung.
secara terpadu. Depdiknas.
Jakarta Tjalla. A. 2009. Potret mutu pendidikan
indonesia ditinjau dari hasil-hasil
Carin, A. A., & R.B. Sund,. 1989. studi internasional.
Teaching modern science (3th ed.). http://pustaka.ut.ac.id/pdfartikel/TIG
A Bell & Howell Company. Ohio. 601.pdf. Diakses tanggal 30 Oktober
2011.
Chiappetta, E. L. & T. R. Jr. Koballa,.
2010. Science instruction in the Trianto. 2010. Model pembelajaran
middle and secondary schoo (7th terpadu: konsep, strategi, dan
ed.). Pearson Education, Inc. New implementasinya dalam Kurikulum
York. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Bumi Aksara. Jakarta.
Miles B, N. & A. M. Huberman, 1984.
Qualitative data analysis. Sage
Publication, Inc. Beverly Hills.
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 147-165 Prasetyaningsih dan Wilujeng
e-ISSN 2477-2038
165