PERBEDAAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL SEBELUM DAN
SESUDAH PEMBERIAN WORKPLACE STRETCHING-EXERCISE
PADA PERAWAT DI RSIA BADRUL AINI
MEDAN TAHUN 2015
(THE DIFFERENCE OF MUSCULOSKELETAL DISORDER BEFORE AND
AFTER WORKPLACE STRETCHING-EXERCISE ON BADRUL AINI
CHILD AND MATERNITY HOSPITAL MEDAN IN 2015)
Anestia Rovitri1, Halinda Sari Lubis2, Mhd. Makmur Sinaga2
1
Mahasiswa Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU
2
Dosen Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia.
e-mail:
[email protected] ABSTRACT
Nurse, as medical staff, has the highest risk to musculosekeletal disorders.
The alternative solution is Workplace Stretching-Exercise (WSE) with stretching
design.
The aim of this research is to determine differences in musculoskeletal
disorders before and after Workplace Stretching-Exercise (WSE) on nurses in
Badrul Aini Child and Maternity Hospital. The type of this research is pre
experimental with one group pretest posttest design. Samples based on total
sampling as many as 34 people. Analysis of data using statistical test of Paired T-
test with significant level of 95%.
The results showed that musculoskeletal disorders mean is decrese in
posttest compare with in pretest. Based on the Paired T-test is known there were
differences in musculoskeletal disorders before and after Workplace Stretching-
Exercise (WSE) (p.= 0,000).
It is showed that Workplace Stretching-Exercise (WSE) can be one of
alternative solution model to decrease musculoskeletal disorders. It is
recommended that nurses perform Workplace Stretching-Exercise (WSE) in order
to prevent and decrease musculoskeletal disorders.
Keywords: nurses, musculoskeletal disorders, Workplace Stretching-Exercise
Pendahuluan
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun kerja”. Berdasarkan pasal di atas maka
2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal pengelola tempat kerja di Rumah Sakit
165 : ”Pengelola tempat kerja wajib mempunyai kewajiban untuk
melakukan segala bentuk upaya kesehatan menyehatkan para tenaga kerjanya.
melalui upaya pencegahan, peningkatan, Rumah sakit merupakan tempat
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja serta tempat berkumpulnya orang-
orang sehat (petugas dan pengunjung) dan muskuloskeletal merupakan penyakit yang
orang-orang sakit (pasien) sehingga rumah paling banyak terjadi dan diperkirakan
sakit merupakan tempat kerja yang mencapai 60,4% dari semua penyakit
mempunyai risiko kesehatan (WHO, 1983 akibat kerja.
dalam Anies, 2014). Elemen penting Gangguan muskuloskeletal dapat
dalam sebuah rumah sakit itu sendiri terjadi kapanpun selama perawat
adalah tim paramedis yakni perawat. melakukan aktivitas pekerjaannya. Data
Pimpinan rumah sakit sebagai manajer yang dikutip oleh Lestari (2014) dari
wajib mengetahui, memahami, dan Burneau of Labor Statistic di Amerika
melaksanakan perlindungan pada Serikat tahun 2002, perawat menduduki
pekerjanya yang sebagian besar adalah peringkat teratas pada pekerjaan yang
perawat. paling banyak mengakibatkan keluhan
Definisi perawat menurut UU RI. muskuloskeletal.
No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan Keluhan nyeri otot yang dirasakan
adalah mereka yang memiliki kemampuan saat melakukan pekerjaan sering disebut
dan kewenangan melakukan tindakan dengan istilah Musculoskeletal Disorders
keperawatan berdasarkan ilmu yang (MSDs). Musculoskeletal Disorders
dimiliki diperoleh melalui pendidikan (MSDs) merupakan keluhan yang
keperawatan. (Nurhidayah, 2010). dirasakan sebagai akibat dari kumpulan
Perawat adalah mereka yang benturan kecil maupun besar yang
merawat atau memelihara, membantu, terakumulasi secara terus-menerus dalam
melindungi seseorang karena sakit, cedera, jangka waktu yang lama sehingga
dan proses penuaan (Gaffar, 1999). Selain menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak
itu, perawat memiliki 4 peran sembari nyaman pada otot, tulang serta sendi
mereka melaksanakan tanggung jawabnya, (Elyas, 2012).
yakni peran sebagai pelaksana (care giver) Gangguan muskuloskeletal dapat
pelayanan keperawatan, sebagai pendidik mengakibatkan penurunan produktivitas,
(health educator) dalam keperawatan, kehilangan waktu kerja, peningkatan
sebagai pengelola pelayanan keperawatan risiko penyakit akibat kerja (PAK) dan
dan institusi pendidikan, dan peran sebagai meningkatkan pengeluaran biaya untuk
peneliti dan pengembang keperawatan kompensasi pekerja. Di negara-negara
(Lokakarya Nasional 1983 dalam Ali, industri, sekitar sepertiga dari semua
2002). kehilangan waktu kerja yang berhubungan
Dalam melaksanakan aktivitasnya, dengan kesehatan kerja adalah karena
perawat seringkali tidak memperhatikan ganguan muskuloskeletal (WHO, 2003).
hal-hal penting yang menjadi faktor resiko Hasil estimasi yang diumumkan
terjadinya penyakit akibat kerja. oleh National Institut for Occupational
Occupational Safety and Health Safety and Health (NIOSH) tahun 1996,
Administration (OSHA) 2004 menjelaskan bahwa biaya kompensasi untuk keluhan
bahwa penyakit akibat kerja merupakan otot rangka sudah mencapai 13 milyar US
penyakit atau cedera yang terjadi di tempat dollar setiap tahun. Biaya tersebut
kerja sebagai akibat dari terkena bahan merupakan biaya terbesar dibandingkan
atau kondisi kerja saat melakukan dengan biaya kompensasi untuk keluhan
pekerjaan (Elyas, 2012). atau sakit akibat kerja lainnya (Tarwaka,
Penyakit akibat kerja dapat terjadi 2004).
saat melakukan aktivitas kerja. Dari sekian Berdasarkan survei pendahuluan
banyak penyakit akibat kerja, keluhan yang dilakukan pada Februari 2015 lalu,
muskuloskeletal merupakan keluhan yang perawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak
paling sering dilaporkan. Menurut WHO (RSIA) Badrul Aini memiliki keluhan
insidensi kejadian penyakit muskuloskeletal akibat aktivitas
pekerjaannya. Keluhan tersebut sering mempekerjakan 34 perawat yang terbagi
terjadi pada daerah bahu, leher, pinggang, ke 9 unit berbeda, antara lain ruang
dan kaki. Hal ini cukup mengganggu bersalin, ruang bayi, ruang rawat anak,
kinerja para perawat dan berdampak pada ruang rawat dewasa, kamar operasi, ruang
penurunan produktivitas kerja. Apabila hal pemulihan, UGD (unit gawat darurat),
ini dibiarkan berlarut akan dapat kepala perawatan, dan menko (supervisi
menimbulkan suatu penyakit akibat kerja keperawatan).
sehubungan dengan sistem Unit Gawat Darurat (UGD)
muskuloskeletal, sehingga diperlukan merupakan unit yang menangani kasus
suatu cara untuk mengatasinya. gawat dan cukup berat, dengan tindakan
Upaya solusi alternatif yang dapat perawatan yang dilakukan cukup banyak
dilakukan pekerja untuk mencegah dan dan dalam waktu singkat. Tindakan
mengurangi keluhan muskuloskeletal dan perawatan yang meliputi gerakan
kelelahan akibat kerja adalah dengan mengangkat dan memindahkan pasien,
melakukan Workplace Stretching-Exercise membungkuk saat menangani pasien, dan
(WSE) yang didesain dengan prinsip gerakan tidak alamiah pada leher serta
gerakan stretching (peregangan otot). kaki, yang apabila dilakukan berulang
Berdasarkan hasil penelitian serta dalam ritme yang cepat dan tidak
Waikar & Bradshaw (1995) terhadap teratur diduga menjadi salah satu faktor
203 tenaga kerja (sedentary work) pada yang memengaruhi keluhan
level manajerial, staf, dan tenaga teknis, muskuloskeletal yang terjadi.
diperoleh hasil bahwa sebagian besar Di RSIA Badrul Aini, perawat pada
mengalami keluhan muskuloskeletal. bagian ini berjumlah 3 orang yang
Selanjutnya dilaksanakan program quick bertugas pada masing-masing shift yang
exercises. Hasil penelitian menunjukkan berbeda setiap harinya. Dalam praktik
bahwa sebagian besar dari responden nyatanya, terdapat 2 orang perawat yang
mengalami penurunan keluhan selalu siap siaga di UGD pada setiap shift.
muskuloskeletal. Seorang perawat merupakan perawat yang
Sedangkan di dalam negeri, memang bertugas di unit UGD dan
penelitian Wahyono & Saloko (2006) seorang perawat yang lain berasal dari unit
terhadap 64 pekerja wanita bagian sewing selain UGD. Sehingga dapat dipastikan
yang mengalami keluhan bahwa semua perawat di RSIA Badrul
muskuloskeletal, diperoleh hasil bahwa Aini memiliki kesempatan mendampingi
terdapat pengaruh pemberian Workplace dokter untuk menangani kasus gawat di
Stretching-Exercise terhadap keluhan UGD.
muskuloskeletal. Kemudian terkhusus Berdasarkan uraian di atas, maka
pada sektor kesehatan, penelitian yang dibuat perumusan masalah tentang
dilakukan oleh Lestari (2014) terhadap 54 bagaimana perbedaan keluhan
perawat di bagian medical surgical, muskuloskeletal sebelum dan sesudah
diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh aplikasi Workplace Stretching-Exercise
dari stretching terhadap keluhan (WSE). Tujuan utama dari penelitian ini
muskuloskeletal. adalah melihat perbedaan keluhan
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) muskuloskeletal sebelum dan sesudah
Badrul Aini merupakan rumah sakit swasta Workplace Stretching-Exercise (WSE)
kelas C yang mampu memberikan pada petugas perawat di Rumah Sakit Ibu
pelayanan kedokteran spesialis terbatas. dan Anak (RSIA) Badrul Aini.
Rumah sakit ini juga menampung
pelayanan rujukan dari puskesmas.
Beralamat di Jln. Bromo Lorong Sukri No.
18 Medan, Sumatera Utara, rumah sakit ini
Metode Penelitian jam setelah perawat bekerja hingga
menjelang shift kerja berakhir.
Penelitian ini bersifat pre b. Intervensi (Workplace
eksperimental dengan menerapkan Stretching Exercise)
rancangan perlakuan ulang one group Pengenalan latihan peregangan atau
pretest and posttest design, dilaksanakan Workplace Stretching-Exercise (WSE)
di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) dilakukan tepat setelah pretest oleh
Badrul Aini Medan, yang terletak di Jalan peneliti dan asisten peneliti kepada
Bromo Lorong Sukri No. 18 Medan. perawat selama 15 menit dilaksanakan
Penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) dengan rincian:
bulan, dimulai dari Februari sampai (1) gerakan berfokus pada leher,
dengan Mei 2015.Populasi dalam wajah, bahu, lengan, tangan,
penelitian ini adalah seluruh perawat yang punggung, dan kaki,
bertugas di Rumah Sakit Ibu dan Anak (2) setiap gerakan dilakukan
(RSIA) Badrul Aini berjumlah 34 orang. penahanan selama 5-10 detik
Sampel pada penelitian ini merupakan untuk merasakan adanya
total populasi. tarikan pada otot- otot yang
Definisi operasional variabel difokuskan,
penelitian ini adalah sebagai berikut: (3) dilakukan pengulangan 3-5
a. Keluhan Muskuloskeletal kali untuk setiap gerakan,
atau gangguan otot rangka adalah (4) selanjutnya latihan stretching
gangguan yang dialami karena kerusakan diaplikasikan secara mandiri
pada otot, saraf, tendon, ligamen, oleh semua perawat setiap
persendian, kartilago, dan diskus harinya selama 3 minggu di
invertebralis. Cara untuk mengukur bawah pengawasan peneliti
keluhan muskuloskeletal dapat dilakukan dan kepala perawat.
dengan menggunakan kuesioner Nordic c. Posttest
Body Map (NBM) yang menggunakan Pada posttest, dilakukan
skor: 1) tidak sakit, 2) agak sakit, 3) sakit, pengukuran kelelahan muskuloskeletal
dan 4) sakit sekali. dengan menggunakan pedoman Nordic
b. Workplace Stretching- Body Map (NBM) sama seperti pada saat
Exercise (WSE) adalah latihan peregangan melakukan pretest. Pengukuran dilakukan
yang dilakukan di sela aktivitas pekerjaan tepat setelah masa intervensi berakhir.
yang dapat dilakukan secara mandiri dan Data yang telah terkumpul diolah
tanpa mengganggu aktivitas pekerjaan. dengan menggunakan uji parametrik.
Gerakan pada stretching yang Sebelumnya, dilakukan uji normalitas
diaplikasikan pada perawat adalah gerakan data dengan menggunakan uji
yang berfokus pada leher, wajah, bahu, Kolmogorov Smirnov. Apabila data yang
lengan, tangan, punggung, dan kaki yang didapat berdistribusi normal, maka data
berfungsi dalam melenturkan otot-otot selanjutnya dianalisis dengan
pada bagian yang difokuskan. menggunakan uji Paired T Test dan
Penelitian dibagi dalam 3 tahap, menggunakan uji Wilcoxon jika data
yaitu pretest, Workplace Stretching tidak berdistribusi normal, dengan tingkat
Exercise (WSE) dan posttest. kemaknaan/kesalahan 5% (0,05).
a. Pretest
Pada pretest, dilakukan pengukuran Hasil dan Pembahasan
keluhan muskuloskeletal dengan
menggunakan pedoman Nordic Body Map Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA)
(NBM). Pretest direncanakan akan Badrul Aini terletak di Jalan Bromo
dilaksanakan pada rentang waktu antara 3 Lorong Sukri No. 18 Kecamatan Medan
Denai, Medan. Rumah sakit ini memiliki 3 Berdasarkan posttest, didapatkan
petugas pada bagian administrasi, 2 gambaran keluhan muskuloskeletal pada
petugas pada bagian resepsionis, dan 34 perawat sesudah Workplace Stretching-
petugas perawat. Exercise (WSE) di mana bagian tubuh
Bagian keperawatan yang dengan persentase keluhan agak sakit
kesemua petugasnya adalah wanita tertinggi adalah betis kanan sebanyak 10
dipimpin oleh seorang kepala perawat orang (29,4%), bagian tubuh dengan
bernama Hj. Sulastri dan 33 perawat lain persentase keluhan sakit tertinggi adalah
terbagi ke 8 unit berbeda, antara lain ruang lengan atas kanan, pantat, betis kiri, betis
bersalin, ruang bayi, ruang rawat anak, kanan, dan kaki kanan masing-masing
ruang rawat dewasa, kamar operasi, ruang sebanyak 2 orang (5,9%), dan bagian
pemulihan, UGD (unit gawat darurat), dan tubuh dengan persentase keluhan sakit
menko (supervisi keperawatan). Tugas dan sekali tertinggi adalah pinggang sebanyak
waktu kerja perawat diatur berdasarkan 2 orang (5,9%).
shift dan regu, di mana setiap regu perawat Berdasarkan hasil analisis dengan
pada setiap shift terdiri dari 8 orang menggunakan uji Paired T Test diketahui
perawat. Karena keterbatasan sumber bahwa mean keluhan responden menurun
daya, setiap perawat memiliki kesempatan dengan perbedaan nilai pretest dan posttest
yang sama membantu di UGD (unit gawat 11,412 dan nilai probabilitas (p.=0,000).
darurat) jika unit tersebut menerima kasus Oleh karena (p<0,05) maka H0 ditolak
gawat darurat. sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
Tabel 4.1 Karakteristik Responden perbedaan yang signifikan pada variabel
Perawat Berdasarkan Umur keluhan muskuloskeletal sebelum dan
di RSIA Badrul Aini Medan sesudah Workplace Stretching-Exercise
2015 (WSE). Hal ini dijelaskan pada Tabel 5.1
Karakteristik n % di bawah ini:
(orang) Tabel 5.1 Perbedaan Mean Nilai Total
Umur (tahun) Pretest dan Total Posttest
a. 20-29 22 64,7 Keluhan Muskuloskeletal
b. 30-39 6 17,6 pada Perawat di RSIA
c. 40-49 4 11,8 Badrul Aini Medan 2015
d.>50 2 5,9 Mean Beda t- p.
Total 34 100 (SD) hitung
Berdasarkan tabel di atas diketahui Pre- 45,12
bahwa frekuensi umur terbesar responden test (14,270) 11,412 6,196 0,000
berada pada kelompok umur 20-29 tahun Post- 22,71
sebanyak 22 orang (64,7%). test (7,082)
Berdasarkan pretest, didapatkan Terdapat perbedaan yang signifikan
gambaran keluhan muskuloskeletal pada keluhan muskuloskeletal pada semua
perawat sebelum Workplace Stretching- bagian tubuh setelah menerima perlakuan
Exercise (WSE) dengan persentase berupa WSE kecuali lengan bawah kiri,
keluhan agak sakit tertinggi adalah bahu lengan bawah kanan, dan tangan kiri.
kiri sebanyak 13 orang (38,2%), bagian 1. Lengan bawah kiri dan lengan bawah
tubuh dengan persentase keluhan sakit kanan
tertinggi adalah paha kanan sebanyak 7 Hasil uji pada penelitian ini
orang (20,6%), dan bagian tubuh dengan menunjukkan bahwa tidak terdapat
persentase keluhan sakit sekali tertinggi perbedaan yang signifikan keluhan pada
adalah pinggang sebanyak 5 orang lengan bawah kiri (p=0,059) dan lengan
(14,7%). bawah kanan (p=0,292) pada saat sebelum
dan sesudah intervensi. Hal ini
diperkirakan, sehubungan dengan aktivitas (WSE) menggunakan prinsip gerakan
perawat dalam menangani kasus gawat, peregangan atau stretching pada
ambulasi (mengangkat dan memindahkan kelompok otot leher sampai dengan
pasien), dan mengangkat barang, otot-otot kelompok otot kaki. Menurut penelitian
pada lengan bagian atas-lah yang lebih Wahyono dan Saloko pada pekerja bagian
dimanfaatkan. sewing, gerakan-gerakan Workplace
Dibandingkan lengan atas, lengan Stretching-Exercise (WSE) hanya
bawah diasumsikan kurang dimaksimalkan membutuhkan waktu selama kurang-lebih
penggunaannya sehingga keluhan yang 8 menit pada setiap sesinya.
tergambar pun tidak terlalu tinggi baik Mekanisme penurunan derajat nyeri
sebelum maupun sesudah Workplace yang terjadi pada responden penelitian ini
Stretching-Exercise (WSE). Hal ini dapat adalah berhubungan dengan menurunnya
menjadi dasar mengapa keluhan pada spasme otot dan peningkatan sirkulasi
lengan bawah kanan dan lengan bawah kiri darah pada otot. Hal ini sejalan dengan
tidak memiliki nilai beda yang signifikan. teori gerbang kontrol (gate control theory)
2. Tangan kiri yaitu melalui efek stretching dari
Bagian lain yang tidak memiliki Workplace Stretching-Exercise (WSE).
nilai beda yang signifikan adalah tangan Pemberian stretching dapat
kiri (p=0,188). Hampir 90% manusia mengurangi spasme karena proprioceptor
menggunakan tangan kanan. Penggunan otot atau muscle spindle yang teraktivasi
tangan kanan sudah setua usia manusia saat stretching terjadi. Muscle spindle
(Pasiak, 2006). Fakta ini seolah bertugas untuk mengatur sinyal ke otak
mendukung dominasi aktivitas tangan tentang perubahan panjang otot dan
kanan. Sehingga dapat diasumsikan bahwa perubahan tonus yang mendadak dan
keluhan pada tangan kiri rendah baik saat berlebihan. Jika ada perubahan tonus otot
pretest maupun posttest dikarenakan fakta yang mendadak dan berlebihan, maka
dominasi tersebut. muscle spindle akan mengirimkan sinyal
Workplace Stretching-Exercise ke otak untuk membuat otot tersebut
(WSE) sebagai upaya interfensi yang berkontraksi sebagai bentuk pertahanan
dilakukan dengan tujuan menurunkan dan mencegah cedera.
keluhan muskuloskeletal pada perawat Oleh karena itu, saat melakukan
pada penelitian ini memiliki masa efektif stretching dilakukan penahanan beberapa
21 hari (3 minggu), di mana latihan saat dengan tujuan untuk memberikan
dilakukan 1 kali pada setiap shift setiap adaptasi pada muscle spindle terhadap
harinya. Sesuai dengan kebijakan pemilik perubahan panjang otot yang kita berikan,
rumah sakit, latihan di bawah pengawasan sehingga sinyal dari otak untuk
langsung peneliti dan asisten peneliti mengkontraksikan otot menjadi
adalah selama minggu pertama sejak berkurang. Dengan kontraksi otot yang
dimulainya pretest dan program intervensi. minimal pada saat stretching, akan
Dua minggu selanjutnya perawat tetap memudahkan muscle fibers untuk
mempraktikkan Workplace Stretching- memanjang dan spasme otot dapat
Exercise (WSE) di bawah instruksi kepala berkurang.
perawat dan pengawasan langsung pemilik Menurut Cameron (1999), bahwa
rumah sakit, sedangkan peneliti memiliki pemberian stretching juga dapat
kuasa mengawasi jalannya program merangsang serabut saraf berpenampang
intervensi pada 1 shift setiap harinya tebal (A alpha dan A beta) sehingga
secara bebas. mampu menutup gerbang kontrol nyeri.
Menurut Appleton (1998) seperti Mekanisme stretching termasuk dalam
yang dikutip oleh Wahyono dan Saloko kategori stimulasi mekanik yang dapat
pada 2014 Workplace Stretching-Exercise mengaktivasi fungsi serabut saraf
berpenampang tebal non-nociceptif (A kesehatan karyawan yang
alpha dan A beta) dan menutup gerbang berkaitan dengan keluhan
kontrol sehingga nyeri yang dibawa muskuloskeletal, karena selain
serabut saraf berpenampang tipis (A delta murah dan relatif aman, juga
dan C) tidak dapat diteruskan ke otak. praktis, meskipun hanya bersifat
Berdasarkan beberapa penjelasan symptomative.
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pemberian Workplace Stretching-Exercise Daftar Pustaka
(WSE) dapat memberikan efek positif
mengurangi keluhan muskuloskeletal pada Anderson, B., 2002. Stretching in the
responden. Office. https://books.google?id=
0XyyUtbPgMAC&pg=PP1&lpg=
Kesimpulan dan Saran PP1&focus=viewport&dq=stretch
ing+in+the+office&hl=id&output
Hasil penelitian terhadap 34 =html_text. Diakses 21 Februari
responden perawat, bahwa terdapat 2015.
perbedaan keluhan muskuloskeletal pada Anderson, B., 2010. Stretching.
responden sebelum dan sesudah diberi https://books.google.co.id/books?i
perlakuan berupa Workplace Stretching- d=
Exercise (WSE). Adapun saran yang dapat wzbOq_pWqVYC&pg=PA6&lpg
direkomendasikan berdasarkan hasil =PP1&focus=viewport&dq=stretc
penelitian adalah sebagai berikut: hing+in+the+office&hl=id&outpu
1. Bagi petugas perawat, disarankan t=html_text. Diakses 21 Februari
agar menerapkan Workplace 2015.
Stretching-Exercise (WSE) atas Ali, Z., 2001. Dasar-Dasar Keperawatan
kesadaran sendiri dalam Profesional. Penerbit Widya
mencegah dan mengatasi keluhan Medika, Jakarta.
sehubungan dengan Alter, 2003. How to Stretch.
muskuloskeletal. http://www.yoga-
2. Bagi pihak rumah sakit, age.com/article/stretching.
direkomendasikan agar Diakses 21 Februari 2015.
mendukung jalannya penerapan Anies, 2014. Kedokteran Okupasi:
Workplace Stretching-Exercise Berbagai Penyakit Akibat
(WSE) bagi para perawat, baik Kerja dan Upaya
secara mandiri maupun secara Penanggulangan dari Aspek
kolektif. Penerapan dapat Kedokteran. Ar-Ruzz Media.
dilakukan dengan cara memberi Yogyakarta.
waktu khusus bagi perawat pada Auliya, A., 2013. Gambaran Posisi Kerja
setiap shift, cukup sekitar 5-10 yang Dapat Mempengaruhi
menit, di mana pada waktu Kejadian Musculoskeletal
tersebut perawat dianjurkan Disorders pada Pekerja Panen
untuk melakukan gerakan Kelapa Sawit PT. Perkebunan
stretching. Nusantara XIII Kabupaten
3. Tempat kerja yang memiliki Sanggau Kalimantan Barat.
pekerja dengan keluhan Skripsi. Program Studi
muskuloskeletal, agar dapat Pendidikan Dokter Fakultas
mempertimbangkan Workplace Kedokteran Universitas
Stretching-Exercise (WSE) Tanjungpura, Pontianak.
sebagai model solusi alternatif Elyas, Y., 2012. Gambaran Tingkat
dalam memecahkan masalah Risiko Musculoskeletal
Disorders (MSDs) pada Journal of Health Scope: 1(2): 71-
Perawat saat Melakukan 79.
Aktivitas Kerja di Ruang ICU National Institut for Occupational Safety
PJT RSCM Berdasarkan and Health. 1996. A guide to
Metode Rapid Entire Body Safety in Confined Space. U.S.
Assesment (REBA). Skripsi. Department of Health and Human
Fakultas Ilmu Keperawatan Service. Amerika.
Universitas Indonesia, Depok. Nelson, A., 2003. State of The Science in
Gaffar, LOJ., 1999. Pengantar Patient Care Ergonomies:
Keperawatan Profesional. Lesson Learned and Gaps in
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Knowledge. Presented March 5,
Jakarta. 2003, Third Annual Safe Patient
Grandjean, E., 1995. Fitting the Task to Handling and Movement
the Man. A textbook of Conference: Clearwater Beach,
occupational ergonomic 4th FL.
edition. Taylor and Francis. New Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi
York. Penelitian Kesehatan. PT
Judha, M., 2012. Anatomi dan Fisiologi: Rinneka Cipta. Jakarta.
Rangkuman Sederhana Belajar Nurhidayah, R.E., 2010. Ilmu Perilaku
Anatomi Fisiologi. Gosyen dan Pendidikan Kesehatan
Publishing. Yogyakarta. untuk Perawat. USU Press.
Komang, N., 2011. Sikap Kerja yang Medan.
Menimbulkan Keluhan Parker, S., 2007. Ensiklopedia Tubuh
Muskuloskeletal dan Manusia. Penerjemah: dr.
Meningkatkan Beban Kerja Winardini. Penerbit Erlangga.
pada Tukang Bentuk Keramik. Jakarta.
Jurnal Ilmiah. Badan Pengkajian Pasiak, T., 2006. Manajemen
dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kecerdasan. Mizan Pustaka.
Denpasar. Bandung.
Kusnanto, 2004. Pengantar Profesi dan Setyawati, L., 2007. Patient Safety dan
Praktik Keperawatan Penyakit Akibat Kerja.
Profesional, Monica Ester Disampaikan pada Pelatihan K3 bagi
(editor). Penerbit Buku Paramedis RS Tegalyoso, 25 Juni,
Kedokteran EGC. Jakarta. Klaten.
Lestari, N., 2014. Pengaruh Stretching Soedirman, Sumakmur, P.K., 2014.
terhadap Keluhan Kesehatan Kerja dalam
Muskuloskeletal pada Perawat Perspektif Hiperkes dan
di Ruang Ratna dan Medical Keselamatan Kerja. Penerbit
Surgical RSUP Sanglah. Skripsi. Erlangga. Jakarta.
Program Studi Ilmu Keperawatan Suratun, 2008. Klien Gangguan Sistem
Fakultas Kedokteran Universitas Muskuloskeletal Seri Asuhan
Udayana, Denpasar. Keperawatan. Penerbit Buku
Manurung, P., 2012. Metodologi Kedokteran EGC. Jakarta.
Penelitian. Halaman Moeka Tarwaka, B., Sudiajeng, L., 2004.
Publishing. Jakarta. Ergonomi untuk Keselamatan,
Najarkola, Moussavi, S., and Mirzaei, R., Kesehatan Kerja dan
2012. Assessment of Produktivitas. Uniba Press.
Musculoskeletal Loads of Surakarta.
Electric Factory Workers by University of Toronto Environment Health
Rapid Entire Body Assessment, and Safety. Workplace
Exercises.
http://www.ehs.utoronto.ca/servic Yip Yin., and Bing, 2001. A Study Of
es/Ergonomics/exercise.htm. Work Stress, Patient Handling
Diakses 3 Februari 2015. Activities And The Risk of Low
Wahyono, Y., dan Saloko E., 2014. Back Pain Among Nurses In
Pengaruh Workplace Exercise Hongkong, Journal of Advanced
terhadap Keluhan Nursing 36(6), 794-804.
Muskuloskeletal pada Pekerja Yusnani, S., 2012. Perbedaan Keluhan
di bagian Sewing CV. Cahyo Muskuloskeletal Sebelum dan
Nugroho Jati (CNJ) Sukoharjo. Sesudah Pemberian Perlakuan
Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. 3 Latihan Peregangan pada
(2): 197-203. Petugas Kesehatan Gigi di
Waikar A.M., and Bradshaw M. E., 1995. Puskesmas Kecamatan Medan
Exercises in the Workplace Area Tahun 2012. Skripsi.
Employee Preferences. Emerald Fakultas Kesehatan Masyarakat
(Internet), October, 16 (9) pp. 16- Universitas Sumatera Utara,
30. Diakses 21 Februari 2015. Medan.
WHO, 2003. Preventing Musculoskeletal
Disorders in The Workplace.
Lang/Metze Atelier. Berlin.