Bab Ii Landasan Teori 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik Atau Perancangan Fasilitas
Bab Ii Landasan Teori 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik Atau Perancangan Fasilitas
LANDASAN TEORI
Aliran barang merupakan hal pokok dalam fasilitas produksi sehingga harus
dirancang dengan baik dan terstruktur. Enam prinsip dasar dari plan layout yaitu
(Apple, 1990):
1. Integrasi keseluruhan dari semua faktor yang mempengaruhi proses
produksi.
Plant layout harus meliputi integrasi dari semua fasilitas menjadi satu
unitoperasi.Plant layout dapat mendukung proses manufaktur sehingga
dapatberjalan dengan baik.
2. Perpindahan jarak seminimum mungkin.
Setiap proses industri baik dari proses awal sampai akhir produk yang
akandihasilkan akan selalu berpindah sesuai urutan proses yang akan
dilalui makapergerakan material dapat diminimumkan dengan cara
mengurangi jarakperpindahan hal ini berarti mencoba menempatkan
operasi kedekatan denganoperasi sebelumnya. Sehingga dapat
menghilangkan transportasi diantaraoperasi tersebut.
3. Aliran kerja berlangsung secara lancar melalui pabrik.
Aliran ini merupakan perkembangan yang konstan menuju proses
akhirdengan gangguan dan kemacetan yang minimum.
4. Semua area yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efesien.
Pada dasarnya Layout merupakan pengaturan ruangan yang
mencakuppekerja, material, mesin dan aktifitas pendukung yang ada
didalamnya.
5. Kepuasan kerja dan keamanan dari pekerja.
Kepuasan pekerja dapat diberikan dengan adanya jaminan keselamatan
kerjasehingga dapat mencegah kecelakaan kerja yang mungkin saja dapat
terjadi.Keamanan pekerja dapat meliputi adanya penempatan mesin-
mesin danperalatan secara tepat.
6. Pengaturan tata letak harus cukup Fleksibel.
Pengaturan tata letak sebuah pabrik apabila diatur secara tepat
akanmengurangi biaya-biaya tidak langsung.
5
pemindahan bahan ini harus diusahakan agar gerakan bahan selalu
menuju daerah pengirim.
3. Mempersingkat proses manufaktur.
Dengan memperpendek jarak antara operasi satu dengan operasi
berikutnya, dengan demikian total waktu produksi juga dapat
dipersingkat.
4. Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kemacetan.
Waktu tunggu dalam proses produksi yang berlebihan akan dapat
dikurangi dengan pengaturan tata letak yang terkoordinasi dengan baik.
5. Mengurangi persediaan setengah jadi.
Persedian barang setengah jadi terjadi karena belum selesainya proses
produksi dari produk yang bersangkutan. Persediaan barang setengah jadi
yang tinggi tidak menguntungkan perusahaan karena dana yang tertanam
tersebut sangat besar.
6. Memelihara pemakaian tenaga kerja seefektif mungkin.
Tata letak pabrik yang tidak baik akan memboroskan sejumlah tenaga
kerja yang ada dan sebaliknya tata letak yang baik akan meningkatkan
efektifitas kerja yang ada. Beberapa usaha yang dilakukan sebagai
berikut:
a. Mengurangi handling bahan-bahan yang dilakukan secara manual
sampai seminimal mungkin.
b. Mengurangi faktor-faktor yang mengakibatkan buruh banyak
berjalanjalan di dalam pabrik.
c. Membuat keselarasan antara mesin-mesin sehingga baik mesin
maupun operator tidak menganggur.
d. Memberikan pengawasan seefektif mungkin.
7. Menciptakan suasana kerja yang memberikan kenyamanan, kemudahan,
dan keselamatan karyawan selama bekerja.
Untuk mencapai hal ini perlu diperhatikan seperti penerangan, suhu,
fentilasi, alat pembuangan uap air dan keselamatan kerja.
6
2.3 Jenis-Jenis Tata Letak Fasilitas Pabrik
Berikut jenis-jenis Tata Letak Fasilitas Pabrik
2.3.1 Tata Letak Proses ( Process Layout )
Tata letak berdasarkan proses, sering dikenal dengan process atau functional
layout, adalah metode pengaturan dan penempatan stasiun kerja berdasarkan
kesamaan tipe atau fungsinya. Mesin-mesin yang digunakan tata letak proses
berfungsi umum (general purpose). Tata letak proses umumnya digunakan untuk
industri manufaktur yang bekerja dengan volume produksi yang relatif kecil dan
jenis produk yang tidak standar (Wignjosoebroto, 2000). Keuntungan dari
penggunaan tata letak proses yaitu:
1. Total investasi yang rendah untuk pembelian mesin dan peralatan
produksi lainnya.
2. Fleksibilitas tenaga kerja dan fasilitas produksi besar dan sanggup
mengerjakan berbagai macam jenis dan model produk.
3. Kemungkinan adanya aktivitas pengawasan yang lebih baik dan efisien
melalui spesialisasi pekerjaan.
4. Pengendalian dan pengawasan lebih mudah dan baik terutama untuk
pekerjaan yang sukar dan butuh ketelitian tinggi.
5. Mudah untuk mengatasi breakdown dari mesin, yaitu dengan cara
memindahkan prosesnya ke mesin lain tanpa banyak menimbukan
hambatan yang signifikan.
Keterbatasan dari tata letak proses antara lain:
7
Gambar 2.1Contoh tata letak proses (Wignjosoebroto, 2000)
8
3. Adanya investasi dalam jumlah besar untuk pengadaan mesin, baik dari
segi jumlah maupun akibat spesialisasi fungsi yang harus dimilikinya.
4. Kelelahan operator, operator mudah menjadi bosan disebabkan
pengulangan tanpa henti dari pekerjaan yang sama.
5. Ketergantungan dari seluruh proses terhadap setiap part. Kerusakan pada
suatu mesin atau kekurangan operator untuk mengendalikan stasiun kerja
bias menghentikan keseluruhan hasil produksi pada satu line produk.
9
4. Fleksibilitas kerja menjadi tinggi.
10
diproses bersama, serupa dengan mass production. Berdasarkan kesimpulan ini,
mareka kemudian membuat kelompok-kelompok part yang sama dan kemudian
menggunakan kelompok mesin dan tools tertentu untuk memproduksinya, dengan
tujuan untuk mengurangi setup. Peneliti utama yang dikenal dengan teori ini
adalah S.P Mitronov, seorang peneliti asal USSR.Dalam tahun-tahun berikutnya,
mulai berkembang beberapa klasifikasi dan sistem koding (coding system) untuk
menyusun part family.Pada awal tahun 1960 konsep teknologi kelompok mulai
diterapkan pada perusahaan untuk pertama kalinya, dan sejak saat itulah konsep
teknologi kelompok mulai diterima secara menyeluruh di dunia.
Beberapa persoalan muncul yang dalam penyusunan tata letak teknologi
kelompok adalah pengidentifikasian part family, pengidentifikasian machine
cell dan pengalokasian part family atau machine cell
11
2. Pengurangan ukuran lot. Jika waktu setup dapat dikurangi, maka ukuran
lot yang kecil menjadi mungkin dan ekonomis. Ukuran lot yang kecil
juga dapat membuat aliran produksi lebih lancar.
3. Pengurangan work-in-process (WIP) dan persediaan barang jadi. Jika
waktu setup dan ukuran lot menjadi kecil maka jumlah WIP dapat
dikurangi. Part-part dapat diproduksi menggunakan konsep just-in-time
(JIT) dengan ukuran lot yang kecil sehingga waktu penyelesaiannya lebih
cepat.
4. Pengurangan waktu dan ongkos material handling (OMH). Pada tata
letak seluler, tiap part diproses seluruhnya dalam satu sel (jika
dimungkinkan). Oleh karena itu, waktu dan jarak perpindahan part antar
sel lain menjadi minimal.
5. Perbaikan kulitas produk. Oleh karena part-part berpindah dari stasiun
kerja satu ke stasiun kerja yang lainnya dalam unit yang tunggal dan
diproses dalam area yang relatif kecil, maka penjadwalan dan
pengendalian job akan lebih mudah. Masukan terhadap perbaikan akan
lebih cepat dan proses dapat dihentikan jika terjadi kesalahan.
12
berdasarkan angka-angka berat/volume dan jarak perpindahan bahan dari satu
departemen ke departemen lain, maka Activity relationship akan menggantikan
kedua hal tersebut dengan kode huruf yang akan menunjukkan derajat hubungan
aktivitas secara kualitatif dan juga kode angka yang akan menjelaskan alasan
untuk pemilihan kode huruf tersebut (Wignjosoebroto, 2009). Secara garis besar
cara membuat Activity Relationship Chartadalah sebagai berikut (Purnomo,
2004):
1. Catat semua departemen pada peta hubungan aktivitas.
2. Lakukan wawancara atau survei pada tenaga kerja tiap-tiap departemen
atau kepada pihak manajemen tentang aktivitas pada setiap departemen.
3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan yang
didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau
pengetahuan tentang keterkaitan antar kegiatan.
4. Catat derajat kedekatan setiap pasangan pada peta keterkaitan sesuai
dengan alasan yang dimasukkan.
5. Evaluasi peta keterkaitan kreativitas dengan meminta pertimbangan
orang lain yang tahu tentang keterkaitan antar departemen.
13
Pada ARC terdapat variabel berupa suatau simbol yang melambangkan
derajat keterdekatan antara departemen satu dengan departemen lainya.Simbol-
simbol yang digunakan untuk menunjukan derajat keterkaitan aktivitas adalah
sebagai berikut (Purnomo, 2004).
Derajat Kedekatan Deskripsi Kode Warna
A Mutlak Merah
E Sangat Penting Oranye
I Penting Hijau
O Cukup Atau Biasa Biru
Tidak Ada
U Tidak Penting
Warna
X Tidak Dikehendaki Coklat
Sumber : Appel.
Sedangkan kode dan deskripsi alasan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Alasan :
1 Urutan uraian kerja
Menggunakan peralatan kerja yang
2
sama
3 Menggunakan ruangan yang sama
4 Mengguakan karyawan yang sama
Bisisng, kotor, debu, dan
5
sebagainya.
Sumber: Appel.
14
evaluasi atau perubahan yang lebih sesuai. Checking, recheckeing dan
tindakan koreksi perlu dilakukan agar ada konsistensi atau kesamaan
persepsi dari mereka yang terlibat dalam hubungan kerja. Sebagai contoh
bila departemen A dinyatakan memiliki nilai hubungan aktivitas “penting
(important)” dengan departemen B, maka hal ini pun harus memiliki nilai
hubungan aktivitas “penting (important)” dengan departemen A. Di sini
individu karyawan atau manajer departemen A harus memberikan
penilaian hubungan aktivitas yang sama dengan individu karyawan atau
manajemen departemen B.
2.5 Worksheet
Worksheet digunakan untuk mempermudah pemeriksaan dan penganalisisan
hubungan antar aktivitas yang sebelumnya telah dituangkan dalam bentuk
ARC.Jadi Worksheet merupakan konversi dari ARC.Pemakaian Worksheet
dimungkinkan karena ARC dianggap tidak dapat memberikan informasi secara
optimal.
15
Gambar 2.5 Rel Diagram
Sumber :(Wignjosoebroto, 2009)
Sandi huruf kedekatan :
A = Mutlak perlu
E = Sangat penting
I = Penting
O = Kedekatan biasa
U = Tidak perlu
X = Tak diharapkan
16
departemen-departemen tersebut (pembuatan ARD) adalah maksimal dua buah
error (Wignjosoebroto, 2009).
17
berdekatan tidak dibenarkan berjauhan. Pada AAD, perancang memperoleh pula
bentuk umum aliran bahan yang akan berlaku (Wignjosoebroto, 2009).
18