4.
1 Batuan Nomor Peraga M-6
Secara megaskopis, batuan dengan nomor peraga nomor M-6 memiliki
warna abu-abuan dengan panjang 14 cm,lebar 7 cm dan tinggi 8 cm Pada batuan
tersebut memiliki struktur yang tersusun atas penjajaran mineral-mineral yang
disebut struktur foliasi.pada batuan ini terdapat goresan goresan berupa
mineral hornblend.
Tekstur pada batuan tersebut terdiri dari ketahanan metamorfisme,
ukuran butir, bentuk individu ktistal dan bentukindividu mineral. Batuan
dengan nomor peraga M-6 memiliki ketahanan metamorfisme yang telah
mengalami rekristalisasi atau yang disebut kristaloblastik,dimana pada batuan
tersebut tidak menunjukkan adanya tekstur seperti batuan asalnya yang
diakibatkan oleh proses metamorfis meyang telah sempurna. Ukuran butir pada
batuan tersebut masih dapat diidentifikasi secara kasat mata atau disebut fanerit
batuantersebutmemiliki bentuk individu kristal yang satu dengan yang lainnya
,dimana batas antara bidang kristalnya tidak jelas atau yang disebut
subhedral dengan bentuk kristal berupa hypidioblastik. Pada batuan tersebut
tersusun atas bentuk individu mineral yang terdiri dari mineral penyusun
berbentukgranularyangmemiliki batas mineralnya bersifat sutured atau yang d
isebut bentuk granoblastik .Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
diinterpretasikan bahwa batuan tersebut termasuk ke dalam batuan metamorf,
karena memiliki struktur dan tekstur tertentu.
Komposisi mineral penyusun batuan tersebut memiliki
ciriciri berwarna hijau kehitaman dengan bentuk kristalin lentikular yang bersi
fat tidak dapat meneruskan cahaya. Disamping itu juga, terdapat mineral yang
memiliki ciri-ciri berwarna hitam dan memiliki kekerasan 5-6,5 Skala Mohs
dan juga memikiki cerat berwarna hitam Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka
dapat diinterpretasikan bahwa pada batuan tersebut tersusun atas mineral
berupa klorit dengan kelimpahan sebesar 60% serta mineral hornblned dengan
kelimpahan keterdapatan pada batuan sekitar 40%.
Berdasarkan dari hasil deskripsi yang meliputi struktur berupa
foliasi,maka dapat diinterpretasikan bahwa agen metamorfisme batuan
tersebut berupa tekanan. Dimana tekanan lebih dominan dibandingkan dengan
suhu.Akibat dari adanya proses tekanan yang tinggi, maka batuan tersebut
diinterpretasikan akan mengalami perubahan bentuk dengan proses
diferensiasi. Proses diferensiasi tersebut disebabkan adanya perbedaan besar
tekanan antara tekanan horizontal dan vertikal. Sehingga akan membentuk
mineral-mineral pipih. Dilihat dari keterdapatan mineral serta besar ukuran
mineralnya, maka dapat diinterpretasikan bahwa protolith pada batuantersebut
berasal dari sedimen maupun slate.Berdasarkan dari kehadiran mineral indeks
berupa mineral klorit dankuarsa. Maka dapat diinterpretasikan bahwa fasies
metamorfisme batuan tersebut berupa greenschist . Dimana pada fasies
greenschist , terbentuk padatemperatur yang sedang atau sekitar 200°C - 500°C
dengan tekanan yang sedang pula sekitar 1 – 10 Kbar. Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan tersebut termasuk ke
dalam metamorfisme regional yang didominasi oleh tekanan.Dimana
terbentuknyabatuantersebut berada pada daerah metamorfisme burial. Hal ters
ebut terbentuk akibatadanya proses vulkanisme gunung api secara eksplosif
yang mana akan mengeluarkan material-material vulkanik. Dimana material-
material tersebutakan terendapkan dan terjadi kenaikan tekanan maupun
temperatur. Hal tersebut disebabkan karena batuan yang ada di sekitarnya
mengalami dorongan akibat pergerakan lempeng yang dinamis. Selain itu juga
mengalami dampak dari temperatur yang berasal dari gesekan antar
lempengyang akan menghasilkan panas. Akibat adanya panas yang tinggi,
maka akan mengakibatkan terbentuknya rekahan-rekahan, dimana rekahan
tersebut akanterisi oleh aliran fluida dan akan mengakibatkan terlipatnya
lapisan bataun tersebut.
Durasi pembentukan batuan tersebut diinterpretasikan
memerlukanwaktu yang lama. Pada awalnya mineral-mineral tersebut akan
mengalami deformasi yang mengakibatkan perubahan bentuk dari bulat
menjadi pipih.Setelah itu, akan mengalami proses orientasi mineral yang mana
akanterjadipenjajaran mineral mineral dari acak menjadi teratur. Kemudian
pada tahap selanjutnya, mineral-mineral tersebut akan mengalami tahap
segregasi.Dimana pada tahap tersebut terjadi proses pemilahan antara mineral
yang memiliki densitas tinggi (mineral granular) dengan mineral densitas
rendah(mineral pipih). Dimana mineral pipih tersebut akan bergerak ke atas,
dan mineral granular akan bergerak ke bawah. Sehingga akan
membentuk penjajaran mineral yang teratur.Berdasarkan dari pengamatan
secara megaskopis yang meliputi struktur berupa foliasi, maka
dapat diinterpretasikan bahwa penamaan batuan tersebutyaitu schist (W. T.
Huang, 1962)
4.2 batuan nomor peraga R-5
Batuan nomor peraga nomor 15 termasuk dalam batuan metamorfkarena
memiliki struktur non foliasi berupa honnfelsic.Batuan tersebut secaramegaskopis
memiliki warna putih kekuningan dengan panjang 9 cm,lebar 8 cm dan tinggi 4 cm
Batuaninidiinterpretasikanmemilikitekstur berupa ketahanan metamorfism
e yaitu kristaloblastik , yaitu batuan ini sudahtidak menunjukkan struktur atau
tekstur seperti batuan asalnya dan terlihatseperti susunan kristalin, diakibatkan oleh
proses metamorfisme yangsempurna. Kemudian ukuran butirnya berupa afanitik,
karena ukuran butirnya dapat diamati langsung oleh kasat mata. Batuan tersebut
memiliki bentuk kristal yang terdapat bidang batas yang kurang sempurna antara
kristal yangsatu dengan yang lainnya, atau yang disebut subhedral. Berdasarkan
dari bentuk kristal tersebut, maka dapat diinterpretasikan batuan tersebut
memilikiteksturberupahypidioblastik,karena bentuk kristalnya subhedral. Batuan
tersebut diinterpretasikan memiliki bentuk mineral yang bentuknya
prismatik dengan batas mineralnya yang bersifat sutured (tidak teratur) atau
yangdisebut Granoblastik .
Komposisi mineral penyusun batuan tersebut memiliki
ciriciri berwarna putih dengan kilap kaca ,ceratnya berwarna putih dan memiliki
kekerasan 7 skala mohs . Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka dapat diinterpretasikan
bahwa pada batuan tersebut tersusun atas mineral berupa kuarsa dengan kelimpahan
sebesar 100% .
Batuan dengan nomor peraga 217 merupakan batuan ubahan akibat adanya
proses perubahan tekanan dan suhu atau yang disebut proses Suture metamorfisme.
Pada proses metamorfisme ini dikontrol oleh dua komponenutama yaitu suhu dan
tekanan yang tinggi, dimana salah satu dari komponenini akan mendominasi.
Berdasarkan dari hasil deskripsi yang mana
pada batuan tersebut memiliki struktur non foliasi, maka dapat diinterpretasikan b
ahwa agen metamorfisme batuan tersebut berupa suhu yang dominan.Sehingga
pada batuan tersebut tidak terdapat penjajaran-penjajaran mineral,karena pada
batuan tersebut mengalami proses pertumbuhan mineral(kristalisasi) secara intens
yang mempengaruhi ukuran mineral batuan tersebut.