Jurnal Penginderaan Jauh Banjir PDF
Jurnal Penginderaan Jauh Banjir PDF
ABSTRACT
Flood is the first biggest disaster in Indonesia, as stated by the National Disaster
Management Agency (BNPB) in the BNPBs natural disaster data of year 2000 to 2009.
Considering the flood has the significant impact of causing the casualties and material
losses, it is necessary to study on it. One of useful data for studying the flood is
remote sensing data. The advantage of good historical data makes it possible to see the
changes of cover/land use from year to year in a region. The extensive area coverage of
remote sensing data allows it to view and analyze in a comprehensive manner. The
method of the study of flood hazard models is using multiple variables, where each
variable has a class of criteria. Determination of the weight of each flood variable by
using the Composite Mapping Analysis. The results of this study shows the main cause
of flooding in the District of Sampang is that most of the land system in the cities are
the combined estuary and swamp plain, forming a low land and is triggered by the
torrential rain. The model of flood hazard maps produced by variable weighting floods
with a multi criteria analysis method which is function of rainfall, landuse, slope, land
system and elevation.
Key words: Flood hazard, Composite Mapping Analysis, Remote sensing
ABSTRAK
52
Model Bahaya Banjir Menggunakan Data...... (Nanik Suryo Haryani et al.)
akhir berupa peta tematis kerentanan tersebut yang sering disebut dengan
banjir dengan 4 kategori: tidak rentan, istilah Composite Mapping Analysis atau
rentan rendah, rentan sedang, dan CMA (Suratijaya, 2007).
rentan tinggi. Sedangkan pembuatan Bahaya banjir merupakan fungsi
peta bahaya banjir menggunakan dari curah hujan, liputan lahan, lereng,
teknologi Geographic Information System sistem lahan dan elevasi. Secara
(GIS). matematis bahaya banjir dapat
Penelitian daerah rawan banjir dikemukakan dengan formula sebagai
ini menggunakan metode MCE dilakukan berikut:
oleh G. Yalcin dan Z. Akyurek (2004), Bahaya Banjir = f (CH, PL, L, SL, E) (2-1)
dimana metode Multicriteria Evaluation
Keterangan:
(MCE) menunjukkan pentingnya pengam-
bil keputusan dalam menentukan bobot CH = Curah Hujan
dan metode yang tepat. MCE digunakan PL = Liputan Lahan
untuk menghitung bobot setiap faktor. L = Lereng
Selain metode MCE juga digunakan SL = Sistem Lahan
Weighted Linear Combination (WLC) untuk E = Elevasi
menyusun kembali daerah rentan banjir.
Bobot dan nilai-nilai dari kriteria dapat 3 METODOLOGI
berubah sesuai dengan daerah penelitian. 3.1 Data
Apabila karakteristik berubah, maka
hasilnya akan menunjukkan kondisi Data yang digunakan dalam
yang berbeda. Daerah rawan banjir penelitian ini data Landsat tahun 2002
dalam penelitian di wilayah studi dilakukan pengolahan data klasifikasi
diklasifikasikan ke dalam 5 kelas yang liputan lahan untuk mengetahui kondisi
terdiri dari: tinggi, tinggi sampai dengan liputan lahan sebelum terjadi peru-
sedang, sedang, sedang sampai dengan bahan, data Spot 5 tahun 2010 dilaku-
rendah, dan rendah. kan pengolahan data klasifikasi liputan
Pembuatan model bahaya banjir lahan untuk mengetahui kondisi liputan
menggunakan data penginderaan jauh lahan sekarang. Data DEM untuk
di Kabupaten Sampang menggunakan analisis kondisi wilayah atau topografi,
beberapa variabel banjir, dimana peta tanah dan peta land system juga
variabel banjir yang digunakan dalam digunakan sebagai salah satu input
penelitian ini meliputi antara lain: dalam pembuatan pemodelan bahaya
variabel curah hujan, variabel liputan banjir.
lahan, variabel lereng, variabel sistem
lahan dan variabel elevasi. Pemakaian 3.2 Metode
variabel banjir dalam penelitian ini
Metode yang digunakan dalam
mengacu pada penelitian sebelumnya
penelitian ini adalah analisa multi-
yang dilakukan oleh Kementerian
kriteria dengan melihat faktor utama
Pekerjaan Umum yang dimodifikasi sesuai
penyebab banjir di suatu wilayah.
dengan kondisi daerah penelitian.
Dalam pelaksanaan proses pembuatan Analisis banjir juga akan dilakukan
model bahaya banjir diperlukan bobot untuk melihat daerah bahaya banjir
setiap variabel tersebut, dimana setiap akibat liputan lahan di wilayah hulu.
variabel mempunyai kelas kriteria. Gambar 3-1 berikut ini merupakan
Penentuan bobot setiap variabel banjir diagram alir rencana penelitian model
dengan menggunakan cara komposit dari bahaya banjir dengan menggunakan
setiap variabel banjir, cara komposit data penginderaan jauh.
54
Model Bahaya Banjir Menggunakan Data...... (Nanik Suryo Haryani et al.)
Dataran Banjir
Liputan lahan Lereng Elevasi Rata-rata CH
& Non Banjir
Survey
Lapangan Analisis Penyebab Analisis Multi-kriteria dengan
Utama Banjir Analisis Spasial Kejadian Banjir
Informasi Banjir
Media Massa BAHAYA BANJIR
Dari diagram alir penelitian model analisis spasial kejadian banjir sehingga
bahaya banjir dengan menggunakan akan dihasilkan model bahaya banjir.
data penginderaan jauh pada Gambar 3-1
dapat diuraikan bahwa data penginderaan 3.3 Penentuan Model Bahaya Banjir
jauh yang berupa citra Landsat dan citra Penentuan model bahaya banjir
Spot dilakukan klasifikasi dihasilkan dalam penelitian model bahaya banjir di
peta liputan lahan, dan dari data Digital Kabupaten Sampang ini menggunakan
Elevation Model-Shuttle Radar Topographic beberapa variabel, antara lain meliputi:
Mapping (DEM-SRTM) dilakukan ekstraksi curah hujan, liputan lahan, lereng, sistem
dihasilkan informasi lereng dan elevasi. lahan dan elevasi. Proses pembuatan
Sedangkan dari peta sistem lahan model bahaya banjir diperlukan bobot
dilakukan ekstraksi dihasilkan informasi setiap variabel banjir dan setiap variabel
sistem lahan, dan dari data Tropical banjir mempunyai kelas kriteria.
Rainfall Measurement Mission (TRMM) Berdasarkan perhitungan mean
dilakukan ekstraksi dihasilkan informasi spatial dari setiap variabel banjir
curah hujan. Sedangkan informasi selanjutnya dapat dihitung bobot setiap
survey lapangan dan informasi banjir variabel banjir, dengan asumsi bahwa:
a) Potensi banjir disebabkan oleh
yang diperoleh dari media massa (baik
beberapa faktor dengan bobot sama,
media cetak maupun elektronik) untuk
b) Ranking dan skor setiap kriteria &
menganalisis penyebab utama banjir di
setiap faktor mengacu pada penelitian.
daerah penelitian. Dari analisis penyebab
Untuk lebih jelasnya tahapan atau
banjir ditambah dengan lima variabel
langkah-langkah dalam proses Composite
banjir tersebut di atas, selanjutnya
Mapping Analysis (CMA), seperti Gambar
dilakukan analisis multi-kriteria dengan
3-2.
55
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 1 Juni 2012 : 52-66
Distribusi dan
Luasan Banjir Tabulasi hasil overlay (ada 5 tabel)
Variabel Luas
Kriteria
-
Curah hujan, Overlay -
Liputan Lahan, -
Lereng, Sistem
Lahan, Elevasi
Bobot Relatif
(mean spatial)
56
Model Bahaya Banjir Menggunakan Data...... (Nanik Suryo Haryani et al.)
Hasil yang diperoleh berupa bobot dan Banyumas. Peta frekuensi kejadian
relatif yang disebut mean spasial. banjir dapat dilihat pada Gambar 4-1,
Selanjutnya dilakukan composite dimana frekuensi kejadian banjir 5 kali
semua variabel, sehingga diperoleh dalam peta ditunjukkan warna merah,
bobot setiap variabel penyebab banjir. frekuensi kejadian banjir 4 kali dalam
peta ditunjukkan warna merah muda
4 HASIL DAN PEMBAHASAN (pink), frekuensi kejadian banjir 3 kali
4.2 Perhitungan Bobot dalam Model dalam peta ditunjukkan warna kuning,
Bahaya Banjir frekuensi kejadian banjir 2 kali dalam
peta ditunjukkan warna biru, frekuensi
Perhitungan bobot bahaya banjir kejadian banjir 1 kali dalam peta
menggunakan Composite Mapping ditunjukkan warna hijau.
Analysis (CMA), berdasarkan frekuensi Rata-rata curah hujan dihasilkan
kejadian banjir yang terjadi di lapangan, dari data Tropical Rainfall Measurement
rata-rata curah hujan, liputan lahan, Mission (TRMM) selama kurun waktu 11
kelerengan, liputan lahan, sistem lahan, tahun dari tahun 1998 sampai tahun
dan ketinggian. 2008 (Gambar 4-2), dimana di
Kejadian banjir di Sampang dalam Kecamatan Sampang rata-rata curah
kurun waktu 10 tahun dari tahun 2002 hujan hanya diperoleh 2 kelas curah
sampai dengan tahun 2011seperti pada hujan yaitu curah hujan antara 200
Tabel 4-1. Kejadian banjir terbesar 300 mm yang tersebar di hampir
terjadi di Kelurahan Panggung sebanyak seluruh wilayah kecamatan Sampang
5 kejadian, sedangkan kejadian banjir dan dalam peta ditunjukkan dengan
sebanyak 4 kali terjadi di Gunung warna biru muda, sedangkan kelas
Madah, kejadian banjir sebanyak 3 kali curah hujan antara 300-400 mm
terjadi di Pasean dan Dalpenang, terdapat disebagian saja kelurahan
kejadian banjir sebanyak 2 kali terjadi Aengsareh, tepatnya di Aengsareh
di Aengsareh, Gunung Sekar, dan bagian barat dan dalam peta ditujukkan
Kamoning, kejadian banjir terjadi satu dengan warna biru tua.
kali terjadi di Tanggumong, Pekalongan,
Tahun
Desa/Kel.
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Panggung v v v v v
Pasean v v v
Gunung v v v v
Madah
Dalpenang v v v
Aengsareh v v
Gunung v v
Sekar
Tanggumong v
Pekalongan v
Kamuning v v
Banyumas v
Sumber: Kompas 2002-2011
57
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 1 Juni 2012 : 52-66
58
Model Bahaya Banjir Menggunakan Data...... (Nanik Suryo Haryani et al.)
Tabel 4-2: PERHITUNGAN MEAN SPATIAL VARIABEL CURAH HUJAN DI KECAMATAN SAMPANG
60
Model Bahaya Banjir Menggunakan Data...... (Nanik Suryo Haryani et al.)
Tabel 4-5: PERHITUNGAN MEAN SPATIAL VARIABEL SISTEM LAHAN DI KECAMATAN SAMPANG
Hasil pengolahan data yang telah Mapping Analysis (CMA) seperti tercantum
dilakukan dan hasil perhitungan mean pada Tabel 4-7.
spatial dari setiap variabel banjir, yang Berdasarkan hasil perhitungan
selanjutnya dapat dilakukan perhitungan setiap variabel banjir di Kecamatan
bobot setiap variabel banjir, yang Sampang diperoleh hasil bahwa bobot
meliputi variabel curah hujan, variabel yang paling tinggi adalah sistem lahan
liputan lahan, variabel lereng, variabel sebesar 27, sedangkan variabel dengan
sistem lahan, dan variabel elevasi, bobot terrendah adalah variabel curah
dimana hasil perhitungan bobot variabel hujan dan elevasi sebesar 16. Untuk
banjir dengan metode Composite bobot variabel liputan lahan sebesar 19
61
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 1 Juni 2012 : 52-66
dan bobot variabel lereng sebesar 22. Dari hasil pengolahan data serta
Secara matematis model bahaya banjir perhitungan pembobotan dan skoring
di Kabupaten Sampang dapat diformu- yang telah dilakukan seperti tersebut
lasikan sebagai berikut: diatas, selanjutnya bobot dan skoring
tersebut dipergunakan untuk pembuatan
peta bahaya banjir di Kabupaten
Scma=16SCH+19SPL+22SL+ Sampang berdasarkan masing-masing
27SSL+16SE (4-1) variabel dan kriteria banjir yang
diperoleh dari Departemen Pekerjaan
Dimana Scma adalah skoring bahaya
banjir model CMA, SCH nilai skor curah Umum/Kimpraswil, dimana hasil
hujan, SPL nilai skor liputan lahan, SL perhitungan pembobotan dan skoring
nilai skor lereng, SSL nilai skor sistem pada setiap variabel dan kriteria banjir
lahan dan SE adalah nilai skor elevasi. dapat dilihat seperti pada Tabel 4-8.
Tabel 4-7: BOBOT SETIAP VARIABEL BANJIR DENGAN METODE COMPOSITE MAPPING
ANALYSIS (CMA)
No. Variabel Mean Spasial Bobot
1 Curah Hujan 0.2020 16
2 Liputan Lahan 0.2399 19
3 Lereng 0.2905 22
4 Sistem Lahan 0.3531 27
5 Elevasi 0.2122 16
62
Model Bahaya Banjir Menggunakan Data...... (Nanik Suryo Haryani et al.)
63
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 1 Juni 2012 : 52-66
BATAS ADMINISTRASI
BATAS KABUPATEN
BATAS KECAMATAN
BATAS DESA
JARINGAN JALAN
JARINGAN SUNGAI
Sangat Rawan
Rawan
Cukup Rawan
Tidak Rawan
64
Model Bahaya Banjir Menggunakan Data...... (Nanik Suryo Haryani et al.)
BATAS ADMINISTRASI
BATAS KABUPATEN
BATAS KECAMATAN
BATAS DESA
JARINGAN JALAN
JARINGAN SUNGAI
Sangat Rawan
Rawan
Cukup Rawan
Tidak Rawan
Gambar 4-10: Peta bahaya banjir Kabupaten Sampang dengan buffer sungai
Tabel 4-10: PETA BAHAYA BANJIR BULAN DESEMBER DENGAN BUFFER DI KABUPATEN
SAMPANG
UCAPAN TERIMA KASIH Falak N.; and Mohammad S., 2003. Data
Penulis mengucapkan terima kasih Integration for Flood Risk Analysis
kepada Pemerintah Daerah Tingkat II by using GIS/RS as Tools,
Kabupaten Sampang dalam hal ini Research Associate, National
diwakili oleh Bappeda Kabupaten Centre of Excellence in Geology
Sampang yang telah membantu dalam University of Peshawar, Pakistan.
pelaksaanan survey lapangan, sehingga Nanik, S.H.; Dony K.; Asni, F., Rohkis,
diperolehnya data yang dapat digunakan K.; dan Parwati, 2001.
untuk mendukung dalam pelaksanaan Inventarisasi Zona Tingkat
penelitian ini. Kerentanan Banjir di Cilacap.
Buku Pemanfaatan Data
DAFTAR RUJUKAN Penginderaan Jauh Satelit dan
SIG Untuk Mitigasi Rawan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Bencana, LAPAN, Jakarta.
(BNPB), 2009. Data Kebencanaan Marfai, M.A., 2003. GIS Modelling of
di Indonesia Tahun 2000 2009. River and Tidal Flood Hazard in a
Pusdatin-BNPB, Jakarta. Waterfront City, Case Study:
Cahyono S., 2002. Urban Flood Semarang City, Central Java,
Management In Surabaya City: Indonesia. Thesis Master of
Anticipating Changes in the Science International Institute for
Brantas River System. Thesis S2 Geo-Information Science and
ITC Netherland. Earth Observation, ITC the
Departemen Permukiman dan Prasarana Netherlands.
Wilayah-Badan Litbang Kimpraswil. Sagala, S. A. H., 2006. Analysis of Flood
2001, Pedoman Teknis Pengelolaan Physical Vulnerability in Residential
Lingkungan dan Pemantauan Areas, Case Study: Naga City, The
Lingkungan Penanggulangan Philippines. Thesis. Enschede, ITC
Banjir, Jakarta. Netherland.
Edna M. R., 2007. Floodplain Inundation Suratijaya, I. N., 2007. Teknik Pemodelan
Simulation Using 2D Spasial dalam Pengelolaan Alam
Hydrodynamic Modelling Approach, dan Lingkungan. Institut Pertanian
Thesis Master of Science Bogor (IPB), Bogor.
International Institute for Geo- Yalcin, G.; and Akyurek, Z., 2004.
Information Science and Earth Analysing Flood Vulnerable Areas
Observation, ITC the Netherlands. With Multicriteria Evaluation.
Elena B. C., 2002. Flood Hazard, Proceedings ISPRS Congress.
Vulnerability, and Risk Assessment Istambul-Turki.
in the city of Turrialba, Costa Rica,
Thesis S2 ITC Netherland.
66