0% found this document useful (0 votes)
19 views7 pages

277 2tsysdt

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 7

JITV Vol. 7. No. 2. Th.

2002

Respon Ayam Pedaging Terhadap Penambahan Bioaktif Tanaman Lidah


Buaya dalam Ransum: Pengaruh Berbagai Bentuk dan Dosis Bioaktif dalam
Tanaman Lidah Buaya Terhadap Performans Ayam Pedaging
A. P. SINURAT, T. PURWADARIA, M. H. TOGATOROP, T. PASARIBU, I. A. K. BINTANG, S. SITOMPUL dan J. ROSIDA
Balai Penelitian Ternak, PO BOX 221, Bogor 16002, Indonesia
(Diterima dewan redaksi 2 September 2002)

ABSTRACT
SINURAT A. P., T. PURWADARIA, M. H. TOGATOROP, T. PASARIBU, I. A. K. BINTANG, S. SITOMPUL and J. ROSIDA. 2002.
Responses of broilers to Aloe vera bioactives as feed additive: The effect of different forms and levels of bioactives on
performances of broilers. JITV 7(2): 69-75.
Feed additives are commonly used in poultry feed as growth promotors or to improve feed efficiency. Previous results
showed that Aloe vera bioactives could improve feed efficiency in broilers. Therefore, a further study was designed in order to
obtain optimum doses and application methods of bioactives for broiler chickens. Aloe vera was prepared in different forms
(fresh gel, dry gel, fresh whole leaf or dry whole leaf). The aloe was supplemented into the feed with concentrations of 0.25; 0.5
and 1 g/kg (equal to dry gel). Standard diets with or without antibiotics were also included as control. The diets were fed to
broilers from day old to 5 weeks and the performances were observed. Results showed that the aloe-bioactives did not
significantly (P>0.05) affect final body weight of broilers as compared with the control. Supplementation of 0.25 g/kg fresh gel,
0.25 and 1.0 g/kg dry gel significantly improved feed convertion by 4.7; 4.8 and 8.2%, respectively as compared with the
control. This improvement was a result of reduction in feed intake or dry matter intake without reducing the weight gain.
However, supplementation of whole aloe leafs could not improve feed convertion in boilers. It is concluded that the bioactives of
Aloe vera could be used as feed supplement to improve feed efficiency in broilers with no deleterious effect on weight gain,
carcass yield, abdominal fat levels and internal organs. The effective concentrations of aloe gell as a feed supplement based on
dry matter convertion were from 0.25 g/kg fresh gel, 0.25 and 1.0 g/kg dry gel.
Key words: Broilers, feed efficiency, feed additives, Aloe vera
ABSTRAK
SINURAT A. P., T. PURWADARIA, M. H. TOGATOROP, T. PASARIBU, I. A. K. BINTANG, S. SITOMPUL dan J. ROSIDA. 2002. Respon
ayam pedaging terhadap penambahan bioaktif tanaman lidah buaya dalam ransum: Pengaruh berbagai bentuk dan dosis bioaktif
tanaman lidah buaya dalam ransum terhadap performans ayam pedaging. JITV 7(2): 69-75.
Pakan imbuhan atau feed additive sudah umum digunakan untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pakan
pada ternak. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa lidah buaya dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan pada
ayam pedaging. Oleh karena itu, dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui dosis dan cara yang paling baik untuk
pemanfaatan bioaktif tanaman dalam ransum ayam pedaging. Lidah buaya (LB) dipersiapkan dalam bentuk gel segar, gel kering,
daun (campuran gel dan kulit daun) segar dan daun kering. LB kemudian dicampur dengan pakan dengan konsentrasi 0,25; 0,5
dan 1 g/kg (setara gel kering). Ransum kontrol (K) dan K + antibiotik juga dibuat sebagai pembanding. Ransum diberikan pada
DOC ayam pedaging selama 5 minggu. Hasil menunjukkan bahwa pemberian bioaktif tanaman setiap perlakuan tidak nyata
(P>0,05) menyebabkan peningkatan bobot hidup akhir, bila dibandingkan dengan kontrol. Pemberian gel segar 0,25 g/kg, gel
kering 0,25 dan 1,0 g/kg menyebabkan perbaikan konversi pakan masing-masing 4,7; 4,8 dan 8,2%, bila dibandingkan dengan
kontrol. Perbaikan konversi pakan dengan pemberian LB terjadi melalui penurunan jumlah konsumsi ransum, tanpa menurunkan
pertambahan bobot hidup. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa ada potensi penggunaan bioaktif LB untuk digunakan
sebagai pakan imbuhan untuk memperbaiki nilai konversi pakan, tanpa mempengaruhi persentase karkas, kandungan lemak
abdomen dan bobot organ dalam pada ayam pedaging. Berdasarkan konversi bahan kering konsentrasi LB yang efektif
digunakan dalam ransum adalah pemberian gel segar 0,25 g/kg, gel kering 0, 25 dan 1,0 g/kg. Pemberian bioaktif dalam bentuk
daun LB tidak dapat memperbaiki konversi pakan.
Kata kunci: Ayam pedaging, konversi pakan, imbuhan pakan, lidah buaya

69

SINURAT et al.: Respon ayam pedaging terhadap penambahan bioaktif tanaman lidah buaya

PENDAHULUAN
Penyediaan dan pemberian pakan dalam usaha
peternakan unggas merupakan masalah pokok yang
perlu
mendapat
perhatian
dan
pengamanan.
Peningkatan efisiensi pakan adalah salah satu upaya
yang dapat ditempuh melalui pemberian suatu bahan
atau zat suplemen atau imbuhan pakan. Pakan imbuhan
atau feed additive adalah zat atau bahan yang
ditambahkan ke dalam pakan yang dapat meningkatkan
kesehatan ternak dan proses pemanfaatan gizi pakan
oleh ternak, tetapi bukan merupakan zat gizi atau
"nutrients". Imbuhan pakan sudah umum digunakan
dalam usaha peternakan unggas modern. Imbuhan ini
dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan atau
meningkatkan produktivitas ternak dan meningkatkan
efisiensi dengan mengurangi populasi mikroorganisme
pengganggu (patogen) atau meningkatkan populasi
mikroorganisme yang menguntungkan di dalam saluran
pencernaan ternak. Salah satu pakan imbuhan yang
sangat umum dan luas digunakan adalah dengan
pemberian antibiotik pada tingkat subterapik. Sekitar 30
jenis antibiotik sudah disetujui penggunaannya oleh
negara maju seperti oleh American Food and Drug
Administration untuk digunakan pada ternak (GILL dan
BEST, 1998), dan beberapa diantaranya lazim digunakan
dalam pakan unggas. Antibiotik mengikis dinding sel
dan mengurangi populasi bakteri di dalam saluran
pencernaan sehingga meningkatkan ketersediaan zat
gizi ransum yang dicerna dan memacu pertumbuhan
ternak (WALTON, 1977).
Akhir-akhir ini, beberapa negara maju (terutama
negara di Eropa) mulai mempertanyakan resiko
penggunaan antibiotik dalam pakan terhadap kesehatan
manusia yang memakan produk ternak tersebut
(ANONYMOUS, 1999; MELLOR, 2000; BARTON dan
HART, 2001). Bahkan beberapa negara seperti Swedia
dan Denmark sudah melarang penggunaan antibiotik
sebagai feed additive. Thailand, salah satu negara di
ASEAN sedang mempelajari kemungkinan menerapkan
pelarangan penggunaan antibiotik dalam pakan sebagai
pemacu pertumbuhan (HERTRAMPF, 1999; MELLOR,
2000).
Di Indonesia, tanaman sudah banyak dimanfaatkan
sebagai bahan obat-obatan secara tradisonal untuk
manusia. Disamping itu juga dikenal banyak jenis
ramuan
atau jamu yang
berkhasiat untuk
mempertahankan kesehatan tubuh dan pengobatan
penyakit. Bahkan jamu juga sudah digunakan untuk
ternak (ANONYMOUS, 2000). Jamu tersebut umumnya
merupakan campuran dari berbagai tanaman yang
diramu berdasarkan pengetahuan atau pengalaman
masyarakat secara turun temurun, yang mungkin tidak
didasarkan pada informasi atau kajian ilmiah. Hal ini
membuktikan bahwa tanaman tertentu mengandung zat
yang disebut 'bioaktif' yang dapat berfungsi untuk hal-

70

hal tertentu. Penggunaan tanaman atau herbs untuk


kesehatan ternak secara tradisional, khususnya di
negara yang sedang berkembang dikenal sebagai
1999).
'ethnoveterinary
medicine'
(SREENIVAS,
Kebanyakan pengetahuan tradisional ini tidak
didokumentasikan, meskipun belakangan ini ada usaha.
Oleh karena itu dengan semakin meningkatnya minat
dalam menggunakan herbs untuk kesehatan ternak
(MUNDY dan MC CORKLE, 1989; IIRR, 1994; MATHIAS
et al., 1998).
Sebagian dari zat aktif dalam tanaman sudah diteliti
2000). Menurut
berikut
fungsinya
(KAMEL,
tanaman
berkhasiat
umumnya
VANDERGRIFT,
mengandung satu atau lebih senyawa bioaktif seperti
alkaloid, bitters, flavonoid, glikosida, saponin dan
tanin (GILL, 1999). Beberapa peneliti juga melaporkan
bahwa beberapa tanaman (herbs) mengandung
senyawa
yang
berfungsi
sebagai
antibakteri
(DIREKBUSARAKOM et al., 1998; TAYLOR dan TOWERS,
1998).
Tanaman lidah buaya mengandung 'anthraquinonees'
yang dapat berfungsi sebagai antibakteri. Oleh karena
dalam praktek sehari-hari antibakteri (antibiotik) juga
digunakan sebagai suplemen dalam ransum unggas
untuk dan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
pakan, maka diharapkan bahwa penggunaan bioaktif
tanaman ini dapat meningkatkan performans ayam
pedaging. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan
bahwa pemberian gel kering lidah buaya dalam ransum
ayam pedaging dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan bahan kering ransum hingga 6,8% dan
pemberian gel segar bahkan meningkatkan efisiensi
hingga 17,8% (BINTANG et al., 2001). Oleh karena itu,
dalam kegiatan ini dilakukan penelitian lanjutan untuk
mengetahui dosis dan cara yang paling baik dalam
pemanfaatan bioaktif tanaman lidah buaya sebagai
ransum ayam pedaging.
MATERI DAN METODE
Tanaman lidah buaya (LB) dari jenis Aloe vera
barbadens dipersiapkan dalam berbagai bentuk yaitu
gel LB segar, gel LB kering, daun (campuran gel dan
kulit daun) LB segar dan daun LB yang dikeringkan.
Masing-masing LB yang dipersiapkan kemudian
dicampur dengan pakan standar (kontrol) dengan
konsentrasi 0,25; 0,5 dan 1 g/kg setara gel kering.
Penambahan gel maupun daun LB kering dilakukan
pada saat pencampuran pakan, sedangkan gel atau daun
LB segar dicampur dengan ransum kontrol setiap 3 hari
sekali. Selama penelitian, pakan dan air minum
diberikan secara ad lib.
Penentuan level ini didasarkan pada hasil penelitian
sebelumnya (BINTANG et al., 2001), dimana level
terendah yang diuji (0,5 g/kg) hingga level 1 g/kg sudah
memberi respon yang positif. Ransum kontrol (K) dan

JITV Vol. 7. No. 2. Th. 2002

K + antibiotik (bacitracin 50 ppm) juga dibuat sebagai


pembanding. Dengan demikian seluruhnya ada 14
perlakuan ransum. Ransum disusun sesuai kebutuhan
ayam pedaging hingga umur 5 minggu. Ransum terdiri
dari jagung, dedak, minyak, bungkil kedelai, tepung
ikan, tepung kapur, dikalsiumfosfat, DL-methionine dan
campuran vitamin-mineral, dengan kandungan gizi
(protein 22%, energi metabolis 3200 kkal/kg) sama
seperti yang telah dilaporkan oleh BINTANG et al.
(2001). Setiap perlakuan dibuat 5 ulangan dan setiap
ulangan pada awalnya terdiri dari 6 ekor ayam, tetapi
mulai umur 3 hingga 5 minggu dikurangi menjadi 5
ekor/ulangan sesuai dengan luas sangkar.
Pengamatan yang dilakukan adalah konsumsi pakan,
konsumsi bahan kering dan bobot hidup. Konversi
pakan dihitung dengan membagi jumlah pakan yang
dikonsumsi dengan pertambahan bobot hidup selama
penelitian. Sementara itu, konversi bahan kering
dihitung dengan membagi jumlah bahan kering yang
dikonsumsi (jumlah pakan dikonsumsi x kadar bahan
kering ransum) dengan pertambahan bobot hidup
selama penelitian. Pada akhir penelitian, satu ekor ayam
dari setiap sangkar dipotong untuk mengukur persentase
karkas, kadar lemak abdomen, bobot hati, rempela dan
tebal saluran pencernaan. Data diolah dengan analisis
sidik ragam pola rancangan acak lengkap. Bila analisis
sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh perlakuan

(P<0,05), maka dilanjutkan dengan uji Duncan (STEEL


dan TORRIE, 1980).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data penampilan ayam pedaging selama 35 hari
percobaan disajikan pada Tabel 1. Bobot hidup ayam
umur 35 hari dan pertambahan bobot hidup sangat nyata
(P<0,01) dipengaruhi oleh perlakuan. Pemberian
antibiotik dalam pakan tidak menunjukkan perbedaan
dengan kontrol untuk semua parameter yang diamati.
Hal ini sama seperti hasil penelitian terdahulu
(BINTANG et al., 2001), dimana diduga dengan sistem
pemeliharaan dalam sangkar tidak terlihat efektifitas
pemberian antibiotik dalam pakan. Oleh karena itu,
pengaruh pemberian bioaktif dalam LB hanya
dibandingkan dengan kontrol saja.
Pertambahan bobot hidup ayam yang diberi bioaktif
LB dalam bentuk gel kering, gel segar, daun kering
maupun daun segar pada konsentrasi yang diuji (0,25
1,0 g/kg) tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan ayam
yang diberi ransum kontrol. Walaupun demikian
pertambahan berat hidup tertinggi terhadap kontrol
didapatkan pada perlakuan 0,25 g/kg gel kering
(4,43%). Perlakuan ini berbeda nyata (P<0,05) lebih
tinggi dengan pemberian gel segar, daun LB kering dan
daun LB segar pada konsentrasi 0,251,0 g/kg.

Tabel 1. Performans ayam pedaging dengan pemberian lidah buaya pada umur 135 hari
Perlakuan

Pertambahan bobot hidup (g/e)


abc

Konsumsi ransum (g/e)

Konversi ransum

2216

1,90bcd

Kontrol (K)

1168,2

K + antibiotik

1182,3ab

2264a

1,93bc

K + gel kering 0,25 g/kg

1219,9a

2205a

1,81cd

K + gel kering 0,5 g/kg

1191,5ab

2228a

1,87bcd

K + gel kering1,0 g/kg

1189,6ab

2067bc

1,74d

K + daun kering 0,25 g/kg

1189,1bc

2187ab

1,84cd

K + daun kering 0,5 g/kg

1194,0bc

2234a

1,88bcd

K + daun kering 1,0 g/kg

1147,3

2218

1,94bc

K + gel segar 0,25 g/kg

1118,3bc

2032c

1,83cd

K + gel segar 0,50 g/kg

1084,9c

2131abc

1,97bc

K + gel segar 1,0 g/kg

1083,1c

2143abc

1,98bc

K + daun segar 0,25 g/kg

1117,6bc

2079bc

1,86cd

K + daun segar 0,5 g/kg

1103,0bc

2258a

2,05ab

K + daun segar 1,0 g/kg

2243

2,08a

0,003

0,0006

1079,2

Hasil analisis statistik:


Taraf nyata (P)

0,0014

Huruf yang berbeda diatas nilai pada kolom yang sama berbeda nyata (P<0,05)

71

SINURAT et al.: Respon ayam pedaging terhadap penambahan bioaktif tanaman lidah buaya

Konsumsi ransum dan konversi ransum sangat nyata


(P<0,01) dipengaruhi oleh perlakuan. Pemberian gel
kering 1,0 g/kg, gel segar 0,25 g/kg dan daun segar 0,25
g/kg dalam ransum nyata (P<0,05) menyebabkan
penurunan konsumsi ransum bila dibandingkan dengan
kontrol. Sementara itu, perlakuan lain tidak
menyebabkan perbedaan konsumsi ransum dengan
kontrol (P>0,05). Konversi ransum yang terbaik
terdapat pada perlakuan pemberian gel kering 1,0 g/kg.
Nilai konversi ini 8,8% lebih baik dari kontrol (1,74 vs.
1,90) meskipun secara statistik tidak berbeda nyata
(P>0,05). Pemberian daun segar pada konsentrasi 1
g/kg nyata (P<0,05) menyebabkan konversi ransum
yang lebih rendah bila dibandingkan dengan konversi
ransum kontrol.
Pemberian gel atau daun LB dalam bentuk segar
menyebabkan kadar air ransum akan meningkat,
sehingga konsumsi ransum dan nilai konversinya perlu
dihitung berdasarkan bahan kering seperti disajikan
pada Tabel 2. Konsumsi bahan kering sangat nyata
(P<0,01) dipengaruhi oleh perlakuan. Pemberian gel
segar 1,0 g/kg, gel kering 1,0 g/kg, dan daun segar 0,25
g/kg dalam ransum nyata (P<0,05) menyebabkan
konsumsi bahan kering yang lebih sedikit dibandingkan
dengan kontrol. Hasil ini selaras dengan hasil penelitian
terdahulu (BINTANG et al., 2001) yang mengemukakan
kecenderungan penurunan konsumsi bahan kering
ransum dengan pemberian bioaktif LB, terutama
dengan pemberian gel LB segar.

Penurunan konsumsi bahan kering ransum ini


mungkin disebabkan kandungan antrakinon yang ada
dalam gel lidah buaya. Antrakinon dilaporkan dapat
menurunkan palatabilitas ransum pada unggas sehingga
menurunkan konsumsi ransum (AVERY et al., 1997;
DOLBEER et al., 1998). Bahkan antrakinon sudah
digunakan secara komersial untuk mengurangi
gangguan burung atau 'bird repellant' pada lahan
pertanian (DOLBEER et al., 1998; YORK., 2000).
Nilai konversi bahan kering nyata (P<0,05)
dipengaruhi oleh perlakuan. Pemberian daun lidah
buaya segar 0,5 g/kg nyata (P<0,05) menghasilkan
konversi bahan kering yang lebih rendah dibandingkan
dengan pemberian gel kering 1,0 g/kg dan gel segar
0,25 g/kg. Nilai konversi bahan kering yang terbaik
terdapat pada perlakuan pemberian gel kering pada
konsentrasi 1,0 g/kg dan diikuti oleh pemberian gel
kering 0,25 g/kg dan gel segar 0,25 g/kg. Pemberian gel
kering pada konsentrasi ini menyebabkan perbaikan
konversi bahan kering masing-masing sebesar 8,2; 4,8
dan 4,7% dibandingkan dengan kontrol, meskipun
perbedaan ini tidak nyata (P>0,05) secara statistik.
Hasil ini mendukung hasil penelitian terdahulu dimana
bioaktif LB dapat memperbaiki nilai konversi bahan
kering ransum pada ayam pedaging (BINTANG et al.,
2001), meskipun efektivitasnya terjadi pada dosis yang
berbeda. Perbedaan dosis ini mungkin merupakan
refleksi variasi kandungan bioaktif yang digunakan.

Tabel 2. Konsumsi bahan kering dan konversi bahan kering ayam pedaging dengan pemberian lidah buaya umur 1 35 hari
Perlakuan
Kontrol (K)
K + antibiotik

Konsumsi bahan kering (g/e)

Konversi bahan kering (DMC)

% DMC dibanding kontrol

1959abc

1,677abc

100,0

ab

101,8

2006

1,708

K + gel kering 0,25 g/kg

1945abc

1,597bc

95,2

K + gel kering 0,5 g/kg

1979ab

1,662abc

99,1

K + gel kering 1,0 g/kg

1825

1,539

K + daun kering 0,25 g/kg

1950abc

1,643abc

98,0

K + daun kering 0,5 g/kg

1973ab

1,662abc

99,1

K + daun kering 1,0 g/kg

abc

ab

1969

1,718

102,4

K + gel segar 0,25 g/kg

1781d

1,598bc

K + gel segar 0,50 g/kg

cd

1856

1,712

ab

102,1

K + gel segar 1,0 g/kg

1816d

1,678abc

100,1

K + daun segar 0,25 g/kg

1813d

1,623abc

96,8

abc

105,5
103,9

K + daun segar 0,5 g/kg

1952

K + daun segar 1,0 g/kg

1881bcd

1,743ab

0,0001

0,0338

1,770

Taraf nyata (P)

Huruf yang berbeda diatas nilai pada kolom yang sama berbeda nyata (P<0,05)

95,3

Hasil analisis statistik:

72

91,8

JITV Vol. 7. No. 2. Th. 2002

Perbaikan efisiensi penggunaan ransum dengan


pemberian bioaktif dalam lidah buaya mungkin
disebabkan beberapa hal. Lidah buaya mengandung
saponin yang dapat meningkatkan penyerapan zat gizi
dalam usus. Pada konsentrasi rendah, saponin dapat
meningkatkan permeabilitas sel mukosa usus, sehingga
meningkatkan penyerapan zat gizi dalam usus
(JOHNSON et al., 1986; ONNING et al., 1996).
Disamping itu, perbaikan effisiensi ini mungkin juga
disebabkan oleh penurunan populasi mikroorganisme
patogen dalam saluran pencernaan akibat pemberian
bioaktif yang terdapat dalam LB (antrakinon). Hasil
pengamatan di Balai Penelitian Ternak menunjukkan
bahwa ekstrak kloroform LB dapat menghambat
pertumbuhan bakteri patogen E. coli dan Salmonella
hadar, tetapi tidak menghambat bakteri yang
menguntungkan dalam usus - Lactobacillus sp.
(PURWADARIA et al., 2002). Ketiga mekanisme ini
(penurunan konsumsi ransum, peningkatan absorbsi gizi
dalam usus dan penurunan populasi mikroorganisme
patogen dalam saluran pencernaan) mungkin secara
bersama-sama menyebabkan peningkatan efisiensi
penggunaan pakan pada ayam pedaging.
Data bobot karkas, bobot usus, panjang usus, bobot
hati, bobot rempela dan bobot lemak abdomen ayam
pada akhir penelitian disajikan pada Tabel 3. Sementara
itu, bobot relatif (persentase bobot berdasarkan bobot
hidup) dan tebal usus disajikan pada Tabel 4. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
bioaktif LB tidak nyata (P>0,05) mempengaruhi
persentasi karkas, persentase bobot hati, persentase

bobot rempela, persentase bobot lemak abdomen dan


tebal usus pada ayam. Hasil penelitian ini berbeda
dengan hasil penelitian sebelumnya. BINTANG et al.
(2001) menunjukkan bahwa pemberian gel LB
cenderung menyebabkan peningkatan persentase
karkas, persentase bobot hati, persentase bobot rempela
dan persentase bobot lemak abdomen meskipun
perbedaan nyata hanya terjadi antara kontrol dengan
pemberian gel LB segar dosis tinggi. Hal ini mungkin
merupakan indikasi adanya perbedaan konsentrasi zat
bioaktif LB yang digunakan pada penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya karena variasi kesegaran daun
lidah buaya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa, bioaktif
dalam LB dapat digunakan sebagai pakan imbuhan
untuk memperbaiki nilai konversi pakan, tanpa
mempengaruhi persentase karkas, kandungan lemak
abdomen dan bobot organ dalam pada ayam pedaging.
Nilai konversi terbaik didapatkan pada perlakuan gel
kering 0,25; 1,0 g/kg dan gel segar 0,25 g/kg.
Pemberian bioaktif dalam bentuk daun LB (campuran
gel dan kulit) tidak dapat memperbaiki efisiensi ransum.
Perbaikan konversi pakan dengan pemberian bioaktif
LB terjadi melalui penurunan jumlah konsumsi ransum,
tanpa menurunkan pertambahan bobot hidup.
Mekanisme yang jelas tentang hal ini perlu diteliti lebih
lanjut.

Tabel 3. Bobot karkas, lemak abdomen dan organ dalam ayam yang diberi lidah buaya
Perlakuan
Kontrol (K)

Bobot karkas
(g/e)

Bobot usus
(g)

Panjang usus
(cm)

Bobot hati Bobot rempela


(g)
(g)

Bobot lemak
abdomen (g/e)

843

34,48

189

32,16

27,14

18,67

868,8

41,43

197

33,65

28,50

24,55

K + gel kering 0,25 g/kg

893

37,45

199,6

37,50

24,63

22,60

K + gel kering 0,5 g/kg

948,6

35,44

185,2

27,45

27,54

21,95

K + gel kering1,0 g/kg

894,2

44,18

182,8

36,66

25,60

23,57

K + daun kering 0,25 g/kg

862,4

40,40

188,2

36,08

27,54

21,67

K + daun kering 0,5 g/kg

910,4

36,83

193,4

33,25

26,68

24,18

K + antibiotik

K + daun kering 1,0 g/kg

855

38,36

192

34,04

26,94

24,96

K + gel segar 0,25 g/kg

815,2

38,47

182

32,18

26,06

21,62

K + gel segar 0,50 g/kg

834

34,84

179,2

34,55

24,97

20,59

K + gel segar 1,0 g/kg

849,4

33,15

164,2

30,46

25,55

19,95

K + daun segar 0,25 g/kg

829,4

41,07

201,6

30,49

24,87

19,99

K + daun segar 0,5 g/kg

873

39,74

189

35,24

27,45

20,23

K + daun segar 1,0 g/kg

745,8

35,05

169,4

32,03

23,37

21,21

73

SINURAT et al.: Respon ayam pedaging terhadap penambahan bioaktif tanaman lidah buaya

Tabel 4 . Persentase karkas, hati, rempela, lemak abdomen dan tebal usus ayam pedaging yang diberi lidah buaya
Perlakuan

Karkas (%)

Hati (%)

Rempela (%)

Lemak abdomen (%)

Tebal usus (g/cm)

Kontrol (K)

66,6

2,55

2,14

1,47

0,18

K + antibiotik

65,8

2,53

2,16

1,89

0,21

K + gel kering 0,25 g/kg

68,0

2,86

1,88

1,71

0,19

K + gel kering 0,5 g/kg

67,7

1,95

1,97

1,57

0,19

K + gel kering1,0 g/kg

65,6

2,70

1,89

1,72

0,25

K + daun kering 0,25 g/kg

66,7

2,81

2,12

1,69

0,21

K + daun kering 0,5 g/kg

73,2

2,68

2,15

1,94

0,19

K + daun kering 1,0 g/kg

67,3

2,68

2,12

1,95

0,20

K + gel segar 0,25 g/kg

65,6

2,57

2,09

1,76

0,21

K + gel segar 0,50 g/kg

69,2

2,84

2,08

1,69

0,19

K + gel segar 1,0 g/kg

67,6

2,43

2,02

1,59

0,20

K + daun segar 0,25 g/kg

68,2

2,52

2,05

1,64

0,20

K + daun segar 0,5 g/kg

67,9

2,73

2,13

1,55

0,21

K + daun segar 1,0 g/kg

61,8

2,67

1,92

1,77

0,21

Taraf nyata (P)

0,128

0,465

0,637

0,967

0,183

DAFTAR PUSTAKA
ANONYMOUS. 1983. Aloe vera, The Miracle Plant. Anderson
Books, Inc, California.

GILL, C. 1999. More science behind "botanicals": Herbs and


plant extract as growth enhancers. Feed Int. 20(4):2023.

ANONYMOUS. 1999. European feed antibiotic update: And


then there were four. Feed Int. 20(5):6-8.

HERTRAMPF, J. 1999. Looking back at VIV Asia 99: Plenty of


additives, but complete feeds strangely absent. Feed Int.
20(10):17.

ANONYMOUS. 2000. Sebuah fakta dari lapangan: Jamu Jawa


mendongkrak karkas broiler. Infovet, 075 Oktober
2000. hlm. 36-37

HEYNE, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 1.


Badan Litbang Kehutanan (Penterjemah), Yayasan
Sarana Wana Jaya, Jakarta.

AVERY, M. L., J. S. HUMPREY and D. G. DECKER. 1997.


Feeding deterrence of anthraquinone, anthracene, and
anthrone to rice eating birds. Abst. J. Wildlife
Management, 61:p 1359-1365.

IIRR. 1994. Ethnoveterinary Medicine in Asia. 1. An


information kit on traditional animal health care
practices. 4 vols. International Institute of Rural
Reconstruction, Silang, Cavite, Philiphines.

BARTON, M. D. and W. S. HART. 2001. Public health risks:


Antibiotic resistance A Review. Asian-Aus. J. Anim.
Sci. 14(3): 414-422.

JOHNSON, I. T., J. M. GEE, K. PRICE, C. CURL and G. R.


FENWICK. 1986. Influence of saponins on gut
permeability and active nutrient transport in vitro. J.
Nutr. 116:2270-2277.

BINTANG, I. A. K., A. P. SINURAT, T. PURWADARIA, M. H.


TOGATOROP, J. ROSIDA, H. HAMID dan SAULINA. 2001.
Pengaruh Pemberian Bioaktif Dalam Lidah Buaya (Aloe
vera) Terhadap Penampilan Ayam Broiler. Laporan
Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.
DIREKBUSARAKOM, S., Y. EZURA, M. YOSHIMIZU and A.
HERUNSALEE. 1998. Efficacy of Thai traditional herbs
extracts against fish and shrimp pathogen bacteria. Fish
Pathol. 33:437-441.
DOLBEER, R. A., T. W. SEAMANS, B. F. BLACKWEL and J. L.
BELANT. 1998. Anthraquinone formulation (Flight
control ) shows promise as avian feeding repellent.
Abst. J. Wildlife Management, 62:1558-1564.
GILL, S. and P. BEST. 1998. Antibiotic resistance in USA:
Scientist to look more closely. Feed Int. 19(8):16-17.

74

KAMEL, C. 2000. A novel look at a classic approach of plant


extracts. Feed Mix. Special Edition, November 2000.
pp. 19-21.
MATHIAS, E., D. V. RANGNEKAR and C. M. MC CORKLE.
1998. Ethnoveterinary Medicine. Proceeds. Int. Conf.
Vol. 2:Abstracts. BAIF Development Research
Foundation, Pune, India.
MELLOR, S. 2000. Alternatives to antibiotics. Feed Mix.
Special Edition, November 2000. pp. 6-8.
MUNDY, E. M. and M. MC CORKLE. 1989. Ethnoveterinary
Medicine: An Annotated Bibliography. Technology and
Social Change Program. Iowa State University, Ames,
Iowa, USA.

JITV Vol. 7. No. 2. Th. 2002

ONNING, G., Q. WANG, B. R. WESTROM, N. ASP and B. W.


KARLSSON. 1996. Influence of oat saponins on intestinal
permeability in vitro and in vivo in the rat. Br. J. Nutr.
76: 141-151.
PURWADARIA, T., M. H. TOGATOROP. A. P. SINURAT, J.
ROSIDA, S. SITOMPUL, H. HAMID dan T. PASARIBU.
2002. Identifikasi zat aktif beberapa tanaman (lidah
buaya, mimba dan bangkudu) yang potensial. Laporan
Penelitian 2001. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.
SASTROAMIDJOJO, S. 1997. Obat Asli Indonesia. Edisi kelima.
Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
SANTOSO, U. and SARTINI. 2001. Reduction of fat
accumulation in broiler chickens by Sauropus
androgynus (Katuk) leaf meal supplementation. AsianAust. J. Anim. Sci. 14 (3):346-350.
SREENIVAS, P. 1999. Herbal healing. Far Eastern Agriculture,
September/October 1999. pp. 31-32.

STEEL, R. G. D. and J. H. TORRIE. 1980. Principles and


Procedures of Statistics. 2nd. Ed. Mc Grow Hill, New
York.
TAYLOR, RSL and GHN TOWERS. 1998. Antibacterial
constituents of the Nepalese herb, Centipeda minima.
Phytochem. 47:631-634.
WALTON, J. R. 1977. A Mechanism of growth promotion:
Non-lethal feed antibiotic induced cell wall lesions in
enteric bacteria. In: Antibiotics and Antibiosis.
(Woodbine, M., ed.). pp 259-264. Butterworths,
London.
YORK, D. L., J. L. CUMMINGS, R. M. ENGEMAN and J. E.
DAVIS. 2000. Evaluation of Flight Control and
Mesurol as repellents to reduce horned lark
(Eremopholia alpestris) damage to lettuce seedlings.
Abst. Crop Protect., 19:210-203.

75

You might also like