Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.
1 Januari - Juni 2009
ANALISIS KOORDINASI OVER CURRENT RELAY DAN RECLOSER DI SISTEM PROTEKSI FEEDER GARDU INDUK SEMEN NUSANTARA (SNT 2) CILACAP HALAMA Dwi Puji Hariyanto, Tiyono, Sutarno ABSTRACT The main aim of protection system is used to protect safety of human cause by electrics current and to protect equipment from the fault. The fault can cause over current which has big value and endangerous the equipment. Besides the fault can also cause supply of energy to consumer is disturbed. The fault can be permanently or temporary. Coordination of protection system between OCR and recloser is needed to anticipate the fault. To create good coordination in protection system, the threshold setting is the main key. In determining OCR and Recloser setting, there are many effect that need attention for example the use of curve characteristic, current setting (In) and time setting (Tms) Based on reaserch data and calculation, the biggest of 3 phase short circuit over curent in feeder SNT 2 is 12 kA in the near of substation. While the smallest of 3 phase short circuit over curent in feeder SNT 2 is 1,9 kA in the tail of network. The smallest of 3 phase short circuit over curent can be detected by recloser 2.The three relays, OCR, Recloser 1 and Recloser 2 have each different graph of characteristic that is not proportioned. Its shows that the setting of three relays is correct because there isnt any relay that precede the other relays. Key word : Protection system, OCR, Recloser, Coordination, Fault, Feeder SNT 2. yang diakibatkan oleh I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam penyaluran energi listrik, terdapat 3 komponen utama. Ketiga komponen tersebut adalah pembangkitan, transmisi dan distribusi. Energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit disalurkan transmisi energi melalui kemudian stabil transmisi. diteruskan dan Dari oleh saluran sistem menjadi
pohon
lebih
kecil
intensitasnya. Gangguan tersebut antara lain berupa hubung singkat akibat jaringan terkena pohon. Gangguan hubung singkat bisa menyebabkan terjadinya arus lebih (over current) yang besar dan dapat menyebabkan hentakan pada peralatan seperti trafo distribusi. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan sistem proteksi di sistem distribusi. Dengan sistem proteksi diharapkan gangguan yang terjadi dapat diminimalisir. keselamatan Selain manusia, pertimbangan faktor ekonomi faktor juga
distribusi kepada para konsumen. Penyaluran yang kontinuitas dambaan bagi setiap konsumen. Oleh sebab itu dari ketiga komponen penyaluran energi listrik, distribusi adalah komponen paling penting. Hal tersebut adalah dikarenakan pihak distribusi berhubungan untuk langsung dengan konsumen. PT. PLN APJ Cilacap yang berwenang menyalurkan energi listrik kepada konsumen di wilayah Cilacap dan sekitarnya. Kebutuhan energi listrik wilayah kota Cilacap disuplay oleh 2 gardu induk (GI) yakni GI Lomanis dan GI Semen Nusantara. GI Semen Nusantara pinggiran mempunyai kota Cilacap. 3 feeder yang salah daerah satunya melayani kebutuhan listrik di daerah Karakteristik perkotaan dan daerah pinggiran sedikit berbeda. Di perkotaan jumlah pepohonan jauh lebih sedikit di banding daerah pinggiran, sehingga gangguan
mendasari mengapa diperlukannya sebuah sistem yang berfungsi melindungi peralatan-peralatan dari gangguan yang terjadi. Keandalan sebuah sistem proteksi sangat dituntut demi terjaganya kontinyuitas penyaluran enegri listrik. Untuk itu diperlukan koordinasi antar komponen penunjang sistem proteksi. Komponen proteksi yang penting diantaranya over current relay (OCR) dan recloser 1.2. Batasan Masalah Dalam skripsi ini masalah dibatasi pada bagaimana koordinasi antara over current rele (OCR) dan recloser di feeder 2 gardu induk Semen Nusantara agar tercipta keandalan sistem penyaluran energi listrik. 1.3. Tujuan Penelitian
Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.1 Januari - Juni 2009
Tujuan dari skripsi ini adalah melakukan analisis koordinasi antara over current relay (OCR) dan recloser berdasarkan studi kasus di feeder 2 gardu induk Semen Nusantara 1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat analisis OCR dan Recloser bagi PLN adalah sebagai masukan dalam proses penyetingan OCR. 2. Manfaat analisis koordinasi OCR dan Recloser bagi ilmu pengetahuan adalah sebagai landasan dalam bidang koordinasi peralatan proteksi. 1.5. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Metode observasi, dilakukan secara langsung untuk 2. Metode memperoleh dokumentasi, data data langsung dari untuk beban lapangan. digunakan arus memperoleh besarnya
ke arah kota dan feeder ketiga menyuplai daerah pinggiran kota Cilacap. Berdasarkan konstruksinya, GI Semen Nusantara Peralatan berada di termasuk tegangan dalam. GI jenis pasang luar. tinggi yang digunakan berdasarkan
dipasang di luar sedangkan peralatan kontrolnya Sedangkan tujuannya, GI Semen Nusantara dikatagorikan sebagai gardu induk distribusi. Di gardu induk ini tegangan dari sistem transmisi diturunkan dari 150 kV menjadi 20kV, kemudian disalurkan ke sistem distribusi. Selain disebut sebagai gardu induk distribusi, GI semen juga disebut sebagai gardu induk industri karena selain melayani kebutuhan listrik konsumen rumah tangga, GI ini juga melayani konsumen komersil yakni PT. Semen Holcim. 2.1.1. Komponen Utama dalam Gardu Induk Semen Nusantara Komponen di dalam gardu induk Semen Nusantara meliputi : 1. Transformator utama Transformator utama berfungsi menaikkan atau menurunkan tegangan. Di gardu induk transformator berfungsi menurunkan tegangan dari 150 kV menjadi 20 kV. 2. Arester, berfungsi mengamankan peralatan dari gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir atau surja petir. Arester umumnya dipasang di trafo utama pada GI skala besar, dan pada ril untuk GI skala
puncak, dan data gangguan yang terjadi, di area PT. PLN APJ Cilacap 3. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Memaparkan tentang koordinasi peralatan sistem proteksi dalam tugasnya melindungi jaringan distribusi dari gangguan yang terjadi serta bagaimana pemilihan setting waktu yang di rasa paling cocok diterapkan pada OCR. II. LANDASAN TEORI 2.1.Teori tentang Gardu Induk Semen Nusantara Kebutuhan energi listrik di kabupaten Cilacap dan sekitarnya di layani oleh beberapa gardu induk (GI), antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. gardu GI Lomanis GI Semen Nusantara GI Majenang GI Wadas Lintang GI Kebumen GI Gombong. yang menyuplai wilayah kota
kecil. 3. PMT, adalah suatu saklar yang digunakan untuk memutus atau menyambung arus / daya listrik sesuai / ratingnya. Ketika daya memutuskan 4. Pemisah, peralatan umumnya memutuskan menghubungkan untuk
listrik akan terjadi busur api listrik berfungsi dari yang pemisah arus, mengisolasi Pada dapat ia dapat bertegangan. tidak meskipun
memutuskan arus yang kecil, misalnya arus pembangkitan trafo, tetapi pembukaan atau penutupannya dilakukan setelah pemutus tenaga lebih dulu dibuka.
Dari ke enam GI diatas, GI Lomanis merupakan induk Cilacap. Selain GI Lomanis, suplai listrik di kota Cilacap juga berasal dari GI Semen Nusantara. GI ini mempunyai tiga feeder. Dua feeder menyuplai
Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.1 Januari - Juni 2009
5.
Transformator arus, berfungsi menurunkan arus untuk keperluan pengukuran dan proteksi.
1.
Menggunakan penghantar yang terdiri dari 4 kawat penghantar yakni 3 kawat fasa dan sebuah kawat netral.
6.
Transformator
tegangan,
berfungsi
2.
Sistem pentanahan menggunakan sistem pentanahan hambatan. langsung, artinya kawat netral di tanahkan tanpa melalui suatu
menurunkan tegangan untuk keperluan pengukuran dan proteksi. 7. Reaktor, berfungsi untuk mengurangi arus hubung 8. Bus listrik singkat dan arus pensaklaran penghubung dan (switching) pada jaringan listrik. bar,berfungsi lainnya sebagai antara transformator, SUTT dan peralatan untuk menerima menyalurkan tenaga listrik 2.1.2. Feeder GI Semen Nusantara Gardu induk Semen Nusantara
Gambar 2. Diagram sistem pentanahan pola 2 2.3. Gangguan dalam Sistem Distribusi Daerah yang dilewati jaringan distribusi feeder SNT 2 adalah daerah pinggiran kota Cilacap. Di daearah tersebut masih banyak terdapat pepohonan yang tinggi dan berdekatan dengan jaringan. Selain pohon masih ada faktor lain penyebab gangguan. Gangguan diartikan sebagai sebuah keadaan sistem yang menyimpang dari normal. 2.3.1. Macam-macam gangguan : 2.3.1.1. Gangguan beban lebih Beban lebih terjadi pada trafo atau saluran karena konsumen yang dipasok terus meningkat atau karena adanya manuver atau perubahan aliran beban di jaringan setelah adanya gangguan. Beban lebih dapat mengakibatkan panas yang berlebihan, panas tersebut penuaan dapat atau mempercepat proses
mempunyai 3 keluaran (feeder) yakni SNT 1, SNT 2 dan SNT 3. SNT 1 dan SNT 3 menyuplai energi listrik untuk wilayah kota Cilacap, sedangkan SNT 2 menyuplai listrik daerah pinggiran kota Cilacap.
memperpendek umur. 2.3.1.2. Gangguan tegangan lebih Gambar 1. Diagram feeder gardu induk Semen Nusantara 2.2. Sistem Distribusi Feeder 2 GI Semen Nusantara (SNT 2) 2.2.1. Pengertian Sistem distribusi SNT 2 termasuk dalam sistem distribusi pola 2. Sistem dengan pola 2 mempunya ciri-ciri antara lain : Tegangan lebih dapat dibedakan sebagai berikut ; 1. 2. Tegangan lebih dengan power frekuensi (di Indonesia 50 Hz) Tegangan lebih transien Tegangan lebih transien dapat dibedakan lagi menjadi : 1. 2. Surja petir Surja hubung
Penyebab tegangan lebih dengan power frekuensi antara lain:
Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.1 Januari - Juni 2009
1.
Kehilangan beban atau penurunan beban akibat switching karena gangguan atau karena manuver.
Mengurangi akibat gangguan Untuk memperkecil akibat yang ditimbulkan akibat gangguan dilakukan langkah-
2.
Gangguan
pada
AVR
atau
automatic
langkah sebagai berikut ; 1. Mengurangi dengan cara: a. Menghindari pembangkitan circuit level) b. 2. 3. Menggunakan reactor Pengguanaan lightning arrester Melepaskan bagian sistem yang terganggu dengan menggunakan circuit breaker dan rele proteksi 4. Menghindaari luas/lamanya kerusakan a. akibat atau mengurangi atau bagian pemadaman pelepasan konsentrasi (mengurangi short besarnya arus gangguan,
voltage regulator pada generator atau pada sadapan berbeban (on load tap changer) dari trafo tenaga. 3. Kecepatan lebih (over speed) pada generator karena kehilangan beban. 2.3.1.3. Gangguan hubung singkat Gangguan ini dapat terjadi antara fasa dengan fasa atau antara fasa dengan ke tanah. Gangguan hubung singkat mengakibatkan timbulnya arus hubung singkat yang besar yang dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan. Berdasarkan 1. 2. lama atau tidaknya gangguan, gangguan hubung singkat di bedakan menjadi 2 : Gangguan permanen Gangguan temporer untuk mengatasi gangguan
sistem yang terganggu dengan cara : Penggunaan jenis rele yang tepat dan penyetelan rele yang selektif agar bagian yang terlepas sekecil mungkin. b. Penggunaan saluran double dengan proteksi yang selektif sehingga jika terjadi gangguan pada salah satu saluran tidak terjadi pemadaman c. Pengguaan penutup balik otomatis (recloser) sehingga gangguan yang bersifat temporer dapat diatasi dan pemadaman dalam jangka waktu yang lama dapat dihindari. d. dan petunjuk dari Penggunaan spindle pada jaringan tegangan menengah (JTM) ada atau titik ataupun tersedia setidak-tidaknya saat terjadi dapat dicegah
2.3.2. Usaha 1. 2.
dibagi menjadi 2 bagian : Mengurangi terjadinya gangguan Mengurangi akibatnya Mengurangi terjadinya gangguan Gangguan tidak sepenuhnya, tetapi dapat dikurangi kemungkinan terjadinya dengan cara sebagai berikut: 1. 2. 3. Dengan hanya menggunakan peralatan yang dapat diandalkan. Penentuan spesifikasi yang tepat dan desain yang baik. Pemasangan yang benar sesuai dengan desain pabrik. 4. Penggunaan kawat tanah pada SUTT/ SUTET (saluran udara ekstra tinggi) 5. dengan tahanan pembumian kaki tiang yang rendah. 5. Penebangan atau pemangkasan pohonpohon yang berdekatan dengan kawat fasa pada jaringan distribusi. 6. 7. 8. Penggunaan kawat atau kabel berisolasi. Operasi dan pemeliharaan yang baik. Menghilangkan penyebab gangguan/ kerusakan melalui penyelidikan. spesifikasi
pertemuan antar saluran sehingga gangguan jaringan pemeliharaan
alternatif suplai dari arah lain. Penggunaan rele dan circuit breaker yang cepat dan AVR dengan respon yang cepat pula untuk menghindari atau mengurangi gangguan instability (lepas sinkron) akibat gangguan hubung singkat atau jatuhnya unit pembangkit.
Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.1 Januari - Juni 2009
2.4. Sistem Proteksi Jaringan SNT 2 2.4.1. Pengertian Sistem mengurangi memisahkan proteksi bagian adalah cara dengan untuk cara akibat gangguan sistem
yang
terganggu
dengan bagian sistem yang lain agar bagian sistem yang lain itu dapat terus bekerja. Sistem proteksi berfungsi untuk : 1. 2. Mendeteksi gangguan Melindungi dan mengamankan manusia (operator) dari bahaya yang timbul karena adanya arus listrik 3. Melindungi semua peralatan sistem dan mengamankan secepat mungkin dari dari gangguan yang terjadi 4. Dengan koordinasi pemutus beban (circuit breaker) mencegah meluasnya gangguan, mengisolir, memulihkan 5. memadamkan kembali sistem dan setelah 2. Time Delay Setelan waktu ini dibagi dua, yakni: a. Definite (waktu tetap) Pada saat terjadi gangguan maka secara otomatis akan mengaktifkan rele yang kemudian rele tersebut akan mengaktifkan timer dan selanjutnya tugas dari Tripping Coil (TC) untuk melepaskan PMT. Gambar 3. Karakteristik Rele Waktu Seketika (Instantenous)
gangguan berakhir atau berhenti Menjaga kontinyuitas dan stabilitas daya
2.4.2. Rele proteksi 2.4.2.1. Pengertian Rele proteksi adalah susunan piranti, baik elektronik maupun magnetik yang direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi ketidak-normalan pada peralatan listrik yang bisa membahayakan atau tidak diinginkan Jenis rele proteksi sangat banyak dan beragam. Rele proteksi yang digunakan dalam saluran distribusi SNT 2 adalah: 1. 2. Over current relay (OCR) Ground fault relay (GFR) Over Current Relay (OCR) OCR merupakan sebuah rele perlindungan yang bekerja apabila arus yang mengalir di dalam sistem yang dilindungi lebih besar dari nilai setelan arus OCR. 2.4.2.2.1. Karakteristik rele arus lebih Karakteristik OCR berdasarkan arus (I) dan waktu (t) antara lain: 1. Instantenous (t=0) Gambar 5. karakteristik rele waktu terbalik (invers) karakteristik waktunya dibedakan dalam empat kelompok: Yaitu karakter tanpa time delay, apabila terjadi gangguan maka rele langsung trip b. Gambar 4. Karakteristik Rele Waktu Tetap (Definite) Inverse (waktu terbalik) Yaitu pada waktu terjadi gangguan, apabila arus gangguannya semakin besar, waktu tunda akan semakin sedikit (cepat).
Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.1 Januari - Juni 2009
1.
Standart invers (SI)
menyambungkan lagi aliran daya yang terputus. 2. Bila gangguan yang terjadi bersifat permanen maka recloser akan lock out setelah recloser tersebut mengalami atau melakukan siklus operasi kerjanya dalam mendeteksi gangguan yang ada. 2.4.4. Koordinasi Komponen Sistem Proteksi. 2.4.4.1. Setelan koordinasi OCR OCR yang digunakan dalam jaringan distribusi SNT 2 adalah OCR dengan karkteristik waktu invers. OCR dengan karakteristik waktu invers bekerja berdasarkan arus gangguan yang & time mengalir pada rele.
0,14 t = 0, 02 tms I 1
2. Very invers (VI)
13,5 t= tms I 1
3. Extremely invers
80 t= 2 tms I 1
4. 3. Long time invers
Kombinasi delay)
120 (gabungan instantenous t= tms I 1
Karakteristik ini merupakan gabungan antara instantenous dan time delay.
Gambar 7. koordinasi OCR 1. Setelan di PMT Is=(1-1.2) X arus beban Tms=(0,3-0,4) detik untuk gangguan di dekat bus 2. Gambar 6. karakteristik rele waktu kombinasi 2.4.3. Recloser Recloser merupakan salah satu alat dalam pengamanan sistem distribusi jaringan tegangan menengah (20 KV) untuk menganalisa adanya gangguan yang bersifat temporer atau gangguan permanen. 2.4.3.1. Prinsip kerja recloser Saat jaringan 20 kV terjadi gangguan recloser akan bekerja yakni dengan memutus aliran daya listrik kemudian menganalisa apakah gangguan tersebut temporer atau permanen. Reaksi 1. yang Jika aliran dilakukan gangguan daya recloser terjadi saat terhadap 2. yang bersifat gangguan yang ada : sementara, maka recloser akan memutus beberapa kemudian 1. 2.4.5. Analisis hubung singkat Gangguan yang mungkin terjadi didalam sistem 3 fasa adalah : Gangguan 3 fasa. Dalam pembahasan gangguan 3 fasa, arus gangguannya dihitung dengan rumus sebagai berikut : 3. Setelan di R1 Is=(1-1.2) X arus beban di recloser 1 Tms=(0,25) detik untuk gangguan di dekat recloser 1 Setelan di R2 Is=(1-1.2) X arus beban di recloser 2 Tms=(0,05) detik (setelan minimal)
I 3 fasa =
E fasa Z
Gangguan 21 fasa ( ketanah ) arus gangguan dua fasa dapat dihitung dengan menggunakan rumus tersebut yaitu ;
I2FASA =
EAB Z1+ Z2
Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.1 Januari - Juni 2009
atau,
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Data
4,5 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 dari
1890 2100 2520 2940 3360 3780 4200 4200 4200 4200 4200 4200 tabel diatas
0,385 0,338 0,27 0,225 0,193 0,169 0,15 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 terlihat bahwa
I2FASA =
3 * EA Z1+ Z2
3. Gangguan satu fasa ketanah arus hubung singkat 1 fasa dirumuskan: dimana,
I 0 = I1 = I 2 =
EA Z1 + Z 2 + Z 0
I fasa = I1 + I 2 + I 0
maka
3E A Z1 + Z 2 DAN + Z 0PEMBAHASAN III. HASIL PENELITIAN I fasa =
Analisis Hubung Singkat Setelan OCR untuk melakukan setelan OCR diperlukan data antar lain: 1. 2. 3. 4. ratio CT = 400/1, Is=1,05 X In CT = 1.05 X 400 = 420 A setelan instant= 10 X Is = 10 X 420 = 4200 A Tms = 0,1 kurva = IEC VI (very invers) dengan data yang ada maka nilai waktu tunda rele dapat diketahui dengan rumus:
semakin besar nilai arus ganguan maka waktu tunda menjadi semakin kecil. Saat arus gangguan sebesar 462 A (1,1x Is) terjadi maka waktu tunda OCR adalah sebesar 13,5 detik. Untuk nilai arus hubung singkat lebih besar dari 10 x Is (Ihs >10 Is) maka tidak akan diberi waktu tunda (t=0). Data dari tabel dapat diubah ke dalam bentuk berikut :
Kurva OCR SNT 2
100.00
grafik
hubungan
antara
besar
arus
gangguan dengan waktu tunda OCR sebagai
t =
Hasil perhitungan setelan waktu rele dibuat dalam tabel berikut ini: Tabel 1. Tabel hasil perhitungan setelan waktu OCR No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ihs ( x Is) 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 2 2,5 3 3,5 4 Ihs (A) 462 504 546 588 630 840 1050 1260 1470 1680 Waktu tunda (t) 13,5 6,75 4,5 3,375 2,7 1,35 0,9 0,675 0,540 0,45
waktu (detik)
13 , 5 xTms Ihs 1 Is
10.00
1.00 OCR
0.10
0.01 100
1000
arus (A)
10000
Gambar 8. Grafik karakteristik OCR Setelan Recloser 1 data pada recloser antara lain: 1. 2. 3. ratio CT = 400/1, Is= 350 A setelan instan= 10 X Is = 10 X 350 = 3500 A Tms = 0,1
Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.1 Januari - Juni 2009
4.
kurva = IEC VI (very invers) dengan cara yang sama seperti pada
100.00
Kurva Recloser 1
perhitungan waktu tunda untuk OCR, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 2. Tabel hasil perhitungan setelan waktu Recloser 1
1.00 10.00
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Ihs ( x Is) 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Ihs (A) 385 420 455 490 525 700 875 1050 1225 1400 1575 1750 2100 2450 2800 3150 3500 3500 3500 3500 3500 3500
Waktu tunda (t) 13,5 6,75 4,5 3,375 2,7 1,35 0,9 0,675 0,54 0,45 0,385 0,338 0,27 0,225 0,193 0,169 0,150 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
waktu (detik)
recloser 1
0.10
0.01
0.00 100 1000 10000
arus (A)
Gambar 9. Grafik Karakteristik Recloser 1 Setelan Recloser 2 data pada recloser antara lain: 1. 2. 3. 4. ratio CT = 1000/1, Is= 300 A setelan instan = 8 X Is = 8 X 300 = 2400 A Tms = 0,05 Kurva = IEC VI (very invers) Dengan cara yang sama maka didapatkan hasil berikut ini: Tabel 3. Tabel hasil perhitungan setelan waktu Recloser 2 No. Ihs (x Is) 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 6 7 8 9 10 Ihs (A) 330 360 390 420 450 600 750 900 1050 1200 1350 1500 1800 2100 2400 2400 2400 Waktu tunda (t) 6,75 3,375 2,25 1,6875 1,35 0,675 0,45 0,338 0,27 0,225 0,193 0,169 0,135 0,113 0,096 0,084 0,000
Recloser 1 mempunyai nilai setelan Tms yang sama dengan nilai Tms pada OCR dan jenis kurva yang digunakan. Namun, berbeda pada nilai arus setelan dan arus setelan instan. Arus kerja recloser 1 berkisar 385 3500 A. Untuk arus gangguan sebesar 385 A (1,1 x Is) recloser akan memberikan waktu tunda sebesar 13.5 detik. recloser Setelah akan waktu trip tunda terlampaui dan gangguan dalam jaringan belum hilang maka atau memutus jaringan. Apabila arus gangguan lebih dari 3500 A, maka recloser tidak akan memberikan waktu tunda dan akan langsung trip karena arus setelan instannya adalah 3500 A. Jika data tabel di sajikan dalam bentuk grafik maka akan menjadi :
Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.1 Januari - Juni 2009
18 19 20 21 22
11 12 13 14 15 Recloser 2
2400 2400 2400 2400 2400 hanya
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
10.00 100.00
kurva koordinasi OCR, Recloser 1 dan Recloser 2
mempunyai
satu
1.00 waktu (detik)
OCR Recloser 1 Recloser 2
persamaan dengan OCR dan recloser 1 yakni kurva yang digunakan. Arus kerja recloser 2 berkisar 330 2400. Untuk gangguan sebesar 330 A (1,1 x Is), waktu tunda yang diberikan adalah 6,75 detik. arus setelan instan recloser 2 sebesar 2400 A (8 x Is), sehingga untuk arus gangguan yang lebih dari itu recloser akan langsung trip tanpa waktu tunda. Grafik
0.01
0.10
hubungan antara arus gangguan dan waktu tunda adalah sebagai berikut :
0.00 100 1000 arus (A) 10000
kurva recloser 2
100.00
Gambar 11. Grafik Koordinasi OCR, Recloser 1 dan Recoler 2
10.00
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
waktu (detik) 1.00
Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis diperoleh kesimpulan antara lain:
recloser 2
1.
Besarnya dari
arus
hubung jauh
singkat letak
0.10
bergantung pada jarak titik gangguan sumber. Semakin gangguan hubung singkat 3 fasa dari sumber, maka semakin kecil pula arus yang ditimbulkan. Gangguan hubung singkat 3 fasa maksimum terjadi di dekat
1000 arus (Amper) 10000
0.01
0.00 100
GI dan minimum di ujung saluran. 2. Setelan OCR dan recloser bergantung pada Setelan nilai tiap arus kurva dengan setelan, yang letak Tms dan sama, karakteristik digunakan. tidak peralatan
Gambar 10. Grafik Karakteristik Recloser 2 Koordinasi OCR, Recloser 1 dan Recoler2 Koordinasi dari OCR, recloser 1 dan Recloser 2 dapat dilihat melalui grafik berikut ini : 3.
peralatan
disesuaikan
tersebut di jaringan. Koordinasi peralatan proteksi jaringan SNT 2 sesuai dengan standar. Tidak terjadi kesalahan kerja komponen dalam mendeteksi gangguan. 4. Recloser yang digunakan dalam jaringan SNT 2 masih dapat mendeteksi gangguan
10
Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.1 Januari - Juni 2009
hubung singkat 3 fasa terkecil di ujung jaringan 4.2. Saran 1. Perlu adanya pengecekan rutin terhadap jaringan, agar kerusakan yang kecil dapat di deteksi sekecil mungkin. 2. Pemangkasan mengurangi rutin frekuensi terhadap pohonyang pohon disekitar jaringan SNT 2 untuk gangguan diakibatkan oleh pohon seperti gangguan hubung singkat. 3. Koordinasi yang tepat akan memperkecil frekuensi gangguan, sehingga perlunya peningkatan kuantitas karyawan di PT. PLN APJ Cilacap yang ahli dalam hal rele. DAFTAR PUSTAKA ABB. 2007. ANSI / IEC three-phase recloser OVR http://www.abb.com November 2007 Arismunandar, A dan Kuwahara, S. 1972. Teknik Tenaga Listrik, jilid III gardu induk. Jakarta: PT. Pradnya Paramita Download 16th
Biografi Dwi Puji Hariyanto,mahasiswa Teknik Elektro UNNES Tiyono,dosen Teknik Elektro UGM Sutarno,dosen Teknik Elektro UNNES