0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan22 halaman

Tugas Uas Landasan Pendidikan - Arjulita Sari (G2J123024)

Diunggah oleh

arjulita sari
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan22 halaman

Tugas Uas Landasan Pendidikan - Arjulita Sari (G2J123024)

Diunggah oleh

arjulita sari
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 22

TUGAS INDIVIDUAL

MATA KULIAH
LANDASAN PENDIDIKAN & PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu:
Dr Hunaidah M, M.Si.
“ Hakekat Manusia dan Pendidikan

DISUSUN OLEH:
ARJULITA SARI
NIM: G2J123024

PENDIDIKAN IPA (FISIKA)


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
TAHUN 2025

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah pada mata kuliah
Landasan Pendidikan dan Pembelajaran dengan judul “Hakekat Manusia dan Pendidikan”
tepat pada waktunya. Terima kasih juga saya haturkan kepada ibu dosen pengampuh mata
kuliah Landasan Pendidikan dan Pembelajaran yang telah memberikan tugas mengenai
makalah ini sehingga pengetahuan penulis dalam penyusunan Makalah ini semakin
bertambah.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari berbagai pihak demi penyempurnaan
makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
terutama menambah wawasan mengenai Landasan Pendidikan dan Pembelajaran.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta‟ala
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Amohola, Januari 2025

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 4
A. Hakekat Manusia dan Pendidikan ............................................................................. 4
B. Hubungan Hakekat Manusia dan Pendidikan ........................................................... 9
C. Dimensi Kemanusiaan dan Implikasinya dalam Pendidikan ..................................... 13
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 17
B. Saran ......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan
pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki
derajat paling tinggi diantara ciptaannya yang lain. Hal yang paling penting
dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia,
dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi
kualitas hidupnya di dunia. Dalam kaitannya dengan perkembangan individu,
manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui suatu proses alami menuju
kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani. Selain itu,
manusia juga dikenal sebagai makhluk yang terus berkembang, baik secara
individu maupun dalam konteks sosialnya. Oleh sebab itu manusia
memerlukan pendidikan demi mendapatkan perkembangan yang optimal
sebagai manusia.
Pendidikan, sebagai salah satu instrumen penting dalam perkembangan
manusia, memiliki peran yang sangat strategis. Pendidikan bukan hanya
sebatas proses transfer pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga sebagai
sarana untuk membentuk karakter, nilai-nilai moral, dan spiritual seseorang.
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan, sifatnya mutlak dalam kehidupan baik dalam kehidupan seseorang,
keluarga, maupun bangsa dan negara. Manusia dalam pendidikan menempati
posisi sentral, karena manusia disamping dipandang sebagai subjek, ia juga
dipandang sebagai objek pendidikan itu sendiri.
Pendidikan bagi manusia dapat diartikan sebagai keseluruhan proses
pendidikan yang diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan
status dan metoda apa yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut, baik
formal maupun non-formal, baik dalam rangka kelanjutan pendidikan di
sekolah, di tempat kursus, pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang
membuat manusia mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan,
memperkaya khasanah pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya
1
atau keprofesionalannya dalam upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni
di suatu sisi mampu mengembangkan pribadi secara utuh dan dapat
mewujudkan keikutsertaannya dalam perkembangan budaya, ekonomi dan
teknologi secara bebas, seimbang, dan berkesinambungan.
Pendidikan tidak hanya berfokus pada pengetahuan dan keterampilan,
tetapi juga pada pembentukan karakter dan akhlak yang baik. Oleh karena itu,
memahami hakekat manusia menjadi sangat penting dalam konteks
pendidikan.
Hakikat manusia dan pendidikan merupakan satu kesatuan utuh yang
tidak dapat dipisahkan karena manusia sebagai salah satu makhluk Tuhan
yang paling sempurna dan diciptakan dengan berbagai kelebihan. Kelebihan
tersebut adalah manusia dikaruniai akal dan pikiran yang memungkinkan
manusia menerima dan mendapatkan pendidikan. Setiap manusia memiliki
potensinya masing-masing, namun potensi tersebut tidak akan muncul tanpa
adanya pendidikan.
Dalam konteks globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin
pesat, tantangan yang dihadapi manusia semakin kompleks. Pendidikan harus
mampu menjawab tantangan tersebut dengan tetap memperhatikan nilai-nilai
kemanusiaan. Oleh karena itu, pemahaman tentang hakekat manusia menjadi
landasan filosofis yang penting dalam menyusun dan melaksanakan sistem
pendidikan yang berorientasi pada pengembangan potensi manusia secara
holistik.
Makalah ini disusun untuk menggali lebih dalam mengenai hubungan
antara hakekat manusia dan peran pendidikan dalam membentuk individu
yang utuh dan berkualitas. Dengan memahami hakekat manusia, diharapkan
pendidikan dapat dirancang untuk memenuhi kebutuhan manusia secara
menyeluruh, baik dari segi jasmani maupun rohani, sehingga mampu
menciptakan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga
memiliki kepribadian yang luhur.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep hakekat manusia dan pendidikan
2. Bagaimana Hubungan hakekat manusia dan pendidikan
3. Bagaimana konsep dimensi kemanusiaan dan implikasinya dalam
pendidikan

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengkaji konsep hekaket manusia dalam pendidikan
2. Menganalisis hubungan antara hakekat manusia dan pendidikan
3. Mengkaji konsep dimensi kemanusiaan dan impilikasinya dalam
pendidikan

3
BAB III
PEMBAHASAN

A. Hakekat Manusia dan Pendidikan


1. Hakekat Manusia
a. Pengertian Hakekat Manusia
Manusia dapat diartikan sebagai makhluk yang berakal
budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat
diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Hakikat manusia adalah sebagai gagasan atau konsep yang
mendasari manusia dan eksistensinya di dunia. Eksistensinya
berhubungan dengan masa lalunya untuk menjangkau masa depan
untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Hakikat manusia juga
diartikan sebagai ciri-ciri karateristik, yang secara prinsipiil (jadi
bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan.
Manusia memiliki ciri khas yang prinsipil dengan makhluk
ciptaan Tuhan lainnya. Misalnya ciri khas manusia dari hewan,
terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut dengan sifat
hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki
sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada
hewan. Hakikat manusia pada dasarnya adalah sebagai makhluk yang
memiliki kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapar memahami
norma-norma sosial dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan
kaidah etika yang diyakininya. Adanya sifat hakikat tersebut
memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian rupa
sehingga derajatnya lebih tinggi daripada hewan. Wujud sifat hakikat
manusia dengan maksud menjadi masukan dalam membanahi konsep
pendidikan, yaitu:
1) Kemampuan menyadari diri
2) Kemampuan bereksistensi
4
3) Pemilikan kata hati
4) Moral
5) Kemampuan bertanggung jawab
6) Rasa kebebasan
7) Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak

Manusia adalah keyword yang harus dipahami terlebih dahulu


bila ingin memahami pendidikan. Menurut Sardiman (2007: 105-109),
untuk itu perlu kiranya melihat secara lebih rinci tentang beberapa
pandangan mengenai hakekat manusia, yaitu:
1) Pandangan Psikoanalitik
Dalam pandangan Psikoanalitik diyakini bahwa dalam
hakikatnya manusia digerakkan oleh dorongan-dorongan yang
datang dari dirinya sendiri yang bersifat instingtif. Hal ini
memungkinkan tingkah laku manusia diatur serta dikontrol oleh
kekuatan psikologis yang memang ada pada diri manusia itu
sendiri. Terkait tentang ini, manusia tidak memegang kendali atau
tidak memutuskan atas nasibnya seseorang, melainkan tingkah laku
seseorang itu semata mata di arahkan untuk memuaskan kebutuhan
dan insting biologisnya.
2) Pandangan Humanistik
Para Humanis berpendapat manusia memiliki dorongan-
dorongan dari dirinya sendiri untuk mengarahkan dirinya guna
mencapai tujuan yang positif. Manusia dianggap rasional dapat
menentukan nasib dirinya sendiri. Hal ini memungkinkan manusia
terus berubah untuk yang lebih baik dan sempurna. Manusia jg
dapat menjad anggota kolompok masyarakat dgn tingkah laku yang
lebih baik. Manusia dalam hidupnya juga digerakkan oleh rasa
tanggung jawab sosial serta keinginan untuk mendapakan sesuatu.
Dalam Hal ini manusia dipandang sebagai mahkluk dan individu
dan mahkluk sosial.
5
3) Pandangan Martin Buber
Martin Buber berpendapat, bahwa pad hakikatnya manusia
tidak dapat disebut “ini” atau “itu”. Akan tetapi menurutnya
manusia merupakan aksitensi atau keberadaan yang memiliki
potensi akan tetapi dibatasi oleh kesemestaan alam. Namun
keterbatasan ini hanya bersifat faktual bukan esensi sehingga apa
yang dilakukannya tidak dapat diprediksi. Dalam hal ini manusia
berpotensi untuk menjadi yang lebih baik atau sebaliknya,
tergantung lebih kearah yang lebih dominan dalam diri manusia itu
sendiri. Hal ini memungkinkan manusia yang “baik” dan kadang
kadang melakukan kesalahan.
4) Pandangan Behavioristik
Pada dasarnya kelompok behavioristik memandang
mamandang manusia sebagai makluk yang reaktif dan tingkah
lakunya dikendalikan pada faktor faktor dari luarnya dirinya, yakni
faktor lingkungan. Fakfotr lingkungan merupakan faktor yang
paling dominan dalam mengikat hubungan individu. Hubungan ini
biasanya diatur oleh hukum hukum belajar seperti adanya teori
tentang conditioning atau teori pembiasaan serta keteladanan.
Mereka meyakini baik buruk suatu tingkah laku dipengaruhi oleh
faktor lingkungan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan seperti berikut:
a) Pada dasarnya manusia memiliki kekuatan/tenaga dalam untuk
menggerakkan hidupnya
b) Didalam diri manusia terdapat fungsi yg bersifat rasional yang
bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial
c) Pada hakikatnya manusia dalam proses „menjadi‟ serta terus
berkembang
d) Manusia dapat mengarahkan dirinya untuk tujuan yang lebih
positif, mengatur serta mengendalikan dirinya dan untuk
menentukan nasibnya sendiri.
6
e) Dalam dinamika kehidupan biasanya melibatkan dirinya dalam
usaha guna mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lin
maupun membuat dunia menjadi lebih baik.
f) Manusia merupakan mahkluk tuhan, yang memungkin menjadi
lebih baik atau sebaliknya
g) Lingkungan adalah faktor yang paling dominan dalam penentu
tingkah laku manusia dan tingkah laku itu merupakan
kemampuan yang dipelajari

b. Aspek-Aspek Hakekat Manusia


1) Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah
diciptakan oleh Tuhan YME Kesempurnaan yang dimiliki oleh
manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka bumi ini. Manusia adalah subjek yang
memiliki kesadaran (consciousness) dan penyadaran diri (self-
awarness). Oleh karena itu, manusia adalah subjek yang
menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan
segala sesuatu yang ada di luar dirinya (objek). Selain itu, manusia
bukan saja mampu berpikir tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi
sekaligus sadar tentang pemikirannya. Namun, sekalipun manusia
menyadari perbedaannya dengan alam bahwa dalam konteks
keseluruhan alam semesta manusia merupakan bagian daripadanya.
Oleh karena manusia berkedudukan sebagai makhluk
Tuhan YME maka dalam pengalaman hidupnya terlihat bahkan
dapat kita alami sendiri adanya fenomena kemakhlukan , antara
lain berupa pengakuan atas kenyataan adanya perbedaan kodrat
dan martabat manusia daripada Tuhannya. Manusia merasakan
dirinya begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhannya Yang Maha
Besar dan Maha Tinggi. Manusia memiliki keterbatasan dan
ketidakberdayaannya, manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan
7
serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat
abadi, manusia merasakan kasih sayang Tuhannya, namun ia pun
tahu begitu pedih siksa-Nya.
2) Manusia sebagai Kesatuan Badani-Rohani
Sebagai kesatuan badani-rohani manusia hidup dalam ruang
dan waktu, memiliki kesadaran (consciousnesss) dan penyadaran
diri (selfawareness), mempunyai berbagai kebutuhan, insting,
nafsu, serta mempunyai tujuan. Manusia mempunyai potensi untuk
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan potensi
untuk berbuat baik, namun di samping itu karena hawa nafsunya ia
pun memiliki potensi untuk berbuat jahat. Selain itu, manusia
memiliki potensi untuk mampu berpikir (cipta), potensi
berperasaan (rasa), potensi berkehendak (karsa), dan memiliki
potensi untuk berkarya. Adapun dalam eksistensinya manusia
berdimensi individualitas/personalitas, sosialitas, moralitas,
keberbudayaan dan keberagamaan. Implikasi dari semua itu,
manusia memiliki historisitas, berinteraksi/berkomunikasi, dan
memiliki dinamika.
3) Manusia sebagai Makhluk Individu
Sebagai individu, manusia adalah kesatuan yang tak dapat
dibagi antara aspek badanidan rohaninya. Setiap manusia
mempunyai perbedaan sehingga bersifat unik. Perbedaan ini baik
berkenaan dengan postur tubuhnya, kemampuan berpikirnya, minat
dan bakatnya, dunianya, serta cita-citanya. Setiapmanusia
mempunyai dunianya sendiri, tujuan hidupnya sendiri. Masing-
masing secara sadar berupaya menunjukkan eksistensinya.
Setiap manusia mampu menempati posisi, berhadapan,
menghadapi, memasuki, memikirkan, bebas mengambil sikap, dan
bebas mengambil tindakan atas tanggung jawabnyasendiri
(otonom). Oleh karena itu, manusia adalah subjek dan tidak boleh
dipandang sebagai objek.
8
4) Manusia sebagai Makhluk Sosial
Dalam hidup bersama dengan sesamanya (bermasyarakat)
setiap individu menempati kedudukan (status) tertentu. Di samping
itu, setiap individu mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing-
masing, mereka juga mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup
bersama dengan sesamanya. Selain adanya kesadaran diri, terdapat
pula kesadaran sosial pada manusia. Melalui hidup dengan
sesamanyalah manusia akan dapat mengukuhkan eksistensinya.
Sehubungan dengan ini, Aristoteles menyebut manusia sebagai
makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat. Terdapat hubungan
pengaruh timbal balik antara individu dengan masyarakatnya. Ernst
Cassirer menyatakan: manusia takkan menemukan diri, manusia
takkan menyadari individualitasnya, kecuali melalui perantaraan
pergaulan sosial. Adapun Theo Huijbers mengemukakan bahwa
dunia hidupku dipengaruhi oleh orang lain sedemikian rupa
sehingga demikian mendapat arti sebenarnya dari aku bersama
orang lain itu. Sebaliknya, terdapat pula pengaruh dari individu
terhadap masyarakatnya. Masyarakat terbentuk dari individu-
individu, maju mundurnya suatu masyarakat akan ditentukan oleh
individu-individu yang membangunnya.
5) Manusia sebagai Makhluk Berbudaya
Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan
kebudayaan, hidup berbudaya, dan membudaya. Kebudayaan
bertautan dengan kehidupan manusia sepenuhnya, kebudayaan
menyangkut sesuatu yang nampak dalam bidang eksistensi setiap
manusia. Manusia tidak terlepas dari kebudayaan, bahkan manusia
itu baru menjadi manusia karena bersama kebudayaannya. Sejalan
dengan ini, Ernst Cassirer menegaskan bahwa "manusia tidak
menjadi manusia karena sebuah faktor di dalam dirinya, seperti
misalnya naluri atau akal budi, melainkan fungsi kehidupannya,

9
yaitu pekerjaannya, kebudayaannya. Demikianlah kebudayaan
termasuk hakikat manusia".
6) Manusia sebagai Makhluk Susila
Menurut Immanuel Kant, manusia memiliki aspek
kesusilaan karena pada sila terdapat rasio praktis yang memberikan
perintah mutlak (categorical imperative). Contoh: jika kita
meminjam barang milik orang lain maka ada perintah yang
mewajibkan untuk mengembalikan barang pinjaman tersebut.
Sebagai subjek yang otonom (memiliki kebebasan) manusia selalu
dihadapkan pada suatu alternatif tindakan/perbuatan yang harus
dipilihnya. Adapun kebebasan untuk bertindak berbuat itu selalu
berhubungan dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral
yang juga harus dipilihnya. Karena manusia mempunyai kebebasan
memilih untuk bertindak/berbuat, maka selalu ada penilaian moral
atau tuntutan pertanggungjawaban atas setiap perbuatannya.
7) Manusia sebagai Makhluk Beragama
Keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial
eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau
keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam
sikap dan perilakunya. Hal ini terdapat pada manusia manapun,
baik dalam rentang waktu (dulu-sekarang-akan datang), maupun
dalam rentang geografis dimana manusia berada.
8) Manusia sebagai makhluk bebas
Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan.
Bahkan Sudjatmoko dalam Nusa Putra (1993) menyatakan hahwa
kebepasan merupakan salab satu kehutuhan manusia yang harus
‹dipenuhi, Dalam gambaran manusia yang bersifat personalistik.
kebebasan yang dimas-sudkan di sini adalah kemampuan uncuk
mengambil sikap terbadap bermacam-macam peraturan dan
pengaruh yang ada. Jadi kebebasan tidak sama dengan tidak ada

10
keterikatan. Kebehasan seperti itu sering disebut sebagai kebebasan
eksistensial, karena melihat pada eksitensi.

2. Hakekat Pendidikan
Hakekat pendidikan itu adalah sebuah upaya untuk menyadari
dalam mengembangkan potensi yang telah dianugerahkan oleh tuhan
kepada manusia dan diarahkan kepada tujuan yang diharapkan agar
memanusiakan manusia. Hakekat pendidikan ini dapat dapat terwujud
melalui proses pengajaran, pembelajaran, dan pembiasaan. Pendidikan
dapat menumbuhkan budi pekerti, karakter, cara berpikir yang dilakukan
secara integral dan tidak dapat dipisahkan. Pendidikan merupakan proses
interaksi manusiawi yang ditandai dengan keseimbangan antara subjek
didik dengan kewibaan pendidik. Kehidupan manusia akan lebih dewasa
dan perubahannya akan semakin cepat ke arah yang lebih baik dan lebih
dewasa itu semuanya diiringi dengan pendidikan.
Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidik,
mengajar, dan melatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu
usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai. Maka dalam pelaksanaanya,
kegiatan tadi harus berjalan secara serempak dan terpadu, berkelanjutan,
serta serasi dengan perkembangan anak didik serta lingkungan hidupnya
dan berlangsung seumur hidup.
Hakekat pendidikan itu tidak akan terlepas dari hakekat manusia.
Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh
keseimbangan antara subjek yang dididik dan kewibaan pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik dalam menghadapi
kehidupan yang selalu mengalami perubahan. Pendidikan pun dapat
meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dalam bermasyarakat,
menjadikan hidup lebih mandiri dan bermanfaat bagi sesama manusia dan
tentunya tidak akan bergantung pada orang lain. Kenapa objek dari
pendidikan itu adalah manusia? Karena manusia itu mempunyai
eksistensinya, yaitu memiliki individualitas, makhluk sosial, makhluk
11
pembudaya, makhluk kesusilaan. Karena manusia itu memiliki sebuah
potensi, dan potensi itu harus digali oleh pendidikan, karena sehebat
apapun potensi yang dimiliki seseorang, secerdas apapun ia, jika tidak
digali oleh pendidikan potensi tersebut tidak akan muncul dan tidak akan
berkembang dan juga manusia itu memiliki asas dinamika. Maksudnya
adalah manusia itu mempunya keinginan untuk menjadi manusia yang
ideal manusia yang berguna untuk sesama dan tidak menyusahkan orang
lain. Lalu manusia itu memiliki asas Individualitas yakni keinginan
manusia untuk menunjukan bahwa dirinya adalah manusia yang sukses,
untuk menunjukan kesuksesan tersebut tentunya manusia harus tahu
tentang pendidikan, bagaimana dan apa yang harus dilakukan sekarang
agar dimasa depan ia menjadi manusia yang sukses sesuai dengan asas
individualitas yang manusia miliki.

B. Hubungan Hakekat Manusia dan Pendidikan


1. Asas-Asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi manusia
Asas keharusan pendidikan ada 3 asas yaitu: Pertama, manusia
sebagai makhluk yang belum selesai, artinya manusia harus
merencanakan, berbuat, dan menjadi. Dengan demikian setiap saat
manusia dapat menjadi lebih atau kurang dari keadaanya. Contoh manusia
belum selesai: manusia lahir dalam keadaaan tidak berdaya sehingga
memerlukan bantuan orang tuanya atau orang lain dan selain itu manusia
harus mengejar masa depan untuk mencapai tujuannya. Kedua, tugas dan
tujuan manusia adalah menjadi manusia, yaitu aspek potensi untuk
menjadi apa dan siapa, merupakan tugas yang harus diwujudkan oleh
setiap orang. Ketiga, perkembangan manusia bersifat terbuka, yaitu
manusia mungkin berkembang sesuai dengan kodratnya dan martabat
kemanusiaanya, sebaliknya mungkin pula berkembang kearah yang kurang
sesuai. Contoh: manusia memiliki kesempatan memperoleh kepandaian,
sehat jasmani rohani, tata krama yang baik, tujuan hidupnya.

12
2. Asas-asas Kemungkinan Pendidikan
Ada lima asas antropologi yang mendasari kesimpulan bahwa
manusia mungkin dididik atau dapat dididik. Pertama azas Potensial, yaitu
manusia akan dapat didik karena memiliki potensi untuk dapat menjadi
manusia. Kedua azas Dinamika, yaitu manusia selalu menginginkan dan
mengejar segala yang lebih dari apa yang telah dicapainya. Ketiga Azas
Individualitas, yaitu manusia sebagai mahluk individu tidak akan pasif,
melainkan bebas dan aktif berupaya untuk mewujudkan dirinya. Keempat
Azas Sosialitas, yaitu manusia butuh bergaul dengan orang lain. Kelima
yaitu azas Moralitas, yaitu manusia memiliki kemampuan untuk
membedakan yang baik dan tidak.

C. Dimensi Kemanusiaan dan Implikasinya dalam Pendidikan


1. Dimensi-Dimensi Kemanusiaan
a. Dimensi Keindividualan
Manusia sebagai makhluk individual mempunyai arti bahwa
manusia sebagai seorang yang utuh, yang tidak dapat dibagi antara
kesatuan pisik dan psikis. Sebagai individual, manusia merupakan
makhluk yang unik (berbeda antara yang satu dengan yang lain).
Menurut Irvan (2008), manusia sebagai individu memiliki hak sebagai
kodrat alami atau sebagai anugerah Tuhan kepadanya. Hak asasi
sebagai pribadi terutama hak hidup, hak kemerdekaan dan hak
memiliki. Konsekuensi dari adanya hak yaitu manusia menyadari
kewajiban kewajiban, tanggung jawab sosial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keindividuan ada dua macam,
yaitu:
1) Faktor internal adalah penilaian yang dilakuan individu terhadap
dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Adapun faktor
ini terdiri dari tiga bentuk, yaitu diri identitas (identity self), diri
pelaku (behavioral self), dan diri penerimaan/penilaian (judging
self).
13
2) Faktor eksternal adalah penilaian dirinya melalui hubungan
sosialnya atau hal- hal lain di luar dirinya. Adapun faktor
eksternalnya meliputi diri fisik (phisycal self), diri etnik moral
(moral ethical self), diri pribadi (personal self), diri keluarga
(family self), dan diri sosial (socialself).
b. Dimensi Kesosialan
Dimensi kesosialan merupakan dimensi yang didasarkan pada tiap-
tiap individu yang diharapkan dapat bersosialisasi dengan
lingkungannya dan menjalin komunikasi yang baik dimana dalam
kehidupan sehari-harinya tidak menyebabkan perpecahan antara satu
dengan yang lain sehingga tercipta masyarakat yang rukun, aman, dan
tentram. Perwujudan manusia sebagai makhluk sosial tampak nyata
bahwa tidak pernah ada manusia yang mampu hidup tanpa bantuan
orang lain. Manusia hidup saling bergantung, berhubungan, dan saling
membutuhkan.
Menurut Budyanto (2012), faktor yang mempengaruhi dimensi
kesosial:
1) Faktor intern
a) Bertambah atau berkurangnya penduduk
b) Penemuan-penemuan baru
c) Konflik dalam masyarakat
d) Pemberontakan
2) Faktor ekstern
a) Perubahan lingkungan fisik manusia (bencana alam)
b) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
c) Peperangan Diktat
c. Dimensi Kesusilaan
Susila berarti dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang
lebih tinggi. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan
nilai-nilai. Nilai kehidupan berupa norma yang berlaku di masyarakat
dan moral yaitu ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan.
14
Dalam moral diajarkan segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu
dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai buruk yang ditinggalkan.
Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga disebutkan manusia
itu adalah makhluk susila.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
kesusilaan manusia pada lingkungan keseharian pada dasarnya
seseorang diharapkan mampu memahami dan mengamalkan nilai-nilai
yang terkandung di dalam unsur masyarakat. Pengamalan disini tidak
hanya pengamalan semata, namun harus diajarkan dan diresapi
sedemikian mungkin sampai terciptanya lingkungan yang harmonis
dan itu terus berkelanjutan.
d. Dimensi Keberagaman
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Beragama
merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang
lemah sehingga memerlukan tempat bersandar. Manusia sebagai
makhluk beragama mempunyai kemampuan menghayati pengamalan
diri dan dunianya sesuai dengan keyakinannya masing-masing.
Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang,
doa-doa, maupun meditasi.
Faktor yang mampengaruhi dimensi keberagaman yaitu:
1) Pembentukan inti
a) Pembentukan kata hati nurani
b) Pembentukan niat dalam melakukan kegiatan
2) Pembentukan kebiasaan
a) Biasa berbuat baik pada Tuhan
b) Biasa berbuat baik terhadap sesama manusia
c) Biasa berbuat baik terhadap maakhluk Tuhan yang lainnya
3) Pembentukan daya jiwa; Pandangan hidup yang selaras dan
seimbang dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan tuntutan
agama.
15
2. Implikasi Dimensi Kemanusiaan dalam Pendidikan
a. Pembelajaran Berbasis Nilai
Pendidikan tidak hanya fokus pada transfer ilmu pengetahuan,
tetapi juga menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, seperti kejujuran,
empati, dan tanggung jawab.
b. Pendekatan Holistik
Pendekatan holistik menekankan pengembangan seluruh aspek
manusia, baik fisik, intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual.
Misalnya, program pendidikan yang mengintegrasikan olahraga, seni,
pembelajaran kognitif, dan pengembangan karakter.
c. Pendidikan Inklusif
Setiap individu memiliki potensi dan hak yang sama untuk
mendapatkan pendidikan. Implikasi dimensi kemanusiaan menuntut
pendidikan yang adil dan inklusif, menghargai keberagaman budaya,
agama, dan kebutuhan khusus.
d. Pengembangan Keterampilan Abad 21
Pendidikan perlu mempersiapkan individu menghadapi tantangan
global. Ini mencakup pengembangan keterampilan komunikasi,
kolaborasi, berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
e. Peran Guru sebagai Fasilitator
Guru tidak lagi hanya sebagai pemberi ilmu, tetapi sebagai
fasilitator yang mendukung pengembangan potensi peserta didik secara
personal dan sosial.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang terdiri dari unsur jasmani
dan ruhani. Manusia lahir dengan membawa potensi fitrah. Potensi-potensi
yang dimiliki oleh manusia tersebut dapat dikembangkan dengan baik dan
produktif melalui proses pendidikan. Selain itu, manusia dalam
pertumbuhan dan perkembangannya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
hereditas dan lingkungan. Hakikat pendidikan adalah humanisasi, yaitu
upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami
hakikat manusia sebagai salah satu landasannya.
2. Pendidikan adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju arah
perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan. Juga sebuah proses melatih
dan membimbing manusia agar terhindar dari kebodohan. Fungsi dan
tujuan dari pendidikan adalah membangun manusia yang cerdas
intelektualitasnya dan juga religiusitasnya. Menjadikan manusia yang
mampu memiliki akhlak yang mulia, kreatif, inovatis, mandiri, dan
bertanggung jawab. Pendidikan dan manusia saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan. Karena manusia adalah subjek dan objek dari
pendidikan itu. Belajar tentang hakikat manusia akan menyempurnakan
pendidikan dan belajar tentang hakikat pendidikan akan menyempurnakan
manusia.
3. Manusia sebagai sebaik-baik makhluk setidaknya memiliki dimensi-
dimensi yang menjadi bagian dalam dirinya. Dimensi dimensi yang
dimaksud ialah dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan
keberagamaan. Sehingga menjadi peran pendidikan untuk
mengembangkan dimensi - dimensi tersebut untuk mewujudkan manusia
seutuhnya. Dimensi kemanusiaan merupakan elemen penting dalam
pendidikan. Pemahaman yang mendalam terhadap dimensi ini
memungkinkan pendidikan untuk menjadi lebih relevan, inklusif, dan
17
berorientasi pada pengembangan potensi manusia secara holistik. Dengan
menerapkan pendekatan yang mempertimbangkan dimensi fisik,
intelektual, emosional, sosial, dan spiritual, pendidikan dapat menciptakan
individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki
nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi
B. Saran
Sebagai seorang pendidik hendaknya mengetahui dahulu arti dari manusia
itu sendiri, sehingga mengetahui cara memperlakukan seorang siswa dan
menerapkan dalam proses pembelajaran.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Hidayat, R. (2019). Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan Aplikasinya”.


Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia
Daulai, F., A. (2021). Hakikat Manusia dan Pendidikan. Tazkiya: Jurnal
Pendidikan Islam, X(2), 2807-3959.
Istiarsono, Z. (2016). Tantangan Pendidikan dalam Era Globalisasi: Kajian
Teoretik. Intelegensia: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 1(2), 19-24
Khobir, A. (2010). Hakikat Manusia dan Implikasinya dalam Proses Pendidikan.
Forum Tarbiyah, 8(1).
Mulyadi. (2019). Dimensi-Dimensi Kemanusiaan. UIN Imam Bonjol Padang,
5(1).
Suparni, dkk. (2024). Hakikat Manusia dan Pendidikan. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 8(2), 31348-31354.
Suyitno, Y. (2008). Manusia dan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia
Amelia, W. (2017). Modul Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Trilogi

19

Anda mungkin juga menyukai