MAKALAH
HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH
PENDIDIKAN ISLAM
“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah filsafat Pendidikan islam”
Dosen Pembimbing :
Drs.H.M.Ali Mukhlis AR,MA.
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Habibi Maulana
Siti Rafi’ah
Ayu Retno Pratiwi
SEMESTER III-PAI EKSEKUTIF
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2024
i
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
filsafat Pendidikan islam yang diampuh oleh bapak Drs.H.M.Ali Mukhlis
AR,MA.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan keterbatasan dalam hal pengetahuan dan pemahaman kami. Untuk itu,
kami berharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar kedepannya
kami dapat menjadi lebih baik lagi. Kami juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menjadi referensi yang
berguna bagi pembaca. Kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang
terdapat dalam makalah ini.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Tanjung Pura, 26 Oktober 2024
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 2
A. Hakikat Manusia Dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam ...................... 2
B. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam tentang Hakikat Manusia ..................... 2
C. Dimensi Hakikat Manusia dalam Pendidikan Islam ........................................ 4
D. Tujuan Pendidikan Islam dalam Mewujudkan Hakikat Manusia ............. 6
BAB III PENUTUP ................................................................................ 7
A. Kesimpulan ..................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 8
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia, sebagai makhluk yang paling kompleks di bumi, sering kali menjadi subjek
kajian dari berbagai disiplin ilmu, seperti filsafat, psikologi, teologi, dan sosiologi.
Hakikat manusia merujuk pada esensi dasar yang membedakan manusia dari makhluk
lain, serta sifat-sifat fundamental yang melekat pada diri manusia sepanjang kehidupan.
Dalam konteks ini, manusia dipandang tidak hanya sebagai makhluk biologis, tetapi
juga sebagai makhluk yang memiliki dimensi psikologis, sosial, dan spiritual.
Secara filosofis, pemahaman tentang hakikat manusia sudah menjadi perdebatan
Pendidik sejak zaman klasik, dimulai dari pemikiran para filsuf Yunani seperti
Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Mereka berusaha memahami siapa sebenarnya
manusia melalui konsep-konsep seperti rasio, jiwa, dan Pendidika. Plato, misalnya,
memandang manusia sebagai makhluk yang terdiri dari tubuh dan jiwa, dengan jiwa
sebagai inti dari eksistensi manusia yang abadi dan memiliki kemampuan berpikir.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari pembahasan tersebut
adalah:
1. Apa hakikat sebenrannya dari manusia mennurut perspektif filsafat Pendidikan
islam?
C. Tujuan Pembahasan
Maka berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan pembahasan pada makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui apa hakikat sebenrannya dari manusia mennurut perspektif
filsafat Pendidikan islam
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia Dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam
Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dengan hakikat
yang sangat kompleks dan unik. Dalam perspektif Islam, manusia tidak hanya
dipandang sebagai makhluk fisik semata, melainkan sebagai entitas yang terdiri dari
berbagai dimensi jasmani, akal, emosi, sosial, dan spiritual. Pandangan ini mengajarkan
bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai tujuan hidup yang lebih tinggi, yakni
mengenal Tuhan dan menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi.
Filsafat pendidikan Islam berperan penting dalam memahami dan mewujudkan
hakikat manusia dalam pendidikan. Filsafat ini tidak hanya fokus pada aspek intelektual
atau keterampilan, tetapi juga pada pembentukan akhlak dan spiritualitas, yang
menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan a 1ntara dunia
dan akhirat. Dengan memahami hakikat manusia dalam konteks filsafat pendidikan
Islam, kita dapat membangun pendidikan yang lebih holistik dan berorientasi pada
kesejahteraan seluruh aspek kehidupan manusia.
B. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam tentang Hakikat Manusia
Filsafat pendidikan Islam melihat manusia sebagai makhluk yang memiliki
tujuan hidup yang lebih besar dari sekadar memenuhi kebutuhan fisik atau intelektual.
Manusia dalam pandangan ini bukan hanya makhluk individual yang terpisah dari
lingkungan, melainkan sebagai bagian dari ciptaan Tuhan yang saling terhubung satu
sama lain dan dengan alam semesta. Hakikat manusia dalam pendidikan Islam
dipahami dari beberapa sudut pandang berikut: 2
2
Syamsul Bahri, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo, 2009); Abdul Mujib, Pendidikan dalam
Perspektif Islam (Yogyakarta: LKiS, 2016);
Kamaruddin, Filsafat Pendidikan Islam: Dasar dan Aplikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009).
2
Syamsul Bahri, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo, 2009); Abdul Mujib, Pendidikan dalam
Perspektif Islam (Yogyakarta: LKiS, 2016);
2
1. Manusia sebagai Makhluk Tuhan yang Mulia
Dalam Islam, manusia dipandang sebagai makhluk yang sangat mulia dibandingkan
makhluk lainnya. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an, yang menyatakan bahwa Allah SWT
telah memberikan kemuliaan kepada manusia. Dalam surat Al-Isra' ayat 70, Allah berfirman
ِ ِ ِ وﻟََﻘ ْﺪ َﻛﱠﺮﻣﻨَﺎ ﺑ ِﲏ اٰدم و َﲪﻠْﻨـٰﻬﻢ ِﰱ اﻟْ ِﱪ واﻟْﺒﺤ ِﺮ ورَزﻗْـﻨـٰﻬﻢ ِﻣﻦ اﻟﻄﱠﻴِٰﺒ
ْ ٰﻬ ْﻢ َﻋ ٰﻠﻰ َﻛﺜ ٍْﲑ ّﳑ
ﱠﻦ ُ ﻀﻠْﻨـ
ﺖ َوﻓَ ﱠ ّ َ ّ ْ ُ َ َ ْ َ َ َّ ْ ُ َ َ َ َ ْٓ َ ْ َ
ِ ﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ ﺗَـ ْﻔ
ࣖﻀْﻴ ًﻼ َ
"Dan Kami telah memberikan kemuliaan kepada anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan."
Kemuliaan manusia ini mencakup dimensi fisik, intelektual, dan spiritual. Manusia memiliki
kapasitas untuk berpikir, belajar, memilih, dan bertindak dengan kebebasan yang diberikan
oleh Allah. Di sinilah letak pentingnya pendidikan Islam: untuk memaksimalkan potensi ini
dalam rangka menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi.
2. Manusia sebagai Makhluk yang Diberi Akal dan Kebebasan Memilih
Manusia dalam Islam diberi anugerah akal dan kemampuan untuk membedakan antara
yang benar dan yang salah. Akal adalah salah satu karunia terbesar dari Allah yang
membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Namun, dengan anugerah akal ini datang pula tanggung jawab. Manusia diberi kebebasan
memilih jalan hidupnya, dan pilihan tersebut harus berdasarkan petunjuk Allah. Pendidikan
Islam tidak hanya bertujuan mengembangkan akal atau kecerdasan, tetapi juga untuk
mengarahkan manusia agar menggunakan akalnya untuk kebaikan dan menjalankan peran
sebagai hamba Allah yang taat.3
3
Syamsul Bahri, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo, 2009); Abdul Mujib, Pendidikan dalam
Perspektif Islam (Yogyakarta: LKiS, 2016);
Kamaruddin, Filsafat Pendidikan Islam: Dasar dan Aplikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009).
3
3. Manusia sebagai Makhluk Sosial
Pendidikan Islam juga memandang manusia sebagai makhluk sosial yang harus hidup
berdampingan dengan sesama. Dalam perspektif ini, manusia tidak hanya dilihat sebagai
individu yang terisolasi, tetapi sebagai bagian dari masyarakat yang saling berinteraksi dan
saling membutuhkan. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang mengajarkan pentingnya
ukhuwah atau persaudaraan. Sebagai contoh, dalam Al-Qur'an Allah berfirman,
ۚ ۤ
ﱠﺎس اِ ﱠ َﺧﻠَ ْﻘ ٰﻨ ُك ْﻢ ِّﻣ ْﻦ ذَ َﻛ ٍﺮ ﱠواُنْـﺜٰﻰ َو َج َعﻠْ ٰﻨ ُك ْﻢ ُشعُ ْوً ﱠوﻗَـﺒَﺎى َل ﻟِتَـ َع َﺎرﻓُـ ْوا
ُ َٰٓيـﱡ َﻬﺎ اﻟﻨ
"Dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal"
(QS. Al-Hujurat: 13).
Oleh karena itu, pendidikan dalam Islam mengajarkan pentingnya kerjasama, kepedulian
terhadap sesama, dan berperan aktif dalam menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera.
C. Dimensi Hakikat Manusia dalam Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam, hakikat manusia tidak hanya dilihat dari satu dimensi saja,
tetapi harus mencakup keseluruhan aspek kehidupan manusia. Manusia harus dipandang
sebagai makhluk yang terdiri dari tubuh (jasad), pikiran (akal), jiwa (ruh), dan hubungan sosial.
Pendidikan Islam bertujuan untuk mengembangkan semua dimensi ini secara seimbang, agar
manusia dapat mencapai potensi maksimal dalam hidupnya. Berikut ini adalah penjelasan lebih
mendalam mengenai dimensi-dimensi hakikat manusia dalam pendidikan Islam:
1. Dimensi Fisik (Jasad)
Manusia sebagai makhluk fisik memerlukan perhatian terhadap kebutuhan tubuhnya.
Islam mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan tubuh, karena tubuh yang sehat adalah
sarana untuk menjalankan tugas-tugas kehidupan dan ibadah dengan baik. Oleh karena itu,
pendidikan Islam juga mencakup pembelajaran mengenai pentingnya menjaga kesehatan
tubuh, kebersihan, pola m4akan yang sehat, serta olahraga yang cukup. Dalam Al-Qur'an, Allah
memerintahkan umat-Nya untuk menjaga tubuh dengan baik:
4
Ibnu Qayyim al-Jawziyyah, Tuhfat al-Mawdud bi Tadris al-Mawlud (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
1983);
4
ِ ِ ِ ِ
ْ ﰲ َسﺒِْﻴ ِل ا ّٰ َوَﻻ ﺗـُﻠْ ُﻘ ْوا َِيْﺪيْ ُك ْﻢ ا َﱃ اﻟتـ
ﱠﻬﻠُ َكة ْ ِ َواَنْﻔ ُﻘ ْوا
"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan" (QS. Al-Baqarah:
195).5
2. Dimensi Intelektual (Akal)
Manusia sebagai makhluk yang dianugerahi akal harus diberi kesempatan untuk
mengembangkan intelektualitasnya melalui pendidikan. Islam sangat menghargai pencarian
ilmu pengetahuan, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman,
ۚ
ك اﻟﱠ ِذ ْي َﺧﻠَ َق
َ ِّاِﻗْـ َﺮأْ ِ ْس ِﻢ َرﺑ
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan" (QS.Al-Alaq: 1)
yang menekankan pentingnya membaca dan mempelajari ilmu sebagai dasar pengetahuan
manusia.
Pendidikan Islam memandang bahwa ilmu bukan hanya untuk kepentingan pribadi,
tetapi juga harus dimanfaatkan untuk kebaikan umat manusia dan dunia. Oleh karena itu, tujuan
pendidikan Islam adalah untuk menghasilkan individu yang cerdas, kreatif, dan mampu
berpikir kritis, serta menggunakan ilmu pengetahuan untuk menjalankan fungsi sebagai
khalifah di bumi.
3. Dimensi Moral dan Sosial
Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk karakter dan akhlak yang baik pada
peserta didik. Pendidikan moral dan sosial dalam Islam sangat penting agar manusia dapat
hidup harmonis dalam masyarakat. Dalam kehidupan sosial, manusia harus saling
menghormati, bekerja sama, dan peduli terhadap kesejahteraan orang lain.
5
Ibnu Qayyim al-Jawziyyah, Tuhfat al-Mawdud bi Tadris al-Mawlud (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
1983);
Muhammad Nasir, Filsafat Manusia dalam Perspektif Islam (Jakarta: Gema Insani, 2015).
5
D. Tujuan Pendidikan Islam dalam Mewujudkan Hakikat Manusia
Pendidikan Islam bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi manusia agar dapat
hidup seimbang dalam berbagai aspek kehidupan. Tujuan pendidikan Islam yang holistik ini
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Mewujudkan Manusia yang Taqwa kepada Allah SWT
Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk individu yang memiliki kesadaran
spiritual yang tinggi, yaitu kesadaran bahwa setiap aspek kehidupan harus dilakukan sesuai
dengan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Tujuan ini sejalan dengan konsep takwa,
yaitu keadaan di mana seseorang hidup dalam ketundukan dan kepatuhan kepada Allah, baik
dalam hal ibadah maupun dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.
2. Mengembangkan Potensi Intelektual dan Keterampilan
Pendidikan Islam bertujuan untuk menghasilkan individu yang cerdas dan memiliki
keterampilan yang memadai untuk hidup di dunia ini. Ilmu pengetahuan dalam Islam
dipandang sebagai sarana untuk mengenal Tuhan dan menjalankan kehidupan dengan bijak.
Oleh karena itu, pendidikan Islam harus membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan
yang berguna baik untuk kehidupan dunia maupun akhirat.
6
Ibnu Qayyim al-Jawziyyah, Tuhfat al-Mawdud bi Tadris al-Mawlud (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
1983);
Muhammad Nasir, Filsafat Manusia dalam Perspektif Islam (Jakarta: Gema Insani, 2015).
6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat manusia dalam perspektif filsafat pendidikan Islam mengajarkan bahwa
manusia adalah makhluk yang kompleks dan unik, terdiri dari berbagai dimensi—jasmani,
akal, emosi, sosial, dan spiritual. Manusia tidak hanya dipandang sebagai individu fisik, tetapi
sebagai makhluk yang memiliki tujuan hidup yang lebih tinggi, yaitu mengenal Tuhan dan
menjalankan peran sebagai khalifah di bumi.
Pendidikan Islam, dalam upaya mewujudkan hakikat manusia ini, bertujuan untuk
mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia secara seimbang. Pendidikan tidak hanya
fokus pada aspek intelektual dan keterampilan, tetapi juga penting dalam membentuk akhlak
dan spiritualitas. Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam mencakup pembentukan manusia
yang taqwa kepada Allah, pengembangan potensi intelektual, serta keterampilan yang berguna
untuk kehidupan di dunia dan akhirat.
Manusia dalam pandangan filsafat pendidikan Islam juga dipandang sebagai makhluk sosial
yang saling bergantung satu sama lain dan dengan alam semesta. Sehingga, pendidikan Islam
mengajarkan pentingnya kerjasama, kepedulian sosial, serta menciptakan masyarakat yang adil
dan sejahtera. Dengan demikian, pendidikan Islam yang holistik bertujuan untuk menghasilkan
individu yang seimbang dalam semua dimensi kehidupan, yang mampu hidup bermakna dan
menjalankan perannya sebagai khalifah dengan bijaksana.
7
Daftar Pustaka
Syamsul Bahri, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo, 2009);
Abdul Mujib, Pendidikan dalam Perspektif Islam (Yogyakarta: LKiS, 2016);
Kamaruddin, Filsafat Pendidikan Islam: Dasar dan Aplikasi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009).
Ibnu Qayyim al-Jawziyyah, Tuhfat al-Mawdud bi Tadris al-Mawlud (Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, 1983);
Muhammad Nasir, Filsafat Manusia dalam Perspektif Islam (Jakarta: Gema Insani, 2015).
Rasul, M. (2020). "Ontologi Manusia dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam." Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan.
Al-Attas, S. M. N. (2005). “Islam and Secularism: Reinterpretation of the Concept of Man.”
International Journal of Islamic Thought, 2, 47-60.