0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan16 halaman

Makalah Aspek Legal Penggelolaan Obat KEL.3

Diunggah oleh

Dann Frmn
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan16 halaman

Makalah Aspek Legal Penggelolaan Obat KEL.3

Diunggah oleh

Dann Frmn
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 16

MAKALAH

ASKEP LEGAL PENGELOLAAN OBAT

Dosen Pengampu : Supriliyah S.kep.,Ns.M.kep

Mata Kuliah : Farmakologi Keperawatan

Disusun oleh:

Kelompok 3

Aldinda Dwi Marrita (231801003)

Dwi Amanda (231801014)

Intan Nanida Salsabila (231801025)

M. Aldova Pratama Putra (231801036)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


PROGAM STUDI S1 KEPERWATAN
TAHUN AJARAN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Aspek Legal Pengelolaan
Obat”
Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi Keperawatan yang
diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi penulis sendiri.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Supriliyah,S.Kep.Ns.,M.Kep, yang sudah
mempercayakan tugas ini kepada penulis, sehingga sangat membantu penulis untuk
memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang ditekuni.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada rekan saya yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari rekan saya. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa
masih terdapat kekurangan, baik dari segi penyusunan maupun tata bahasa penyampaian
dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap, semoga makalah yang kami susun ini
dapat memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Jombang, 25 mei 2024

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................…

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................….

2.1 Pengertian Aspek Legal.....................................................................................................

2.2 Ruang Lingkup dan Hubungan Perawat Dengan Obat.....................................................

2.3 Kewenangan Perawat Dalam Pemberian Obat Merah/Obat Terbatas………………….

2.4 Pemberian Obat Oleh Perawat........................................................................................

2.5 Aturan dan Hukum Yang Terkait Dengan Pengelolahan Obat........................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................

3.2 Saran...............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aspek legal dalam pengelolaan obat mencakup serangkaian regulasi, peraturan, dan
kebijakan yang mengatur berbagai aspek penggunaan obat. Ini meliputi proses pengadaan, A
penyimpanan, distribusi, pemantauan, dan penggunaan obat yang harus sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh badan regulasi kesehatan setempat, seperti badan pengawas
obat dan makanan (BPOM) atau lembaga sejenis. Pengelolaan obat yang legal memerlukan
pemahaman yang mendalam terhadap berbagai peraturan terkait, termasuk izin edar obat,
resep dokter, tata cara pengadaan obat terlarang atau berbahaya, serta prosedur penggunaan
obat terkendali seperti narkotika dan psikotropika. Hal ini juga mencakup kewajiban dalam
pelaporan, dokumentasi, dan pemantauan penggunaan obat yang diatur secara ketat untuk
memastikan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
Selain itu, aspek legal dalam pengelolaan obat juga mencakup tanggung jawab hukum
terkait dengan penggunaan obat, termasuk risiko hukum terkait dengan kesalahan dalam
pemberian obat, efek samping yang tidak diinginkan, atau masalah terkait dengan
penggunaan obat yang tidak sesuai dengan standar medis yang ditetapkan. Dengan mematuhi
aspek legal yang berkaitan dengan pengelolaan obat, institusi medis atau penyedia layanan
kesehatan dapat memastikan bahwa penggunaan obat dilakukan secara aman, efektif, dan
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh hukum dan peraturan yang berlaku. Hal ini juga
membantu melindungi hak dan keamanan pasien serta meminimalkan risiko terkait dengan
penggunaan obat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian aspek legal
2. Bagaimana ruang lingkup dan hubungan perawat dengan obat
3. Bagaimana kewenangan perawat dalam memberikan obat lebel merah\obat terbatas
4. Pemberian obat oleh perawat
5. Apa saja aturan dan hukum yang terkait dengan pengelolaan obat
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek legal
2. Untuk mengetahui bagaimana ruang dan lingkup dan hubungan perawat dengan obat
3. Untuk mengetahui bagaimana kewenangan perawat dalam memberikan obat lebel
merah\obat terbatas

1
4. Untuk mengetahui pemberian obat oleh perawat
5. Untuk mengetahui apa saja aturan dan hukum yang terkait dengan pengelolaan obat

2
BAB 11

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aspek Legal

Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam


memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya
pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan
bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran.
Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah- masalah kesehatan tentu harus juga
bisa diandalkan.

Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa


syarat yang harus dipenuhi. Setiap perawat harus mempunyai "body of knowledge"
yang spesifik, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik keprofesian
yang didasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik
profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang
pendidikan tinggi. International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka
kerja kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional,
Ethical and Legal Practice, bidang Care Provision and Management dan bidang
Professional Development.

2.2 Ruang Lingkup dan Hubungan Perawat Dengan Obat

Perawat memiliki peranan yang penting dalam pelaksanaan standar


keselamatan pengobatan pada setiap tahap proses pengobatan yang meliputi tahap
pemesanan, penyiapan, pemberian dan pemantauanPada tahap pemberian obat
perawat berperan melaksanakan prinsip 5 benar obat yaitu benar pasien, obat, dosis,
cara dan waktu serta benar dokumentasi. Semua perawat memberikan obat dengan
prinsip 5 benar tetapi dokumentasi belum dilakukan dengan benar karena kolom

3
dokumentasi yang kecil. Peran perawat dalam tahap pemantauan obat adalah
melakukan pemantauan terhadap efek yang diharapkan dan efek samping dari obat.
Perawat belum melakukan pemantauan terhadap efek pengobatan dan efek samping
obat karena tidak adanya format khusus untuk melakukan pemantauan dan banyak
pekerjaan. Kesimpulan: Peran perawat dalam tahap pemesanan obat adalah
melakukan pengkajian pengobatan dan pemesanan obat. Pada tahap persiapan obat
peran perawat yang belum dilaksanakan adalah mendokumentasikan pengecekan obat
dan memberikan edukasi pengobatan. Peran perawat yang belum dilakukan pada
tahap pemberian obat adalah melaksanakan prinsip benar dokumentasi sedangkan
peran perawat yang belum dilakukan dalam tahap pemantauan obat adalah melakukan
pemantauan efek pengobatan dan efek samping obat.

2.3 Kewenangan Perawat Dalam Pemberian Obat Merah/Obat Terbatas

1. Kewenangan Perawat dalam Pemberian Obat-Obatan Label Merah/obat terbatas

A. Analisis UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 196 berbunyi bahwa:

“Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau
alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.Jika dikaitkan dengan Pasal 98 ayat (2) yang
berbunyi:

“Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan,
menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat
obat”.

Maka bisa diperoleh kesimpulan bahwa dalam Pendidikan baik S1 maupun D3


keperawatan, perawat diajarkan ilmu farmakologi dan farmakoterapi yang menjadi
salah satu mata kuliah, sehingga sudah jelas dalam hal ini perawat memiliki keahlian
dalam bidang obat-obatan meskipun tidak sespesifik ahli farmasi, jadi secara langsung
dapat dimaknai bahwa perawat juga berwenang melakukan hal tersebut di atas, karena
perawat sudah dibekali dengan pendidikan ini dan tidak ada yang melarang perawat
menggunakan ilmu ini dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.

4
Kemudian jika dikaitkan dengan Pasal 98 ayat (3) yang berbunyi:

“Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi, pengedaran sediaan


farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi standar mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah”.

Pada Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian:

1) Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa:

“Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,


pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional”.

2) Pasal 2 Ayat (2) berbunyi bahwa:

“Pekerjaan Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”.

Tenaga Kesehatan menurut Pasal 11 UU No. 36 tahun 2014 adalah tenaga


medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi,
tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga
kesehatan tradisional, dan, tenaga kesehatan lain.

Dari uraian tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perawat yang termasuk bagian
dari tenaga kesehatan, memiliki keahlian dan kewenangan dalam mengadakan, menyimpan,
mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat.

Pasal 197 berbunyi bahwa:

“Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau
alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah)”.

Jika dikaitkan dengan Pasal 106 ayat (1) berbunyi bahwa:

“Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar”.

5
Dalam hal ini golongan obat label merah (label K) pastinya sudah memiliki izin edar.
Terbukti sudah banyak di pasarkan di apotek-apotek untuk diperjual belikan. Diperkuat
dengan Pasal 2 Permenkes No. 919/Menkes/Per/IX/1993 tentang Kriteria Obat yang dapat
Diserahkan Tanpa Resep, di antaranya:

1) Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2
tahun dan orang tua di atas 65 tahun;

2) Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan
penyakit;

3) Penggunaanya tidak memerlukan cara dan/atau alat khusus yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan;

4) Penggunaanya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia;

5) Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
pengobatanya sendiri.

Sedangkan obat yang hanya boleh diberikan dokter adalah obat yang mengandung narkotika
dan psikotropika. Sebagaimana Pasal 102 Ayat (1) UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
berbunyi bahwa:

“Penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan
berdasarkan resep dokter atau dokter gigi dan dilarang untuk disalahgunakan”. Sehingga
dapat dimaknai bahwa selain narkotika dan psikotropika, golongan obat label merah dapat
diberikan oleh tenaga kesehatan selain dokter dan dokter gigi.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa golongan obat label merah
(label K) yang diperjual belikan di apotek adalah obat-obatan yang telah memiliki izin
edar. Analoginya bahwa, kalau obat-obatan tersebut tidak memiliki izin edar, pasti
petugas apotik tidak berani memperjualbelikannya, sehingga pada dasarnya golongan
obat label merah dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki keahlian dan
kewenangan dalam hal itu. namun hal itu dipersempit dengan pasal 102 ayat (1) UU
No.36/2009, bahwa khusus obat yang mengandung narkotika dan psikotropika hanya
dapat diberikan dengan resep dokter.

Citicoline, Captropil, dan Licodipine misalnya, memang merupakan golongan


obat label merah (label K), akan tetapi dalam kandungan obat tersebut tidak

6
mengandung narkotika dan psikotropika, sehingga tidak hanya perawat, petugas
farmasipun memiliki kewenangan dalam megedarkanya karena obat-obatan tersebut
dimaksudkan untuk penyakit yg prevalinsinya tinggi di Indonesia (Pasal 2 Permenkes
No. 919/Menkes/Per/IX/1993). Penyakit yang prevalensinya tinggi yang banyak
muncul di masyarakat antara lain, hipertensi, stroke, dan diabetes. Hal ini
membuktikan bahwa perawat boleh memberikan golongan obat label merah (label K)
kepada pasien, asalkan obat tersebut tidak mengandung narkotika dan psikotropika.

Pasal 198 berbunyi bahwa:

“Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik
kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 dipidana dengan pidana denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”.

Jika dikatikan dengan Pasal 108 Ayat (1) berbunyi bahwa:

“Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan


farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Artinya perawat dalam hal ini boleh melakukan pembuatan termasuk


pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, karena perawat termasuk tenaga
kesehatan (Pasal 11 UU No.36/2014). Diperkuat kembali pada pasal 2 Ayat (2) PP
No.51/2009, bahwa, Pekerjaan Kefarmasian (pengadaan, produksi, distribusi atau
penyaluran, dan pelayanan sediaan farmasi) harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

Dari seluruh uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perawat memiliki


kewenangan dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, di antaranya; melakukan
pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan sediaan farmasi,
sehingga perawat tidak bisa di jerat dengan pasal berikut apabila memberikan obat
golongan merah.

B. Analisis UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan

7
Pasal 30 Ayat (1) berbunyi bahwa:

Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan
perorangan, Perawat berwenang:

1) melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;

2) menetapkan diagnosis Keperawatan;

3) merencanakan tindakan Keperawatan;

4) melaksanakan tindakan Keperawatan;

5) mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;

6) melakukan rujukan;

7) memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;

8) memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;

9) melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan

10) melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep tenaga
medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas”.

Dalam penjelasan Pasal 30 Ayat (1), yang dimaksud dengan “obat bebas terbatas” adalah
obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang dapat diperoleh tanpa resep dokter.

Pasal 30 Ayat (1) huruf j secara singkat dapat dideskripsikan bahwa, perawat dapat
melakukan pemberian obat baik sesui dengan resep dokter maupun tanpa resep dokter. Dalam
pasal di atas juga tidak membunyikan bahwa obat label merah/obat terbatas tidak dapat
diberikan oleh perawat, sehingga asas Nullum Delictum Nulla Poena Sine Praevia Lege
Poenali dapat dimanfaatkan sebagai celah hukum dalam kasus di atas. Sedangkan obat yang
harus menggunakan resep dokter adalah obat yang memiliki kandungan narkotika dan
psikotropika (Pasal 102 UU No.36/2009).

Pasal 33 ayat (4) berbunyi bahwa:

Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Perawat berwenang:

1) Melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak ada tenaga medis;

8
2) Merujuk pasien sesuai sistem rujukan dengan ketentuan pada sistem rujukan; dan

3) Melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat tenaga
kefarmasian.

Maksud dari pasal tersebut adalah bahwa perawat berwenang melakukan pelayanan
kefarmasian dalam hal tidak adanya apotek ataupun tenaga medis di suatu wilayah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, perawat boleh memberikan obat
label merah (label K) kecuali obat-obatan yang mengandung narkotika dan
psikotropika (obat yang harus menggunakan resep dokter).

2.4 Pemberian Obat Oleh Perawat

Perawat memiliki peranan yang penting dalam pelaksanaan standar


keselamatan pengobatan pada setiap tahap proses pengobatan yang meliputi tahap
pemesanan, penyiapan, pemberian dan pemantauan.Pada tahap pemberian obat
perawat berperan melaksanakan prinsip 5 benar obat yaitu benar pasien, obat, dosis,
cara dan waktu serta benar dokumentasi. Semua perawat memberikan obat dengan
prinsip 5 benar tetapi dokumentasi belum dilakukan dengan benar karena kolom
dokumentasi yang kecil. Peran perawat dalam tahap pemantauan obat adalah
melakukan pemantauan terhadap efek yang diharapkan dan efek samping dari obat.
Perawat belum melakukan pemantauan terhadap efek pengobatan dan efek samping
obat karena tidak adanya format khusus untuk melakukan pemantauan dan banyak
pekerjaan. Kesimpulan: Peran perawat dalam tahap pemesanan obat adalah
melakukan pengkajian pengobatan dan pemesanan obat. Pada tahap persiapan obat
peran perawat yang belum dilaksanakan adalah mendokumentasikan pengecekan obat
dan memberikan edukasi pengobatan. Peran perawat yang belum dilakukan pada
tahap pemberian obat adalah melaksanakan prinsip benar dokumentasi sedangkan
peran perawat yang belum dilakukan dalam tahap pemantauan obat adalah melakukan
pemantauan efek pengobatan dan efek samping obat.

2.5 Aturan dan Hukum Yang Terkait Dengan Pengelolahan Obat

Pengelolaan obat di Indonesia diatur oleh berbagai regulasi dan hukum yang
bertujuan untuk memastikan keamanan, kualitas, dan efektivitas obat yang beredar di
masyarakat. Berikut adalah beberapa aturan dan hukum yang terkait dengan
pengelolaan obat di Indonesia:

9
1.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

a. Mengatur berbagai aspek kesehatan, termasuk pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan.

b. Menetapkan hak dan kewajiban pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat dalam
menjaga kesehatan.

2.Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

a. Mengatur pengendalian dan pengawasan narkotika, termasuk produksi, distribusi, dan


penggunaan narkotika untuk keperluan medis dan penelitian.

3.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

a. Menyediakan kerangka hukum untuk perlindungan konsumen, termasuk pengguna obat,


dari produk yang tidak aman atau tidak sesuai standar.

4.Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

a. Mengatur praktik kefarmasian, termasuk pengelolaan, pengawasan, dan distribusi obat.

b. Menentukan standar untuk apotek dan tenaga farmasi dalam menjalankan praktik
kefarmasian.

5.Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)

Permenkes Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

a. Menetapkan standar pelayanan kefarmasian di apotek untuk memastikan obat yang


diberikan kepada pasien aman, bermutu, dan bermanfaat.
b. Permenkes Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
c. Mengatur tentang klasifikasi rumah sakit dan persyaratan perizinan, termasuk apotek
rumah sakit dan pengelolaan obat di fasilitas kesehatan.
d. Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
e. Menetapkan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit untuk menjamin ketersediaan
dan penggunaan obat yang rasional.

6. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

a. Peraturan BPOM Nomor 30 Tahun 2017 tentang Pendaftaran Obat Tradisional

b. Mengatur pendaftaran obat tradisional untuk memastikan keamanan dan khasiatnya.

10
c. Peraturan BPOM Nomor 8 Tahun 2020 tentang Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

d. Mengatur distribusi obat untuk memastikan bahwa obat didistribusikan sesuai dengan
standar yang menjamin mutu dan keamanan.

7.Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden

a. Mengeluarkan keputusan dan instruksi terkait pengawasan obat dan makanan dalam
keadaan darurat atau situasi khusus.

8.Standar Nasional Indonesia (SNI)

a. Menetapkan standar mutu untuk obat yang diproduksi di Indonesia.

Regulasi dan hukum tersebut bertujuan untuk mengatur seluruh proses


pengelolaan obat, mulai dari produksi, distribusi, hingga penggunaan, untuk
melindungi kesehatan masyarakat dan memastikan obat yang beredar memenuhi
standar mutu dan keamanan yang ditetapkan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perawat memainkan peran penting dalam keamanan manajemen obat-obatan


se- lama perawatan transisi. Oleh karena itu, mereka harus diberdayakan dan lebih ter-
libat dalam inisiatif pengelolaan obat- obatan dalam sistem layanan kesehatan.
Keselamatan pasien dan penghindaran kesalahan pengobatan selama perawatan
transisi mengharuskan manajemen obat menjadi kolaborasi multidisiplin dengan
komunikasi yang efektif antar penyedia layanan kesehatan.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan


dan membuka wawasan terkait Aspek legal pengelolaan Obat. Semoga dapat
bermanfaat membantu pembaca dalam menambah referensinya. Akan tetapi
diharapkan pembaca dapat mencari literatur lain untuk memperbanyak referensi yang
ada karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan guna
pembuatan makalah berikutnya yang lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Osf, io. (2015). “Aspek Legal Keperawatan”, https://osf.io/2t36g/download/?


format=pdf, diakses pada tanggal 27 Mei 2024 pukul
08.45

Santoso, A. P. A. (2022). “ANALISIS YURIDIS KEWENANGAN PERAWAT DALAM


PEMBERIAN OBAT-OBATAN LABEL MERAH PADA PRAKTIK
KEPERAWATAN MANDIRI”,
https://jurnal.uinsyahada.ac.id/index.php/yurisprudentia/article/vie
w/2545 diakses pada tanggal 27 Mei 2024 pukul 08.55
Susanto, F. H. (2016). “PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN STANDAR
KESELAMATAN PENGOBATAN DI RUANG ANAK RUMAH
SAKIT SWASTA YOGYAKARTA”,
https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/105980 diakses
pada tanggal 27 Mei 2024 pukul 09.15

13

Anda mungkin juga menyukai