0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
46 tayangan4 halaman

Anis Putri H-Pengantar Ekonomi Makro 2

Tugas 2
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
46 tayangan4 halaman

Anis Putri H-Pengantar Ekonomi Makro 2

Tugas 2
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 4

TUGAS

Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro (ESPA4110)

Di kerjakan oleh :

NAMA :ANIS PUTRI HUSNAYAINI


NIM: 049012847

FAKULTAS EKONOMI
PRODI S1
MANAJEMEN
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMARANG
2023
Berikut adalah jawaban untuk soal-soal yang Anda berikan:

1. Kurva Permintaan Agregat

Permintaan agregat (aggregate demand) adalah total permintaan barang dan jasa dalam
perekonomian, baik dari konsumen domestik maupun luar negeri, dengan
mempertimbangkan harga yang berlaku. Kurva permintaan agregat menggambarkan
hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang/jasa yang diminta oleh perekonomian
secara keseluruhan.

Kurva Permintaan Agregat biasanya memiliki kemiringan negatif, yang berarti


hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang yang diminta adalah terbalik:
• Ketika tingkat harga naik, permintaan agregat cenderung turun.
• Sebaliknya, ketika tingkat harga turun, permintaan agregat meningkat.

Ada tiga efek utama yang menjelaskan bentuk negatif kurva permintaan agregat:
• Efek Kekayaan (Wealth Effect): Ketika harga barang naik, daya beli
masyarakat berkurang karena kekayaan riil mereka menurun, sehingga konsumsi
berkurang.
• Efek Suku Bunga (Interest Rate Effect): Ketika harga barang dan jasa naik,
bank sentral mungkin menaikkan suku bunga, yang akan menurunkan investasi dan
konsumsi.
• Efek Nilai Tukar (Exchange Rate Effect): Kenaikan harga domestik
menyebabkan barang domestik menjadi lebih mahal di pasar internasional, sehingga
ekspor menurun dan impor meningkat.

2. Menghitung Tingkat Harga Berdasarkan Teori Kuantitas Uang

Teori kuantitas uang menyatakan bahwa hubungan antara jumlah uang yang beredar
(M), jumlah barang dan jasa yang diproduksi (Y), dan tingkat harga (P) dapat
dinyatakan dengan persamaan:
MxV= PxY
Di mana:
• M = jumlah uang yang beredar
• V = laju peredaran uang
• P = tingkat harga
• Y = pendapatan nasional (output)

Diketahui:
• M = 100
• V=8
• Y = 200

Maka, kita dapat menghitung tingkat harga (P) sebagai berikut:

Jadi, tingkat harga (P) adalah 4.

3. Kritikan Golongan Keynesian terhadap Teori Kuantitas Uang

Ekonomi Keynesian mengkritik teori kuantitas uang karena dianggap tidak dapat
menjelaskan hubungan yang kompleks antara penawaran uang, tingkat harga, dan
kegiatan ekonomi. Berikut adalah beberapa kritikan yang diajukan:
1. Tidak Memperhitungkan Pendapatan dan Pengeluaran Sektor Riil: Teori
kuantitas uang lebih berfokus pada hubungan antara penawaran uang dan tingkat harga,
sementara Keynesian menekankan pentingnya pengaruh pendapatan dan pengeluaran
terhadap permintaan agregat dan output ekonomi.
2. Laju Peredaran Uang yang Tidak Stabil: Teori kuantitas uang mengasumsikan
bahwa laju peredaran uang (V) tetap konstan, padahal dalam kenyataannya, laju
peredaran uang bisa berubah tergantung pada kepercayaan masyarakat terhadap
ekonomi atau kebijakan pemerintah.
3. Penawaran Uang dan Pengangguran: Menurut Keynesian, peningkatan
penawaran uang tidak selalu mengarah pada inflasi (kenaikan tingkat harga).
Sebaliknya, dalam situasi resesi atau pengangguran tinggi, tambahan uang bisa
digunakan untuk meningkatkan pengeluaran dan produksi, yang tidak selalu
menyebabkan inflasi.
4. Pentingnya Peran Kebijakan Fiskal: Keynesian percaya bahwa kebijakan fiskal
(pemerintah) memiliki peran lebih besar dalam mendorong permintaan agregat dan
mengatasi ketidakseimbangan ekonomi, terutama dalam situasi dimana kebijakan
moneter (penawaran uang) saja tidak efektif.

4. Macam-Macam Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang digunakan oleh pemerintah untuk


mempengaruhi perekonomian melalui pengaturan pengeluaran dan penerimaan negara.
Ada empat macam kebijakan fiskal yang umum diterapkan:
1. Kebijakan Fiskal Ekspansif: Kebijakan ini dilakukan dengan cara
meningkatkan pengeluaran pemerintah atau mengurangi pajak, yang bertujuan untuk
meningkatkan permintaan agregat, mempercepat pertumbuhan ekonomi, dan
mengurangi pengangguran.
2. Kebijakan Fiskal Kontraktif: Kebijakan ini dilakukan dengan cara
mengurangi pengeluaran pemerintah atau meningkatkan pajak, yang bertujuan untuk
menurunkan inflasi atau mengurangi defisit anggaran pemerintah.
3. Kebijakan Fiskal Progresif: Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan
keadilan distribusi pendapatan melalui sistem pajak yang lebih tinggi bagi mereka yang
berpendapatan lebih besar.
4. Kebijakan Fiskal Regresi: Kebijakan ini mengarah pada pengurangan
pajak untuk golongan pengusaha atau orang kaya, yang bertujuan untuk mendorong
investasi dan menciptakan lapangan kerja, meskipun sering kali dianggap kurang
mendukung pemerataan pendapatan.

5. Kondisi Anggaran Belanja Pemerintah

Anggaran belanja pemerintah dapat dibedakan menjadi tiga kondisi berdasarkan


perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran pemerintah. Ketiga kondisi tersebut
adalah:
1. Anggaran Seimbang (Balanced Budget): Terjadi ketika pendapatan
pemerintah sama dengan pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah tidak
mengalami defisit atau surplus.
2. Anggaran Defisit (Deficit Budget): Terjadi ketika pengeluaran pemerintah
lebih besar daripada pendapatan pemerintah. Dalam kondisi ini, pemerintah harus
membiayai defisit dengan cara meminjam atau menggunakan cadangan dana.
3. Anggaran Surplus (Surplus Budget): Terjadi ketika pendapatan
pemerintah lebih besar daripada pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah
dapat menggunakan surplus untuk menurunkan utang atau melakukan investasi lain.

Anda mungkin juga menyukai