0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
18 tayangan18 halaman

Makalah Hadis Munakahat NURLIA 2

Diunggah oleh

putry annisah
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
18 tayangan18 halaman

Makalah Hadis Munakahat NURLIA 2

Diunggah oleh

putry annisah
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 18

Nasehat Pengantin

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah Hadis-Hadis Munakahat

Disusun Oleh:
Pai 6 Kelompok 9
Nama Nim
Nurlia Hamdayani Munthe 2220100103

Dosen Pengampu:

Muhammad Amin, M.Ag.

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY
PADANGSIDIMPUAN
T.A 2024/2025
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala.


Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Nasehat
Pengantin” dapat kami selesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kami
semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua orang
tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi, dan dosen pembimbing Bapak
Muhammad Amin, M.Ag. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan, atau pun adanya ketidak sesuaian materi yang kami angkat pada makalah
ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari
pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.

Padangsidimpuan, 2 November 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Pengertian Nasihat Pengantin .................................................... 3
B. Pernikahan Kuasa Allah ............................................................ 5
C. Pernikahan Memperoleh keturunan............................................ 7
D. Pernikahan Memepererat TaliKekerabatan………………….....10
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan


manusia, khususnya dalam budaya dan ajaran agama Islam. Dalam Islam,
pernikahan tidak hanya dianggap sebagai bentuk ikatan cinta antara dua
individu tetapi juga sebagai jalan ibadah yang penuh makna. Demi
tercapainya tujuan pernikahan yang sakinah, mawaddah, dan rahmah,
diperlukan persiapan yang matang, salah satunya melalui pemberian
nasehat kepada pengantin. Nasehat pengantin diberikan dengan harapan
agar pasangan suami istri dapat menjalani kehidupan pernikahan dengan
lebih bijaksana, penuh tanggung jawab, dan tetap berpegang teguh pada
nilai-nilai agama.

Nasehat pengantin memiliki berbagai macam bentuk dan jenis,


mulai dari nasehat yang diberikan oleh orang tua, tokoh agama, hingga
nasehat yang berasal dari ajaran Al-Qur’an dan hadis. Setiap jenis nasehat
ini memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda-beda, namun semuanya
mengarah pada terbentuknya keluarga yang harmonis dan diridai Allah.
Pemahaman tentang definisi dan macam-macam nasehat pengantin ini
penting agar setiap pasangan dapat meresapi dan menerapkannya dalam
kehidupan rumah tangga mereka.

Oleh karena itu,nasehat pengantin sangat penting diberikan sebelum


dan setelah akad nikah untuk membantu mempersiapkan pasangan dalam
mengarungi bahtera rumah tangga. Nasehat yang diberikan tidak hanya
membekali mereka dengan nilai-nilai agama, tetapi juga petunjuk praktis
dalam menjalani kehidupan berkeluarga yang penuh kasih sayang, saling
menghormati, dan bertanggung jawab.
1
B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari nasehat pengantin menurut pandangan Islam?


2. Apa Bagaimana pandangan Islam tentang pernikahan sebagai bagian dari
kuasa dan takdir Allah?
3. Apa saja ayat dan hadis yang mendasari keyakinan bahwa pernikahan
merupakan takdir Allah yang mengatur kehidupan manusia?
4. Bagaimana pernikahan dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan definisi nasehat pengantin dalam konteks pernikahan
menurut ajaran Islam.
2. Memahami konsep pernikahan dalam Islam sebagai bagian dari kuasa
dan takdir Allah.
3. Menjelaskan dasar-dasar ajaran Al-Qur’an dan hadis yang menyatakan
pernikahan sebagai takdir Allah.
4. Menganalisis bagaimana pernikahan dapat meningkatkan kedekatan
umat dengan Allah, serta kebahagiaan yang diperoleh dalam menjalani
kehidupan pernikahan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nasehat Pengantin

1. Pengertian Nasehat
Pengertian “Nasehat” berasal dari bahasa Arab “nashaha,” yang
berarti memberikan petunjuk atau saran yang baik. Dalam konteks
kehidupan sehari-hari, nasehat adalah ungkapan atau pesan yang diberikan
kepada seseorang sebagai panduan agar ia dapat menjalani hidup lebih baik.
Nasehat bertujuan untuk mengarahkan, memperbaiki, atau memperkuat
keyakinan seseorang dalam menghadapi kehidupan atau dalam membuat
keputusan yang penting.

Menurut Zakiyah Darajat nasehat adalah upaya memberikan


panduan moral dan spiritual kepada seseorang agar ia memiliki sikap yang
lebih baik dalam menghadapi persoalan hidup. Darajat menjelaskan bahwa
nasehat bukan sekadar petunjuk praktis, melainkan dorongan moral yang
disampaikan dengan tujuan memperkuat nilai-nilai kebaikan dalam diri
seseorang. Dengan demikian, nasehat mengandung pesan positif yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup seseorang. 1

2. Pengertian Pengantin

Dalam budaya Indonesia, “pengantin” mengacu pada pasangan yang


baru menikah atau akan menikah. Pengantin melambangkan dua individu
yang telah berkomitmen untuk hidup bersama sebagai suami dan istri.
Pernikahan dan status sebagai pengantin adalah momen sakral yang penuh
harapan, di mana dua insan akan memulai perjalanan.

1
Zakiyah Darajat, Psikologi Agama: Pendekatan Islam dalam Mengatasi Masalah Kejiwaan
(Jakarta: PT Bina Aksara, 2015), 45.
3
Pengantin adalah simbol dari sebuah fase kehidupan baru yang diisi
oleh tanggung jawab dan peran masing-masing dalam membina rumah
tangga. Darajat menekankan bahwa pernikahan adalah sebuah ikatan suci
yang tidak hanya menyatukan dua individu, tetapi juga menyatukan dua
keluarga dalam hubungan yang diharapkan harmonis. Pengantin diharapkan
memiliki kesadaran penuh akan peran dan tanggung jawab mereka, karena
pernikahan bukan hanya tentang kebahagiaan pribadi, tetapi juga tentang
menjalankan peran sosial yang lebih luas.

2. Pengertian Nasehat Pengantin

Nasehat pengantin mengacu pada pesan atau saran yang diberikan


kepada pasangan yang baru menikah atau yang akan menikah. Dalam
budaya Islam, nasehat pengantin sering kali mengandung ajaran-ajaran
untuk membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Nasehat pengantin umumnya diberikan oleh orang tua, guru, atau pemuka
agama untuk mempersiapkan pasangan dalam menghadapi dinamika
kehidupan rumah tangga.

Nasehat pengantin adalah panduan yang mencakup nilai-nilai moral


dan ajaran agama yang bertujuan untuk membekali pasangan baru dalam
menjalani kehidupan pernikahan yang harmonis dan penuh kasih sayang.
Nasehat pengantin berfungsi sebagai pedoman agar kedua belah pihak dapat
memahami peran dan tanggung jawab masing-masing, menjaga komunikasi
yang baik, serta saling mendukung dalam menghadapi segala ujian dalam
pernikahan.

4
B. Pernikahan Sebagai Kuasa Allah

Pernikahan dalam Islam bukanlah sekadar ikatan antara dua


individu, tetapi merupakan salah satu bentuk dari kuasa dan takdir Allah.
Pernikahan adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT, yang
memiliki banyak dimensi spiritual, sosial, dan emosional. Semua aspek
kehidupan dalam pernikahan, mulai dari proses bertemu dengan pasangan
hingga menjalani kehidupan bersama, adalah bagian dari kehendak dan
takdir Allah yang mengatur segalanya. 2

 Perspektif Al-Qur’an tentang Pernikahan


Al-Qur’an memandang pernikahan sebagai sesuatu yang sangat
mulia dan merupakan tanda kebesaran Allah. Dalam QS. Ar-Rum: 21,
Allah berfirman:
ً‫سكُنُ ٓو ۟ا إِلَ ْي َها َو َجعَ َل بَ ْينَكُم َّم َو َّدة‬
ْ َ ‫سكُ ْم أ َ ْز َوا ًجا ِِّلت‬
ِ ُ‫َومِ نْ َءايَاتِ ِه أَنْ َخلَقَ لَكُم ِِّمنْ أَنف‬
ٍ ‫َو َرحْ َمةً ۚ إِنَّ فِى َٰذَ ِلكَ َل َءايَ َٰـ‬
َ‫ت ِِّلقَ ْو ٍم يَتَفَ َّك ُرون‬

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia


menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu
merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan pasangan hidup
sebagai tanda kebesaran-Nya. Dengan kata lain, pernikahan adalah
kehendak Allah yang mengatur takdir hidup setiap hamba-Nya. Kehidupan
berumah tangga yang dibangun atas dasar kasih sayang dan saling
menghormati adalah bentuk kuasa Allah yang membimbing umat-Nya
menuju kedamaian dalam hidup berkeluarga.

2
Muhammad Rasyid, Pernikahan dalam Perspektif Islam (Bandung: Penerbit Al-Ma’arif, 2010),
hal. 115
5
 Hadis yang Menegaskan Kuasa Allah dalam Pernikahan

Hadis Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan tentang betapa


pernikahan adalah takdir yang diberikan oleh Allah. Dalam sebuah hadis
Nabi Muhammad SAW bersabda:

‫ و ت ََز َّو ُجوا ؛ فإني ُمكَاث ٌِر ِبكُ ُم األ ُ َم َم‬، ‫ليس ِمنِِّي‬
َ َ‫ح من سُنَّتِي ف َمنْ ل ْم يَ ْع َم ْل ِبسُنَّتِي ف‬
ُ ‫النِِّكَا‬

“Menikah adalah sunnahku, barangsiapa yang tidak mengamalkan


sunnahku, bukan bagian dariku. Maka menikahlah kalian, karena aku
bangga dengan banyaknya umatku (di hari kiamat) (HR. Ibnu Majah no.
1846, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 2383).
Hadis ini menunjukkan bahwa pernikahan adalah salah satu sarana
untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Pernikahan adalah
bagian dari takdir Allah yang tidak hanya membawa kebahagiaan bagi
pasangan, tetapi juga menjadi amalan yang dapat dibanggakan di hadapan
Allah di akhirat nanti.

 Pernikahan sebagai Kuasa Allah

Pernikahan sebagai kuasa Allah tidak hanya terbatas pada


penciptaan pasangan hidup, tetapi juga mencakup segala proses yang
terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Allah yang Maha Mengetahui
segala sesuatu, menciptakan pasangan yang akan saling melengkapi dan
menjadi teman hidup untuk setiap hamba-Nya. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam QS. An-Nur: 32:

۟ ُ‫ص ٰـلِحِ ينَ م ِْن ِعبَا ِدكُ ْم َوإِ َماءِ كُ ْم ۚ إِن يَكُون‬
ْ ُ‫وا فُ َق َرآ َء يُ ْغنِ ِه ُم ٱ َّّلل‬
‫مِن‬ ۟ ‫َوأ َ ْن ِك ُح‬
َّ ‫وا ٱ ْْلَيَ ٰـ َم ٰى ِم ْنكُ ْم َوال‬
َ ‫فَضْ ِل ِهۦ ۚ َوٱ َّّللُ َوا ِس ٌع‬
‫علِي ٌم‬

6
Artinya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara
kamu, dan orang-orang yang saleh di antara hamba-hamba kamu yang
laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi
kecukupan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya), Maha Mengetahui.”

Pernikahan juga merupakan bagian dari bentuk pengaturan Allah


terhadap kehidupan manusia, di mana setiap individu diberikan pasangan
yang terbaik sesuai dengan takdir-Nya. Dalam hal ini, seseorang tidak perlu
merasa khawatir atau ragu mengenai pasangan hidupnya karena semua itu
adalah bagian dari takdir Allah yang sudah ditentukan sebelumnya.

C. Pernikahan dalam Islam sebagai Sarana untuk Memperoleh Keturunan

Pernikahan dalam Islam tidak hanya dipandang sebagai ikatan antara


dua individu, tetapi juga sebagai jalan untuk memperoleh keturunan yang
sah, yang merupakan salah satu berkah terbesar dalam kehidupan. Dalam
ajaran Islam, keturunan adalah hal yang sangat dihargai dan dianggap
sebagai salah satu tujuan utama dari pernikahan. Menurut Al-Qur’an dan
Hadis, pernikahan merupakan sarana yang penting untuk melanjutkan
keturunan, karena anak-anak dianggap sebagai amanah dari Allah SWT
yang harus dididik dengan baik.
 Pentingnya Keturunan dalam Islam3
Dalam Islam, keturunan adalah anugerah Allah yang sangat
berharga. Salah satu tujuan utama dari pernikahan adalah untuk
mendapatkan keturunan yang sah dan berkualitas. Hal ini tercermin dalam
beberapa ayat Al-Qur’an yang menegaskan bahwa Allah menciptakan
manusia untuk memiliki keturunan melalui pernikahan yang sah. Dalam
Surah Al-Furqan: 74, Allah berfirman:

3
Daryatno, Pernikahan dalam Perspektif Islam: Keluarga dan Kehidupan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 91.
7
ْ َ ‫اجنَا َوذ ُ ِ ِّريَّتِنَا قُ َّرتَ أ‬
‫عيُ ٍۢ ٍن َوٱ ْجعَلْنَا لِ ْل ُمتَّقِينَ إِ َما ًما‬ ِ ‫َوٱلَّذِي َن يَقُولُونَ َربَّنَا ه َْب لَنَا ِمنْ أ َ ْز َو‬
Artinya: “Dan orang-orang yang berkata: ‘Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami bagi orang-orang yang
bertakwa sebagai pemimpin.” (QS. Al-Furqan: 74)

Ayat ini menunjukkan bahwa keturunan yang baik adalah dambaan


setiap pasangan suami istri dalam Islam. Keturunan yang berakhlak mulia
dan bertakwa menjadi harapan utama, sehingga pernikahan di dalam Islam
tidak hanya untuk memperoleh keturunan secara fisik, tetapi juga keturunan
yang mendalam nilai-nilai agama dan moralnya.

 Keturunan sebagai Berkah dan Ujian dari Allah4


Islam mengajarkan bahwa keturunan adalah berkah dari Allah yang
harus disyukuri. Namun, keturunan juga bisa menjadi ujian bagi orang tua.
Dalam hal ini, Islam menekankan bahwa anak-anak harus dijaga, dididik,
dan dibesarkan dengan baik agar mereka tumbuh menjadi individu yang
berguna bagi agama, bangsa, dan negara. Allah SWT berfirman dalam
Surah At-Tahrim: 6:

ٌ‫علَ ْي َها َم ََلئِكَة‬ ً َ‫سكُ ْم َوأ َ ْهلِيكُ ْم ن‬


ُ َّ‫ارا َوقُو ُدهَا الن‬
َ ۚ ُ‫اس َوٱ ْلحِ َجا َرة‬ ۟ ُ ‫َٰيَٓأَيُّ َها الَّذِي َن آ َمن‬
َ ُ‫وا ق ُ ٓو ۟ا أَنف‬
‫صونَ ٱ َّّللَ َما ٓ أ َ َم َرهُ ْم َويَ ْفعَلُونَ َما يُ ْؤ َم ُرو َن‬ ِ ٌ‫غ ََِلظ‬
ُ ‫شدَا ٌد ََّّل يَ ْع‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu, yang dijaga oleh malaikat-malaikat yang keras dan kasar, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
Ayat ini mengingatkan bahwa memiliki anak adalah amanah dan

4
Ibid,hal,.96.
8
tanggung jawab yang besar. Orang tua harus menjaga anak-anak mereka
dengan baik agar tidak hanya memiliki kehidupan dunia yang baik, tetapi
juga kehidupan akhirat yang selamat. Anak-anak yang lahir dari pernikahan
yang sah adalah penerus perjuangan orang tua, dan mereka harus diberikan
pendidikan yang tepat agar dapat membawa kebaikan bagi umat manusia.

 Hadis tentang Keturunan


Selain Al-Qur’an, Hadis juga mengajarkan bahwa keturunan yang
baik merupakan berkah dan bagian penting dari pernikahan. Dalam sebuah
hadis riwayat Al-Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:

۟ ُ ‫وا فَإِنَّ َما ت ُ ْط ِلق‬


‫وا فِي َحيَاتِكُ ْم‬ ۟ ُ ‫وا َو ََّل ت ُ ْط ِلق‬
۟ ‫ت ََز َّو ُج‬
Artinya: “Nikahilah dan janganlah kalian menceraikan, karena
pernikahan itu adalah bagian dari kehidupan kalian.” (HR. Al-Bukhari)
Hadis ini mengingatkan umat Islam tentang pentingnya pernikahan
sebagai jalan untuk memperoleh keturunan. Pernikahan bukan hanya untuk
keduanya saja, tetapi juga untuk menciptakan generasi yang dapat
membawa manfaat bagi umat Islam. Oleh karena itu, keturunan yang sah
yang dilahirkan melalui pernikahan yang sah adalah bagian dari upaya
menjaga kesinambungan umat dan membangun generasi yang bertakwa.

 Mengelola Keturunan dalam Islam

Islam sangat menekankan pengelolaan keturunan melalui


pendidikan yang baik. Selain memberikan perhatian pada aspek fisik dan
materi, orang tua juga harus memberikan perhatian yang lebih kepada
pendidikan agama dan moral anak-anak mereka. Dalam hal ini, pernikahan
menjadi sarana yang sangat penting untuk membentuk keluarga yang tidak
hanya berkembang dalam aspek duniawi, tetapi juga memiliki keturunan
yang mampu membawa kebaikan bagi masyarakat.
9
Pernikahan memiliki tujuan yang mulia, yaitu untuk mendapatkan
keturunan yang tidak hanya dapat diandalkan dalam kehidupan dunia, tetapi
juga di akhirat. Hal ini dapat dicapai dengan mendidik anak-anak dengan
prinsip-prinsip Islam yang kuat, memberikan kasih sayang, dan menjadi
teladan yang baik bagi mereka. Selain itu, orang tua juga harus menjaga agar
keturunan mereka berkembang dengan cara yang baik, baik dalam aspek
spiritual maupun sosial.

D. Pernikahan sebagai Sarana Mempererat Tali Kekerabatan

Pernikahan dalam Islam bukan hanya menyatukan dua individu,


tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat tali kekerabatan antar
keluarga. Islam sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan baik
dengan keluarga, terutama dengan kerabat dekat seperti orang tua, saudara,
dan keluarga besar lainnya. Melalui pernikahan, hubungan antar keluarga
yang terjalin bisa saling mendukung dan menguatkan satu sama lain, yang
akhirnya memperkokoh ikatan sosial di dalam masyarakat. Pernikahan
dapat membentuk jejaring sosial yang lebih luas dan mempererat hubungan
antar keluarga besar yang sebelumnya mungkin tidak saling mengenal
secara dekat.

 Mempererat Kekerabatan Melalui Pernikahan

Pernikahan dapat menciptakan hubungan yang lebih erat antara


keluarga pengantin pria dan wanita. Dalam ajaran Islam, menjaga hubungan
baik dengan keluarga besar merupakan kewajiban. Ketika dua individu
menikah, pernikahan tersebut bukan hanya sekadar hubungan antara dua
orang, tetapi juga menjadi jembatan yang menghubungkan dua keluarga
besar. Hal ini dapat dilihat dalam kebiasaan masyarakat Muslim di seluruh

10
dunia yang melibatkan kedua keluarga dalam berbagai aspek pernikahan,
mulai dari acara pertunangan hingga resepsi pernikahan. 5

Sebagai contoh, dalam banyak budaya Islam, setelah menikah,


pasangan pengantin tidak hanya membina hubungan dengan pasangan
mereka tetapi juga dengan orang tua dan keluarga besar masing-masing. Ini
menjadi kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain dan mempererat
tali silaturahmi antar keluarga besar. Keluarga besar akan saling membantu
dalam berbagai hal, baik secara material maupun moral, yang memperkuat
hubungan sosial mereka.

Dalam Surah An-Nisa: 1, Allah SWT menekankan pentingnya


menjaga silaturahmi antar keluarga dengan berkata:

‫علَ ْيكُ ْم َرقِيبًا‬ َ َّ ‫سا ٓ َءلُونَ بِ ِهۦ َوٱ ْأل َ ْر َحا َم ۚ إِ َّن ٱ‬
َ ‫ّلل كَا َن‬ َ َ ‫ّلل ٱلَّذِى ت‬ ۟ ُ‫َوٱتَّق‬
َ َّ ‫وا ٱ‬
Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya
kalian saling meminta (tolong) dan peliharalah hubungan silaturahmi.
Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kalian.” (QS. An-Nisa: 1)
Ayat ini mengingatkan umat Islam untuk menjaga hubungan baik
dengan keluarga, dan pernikahan adalah salah satu cara untuk memperkuat
hubungan silaturahmi tersebut. Melalui pernikahan, dua keluarga yang
berbeda bisa menjadi satu kesatuan yang saling mendukung dan membantu
satu sama lain.
 Meningkatkan Kerja Sama dan Solidaritas Antar Keluarga
Pernikahan juga berfungsi untuk meningkatkan kerjasama antara
keluarga besar. Misalnya, setelah pernikahan, sering kali keluarga pengantin
wanita dan pria saling berkunjung dan memberikan dukungan dalam
berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, dan spiritual. Kerjasama

5
Muhammad Zainal Abidin, Pernikahan dalam Perspektif Islam (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2015), hal. 98.

11
ini menciptakan rasa solidaritas yang kuat di antara keluarga besar dan
masyarakat secara umum.

Solidaritas yang terbentuk melalui pernikahan tidak hanya terbatas


pada perayaan atau acara pernikahan itu sendiri, tetapi juga dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, apabila salah satu keluarga
mengalami kesulitan atau kebutuhan tertentu, keluarga lainnya akan siap
memberikan bantuan, baik secara material maupun moral. Hal ini
merupakan implementasi nyata dari ajaran Islam yang menekankan
pentingnya tolong-menolong dan menjaga ukhuwah (persaudaraan) dalam
masyarakat.
Islam memandang pentingnya tali persaudaraan dalam konteks
pernikahan, di mana dua keluarga menjadi satu kesatuan yang lebih kuat dan
saling mendukung. Sebagai contoh, Rasulullah SAW bersabda dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

َ ُ ‫َمنْ ََّل يَ ْر َح ُم ََّل يُ ْر َح ُم َو َمنْ ََّل ي ُ ِص ُل ََّل ي‬


‫ص ُّل‬
Artinya: “Barang siapa yang tidak memberi rahmat, maka ia tidak
akan diberikan rahmat, dan barang siapa yang tidak menyambung tali
silaturahmi, maka ia tidak akan disambung.” (HR. Al-Bukhari)

Hadis ini menekankan bahwa menjaga hubungan baik antar keluarga


adalah hal yang sangat dihargai dalam Islam. Silaturahmi yang terjalin
melalui pernikahan mempererat hubungan antar keluarga besar dan
memastikan bahwa hubungan sosial dalam masyarakat tetap terjaga dengan
baik.
 Tanggung Jawab Sosial dan Keluarga

Pernikahan juga mempererat tali kekerabatan dalam konteks sosial


yang lebih luas. Dengan adanya pernikahan, seseorang akan lebih dekat

12
dengan keluarga pasangan dan dapat meningkatkan ikatan sosial di
masyarakat. Melalui pernikahan, seseorang tidak hanya mendapatkan
pasangan hidup, tetapi juga memperluas jaringan keluarga yang dapat saling
memberikan dukungan dalam kehidupan sosial. Ini adalah bagian dari
kewajiban sosial yang harus dipelihara oleh setiap Muslim.
Dalam sebuah buku yang membahas mengenai pernikahan dalam
Islam, dijelaskan bahwa keluarga besar yang terbentuk setelah pernikahan
dapat berfungsi sebagai sistem pendukung yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan mempererat tali kekerabatan, individu yang menikah
tidak hanya memperoleh dukungan emosional dan moral dari keluarga
mereka, tetapi juga berperan aktif dalam kehidupan sosial yang lebih besar.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

pernikahan dalam Islam adalah wujud dari kehendak dan kuasa


Allah yang mengatur manusia untuk hidup berpasang-pasangan.
Pernikahan bukan hanya sekadar ikatan fisik, tetapi juga spiritual, yang
diatur oleh Allah sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya.
Sebagai sebuah ikatan yang diberkahi, pernikahan memberikan rasa
ketenangan, kedamaian, dan perlindungan bagi pasangan yang
menjalaninya, sehingga dapat saling mendukung dalam menjalani
kehidupan dan memenuhi tanggung jawab sesuai ajaran agama.
Lebih dari itu, pernikahan juga memiliki fungsi penting dalam
melanjutkan keturunan dan mempererat tali kekerabatan. Melalui
pernikahan, pasangan dianugerahi keturunan yang merupakan amanah
untuk dibimbing dalam kebaikan dan ketakwaan. Selain itu, pernikahan
memperluas hubungan antar keluarga besar, mengikat kedua keluarga
dalam hubungan kekeluargaan yang lebih kokoh. Pernikahan sebagai
lembaga sosial, spiritual, dan biologis ini berperan penting dalam
menciptakan kesejahteraan tidak hanya bagi pasangan dan keturunannya,
tetapi juga bagi masyarakat luas. Dengan memahami pernikahan sebagai
amanah dan anugerah, diharapkan para pengantin mampu menjalaninya
dengan penuh tanggung jawab, ketulusan, dan harapan akan keberkahan
dari Allah.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan. Untuk itu kami meminta kritik dan saran
yang membangun dari rekan-rekan sekalian.
14
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Muhammad Zainal. Pernikahan dalam Perspektif Islam. Jakarta:


Pustaka Al-Kautsar, 2015.
Darajat, Zakiyah. Psikologi Agama: Pendekatan Islam dalam Mengatasi
Masalah Kejiwaan. Jakarta: PT Bina Aksara, 2015.
Daryatno, Pernikahan dalam Perspektif Islam: Keluarga dan Kehidupan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Rasyid, Muhammad. Pernikahan dalam Perspektif Islam. Bandung:
Penerbit Al-Ma’arif, 2010.

15

Anda mungkin juga menyukai