Jurnal Pembelajaranku:
Prinsip Pengajaran dan Asesmen dalam PPG Dalam Jabatan
Nama : Sumarni, S.Pd
Nomor Peserta : 201699684491
Tuliskan hasil refleksi pengalaman yang paling bermakna versi Anda untuk diunggah di
Jurnal Pembelajaran.
Hasil Refleksi Pengalaman yang Paling Bermakna:
Perjalanan Menuju Menjadi Seorang Guru
Sebagai seseorang yang memiliki minat besar dalam dunia pendidikan dan bercita-cita
menjadi seorang guru, saya menyadari bahwa setiap pengalaman yang saya jalani
selama ini memberi kontribusi penting bagi pengembangan diri saya. Namun, ada satu
pengalaman yang sangat bermakna dan memberikan momen AHA yang mendalam,
yang menguatkan tujuan dan nilai-nilai saya sebagai seorang pendidik.
Pengalaman tersebut terjadi ketika saya melakukan praktik mengajar di sebuah sekolah
dasar. Pada hari pertama, saya terjun langsung ke dalam kelas yang penuh dengan siswa
yang bersemangat, tetapi saya juga merasakan kegugupan yang menggelayuti hati saya.
Saat saya mulai mengajar pelajaran matematika, saya menyadari bahwa tidak semua
siswa dapat dengan mudah memahami konsep yang saya ajarkan. Beberapa dari mereka
terlihat bingung dan kehilangan fokus.
Di situlah momen AHA itu terjadi. Saya menyadari bahwa metode pengajaran tradisional
yang saya gunakan tidak cukup efektif untuk semua siswa. Alih-alih merasa frustrasi,
saya memutuskan untuk beradaptasi. Saya mulai menggunakan pendekatan yang lebih
interaktif dan melibatkan siswa dalam diskusi. Saya juga mengonversi materi
matematika menjadi permainan sederhana yang menyenangkan. Melalui aktivitas
tersebut, saya melihat mata mereka berbinar, dan suasana kelas yang awalnya tegang
berubah menjadi penuh keceriaan.
Momen ini tidak hanya menunjukkan kepada saya pentingnya fleksibilitas dalam
mengajar, tetapi juga mengingatkan saya akan nilai-nilai pribadi saya sebagai pendidik.
Saya percaya bahwa pendidikan bukan hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi
juga tentang menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana setiap siswa merasa
diperhatikan dan dihargai. Saya berkomitmen untuk menggali potensi unik setiap siswa,
menghargai perbedaan, dan memastikan bahwa mereka merasa aman untuk belajar.
Setelah pengalaman itu, saya menjadi lebih berfokus pada pengembangan metode
pengajaran yang berpusat pada siswa. Saya mulai mencari cara-cara kreatif untuk
memfasilitasi pembelajaran yang aktif dan kolaboratif. Selain itu, saya menyadari betapa
pentingnya membangun hubungan yang kuat dengan siswa, sehingga mereka merasa
nyaman untuk berbagi kesulitan yang mereka hadapi dalam pembelajaran.
Melalui refleksi ini, saya semakin yakin pada tujuan saya untuk menjadi guru yang tidak
hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan memberikan
inspirasi kepada generasi mendatang. Pengalaman tersebut telah menguatkan niat saya
untuk terus belajar dan berkembang sebagai pendidik yang baik dan berpengaruh.
Secara keseluruhan, pengalaman ini menjadi titik tolak dalam perjalanan saya menuju
dunia pendidikan. Saya percaya bahwa setiap momen, baik suka maupun duka, memiliki
pelajaran berharga yang dapat membentuk diri kita, dan saya bersyukur telah
menemukan jalan saya dalam menjadi guru.
Jurnal Pembelajaranku:
Prinsip Pengajaran dan Asesmen dalam PPG Dalam Jabatan
Nama : Sumarni, S.Pd
Nomor Peserta : 201699684491
Bagaimana Anda memandang pentingnya kecerdasan emosional dalam kehidupan sehari-
hari?
Bacalah teks berikut (Bacaan 1) lalu lakukan refleksi dengan menjawab pertanyaan ini.
Bapak/Ibu tidak perlu menuliskan jawabannya. Cukup Bapak/Ibu pikirkan dan refleksikan.
1. Apa pandangan Bapak/Ibu terkait dengan tulisan di atas? Setujukah dengan apa yang
disampaikan artikel tersebut? jelaskan jawaban Anda.
2. Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan keterampilan sosial emosional?
3. Dapatkah Bapak/Ibu mengingat saat ketika Bapak/Ibu menghadapi situasi yang menantang
(misalnya saat Bapak/Ibu menghadapi kemunduran atau kegagalan dalam hidup) bagaimana
Bapak/Ibu bangkit dari situasi tersebut? Apa yang Bapak/Ibu pelajari dari pengalaman itu?
4. Menurut Bapak/Ibu apakah hubungan kita dengan keluarga, rekan sejawat, peserta didik dan
orangtuanya dipengaruhi oleh keterampilan sosial dan emosional? Jelaskan jawaban
Bapak/Ibu.
JAWABAN :
1. Tulisan yang di sajikan mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh anak-anak selama
pandemi, terutama bagi Refaldo yang merindukan pengalaman bersekolah dan interaksi
dengan teman-temannya. Saya setuju dengan apa yang disampaikan dalam artikel
tersebut karena pandemi telah berdampak besar pada pendidikan dan perkembangan
sosial anak-anak. Kegiatan belajar yang terputus akibat penutupan sekolah
menyebabkan kurangnya interaksi sosial yang penting untuk perkembangan emosional
dan keterampilan sosial mereka. Selain itu, perundungan di sekolah juga menjadi
masalah yang perlu diatasi agar anak-anak merasa aman dan nyaman dalam lingkungan
belajar.
2. Keterampilan sosial emosional merujuk pada kemampuan individu untuk memahami
dan mengelola emosi mereka sendiri serta berinteraksi positif dengan orang lain. Ini
meliputi kemampuan untuk berempati, mengatasi konflik, bekerja sama dengan orang
lain, dan mengelola tekanan atau stres. Keterampilan ini sangat penting, terutama
dalam konteks pembelajaran, dimana anak-anak harus dapat berkomunikasi,
berkolaborasi, dan menghadapi tantangan bersama.
3. Mengenai pengalaman pribadi menghadapi situasi yang menantang, saya bisa
membayangkan situasi di mana seseorang mungkin mengalami kegagalan dalam
mencapai tujuan tertentu, seperti ujian yang tidak berhasil atau proyek yang tidak
berjalan sesuai rencana. Dalam menghadapi situasi seperti itu, penting untuk refleksi
dan memahami penyebab kegagalan. Dari pengalaman tersebut, kita bisa belajar untuk
lebih resilien, menerima kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran, dan
mencari cara-cara baru untuk beradaptasi dan memperbaiki diri. Pengalaman ini sering
kali mengajarkan kita pentingnya ketekunan dan sikap positif dalam menghadapi
tantangan.
4. Hubungan kita dengan keluarga, rekan sejawat, peserta didik, dan orang tua sangat
dipengaruhi oleh keterampilan sosial emosional. Keterampilan ini memungkinkan kita
untuk membangun komunikasi yang efektif, menciptakan empati, dan membangun
kepercayaan. Misalnya, dalam konteks pendidikan, guru yang memiliki keterampilan
sosial emosional yang baik dapat lebih mudah memahami kebutuhan peserta didik dan
menciptakan lingkungan belajar yang positif. Begitu pula, anak-anak yang
mengembangkan keterampilan ini dapat lebih baik dalam menjalin hubungan baik
dengan teman-temannya, yang pada gilirannya akan mendukung proses belajar mereka.
Keterampilan sosial emosional menjadi landasan penting dalam membangun hubungan
yang sehat dan produktif dalam berbagai konteks.
Jurnal Pembelajaranku:
Prinsip Pengajaran dan Asesmen dalam PPG Dalam Jabatan
Nama : Sumarni, S.Pd
Nomor Peserta : 201699684491
Refleksi Video Pertama
Video pertama mengangkat tema sikap terbuka dan rasa ingin tahu sebagai semangat untuk
bertumbuh. Hal ini sangat penting dalam konteks pendidikan karena sikap terbuka mendorong siswa
untuk mengeksplorasi ide-ide baru, berani bertanya, dan mencari pemahaman yang lebih dalam.
Dengan mengedepankan pentingnya kompetensi sosial emosional, video ini menyoroti perjalanan
seorang guru dalam membentuk lingkungan belajar yang inklusif.
Saya teringat bahwa mendidik pikiran tanpa mendidik hati hanyalah setengah dari tugas seorang
pendidik. Pendidikan yang komprehensif harus melibatkan pengembangan karakter dan empati, di
mana siswa tidak hanya diajarkan apa yang benar secara akademis, tetapi juga diajarkan bagaimana
berinteraksi dengan sesama manusia dan memahami perasaan orang lain.
Wawasan Baru dari Video Pertama
1. Kedalaman Proses Pembelajaran: Pentingnya refleksi dan diskusi dalam pembelajaran
menunjukkan bahwa proses belajar harus melibatkan interaksi sosial yang mendalam, tidak
hanya sekadar transfer pengetahuan.
2. Peran Guru sebagai Fasilitator Emosional: Guru perlu menjadi pendukung dalam
mengenali dan mengelola emosi siswa, sehingga dapat menciptakan iklim klasikal yang
aman dan mendukung perkembangan sosial emosional.
Refleksi Video Kedua
Video kedua berfokus pada keterampilan manajemen emosi, empati, pemecahan masalah, dan
tanggung jawab. Konsep ini sangat berkaitan dengan pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan.
Manajemen emosi adalah keterampilan penting yang perlu diajarkan kepada siswa untuk membantu
mereka menghadapi tantangan sehari-hari dan berinteraksi dengan lebih baik. Empati, di sisi lain,
memungkinkan siswa untuk memahami dan merespons perasaan orang lain, sehingga menciptakan
masyarakat yang lebih harmonis.
Pemecahan masalah dan tanggung jawab adalah aspek penting yang memastikan siswa tidak hanya
menjadi penerima informasi, tetapi juga aktif mengambil bagian dalam pencarian solusi dan
berkomitmen terhadap tindakan mereka sendiri. Hal ini membekali siswa dengan kemampuan untuk
menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab di masa depan.
Wawasan Baru dari Video Kedua
1. Integrasi Keterampilan dalam Kurikulum: Mengajarkan keterampilan manajemen emosi,
empati, pemecahan masalah, dan tanggung jawab harus diintegrasikan ke dalam kurikulum
pendidikan. Keterampilan ini mendukung siswa dalam menjalani kehidupan sehari-hari
dengan lebih baik.
2. Komunitas Pembelajar: Proses belajar tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga di luar
kelas. Dengan mengembangkan keterampilan sosial emosional, siswa dapat membangun
komunitas yang mendukung satu sama lain dalam pertumbuhan pribadi dan akademis.
Kesimpulan
Dari kedua video tersebut, saya menyadari bahwa pendidikan yang berkualitas harus
menggabungkan pengajaran kognitif dan emosional. Ketika guru mampu mengembangkan sikap
terbuka dan rasa ingin tahu dalam diri siswa, serta mengajarkan keterampilan seperti manajemen
emosi, empati, pemecahan masalah, dan tanggung jawab, maka kita akan menciptakan generasi
yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas dan empati yang tinggi.
Jurnal Pembelajaranku:
Prinsip Pengajaran dan Asesmen dalam PPG Dalam Jabatan
Nama : Sumarni, S.Pd
Nomor Peserta : 201699684491
Setelah membaca artikel, Bapak/Ibu kami persilakan membaca Kisah Steve Jobs
berikut ini (Bacaan 2) dan kemudian jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Apa tantangan yang dihadapi oleh orang-orang yang dikisahkan tersebut?
2. Apakah menurut Bapak/Ibu orang-orang yang dikisahkan tersebut memiliki keterampilan
sosial emosional? Mengapa Bapak/Ibu berpendapat demikian? Apakah menurut
Bapak/Ibu orang-orang yang dikisahkan tersebut memiliki keterampilan sosial
emosional? Mengapa Bapak/Ibu berpendapat demikian?
3. Apa yang mungkin bisa terjadi jika mereka tidak memiliki keterampilan tersebut?
4. Menurut Bapak/Ibu, apakah keterampilan sosial emosional tersebut penting untuk
ditumbuhkan juga pada diri murid-murid Bapak/Ibu? Mengapa?
5. Jika dikaitkan dengan konteks pendidik, apakah penting seorang guru memiliki
keterampilan sosial emosional? Mengapa?
(Geser ke kanan untuk melanjutkan ke halaman terakhir)
JAWABAN SAYA
1. Tantangan yang Dihadapi
Orang-orang yang dikisahkan dalam cerita ini, termasuk Ochi, menghadapi berbagai tantangan,
seperti:
1. Kendala Bahasa dan Kurang Percaya Diri: Ochi awalnya mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi dan berpartisipasi di kelas, hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan
keterbatasan dalam mengungkapkan pendapat secara verbal.
2. Perundungan: Walaupun Ochi tidak mengalami perundungan secara langsung, ia menyadari
adanya masalah kekerasan di sekolah dan merasa perlu untuk bertindak dalam mengatasi isu
ini.
3. Pandemi COVID-19: Penutupan sekolah akibat pandemi menjadi tantangan tersendiri,
namun Ochi dan teman-temannya tetap berusaha menyebarkan pesan positif.
4. Harapan untuk Perubahan: Ochi ingin membawa perubahan di sekolah barunya, meskipun
ada kemungkinan perundungan akan lebih sering terjadi di tingkat SMA.
2. Keterampilan Sosial Emosional
Ya, orang-orang yang dikisahkan memiliki keterampilan sosial emosional yang berkembang. Ochi,
misalnya, menunjukkan:
1. Manajemen Emosi: Ochi belajar untuk mengatasi rasa malu dan gugupnya, menciptakan
rasa percaya diri yang lebih besar dalam dirinya.
2. Empati: Melalui program Roots, Ochi belajar untuk memahami perasaan orang lain dan
berusaha mengatasi perundungan dengan cara yang positif.
3. Kemampuan Berkomunikasi: Ia menjadi lebih aktif dan terbuka untuk berbagi pemikiran
dan perasaannya di kelas dan di sekitar teman-temannya.
4. Kepemimpinan: Ochi mampu mendorong teman-temannya untuk menghentikan
perundungan, menunjukkan kemampuan untuk menjadi agen perubahan.
3. Dampak jika Tidak Mempunyai Keterampilan Sosial Emosional
Jika Ochi dan teman-temannya tidak memiliki keterampilan sosial emosional, beberapa hal mungkin
terjadi:
1. Terus Terjebak dalam Rasa Malu dan Ketidakpercayaan Diri: Tanpa keterampilan ini, Ochi
mungkin tidak pernah berani berbicara atau berupaya untuk berpartisipasi dalam kegiatan
sosial.
2. Perundungan Berlanjut: Tanpa pemahaman dan kemampuan untuk berempati,
perundungan dapat terus terjadi tanpa adanya intervensi atau perubahan perilaku dari siswa.
3. Kekurangan Dukungan: Tanpa komunitas yang mendukung, baik dari teman sebaya
maupun dari guru, siswa mungkin merasa terasing dan kurang percaya diri.
4. Pentingnya Keterampilan Sosial Emosional untuk Murid
Keterampilan sosial emosional sangat penting untuk ditumbuhkan pada diri murid, karena:
1. Mengembangkan Karakter: Keterampilan ini membantu siswa menjadi individu yang lebih
empatik, bertanggung jawab, dan mampu berinteraksi dengan baik dalam masyarakat.
2. Mendukung Prestasi Akademis: Siswa yang memiliki keterampilan sosial emosional
cenderung lebih berhasil secara akademis karena mampu bekerja sama dengan baik dalam
kelompok dan mengelola stres.
3. Mencegah Kekerasan: Dengan meningkatkan empati dan kesadaran sosial, siswa dapat
lebih cepat mengenali dan mencegah tindakan perundungan di lingkungan mereka.
5. Pentingnya Keterampilan Sosial Emosional untuk Guru
Seorang guru juga perlu memiliki keterampilan sosial emosional yang baik karena:
1. Contoh Positif: Guru berfungsi sebagai panutan bagi siswa. Jika guru mampu
mengekspresikan emosi dan berinteraksi dengan baik, siswa akan meniru perilaku tersebut.
2. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Aman: Keterampilan sosial emosional membantu
guru menciptakan atmosfer kelas yang mendukung, di mana siswa merasa nyaman untuk
mendaftar dan berbagi.
3. Pengelolaan Konflik: Guru yang memiliki keterampilan emosional baik akan lebih mampu
mengelola konflik di kelas dan membantu siswa menghadapi masalah secara konstruktif.
4. Mendukung Kesejahteraan Siswa: Dengan memahami dan merespons kebutuhan
emosional siswa, guru dapat berkontribusi pada kesejahteraan dan perkembangan sosial
siswa.
Secara keseluruhan, baik murid maupun guru yang memiliki keterampilan sosial emosional dapat
menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih positif, inklusif, dan produktif.
Jurnal Pembelajaranku:
Prinsip Pengajaran dan Asesmen dalam PPG Dalam Jabatan
Nama : Sumarni, S.Pd
Nomor Peserta : 201699684491
• Apa Yang Ditunjukkan Hasil Riset Tentang Pembelajaran Sosial Emosional?
Bapak/Ibu sudah memasuki fase Ruang Kolaborasi. Dalam tahapan ini. Bapak/Ibu akan
melakukan kolaborasi dengan rekan sejawat atau dengan kepala sekolah Anda. Kolaborasi yang
dilakukan adalah dalam bentuk melakukan diskusi terkait dengan beberapa hasil riset berikut ini.
Silakan Bapak/Ibu membaca dulu teks yang memaparkan hasil riset berikut ini (Bacaan 4)
sebelum melakukan diskusi tersebut.
Setelah membaca kesimpulan dari beberapa artikel yang telah Bapak/Ibu baca tersebut, kami
berharap Bapak/Ibu dapat mendiskusikan hasil-hasil riset tersebut dengan rekan sejawat
atau kepala sekolah untuk membangun pemahaman yang lebih dalam.
Untuk membantu proses diskusi, Bapak/Ibu dapat menggunakan pertanyaan pemandu berikut
ini:
1. Apa hal menarik yang Bapak/Ibu temukan dari berbagai hasil-hasil penelitian yang dipaparkan
oleh artikel tersebut?
2. Bagaimana rekan sejawat Bapak/Ibu memandang hasil-hasil penelitian tersebut?
3. Bagaimana hasil-hasil penelitian tersebut membantu Bapak/Ibu memahami pentingnya
pembelajaran sosial dan emosional di sekolah—baik untuk peserta didik maupun untuk pendidik
& tenaga kependidikan? Bagaimana pula tanggapan rekan sejawat Bapak/Ibu?
JAWABAN SAYA
1. Hal Menarik dari Hasil Penelitian
1. Pentingnya Keterampilan Sosial dan Emosional untuk Kebaikan Global:
Artikel oleh Chowkase menyoroti bagaimana pembelajaran sosial emosional
bukan hanya penting untuk pengembangan individu tetapi juga dapat
membantu generasi muda untuk mengambil keputusan yang lebih bertanggung
jawab dan peduli terhadap masyarakat. Menanamkan sikap kepedulian dapat
memiliki dampak positif yang luas bukan hanya untuk individu, tetapi juga untuk
lingkungan sosial yang lebih besar.
2. Bukti Empiris dari Intervensi PSE: Artikel oleh Cipriano et al. menunjukkan
bahwa partisipasi dalam program pembelajaran sosial emosional meningkatkan
kemampuan dan prestasi akademik siswa secara signifikan. Ini menunjukkan
bahwa ada basis yang kuat untuk mandiri dalam penerapan program PSE di
sekolah-sekolah, dan bukti ini sangat penting bagi pembuat kebijakan
pendidikan.
3. Hubungan Stres antara Guru dan Siswa: Penelitian dari Universitas British
Columbia mengungkapkan bagaimana stres yang dialami oleh guru dapat
menular ke siswa, menunjukkan bahwa kesejahteraan emosional guru sama
pentingnya dengan siswa. Ini mendemonstrasikan pentingnya mendukung guru
agar mereka dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat dan positif.
2. Pandangan Rekan Sejawat
Rekan sejawat mungkin akan melihat hasil penelitian ini sebagai pengingat akan
pentingnya integrasi pembelajaran sosial dan emosional dalam kurikulum sekolah.
Beberapa mungkin merasa terinspirasi untuk menerapkan pendekatan yang lebih
holistik dalam proses pengajaran mereka, sementara yang lain mungkin akan tertarik
untuk mengeksplorasi bagaimana cara mendukung guru agar dapat lebih efektif dalam
mengelola stres dan membangun keahlian sosial emosional.
3. Pentingnya Pembelajaran Sosial dan Emosional
Hasil-hasil penelitian ini sangat membantu dalam memahami pentingnya pembelajaran
sosial dan emosional (PSE) di sekolah. Berikut adalah beberapa poin penting:
1. Dampak Positif pada Belajar dan Kesejahteraan: Pembelajaran sosial dan
emosional berkontribusi tidak hanya pada pencapaian akademis tetapi juga pada
skill sosial, yang penting dalam kehidupan sehari-hari siswa. Rekan sejawat
mungkin sependapat bahwa hal ini dapat membantu siswa beradaptasi dengan
lebih baik dalam lingkungan sosial mereka.
2. Kesejahteraan Guru: Memahami bahwa stres guru dapat mempengaruhi siswa
menggarisbawahi pentingnya dukungan untuk staf pengajar. Rekan sejawat
mungkin akan mengusulkan pelatihan atau program dukungan bagi guru untuk
mengurangi stres dan mempromosikan kesejahteraan emosional di lingkungan
sekolah.
3. Pendidikan Karakter: Penelitian menunjukkan bahwa PSE adalah dasar bagi
pendidikan karakter, yang sangat penting untuk pembentukan karakter siswa.
Rekan sejawat dapat melihat relevansi ini
Jurnal Pembelajaranku:
Prinsip Pengajaran dan Asesmen dalam PPG Dalam Jabatan
Nama : Sumarni, S.Pd
Nomor Peserta : 201699684491
Bagaimana Proses Refleksi Membantu Saya dalam Pembelajaran Sosial Emosional?
Dengan menggunakan beberapa pertanyaan berikut ini, Bapak/Ibu diharapkan dapat
merenungkan bagaimana pengetahuan tentang pentingnya pembelajaran sosial
emosional mempengaruhi perspektif dan pertumbuhan pribadi Bapak/Ibu.
Setelah mempelajari topik tentang pentingnya pembelajaran sosial dan emosional, maka:
Tadinya saya berpikir bahwa pembelajaran sosial emosional ....................
Setelah mempelajari topik 1 ini, ternyata ....................................................
Hal ini membuat saya berpikir bahwa ........................................................
JAWABAN SAYA
Proses Refleksi dalam Pembelajaran Sosial Emosional
1. Tadinya saya berpikir bahwa pembelajaran sosial emosional hanya merupakan
aspek tambahan dalam pendidikan yang tidak terlalu penting dibandingkan dengan
kurikulum akademis yang lebih formal.
Setelah mempelajari topik 1 ini, ternyata pembelajaran sosial emosional memiliki
peran yang sangat krusial dalam pengembangan karakter dan keterampilan hidup siswa.
Saya menyadari bahwa PSE membantu siswa dalam membangun hubungan yang lebih
baik dengan teman-teman, mengelola emosi, serta mengambil keputusan yang bijak.
Hal ini membuat saya berpikir bahwa penting bagi saya sebagai pendidik untuk
mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional ke dalam praktik pengajaran saya.
Saya perlu menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi siswa agar mereka
dapat belajar dan berkembang dengan baik. Selain itu, saya juga semakin menyadari
perlunya mendukung kesejahteraan emosional saya sendiri sebagai pendidik, agar
dapat memberikan pengaruh positif bagi siswa.
Melalui proses refleksi ini, saya merasa terinspirasi untuk mengeksplorasi lebih lanjut
tentang teknik pengajaran yang dapat memfasilitasi pembelajaran sosial emosional dan
menerapkannya di kelas. Ini tidak hanya akan bermanfaat bagi siswa, tetapi juga akan
memperkaya pengalaman belajar saya sendiri sebagai pendidik.