MAKALAH
HADIST TARBAWI
ETIKA PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
Disusun oleh :
Dosen Pengampu :
UNIVERSITAS PRIMAGRAHA
SERANG BANTEN
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik
kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah
kedewasaan. Peserta didik didalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan
sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan
lemah dan suci fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap niali
hidup atas pendidikan agama peserta didik.
Dilihat dari segi kedudukannya, peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam
proses pekembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka
memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisiten menuju ke arah titik optimal
kemampuan fitrahnya. Dengan demikian, kita membutuhkan materi lebih lanjut mengenai
sifat-sifat yang harus ada dalam peserta didik. Dalam sifat tersebut terdapat berbagai macam
hal-hal yang harus tertanam dalam diri penuntut ilmu, salah satunya ialah mempunyai niat
yang mulia dalam menuntut ilmu dan menghormati pendidik.
BAB II
PEMBAHASAN
HADITS-HADITS TENTANG PESERTA DIDIK
3. Hal-hal yang Harus Lakukan oleh Penuntut Ilmu
A. Niat yang mulia
v Hadits
َع ْن َكْع ِب ْبِن ماِلِك َقاَل َسِم ْع ُت َر ُسْو َل ِهّللا صَّلى ُهّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل َم ْن َطَلَب ْالِع ْلِم ِلُيَج اِر َي ِبِه ْالُع َلَم اَء َأْو ِلُيَم اِر َي بِه الُس َفهَاَء
وأخرجه ابن،باب ماجاءفيما يطلب بعلمه الدنيا: كتاب العم: َأْو َيْص ِر َف ِبِه ُو ُجوَه الَّناِس ِإَلْيِه َأْدَخ َلُه ُهّللا الَّناَر (أخرجه الترمذي
)باب اإلنتفاع بالعلم والعمل به:كتاب المقدمة:ماجه عن ابن عمر
v Terjemah Hadits
Dari Ka’ab bin Malik berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam
bersabda “ Barang siapa menuntut ilmu untuk mendebat para ulama atau untuk mengolok-
olok orang bodoh atau untuk mengalihkan pandangan manusia kepadanya, niscaya Allah
akan memasukkannya ke dalam neraka.”[1]
v Penjelasan hadits
Dalam hadits diatas dapat dijelaskan bahwa, barang siapa mencari ilmu untuk menunjukkan
riya’ dan sum’ah kepada orang lain agar di anggap pandai, dan untuk mengelabuhi orang-
orang bodoh dengan cara angkuh dan sombong, dan menarik perhatian kepada orang lain,
maka jahanam sebagai balasan dengan apa yang telah ia lakukan.[2]
Seorang peserta didik agar menghias dirinya dengan sifat-sifat yang utama, selalu
mendekatkan diri kepada Allah, tidak menggunakan ilmu yang dipelajari untuk menonjolkan
atau menyombongkan diri, bermegah-megahan atau pamer kepandaian.[3]
Hendaknya peserta didik dalam menuntut ilmu memiliki niat yang ikhlas hanya karena Allah
ta’ala semata, juga berdasarkan sebuah hadits yang sangat populer yang diriwayatkan oleh
Amirul Mukminin ‘Umar bin Khattab bahwasannya Rasulullah saw bersabda :
“sesungguhnya semua amal itu tergantung pada niatnya.’’ Apabila ilmu tidak didasari dengan
keikhlasan niat, dia berubah dari ibadah yang paling mulia menjadi kemaksiatan yang paling
hina. Dan tidak ada sesuatupun yang paling bisa menghancurkan ilmu semisal riya’, baik
riya’ yang menjerumuskan pada kesyirikan ataupun riya’ yang menghilangkan keikhlasan,
juga semisal sum’ah seperti kalau dia berkata : “ Saya mengetahui..... saya hafal... ’’[4]
B. Menghormati pendidik dan memenuhi hak-haknya
v Hadits
( َع ْن ُع َباَد َة ْبِن الَّصا ِمِت َأْن َر ُسْو َل ِهّللا صَّلى ُهّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َلْيَس ِم ْن ُأَّم تِي َم ْن َلْم ُيِج ُّل َك ِبْيَر َنا َو َيْر َح ْم َصِغ ْيَر نَا ) أ
)فصل في توقير العم:كتاب العم-: والحكم-باقي مسند األنصار:َو َيْع ِر ْف ِلَع ا ِلِم َنا َح َّقُه(أخرجه أحمد
v Terjemah Hadits
Dari Ubadah bin Shamit sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :”Tidaklah termasuk umatku
yang tidak menghormati orang yang lebih tua diantara kita dan tidak mengasihi orang yang
lebih kecil diantara kita dan tidak mengetahui hak-hak orang yang mengajarkan ilmu kepada
kita”.[5]
v Penjelasan hadits
Guru merupakan orang tua kedua setelah yang melahirkan kita, karena dialah yang mendidik
kita dengan penuh kesabaran sehingga kita menjadi orang yang berilmu. Maka sebagai
peserta didik haruslah menghargai dan menghormati pendidiknya. Hadits diatas menerangkan
Rasulullah saw mengatakan bahwa peserta didik yang tidak menghargai dan menghormati
pendidiknya bukanlah umatnya.[6]
Ibnu Jam’ah berkata” Hendaklah penuntut ilmu tidak berbicara kepada gurunya dengan kata
ganti orang kedua (kamu), juga kata ganti milik (mu), serta janganlah ia memanggilnya dari
jauh”. Janganlah ia menyebut nama gurunya saat ia tidak ada kecuali disertai dengan gelar
penghormatan, seperti dengan mengatakan Syaikh Fulan atau Ustadz Fulan berkata....” [7]
Hendaklah penuntut ilmu mengetahui hak guru dan tidak melupakan jasanya, menjaga
kehormatannya, dan menolak ghibah tentangnya. Dan mendoakan gurunya selama hidupnya.
Menghormati, memuliakan, dan mengagungkan para guru atas dasar karena Allah SWT
merupakan perbuatan yang harus dilakukan oleh peserta didik. Hal yang demikian penting
dilakukan, karena selain akan menimbulkan kecintaan dan perhatian guru terhadap murid
juga akan meningkatkan martabat murid itu sendiri.
v Hadits
( َو َتَع َّلُم وا ِلْلِع ْلِم الَّسِكْيَنَة َو اْلِو َقاَر َو َتَو ا )ب, َتَع َّلُم ْو ااْلِع لَم:قال َر ُسْو ل هللا صلى هللا عليه وسلم:َع ْن َاِبى ُهَر ْيَر ْة رضىاهلل عنه قال
)َض ُعْو ا ِلَم ْن َتَع َّلُم ْو َن ِم ْنُه (أخرجه الطبراني فى المعجم األوسط
v Terjemah Hadits
Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk
ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang
mengajar kamu.” (HR. Al-Thabrani)
v Penjelasan hadits
Dalam hadits diatas dijelaskan bahwa seorang peserta didik ketika proses belajar mengajar
berlangsung hendaknya dalam keadaan tenang, dan seorang peserta didik dengan pendidik itu
harus rendah hati.
Seorang pelajar wajib menghormati dan memuliakan gurunya. Janganlah ia berbicara
tentangnya kecuali dengan menyebut nama syaikh atau sejenisnya. Selayaknya ia
bertawadhu’ kepadanya, membukakan pintu baginya, memperkenankan didepan ketika
berjalan, menyiapkan sandalnya, tidak mendahuluinya ketika menjawab, tidak
menyulitkannya dengan banyak pertanyaan.[8]
Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakannya
dalam proses belajar mengajar. Al-Ghazali yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman,
merumuskan sebelas pokok kode etik peserta didik, yaitu :
1) Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut untuk menyucikan jiwanya dari akhlak
yang rendah dan watak yang tercela (takhalli) dan mengisi dengan akhlak yang terpuji
(tahalli) (perhatian QS. Al-An’am: 162, Al-Dzariyat: 56).
2) Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi (QS. Adl-
Dluha: 4). Artinya, belajar tak semata-mata untuk mendapat pekerjaan, tapi juga belajar
ingin berjihad melawan kebodohan demi mencapai derajat kemanusiaan yang tinggi,
baik dihadapan manusia dan Allah SWT.
3) Bersikap tawadlu’ (rendah hati) dengan cara menanggalkan kepentingan pribadi untuk
kepentingan pendidikannya. Sekalipun cerdas, tetapi ia bijak dalam menggunakan
kecerdasan itu pada pendidikannya, termasuk juga bijak kepada teman-temannya yang
IQ-nya lebih rendah.
4) Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, sehingga ia
terfokus dan dapat memperoleh satu kompetensi yang utuh dan mendalam dalam
belajar.
5) Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudah), baik untuk ukhrawi maupun untuk
duniawi, serta meninggalkan ilmu-ilmu yang tercela (madzmumah). Ilmu terpuji dapat
mendekatkan diri kepada Allah SWT, sementara ilmu tercela akan menjauhkan dari-
Nya dan mendatangkan permusuhan antar sesamanya.
6) Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah
(konkret) menuju pelajaran yang sukar (abstrak) atau dari ilmu yang fardlu’ain menuju
ilmu yang fardlu kifayah (QS. Al-Insyiqaq:19).
7) Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya, sehingga
peserta didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam. Dalam konteks
ini spesialisai jurusan diperlukan agar peserta didik memiliki keahlian dan kompetensi
khusus (QS.Al-Insyirah: 7).
8) Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari, sehingga
mendatangkan objektivitas dalam memandang suatu masalah.
9) Memprioritaskan ilmu diniyah yang terkait dengan kewajiban sebagai makhluk Allah
SWT, sebelum memasuki ilmu duniawi.
10) Mengenal nilai-niali pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu yang
bermanfaat dapat membahagiakan, mensejahterakan, serta memberi keselamatan hidup
dunia akhirat.
11) Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagaimana tunduknya orang sakit
terhadap dokternya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan hadits-hadits diatas dapat disimpulkan bahwa Sebagai peserta didik harus
memahami kewajiban, etika kepada pendidik serta melaksanakannya. Kewajiban adalah
sesuatu yang wajib dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik, kewajiabn peserta didik
adalah belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarub kepada Allah SWT, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari anak dituntut untuk mensucikan jiwanya dari akhlak rendah dan watak
yang tercela agar menjadi pribadi yang baik dan menjaga norma-norma pendidikan untuk
menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan, bersikap tawadhu’ ( rendah
hati ) dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidikannya dan
jangan pernah meremehkan suatu ilmu yang telah diberikan.
Etika yang senantiasa dijalankan pada peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan
hatinya sebelum menuntut ilmu, tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi roh
dengan berbagai sifat keutamaan, memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut
ilmu di berbagai tempat, wajib menghormati pendidiknya dan peserta didik hendaknya
belajar secara sungguh-sungguh dan sabar.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz,Abdul bin Fathi as Sayyid Nada.2007.Ensiklopedi Adab Islam menurut al-Qur’an &
sunnah.Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Nata,Abuddin.2010.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Prenada Media.
Syaikh,Muhammad bin Shalih al’Utsaimin.2005.Syarah Adab & Manfaat Menuntut
Ilmu.Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Software Hadits 9 Imam
http://ilmuhayat.blogspot.com/2012/11/hadits-tentang-hal-hal-yg-harus.html
http://id.scribd.com/doc/76911557/SIFAT-SIFAT-YANG-HARUS-DIMILIKI-PESERTA-
DIDIK-Mempunyai-Niat-Yang-Mulia-Dalam-Menuntut-Ilmu
[1] Software Hadits 9 Imam
[2] http://id.scribd.com/doc/76911557/SIFAT-SIFAT-YANG-HARUS-DIMILIKI-
PESERTA-DIDIK-Mempunyai-Niat-Yang-Mulia-Dalam-Menuntut-Ilmu (diakses tanggal 26
september 2013 )
[3] Abuddin Nata,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Prenada Media Group,2010),hlm.183
[4] Syaikh Muhammad bin Shalih al’Utsaimin, Syarah Adab & Manfaat menuntut ilmu,
(Jakarta:Pustaka Imam Asy-Syafi’i,2005),hlm.10-11
[5] http://ilmuhayat.blogspot.com/2012/11/hadits-tentang-hal-hal-yg-harus.html (diakses
pada tanggal 26 september 2013)
[6] http://zainalmasrizai.blogspot.com/2012/09/hadis-hadis-tentang-peserta-didik.html
(diakses pada tanggal 26 september 2013 )
[7] Abdul Aziz bin Fathi as Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam menurut al-Qur’an &
Sunnah,(Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2007),hlm.188
[8] Abdul Aziz bin Fathi as Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam menurut al-Qur’an &
Sunnah,(Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2007),hlm.186