0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3K tayangan15 halaman

Tasawuf Di Indonesia, Sejarah Dan Tokoh-Tokohnya

Diunggah oleh

sulistiawatiirc248
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3K tayangan15 halaman

Tasawuf Di Indonesia, Sejarah Dan Tokoh-Tokohnya

Diunggah oleh

sulistiawatiirc248
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 15

TASAWUF DI INDONESIA, SEJARAH DAN TOKOH-

TOKOHNYA
Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu: Masrin Banurea, M.Pd.I.

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK IX
Semester II/MPI Regular
Amzah (02230912)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH BATU BARA
SUMATERA UTARA
T.A 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala nikmatnya yang tidak
bisa kita ukur dengan apapun,. Sholawat beserta salam semoga selalu
terlimpahkan kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang
hingga saat ini.

Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberi kami kesehatan dan
kekuatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu, kepada dosen yang
telah membimbing dan memberi banyak pengetahuan agar dapat
mengimplementasikan ilmu yang kami dapat dengan baik.

Makalah ini berisi tentang “Tasawuf di Indonesia, Sejarah dan Tokoh-


Tokohnya”, sebagai manusia biasa kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dapat menjadi motivasi bagi kami untuk lebih baik lagi diwaktu
yang akan datang .Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pribadi juga
bagi para pembaca, Aamiin….

Batu Bara, 7 Juni 2024


Hormat Saya

Amzah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Sejarah Tasawuf di Indonesia ......................................................... 3
B. Tokoh-Tokoh Tasawuf Fi Indonesia ............................................... 4
C. Pengaruh dan Pengalaman Tasawuf di Indonesia ........................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................... 11
A. Kesimpulan ..................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan-perkembangan tasawuf di Indonesia erat kaitanya
dengan budaya- budaya bangsa Indonesia yang bersifat mistik, tasawuf
dapat berkembang secara cepat dalam persebarannya. Tasawuf merupakan
bagian dari metode penyebaran ajaran Islam yang sangat mempunyai
kemiripan dalam metode pendekatan-pendekatan agama Hindu-Budha
yang merupakan sistem keagamaan masyarakat Indonesia sebelum Islam.
Kemiripan dalam metode pendekatan dengan latihan kerohanian, inilah
yang kemudian mempermudah berkembangnya tasawuf di Indonesia.
Tasawuf merupakan alat dari salah satu persebaran islam di Indonesia.Hal
tersebut disebabkan karena sebagian besar penyebaran islam di nusantara
merupakan jasa para sufi.
Perlu kita ketahui bahwa dari sekian banyak naskah lama yang
berasal dari Sumatra, berorientasi Sufisme. Hal ini menunjukkan bahwa
pengikut tasawuf merupakan unsur yang cukup dominan dalam
masyarakat pada masa itu. Kenyataan lainnya,kita bisa melihat ppengaruh
yang sangat besar oleh para Sufi ini di Tanah Aceh, Kalimantan,Sulawesi,
Sumatra bagian Selatan, maupun di tanah Jawa. Antara lain Hamzah
Fansuri(sekitar Abad ke-17M) yang terkenal dengan karyaya yang
berjudul Asrar Al-Arifin dan syarab Al-Asyikin serta beberapa kumulan
syair sufistiknya.
Perkembangan Islam di Jawa di gerakkan oleh ulama yang
diketahui dan dikenal denan panggilan Wali Songo atau Wali Sembilan.
Sebutan itu sudah viral dan terkenal dalam perkembangan Islam di
Indonesia dan hal itulah adalah penghayat tasawuf sampai pada derajat
wali.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah tasawuf di Indonesia ?
2. Bagaimanakah tokoh-tokoh tasawuf fi Indonesia ?
3. Bagaimanakah pengaruh dan pengalaman tasawuf di Indonesia ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat menentukan
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah tasawuf di Indonesia
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh tasawuf fi Indonesia
3. Untuk mengetahui pengaruh dan pengalaman tasawuf di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah tasawuf di Indonesia


Perkembangan tasawuf di Indonesia, tidak lepas dari pengkajian proses
islamisasi dikawasan ini. Sebab, sebagian besar penyebaran Islam di Nusantara
merupakan jasa para sufi. Hal ini menunjukkan bahwa pengikut tasawuf
merupakan unsur yang cukup dominan dalam masyarakat pada masa itu.1
Sejak berdirinya kerajaan Islam Pasai, kawasan Pasai menjadi titik sentral
penyiaran agama Islam ke berbagai daerah di Sumatera dan pesisir utara Pulau
Jawa. Islam tersebar di tanah Minangkabau atas upaya Syekh Burhanuddin
Ulakan (Syekh Tarekat Syattariyah). Sampai sekarang, kebesaran nama Syekh
dari Ulakan tetap diabadikan masyarakat pesisir Minangkabau melalui upacara
“basapa” pada setiap bulan Safar. Penyebaran Islam ke Pulau Jawa, juga berasal
dari kerajaan Pasai, terutama atas jasa Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishak,
dan Ibrahim Asmuro.
Perkembangan Islam di tanah Jawa selanjutnya digerakkan oleh Wali
Songo atau Wali Sembilan. Sebutan ini sudah cukup menunjukkan bahwa mereka
adalah penghayat tasawuf yang sudah sampai derajat “wali”. Para wali bukan saja
berperan sebagai penyiar Islam, melainkan mereka juga ikut berperan kuat pada
pusat kekuasaan kesultanan. Karena posisi itu, mereka mendapat gelarSusuhunan
yang biasa disebut Sunan. Dari peranan politik itu, mereka dapat “meminjam”
kekuasaan sultan dan kelompok elite keraton dalam menyebarkan dan
memantapkan penghayatan Islam sesuai dengan keyakinan sufisme yang mereka
anut.
Warna sufisme yang kental juga terlihat dari nilai anutan mereka yang
didominasi sufisme aliran al-Ghazali. Buku-buku karangan al-Ghazali menjadi
sumber bacaan sufisme yang paling digemari dan pada umumnya memuat pokok
bahasan tasawuf akhlak dan tasawuf amali. Pengaruh tasawuf falsafi cukup kuat
dan luas penganutnya dikalangan penganut tarekat. Sedangkan tokohnya yang
paling populer pada masa itu adalah Syekh Siti Jenar. Semenjak penyiaran Islam

1
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 337.

3
di Jawa diambil alih oleh kerabat elite keraton, secara perlahan-lahan terjadi
proses akulturasi sufisme dengan kepercayaan lama dan tradisi lokal, yang
berakibat bergesernya nilai keislaman sufisme karena tergantikan oleh model
spiritualis nonreligius.
B. Tokoh-Tokoh Tasawuf di Indonesia
Ada banyak sekali tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia. Ada beberapa lima tokoh
yang paling dikenal, diantaranya adalah:
1. Hamzah Al-Fansuri
Hampir semua penulis sejarah islam mencatat bahwa Syekh Hamzah al-
Fansuri dan muridnya Syekh Syamsuddin as-Sumatrani termasuk tokoh sufi yang
sepaham dengan al-Hallaj. Syekh Hamzah al-Fansuri diakui sebagai salah seorang
pujangga Islam yang sangat populer pada zamannya. Namanya tercatat sebagai
seorang kaliber besar dalam perkembangan Islam di Nusantara dari abadnya
hingga ke abad kini.
Beliau adalah seorang ulama’ yang cerdas dan menguasai dengan baik
bahasa Arab, Persi, Jawa, Melayu, Aceh, Siam dan Urdu. Beliau banyak
melakukan pengembaraan ke berbagai Negara dan tempat di kepulauan
Nusantara, Semenanjung Melayu, Siam, India, Persia dan Arab.
Menurut para ahli, beliau adalah sebagai perintis bahasa Melayu dalam
bidang sastra tulis. Melalui beliau inilah bahasa Melayu terangkat tinggi sehingga
disebut sebagai Bapak Bahasa dan Sastra Melayu. Beliau juga adalah orang yang
pertama kali menciptakan syair dan pantun.2
Syekh Hamzah Fansuri adalah penganut faham Wahdatul Wujud. Faham
Wahdatul Wujud inilah yang mengakibatkan beliau dan muridnya, Syekh
Syamsuddin Sumatrani mendapatkan tantangan keras dari ulama’-ulama’ syari’at,
terutama oleh Syekh Nuruddin ar Raniri karena menganut faham nilai beliau
dicap sebagai orang yang zindiq, sesat, kafir, dan sebagainya. Selain menganut
faham Wahdatul Wujud, ijttihad dan hulul dalam bidang tashawwuf, beliaupun
dikatakan juga sebagai penganut syi’ah dalam aqidah. Syekh Hamzah Fansuri
sangat giat dalam menyebarkan dan mengembangkan thariqat ke berbagai negeri.
Beliau pernah sampai ke berbagai negeri di Timur Tengah utamanya Mekkah dan

2
Asrifin, Tokoh-Tokoh Shufi, (Surabaya: Karya Utama, 2013), h. 256.

4
Madinah. Begitu pula dengan negeri-negeri di Nusantara pernah dijelajahi, seperti
Pahang, Kedah, Banten, Jawa dan sebagainya. Bahkan ada yang mengatakan
pernah sampai ke seluruh Semenanjung dan memperkembangkan tashawwuf itu
di negeri Perak, Perlis, Kelantan, Trengganu dan lain-lain.
Disamping giat menyebarkan tashawwuf ke berbagai pelosok negeri,
beliaupun giat menulis baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Pengaruh dari
karya Syekh Hamzah Fansuri memang luar biasa besarnya. Karena itu, karya-
karya beliau baik yang berbentuk puisi maupun prosa banyak mendapat perhatian
para sarjana maupun orentalis barat. Demikian perjuangan Syekh Hamzah Fansuri
dalam menyebarkan ilmu pengetahuan dan faham yang diyakininya di tengah-
tengah masyarakat sampai akhir hayatnya. Dan hingga sekarang kuburnya tidak
diketahui.
2. Syamsuddin Al-Sumatrani
Syamsuddin Sumatrani adalah putra seorang ulama Aceh terkenal yang
bernama Syekh Abdullah as Sumatrani. Pemikiran tasawufnya Syamsuddin al-
Sumatrani membahas tentang martabat tujuh dan dua puluh sifat Tuhan. Konsep
martabat tujuh ini pertama kali dicetuskan oleh Muhammad Ibn Fadlullah al-
Burhanpuri seorang ulama kelahiran India.3
Beliau mendapatkan pendidikan dari tokoh shufi pada masa itu, yaitu
Syekh Hamzah Fansuri di Aceh dan kemudian beliau melanjutkan pendidikannya
di Pulau Jawa dimana pada saat itu agama Islam sudah berkembang pesat berkat
perjuangan gigih dari para Walisongo. Syamsuddin Sumatrani sangat giat
mempelajari ilmu keislaman terutama ilmu tashawwuf. Terbukti dari guru-guru
yang beliau pilih adalah para tokoh ahli tashawwuf. Baik Syekh Hamzah Fansuri
maupun Syekh Maulana Makdum Ibrahim adalah para ulama’ ahli tashawwuf
yang cukup terkenal ketika itu. Meskipun keduanya berbeda aliran dalam
tashawwufnya dan faham yang dianutnya.
Setelah beliau menamatkan pelajarannya dan kembali ke kampung
halamannya Aceh, nampaknya beliau langsung mendapat tempat pada posisi yang
terbaik di Kerajaan Aceh. Beliau di percaya memangku jabatan “Perdana
Menteri” di Kerajaan Aceh. Disamping itu, beliau juga termasuk seorang
3
Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2013), h. 65.

5
pujangga Islam Indonesia yang kedua setelah Syekh Hamzah Fansuri. Disamping
beliau disibukkan dalam kegiatan pemerintahan Kerajaan Aceh, beliau tetap giat
menyebarkan dan mengembangkan tashawwuf dengan mengajar dan menulis.
Tashawwuf yang diajarkan dan dikembangkan oleh Syekh Syamsuddin Sumatrani
tidak berbeda dengan gurunya Syekh Hamzah Fansuri, yaitu faham Wahdatul
Wujud, hulul, ittihad dan sebangsanya. Karena faham inilah beliau banyak
mendapat kecaman dari berbagai kalangan.
Jumlah keseluruhan karya Syekh Syamsuddin Sumatrani keseluruhan yang
diketahui ada 18 kitab. Dari karya-karya beliau ini Nampak sekali keluasan dan
kedalaman ilmu beliau, sehingga beliau menjadi seorang ulama’ yang disegani
baik lawan maupun kawan. Sewaktu beliau wafat pada tanggal 12 Rajab 1039 H /
1619 M. ada yang mengatakan beliau wafat tahun 1661 M. Syekh Nuruddin ar
Raniri menulis pengakuan tentang kealiman beliau dalam kitabnya yang bernama
Bustanus Salatin.
3. Nuruddin Ar-Raniri
Ar-Raniri dilahirkan di Ranir, sebuah kota pelabuhan tua di Pantai Gujarat,
India. Pendidikan pertamanya diperoleh di Ranir kemudian dilanjutkan ke wilayah
Hadramaut. Menurut catatan Azyumardi Azra, ar-Raniri merupakan tokoh
pembaruan di Aceh. Ia mulai melancarkan pembaruan Islamnya di Aceh setelah
mendapat pijakan yang kuat di istana Aceh. Pembaruan utamanya adalah
memberantas aliran Wujudiyyah yang dianggap sebagai aliran sesat. ar-Raniri
dikenal pula sebagai seorang syekh Islam yang mempunyai otoritas untuk
mengeluarkan fatwa menentang aliran Wujudiyyah ini.4
Menurutnya, pendapat Hamzah al-Fansuri tentang Wahdat Al-Wujud dapat
membawa pada kekafiran. Ar-Raniri berpandangan bahwa jika benar Tuhan dan
makhluk hakikatnya satu, dapat dikatakan bahwa manusia adalah Tuhan dan
Tuhan adalah manusia, dan jadilah seluruh makhluk itu adalah Tuhan. Semua
yang dilakukan manusia, baik buruk maupun baik, Allah SWT. turut serta
melakukannya. Jika demikian halnya, manusia mempunyai sifat-sifat Tuhan.
Pemisahan antara syariat dan hakikat, menurut ar-Raniri, merupakan sesuatu yang
tidak benar. Untuk menguatkan argumentasinya, ia mengajukan beberapa

4
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 337.

6
pendapat pemuka sufi, di antaranya adalah Syekh Abdullah al-Aidarusi yang
menyatakan bahwa tidak ada jalan menuju Allah SWT., kecuali melalui syariat
yang merupakan pokok dan cabang Islam.
Pendirian ar-Raniri dalam masalah ketuhanan pada umumnya bersifat
kompromis. Ia berupaya menyatukan paham Mutakallimin dengan paham para
sufi yang diwakili Ibnu Arabi. Pandangan ar-Raniri hampir sama dengan Ibnu
Arabi bahwa alam ini merupakan tajalli Allah SWT. Akan tetapi, tafsirannya
membuatnya terlepas dari label panteisme Ibnu Arabi. Ar-Raniri berpandangan
bahwa alam ini diciptakan Allah SWT. melaluitajalli. Ia menolak teori al-faidh
(emanasi) al-Farabi karena membawa pada pengakuan bahwa alam ini qadim
sehingga dapat jatuh pada kemusyrikan.
Gema pemikiran ar-Raniri sampai juga ke daerah Nusantara lainnya
sehingga buku-bukunya banyak dipelajari orang. Pemikiran-pemikiran tasawuf
Nuruddin ar-Raniri banyak diterima dan dipelajari oleh Sultan Iskandar Tsani
sehingga kebijakan Nuruddin mengeluarkan fatwa “kufur” kepada wujudiyah
ternyata didukung oleh sultan.5 Pemikiran ar-Raniri tersebut ternyata berpengaruh
besar ke seluruh Nusantara sehingga peranan Nuruddin ar-Raniri dalam
perkembangan Islam di wilayah Melayu Indonesia. Kehadiran Nuruddin ar-Raniri
harus diakui telah berhasil mematahkan pemikiran wujudiyah-nya Syamsuddin al-
Sumatrani.
4. Abdur Rauf as-Sinkili
Syekh Abdur Rauf Bin Ali Fansuri adalah seorang penyebar pertama
thariqat Syathariyah di Indonesia. Beliau adalah murid dari Syekh Shafiuddin
Ahmad ad-Dajjani al-Qusysyi, seorang guru besar shufi di Mekkah dan juga
murid dari Syekh Ibrahim Al Kurani, seorang guru besar di Madinah.6
Sebelum as-Sinkili membawa ajaran tasawufnya, di Aceh telah
berkembang ajaran tasawuf falsafi, yaitu tasawuf Wujudiyyah yang kemudian
dikenal dengan namaWahdat Al-Wujud. Ajaran tasawuf Wujudiyyah ini
dianggapnya sebagai ajaran sesat dan penganutnya dianggap sudah murtad. as-
Sinkili berusaha merekonsiliasi antara tasawuf dan syariat. Ajaran Tasawufnya

5
Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2013), h. 65.
6
Permadi, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 38-39.

7
sama dengan Syamsuddin dan Nuruddin, yaitu menganut paham satu-satunya
wujud hakiki, yaitu Allah SWT., sedangkan alam ciptaan-Nya bukanlah
merupakan wujud hakiki, melainkan bayangan dari yang hakiki. Menurutnya,
jelaslah bahwa Allah SWT. berbeda dengan alam. Walaupun demikian, antara
bayangan (alam) dan yang memancarkan bayangan (Allah) tentu terdapat
keserupaan. Sifat-sifat manusia adalah bayangan Allah SWT., seperti yang hidup,
yang tahu, dan yang melihat. Pada hakikatnya, setiap perbuatan adalah perbuatan
Allah SWT.
Ajaran tasawuf al-Sinkli yang lain adalah bertalian dengan martabat
perwujudan. Syekh Abdul Rauf al-Sinkili, dalam segi lain sering dipandang
sebagai penganjur Tarekat syatariyat yang menilai banyak murid di Nusantara.
Pemahaman Abdul Rauf terhadap konsep martabat tujuh terletak pada posisi
Tuhan terhadap ciptaan-Nya. Ia lebih menekankan aspek imanensi yang menurut,
sebagai paham kaum Wujudiyah.
Para penyebar thariqat Syathariyyah yang semuanya berpuncak pada
Syekh Abdur Rauf Bin Ali Fansuri wafat boleh dikatakan tiada lagi generasi
pelanjutnya. Namun thariqat ini pengaruhnya tetap ada hingga saat ini.
5. Yusuf al-Makasari
Syekh Yusuf al-Makasari adalah seorang tokoh sufi agung yang berasal
dari Sulawesi. Naluri fitrah pribadi Syekh Yusuf sejak kecil telah menampakkan
bahwa ia cinta akan pengetahuan keislaman. Dalam tempo relatif singkat, ia tamat
mempelajari al-Qur’an 30 juz.7
Pada masa Syekh Yusuf, memang hampir setiap orang lebih menggemari
ilmu tasawuf. Syekh Yusuf pernah melakukan perjalanan ke Yaman. Di Yaman,
ia menerima tarekat dari syekhnya yang terkenal, yaitu Syekh Abi Abdullah
Muhammad Baqi Billah. Semua tarekat yang telah dipelajari Syekh Yusuf
mempunyai silsilah yang bersambung hingga kepada Nabi Muhammad SAW.
Akan tetapi, semua silsilah itu belum ditemukan, kecuali silsilah Naqsabandiyah
yang terdapat pada salah satu tulisan tangannya.
Syekh Yusuf mengungkapkan paradigma sufistiknya bertolak dari asumsi
dasar bahwa ajaran Islam meliputi dua aspek, yaitu: aspek lahir (syariat) dan

7
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 247.

8
aspek batin (hakikat). Syariat dan hakikat harus dipandang dan diamalkan sebagai
satu kesatuan. Syekh Yusuf menggarisbawahi bahwa proses ini tidak akan
mengambil bentuk kesatuan wujud antara manusia dengan Tuhan.8
Kalau ajaran Abdul Rauf singkat ialah boleh dikatakan tidak mempunyai
paham atau ajaran yang tersendiri. Dalam masalah keagamaan, beliau mengikuti
paham Ahlussunnah Waljama’ah dan khusus dalam bidang fikih beliau adalah
pengikut syafi’iyah, sedangkan dalam tasawuf mengikuti thariqat syattariyah dan
paham-paham ini pulalah yang ia sebarkan dalam semua kegiatan dakwahnya.
Meskipun berpegang teguh pada transedensi Tuhan, ia meyakini bahwa
Tuhan melingkupi segala sesuatu dan selalu dekat dengan sesuatu. Mengenai hal
ini,Syekh Yusuf mengembangkan istilah ihathah(peliputan) dan al-
ma’iyyah(kesertaan). Kedua istilah itu menjelaskan bahwa Tuhan turun (tanazul),
sementara manusia naik (taraqi), suatu proses spiritual yang membawa keduanya
semakin dekat. Syekh Yusuf menggarisbawahi bahwa proses ini tidak akan
mengambil bentuk kesatuan wujud antara manusia dan Tuhan. Syekh Yusuf
berbicara pula tentang insan kamil dan proses penyucian jiwa. Ia mengatakan
bahwa seorang hamba akan tetap hamba walaupun telah naik derajatnya, dan
Tuhan akan tetap Tuhan walaupun turun pada diri hamba. Menurutnya, kehidupan
dunia bukanlah untuk ditinggalkan dan hawa nafsu harus dimatikan.
C. Pengaruh dan Pengalaman Tasawuf Di Indonesia
Beberapa orang tokoh di Indonesia, uraian ringkas itu telah
menggambarkan paham dan usaha-usaha di masa lalu di dalam berbagai lapangan
dan keahlian masing-masing dan semuanya ini tentu saja akan meninggalkan
kesan dan pengaruh, baik secara langsung maupun sementara dalam waktu yang
relatif singkat.9
Ajaran tasawuf pada kemudiannya adalah berhubungan erat dengan
tarikat. Di Indonesia tarikat-tarikat yang telah berkembang dan memiliki pengaruh
ialah seperti, Tarikat Qadariyah, Naqsabandiyah, Syattariyah, Saziliyah, Khai
Awatiyah dan sebagainya.

8
Miftah Arifin, Sufi Nusantara: Biografi, Karya Intelektual, & Pemikiran Tasawuf,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 137.
9
Syamsun Ni’am, Tasawuf Studies: Pengantar Belajar Tasawuf, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014), h. 170.

9
Jauh sebelum ajaran islam menyentuh bumi Indonesia, di kalangan
masyarakat sebenarnya telah tumbuh dan berkembang sikap hidup kerohanian
yang selalu mendambakan diri kepada sesuatu yang maha ghaib, telah bersemi,
dan mendarah daging dalam diri setiap bangsa Indonesia.
Dalam keadaan dan kondisi sikap mental seperti ini, ajaran islam pun
datang bersama dengan paham tasawufnya yang kemudian berkembang menjadi
ajaran tarikat. Sumber yang dijadikan dalam pengembangan kesusastraan Jawa
baru ini ialah kitab-kitab kuno yang diubah ke dalam bahasa dan syair jawa baru.
Unsur-unsur keislaman kemudian diubah ke dalam bahasa alam pikiran
Jawa serta di padukan dengan alam pikiran Jawa. Masyarakat jawa mulai
menyenangi tasawuf sejak masa kewalian. Walisongo dalam usahanya
mengembangkan Islam, telah banyak menggunakan adat istiadat, tradisi, dan
kebudayaan yang berkembang di tengah masyarakat.10

10
Ahmad Bangun Nasution, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 71.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perkembangan tasawuf di Indonesia, tidak lepas dari pengkajian proses
islamisasi dikawasan ini. Sebab, sebagian besar penyebaran Islam di
Nusantara merupakan jasa para sufi. Hal ini menunjukkan bahwa
pengikut tasawuf merupakan unsur yang cukup dominan dalam
masyarakat pada masa itu. Perkembangan Islam di tanah Jawa
selanjutnya digerakkan oleh Wali Songo atau Wali Sembilan. Para wali
bukan saja berperan sebagai penyiar Islam, melainkan mereka juga
ikut berperan kuat pada pusat kekuasaan kesultanan.
2. Tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia
a. Hamzah Al-Fansuri
b. Syamsuddin al-Sumatrani
c. Nuruddin ar-Raniri
d. Abdur Rauf as-Sinkili
e. Yusuf al-Makasari
3. Ajaran tasawuf pada kemudiannya adalah berhubungan erat dengan
tarikat. Di Indonesia tarikat-tarikat yang telah berkembang dan
memiliki pengaruh ialah seperti, Tarikat Qadariyah, Naqsabandiyah,
Syattariyah, Saziliyah, Khai Awatiyah dan sebagainya.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, tentunya makalah ini
jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca. Dan kami dapat menjadikan motivasi agar lebih baik lagi
untuk kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Arifin, Miftah. 2013. Sufi Nusantara: Biografi, Karya Intelektual, & Pemikiran
Tasawuf. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Asrifin. 2013. Tokoh-Tokoh Shufi. Surabaya: Karya Utama.
Bangun, Ahmad Nasution dan Rayani Hanum Siregar. 2013. Akhlak Tasawuf.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Ni’am, Syamsun. 2014. Tasawuf Studies: Pengantar Belajar Tasawuf.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Permadi. 2004. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta: Rineka Cipta.

12

Anda mungkin juga menyukai