MAKALAH
Aliran-aliran Pendidikan Islam dan Pendidikan umum
Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam
DOSEN PENGAMPUH:
Nasution, S.Ag., M.Pd.I
DISUSUN OLEH:
M. Syafril Liansyah (2023.03.10.002)
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM (BKPI)
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA AL-AZHAAR LUBUKLINGGAU
2024
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Berkat limpahan rahmat Nya, saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini, guna
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Makalah saya dengan berbagai rintangan, baik itu datang dari diri saya sendiri maupun
dari luar. Namun saya menyadari bahwa kelancaran materi ini tidak lain atas kehendak
Allah Subhanahu Wa Ta’ala kemudian berkat bantuan, dorongan dan bimbingan
orangtua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi mampu teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang pengembangan
evaluasi. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua sangat
kami harapkan untuk memperbaiki pada pembuataan makalah kami dimasa akan datang.
Lubuklinggau, 19 April 2024
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
A. Pendidikan Islam ..................................................................................... 2
1. Definisi Pendidikan Islam ................................................................... 2
2. Aliran-Aliran Pendidikan Islam .......................................................... 2
B. Pendidikan Umum .................................................................................. 7
1. Definisi Pendidikan Umum ................................................................. 7
2. Aliran-aliran Pendidikan Umum ......................................................... 8
C. Perbedaan Aliran Pendidikan Islam dan Pendidikan Umum ................ 10
1. Perbedaan dari Segi Pendekatan dan Landasan Filosofis: ................ 10
2. Perbedaan dari Segi Tujuan Pendidikan: .......................................... 10
3. Perbedaan Dari Segi Prinsip-prinsip Pendidikan: ............................. 11
BAB III ............................................................................................................. 12
PENUTUP ........................................................................................................ 12
A. Simpulan ............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk individu dan
masyarakat. Dalam konteks ini, penting untuk memahami aliran-aliran dalam
pendidikan Islam dan perbandingannya dengan pendidikan umum. Aliran-aliran
dalam pendidikan Islam mencakup pandangan-pandangan yang beragam mengenai
pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai dan ajaran Islam. Di sisi lain,
pendidikan umum menekankan pengembangan pengetahuan umum dan
keterampilan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari tanpa keterikatan pada
ajaran agama tertentu.
.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dan tujuan dari pendidikan Islam?
2. Apa saja aliran-aliran dalam pendidikan Islam beserta pandangan dan
kontribusinya?
3. Bagaimana definisi dan tujuan dari pendidikan umum?
4. Apa perbedaan mendasar antara pendidikan Islam dan pendidikan umum?
C. Tujuan
1. Untuk memahami konsep dan tujuan dari pendidikan Islam.
2. Untuk mengeksplorasi berbagai aliran dalam pendidikan Islam beserta pandangan
dan kontribusinya terhadap pendidikan.
3. Untuk memahami definisi dan tujuan dari pendidikan umum.
4. Untuk menganalisis perbedaan mendasar antara pendidikan Islam dan pendidikan
umum dari segi pendekatan, tujuan, dan prinsip-prinsip mendasarnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Islam
1. Definisi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah suatu konsep pendidikan yang berlandaskan
pada nilai-nilai dan ajaran agama Islam. Menurut para ahli, pendidikan Islam
bukan hanya sekadar proses transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan
karakter yang berlandaskan nilai-nilai agama.1
Prof. Dr. Azyumardi Azra, seorang pakar pendidikan Islam, menjelaskan
bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk insan yang berilmu,
berakhlak mulia, dan beramal saleh. Menurut beliau, pendidikan Islam
merupakan sarana untuk mengembangkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan berakhlak Qur’ani.
Sementara itu, Prof. Dr. H. Dimyati Hartono, seorang ahli pendidikan
Islam dari Universitas Negeri Yogyakarta, menekankan pentingnya pendidikan
Islam dalam membentuk generasi yang taat pada ajaran agama. Menurut beliau,
pendidikan Islam harus memberikan pemahaman yang mendalam tentang ajaran
agama Islam sehingga mampu menjadi pribadi yang bertakwa.
Dari uraian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam
adalah suatu upaya untuk membentuk manusia yang cerdas, berakhlak mulia,
dan taat pada ajaran agama Islam2
2. Aliran-Aliran Pendidikan Islam
a. Aliran Konservatif (al-Muhafidz)
1
Riadi, M. (2014, April 24). “Pengeritan, dasar dan Tujuan Pendidikan Islam.”. Kajianpustaka.
Dari https://www.kajianpustaka.com/2014/04/pengertian-dasar-tujuan-pendidikan-islam.html (Diakses
pada 19 April 2024)
2
Fikri, A. (2024, Maret 24). “Definisi Pendidikan Islam Menurut Para Ahli: Misi Pendidikan
yang Berlandaskan Nilai-Nilai Agama”. Redasamudra.id. Dari https://redasamudera.id/definisi-
pendidikan-islam-menurut-para-ahli/ (Diakses pada 19 April 2024)
2
Adalah sebuah aliran pemikiran yang diwakili oleh sejumlah tokoh
terkemuka seperti al-Ghazali, Nasiruddin al-Thusi, Ibnu Jama’ah, Sahnun,
Ibnu Hajar al-Haitami, dan al-Qabisi. Mereka dikenal karena penekanan
mereka yang kuat pada aspek-aspek keagamaan yang murni. Aliran ini
cenderung mempersempit makna ilmu, menganggapnya sebagai
pengetahuan yang sangat terkait dengan aspek spiritualitas dan ibadah.
Pemikiran mereka, yang diwakili oleh al-Thusi yang menekankan
pentingnya ilmu yang praktis dan bermanfaat di dunia dan akhirat, serta al-
Ghazali yang mengelompokkan ilmu menjadi dua kategori, yaitu:
1) Berdasarkan Bidangnya
a) Ilmu syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari para Nabi, terdiri
atas: Ilmu ushul(ilmu pokok), Ilmu furu’ (cabang), Ilmu pengantar
(mukaddimah), dan Ilmu pelengkap (mutammimah).
b) Ilmu ghoiru syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari ijtihad
ulama’ atau intelektual muslim, terdiri atas: Ilmu terpuji, Ilmu yang
diperbolehkan (tak merugikan), Ilmu yang tercela (merugikan).
2) Berdasarkan status hukumnya dalam Islam, menjadi fardlu ‘ain (wajib
bagi individu) dan fardlu kifayah (wajib bagi masyarakat).3
Al-Ghazali, salah satu tokoh utama aliran ini, menegaskan bahwa
pencapaian ilmu agama membutuhkan kedewasaan rasio dan kejernihan
pikiran. Pandangan ini sejalan dengan pandangan Mu’tazilah tentang peran
penting rasionalitas dalam menilai moralitas dan kebenaran agama.
Al-Ghazali menekankan bahwa tujuan akhir dari menuntut ilmu
adalah untuk mencapai keridhaan Allah. Pendekatan pendidikannya
didasarkan pada teori ilmu ilhami yang menganggap bahwa pengetahuan
spiritual dapat diperoleh melalui inspirasi ilahi, dan dipegang teguh dengan
sepuluh kode etik bagi peserta didik. Mereka juga meyakini bahwa batasan
ilmu hanya seharusnya terkait dengan pengetahuan tentang Allah,
3
Hayati, dan Yulida H. “ALIRAN ALIRAN UTAMA DALAM PEMIKIRAN FILSAFAT
PENDIDIKAN (ISLAM)”
3
menegaskan bahwa pengetahuan akan keagungan Tuhan harus menjadi
fokus utama dari upaya intelektual manusia.
Dengan demikian, kesimpulan dari aliran konservatif adalah bahwa
ilmu haruslah praktis untuk kehidupan saat ini dan membawa manfaat di
dunia dan di akhirat, sementara ilmu yang tidak berhubungan dengan aspek-
agama dianggap tidak bermanfaat. Selain itu, mereka juga mempercayai
bahwa pengetahuan spiritual hanya dapat dicapai melalui pemikiran rasional
yang jernih.
b. Aliran Religius-Rasional (al-Diniy al-‘Aqlaniy)
Tokoh-tokoh aliran Religius-Rasional, seperti Ikhwan al-Shafa, al-
Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Miskawaih, dikenal sebagai pencari hikmah
Yunani di Timur karena keterlibatan mereka dalam dialog intensif dengan
rasionalitas Yunani. Menurut Ikhwan al-Shafa, ilmu adalah representasi dari
sesuatu yang diketahui dalam pikiran orang yang mengetahui. Proses
pengajaran dipandang sebagai upaya untuk mentransformasi potensi
pengetahuan menjadi keadaan aktual, atau mengubah jiwa siswa dari
pengetahuan potensial menjadi pengetahuan aktual. Dalam hal ini, fokus
utama pendidikan adalah transformasi potensi manusia menjadi kemampuan
psikomotorik.
Ikhwan al-Shafa meyakini bahwa akal yang sempurna memancarkan
keutamaan pada jiwa, dan melalui emanasi ini, keabadian jiwa dipicu oleh
eternalitas akal. Pandangan dualisme antara jiwa dan akal yang dipegang
oleh Ikhwan merupakan pengaruh dari pemikiran Plato. Baginya, jiwa
berada di posisi tengah antara dunia fisik-material dan dunia akal,
memungkinkan manusia untuk mencapai pengetahuan melalui tiga cara:
1) Melalui indera, jiwa dapat mengetahui sesuatu yang lebih rendah dari
substansi dirinya.
2) Penalaran logis, jiwa bisa mengetahui sesuatu yang lebih tinggi darinya.
3) refleksi rasional, jiwa dapat mengetahui substansi dirinya.
4
Tidak seperti Plato yang memandang belajar sebagai proses
mengingat kembali, Ikhwan al-Shafa meyakini bahwa segala pengetahuan
berasal dari pengalaman indera. Baginya, segala sesuatu yang tidak dapat
dijangkau oleh indera tidak dapat diimajinasikan, dan yang tidak dapat
diimajinasikan tidak dapat dirasionalkan.
Para pengikut Ikhwan sangat menghargai berbagai disiplin ilmu yang
dapat membantu kemajuan manusia. Mereka meyakini bahwa ilmu berasal
dari keragaman, dan konsep ini memunculkan gagasan bahwa ilmu tidak
memiliki batasan tertentu. Mereka membagi ilmu menjadi tiga kategori
utama: ilmu-ilmu Syar'iyah (keagamaan), ilmu-ilmu Filsafat, dan ilmu-ilmu
Riyadliyyat (matematika).
Al-Farabi berupaya untuk mengintegrasikan tahapan perkembangan
organ tubuh dan kecerdasan manusia ke dalam proses pendidikan. Dari
pemikiran tokoh-tokoh ini, dapat ditarik beberapa teori utama aliran
Religius-Rasional, antara lain:
1) bahwa pengetahuan adalah hasil dari aktivitas belajar,
2) indera merupakan modal utama ilmu,
3) kajian ilmu mencakup seluruh realitas,
4) ilmu memiliki nilai moral dan sosial yang tinggi,
5) serta semua ragam ilmu pengetahuan memiliki nilai yang penting.4
c. Aliran Pragmatis (al-Dzarai’iy)
Tokoh aliran Pragmatis dalam konteks pemikiran Islam adalah Ibnu
Khaldun, sementara tokoh Pragmatisme Barat adalah John Dewey. Jika
filsafat pendidikan Islam mengadopsi pandangan pragmatisme John Dewey,
tujuannya adalah mencapai segala sesuatu yang nyata, yang dapat diakses
oleh pancaindera manusia, bukan hal-hal yang bersifat metafisik atau di luar
jangkauan indera.
4
Hayati, dan Yulida H. “ALIRAN ALIRAN UTAMA DALAM PEMIKIRAN FILSAFAT
PENDIDIKAN (ISLAM)”
5
Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pengetahuan dan pembelajaran adalah
hal yang wajar bagi manusia karena kemampuan berfikirnya. Bagi Ibnu
Khaldun, pendidikan tidak hanya tentang memperoleh pengetahuan, tetapi
juga tentang memperoleh keahlian dunia dan akhirat. Keduanya harus
memberikan manfaat, karena pendidikan dianggap sebagai sarana untuk
mendapatkan rizki atau rezeki, baik dalam hal materi maupun spiritual.
Ibnu Khaldun mengklasifikasikan ilmu pengetahuan berdasarkan
tujuan fungsionalnya.
1) Ilmu-ilmu yang memiliki nilai intrinsik atau nilai yang melekat pada
dirinya sendiri. Contohnya adalah ilmu-ilmu keagamaan seperti ontologi
dan teologi, yang dianggap memiliki nilai yang penting dalam dirinya
sendiri.
2) Ilmu-ilmu yang memiliki nilai ekstrinsik atau nilai instrumental yang
menjadi alat bagi ilmu instrinsik. Contohnya adalah kebahasaan Arab
yang menjadi alat penting bagi pemahaman ilmu syar'i, serta logika yang
menjadi alat bagi ilmu filsafat untuk merumuskan argumen yang tepat
dan konsisten.
Berdasarkan sumbernya, ilmu dapat dibagi menjadi dua kategori utama:
1) Ilmu 'aqliyah (intelektual), yaitu ilmu yang diperoleh manusia melalui
proses berpikir rasional. Contohnya termasuk ilmu Mantiq (logika) yang
membahas prinsip-prinsip penalaran yang benar, ilmu alam yang
mempelajari fenomena-fenomena alam secara empiris, Teologi yang
mempertimbangkan aspek-aspek keagamaan secara rasional, dan ilmu
Matematika yang berfokus pada struktur dan hubungan matematika.
2) Ilmu naqliyah, yaitu ilmu yang diperoleh manusia melalui proses
transmisi dari generasi sebelumnya. Ini mencakup ilmu Hadits yang
berkaitan dengan perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW, ilmu
Fiqh yang berurusan dengan hukum-hukum Islam, ilmu kebahasaan
Arab yang penting untuk memahami teks-teks agama, dan disiplin ilmu
6
lainnya yang bersumber dari tradisi ilmiah dan keagamaan yang telah
diturunkan dari masa lampau.5
Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pendidikan tidak hanya merupakan
kegiatan intelektual yang terisolasi dari kehidupan praktis, tetapi merupakan
hasil dari proses pembentukan masyarakat dan perkembangan
kebudayaannya. Baginya, ilmu dan pendidikan adalah fenomena sosial yang
mencerminkan sifat khas manusia.
Dari pemikiran Ibnu Khaldun tersebut, ide utama aliran Pragmatis
dapat diidentifikasi. Pertama, manusia pada dasarnya tidak memiliki
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, tetapi ia menjadi tahu melalui
proses pembelajaran dan pengalaman. Kedua, akal merupakan sumber
otonom pengetahuan, yang memungkinkan manusia untuk memahami dunia
di sekitarnya. Ketiga, pentingnya menjaga keseimbangan antara
pengetahuan duniawi (terkait dengan kehidupan dunia) dan pengetahuan
ukhrawi (terkait dengan kehidupan akhirat), sehingga pendidikan tidak
hanya memberikan manfaat materi tetapi juga spiritual bagi individu dan
masyarakat.
B. Pendidikan Umum
1. Definisi Pendidikan Umum
Pendidikan umum merupakan jenis pendidikan yang terdiri dari tingkat
pendidikan dasar dan menengah, yang menekankan perluasan pengetahuan yang
diperlukan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Menurut definisi dari UNESCO Institute for Statistics, pendidikan umum
adalah program yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan umum,
literasi, keterampilan, dan kompetensi peserta didik, sehingga mereka memiliki
dasar pembelajaran yang kuat sepanjang hidup dan untuk kurikulum akademik
yang lebih lanjut.
5
Hayati, dan Yulida H. “ALIRAN ALIRAN UTAMA DALAM PEMIKIRAN FILSAFAT
PENDIDIKAN (ISLAM)”
7
Pendidikan umum juga mencakup kegiatan yang tidak bersifat khusus dan
bertujuan untuk membangun kepribadian peserta didik secara menyeluruh.
Tujuannya adalah agar individu memiliki pemahaman yang luas tentang segala
aspek kehidupan dan memiliki kepribadian yang kokoh. Pendidikan umum
diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengajarkan nilai-nilai moral dan
mengontrol perilaku yang tidak diinginkan dalam lingkungan pendidikan.6
2. Aliran-aliran Pendidikan Umum
a. Aliran Empirisme
Aliran empirisme menekankan pentingnya pengaruh dari lingkungan
eksternal dalam perkembangan manusia. Mereka berpendapat bahwa
perkembangan anak bergantung pada pengalaman yang diperoleh dari
lingkungan, sedangkan faktor bawaan yang dimiliki sejak lahir dianggap
kurang berarti.
Tokoh utama aliran ini adalah filsuf Inggris bernama John Locke, yang
pada abad ke-18 mengembangkan konsep rasionalisme. Menurut teori ini,
bayi yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang kosong, yang juga dikenal
dengan istilah "tabula rasa". Artinya, anak tidak memiliki bakat atau sifat
bawaan tertentu, sehingga orang tua dan lingkungan pendidikan memiliki
peran penting dalam membentuk kepribadian dan pengetahuan mereka.
Dalam pandangan empirisme, pendidikan memegang peran yang
sangat vital karena pendidik memberikan lingkungan yang ideal bagi anak-
anak. Lingkungan ini akan menjadi sumber pengalaman bagi anak, yang akan
membentuk pola pikir dan perilaku mereka seiring waktu.
b. Aliran Nativisme
Paham nativisme menentang paham empirisme dengan mengemukakan
bahwa anak yang lahir ke dunia sudah memiliki pembawaan atau bakat yang
akan berkembang seiring waktu. Tokoh utama aliran ini adalah filsuf Jerman,
6
"Pengertian Pendidikan Umum, Ciri, Tujuan, Fungsi, dan Contohnya". (2023, Agustus 5).
dosenSosiologi.com. Dari https://dosensosiologi.com/pendidikan-umum. (Diakses pada 20 April 2024)
8
Schopenhauer (1788-1860). Menurut pandangan nativisme, perkembangan
anak lebih dipengaruhi oleh faktor bawaan atau bakat yang dimilikinya sejak
lahir, sehingga lingkungan eksternal memiliki pengaruh yang lebih kecil.
Dalam pandangan nativisme, kemampuan bawaan anak memiliki peran
yang dominan, sehingga lingkungan eksternal tidak memiliki dampak
signifikan dalam perkembangan mereka. Pendidikan yang tidak
memperhatikan bakat dan pembawaan alami anak tidak akan efektif dalam
membantu perkembangan mereka. Dengan demikian, aliran nativisme
menekankan pentingnya pengenalan dan pengembangan potensi bawaan yang
dimiliki oleh anak sejak lahir.
c. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi, yang berasal dari kata "konvergensi" yang berarti
titik pertemuan, diperkenalkan oleh William Stern (1871-1939), seorang ahli
psikologi asal Jerman. Stern menyatakan bahwa setiap individu lahir dengan
kombinasi sifat baik dan buruk. Dia mengakui bahwa baik faktor bawaan
maupun faktor lingkungan memiliki peran penting dalam proses
perkembangan anak.
Menurut aliran konvergensi, bakat yang dimiliki sejak lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai untuk
mendukung perkembangannya. Sebaliknya, lingkungan yang baik juga sulit
mengembangkan potensi anak secara optimal jika tidak ada bakat yang
diperlukan untuk perkembangan yang diinginkan. Oleh karena itu, aliran ini
menggabungkan peran pembawaan sejak lahir dan pengaruh lingkungan
dalam membentuk pengalaman anak.
Dengan kata lain, aliran konvergensi menekankan bahwa
perkembangan anak dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara faktor
9
bawaan dan lingkungan, dan keduanya memiliki peran yang sama-sama
penting dalam membentuk kepribadian dan kemampuan individu.7
C. Perbedaan Aliran Pendidikan Islam dan Pendidikan Umum
Berdasarkan tulisan pada sub-bab sebelumnya terdapat perbedaan antara
pendidikan Islam dan pendidikan umum, baik dari segi pendekatan, tujuan, maupun
prinsip-prinsip yang mendasarinya.
1. Perbedaan dari Segi Pendekatan dan Landasan Filosofis:
a. Pendidikan Islam: Pendidikan Islam memiliki landasan filosofis yang kuat
dalam ajaran dan nilai-nilai agama Islam. Tujuannya adalah tidak hanya untuk
mentransfer pengetahuan agama, tetapi juga untuk membentuk karakter yang
berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Pendekatan pendidikan Islam mencakup
aspek keagamaan, moral, dan spiritual, dengan menekankan pentingnya
kesalehan dalam kehidupan.
b. Pendidikan Umum: Pendidikan umum lebih bersifat sekuler dan tidak terkait
secara langsung dengan ajaran agama tertentu. Landasan filosofis pendidikan
umum cenderung bersifat humanistik dan pragmatis, dengan fokus pada
pengembangan pengetahuan umum, literasi, keterampilan, dan kompetensi
yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
2. Perbedaan dari Segi Tujuan Pendidikan:
a. Pendidikan Islam: Tujuan utama pendidikan Islam adalah untuk membentuk
individu yang berilmu, berakhlak mulia, dan taat pada ajaran agama Islam.
Pendidikan Islam juga diarahkan untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan berakhlak Qur’ani, serta menumbuhkan
kecintaan dan ketaatan pada nilai-nilai agama.
7
Meilani, D.I. (n.d.) "ALIRAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM". Academia.edu. Dari
https://www.academia.edu/24549167/ALIRAN_PENDIDIKAN_DALAM_ISLAM (Diakses pada 20
April 2024)
10
Pendidikan Umum: Tujuan pendidikan umum lebih bersifat umum dan luas,
mencakup pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang
diperlukan untuk kesuksesan dalam kehidupan pribadi, sosial, dan
profesional. Pendidikan umum bertujuan untuk membekali peserta didik
dengan dasar pembelajaran yang kuat, sehingga mereka mampu beradaptasi
dan berhasil dalam berbagai situasi.
3. Perbedaan Dari Segi Prinsip-prinsip Pendidikan:
a. Pendidikan Islam: Prinsip-prinsip pendidikan Islam mencakup penekanan
pada aspek spiritual, moral, dan religius. Aliran konservatif dalam pendidikan
Islam, misalnya, menempatkan penekanan yang kuat pada aspek keagamaan
murni, dengan mempersempit makna ilmu dan menganggapnya sebagai
pengetahuan yang sangat terkait dengan aspek spiritualitas dan ibadah.
b. Pendidikan Umum: Prinsip-prinsip pendidikan umum cenderung lebih
beragam dan inklusif, dengan penekanan pada pengembangan pengetahuan,
keterampilan, dan kompetensi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Pendidikan umum juga mencakup aspek kepribadian dan moral, namun tidak
secara eksklusif terkait dengan ajaran agama tertentu.
Dengan demikian, perbedaan mendasar antara pendidikan Islam dan
pendidikan umum terletak pada landasan filosofis, tujuan, dan prinsip-prinsip yang
mendasarinya. Pendidikan Islam menekankan pengembangan individu yang
berakhlak Qur’ani dan taat pada ajaran agama, sementara pendidikan umum lebih
bertujuan untuk memberikan dasar pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang
diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pemahaman tentang aliran-aliran dalam pendidikan Islam dan
perbandingannya dengan pendidikan umum, dapat disimpulkan bahwa kedua
pendekatan ini memiliki perbedaan mendasar dalam pendekatan, tujuan, dan prinsip-
prinsip mendasarnya. Aliran-aliran dalam pendidikan Islam menekankan nilai-nilai
agama Islam dalam pembentukan individu yang berakhlak Qur’ani dan taat pada
ajaran agama. Sementara itu, pendidikan umum lebih bersifat sekuler dan
humanistik, dengan fokus pada pengembangan pengetahuan umum dan keterampilan
yang relevan dengan kehidupan sehari-hari tanpa keterikatan pada ajaran agama
tertentu. Perbedaan ini mencerminkan landasan filosofis yang berbeda antara
keduanya, yang masing-masing memiliki implikasi signifikan dalam praktik
pendidikan.
.
12
DAFTAR PUSTAKA
Fikri, A. (2024, Maret 24). “Definisi Pendidikan Islam Menurut Para Ahli: Misi
Pendidikan yang Berlandaskan Nilai-Nilai Agama”. Redasamudra.id. Dari
https://redasamudera.id/definisi-pendidikan-islam-menurut-para-ahli/ (Diakses
pada 19 April 2024)
Hayati, dan Yulida H. “ALIRAN ALIRAN UTAMA DALAM PEMIKIRAN FILSAFAT
PENDIDIKAN (ISLAM)”
Meilani, D.I. (n.d.) "ALIRAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM". Academia.edu. Dari
https://www.academia.edu/24549167/ALIRAN_PENDIDIKAN_DALAM_ISL
AM (Diakses pada 20 April 2024)
"Pengertian Pendidikan Umum, Ciri, Tujuan, Fungsi, dan Contohnya". (2023, Agustus
5). dosenSosiologi.com. Dari https://dosensosiologi.com/pendidikan-umum.
(Diakses pada 20 April 2024)
Riadi, M. (2014, April 24). “Pengeritan, dasar dan Tujuan Pendidikan Islam.”.
Kajianpustaka. Dari https://www.kajianpustaka.com/2014/04/pengertian-dasar-
tujuan-pendidikan-islam.html (Diakses pada 19 April 2024)
13