100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
6K tayangan7 halaman

Pengantar Ekonomi Makro Tugas 2

Tugas tutorial 2 mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro membahas 5 pertanyaan tentang konsep-konsep ekonomi makro seperti permintaan agregat, teori kuantitas uang, kritik terhadap teori kuantitas uang, kebijakan fiskal, dan kondisi anggaran belanja pemerintah. Petunjuk pengerjaan tugas memberikan instruksi untuk menjawab pertanyaan secara lengkap dan menggunakan referensi.

Diunggah oleh

nabila risna putri
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
6K tayangan7 halaman

Pengantar Ekonomi Makro Tugas 2

Tugas tutorial 2 mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro membahas 5 pertanyaan tentang konsep-konsep ekonomi makro seperti permintaan agregat, teori kuantitas uang, kritik terhadap teori kuantitas uang, kebijakan fiskal, dan kondisi anggaran belanja pemerintah. Petunjuk pengerjaan tugas memberikan instruksi untuk menjawab pertanyaan secara lengkap dan menggunakan referensi.

Diunggah oleh

nabila risna putri
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 7

Tugas Tutorial 2

Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro/ESPA4110

Petunjuk Pengerjaan Tugas Tutorial:


 Silakan Anda jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan tepat dan lengkap.
 Jika Anda menggunakan referensi bacaan terkait dengan jawaban, silakan uraikan dengan
kalimat sendiri/parafrase (tidak copy paste) dan tuliskan referensinya
 Waktu pengerjaan adalah 2 (dua) minggu sejak Tugas Tutorial ini dapat diakses

SOAL:
1. Permintaan agregrat dapat didefinisikan sebagai keseluruhan permintaan domestik dan
luar negeri terhadap suatu perekonomian yang memiliki sumber daya terbatas dikurangi
seluruh permintaan dalam negeri terhadap barang dan jasa yang berasal dari luar negeri.
Gambarkan tentang kurva permintaan agregrat dan jelaskan!
2. Misalkan dalam suatu perekonomian diketahui pendapatan Y = 200, penawaran uang M
= 100, dan laju peredaran uang V = 8. Berdasarkan teori kuantitas, hitunglah berapa
besar tingkat harga!
3. Ahli ekonomi yang beraliran modern atau golongan Keynesian menyatakan bahwa teori
kuantitas mengandung beberapa kelemahan dan tidak dapat memberikan penjelasan yang
baik mengenai sifat hubungan antara penawaran uang dan tingkat harga serta kegiatan
ekonomi negara. Jelaskan kritikan-kritikan tersebut secara lengkap!
4. Kebijakan fiskal didefinisikan sebagai langkah-langkah pemerintah untuk membuat
perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam sistem pembelanjaannya dengan
dimaksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dituju. Dalam
perkembangannya, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi empat macam. Jelaskan
macam-macam kebijakan fiskal tersebut!
5. Saldo anggaran belanja dapat dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah dan penerimaan
pemerintah yang menjadikan tiga kondisi anggaran belanja. Jelaskan tiga kondisi
anggaran belanja pemerintah tersebut!

~~Selamat Mengerjakan~~
Jawaban
Nomor 1

Pada dasarnya, kurva permintaan agregat melambangkan jumlah dari


seluruh barang dan jasa yang diminta dalam suatu perekonomian pada
setiap tingkat harga. Seperti yang digambarkan pada figur di atas, yaitu
kurva agregat miring ke bawah. Hal ini mengimplikasikan bahwa jika hal
lain tetap sama, penurunan tingkat harga keseluruhan dalam
perekonomian (misalkan dari P, ke P) cenderung meningkatkan jumlah
barang dan jasa yang diminta (dari Y, ke Y).

Mengapa Kurva Permintaan Agregat Miring ke Bawah?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengingat bahwa PDB (Y)
merupakan jumlah dari konsumsi (C), investasi (I), belanja pemerintah (G)
dan ekspor neto (NX):

Y=C+I+G+ NX.

Masing-masing dari keempat komponen tersebut memberikan


kontribusinya bagi permintaan agregat atas barang dan jasa. Saat ini, kita
mengasumsikan bahwa belanja pemerintah adalah tetap karena
berdasarkan kebijakan.

Sedangkan tiga komponen lainnya (konsumsi, investasi dan ekspor neto)


tergantung pada kondisi- kondisi perekonomian, terutama pada tingkat
harga. Oleh karena itu, untuk memahami mengapa kurva permintaan
agregat miring ke bawah, maka kita harus mengkaji lagi bagaimana tingkat
harga dapat memengaruhi jumlah barang dan jasa yang diminta untuk
konsumsi, investasi dan ekspor neto

Sumber referensi
Nasir, M., & Arifin. (2021). Pengantar Ekonomi Mikro (Edisi 3). Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.

Nomor 2
V = 200
M = 100
V=8

Ditanya:
P7

Penyelesaian:
Dalam teori kuantitas uang Irving Fisher, dirumuskan persamaan:
MV = PY

Keterangan:
M Jumlah uang yang beredar
V = Laju/kecepatan peredaran uang
P = Tingkat harga barang
Y-Tingkat pendapatan

→MV-PY
Maka untuk menghitung nilai P, menggunakan rumus:
P-MV/Y

P-(100).(8)/200
P = 800/200
P=4

Jadi, tingkat harga dari suatu perekonomian tersebut adalah sebesar 4.

Nomor 3
Kritikan Aliran Keynesian terhadap Teori Kuantitas Uang
Ekonom Keynesian melontarkan beberapa kritikan terhadap teori kuantitas
uang (TMU) yang dianggap tidak mampu menjelaskan secara menyeluruh
hubungan antara penawaran uang, tingkat harga, dan kegiatan ekonomi
negara. Berikut beberapa poin kritikannya:

1. Ketidakjelasan Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter


TMU tidak menjelaskan secara detail bagaimana perubahan penawaran
uang berdampak pada variabel ekonomi lain. Mekanisme transmisi
kebijakan moneter masih kabur, sehingga sulit untuk memprediksi hasil
kebijakan moneter secara akurat.

2. Pengabaian Faktor Non-Moneter


TMU terlalu fokus pada faktor moneter sebagai penentu utama inflasi dan
kegiatan ekonomi. Faktor non-moneter seperti ekspektasi inflasi, rigiditas
upah dan harga, dan struktur pasar diabaikan, sehingga TMU kurang
relevan dalam menjelaskan situasi ekonomi yang kompleks.
3. Ketidaksesuaian dengan Pengalaman Empiris
Hasil empiris menunjukkan bahwa hubungan antara penawaran uang dan
tingkat harga tidak selalu sejalan dengan prediksi TMU. Contohnya, pada
periode resesi, peningkatan penawaran uang tidak selalu memicu inflasi,
melainkan terjebak dalam “perangkap likuiditas”.

4. Kesederhanaan yang Berlebihan


TMU dianggap terlalu menyederhanakan realitas ekonomi yang kompleks.
Asumsinya yang statis dan ceteris paribus tidak mencerminkan dinamika
ekonomi yang sebenarnya, sehingga TMU kurang fleksibel dalam
menganalisis berbagai fenomena ekonomi.

5. Ketidakmampuan Menganalisis Jangka Pendek dan Panjang


TMU lebih cocok untuk analisis jangka panjang, namun kurang efektif
dalam menjelaskan fluktuasi ekonomi jangka pendek. Keynesian
berpendapat bahwa faktor agregat demand (permintaan agregat) lebih
berperan dalam menentukan output dan lapangan kerja dalam jangka
pendek.

Kritikan-kritikan di atas menunjukkan bahwa teori kuantitas uang memiliki


keterbatasan dalam menjelaskan hubungan antara penawaran uang,
tingkat harga, dan kegiatan ekonomi negara. Aliran Keynesian
menawarkan perspektif yang lebih komprehensif dengan
mempertimbangkan faktor non-moneter dan dinamika ekonomi jangka
pendek.

Sumber Referensi:
 Murniati, T. R., & Rosyidah, N. (2017). Pengaruh Penawaran Uang
Terhadap Inflasi di Indonesia: Analisis Model VAR. Jurnal Kajian
Ekonomi dan Keuangan Moneter, 22(2), 223-236.
 Lubis, A. Y. (2016). Hubungan Kausalitas Jangka Pendek Antara
Penawaran Uang, Inflasi, dan Suku Bunga di Indonesia:
Pendekatan VAR. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Moneter, 35(2),
307-324.
 Harjito, P. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi
di Indonesia: Pendekatan Ekonometrika. Jurnal Kajian Ekonomi dan
Keuangan Moneter, 20(3), 421-434.

Nomor 4
Macam-Macam Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa sudut
pandang, salah satunya adalah berdasarkan tujuan dan dampaknya
terhadap neraca anggaran negara. Berikut adalah empat macam
kebijakan fiskal yang umum diterapkan:

1. Kebijakan Fiskal Ekspansif:


Kebijakan fiskal ekspansif bertujuan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi dengan meningkatkan permintaan agregat. Hal ini dilakukan
dengan cara meningkatkan pengeluaran pemerintah atau menurunkan
pajak. Kebijakan ini biasanya diterapkan saat ekonomi sedang mengalami
resesi atau pertumbuhannya melambat.

Dampak:
* Meningkatkan permintaan agregat
* Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
* Mengurangi pengangguran
* Meningkatkan defisit anggaran
* Meningkatkan inflasi (jika tidak terkendali)

2. Kebijakan Fiskal Kontraktif:


Kebijakan fiskal kontraktif bertujuan untuk meredam inflasi dengan
menurunkan permintaan agregat. Hal ini dilakukan dengan cara
menurunkan pengeluaran pemerintah atau menaikkan pajak. Kebijakan ini
biasanya diterapkan saat ekonomi sedang mengalami inflasi yang tinggi.

Dampak:
* Menurunkan permintaan agregat
* Meredam inflasi
* Mengurangi pertumbuhan ekonomi
* Meningkatkan pengangguran
* Meningkatkan surplus anggaran

3. Kebijakan Fiskal Netral:


Kebijakan fiskal netral bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara
permintaan agregat dan penawaran agregat sehingga tercipta stabilitas
ekonomi. Hal ini dilakukan dengan cara menjaga agar pengeluaran
pemerintah sama dengan penerimaan pajak. Kebijakan ini biasanya
diterapkan saat ekonomi sedang stabil.

Dampak:
* Menjaga keseimbangan antara permintaan agregat dan penawaran
agregat
* Menjaga stabilitas ekonomi
* Pertumbuhan ekonomi yang moderat
* Pengangguran yang stabil
* Neraca anggaran yang seimbang

4. Kebijakan Fiskal Fungsional:


Kebijakan fiskal fungsional bertujuan untuk mencapai tujuan jangka
panjang tertentu, seperti meningkatkan kualitas pendidikan atau
infrastruktur. Hal ini dilakukan dengan cara mengalokasikan sumber daya
secara optimal untuk mencapai tujuan tersebut. Kebijakan ini tidak selalu
berdampak langsung pada neraca anggaran negara.

Dampak:
* Meningkatkan kualitas pendidikan atau infrastruktur
* Meningkatkan daya saing ekonomi
* Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
* Dampak terhadap neraca anggaran tergantung pada jenis dan skala
program yang dijalankan
Sumber Referensi:
 Buchori, A. (2017). Kebijakan Fiskal dan Moneter: Teori dan
Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: UMY.
 Soerjosoedarmo, D. S. (2004). Ekonomi Moneter dan Fiskal.
Jakarta: LPFE UI.

Nomor 5
Tiga Kondisi Anggaran Belanja Pemerintah

Saldo anggaran belanja pemerintah dapat dipengaruhi oleh dua faktor


utama, yaitu pengeluaran pemerintah dan penerimaan pemerintah.
Kombinasi dari kedua faktor ini menghasilkan tiga kondisi anggaran
belanja pemerintah, yaitu:

1. Surplus Anggaran Belanja Pemerintah


Surplus anggaran belanja pemerintah terjadi ketika penerimaan
pemerintah lebih besar daripada pengeluaran pemerintah. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pemerintah memiliki dana yang tersisa setelah
memenuhi semua kebutuhan pengeluarannya. Surplus ini dapat
digunakan untuk berbagai tujuan, seperti:
* Membayar utang pemerintah
* Meningkatkan investasi di sektor-sektor penting
* Memberikan dana cadangan untuk situasi darurat
* Memotong pajak

Surplus anggaran belanja pemerintah umumnya dianggap sebagai


indikator ekonomi yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah
mengelola keuangannya dengan baik dan memiliki ruang untuk
berinvestasi dalam pertumbuhan ekonomi di masa depan.

2. Defisit Anggaran Belanja Pemerintah


Defisit anggaran belanja pemerintah terjadi ketika pengeluaran pemerintah
lebih besar daripada penerimaan pemerintah. Kondisi ini menunjukkan
bahwa pemerintah meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan
pengeluarannya. Defisit ini dapat dibiayai dengan berbagai cara, seperti:
* Menjual obligasi pemerintah
* Meminjam dari bank sentral
* Meminta bantuan keuangan dari luar negeri

Defisit anggaran belanja pemerintah umumnya dianggap sebagai indikator


ekonomi yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak
mengelola keuangannya dengan baik dan bergantung pada pinjaman
untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, dalam beberapa kasus, defisit
dapat menjadi alat kebijakan fiskal yang digunakan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi.

3. Anggaran Belanja Pemerintah Seimbang


Anggaran belanja pemerintah seimbang terjadi ketika penerimaan
pemerintah sama dengan pengeluaran pemerintah. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pemerintah tidak meminjam uang dan tidak memiliki
dana cadangan. Anggaran belanja pemerintah seimbang umumnya
dianggap sebagai kondisi yang ideal karena menunjukkan bahwa
pemerintah mengelola keuangannya dengan hati-hati dan tidak boros.

Namun, dalam praktiknya, sangat sulit untuk mencapai anggaran belanja


pemerintah yang seimbang secara sempurna. Hal ini karena faktor-faktor
seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan tingkat suku bunga dapat
berfluktuasi dan memengaruhi penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Referensi:
 Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2023). Undang-
Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2023. https://media.kemenkeu.go.id/getmedia/6439fa59-
b28e-412d-adf5-e02fdd9e7f68/Informasi-APBN-TA-2023.pdf?
ext=.pdf
 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. (2024). Tabel Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Fungsi (Miliar Rupiah).
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTA4MiMy/tabel-
anggaran-belanja-pemerintah-pusat-berdasarkan-fungsi—milyar-
rupiah-.html
 Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan
Republik Indonesia. (2024). Meningkatkan Kualitas Belanja
Pemerintah.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12554/Meningkatkan-
Kualitas-Belanja-Pemerintah.html

Anda mungkin juga menyukai