100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
883 tayangan5 halaman

Materi Diskusi Sesi 1 Strategi Pembelajaran Di SD

Peneliti memilih strategi inkuiri dalam meningkatkan proses sains dan motivasi belajar siswa SD karena: 1. Strategi ekspositori dan demonstrasi yang sering digunakan guru kurang efektif dan membosankan bagi siswa. Strategi inkuiri melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. 2. Strategi inkuiri sesuai dengan karakteristik perkembangan psikologis siswa SD dan dapat meningkatkan

Diunggah oleh

Oryzae
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
883 tayangan5 halaman

Materi Diskusi Sesi 1 Strategi Pembelajaran Di SD

Peneliti memilih strategi inkuiri dalam meningkatkan proses sains dan motivasi belajar siswa SD karena: 1. Strategi ekspositori dan demonstrasi yang sering digunakan guru kurang efektif dan membosankan bagi siswa. Strategi inkuiri melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. 2. Strategi inkuiri sesuai dengan karakteristik perkembangan psikologis siswa SD dan dapat meningkatkan

Diunggah oleh

Oryzae
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 5

1.

Alasan peneliti memilih strategi Inkuiri pada meningkatkan proses sains dan motivasi belajar
siswa di SD

Isi jurnal peneliti:

“Dalam pembelajaran IPA siswa seharusnya diberikan kesempatan untuk mengalami dan menemukan
sendiri tentang makna dari materi yang diajarkan. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
pembelajaran IPA yang dilaksanakan oleh guru tidak sesuai dengan hakikat IPA itu sendiri, guru dalam
mengajar IPA terkadang hanya memfokuskan pada pemberian informasiberupa fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan rumusdalam bentuk yang sudah jadi kepada siswa. Guru lebih sering menggunakanstrategi
ekspositori yang terkadang divariasikan dengan kegiatan demonstrasi. Penggunaan strategi ekspositori
yang divariasikan dengan demonstrasi yang terus-menerus berdampak kurang baik bagi siswa, mereka
jadi sulit memahami materi yang diajarkan oleh guru, proses pembelajaran tidak menyenangkan, dan
terasa membosankan. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa tidak dilibatkan secara
langsung. Hal tersebut menyebabkan pengetahuan yang diterima siswa tidak bermakna atau siswa hanya
menghafal pengetahuan sehingga pengetahuan tersebut tidak bertahan lama.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan hasil belajar dan
keterampilan proses sains. Salah satu diantaranya adalah menerapkan strategi pembelajaran inkuiri.
Pembelajaran inkuiri diterapkan agar siswa bebas mengembangkan konsep yang mereka pelajari bukan
hanya sebatas materi yang dicatat saja kemudian dihafal (Yulianingsih & Hadisaputro,2013).

srategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar karena siswa
dilibatkan secara aktif dalam melakukan investigasi. Investigasi ini memiliki tahapan-tahapan belajar yang
dapat digunakan untuk melatih keterampilan proses sains (Wulanningsih et al., 2012).

Dari dua siklus yang dilakukan untuk melakukan perbandingan terhadap kefektivitasan strategi inkuiri ini,
diperoleh hasil sebagai berikut:

Peningkatan terjadi keterampilan proses sains pada siklus 1: 73% meningkat pada siklus 2: menjadi 85 %.

Kemudian peningkatan terjadi pada motivasi belajar siswa pada siklus 1: 53% meningkat pada siklus 2:
menjadi 85 %.

Dari paparan data, hasil penelitian, dan pembahasan, simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:

Pelaksanaan pembelajaran dengan strategi Inkuiri dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan
keterampilan proses sains dan motivasi belajar siswa, agar pembelajaran berlangsung efektif dan efisien,
dan dapat melaksanakan pembelajaran IPA.”

Menurut saya, Peneliti memilih strategi inkuiri dalam meningkatkan proses sains dan
motivasi belajar siswa di SD dikarenakan 2 hal yaitu:

Pertama, adanya perhatian peneliti terkait kurang efektifnya strategi ekspositori dan
demonstrasi yang sering dilakukan oleh guru dalam membawakan materi. Sehingga
berdampak pada proses pembelajaran yang tidak menyenangkan, dan terasa membosankan
oleh siswa. Peneliti berharap dengan menggunakan strategi Inkuiri ini memungkinkan
siswa untuk aktif terlibat dalam pembelajaran dan melakukan explorasi mandiri. siswa
diberi kesempatan untuk mengalami dan menemukan sendiri makna dari materi yang
diajarkan, bukan hanya menerima informasi dari guru secara pasif. Hal ini bertentangan
dengan penggunaan strategi ekspositori yang lebih sering diterapkan oleh guru, di
mana siswa cenderung hanya menerima informasi yang sudah jadi dan menghafal tanpa
memahami maknanya. Dengan strategi inkuiri, siswa diajak untuk mengembangkan
konsep-konsep secara mandiri melalui investigasi, sehingga mereka dapat memahami
materi secara lebih mendalam dan berarti. Aktivitas ini juga melatih keterampilan proses
sains siswa, seperti observasi, mengajukan pertanyaan, merumuskan masalah,
mengumpulkan data, menganalisis, dan membuat kesimpulan.

Dengan demikian, Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan strategi inkuiri


efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan motivasi belajar siswa di
tingkat SD. Hal ini menjadikan pembelajaran IPA menjadi lebih menyenangkan, berarti,
dan efisien, sesuai dengan tujuan hakiki pembelajaran IPA itu sendiri.

Kedua, Peneliti mempertimbangkan aspek psikologis siswa dalam memilih strategi


inkuiri. Karena strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan rasa ingin tahu mereka dan merasa lebih memiliki proses
pembelajaran. Dengan memungkinkan siswa untuk aktif terlibat dalam pemecahan
masalah dan penemuan konsep sendiri, strategi inkuiri dapat meningkatkan rasa
percaya diri siswa karena mereka merasa memiliki kontrol atas proses belajar mereka.
Selain itu, melalui pembelajaran inkuiri, siswa juga dapat mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan kreatif, serta belajar untuk bekerja sama dalam kelompok untuk
mencapai tujuan bersama. Hal ini dapat memperkuat hubungan sosial siswa di kelas dan
meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam berinteraksi dengan teman sebaya.

Dengan demikian, aspek psikologis seperti pengembangan rasa percaya diri, motivasi
intrinsik, dan keterampilan sosial juga menjadi pertimbangan peneliti dalam memilih
strategi inkuiri sebagai pendekatan pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan
proses sains dan motivasi belajar siswa di tingkat SD.

2. Kemukakan hasil penelitian yang dilaporkan pada artikel tersebut dan kaitkan dengan
materi inisiasi I!
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penerapan strategi inkuiri berhasil
meningkatkan keterampilan proses sains siswa dari 73% pada siklus 1 meningkat
menjadi 85% pada siklus 2. Selain itu, motivasi belajar siswa juga mengalami
peningkatan signifikan, dari 53% pada siklus 1 menjadi 85% pada siklus 2.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika guru menerapkan strategi inkuiri dalam
pembelajaran, siswa lebih banyak terlibat secara aktif dan melakukan eksplorasi sendiri.
Ini berkaitan dengan konsep belajar, di mana belajar bukan hanya tentang menerima
informasi, tetapi juga tentang proses mental dan emosional yang aktif. Ketika siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran dan melakukan eksplorasi, mereka mengalami
perubahan perilaku yang lebih baik, seperti meningkatnya pemahaman konsep dan
motivasi belajar.

Kaitannya dengan Materi Inisiasi 1, Ada beberapa prinsip belajar yang terkait. Pertama,
motivasi belajar siswa meningkat karena mereka merasa memiliki kontrol atas proses
pembelajaran mereka. Ini terkait dengan prinsip motivasi, di mana siswa lebih
termotivasi untuk belajar ketika mereka merasa tujuan pembelajaran memiliki nilai bagi
mereka. Kemudian, dengan fokus yang lebih tinggi pada pelajaran dan aktivitas belajar
yang lebih intens, siswa dapat memperhatikan materi lebih baik. Ini terkait dengan
prinsip perhatian. Selain itu, aktivitas belajar yang ditingkatkan juga berdampak pada
pembelajaran yang lebih efektif, sesuai dengan prinsip aktivitas. Siswa juga mendapat
umpan balik yang cepat, membantu mereka memperbaiki kesalahan mereka dan
meningkatkan pemahaman mereka secara individual, sesuai dengan prinsip balikan.
Terakhir, perbedaan individual siswa juga dipertimbangkan, memastikan bahwa
pendekatan pembelajaran memperhitungkan gaya belajar dan kebutuhan individual
siswa.

Dengan demikian, penerapan strategi inkuiri ini sejalan dengan konsep dan prinsip
pembelajaran sehingga terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains
dan motivasi belajar siswa.

Sekian dan Terima kasih.

MATERI INISIASI 1

A. KONSEP BELAJAR
Banyak pengertian belajar telah dikemukakan oleh para ahli. Salah satu di antaranya ialah
menurut Gagne (1985), bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (lihat Ratna Wilis Dahar, 1989, hal. 11). Dari
pengertian belajar tersebut, terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu: proses,
perubahan perilaku, dan pengalaman.

1. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang
dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri
tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang
sedang belajar itu). Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Yang
dapat diamati guru ialah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas
pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut.
Contoh proses dalam belajar:
Seorang guru memberikan materi pembelajaran dengan tema saling menghargai. Setelahnya
ia mengelompokkan siswa menjadi 5 kelompok dan meminta mereka untuk membuat
skenario dan bermain peran dengan tema saling menghargai. Kegiatan ini diakhiri dengan
sesi Tanya jawab antara guru dan siswa.

2. Perubahan Perilaku
Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar akan
berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan, atau
penguasaan nilai-nilai (sikap). Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang
dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), tempat proses mental dan
emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga
ranah (kawasan), yaitu: pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan
penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif). Ketiga ranah tersebut di dalam Kurikulum 2004
terkandung dalam rumusan kompetensi.

3. Pengalaman
Belajar adalah mengalami; dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Contoh lingkungan fisik
ialah: buku, alat peraga, dan alam sekitar.
Belajar dapat melalui pengalaman langsung dan melalui pengalaman tidak langsung. Belajar
melalui pengalaman langsung, siswa belajar dengan melakukan sendiri atau dengan
mengalaminya sendiri. Apabila siswa mengetahuinya karena membaca buku atau
mendengarkan penjelasan guru, maka belajar seperti itu disebut belajar melalui pengalaman
tidak langsung. Belajar dengan melalui pengalaman langsung hasilnya akan lebih baik karena
siswa akan lebih memahami, dan lebih menguasai pelajaran tersebut. Bahkan pelajaran
terasa oleh siswa lebih bermakna.

B. PRINSIP BELAJAR
Prinsip belajar merupakan ketentuan atau hukum yang harus dijadikan pegangan di dalam
pelaksanaan kegiatan belajar. Sebagai suatu hukum, prinsip belajar akan sangat menentukan
proses dan hasil belajar.

1. Motivasi
Motivasi berfungsi sebagai motor penggerak aktivitas. Bila motornya tidak ada, maka aktivitas
tidak akan terjadi; dan bila motornya lemah, aktivitas yang terjadi pun lemah pula. Motivasi
belajar berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu
sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai
berguna atau bermanfaat baginya, maka motivasi belajar akan muncul dengan kuat. Motivasi
belajar seperti itu disebut motivasi intrinsik atau motivasi internal. Jadi munculnya motivasi
intrinsik dalam belajar, karena siswa ingin menguasai kemampuan yang terkandung di dalam
tujuan pembelajaran.

2. Perhatian
Perhatian ialah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu objek. Makin
terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik, dan hasilnya akan makin baik pula.
Memunculkan perhatian seseorang pada suatu objek dapat diakibatkan oleh dua hal. Pertama,
orang itu merasa bahwa objek tersebut mempunyai kaitan dengan dirinya; umpamanya dengan
kebutuhan, cita-cita, pengalaman, bakat, dan minat. Kedua, objek itu sendiri dipandang memiliki
sesuatu yang lain dari yang lain, atau yang lain dari yang sudah biasa.
- Siswa memberikan perhatian terhadap tema pelajaran tertentu karena ia pernah
mengalami/merasakan
- Siswa memberikan perhatian terhadap tema pelajaran tertentu karena guru kelas
menggunakan Alat Peraga
- Siswa memberikan perhatian terhadap tema pelajaran tertentu karena guru kelas meminta
mereka untuk mengerjakan tugas dengan Tugas Kelompok

3. Aktivitas
Belajar itu sendiri adalah aktivitas, yaitu aktivitas mental dan emosional. Bila ada siswa yang
duduk di kelas pada saat pelajaran berlangsung, akan tetapi mental emosionalnya tidak terlibat
aktif di dalam situasi pembelajaran itu, pada hakikatnya siswa tersebut tidak ikut belajar. Oleh
karena itu, guru jangan sekali-kali membiarkan siswa tidak ikut aktif belajar. Lebih dari sekadar
mengaktifkan siswa belajar, guru harus berusaha meningkatkan kadar aktivitas belajar tersebut.
Kegiatan mendengarkan penjelasan guru, sudah menunjukkan adanya aktivitas belajar. Akan
tetapi barangkali kadarnya perlu ditingkatkan dengan menggunakan metode-metode mengajar
lain. Tetapkan salah satu kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa dan pokok bahasan dari
salah satu mata pelajaran yang biasa Anda ajarkan. Lalu rancang kegiatan-kegiatan belajar yang
seperti apa yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan tadi, hal ini agar kadar aktivitas
belajar mereka menjadi lebih tinggi.

4. Balikan
Siswa perlu dengan segera mengetahui apakah yang ia lakukan di dalam proses pembelajaran
atau yang ia peroleh dari proses pembelajaran tersebut sudah benar atau belum. Bila ternyata
masih salah, pada bagian mana ia masih salah dan mengapa salah serta bagaimana seharusnya
ia melakukan kegiatan belajar tersebut. Untuk itu Guru perlu menunjukkan kepada siswa pada
bagian mana siswa masih salah, kemudian dijelaskan mengapa masih salah dan diminta kepada
siswa tersebut untuk memperbaiki bagian yang masih salah itu. Bila waktu mencukupi, siswa
yang bersangkutan diminta untuk mengoreksi pekerjaannya sendiri di bawah bimbingan guru.
Setelah menemukan kesalahannya sendiri, selanjutnya siswa mendiskusikan kesalahannya itu
dengan guru sambil dicari sendiri cara-cara yang lebih tepat. Dengan cara seperti itu kadar
aktivitas belajar lebih tinggi. Siswa tidak terlalu banyak bergantung kepada guru, karena siswa
yang lebih banyak aktif mencari dan menemukan sendiri. Akan tetapi jangan lupa, siswa harus
tetap dibimbing.

5. Perbedaan Individual
Belajar merupakan proses mental dan emosional terjadi secara individual. Sehingga jika seorang
guru mengajar di satu kelas maka barang tentu jika aktivitas belajar siswa beragam.
Perbedaan tersebut dapat meliputi:
Tipe belajar siswa : visual,auditori, kinestetik, Kemampuan panca indera: Cepat/lambat, Latar
belakang keluarga, dan Penyakit yang diderita.

Anda mungkin juga menyukai