MERAWAT KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Dewan hakim yang arif dan bijaksana,
Hadirin sebangsa dan setanah air yang berbahagia
Pertama dan yang paling utama, tiada kata dan Bahasa yang pantas kita ucapkan melainkan
ungkapan puji yang tiada terbagi, puja yang tiada terhingga serta syukur yang tiada terukur
kehadirat Allah Swt.
Salam cinta dan salam rindu marilah senantiasa kita sanjungkan kepada baginda panutan
alam, beliau belum pernah pergi ke terminal, tapi namanya sudah terkenal.
Beliau belum pernah ke Bogor tapi namanya sudah kesohor,
Beliau belum pernah ke Ciamis, tapi namanya sudah harum manis. Siapakah beliau…? Siapa
lagi kalo bukan baginda kita Nabi Muhammad SAW.
Hadirin sebangsa dan setanah air yang berbahagia,
Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, wilayahnya
terbentang dari sabang sampai merauke, dari miangas hingga pulau rote, terangkai padu
untaian zamrud khatulistiwa membentuk kedaulatan wilayah bangsa Indonesia, dihuni oleh
lebih dari 275 juta jiwa terdiri dari 1331 suku bangsa dengan 652 bahasa yang beraneka, adat
budaya tak terbilang jumlahnya, serta keyakinan agama yang berbeda, semuanya adalah
realitas keberagaman yang menjadi berkah bagi negeri tercinta.
Hal inilah, yg membuat terpukaunya Doktor arnold J toynbee seorang sejarawan dunia di
dalam bukunya east to west, A journey round the world, beliau berkata : Indonesia is a
country where the religions are good neighbour, Indonesia merupakan sebuah negara dimana
berbagai agama hidup berdampingan dengan baik.
Tapi sayang seribu sayang multikulturalisme masih menyisakan tantangan besar bagi bangsa
Indonesia, multikulturalisme ini masih dibumbui fanatisme, fanatisme suku masih sering
membelenggu, fanatisme agama masih sering menggelora, mengoyak dan menyayat hati
bangsa. masih banyak oknum-oknum yang ingin memecah belah bangsa kita, adanya
penistaan agama, banyaknya peristiwa intoleransi, munculnya faham radikal yang
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa serta berita berita hoax yang memicu saling sindir
antar golongan saling nyinyir antar aliran dan banyak peristiwa lainnya yang berakibat saling
tonjok menonjok, saling rampok merampok, bahkan bisa berujung saling bacok,
na’udzubillahi mindzalik.
Hadirin, lalu bagaimanakah cara kita merawat kebhinekaan ditengah keberagaman ini ?
sebagai jawabannya, izinkan saya menyampaikan dakwah dengan tema “merawat
kebhinekaan dalam masyarakat multikultural” dengan landasan firman Allah dalam surat
alhujurat ayat 13 berikut ini
Aku Berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang.
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Hadirin yang berbahagia,
Menurut imam ibnu asy syakir dalam kitab mubhamat bersumber dari Abu Bakar bin Abi
Dawud beliau mengatakan bahwa asbabun nuzul ayat ini berkaitan dengan teguran Allah
kepada Bani Baydhoh yang melakukan diskriminasi terhadap budak mereka. Pada saat itu
Rasulullah saw memerintahkan kepada Bani Baydhoh untuk menikahkan putri mereka
kepada budak mereka yang bernama Abi Hindin yang berprofesi sebagai tukang bekam, Bani
Baydhoh dengan sinis berkata kepada Rasulullah, Ya Rasulallah pantaskan kami menikahkan
putri kami dengan mantan budak-budak kami yang profesinya hanya tukang bekam ? pada
saat itu datang malaikat Jibril menyampaikan wahyu surat al-Hujurat ayat 13 ini, yang
menegaskan Bahwa kemuliaan di sisi Allah SWT bukan karena keturunan atau garis
kebangsawanan. Melainkan karena ketakwaannya.
Dari segi Balaghah, surat alhujurat ayat 13 ini termasuk kedalam jenis kalam khobari yakni
kalam yang mengandung sebuah informasi ilahi, ayat tersebut meginformasikan kepada kita
bahwa Allah secara fitrah menciptakan manusia dari satu keturunan, satu jiwa yaitu adam dan
hawa, bercorak suku, berlainan bangsa, maka janganlah kalian membanggakan mazhab atau
garis keturunannya, sebab pada esensinya semua manusia adalah setara, semuanya memiliki
harkat, derajat dan martabat yang sama dihadapan Allah swt,
Lalu timbul pertanyaan hadirin, apakah fungsinya Allah menciptakan manusia beraneka
ragam ?? fungsinya adalah “Li Ta’arofu” Ai kholaqnaakum kadzalika liya’rifa ba’dhukum
ba’dho bahwasannya Allah menciptakan manusia dengan beraneka ragam dengan tujuan agar
sebagian kalian mengenal sebagian yang lainnya. Sedangkan menurut sayyid Quttub dalam
tafsir fi zilalil qur’an jilid 10 hal. 421 -422 menjelaskan kalimat lita’arofuu adalah
keharmonisan dan saling mengenal agar tidak saling bermusuhan karena perbedaan suku,
tidak saling bermusuhan karena perbedaan ras dan tidak saling bermusuhan karena perbedaan
agama.
Hadirin, keaneka ragaman dan struksul sosial yang sedemikian unik ini tiada lain adalah
maha karya Allah, betapa indahnya keragaman yang telah Allah SWT anugerahkan kepada
kita, sebagaimana indahnya khazanah lagu daerah berikut ini :
Ini dia si jali-jali, lagunya enak lagunya enak merdu sekali
Bungong Jeumpa Bungong Jeumpa,Meugah di Aceh
Ayam den lapeh ayy ayy ayam den lapeh
Rek ayo rek mlaku mlaku nang Tunjungan
Rek ayo rek rame rame bebarengan
Ampar ampar pisang Pisangku balum masak, Masak bigi dihurung bari-bari 2x
Apuse kokon dao, Yarabe soren doreri
Sinanggar tullo tullo a tullo
HORAS
Hadirin yang berbahagia, keberagaman di negera kita bagaikan lima jari, kelima jari
ini berbeda bentuk, ukuran, dan fungsi, namun merupakan satu kesatuan, Kesempurnaan
kelima jari terletak ketika kelimanya saling bekerja sama sesuai fungsi dan tugasnya.
Perbedaan bentuk, ukuran, dan fungsi bersinergi menjadi kekuatan dasyat membangun
peradaban. Bahkan, perbedaan tersebut menjadikan tangan demikian indah. Begitupun
dengan negeri kita, Perbedaan seharusnya tak membuat saling merasa mulia atau dipandang
hina. Perbedaan justru membangun kekokohan ketika kita bersatu. oleh karena itu sudah
saatnya kita bersanding bukan saling menuding, saatnya kita mendidik bukan saling
membidik, saatnya kita membina bukan saling menghina. mari kita bersatu padu kita junjung
tinggi semangat bhineka tunggal ika, sebab apa hadirin ? konflik-konflik yang terjadi di
tengah bangsa kita hanya menyisakan duka dan air mata, masih ingatkah kita betapa tragisnya
konflik wamena ? betapa mengerikannya trageri 98 di jakarta ? bahkan belum lama ini duka
bangsa kita bertambah lagi dengan adanya tragedy kanjuruhan malang yang menelan banyak
korban jiwa, astaghfirullah….seolah nyawa manusia tidak ada harganya. Padahal dengan
tegas Rasulullah mengingatkan kita dalam sebuah hadis riwayat Abu Daud,yang berbunyi :
"
Bukan termasuk golongan ummatku orang yang menyerukan kepada fanatisme kesukuan,
bukan dari golongan ummatku orang yang berperang demi fanatisme 'kesukuan, dan bukan
dari golongan ummatku orang yang mati karna mempertahankan fanatisme kesukuannya.
(H.R. Abu Daud).
Hadirin wal hadirot rohima kumullah,
Lantas timbul pertanyaan, bagaimana upaya kita merawat kebhinekaan dalam masyarakat
multikultural ? jawabannya terangkai indah di dalam al-Qur’an penggalan surat ali imron ayat
103 yang berbunyi :
Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai
berai
Hadirin yang berbahagia, secara semantik, ayat tersebut diawali dengan shigot Fi’il Amr yang
berarti perintah. Dalam kaidah ushul fiqih dijelaskan “Al-Aslu fil amri lil wujubi” pada
dasarnya perintah itu menunjukkan kewajiban, dengan demikian wajib bagi kita semua
segenap komponen masyarakat bangsa, dari rakyat sampai pejabat, dari gubernur sampai
tukang cukur, dari kyai sampai tukang roti, dari presiden sampai tukang permen, semua
bersama-sama saling merangkul bukan saling memukul, saling berpacu bukan saling memicu,
saling melengkapi bukan saling menggerogoti. Saling menjaga bukan saling menghina,
bersatu padu merawat Kebhinekaan Indonesia maka insya Allah Indonesia akan menjadi
Negara yang hebat, kuat dan bermartabat, baldatun Thoyyibatun warobbun Ghofur.
Allahumma aamiin
Hadirin, sebagai penutup dari paparan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Perbedaan yang ada di Negara kita merupakan fitrah sekaligus rahmat dari Allah SWT
yang patut kita syukuri, kita jalani dan kita nikmati dengan sepenuh hati.
2. Persatuan dan kesatuan merupakan syarat yang paling utama dalam membangun bangsa,
oleh karena itu dalam rangka memandang pentingnya merajut kebersamaan dan merangkai
persatuan yang kehidupannya multikultural ini, mari kita rawat indonesia, kita jaga indonesia,
karena kita Indonesia, Indonesia satu Nusa satu bangsa satu tanah air kita, united we stand
devided we fall. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.
Sebelum saya akhiri izinkan saya mengucapkan terima kasih dalam 10 bahasa daerah
Terima kasih
Bahasa Sunda = hatur nuhun
Bahasa Jawa = matur kesuwun
Bahasa Sask NTB = tampiaseh
Bahasa Toraja = kurrusumanga
Bahasa Bali = matur suksma
Bahasa Batak = mauliate
Bahasa Papua = amanai
Bahasa Aceh = teurimong gaseh beh
Bahasa Maumere NTT = epang gawang
Bahasa Nias = sauweghele
Sekian dan demikian, mohon maaf atas segala kekurangan.
Wassalamu ‘alaykum warohmatullahi wabarokatuh