0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
2K tayangan14 halaman

Sadomasokisme

Makalah ini membahas tentang sadomasokisme, yaitu gangguan seksual dimana seseorang memperoleh kenikmatan seksual dari memberikan atau menerima rasa sakit atau malu. Makalah ini menjelaskan definisi, epidemiologi, etiologi, diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis dari gangguan ini."

Diunggah oleh

sanggari_27
Hak Cipta
© Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
2K tayangan14 halaman

Sadomasokisme

Makalah ini membahas tentang sadomasokisme, yaitu gangguan seksual dimana seseorang memperoleh kenikmatan seksual dari memberikan atau menerima rasa sakit atau malu. Makalah ini menjelaskan definisi, epidemiologi, etiologi, diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis dari gangguan ini."

Diunggah oleh

sanggari_27
Hak Cipta
© Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 14

MAKALAH

SADOMASOKISME

PEBIMBING:

DR.VITA CAMELLIA, Sp.KJ

DISEDIAKAN OLEH:

SANGGARI MURUGESU
070100273

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

1
SADOMASOKISME

KARYA TULIS INI DIBUAT UNTUK MELENGKAPI


PERSYARATAN KEPANITRAAN DIBAGIAN PSIKIATRI
FK USU

OLEH:

SANGGARI MURUGESU
070100273

PEBIMBIMG:

DR.VITA CAMELLIA, Sp.KJ

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan
kurnia-Nya, penulisan Makalah : Sadomasokisme , dapat diselesaikan. Makalah
ini diajukan untuk melengkapi tugas pada Kepaniteraan Klinik Senior Bagian
Psikiatri, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Meskipun penulisan makalah ini banyak mengalami hambatan,


kesulitan dan kendala, namun karena adanya bimbingan, petunjuk, nasihat dan
motivasi dari berbagai pihak, penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Di sini
saya mengambil kesempatan untuk mengucapkan jutaan terima kasih kepada
pembimbing saya, dr.Vita Camellia, SpKJ.

Akhir kata, meskipun berbagai usaha telah dilakukan semaksimal


mungkin dalam menyelesaikan makalah ini, namun karena keterbatasan
pengalaman, pengetahuan, kepustakaan dan waktu, makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk ini, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat
diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Medan, Mei 2011,


SANGGARI MURUGESU

3
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................... 3
DAFTAR ISI .................................................................................... 4
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................... 5

1.1 LATAR BELAKANG....................................................... 5

1.2 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN.............................. 6

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN............................................... 6


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 7

2.1 DEFINISI........................................................................... 7

2.2 EPIDEMIOLOGI............................................................... 8

2.3 ETIOLOGI......................................................................... 9

2.4 DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS...................... 10

2.5 PENATALAKSAAN.......................................................... 11

2.6 PROGNOSIS....................................................................... 12
BAB 3 KESIMPULAN.................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 14
LAMPIRAN

BAB 1

PENDAHULUAN

4
1.1 Latar Belakang

Parafilia adalah ekspresi abnormal seksualitas. Parafilia dapat berkisar dari

perilaku yang hampir normal hingga perilaku yang bersifat merusak atau

menyakiti bagi satu orang atau bagi seseorang dan pasangannya, dan

akhirnya hingga perilaku yang dianggap merusak atau mengancam

manyarakat secara luas.1 Parafilia merupkan suatu penyakit yang jarang

ditemui, criteria diagnostik yang paling baik adalah Diagnostic and Statistic

Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR).

Parafilia merupakan suatu tindakan bagi sebagian orang untuk melepaskan

energy seksual atau frustrasi mereka. Biasanya tindakan ini diikuti dengan

gairah dan orgasme dan dicapai dengan masturbasi dan fantasi. Gangguan ini

kurang dikenali oleh masyarakat dan sering sulit untuk diobati. Hal ini karena

orang yang memiliki gangguan ini menyembunyikan masalah mereka

disebabkan oleh perasaan rasa bersalah, malu dan sering tidak bekerjasama

dengan profesi medis.2

DSM-IV-TR memasukan perbedaan parafilia ini kepada beberapa jenis,

yaitu pedofilia, froterisme, voyurisme, ekshibisionisme, sadism, masokisme

dan lain-lain.1 Kita akan berbincang lebih lanjut tentang sadomasokisme.

Sadomasokisme adalah seseorang mempunyai masalah sadism dan

masokisme pada gangguan seksual seseorang. Sadomasokisme adalah

memperoleh kenikmatan – biasanya seksual – dari tindakan yang melibatkan

memberikan atau menerima rasa sakit atau rasa malu.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan


5
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai gangguan seksual jenis

sadomasokisme.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan

klinik senior Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

dan meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai sadomasokisme.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

6
Sadisme seksual (sexual sadism) dinamai berdasarkan nama Marquis de

Sade (1740-1814), pria Prancis pada abad ke-18 yang terkenal, yang menulis

cerita tentang kenikmatan mencapai kepuasan seksual dengan memberikan rasa

sakit atau rasa malu pada orang lain. Sadisme seksual ditandai dengan

preferensi mendapatkan atau meningkatkan kepuasan seksual dengan cara

menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun mental. Berbeda dengan pada

sadisme, objek yang disakiti pada orang dengan masokisme seksual adalah diri

sendiri. Sadisme seksual melibatkan dorongan yang kuat dan berulang serta

fantasi terkait untuk melakukan suatu tindakan dimana seseorang dapat

terangsang secara seksual dengan menyebabkan penderitaan fisik atau rasa

malu pada orang lain. Orang dengan parafilia jenis ini ada yang mewujudkan

fantasi mereka atau malah terganggu dengan adanya fantasi tersebut. Mereka

dapat mencari pasangan yang sejalan, bias jadi kekasih atau istri dengan

kelainan masokistik, atau bias juga pekerja seks. Akan tetapi, ada juga yang

mengintai dan menyerang korban tanpa izin dan menjadi terangsang dengan

memberikan rasa sakit atau penderitaan pada korban mereka. Pemerkosa

sadistic terdapat pada kelompok terakhir ini. Namun, kebanyakan pemerkosa

tidak mencari rangsangan seksual dengan menyakiti korban mereka; mereka

bahkan dapat kehilangan hasrat seksual ketika melihat korban mereka

kesakitan.2,3

Masokisme seksual (sexual masochism), berasal dari nama seorang Novelis

Austria, Leopold Ritter von Sacher- Masoch (1836-1895), yang menulis cerita

dan novel tentang pria yang mencari kepuasan seksual dari wanita yang

memberikan rasa nyeri/sakit pada dirinya, sering dalam bentuk flagellation


7
(dipukul atau dicambuk). Masokisme seksual melibatkan dorongan kuat yang

terus menerus dan fantasi yang terkait dengan tindakan seksual yang melibatkan

perasaan dipermalukan, diikat, dicambuk, atau dibuat menderita dalam bentuk

lainnya. Dorongan itu dapat berupa tindakan yang menyebabkan atau didasari

oleh distress personal. Pada sejumlah kasus masokisme seksual, orang tersebut

tidak dapat mencapai kepuasan seksual jika tidak ada rasa sakit atau malu.

Pada sejumlah kasus, masokisme seksual melibatkan situasi mengikat atau

menyakiti diri sendiri pada saat masturbasi atau berfantasi seksual. Pada kasus

lain, pasangan diminta untuk mengikat (membatasi gerak), menutup mata

(membatasi sensori), memukul, atau mencambuk seseorang. Sejumlah pasangan

adalah pekerja seks, yang lain adalah pasangan resmi yang diminta untuk

melakukan peran sadistis. Kelainan seksual masokisme melibatkan kebutuhan

akan penghinaan, pemukulan atau penderitaan lainnya yang nyata, bukan pura-

pura. yang dilakukan oleh mitra seksualnya untuk membangkitkan gairah

seksualnya.2,3 Kata sadomasokis itu adalah gabungan dari sadis dan masokis.

2.2 Epidemiologi

Masokisme seksual dan sadisme seksual kurang terwakil pada perkiraan

prevalensi manapun. Sadisme seksual biasanya mendapat perhatian hanya pada

kasus sensasional seperti perkosaan, kebrulatan, dan pembunuhan dengan nafsu

birahi. Masokisme lebih banyak pada laki-laki dibanding dengan perempuan.

Sadisme seksual pula pada pasangan seksual yang kooperatif terjadi pada

perempuan atau laki-laki tetapi pada pasangan yang dipaksa seperti perkosaan

laki-laki lebih banyak daripada perempuan.3

2.3 Etiologi
8
Di dalam model psikionalatik klasik orang dengan parafilia gagal

menyelesaikan proses perkembangan normal dalam penyesuaian

heteroseksual.Kegagalan menyelesaikan krisis Oedipus dengan

mengidentifikasi aggressor ayah (untuk laki-laki) dan aggressor ibu (untuk

perempuan) menimbulkan baik identifikasi yang tidak sesuai dengan orang tua

dengan jenis kelamin berlawanan atau pilihan objek yang tidak tepat untuk

penyaluran libido.1 Pada individu masokism mereka ingin berada dalam peran

didominasi oleh orang lain. Hal ini menyebabkan mereka menjadi insane yang

konflik dan tunduk kepada orang lain. Teori lain menyatakan bahwa

berperilaku sadomasokisme sebagai alat untuk melarikan diri. Mereka juga

dapat mengeluarkan fantasi mereka dan menjadi sebagai orang baru serta

berbeda dari yang lain.3

Di bawah faktor biologis, beberapa studi mengidentifikasi temuan organic

abnormal pada orang dengan parafilia. Diantara pasien positif mencakup 74%

pasien dengan kadar hormone abnormal, 27% dengan tanda neurologis yang

ringan atau berat, 24% dengan kelainan kromosom, 9% dengan kejang, 9%

dengan disleksia, 4% dengan elektroensefalogram (EEG) abnormal, 4% dengan

gangguan jiwa berat dan 4% dengan cacat mental.1

2.4 Diagnosis dan Gambaran Klinis

Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Masokisme Seksual1,4

A. Untuk periode waktu sedikitnya 6 bulan, terdapat khayalan yang

merangsang secara seksual, dorongan atau perilaku seksual yang intens

dan berulang yang melibatkan tindakan (sebenarnya, bukan pura-pura)

dipermalukan, dipukuli, diikat, atau dibuat menderita.


9
B. Khayalan, dorongan seksual atau perilaku menimbulkan penderitaan

yang secara klinis bermakna atau hendaya fungsi social, pekerjaan atau

area fungsi penting lain.

Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Sadisme Seksual1,4

A. Untuk periode waktu sedikitnya 6 bulan, terdapat khayalan yang

merangsang secara seksual, dorongan atau perilaku seksual yang intens

dan berulang yang melibatkan tindakan (sebenarnya, bukan pura-pura)

dengan penderitaan fisik atau psikiologi (termasuk memalukan) korban

secara seksual menarik bagi pasien.

B. Orang tersebut melakukan dorongan seksual ini terdapat orang yang

tidak menginginkannya, atau dorongan maupun khayalan seksual

menimbulkan penderitaan yang nyata atau kesulitan interpersonal.

Kriteria Diagnostik menurut PPDGJ-III5

F65.5 Sadomasokisme

• Preferensi terhadap aktivitas seksual yang melibatkan pengikatan atau

menimbulkan rasa sakit atau penghinaan; (individu yang lebih suka

untuk menjadi resipien dari perangsangan demikian disebut

“masokisme”, sebagai pelaku = “sadism”)

• Seringkali individu mendapatkan rangsangan seksual dari aktivitas

sadistik maupun masokistik.

• Kategori ini hanya digunakan apabila sadomasokistik merupakan

sumber rangsangan yang penting pemuasan seksual.

• Harus dibedakan dari kebrutulan dalam hubungan seksual atau

kemarahan yang tidak berhubungan dengan erotisme.


10
2.5 Penatalaksanaan

Terapi obat yang digunakan adalah obat antipsikotik atau antidepresan,

diindikasikan untuk terapi skizofrenia atau gangguan depresif jika parafilia

dikaitkan dengan gangguan ini.1 Pada gangguan parafilia seperti sadism yang

boleh berbahaya kepada orang lain boleh digunakan hormone wanita (yang

paling sering digunakan adalah medroxyprogesterone acetate, atau MPA)

yang mempercepat pembersihan testosteron dari aliran darah. Selain itu

digunaka obat anti androgen yang menhalangi penyerapan testosterone pada

tubuh dan selective serotonin reuptake inhibitor, atau SSRI.3

Terapi perilaku-kognitif digunakan untuk mengubah pola parafiliak yang

dipelajari dan mengubah perilaku untuk membuatnya dapat diterima secara

social. Intervensinya mencakup pelatihan keterampilan social, edukasi seks,

pembentukan ulang kognitif (melawan dan merusak rasionalisasi yang

digunakan untuk menyokong pencarian korban lain), dan pembentukan empati

terhadap korban.1

Psikoterapi berorientasi tilikan merupkan pendekatan terpai yang berlangsung

lama. Pasien memiliki kesempatan mengerti dinamik serta peristiwa yang

menyebabkan parafilia timbul. Secara khusus,mereka menjadi sadar akan

peristiwa sehari-hari yang menyebabkan mereka melakukan impuls mereka.

Terapi membantu mereka menghadapi stress kehidupan dengan lebih baik dan

meningkatkan kapasitas untuk berhubungan dengan pasangan hidup.

Psikoterapi juga memungkinkan pasien memperoleh kembali kepercayaan

dirinya yang selanjutnya akan memungkinkan mereka mendekati pasangan

dengan cara seksual yang lebih normal.1


11
2.6 Prognosis

Prognosis yang baik mencakup adanya satu parafilia, intelegensi normal, tidak

ada penyalahgunaan zat, tidak adanya ciri kepribadian antisosial nonseksual,

dan adanya pelekatan orang dewasa yang berhasil.Selain itu, pasien memiliki

hubungan seks di samping parafilia dan jika merujuk diri sendiri bukannya

dirujuk oleh badan hukum. Prognosis buruk dikaitkan dengan awitan usia dini,

frekuansi tindakan tinggi, tidak ada rasa bersalah atau malu mengenai

tindakannya, dan ada penyalahgunaan zat.

BAB 3
KESIMPULAN

Konsep Sadomasokisme merupakan gabungan antara sadisme dan masokisme

yang terus meluas seiring dengan perkembangan seksualitas manusia.

Sadomasokisme saat ini tidak hanya dipandang sebagai suatu penyimpangan,

melainkan dapat dilihat sebagai preferensi atau variasi seksual, gaya hidup atau

12
hubungan, metode pencapaian puncak spiritualitas, pelepas ketegangan dan

bahkan, tak mesti melibatkan elemen seksual.

Masokisme merupakan kelainan yang dengan sengaja membiarkan dirinya

disiksa atau disakiti, baik secara fisik maupun psikologis, hanya untuk

memperoleh kepuasan seksual. Ia akan semakin puas apabila dirinya semakin

tersakiti atau tersiksa. Di sisi lain, sadisme adalah kelainan ini merupakan

kebalikan dari masokisme. Penderita akan memperoleh kepuasan seksual jika

melakukan hubungan seksual dengan cara menyakiti atau menyiksa terlebih

dahulu pasangannya. Sementara itu, ungkapan sado-masochist merupakan

sebutan untuk penderita sadisme yang melakukan hubungan seksual dengan

masokisme.

Daftar Pustaka
1. Sadock,B.J. & Sadock, V.A. Kaplan & Sadock’s Synopsis Of
Psychiatry : Behavioral Sciences, Clinical Psychiatry. 9th edition.
Lippincott Williams & Wilkins, 2003: 561-571

2. Bannon,G.E. & Carroll, K.S. Paraphilias 2008


Available from: http://emedicine.medscape.com/article/291419-clinical
[Accessed 30 April 2011].

13
3. Fahmy, A. Seksual Masochism and Seksual Sadism
Available from: http://www.minddisorders.com/Py-Z/Sexual-
sadism.html [Accessed 30 April 2011].

4. American Psychiatric Association. Diagnostic And Statistical Manual


Of Mental Disorders (DSM-IV-R). 4th Edition. Washington, DC :
American Psychitric Association, 2000: 41-49

5. Dr.Rusdi Maslim,SpKJ. Buku Saku: Diagnosis Gangguan Jiwa,


Rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Edisi 1. Jakarta : Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2001: 118-121.

14

Anda mungkin juga menyukai