0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
360 tayangan3 halaman

Pembahasan Stabilitas Obat-1

Energi aktivasi diperlukan untuk menentukan degradasi obat. Penelitian menguji degradasi asetosal pada suhu 25°C, 50°C, dan 70°C selama 10 menit. Hasil menunjukkan laju degradasi asetosal lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi, yaitu 0,58168 mg/menit pada 50°C dan 0,7265 mg/menit pada 70°C.

Diunggah oleh

Wa Ffa
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
360 tayangan3 halaman

Pembahasan Stabilitas Obat-1

Energi aktivasi diperlukan untuk menentukan degradasi obat. Penelitian menguji degradasi asetosal pada suhu 25°C, 50°C, dan 70°C selama 10 menit. Hasil menunjukkan laju degradasi asetosal lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi, yaitu 0,58168 mg/menit pada 50°C dan 0,7265 mg/menit pada 70°C.

Diunggah oleh

Wa Ffa
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 3

VIII.

PEMBAHASAN
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat dan
karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat
(identitas,kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu memberikan efek terapi yang
baik dan menghindari efek toksik. Energy aktivas (Ea) yaitu kemampuan suatu
sediaan untuk dapat mengalami penguraian zat. Energy aktivasi (Ea) harus ditentukan
dengan cara mengamati perubahan konsentrasi perubahan konsentrasi pada suatu
tinggi dengan membandingkan dua harga konstanta penguraian zat pada temperature
atau suhu yang berbeda sehingga dapat di tentukan energi aktivasinya.
Pada percobaan ini sampel yang digunakan yaitu asetosal .Variasi suhu yang
digunakan dalam percobaan yaitu 25℃ (suhu kamar), 50 ℃ dan 70 ℃ dimana
maksud dari dilakukannya Variasi suhu tersebut yaitu agar diketahui pada suhu
berapa suatu sediaan secara optimum dapat stabil dan untuk mengetahui pengaruh
temperatur terhadap kecepatan reaksi suatu obat. Jika menggunakan suhu yang tinggi
kita mampu mengetahui penguraian obat dengan cepat. Sedangkan jika menggunakan
suhu kamar dalam pengujian maka butuh waktu yang lama untuk dapat terurai.
Alasan menggunakan suhu yang tinggi karena bila kita ingin mengetahui batas
kestabilan suatu obat (batas kadaluarsanya), maka obat harus disimpan pada jangka
waktu yang lama sampai obat tersebut berubah, hal ini tentu tidak bisa dilakukan
karena keterbatasan waktu, sehingga kita menggunakan suhu yang tinggi karena uji
kestabilan obat dapat dipercepat dengan menggunakan perubahan suhu atau
menggunakan suhu yang tinggi. Semakin tinggi suhunya maka akan semakin cepat
bahan obat tersebut untuk terurai.
Variasi waktu yang digunakan dalam percobaan yaitu 10 menit, dimana maksud
dilakukannya variasi waktu tersebut yaitu untuk mengetahui dimana pada setiap
waktu kestabilan suatu sediaan atau obat makin berkurang atau batas kadaluarsa obat
semakin cepat. Setelah dilakukan percobaan dengan suhu tersebut kemudian sampel
didinginkan dalam pecahan es batu. Tujuan didinginkannya dengan es agar
berhentinya reaksi degradasi yang terjadi didalam tabung reaksi. Setelah dingin
tambahkan 2 ml asam nitrat dan 2 ml feri nitrat 1% dan dikocok sampai homogen.
Tujuan ditambahkan asam nitrat dan feri nitrat adalah untuk mengetahui apakah
asetosal telah benar-benar terdegradasi menjadi asam salisilat dan asam asetat karena
warna ungu yang ditimbulkan pada saat mengharapkan adalah hasil dari asam salisilat
dan feri nitrat yang menjadi feri salisilat (warna ungu). Warna ungu tersebut terjai
karena asam lemah yang melepaskan proton (H+) untuk menghasilkan anion
fenoksida, dengan besi (III) klorida hampersemua fenol dalam larutan air atau etanol
akan memberikan warna karena terbentuknya senyawa kompleks.
Setelah ditambahkan asam nitrat dan feri nitrat baca absorbsinya pada panjang
gelombang 525 nm dengan spektometri UV-Vis. Mekanisme kerja spektometri yaitu
sinar dari sumber sinar adalah sinar polikromatis maka dilewatkan terlebih dahulu
melalui monokromator, kemudian sinar monokromatis dilewatkan melalui kuvet yang
berisi sampel maka akan menghasilkan sinar yang ditransmisikan dan diterima oleh
detektor untuk diubah menjadi energi listrik yang kekuatannya dapat diamati oleh alat
pembaca (satuan yang dihasilkan adalah absorban atau transmitan).
Setelah dibaca absorbsinya,dihitung kadar obat yang terdegradasi dengan
persamaan kurva baku Y= 0,128X + 0,004 dengan memasukan hasil absorbansi
asetosal sebagai fungsi Y adapun X sendiri adalah kadar asetosal yang dicari. Hasil
absorbansi dari percobaan yang dilakukan yaitu pada suhu 50⁰C X= 0,3559 mg/%
dan pada suhu 70⁰C X= 1,4296 mg/%. Dan didapatkan hasil laju reaksi pada suhu
50⁰C adalah 0,58168 mg/menit dan pada suhu 70⁰C adalah 0,7265 mg/menit.

IX. KESIMPULAN
Degradasi dari obat dipengaruhi oleh suhu,semakin tinggi suhu maka semakin
cepat pula degradasi obat tersebut. Asetosal adalah obat yang terdegradasi menjadi
asam salisilat dan asam asetat. Dan didapat hasil uji absorbansi dari percobaan yang
dilakukan yaitu pada suhu 50⁰C X= 0,3559 mg/% dan pada suhu 70⁰C X= 1,4296
mg/%. Dan didapatkan hasil laju reaksi pada suhu 50⁰C adalah 0,58168 mg/menit dan
pada suhu 70⁰C adalah 0,7265 mg/menit.

X. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. PENUNTUN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA. Fakultas Farmasi
UMI. Makassar.
Ansel, Howard C. 1985. PENGANTAR BENTUK SEDIAAN FARMASI EDISI IV. UI
press. Jakarta.
Martin, Alfred, dkk., 1983. FARMASI FISIKA. UI Press. Jakarta. Voight. R,. 1995.
Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. UGM Press. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai