PB Si Surung
PB Si Surung
1
Jhon Borton, The Cambridge Companion To Biblical Iterpretation, (UK: Cambridge University Press,
2000), 225.
2
Jonar T. H Situmorang, Bibliologi: Menyikapi Sejarah Perjalanan Alkitab Dari Masa Kemasa,
(Yogyakarta : Andi, 2013), 232.
kritisme tinggi yang mempertanyakan tentang penulisan dan waktu penulisannya.,
kategori-kategori sastranya, dan lain sebagainya.3 Metode historis kritis dalam
pemahamannya menggunakan pengkajian mengenai sekilas bagaimana sejarahnya yang
sangat membantu.metode ini mulai menunjukkan peranannya sejak zaman Renesans
yang memandang gagasan kembali ke sumber-sumber.4 Kritik historis mendapat
sambutan dari teolog karena yang dibuktikan dengan dimulainya langkah-langkah
metode Kritik teks yang berkembang pada abad ke-19 dan dan mencapai kejayaan pada
abad ke-20. Ada tiga dasar asumsi dasar dari pendekatan Historis Kritis, yaitu:
1. Alkitab sebagai buku sejarah harus diselidiki seperti buku-buku lain.
2. Penelitian ilmiah terhadap Alkitab harus bebas dari dukungan dan tuntutan doktrin dan
tradisi gereja.
3. Fungi analisa tidak hanya menyangkut keputusan, tetapi harus mencapai penilaian
terhadap tek-teks Alkitabiah.5
2.1.2. Metode Penafsiran Historis Kritis
Metode ini muncul sebagai kritik terhadappenafsiran tradisional (Alegoris dan
Tipologis) yang menekankan Alkitab adalah dokumen sejarah yang di dalamnya
terdapat wahyu Ilah sehingga penafsiran berguna untuk mencari bagaimana peristiwa
itu terjadi yang fokus pencariannya ialah masalaah sejarah, tempat dan waktunya. Oleh
karena itu metode historis kritis memperhitungkan semua bukti-bukti historis atau
sejumlah sejarah yang di dalam teks itu sendiri, yaitu bagaimana yang
mempengaruhinya, pemeliharaannya dan perluasannya. Metode ini menjangkau teks
asli yang dapat dipercaya. Dengan metode penafsiran akan mempelajari teks dan
kemudian dimampukan untuk mengenal kesalahan yang akan dibenarkan, bagaimana
melengkapi, menyisipi, memelihara sampai kepada penulisan yang kurang atau
berlebihan. 6
2.1.3. Tujuan Historis Kritis
Metode Historis Kritis bertujuan untuk menemukan arti dan makna dari
sebuah teks dengan mengutamakan dari segi kesejarahannya secara kritis dan sistematis
dan menjaga agar penafsir-penafsir tidak memaksakan teks dari kebudayaan yang asing
3
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (JakartaBPK-GM, 2007), 219.
4
Komisi Ktab Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab di dalam gereja, (Yogyakarta:kanisius , 2007), 44.
5
Agus Jetron Saragih, Exegese Naratif: Ulasan Teoritis dan Praktis sebagai metode tafsir Post
Modernisasi,(Medan, Pustaka Penelitian dan Pengabdian Masyarakat , 2006), 29.
6
Jhon H. Hayes dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993),
54.
atau masa-masa yang lebih awal dari kebudayaan seseorang dari horizon pengertian
masa kini.7
2.1.4. Kelebihan dan Kelemahan Historis Kritis
2.1.4.1. Kelebihan
1. Mudah dalam mencari data dan dapat mencari data lebih tuntas dan menggali informasi
yang diperlukan.
2. Tidak ada kekhawatiran terjadi interaksi antara peneliti dan obyek.
3. Sumber data sudah dinyatakan secara denitif baik nama pengarang, tempat dan waktu.
4. Tidak terlalu melibatkan penelitian secara fisik.
2.1.4.2. Kelemahan
1. Tergantung pada data yang diamati oleh orang lain dimasa lampau.
2. Data yang digunakan banyak pada primer.
3. Metode ini mencari data secara lebih tuntas serta menggali informasi yang lebih tua
yang tidak diterbitkan ataupun dikutip dalam bahasa standartnya.
2.2. Pengantar Kitab Lukas
2.2.1. Pengertian Kitab
Kata Arab “Injil” diturunkan dari kata Yunani yaitu Euanggelion yang
dilatinkan menjadi Evangelium. Adapun kata mejemuk Yunani yaitu Euanggelion, pada
dasarnya berarti: kabar (anggelion) yang baik (eu) ataupun upah, balas jasa yang
diberikan kepada orang yang membawa kabar baik itu. 8
2.2.2. Latar Belakang Kitab
Ternyata Lukas adalah seorang Yunani. Satu-satunya bukan orang Yuhudi
yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab oleh karena tuntunan Roh Kudus. Lukas
menyatakan dalam pendahuluannya bahwa ia melakukan penelitian yang intensif
mengenai sejarah injil agar ia mampu menulis laporan yang dapat dipercaya.
Kesempatan-kesempatan yang bagus diperolehnya hingga ia dapat mengenal fakta yang
benar. Pendahuluan yang ditulisnya menerangkan dengan jelas bahwa ia tidak hanya
menghubungi orang yang mengenal dari tangan pertama tentang kebenaran injil, tetapi
ia dapat juga membaca tulisan-tulisan yang berisi informasi-informasi yang handal dari
saksi-saksi mata yang dapat dipercaya.9
7
Robert M. Grant, David Traci, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab. 173.
8
C. Groenon OFM, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, (Yoyakarta: KANISIUS, 1993), 71.
9
…Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, (Jakarta: YKBK, 1994), 651.
2.2.3. Penulis dan Waktu Penulisan
Menurut cerita-cerita kuno Lukas adalah salah satu seorang teman
seperjalanan Paulus. Barang kali Lukas adalah termasuk orang-orang yang disebut
dengan sebutan “kami” dalam Kisah Para Rasul dan yang disebut juga dengan (Kolose
4:14; Filemon 23; dan 2 Timotius 4:9-12). Kemungkinan Lukaslah penulisnya, ada
beberapa bukti internal yang mendukung kesimpulan ini. Penulis memiliki kemampuan
yang tinggi dan juga pendidikan yang tinggi. Tradisi eksternal juga mendukung bahwa
Lukas sendirilah penulisnya, tabib dan rekan Paulus adalah penulis injil ketiga ini.10
Kalau sebut-sebutan itu benar menunjuk, maka memang bisa diduga bahwa Lukas itu
pula yang telah menulis kitab injil Lukas, tetapi kenyataanya bahwa kitab Lukas sangat
bergantung pada bahan-bahan dari Markus, dan bukan dari bahan-bahan dari Paulus,
menunjukkan bahwa bukan Lukas yang menukis kitab ini.
Kitab injil Lukas agaknya ditulis setelah Yerusalem jatuh pada tahun 70 M,
tetapi tidak diketahui tempat asalnya.11 Bukti-bukti yang dihimpun nampaknya bahwa
injil Lukas ditulis kira-kira 60 M, karena Lukas menggunakan Markus salah satu
sumbernya, injil tersebut ditulis setelah injil Markus.12 Tahun 60 M, dapat dijadikan
patokan karena pada saat itu Lukas menjadi orang Kristen selama sekurang-kurangnya
sepuluh than atau lebih dan sudah menjalani Palestina, dimana ia sudah pasti bertemu
dengan mereka yang pernah menyaksikan Yesus dengan mata kepala sendiri.
2.2.4. Tujuan Penulisan Kitab Lukas
Kitab ini ditulis kepada seorang yang bernama Teofilus, untuk menolong
Teofilus dan orang Roma yang percaya lainnya agar memperoleh pengertian yang lebih
baik tentang iman kristenTeofilus adalah nama seseorang atau gelar kehormatan. Tetapi
penulis juga berpendapat cara terbaik untuk mencapai hal tersebut adalah dengan
menyampaikan sebanyak mungkin tentang kehidupan dan pengajaran Yesus. Ia juga
mempunyai perhatian historis didalam menemukan fakta-fakta tentang Yesus. Sama
seperti para penulis injil lainnya, dia tidak bermaksud menulis sebuah biografi tentang
Yesus. Dia menyadari laporannya kepada Teofilus akan mempunyai bobot jika secara
kokoh didasarkan atas fakta-fakta sejarah.13 Diantara ketiga injil sinoptik, Lukaslah
yang memberi asal-usul sendiri. Sang penulis tidak memberitahukan namanya
10
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2013), 217.
11
C. Groenon OFM, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, 70.
12
B. J. Boland dan P.S Naipospos, Tafsiran Alkitab Injil Lukas, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 9.
13
John Drane, Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis Teologis, (Jakarta: BPK-GM, 2013), 213
menyertakan suatu bab yang menyatakan tujuannya menulis injil ini.14 Injil Lukas ini
diilhamkan dan dituliskan sesuai dengan rencana Allah, sehingga menjadi buku yang
terdapat dalam Alkitab.15 Kata pembuka ini (LUKAS 1:1-4) adalah kunci bagi kitab ini,
dan juga bagi kitab Kisah Para Rasul, bagi injil dan Kisah Para Rasul dianggap satu-
kesatuan. Dari kata pembuka ini dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Di zaman penulis sudah ada karya-karya lain yang hanya mengisahkan suatu bagian
dari kehidupan Yesus atau yang memberi laporan yang tidak benar tentang kehidupan
dan pekerjaan Yesus. Sang penulis tentu tidak menulis injilnya sendiri bila ia sudah
benar-benar puas dengan karya penulis lainnya yang ia kenal.
2. Catatannya sudah mengenal usaha penyusunan yang sistematis atas fakta-fakta yang
ada (Lks 1:1).
3. Fakta-fakta ini sudah dikenal baik dikalangan umat Kristan dan diterima secara terpisah
dari berita tertulis yang ada.
4. Penulis merasa setidak-tidaknya dirinya mempunyai pengetahuan yang sama
banyaknya dan mempunyai kemampuan yang sama baiknya dengan yang lainnya untuk
membuat laporan atas tanggung jawabnya sendiri. “Karena itu… aku mengambil
keputusan untuk membuktikannya”.
5. Keterangan yang diperolehnya berasal dari sumber resmi yang dapat dipercaya “yang
dari semula adalah saksi mata dan pelayanan firman”.
6. Ia mengenal baik fakta-fakta itu, baik melalui pengamatan atau penyelidikan dan tentu
saja ia hidup sejama dengan kegiatan utama dalam kisahnya, dalam arti ia berada dalam
suatu generasi dengan mereka yang menyaksiknnya.
7. Pengetahuan Lukas meliputi semua fakta penting. Injilnya mengandung banyak
keterangan yang tidk trdapat dalam injil lainnya dan yang paling mewakili kehidupan
Yesus.
8. Ia mempunyai kemampuan untuk menulis dengan benar dan dalam urutan yang logis.
9. Tujuan Lukas menulis kitab ini adalah untuk seorang pria dari kalangan atas dan nama
yang digunkan disini adalah “ Teofilus” yang berarti “kekasih Allah”, “dikasihi
Tuhan”, dan sebutan itu biasanya digunakan para pejabat pemerintah dan kaum
bangsawan.
14
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 213.
15
Irving L. Jensen, Lukas, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000), 11.
10. Penerima tulisan ini sudah diberitahu secara lisan tentang Kristus, namun untuk
membutuhkan pengetahuan lebih lanjut untuk memantapkan pengetahuannya dan
memperbesar keyakinannya pada kebenaran.
11. Tujuan Lukas yang sebenarnya adalah untuk memberi kawannya pengetahuan yang
lengkap tentang kebenaran.16
2.2.5. Ciri-ciri Kitab Lukas
Dalam penulisannya, lukas memiliki banyak sekali ciri-ciri yang cukup
menonjol bila dibandingkan dengan tulisan Markus, Matius dan yohanes.17 Kitabnya
merupakan salah satu tulisan yang dengan nilai kesusasteraan yang tinggi dan inilah
yang menjadi ciri khas dari kitab Injil Lukas itu. Ciri kelahiran Yesus juga sangat
khas.18
Ciri- ciri kitab lukas lainnya adalah sebagai berikut:
1. Injil Lukas merupakan injil pertama dari 2 jilid sejarah mengenai kekristenan mula-
mula yang dilanjutkan dalam Kisah Para Rasul. Gaya dan jenis bahasa keduanya begitu
mirip dan ditujukan kepada orang yang sama yaitu Theofillus.
2. Injil Lukas merupakan injil yang memberitakan baik mengenai kehadiran Yesus bagi
semua orang.
3. Lebih menonjolkan sifat-sifat kemanusiaan Tuhan Yesus dan kemudian dinyatakan
dalam ajarannya.19
4. Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa.
5. Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah “Anak Manusia.
6. Lukas menekankan cakupan universal dari injil – bahwa Yesus datang untuk membawa
keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.
7. Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan umat-Nya (mis.
Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk 12:12; Luk 24:49).20
2.2.6. Struktur Kitab Lukas
Pada dasarnya susunan injil Lukas serupa dengan susunan Injil Matius dan Injil
Markus. Ada pengantar, lalu narasi tentang Yesus, tentang kepergian Yesus ke
Yerusalem, dan akhirnya narasi tentang penggenapan misinya di Yerusalem. Tetapi,
16
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Jawa Timur: Gandum Mas, 2013), 213-215.
17
David Iman Santoso, Theologi Lukas Intisari dan Aplikasinya, (Malang: Literatur SAAT, 2010), 81.
18
S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), 375.
19
J. Sidlow Baxter, menggali Isi Kitab , (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,1971), 3.
20
Haposan Silalahi, Mengenal Kitab Perjanjian Baru 1, (Tarutung: STAKPN, 2010), 154.
susunan Injil Lukas tampaknya dengan sangat rapi dan terencana sekali21. Ia
mengambil bahan bahan dari Markus, lalu menyelang-nyelingnya dengan bahan-bahan
yang diambilnya dari sumber lain. Bahan itu dicampur aduknya, sehingga agak nampak
keutuhannya masing-masing. Namun demikian penulis Lukas nampak lebih berhasil
dalam menghubung-hubungkan satu cerita dengan cerita yang lainnya, sehingga
seluruh kitabnya merupakan satu tulisan yang lancar dengan nilai kesusasteraan yang
tinggi.22
Dengan demikian pembagian lukas sebagai berikut:
I. Kata pengantar 1:1-4
kelahiran Yohanes pembabtis dan kelahiran yesus. 1: 5-2:52
Persiapan karya Yesus 3:1-4:13
II. Karya yesus di Galilea 4:14-9:28
III. Perjalanan Yesus ke Yerusalem 9:15-19:28
IV. Pengajaran, kematian, kebangkitan dan penampakan diri Yesus di Yerusalem. 23
19:29-24:53
2.3. Struktur Kitab Lukas menurut Buku Merril C .Tenney
Berikut adalah sruktur kitab Lukas:
I. Kata pembuka 1-4
II. Persiapan bagi sang Juruslamat 1:5-2:52
Pewartaan kabar gembira 1:5-56
Kelahiran Yohanes 1;57-80
Kelahiran dan masa kecil Yesus 2:1-52
III. Perkenalan sang Juruslamat 3:1-4:15
Pelayanan yohanes 3:1-20
Pembabtisan 3:21-22
Silsilah 3:23-28
Pencobaan 4:1-13
Kembali ke Galilea 4:14-15
IV. Pelayanan sang Juruselamat 4:16-19:50
Pernyataan Tujuannya 4:16-44
Perwujudan Kekuasaannya 5:1-6:11
21
Kanisius,Tafsir Injil Lukas, 14.
22
S.Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, 374-375.
23
B.F. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, (Jakarta: Gunung Mulia, 1998), 261.
Penunjukan para pembantunya 6:12-19
Pernyataan prinsip ajarannya 6:20-49
Pelayanan belas kasihnya 7:1-9:17
Pemberitahuan tentang penyaliban 9:18-50
V. Misi Sang Juruselamat 9:51-18:30
Tantangan masyarakat 9:51-62
Penunjukan ketujuh puluh murid 10:1-24
Pengajaran tentang kerajaan Allah 10:25-13:21
Timbulnya pertentangan masyarakat 13:22-16:31
Nasihat kepada murid 17:1-18:30
VI. Kesengsaraan sang Juruselamat 18:31-23:56
Peristiwa-peristiwa dalam perjalan ke Yerusalem 19:28-44
Pertentangan di Yerusalem 19:45-21:4
Ramalan tentang Yerusalem 21:5-38
Perjamuan malam terakhir 22:1-38
Penghianatan 22:39-53
Penangkapan dan pengadilan 22:54-23:25
Penyaliban 23:26-49
Penguburan 23: 50-56
VII. Kebangkitan sang Juruselamat 24:1-53
Kubur yang kosong 24:1-53
Penampakan di Emaus 24:13-35
Penampakan kepada para murid 24:36-43
Pengutusan-Amanat Agung 24:44-4924
2.4. Struktur Lukas Menurut Alkitab Penuntun Berkelimpahan25
I. Pendaahuluan Injil Lukas (1:1-4)
II. Kedatangan Juruselamat (1:5-2:52)
III. Persiapan bagi pelayanan Juruselamat (3:1-4:13)
IV. Pelayanan di Galilea (4:14-9:50)
V. Pelayanan selama perjalanan terakhir ke Yerusalem (9:51-19:28)
VI. Minggu penderitaan (19:29-23:56)
VII. Kebangkitan sampai kenaikan (24:1-53)
24
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 221-223.
25
…, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2006), 1619.
Keputusan: Penafsir memilih struktur yang pertama karena lebih jelas dan rinci.
26
C. Groenon OFM, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, 122.
27
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 101-102.
tahun 45 SM, Julius Caesar diangkat oleh senat menjadi tuan tertinggi di kekaisaran
romawi.
Di bawah pemerintahan romawi, benar-benar ditegakkan. Ia memerintah
dengan baik dan bijaksana. Pada tahun 27 SM senat mengangkat Augustus sebagai
panglima tertinggi angkatan bersenjata, artinya bahwa ia mengetahui majelis rakyat dan
ditunjukkan sebagai wakil tetap dari rakyat. Ia diberi hak istimewa untuk mengajukan
topik pembahasan yang pertama dalam persidangan senat dan hak untuk mengadakan
rapat. Selama masa pemerintahan Augustus, diadakan banyak perbaikan. Augustus juga
memperbaiki moral rakyatnya, ia menghidupkan kembali agama negara dan
pembangunan kembali banyak kuil.28
2.5.3. Konteks Sosial Budaya
Dibawah pemerintahan Agustus kesusastraan di Roma bangkit kembali.
Penyair Vergil menjadi pujangga di zaman yang baru itu. Ada seseorang yang bernama
Aeneid yang menuliskan karyanya mengenai Augustus dalam suatu epic tentang
petualangan pahlawan serta asal mula dan tujuan kekaisarannya. Dalam bidang seni,
musik, arena, Bahasa, sekolah semuanya berkembang pada masa itu. 29 Kehidupan
sosial budaya pada masa itu dibagi menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut:
1. Golongan para bangsawan, seperti para pejabat Romawi, pedagang-pedagang yang
berkembang di kota-kota besar seperi di Antiokhia, Efesus, Korintus, sebagai pusat
perdagangan.
2. Golongan menengah, yaitu: para Imam dan rabi dan golongan para budak dan rakyat
biasa. Bagi kalangan Yahudi, golongan atas keluarga para imam dan para nabi.
3. Sedangkan golongan bawah adalah para budak dan rakyat yang terpinggirkan. Kaum
budak merupakan jumlah yang terbesar dalam negara Romawi. Hal ini dikarenakan
karena adanya peperangan, utang-piutang, dan lain-lain. Ini juga yang membuat adanya
jurang pemisah antara golongan atas dan golongan bawah.30
28
Ibid, 6-7.
29
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, 63.
30
Ibid, 60-62.
menjadi korban pemerasan, para tuan tanah dan pengusaha, hal yang membuat orang
miskin adalah tidak tanah dan juga dibebani oleh pajak yang dipungut oleh penguasa
dan apabila tidak dibayar maka para petani akan menjadi budak.31
2.6. Analisa Sumber
Para penulis injil sinoptik dalam menceritakan kisah tentang Yesus menggunakan
sumber, berdasarkan hasil bacaan terhadap beberapa literatur, tradisi lisan merupakan
sumber dasar yang digunakan oleh penulis Injil Sinoptik. Tradisi lisan ini memberian
beberapa keterangan tentang, Yesus mulai dari kelahiran, masa kanak-kanak,
kepelayanan, kematian sampai pada kebangkitan. Keteragan tentang Yesus tersebut
diperoleh dari beberapa orang terdekat Yesus, sedangkan Q (Quelle yang berarti
sumber) merupakan dokumen yang tersusun berdasarkan hasil penelitian dai para ahli
pada zaman Yesus. Dala dokumen Q termuat tentang ucapan-ucapan Yesus. Injil Lukas
merupakan Injil yang paling muda dari antara Injil sinoptik. Dalam Lukas 2. Penulis
menjabarkan cerita tentang kelahiran Yesus dengan menggunakan dua sumber, yaitu
tradisi lisan atau dikenal dengan sumbernya sendiri dan yang kedua Matius. Untuk teks
yang menyatakan tentang kelahiran Yesus di Betlehem, ada kemungkinan bahwa
penulis menggunakan Matius.
2.7. Analisa Sastra
Injil Lukas menurut keterangan KIS 1:1 merupakan buku pertama yang disusun
oleh Lukas untuk Teofilus. Dalam Lukas 2:1-20 penulis menggunakan gaya sastra yang
bersifat narasi. Secara keseluruhan isi injil Lukas merupakan satu kesatuan. Namun alur
cerita Lukas 2 tidak memiliki hubungan dengan perikop sebelumnya, akan tetapi
memiliki hubungan dengan perikop sesudahnya.
2.8. Analisa Teks
Pada analisa teks, Alkitab yang dipakai adalah Alkitab Bahasa Indonesia (LAI),
Pustaka Si Badia (PSB), New Internasional Version (NIV), New Testament Grek
(NTG).
2.8.1. Perbandingan Bahasa
Pada analisa teks, Alkitab yang dipakai adalah Alkitab Bahasa Indonesi (LAI),
Alkitab Bahasa Toba (Bibel), New International Version (NIV), New Testament Greek
(NTG).
31
C. Groenon OFM, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, 60.
Ayat 36:
LAI : Duduk
PSB : Kundul (duduk)
NIV : Reclined (berbaring)
NTG : κατεκλίθη ( berbaring)
Keputusan: Yang mendekati NTG adalah NIV
Ayat 37: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 38: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 39: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 40: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 41: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 42 :Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 43: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 44: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 45: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 46: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 47: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 48: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 49:
LAI : Duduk
PSB : Kundul (duduk)
NIV : The other guest (tamu-tamu lain)
NTG : συνανακείμενοι (berbaring)
Keputusan: Tidak ada yang mendekati NTG
Ayat 50
LAI : Pergilah
PSB : Mulihlah (pulanglah)
NIV : Go (pergi)
NTG : πορεύου (pergi)
Keputusan: Yang mendekati NTG adalah NIV
2.9. Kritik Apparatus
2.9.1. Ayat 36
Pada ayat 36 terdapat kata κατεκλίθη yang artinya “berbaring” merupakan kata kerja
passive orang ketiga tunggal. Yang disarankan kritik aparatus untuk diubah menjadi
ανεκλιθη yang artinya “itu telah tumbuh” menunjukkan sebuah naskah yang diteliti
oleh alexandrinus: London, pada abad ke-5; Freer Gospels: Washington pada abad ke-
5; Koridethi: Tiflis pada abad ke-9; Athos abad ke-9.
Kesimpulan: Penafsir menolak usulan Kritik Aparatus karena kata ανεκλιθη dapat
memperkabur makna teks.
2.9.2. Ayat 38
Pada ayat 38 terdapat kata εξεμαξεν yang artinya “dia menyeka” merupakan kata kerja
active orang ketiga tunggal. Yang disarankan kritik aparatus untuk diubah yaitu
εξεμαξεν yang artinya “sudah pergi”. Menunjukkan sebuah naskah yang diteliti oleh
Sinaiticus: London, pada abad ke-4; Alexandrius: London, pada abad ke-5; Bezae
Cantabrigiensis: Cambridge, pada abad 5/6.
Kesimpulan: Penafsir menolak usulan Kritik Aparatus karena kata εξεμαξεν dapat
memperkabur makna teks.
2.9.3. Ayat 43
Pada ayat 43 terdapat kata άποκριθείς yang artinya “menjawab” merupakan kata kerja
passive orang ketiga tunggal. Yang disarankan kritik aparatus untuk diubah yaitu δε
yang artinya “dan”. Menunjukkan sebuah naskah yang diteliti oleh Sinaiticus: London,
pada abad ke-4; Leningrad dan Oxford pada abad ke-10.
Kesimpulan: Penafsir menolak usulan Kritik Aparatus karena kata δε dapat
memperkabur makna teks.
2.9.4. Ayat 45
Pada ayat 45 terdapat kata είσήλθον yang artinya “Saya masuk” merupakan kata kerja
active orang ketiga tunggal. Yang disarankan kritik aparatus untuk diubah yaitu θεν
yang artinya “Allah”. Menunjukkan sebuah naskah yang diteliti oleh Regius: Paris,
pada abad ke-8.
Kesimpulan: Penafsir menerima usulan Kritik Aparatus karena kata θεν memperjelas
makna teks. Yaitu “Saya masuk” menjadi “Allah”, yaitu menunjukkan bahwa yang
masuk itu adalah Allah.
2.10. Terjemahan Akhir
2.10.1. Ayat 36
“Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke
rumah orang Farisi itu, lalu berbaring makan.”
2.10.2. Ayat 37
“Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika
perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu,
datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.”
2.10.3. Ayat 38
“Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi
kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia
mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.”
2.10.4. Ayat 39
“Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya:
"Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-
Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."
2.10.5. Ayat 40
“Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu."
Sahut Simon: "Katakanlah, Guru."
2.10.6. Ayat 41
"Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang
lima ratus dinar, yang lain lima puluh.”
2.10.7. Ayat 42
“Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang
itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?"
2.10.8. Ayat 43
“Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus
kepadanya: "Betul pendapatmu itu."
2.10.9. Ayat 44
“Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat
perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air
untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan
menyekanya dengan rambutnya.”
2.10.10. Ayat 45
“Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium
kaki-Ku.”
2.10.11. Ayat 46
“Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku
dengan minyak wangi.”
2.10.12. Ayat 47
“Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia
telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat
kasih."
2.10.13. Ayat 48
“Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni."
2.10.14. Ayat 49
“Dan mereka, yang berbaring makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka:
"Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?"
2.10.15. Ayat 50
“Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: "Imanmu telah menyelamatkan engkau,
pergi dengan selamat!"
2.11. Tafsiran
2.11.1. Ayat 36
Farisi adalah nama golongan agama Yahudi yang sangat taat mengikut undang-undang
agama yang diberikan oleh Musa.32 Pentas di mana peristiwa ini berlangsung adalah
serambi rumah Simon seorang Farisi. Acap kali di serambi itu ada kebun dan air
mancur, dan di sanalah pada musim panas disediakan makanan. Merupakan kebiasaan
apabila seorang Rabbi sedang makan dalam rumah seperti itu, segala jenis orang datang
dan dan mereka bebas untuk melakukan yang seperti itu. Ada beberapa hal yang bisa
dijelaskan megapa Simon mengundang Yesus ke rumahnya:
1. Ia adalah seorang pengagum dan bersimpati kepada Yesus, karena tidak semua orang
Farisi adalah musuh Yesus (bnd. Luk. 13:31).\
32
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indinesia, 2005),
244.
2. Simon sengaja mengundang Yesus agar dapat mendapat ucapan-ucapan Yesus yang
salah sehingga dapat dijadikan alasan untuk medakwa Dia. Mungkin simon adalah
seorang agen provokator. Hal ini juga tidak mungkin sebab dalam ayat 40 Simon
memanggil Yesus sebagai Rabbi.
3. Sangat boleh jadi bahwa Simon adalah seorang kolektor kemasyhuran, dan dengan
mengundang Yesus, seorang muda yang masyhur dari Galilea dan makan degan dia
maka satu lagi kemasyhuran bagi Simon di tambahkan.33
Duduk makan: pada saat itu dikatakan “dalam sikap setengah berbaring” yakni pada
waktu itu orang biasa setengah berbaring ketika makan. Dalam ungkapan ini bukan
bagaimana sikap orang ketika makan tetapi tentang makan saja. Oleh karena itu duduk
makan cukup diterjemahkan menjadi makan saja. Ayat ini dapat diterjemahkan
menjadi: Seorang Farisi mengundang Yesus untuk makan bersama dia di rumahnya.
Maka Yesus pun pergi ke rumah orang Farisi itu, lalu makan di situ.34 Ini adalah tanda
simpati Yesus yang luas bahwa Dia makan sebelumnya dengan seorang pemungut
cukai (5:29) dan sekarang dengan seorang Farisi.35
2.11.2. Ayat 37
Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Kata
terkenal tidak ada dalam bahasa Yunaninya, dan mungkin terlalu berlebihan dengan
menempatkan kata itu di sini.36 Wanita itu adalah seorang pelacur.37 Perempuan yang
dikenal secara umum sebagai perempuan sundal.38 Atau secara halusnya perempuan
yang hidup menjual diri atau perempuan yang tidak bermoral.
Buli – buli pualam: Diterjemahkan sebagai botol pualam. Yaitu wada botol farfum,
ini tidak memiliki pegangan dan diikat di leher,39 sama seperti wanita Yahudi lainnya,
sebuah botol kecil di mana terdapat farfum yang disebut alabaster dan yang sangat
mahal.40 Dalam Matius 26:7 dikatakan dengan jelas bahwa minyak wangi itu mahal
harganya, tetapi dalam Lukas tidak disebutkan. Jadi penerjemah memutuskan minyak
wangi diterjemahkan menjadi “Minyak yang harum (baunya).41
33
William Barcley, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, (Jakarta BPK GM, 2015), 133.
34
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 244.
35
Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, (America: Eerdmans, 1986), 146.
36
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 244.
37
William Barcley, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, 133.
38
Roland A. Ward, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2003),
210.
39
Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, (America: Eerdmans, 1986), 146.
40
William Barcley, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, 133-134.
41
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 244.
2.11.3. Ayat 38
Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki- Nya: yang dimaksud
dengan kaki ialah bagian tubuh mulai dari pergelangan kaki sampai ke telapak kaki.
Perempuan itu dapat melakukan hal ini, karena pada waktu itu Yesus dalam posisi
berbaring di atas karpet atau dipan, dengan satu tangan menopang tubuh Nya dan
kakinya agak menekuk ke belakang. Ini merupkan kebiasaan orang Yahudi sewaktu
makan, pada waktu itu. Dengan gampang perempuan itu mencapai Yesus ketika Ia
berbaring di atas dipan dekat meja.42 Membasahi kaki Nya dengan air matanya :
Ungkapan ini dapat memberi kesan bahwa perempuan itu menampung air matanya, lalu
dengan sengaja membasahi kaki Yesus dengan air matanya itu atau paling tidak dengan
sengaja meneteskan air mata ke kaki Yesus menjadi basah. Dapat diartikan “Kemudian
ia berdiri dibelakang Yesus (yaitu) di kaki Nya sambil menangis dan air matanya
membasahi kaki Yesus atau “Kemudian ia berdiri dibelakang Yesus dekat kaki Nya
sambil menangis dan kaki Yesus menjadi basah oleh air matanya.43 Dengan rambutnya,
mencium kakinya, dan mengolesinya dengan minyak yang wangi44. Dengan itulah ia
menyeka atau mengeringkan kaki Yesus.45
2.11.4. Ayat 39
Berkata dalam hatinya, ini dapat diartikan sebagai “berfikir”. Bahasa tertentu mungkin
akan mengungkapkannya “berkata dalam dirinya”.46
Jika Dia adalah nabi Dia akan tahu seperti apa wanita ini.47 Tuan rumah terlibat dalam
sedikit perbincangan dengan dirinya sendiri. Bahwa Yesus bukan seorang nabi bahwa
Ia tidak tahu siapa dan perempuan macam apa yang menyentuhNya.48
2.11.5. Ayat 40
Lalu Yesus berkata kepadanya, untuk mengetahui siapa yang dimaksud dengan akhiran
–nya di sini, lihat ayat 36. Maka ungkapan ini dapat diterjemahkan menjadi : Lalu
Yesus berkata kepada orang Farisi yang mengundangNya itu.49
42
Roland A. Ward, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2003),
210.
43
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 244.
44
David L. Tiede, Augsburg Commentary on The New Testament LUKE, 161.
45
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas,, 245.
46
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 246.
47
William Manson, The Moffatt Commentary LUKE, (New York : Harper And Brothers Publisher, 1817),
84.
48
Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, 147.
2.11.6. Ayat 41-43
Yesus memulai dengan sebuah cerita kecil tentang dua penghutang yang dibebaskan
dari utangnya, lima ratus dinar dengan lima puluh dinar.50 Dinar adalah kurang lebih
upah sehari bagi bagi seorang pekerja di pertanian.51
Dua orang berhutang artinya dua orang yang meminjam uang kepada pelepas uang.
Pelepas uang adalah orang yang usahanya meminjamkan uang kepada orang lain
dengan berbunga. Perbandingan kedua utang orang itu, yaitu sepuluh banding satu.
Yang satu utangnya sangat besar atau banyak, tetapi yang satu utangnya kecil atau
sedikit. Ayat 42 merupakan kunci dari perumpamaan itu, yakni kedua – duanya tidak
sanggup membayar utangnya dan utang mereka dihapus. Ia menghapuskan hutang
kedua orang itu, terjemahan haradiahnya adalah “ia mengampuni kedua-duanya.
Siapakah yang lebih mengasihi dia. Kata dia iyalah orang yang meminjamkan uang
itu.52 Namun jawan Simon agak enggan, dengan jawaban saya kira dia yang paling
banyak dihapus utangnya. Yesus tidak berkomentar tentang ini, tetapi setuju bahwa
Simon telah memberikan jawaban yang benar.53
2.11.7. Ayat 44
Sambil berpaling pada perempuan itu yang sejak semula perempuan itu ada di belakang
Yesus, dapat diterjemahkan menjadi “sambil menoleh kepada perempuan itu. Engkau
lihat perempuan ini? Dengan kata ini Yesus menyuruh Simon untuk memperhatikan
perbuatan perempuan itu terhadap Yesus. Atau diterjemahkan menjadi “engkau tentu
telah melihat apa yang diperbuat perempuan ini. Aku masuk ke rumahmu, namun
engkau tidak memberikan air kepada Ku untuk membasuh kaki Ku.54 Seperti kebiasaan
pada saat itu apabila seorang tamu memasuki rumah seperti itu maka tiga hal yang
harus dilakukan. Tuan rumah meletakkan tangannya di atas bahu tamu dan kemudian
memberikan kepadanya ciuman perdamaian sebagai tanda penghormatan. Karena jalan
yang mereka lalui penuh debu sedangkan orang biasanya hanya memakai semacam
sandal, maka merupakan kebiasaan untuk menuangkan air dingin ke atas kaki tamu
tersebut untuk membersihkannya. Entahkah sejemput dupa yang harum baunya dibakar
49
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 246.
50
Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, 148.
51
Roland A. Ward, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 210.
52
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 247.
53
Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, 148.
54
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 248.
atau setetes minyak wangi dipercikkan ke atas kepala tamu. Dan dalam cerita ini tidak
satupun yang dikerjakan oleh Simon.55 Sebaliknya, perempuan itu membersihkan kaki
Yesus dengan air mata dan rambutnya sebagai tanda penghormatan dan kasihnya
kepada Yesus.56
2.11.8. Ayat 45-46
Engkau tidak mencium aku dan tidak menyambut Aku sengan ciuman atau “Engkau
tidak mencium aku sebagai sambutanmu terhadap Aku” . Sesua dengan adat istiadat
orang Yahudi, tuan rumah biasanya mencium pipi tamunya sebagai suatu sambutan
yang hangat kepada tamu. Engkau tidak meminyaki kepala Ku dengan minyak, karena
cuaca yang sangat panas di Israel, maka apabila bagian tubuh yang kena panasi diolesi
dengan minyak, akan terasa sangat menyenangkan. Jadi sebagai tanda keramah-
tamahan, biasanya tuan rumah mengoleskan minyak ke kepala atau wajah tamunya
untuk menyenangkan tamu tersebut.57
2.11.9. Ayat 47
Sungguh kasihNya yang besar itu menunjukkan bahwa dosanya yang banyak sudah
diampuni! Kalau orang diampuni sedikit, ia akanmengasihi sedikit juga.58 Ini adalah
pengajaran Perjanjian Baru yang konsisten bahwa, tidak peduli berapa banyak dan
seberapa besar dosa-dosa, anugerah Allah dapat mengampuni dia. Kita harus
memahami dengan seksama karena Yesus tidak mengatakan bahwa tindakan itu telah
mendapat pengampunan. Dia mengatakan bahwa cintanya adalah bukti bahwa dia
sudah diampuni.59
2.11.10. Ayat 48
Pernyataan pertama Yesus tentang dosa-dosa yang diampuni.60 Yang mengampuni dosa
manusia adalah Allah. Itulah yang tersirat dalam ungkapan ini.61
2.11.11. Ayat 49-50
Dan mereka , yang duduk makan bersama Dia, berfikir dalam hati mereka.62 Siapakah
ini, sehingga ia dapat mengampuni dosa? Tetapi Yesus sepenuhnya mengabaikan
mereka. Fokusnya adalah kepada wanita itu. Iman anda telah menyelamatkan anda,
55
William Barcley, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, 132.
56
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 248.
57
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 249.
58
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 249.
59
Leon Morris, Tyndale New Testament Commentaries Luke, 148.
60
David L. Tiede, Augsburg Commentary on The New Testament LUKE, 162.
61
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 249.
62
M.K. Sembiring, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, 250.
iman yang merupakan sarana untuk menerima karunia Allah yang baik. Yesus
mencatatnya dengan pergi dengan damai artinya masuk ke dalam kedamaian.63 dengan
selamat dapat diterjemahkan menjadi dengan damai atau ke dalam damai.64
2.13. Skopus
“Iman yang menyelamatkan”
IV. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas penyaji dapat menyimpulkan bahwa hanya oleh anugerah,
kita dilayakkan dan diselamatkan. Dan kita tidak boleh menganggap bahwasanya orang
yang melakukan kejahatan itu selalu akan berbuat jahat dan kita tidak menerima dia di
antara kita. Jadi kita harus selalu menyediakan atau memberi kesempatan kepada
orang-orang yang ini berubah dan bertobat dari dosa-dosa yang telah ia lakukan.
V. Daftar Pustaka
…, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2006.
…Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, Jakarta: YKBK, 1994.
Barcley, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas, Jakarta BPK GM, 2015.
Baxter, J. Sidlow, menggali Isi Kitab , Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1971.
Borton, Jhon, The Cambridge Companion To Biblical Iterpretation, UK: Cambridge
University Press, 2000.
Browning, W.R.F., Kamus Alkitab, JakartaBPK-GM, 2007.
Drane, John, Memahami Perjanjian Baru Pengantar Historis Teologis, Jakarta: BPK-
GM, 2013.
Drewes, B.F., Satu Injil Tiga Pekabar, Jakarta: Gunung Mulia, 1998.
Holladay, Carl R., dan Jhon H. Hayes, Pedoman Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1993.
Jensen, Irving L., Lukas, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000.
Komisi Ktab Suci Kepausan, Penafsiran Alkitab di dalam gereja, Yogyakarta:
Kanisius, 2007.
Manson,William, The Moffatt Commentary LUKE, New York : Harper And Brothers
Publisher, 1817.
Morris, Leon, Tyndale New Testament Commentaries Luke, America: Eerdmans, 1986.
Naipospos, P.S., dan B. J., Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1996.
OFM, C. Groenon, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, Yoyakarta: KANISIUS,
1993.
Santoso, David Iman, Theologi Lukas Intisari dan Aplikasinya, Malang: Literatur
SAAT, 2010.
Saragih, Agus Jetron, Exegese Naratif: Ulasan Teoritis dan Praktis sebagai metode
tafsir Post Modernisasi, Medan, Pustaka Penelitian dan Pengabdian Masyarakat , 2006.
Sembiring, M.K., Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta: Lembaga Alkitab
Indinesia, 2005.
Silalahi, Haposan, Mengenal Kitab Perjanjian Baru 1, Tarutung: STAKPN, 2010.
Situmorang, Jonar T.H., Bibliologi: Menyikapi Sejarah Perjalanan Alkitab Dari Masa
Kemasa, Yogyakarta : Andi, 2013.
Tenney, Merril C., Survei Perjanjian Baru, Jawa Timur: Gandum Mas, 2013.
Tiede, David L., Augsburg Commentary on The New Testament LUKE, Augsburg
Publishing House: 1988.
Wahono, S. Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: Gunung Mulia, 2004.
Ward, Roland A., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 2003.