0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
320 tayangan36 halaman

Laporan KL Invertebrata

Kuliah lapangan sistematika hewan invertebrata dilakukan di Pantai Air Manis dan sekitarnya, khususnya Pulau Pisang, untuk mengidentifikasi dan mempelajari keragaman hewan invertebrata serta habitatnya. Lokasi ini dipilih karena memiliki beragam habitat pulau dan biota laut yang dapat dikoleksi. Mahasiswa melakukan pengumpulan sampel, pengenalan taksonomi, dan pengawetan sampel untuk dikoleksi di laboratorium.

Diunggah oleh

Lina Juwairiyah
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
320 tayangan36 halaman

Laporan KL Invertebrata

Kuliah lapangan sistematika hewan invertebrata dilakukan di Pantai Air Manis dan sekitarnya, khususnya Pulau Pisang, untuk mengidentifikasi dan mempelajari keragaman hewan invertebrata serta habitatnya. Lokasi ini dipilih karena memiliki beragam habitat pulau dan biota laut yang dapat dikoleksi. Mahasiswa melakukan pengumpulan sampel, pengenalan taksonomi, dan pengawetan sampel untuk dikoleksi di laboratorium.

Diunggah oleh

Lina Juwairiyah
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 36

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

SISTEMATIKA HEWAN
TAKSONOMI HEWAN INVERTEBRATA

DI HUTAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIOLOGI DAN PANTAI AIR


MANIS KELURAHAN AIA MANIH, KECAMATAN PADANG SELATAN,
KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

OLEH :
KELOMPOK 11 B
ANGGOTA :

1. RAMADANI FITRA (1610422034)


2. SASMITA YULIZA (1610421008)
3. LINA JUWAIRIYA (1610422012)
4. ULFA DEWI AMELISA (1610422002)
5. MIFTAHUL RAHMA (1610422018)
6. APRIMAWITA (1610422048)
7. REGITA CAHYANI (1610423002)
ASISTEN : 1. MUSTIKA WULAN DARI
2. RAHMI YUNISKA PUTRI

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2017
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah,

baik flora maupun fauna. Kekayaan ini dapat memberikan keuntungan yang besar bagi

seluruh rakyat indonesia. Pengetahuan yang memadai dan pemanfaat yang baik

tentunya akan cukup memakmurkan bangsa indonesia. Didunia terdapat lebih dari

berjuta-juta spesies hewan yang sudah teridentifikasi, dan dalam kehidupan sehari-hari

kita juga sering menjumpai hewan invertebrata maupun vertebrata. Jumlah hewan

invertebrata lebih banyak dibandingkan dengan hewan vertebrata. Jumlah spesies

vertebrata hanya 5% dan selebihnya merupakan invertebrata (Arief dan Soejoedono,,

2005).

Sumatera termasuk kedalam wilayah paparan Sunda bagian dari zona Oriental.

Sebagian besar fauna yang hidup di zona ini tidak dijumpai di tempat lain. Sumatera

mempunyai pola penyebaran zoogeografi yang unik karena ukuran pulau yang besar

dengan tipe ekosistem bervariasi. Di Sumatera Barat banyak terdapat daerah konservasi

keanekaragaman hayati, salah satunya yaitu Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi

(HPPB) yang berada di Universitas Andalas, Limau Manis, Padang (Anwar, Damanik,

Hisyam dan Whitten, 1984). Menurut Budianto (2016), bahwa luas perairan Provinsi

Sumatera Barat lebih kurang 186.580,00 Km2 dengan luas laut teritorial 57.880,00 Km2

dan 128.700,00 Km2 . Sumatera Barat mempunyai pulau-pulau kecil dengan jumlahnya

402 pulau. Luas perairan laut Sumatera Barat melebihi 2/3 dari luas daratan.

Pantai Air Manis terletak di Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera

Barat, Indonesia. Pantai merupakan daerah datar atau biasa bergelombang dengan

perbedaan ketinggian tidak lebih dari 200 meter, yang dibentuk oleh endapan pantai

dan sungai yang bersifat lepass. Menurut Jasin (1989), pantai memiliki ciri-ciri dengan

adanya bagian yang kering (daratan) dan basah (rawa). Garis pantai dicirikan oleh suatu
garis batas pertemuan antara daratan dengan air laut. Oleh karena itu, posisi garis pantai

bersifat tidak tetap dan dapat berubah sesuai dengan pasang surut air laut abrasi pantai

atau pengendapan lumpur. Secara fisiologis kawasan pantai didefenisikan sebagai

wilayah antara garis pantai hingga ke arah daratan yang masih dipengaruhi oleh pasang

surut air laut. Pantai Air Manis terletak di kota Padang tepatnya 88 km dari ibukota

Propinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang.

Kuliah lapangan Sistematika Hewan invertebrata laut, dilakukan di Pantai Air

Manis dan sekitarnya, khususnya Pulau Pisang. Pemilihan tempat ini dilakukan

menimbang adanya keragaman hewan, khususnya invertebrata laut dengan adanya

habitat yang beragam pulau. Menurut Martoyo dan Winanto (1996) bahwa Pulau

Pisang memiliki koordinat 0o 59’ 35” S, 100o 20’ 22” E. Pulau ini masuk kedalam

wilayah kecamatan Padang Selatan, kota Padang. Pulau Pisang merupakan salah satu

pulau kecil yang terdapat di Pantai Air Manis Padang dari beberapa pulau kecil lainnya.

Jarak dari pinggir Pantai Air Manis menuju ke Pulau Pisang tidaklah terlalu jauh dan

dapat dilalui dengan berjalan kaki, tetapi dalam perjalanan harus memerhatikan

keadaan air pasang. Pantai Air Manis memiliki pasir yang bewarna coklat keputih-

putihan yang terhampar luas dan landai di sepanjang bibir pantai. Pada saat pasang

surut, kita bisa melihat biota laut secara jelas yang menyembul ke permukaan laut.

Pantai Air Manis sangat cocok dijadikan sebagai tempat untuk pengoleksian jenis-jenis

hewan invertebrata laut karena sering dijumpai di pantai ini, seperti filum Coelenterata

dan kerang-kerang laut. Sepanjang perjalan menuju Pantai Air Manis banyak juga

dijumpai filum Arthropoda seperti kupu-kupu, semut, capung dan lainnya.

1.2 Tujuan Kuliah Lapangan

Adapun tujuan dilaksanakannya Kuliah Lapangan (KL) ini adalah :


1. Untuk mengidentifikasi hewan-hewan Invertebrata yang ada disekitar Pantai Air

Manis dan Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB), Padang, Sumatera

Barat.

2. Untuk mengetahui habitat masing-masing sampel yang didapat

3. Untuk mengetahui cara mengawetkan dan pengkoleksian sampel yang didapat

untuk dikoleksi di laboratorium.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Zoologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang fungsi,

perilaku, struktur dan evolusi hewan. Ilmu zoologi ini meliputi psikologi hewan,

biologi molekular, anatomi perbandingan, taksonomi, ekologi perilaku dan biologi

evolusioner. Dari pengertian zoologi di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa cabang ilmu

biologi ini erat kaitannya dengan spesifikasi hewan yang perlu untuk dikaji. Sedangkan

kajian tentang ilmu zoologi sudah dilakukan sekitar abad yang ke-16. Kajian yang

dihasilkan nantinya akan dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan. Mulai dari

bidang kesehatan, kedokteran, pertanian dan masih banyak yang lainnya (Kekurt,

1991).

Berdasarkan Klasifikasinya, Hewan atau binatang ini terbagi menjadi 2

kelompok besar, diantaranya adalah Vertebrata yaitu Hewan yang memiliki tulang

belakang dan Invertebrata yang merupakan hewan yang tidak memiliki tulang

belakang. Pada dasarnya, klasifikasi hewan yang menjadi Vertebrata dan Invertebrata

ini merupakan klasifikasi berdasarkan struktur tubuh hewan atau binatang, yang paling

membedakan hewan vertebrata dengan hewan invertebrata adalah bahwa hewan

vertebrata memilki tali, yang merupakan perpanjangan dari kumpulan syaraf, dan juga

merupakan tempat dimana sel–sel saraf saling terkumpul, yang tidak dimiliki oleh

hewan invertebrata manapun. Hewan vertebrata menggunakan jantung sebagai pusat

dari sistem kerja peradaran darahnya, yang disalurkan melalui pembuluh darah yang

dimiliki oleh hewan – hewan vertebrata (Jasin, 1989).

Hewan invertebrata digolongkan menjadi beberapa filum, yaitu Porifera,

Coelenterate, Platyhelmintes, Nemathelminthes, Annelida, Anthropoda, Molusca dan

Echinodermata. Dimana porifera adalah hewan yang berlubang atau berpori, hidup di

air tawar, dirawa, dilaut, diair jernih dan tenang. Platyhelmintes merupakan hewan

yang tubuhnya lunak, tidak bercangkang , tubuh simetri bilateral. Nemathelmintes yang
tubuhnya tersusun 3 lapisan atau triploblastik, tidak beruas, gilig, pada bagian depan

terdapat mulut, ukuran lebih kecil. Molusca adalah anngota cacing yang memiliki

sedikit seta, sering disebut dengan cacing berambut sedikit (Pechenik, 2000).

Protozoa adalah hewan bersel tunggal, tipe eukariot dengan berbagai tipe

simetri tubuh. Struktur tubuh sederhana sampai kompleks, umumnya mikroskopis.

Berdasarkan alat gerak Protozoa dibagi menjadi empat kelas yaitu Rhizopoda yang alat

geraknya berupa kaki semu, Flagellata yang alat geraknya berupa kaki semu, Cilliata

yang alat geraknya bulu getar, Sporozoa yang tidak mempunyai alat gerak yang khusus

dan Suctoria yang waktu muda bergerak dengan silia, setelah dewasa dengan

pseudopodia atau tentakel (Borror dan Johnson, 1992).

Porifera adalah hewan multiseluler yang dikenal dengan nama sponge.

Tubuhnya berpori mempunyai sistem saluran air, sistem saluran air bervariasi dan

mempunyai 3 tipe saluran air yaitu ascon, sycon, rhagon. Anggota filum ini melakukan

reproduksi secara aseksual (pertunasan dengan gemmulae dan pembelahan) dan secara

seksual (gametogami). Berdasarkan spikulanya, hewan ini dikelompokkan menjadi 3

kelas yaitu kelas Calcarea, bahan dasar spikulanya dari kapur, contohnya Sycon sp.

Kelas Hyalosongiae, bahan dasar spikulanya berasal dari garam silikat, contohnya

Euplektella sp., dan kelas Demospongia, spikulanya terdiri dari serat sponging,

contohnya Plakina sp. Spikula adalah duri-duri yang membentuk bagian penguat

tubuhnya (Robert, 1986).

Echinodermata dalam ekosistem berkedudukan sebagai hewan pemakan

bangkai. Semua jenisnya hidup di lautan, dewasa simetri radial, larva simetri bilateral,

pergerakan dilakukan dengan sistem pembuluh air kaki ambulakral. Sistem saraf terdiri

dari cincin saraf, organ pernafasan dan ekskresi papula. Dibagi menjadi lima kelas yaitu

Asteroidea (bintang laut), Echinoidea (landak laut), Ophiuroidea (bintang ular laut),

Crinoidea (lilia laut) dan Holothuroidea (teripang atau timun laut). Asteroidea (bintang

laut), mempunyai lengan sebanyak lima atau kelipatan lima. Pada lengannya terdapat
duri-duri tumpul dan juga duri-duri berbentuk catut yang disebut pediselaria misalnya

Asyterias foberi dan Linckia sp., Echinoidea (landak laut), berduri panjang dan tajam,

misalnya Diadema saxatile (landak laut). Ophiuroidea (bintang ular laut) tidak

memiliki anus dan gerakannya sangat cepat, misalnya Ophiolepsis sp.. Crinoidea atau

lilia laut yang sepintas lalu tampak seperti tumbuhan. Pemukaan oral hewan ini

menghadap ke atas (berbeda dengan echinodermata lainnya), misalnya Ptilocrinus

pinnatus. Holothuroidea (teripang atau timun laut) memiliki daya regenerasi sangat

besar, merupakan echinodermata yang memiliki nilai ekonomi lezat dimakan, misalnya

Holothuria atra. Semua anggota filum ini hidup di air laut, mempunyai kulit berduri

dan simetri radial dan bergerak lamban dengan bantuan kaki tabung. Perluasan dan

penciutan dilakukan oleh gerakan air laut ke dalam dan ke luar dari sistem pembuluh

air (Kekurt, 1961).

Molusca disebut sebagai hewan bertubuh lunak. Dibagi menjadi lima kelas

yaitu Lamellibranchiata atau Pelecypoda atau Bivalvia. Hewan berkaki pipih, cangkok

berjumlah dua yang ada di bagian anterior dan umbo (bagian yang membesar atau

menonjol) terdapat dibagian posterior (punggung). Cangkok tersusun dari zat kapur dan

terdiri dari tiga lapisan, yaitu periostrakum (luar), prismatik (tengah, tebal), nakreas

(dalam, disebut pula sebagai lapisan mutiara). Contoh jenis dari kelas tersebut adalah

kerang-kerangan, misalnya Mytilus viridis (kerang hijau), Anadara granosa (kerang

darah), Asaphis derlorata (remis) dan ada pula jenis yang lain yaitu Meleagrina

margaritivera (kerang mutiara) (Hickman, Roberts, dan Larson 1997).

Arthropoda adalah kelompok hewan yang memiliki kaki yang beruas-ruas.

Arthropoda berasal dari dua kata yaitu Arthros yang artinya berbuku-buku dan poda

yang artinya kaki. Tubuhnya terdiri dari kepala (caput), dada (toraks) dan perut

(abdomen). Pada tiap-tiap somit terdapat ganglion. Sifat kelamin dioseus, dan

kebanyakan metamorfosis. Sistem peredaran darah terbuka, darah tidak berfungsi

mengangkut oksigen dan hanya berfungsi untuk mengangkut zat makanan. Susunan
saraf terdiri dari otak sederhana dan tali saraf perut rangkap. Arthropoda dibagi menjadi

empat kelas salah satu kelasnya adalah insecta. Tubuh dapat dibedakan atas kepala,

dada, dan perut. Pada kepala terdapat sepasang antena, mata sederhana, mata

majemuk, tipe mulut mengigit, mengunyah, menusuk, dan menghisap. Pada dada

umumnya terdapat 2 pasang sayap dan 3 kaki. Sudah mempunyai jantung, dan bernafas

dengan sistem trakea yang langsung berhubungan dengan jaringan tubuh (Hadi,

Tarwotjo, dan Rahadian, 2009).

Kelas insekta terdiri dari dua subfilum yaitu: Apterygota dan Pterygota. Sistem

ekskresi melalui saluran malpighi, lubang kelamin umumnya tunggal dan bermuara di

ujung perut. Umumnya ovipar dan pada stadium pradewasa terjadi metamorfosis yang

dibedakan atas ametabola, hemimetabola, dan holometabola. Habitatnya luas meliputi

darat, air tawar dan hanya beberapa yang hidup di laut. Subfilum Apterygota

merupakan kelompok serangga yang tidak bersayap dan tidak mengalami metamorfosis

(ametabola), pada ventral abdomen terdapat appendage. Sedangkan pada subfilum

Pterygota merupakan serangga bersayap dan mampu metamorfosis terdiri dari divisi

exopterogyta dan endopterogyta (Jasin, 1989).

Berikut merupakan ordo yang ada pada divisi exopterygota yang mempunyai

ciri sayap berkembang di luar, stadium pradewasa disebut larva dan nimpha. Terdiri

dari: Ordo Orthoptera (sayap lurus), mempunyai dua pasang sayap lurus, sayap depan

menutup sayap belakang. Tipe mulut mengigit dan mengunyah, contohnya Valanga sp.,

Periplaneta sp., Blatta sp.. Ordo Odonata (capung–capungan) mempunyai dua pasang

sayap, mata fecet besar, tipe mulut menggigit dan mengunyah. Contohnya: Orthoterum

sp., dan Pantala sp.. Ordo Ephemeroyera (lalat), tubuh lunak, tipe mulut dengan antena

yang pendek dan mempunyai dua pasang sayap yang membentuk membran. Sayap

depan lebih besar daripada sayap belakang, larva hidup di air, contohnya Ephemera sp..

Ordo Isoptera merupakan serangga sosial, mempunyai dua pasang sayap dengan bentuk
dan ukuran yang sama. Tipe mulut menggigit, contohnya Macotermes sp. dan

Nasutitermes sp. (Jasin, 1989).

Ordo Hemiptera mempunyai dua pasang sayap, sayap depan sebagian tebal dan

sebagian lagi tipis seperti selaput. Ordo Homoptera, mempunyai dua pasang sayap yang

tebalnya sama, tipe mulut menghisap dan menusuk. Contohnya: Nilaparvata lugen,

Nepothetix sp., Aphis fabae. Divisi endopterogyta (Holometabola) merupakan sayap

yang berkembang di dalam. Pada stadia pradewasa disebut larva atau pupa yang terdiri

dari ordo yaitu: Ordo Neuroptera mempunyai dua pasang sayap yang sama besar, pada

sayap terdapat jalinan seperti saraf, antena panjang. Ordo Coleoptera, mempunyai dua

pasang sayap, sayap depan tebal disebut elitra. Contohnya Oryctes ribocerous

(kumbang kelapa). Ordo Diptera, mempunyai sepasang sayap, sayap belakang berubah

menjadi halter contoh Drosophila melanogaster, Anopheles sp.. Ordo Hymenoptera

merupakan bangsa semut lebah dan penyengat, contoh Apis cerana (lebah madu). Ordo

Lepidoptera, sayap ditutupi oleh sisik yang halus, memiliki probosis contoh Eurema

hecabe dan Bombyx mori (ulat sutera) (Jenskin, 2002).

Arachnida dapat dibagi menjadi tiga ordo yaitu Arachnoidea, Scorpionida dan

Acarina. Arachnoidea (kelompok laba-laba) misalnya Heteropoda venatoria (laba-laba

pemburu), Nephila maculata (kemlandingan), Latrodectus mactans (laba-laba janda

hitam beracun dan sengatannya dapat mematikan) dan Argiope aurantina (laba-laba

kebun). Scorpionida (kelompok kalajengking) dimana segmen terakhir abdomen

merupakan kelenjar racun telson. Pada mulut terdapat alat pencapit seperti catut

pedipalpus dan semacam gigi kelisera, misalnya Thelyphonus condutus (kalajengking),

Chelifer cancroides (kalajengking yang hidup di tumpukan buku-buku) dan

Mastigoproctus giganteus (kalajengking raksasa). Acarina (kelompok tungau dan

caplak) memilki abdomen yang bersatu dengan sefalotoraks, sebagian besar jenisnya

hidup sebagai parasit. Misalnya Sarcoptes scabiei (caplak kudis, penyebab penyakit

kulit kudis (scabies = kudis), Dermacentor andersoni (caplak pembawa ricketsia


penyebab demam (typus), Dermacentor variabilis (caplak anjing) dan Psoroptes ovis

(tungau biri-biri) (Hickman, Roberts, dan Larson, 1997).

Cephalopoda terdiri dari dua kata yaitu Cephalus yang artinya kepala dan poda

yang artinya kaki yang mempunyai kaki yang terletak di kepala, contoh jenis dari kelas

ini adalah Loligo indica (cumi-cumi) yang mempunyai kantong tinta, cangkang di

dalam tubuh terbuat dari kitin, mempunyai delapan tangan dan dua tentakel. Sepia sp.

atau sotong yang mempunyai kantong tinta, cangkang di dalam tubuh terbuat dari

kapur. Memiliki delapan tangan dan dua tentakel. Nautilus pampilus tidak memiliki

kantung tinta, cangkang terdapat di luar terbuat dari kapur. Octopus vulgaris

mempunyai kantong tinta, tidak memiliki cangkang dan mempunyai delapan tangan

(Srimawab, 1997).
BAB III. PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kuliah lapangan Sitematika Hewan dilaksanakan pada hari Jumat sampai Minggu

tanggal 27-29 Oktober 2017 di Hutan Pendidikan dan Penelitan Biologi (HPPB),

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Andalas dan Pantai Air Manis (PAM), Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kuliah lapangan ini adalah gunting, kain kasa, cylindrical

cause, insect net, light trap, tali, kotak, kertas segitiga, kotak segitiga, ember ukuran 5

liter, film, botol nescafe,. Sedangkan bahan yang di gunakan yaitu, berupa alkohol

70%, chloroform, kapur barus dan buah nanas.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Di Lapangan

3.3.1.1 Hewan Invertebrata di Darat

Siapkan cylindrical cause kemudian gantung pada pohon dengan tinggi kurang lebih 2

meter, kemudian selipkan buah-buahan yang telah matang, amati setiap pagi dan sore.

Siapkan insect net, kotak segitiga, kertas segitiga, dan botol film, kemudian

penggunaan insect net dengan menggunakan metode langsung, yaitu menangkap

langsung di lokasi. Untuk mengkoleksi jenis serangga yang diperoleh di masukkan ke

dalam killing bottle yang telah diberi kapas yang dibasahi kloroform, terkhusus capung

dan kupu-kupu terlebih dahulu di lumpuhkan dengan cara menekan bagian thorax

disimpan dan masukkan ke dalam kertas segitiga.

3.3.1.2 Hewan Invertebrata di Air

Untuk pengumpulan sampel vertebrata air, menggunakan metode penangkapan secara

langsung dengan tangan, semua sampel yang di dapat dimasukkan ke dalam ember, dan

botol film.
3.3.2 Di Laboraorium

3.3.2.1 Hewan Invertebrata di Darat

Semua sampel diawetkan untuk jenis serangga yang memiliki sayap, sayapnya

direntangkan pada papan perentang. Kemudian dilakukan pengovenan selama 2 hari.

Setelah kering sampel dimasukkan kedalam kotak segi empat di dalamnya juga terdapat

kapur barus, kemudian diamati bentuk morfologinya, diidentifikasi dan disimpan

didalam kotak spesimen.

3.3.2.2 Hewan Invertebrata di Air

Semua sampel diawetkan, spesimen yang di awetkan dalam keadaan segar atau jika

spesimen masih dalam keadaan atau jika spesimen yang akan digunakan masih hidup

kita dapat dibius dengan perendaman dengan air es. Pada spesimen dengan ukuran

kecilsebaiknya dengan formalin 4-5 %, dan padaspesimen dengan ukuran besar

sebaiknya menggunakan formalin konsentrasi 10%, kemudian spesimen direndam

dalam formalin selama lebih kurang satu minggu, kemudian dicuci dalam air selama

kurang dua hari Spesimen yang telah dicuci (dibersihkan dari formalin), diawetkan

dalam alcohol 70% untuk selamanya. Tiap spesimen yang diawetkan harus dilakukan

pengidentifikasian, pengklasifikasian dan disimpan dalam wadah yang dibubuhi label

pada wadahnya. yang di dapat.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hewan Invertebrata Darat

Tabel 1. Hewan Invertebrata Darat


No. Total
N
Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies Colle Indivi
o
ct du
1 Arthropo Insecta Lepidoptera Nymphalid Junonia Junonia atlites Sp.1
1
da ae
2 Arthropo Insecta Lepidoptera Nymphalid Acraea Acraea violae Sp. 2
1
da ae
3 Arthropo Insecta Lepidoptera Pieridae Appias Appias Sp.3
da libythea 1
olferna
4 Arthropo Insecta Lepidoptera Nymphalid Eurema Eurema Sp. 4
1
da ae brigitta
5 Arthropo Insecta Lepidoptera Nymphalid Ideopsis Ideopsis vitrea Sp. 5
1
da ae
6 Arthropo Arachn Odonata Libellulida Neurothe Neurothemis Sp. 7
1
da ida e mis terminata
7 Arthropo Insecta Odonata Gomphida Paragom Pseudagrion Sp. 8
1
da e phus pruinosum
8 Arthropo Insecta Orthoptera Acridoidea Valanga Valanga sp Sp. 9
1
da
9 Arthropo Insecta Odonata Liberllidae Orthetru Orthetrum Sp.
1
da m Sabina 10
10 Arthropo Insecta Hymenopter Formicidae Campon Camponotus Sp.
1
da a otus carnelius 11

4.2 Hewan Invertebrata Air

Tabel 2.Hewan Invertebrata Air


No. Total
N
Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies Colle Indivi
o
ct du
1 Echinoder Holothuroi Aspidochir Holothuri Holothur Holothuria Sp. 1
mata dea otida idae ia sp.
2 Arthropod Malacostra Decapoda Diogenid Dardanus Dardanus sp Sp. 1
a ca ae
3 Arthropod Malacostra Decapoda Portunida Callinect Callinectes Sp. 1
a ca e es sp
4 Mollusca Gastropod Neogastro Turbinid Turbo Turbo Sp. 1
a poda ae petholatus

5 Cnidaria Anthozoa Madrepora Favidae Favites Favites sp. Sp. 1


nia
6 Cnidaria Anthozoa Scleractini Pocillopo Pocillopo Pocillopora Sp. 1
a ridae ra sp
7 Mollusca Gastropod Sorbeocon Cerithiid Clypeom Clypeomoru Sp. 2
a cha ae orus s
subbrevicula
8 Molusca Gastropod Sorbeocon Muricida Thais Thais Sp. 1
a cha e
ambustulatu
s

9 Mollusca Gastropod Sorbeocon Muricida Monetan Monetana Sp. 1


a cha e a anulus
nomenularia
10 Mollusca Gastropod Sorbeocon Muricida Arachis Arachis sp. Sp. 1
a cha e
11 Mollusca Gastropod Clypeomor Muricida Clydeom Clydeomuru
a us e urus s numinus
12 Mollusca Gastropod Sorbeocon Muricida Phytis Phytis sp Sp. 1
a cha e

4.3 Pembahasan

A. Filum Arthropoda

a.1 Junonia atlites

Kingdim : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera Gambar 1. Junonia atlites


Famili : Nymphalidae Sumber: Dokumentasi pribadi

Genus : Junonia

Spesies : Junonia atlites (Linnaeus, 1758)

Sumber : IUCN, 2016

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa Junonia

atlites memilki morfologi pada bagian sayap bewarna coklat muda dengan pola bulat

sejajar vertikal pada tepi sayap, dan pada bagian tengah sayap bewarna hitam, didekat

pangkal sayap terdapat dua goresan yang berwarna kecoklatan. Spesies ini memilki

daerah yang terbang yang sedang atau tidak terlalu tinggi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Pechenik (2000) tampak atas sayap depan kupu-

kupu ini berwarna hitam pangkalnya dengan ujung berwarna coklat yang terang.

Dihiasi dengan dua bulatan berwarna putih dengan inti hitam mirip mata. Pinggir
sayapnya dihiasi dengan 3 baris garis berwarna coklat gelap. Di dekat pangkal

sayapnya terdapat dua goresan berwana coklat. Sayap belakang kupu-kupu ini

didominasi warna coklat dengan usapan warna hitam pada pangkalnya. Ada dua

bulatan masing-masing pada sayap belakang kiri dan kanannya. Satu bulatan penuh

berwarna hitam. Dan satu bulatan lagi berwarna coklat muda dilapis hitam, dengan iti

berwarna hitam dan putih. benar-benar mirip mata.

Bagian bawah sayapnya didominasi warna coklat dengan corak berawna coklat

pucat. Tubuhnya berwarna hitam. Sama seperti saudaranya di atas, kupu-kupu ini juga

sangat suka terbang rendah dan hinggap di bunga-bunga rerumputan. Ia bahkan

terkadang hinggap di atas rumput atau di tanah (Suwigyo, 2005).

a.2 Acraea violae

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Nymphalidae
Gambar 2. Acraea violae
Genus : Acraea Sumber: Dokumentasi pribadi
Spesies : Acraea violae (Linnaeus, 1758)

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan kupu-kupu ini memilki warna

bintik-bintik hitam pada bagian seluruh tubuhnya serta memilki warna dasar orange

kecoklatan, pada tepi sayap bawahnya terdapat daerah berwarna hitam dengan pola

bulat putih dengan warna caput hingga abdomen hitam. Biasanya kupu-kupu ini

ditemukan didaerah rerumputan, dan semak-semak belukar.

Hal ini sesuai dengan pendapat Peggic, Djunijanti, dan Mohammad (2000) yang

menyatakan bahwa kupu-kupu ini memilki motif yang sangat bagus dengan bintik-

bintik hitam pada permukaan dorsalnya dan bewarna sayap bewarna orange. Kupu-

kupu Acraea violae banyak ditemukan pada daerah terbuka seperti padang rumput,
taman, semak belukar, hutan primer dan sekunder yang terbuka, kupu-kupu ini

cenderung menghindari kawasan yang ternaungi dengan vegetasi yang padat.

Umumnya melimpah pada daerah dataran rendah, namun di India dan Sri Lanka pernah

ditemukan hingga ketinggian 2.100 meter dpl. Keberadaan kupu-kupu ini bersifat

musiman, tetapi ditemukan sepanjang tahun khususnya pada sebelum atau saat musim

hujan. Penyebarannya mulai dari kawasan India, Sri Lanka, Myanmar, Thailand,

Semenanjung Malaysia, Singapura dan Kepulauan Indonesia.

a.3 Appias libythea olferna

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Pieridae Gambar 3. Appias libythea olferna


Sumber: Dokumentasi pribadi
Genus : Appias

Species : Appias libythea olferna (Fabricius, 1775)

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh spesies dari family

Pieridae yang memiliki antenna keujung, biasanya kupu-kupu ini hidup ditempat yang

hijau seperti di semak-semak belukar. Kupu-kupu ini memilki ciri morfologi pada

bagin dorsal memilki garis-garis hitam dengan bagian tengah bewarna putih, warna

badan hitam. Kupu-kupu jenis ini memilki daerah terbang yang rendah.

Hal ini sesuai dengan pendapat Suwigyo (2005) yang menyatakan kupu-kupu ini

juga mempunyai warna yang menyolok. Juga mempunyai ekor yang terjulur ke

belakang yang terletak di antara sayap. Kupu-kupu mempunyai sayap yang besar

bersisik dan membentuk pola warna hitam putih. Terdapat antena yang panjang pada

bagian kepala, bervariasi, seperti pemukul, berbulu dan sebagainya. Antena tergulung

rapi di bawah kepala. Alat mulut untuk mengisap, biasanya tidak ada mandibula.

Maksila bersatu membentuk proboscis. Kaki sama, biasanya tarsi beruas lima.
Metamorfosis kupu-kupu adalah metamorfosis sempurna, larvanya berupa ulat dengan

alat mulut untuk menggigit, dengan 2 kelenjar sutera untuk membuat kokon.

Kupu-kupu serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera, atau 'serangga

bersayap sisik' (lepis, sisik dan pteron, sayap). Kupu-kupu umumnya aktif di waktu

siang (diurnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan menegakkan sayapnya

biasanya memiliki warna yang indah cemerlang . Kupu-kupu umumnya hidup dengan

mengisap madu bunga (nektar/ sari kembang). Akan tetapi beberapa jenisnya menyukai

cairan yang diisap dari buah-buahan yang jatuh di tanah dan membusuk, daging

bangkai, kotoran burung, dan tanah basah (Busnia, 2006).

Berbeda dengan kupu-kupu, ulat hidup terutama dengan memakan daun-

daunan. Ulat-ulat ini sangat rakus, akan tetapi umumnya masing-masing jenis ulat

berspesialisasi memakan daun dari jenis-jenis tumbuhan yang tertentu saja. Sehingga

kehadiran suatu jenis kupu-kupu di suatu tempat, juga ditentukan oleh ketersediaan

tumbuhan yang menjadi inang dari ulatnya. Kupu-kupu dan ngengat dikenal sebagai

hewan penyerbuk, yang membantu bunga-bunga berkembang menjadi buah. Sehingga

bagi petani, dan orang pada umumnya, kupu-kupu ini sangat bermanfaat. (Putra, 1994).

a.4 Eurema brigitta

Kingdom : Animalia

Fium : Arthopoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera
Gambar 4. Eurema brigitta
Famili : Nymphalidae Sumber: Dokumentasi pribadi
Genus : Eurema

Spesies : Eurema brigitta (Stoll, 1780).

Sumber : IUCN, 2016


Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilakasanakan diperoleh kupu-kupu jenis
Eurema brigitta yang merupakan salah satu jenis kupu-kupu yang ada pada filum
Arthopoda dari kelas insecta. Hewan ini memiliki sepasang antena yang panjang pada
kepala dan memiliki mata majemuk. Kupu-kupu ini memiliki tiga pasang kaki dan dua
pasayang sayap yang kuning. Tipe mulut dan kupu-kupu ini adalah tipe mulut
menghisap, yang digunakan untuk menghisap nektar bunga sebagai makanannya.
Eurema brigitta memiliki dua pasang sayap kuning polos, 3 pasang kaki, torak
putih, abdomen putih, antena hitam panjang. Hal ini sesuai dengan pendapat Johnson
(1992), yang menyatakan bahwa kupu-kupu ini memiliki sayap dengan warna dasar
kuning dengan tepi sayap berwarna coklat tua. Ukuran kupu-kupu ini sedang dengan
rentang sayap 12-24 mm. Memiliki bentuk tubuh yang panjang dengan berwarna
gelap.Sering ditemui beterbangan disekitaran pemukiman warga.
Hal ini sesuai dengan pendapat Robert (1986) bahwa kupu-kupu antan dan
betina kedua sayapnya panjang dan lebar, bulat pada setiap ujung sayap, dan terdapat
garis pinggir disekelilingnya.Pada bagian sayap atas berwarna kuning cerah dengan
warna hitam kusam.Garis pinggir mengelilingi sayap berwarna hitam dan kadang
terbagi menjadi dua bagian, atas dan bercak bawah.Subspesies ini tersebar dari timur
hingga pusat dan beberapa bagian dari Thailand, juga di Indo-China, China selatan,
Hainan dan Taiwan.

a.5 Ideopsis vitrea (Blanchard, 1853)


Fium : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Nymphalidae
Genus : Ideopsis
Gambar 5. Ideopsis vitrea
Spesies : Ideopsis vitrea
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber : IUCN, 2016
Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan didapatkan spesies Ideopsis

vitrea yaitu suatu jenis spesies dari famili nymphalidae yang memiliki karakteristik

sayap berwarna coklat di bagian tepi dan warna putih di tengah. Kombinasi warna ini

terlihat membentuk pola bulat memanjang dengan warna putih dengan warna coklat di

sekelilingnya. Warna badan dari Ideopsis vitrea ini hitam kecoklatan.


Hal ini sesuai dengan pendapat Gay, Thomas, Kehimkar, Isaac, dan Punetha

(1992) Ideopsis vitrea mempunyai ukuran sayap yang kecil sampai sedang dengan pola

warna sayap yang beragam. Dengan warna pola mendominasi putih pada tengah hingga

tepi sayap. Warna badannya coklat dengan warna hitam dibagian toraks. Kupu-kupu

jenis ini tersebar banyak di seluruh Indonesia.

a.6 Neurothemis terminate

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Odonata
Gambar 6. Neurothemis terminate
Famili : Libellulidae
Sumber: Dokumentasi pribadi
Genus : Neurothemis

Spesies : Neurothemis terminata

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh spesies berupa

Neurothemis terminata yang memiliki merah tua dengan tepi sayap transparan serta

hitam pada bagian tubuhnya, memiliki 2 pasang sayap. Pada ujung sayap bewarna

putih.

Hal ini sesuai dengan pendapat Borror dan Johnson (1992) pada bagian

toraksnya, protorak dan mesotorak ada serta sayap depan juga ada. Pada sayap depan

teksturnya kasar dengan panjang 3,4-3,7 cm atau hampir sama dengan panjang

tubuhnya, berbentuk memanjang dengan rangka sayap dan warnanya transparan hitam.

Metatoraksnya ada dan sayap belakangnya ada. Tekstur sayap belakang kasar dengan

bentuk memanjang dan panjangnya hampir sama dengan sayap depan, rangka

sayapnya ada dan berwarna transparan hitam. Pada bagian tungkai koksa dan

trokhanternya ada. Tibia 0,4 cm, femur 0,4 cm, tarsus 0,2 cm, dan tungkainya ini

terdiri dari 5 ruas. Bentuk tungkainya cursorial dan cercusnya ada. Panjang tubuhnya 4
cm dengan jumlah abdomen 11-12 ruas. Biasanya capung ini dapat ditemukan di

daerah dekat air.

a.7 Paragomphus reinwardtii (Selys, 1854)

Kingdom : Animalia

Filum :Arthropoda

Kelas :Insecta

Ordo :Odonata Gambar 7. Paragomphus reinwardtii


Famili :Gomphidae Sumber: Dokumentasi pribadi

Genus :Paragomphus

Spesies : Paragomphus reinwardtii

Sumber : IUCN, 2016

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh spesies Paragomphus

reinwardtii yang merupakan salah satu ordo odonata. Ciri tubuhnya yaitu memiliki 2

pasang sayap yang transparan dengan titik hitam dibagian tepi atas dari masing-masing

helaian sayap. Pada pangkal sayap (pertemuan sayap dengan badan terdapat bagian

sayap yang berwarna orange dan warna badannya yang gelap.

Hal ini sesuai dengan pendapat Suwigyo (2005) yang menyatakan bahwa

capung jenis ini memiliki ciri sayap yang transparan dengan titik berwarna hitam

kecoklatan pada bagian tepi atas sayap. Bagian abdomen memiliki pola garis kuning

dan hitam yang berselingan sepanjang badan. Spesies capung ini tersebar di sekuruh

Indonesia.
a.8 Valanga. Sp

Kingdom : Animalia

Filum :Arthropoda

Kelas :Insecta

Ordo :Orthoptera
Gambar 8. Valanga sp.
Famili :Acridoidea Sumber: Dokumentasi pribadi
Genus :Valanga

Spesies : Valanga. sp

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh sampel spesies dari

famili Acridoides yaitu Valanga sp atau biasanya disebut dengan belalang. Belalang ini

memiliki warna hijau dan kuning pada bagian tubuhnya. Bagian tubuh terlihat jelas

terdiri dari 3 bagian yaitu kepala, dada dan perut. Pada belalang kayu terdapat 2 antena,

6 kaki dan 2 pasang sayap.

Hai ini sesuai dengan pendapat Kekurt (1961) spesies ini memiliki bentuk tubuh

yang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada ( thorak ) dan perut (abdomen).

Belalang kayu juga memiliki 6 kaki yang bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki

bagian belakang panjang yang digunakan untuk melompat dengan jauh dan tinggi,

sedangkan kaki bagian depan pendek digunakan untuk berjalan. Belalang juga memiliki

pendengaran yang tajam, meskipun tidak memiliki telinga. Alat pendengar belalang ini

hampir disebut dengan nama tympanum dan terletak pada abdmon ( perut ) dekat

bagian sayap. Typnpanum ini berbentuk sebuah disk bulat besar yang terdi da-ri

beberapa bagian prosesor dan memiliki syaraf uang digunakan untuk memantau getaran

dari udara.

Belalang kayu ini juga memiliki 5 mata (2 compound eye dan 3 ocelli). Belalang

kayu ini termasuk hewan serangga yang bernafas menggunakan trakea, dan masuk

kedalam kelompok hewa berkerangka luas (exoskeleton).Warna sayap pada belalang ini

yaitu hitam kemerahan dan belalang kayu dewasa betina memiliki ukuran lebih besar
dibandingkan dengan belalang jantan dewasa yaitu berkisar 58-71 mm sedangkan

belalang jantan dewasa berkisar 49-63 mm dengan berat tubuh rata – rata mencapai 2-3

gram (Borror dan Johnson, 1992).

a.9 Camponotus carnelius

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hymenoptera

Famili : Formicidae
Gambar 9. Camponotus carnelius
Genus : Camponotus Sumber: Dokumnetasi pribadi
Spesies : Camponotus carnelius

Berdasarkan dari kuliah lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh hasil sampel

spesies yaitu Camponotus carnelius yang memiliki warna hitam dan coklat, tubuh

berwarna hitam pekat, bentuk abdomen lonjong dan bulat tumpul, memiliki bentuk

mulut bulat Tubuh dari jenis ini terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, thorax dan

abdomen, tubuh bersegmen-segmen dan kulit pada semut ini keras.

Bentuk tubuh semut yaitu tidak mempunyai tulang di dalam badannya, namun

badan semut dibalut oleh lapisan kulit yang keras, seperti serangga lainnya, badan

semut terdiri atas tiga bagian yaitu; kepala, thorax dan abdomen (Srimawab, 1997).

a.10 Orthetrum sabina

Kingdom : animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Odonata Gambar 10 Orthetrum sabina


Sumber : Dokumentasi pribadi
Famili : Liberllidae

Genus : Orthetrum
Spesies : Orthetrum sabina (Putra, 1994)

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan dapat diidentifikasi sampel

spesies Orthetrum sabina atau capung yang memiliki warna kuning dan hitam pada

bagian tubuhnya, serta memiliki 2 pasang sayap. Sayap pada capung ini memanjang

dan agak lebar berwarna merah kekuningan. Tubuh bersegmen dan mempunyai pola

garis hittam putih pada bagian tubuhnya.

Menurut Triesnalia (2010) tekstur sayap belakang kasar dengan bentuk

memanjang dan panjangnya hampir sama dengan sayap depan, rangka sayapnya ada

dan berwarna transparan bewarna kuning. Pada bagian tungkai koksa dan trokhanternya

ada. Tibia 0,4 cm, femur 0,4 cm, tarsus 0,2 cm, dan tungkainya ini terdiri dari 5 ruas.

Bentuk tungkainya cursorial dan cercusnya ada. Panjang tubuhnya 4 cm dengan jumlah

abdomen 11-12 ruas. Biasanya capung ini dapat ditemukan di daerah dekat air.

a.11 Dardanus sp

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda Gambar 11 Dardanus sp


Sumber : Dokumentasi pribadi
Famili : Diogenidae

Genus : Dardanus

Spesies : Dardanus sp (IUCN, 2016)

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan maka diperoleh spesies

Dardanus sp atau nama local dari spesies ini umang-umang yang memiliki cangkang

yang keras. Cangkang tersebut bewarna hijau muda dan hijau tua. Pada cangkang

terdapat pola-pola garis yang saling berhubungan. Umang-umang mempunyai beberapa

pasang kaki untuk bergerak dan berpindah tempat. Jika di sentuh maka hewan ini akan

masuk ke dalam cangkang nya kembali.


Umang-umang memiliki sepuluh kaki yang sepasang kaki depannya selalu

berbentuk capit yang berfungsi untuk memegang atau menyerang mangsanya, kaki

kedua dan ketiganya berfungsi sebagai organ untuk bergerak, kaki keempat dan atau

hanya kaki kelima mengecil dan ujungnya juga berbentuk capit kecil. Kedua pasang

kaki terakhir ini memiliki bulu yang lebat dan berfungsi untuk membersihkan tubuhnya

terutama insang dan telur pada betina. Umang umang memiliki cangkang yang keras.

Saat bermetamorfosis umang-umang berubah menjadi bentik dan mencari cangkang

keong yang kosong untuk digunakan sebagai tempat tinggalnya. Umang-umang hidup

di perairan tropis dan subtropis maupun dingin di darat sampai di laut dalam Nerita sp

merupakan hewan yang unik karena memiliki beberapa tingkah laku yang berbeda-beda

saat mereka saling bertemu satu sama lain. Ada tiga macam tingkah laku sosial umang-

umang jika bertemu yakni mereka akan saling mengabaikan kawin atau berkelahi,

biasanya umang-umang akan berkelahi untuk memperebutkan cangkang yang lebih

baik. Jika ada cangkang milik umang-umang lain yang lebih bagus umang-umang akan

berusaha untuk merebut dan memilikinya (Rusayana, 2011).

a.12 Callinectes sp

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Portunidae
Gambar 12 Callinectes sp
Genus : Callinectes
Sumber : Dokumentasi pribadi
Spesies : Callinectes sp

Berdasarkan kuliah lapanagn yang telah dilaksanakan diperoleh speises berupa

Callinectes sp yang berbentuk seperti kepiting. Hewan ini hidup diperairan dan daerah

pantai berpasir lumpur dengan membenamkan tubuhnya kedalam pasir, tubuhnya


berukuran sangat kecil jika dibandingkan dengan kepiting pada umumnya. Memiliki

sepasang capit yang merupakan anggota gerak atas. Dan mempunyai beberapa kaki

untuk berjalan. Tubuh nya mempunyai bercak-bercak hitam dan putih.

Hal diatas sesuai dengan pernyataan Indriyani (2006) Callinectes sp jantan

berwarna dasar biru dengan bercak-bercak putih terang, sedangkan yang betina

berwarna dasar hijau kotor dengan bercak-bercak putih kotor. Cangkang memiliki duri

sebanyak sembilan buah terdapat pada sebelah mata kanan-kiri. Pada duri yang terakhir

berukuran lebih panjang dari duri-duri lainnya dan merupakan titik ukuran lebar

cangkang. Perut atau biasa disebut abdomen terlipat ke depan di bawah cangkang.

Abdomen jantan sempit dan meruncing ke depan. Abdomen betina melebar dan

membulat, gunanya untuk menyimpan telur. Callinectes sp termasuk hewan dasar laut

yang dapat berenang ke permukaan pada malam hari untuk mencari makan, hidup di

daerah pantai berpasir lumpur dan di perairan depan hutan mangrove dan biasanya

hidup dengan membenamkan tubuhnya ke dalam pasir.

B. Filum Echinodermata

b.13 Holothuria sp.

Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata

Kelas : Holothuroidea

Ordo : Aspidochirotida

Famili : Holothuriidae Gambar 13 Holothuria sp


Sumber : Dokumentasi pribadi
Genus : Holothuria

Spesies : Holothuria sp. (Pechenik, 2005)

Berdasarkan dari kuliah lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh hasil berupa

Holothuria sp. yang merupakan hewan laut yang memiliki bentuk tubuh memanjang,

lonjong dalam sumbu oralnya dan hidup di bawah batu-batu karang. Hewan ini
memiliki cairan yang banyak di dalam tubuhnya. Holothuria sp memiliki tubuh yang

lunak bewarna hitam dan memanjang, yang terdiri dari dua lubang yang terletak

diujung kiri dan kanannya

Menurut pendapat Martoyo dan Winanto (1996), Holothuroidea adalah hewan

avertebrata yang sering disebut juga ketimun laut. Holothuroidea berasal dari kata

Yunani yaitu holothurion (ketimun laut) dan eidos (bentuk). Ciri-ciri Kelas

Holothuroidea antara lain, tubuhnya memanjang dalam sumbu oral seperti cacing dan

simetri bilateral, mulut dan anusnya terletak pada kedua ujung yang berlawanan, tidak

mempunyai lengan dan duri. Durinya tereduksi menjadi spikula, kulitnya lunak dan

tipis serta tidak memiliki spina (duri) atau pediselaria dan memiliki kaki tabung.Tubuh

teripang umumnya berbentuk bulat panjang atau silindris sekitar 10-30 cm, dengan

mulut pada salah satu ujungnya dan anus pada ujung lainnya. Mulut teripang dikelilingi

oleh tentakel atau lengan peraba yang kadang bercabang-cabang. Tubuhnya berotot,

sedangkan kulitnya dapat halus atau berbintil.

Habitat teripang tersebar luas di lingkungan perairan di seluruh dunia, mulai

dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra

Pasifik Barat. Beberapa diantaranya lebih menyukai perairan dengan dasar berbatu

karang, yang lainnya menyukai rumput laut atau dalam liang pasir dan lumpur. Jenis

teripang yang termasuk dalam Holothuria, Scitopus dan Muelleria memiliki habitat

berada di dasar berpasir halus, terletak di antara terumbu karang, dan dipengaruhi oleh

pasang surut air laut (Darsono, 2005).

C. Filum Mollusca

c.14 Turbo petholatus

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Famili : Turbinidae
Gambar 14 Turbo petholatus
Sumber : Dokumentasi pribadi
Genus : Turbo

Spesies : Turbo petholatus

Dari kuliah lapangan yang telah dilaksnakan didapatkan spesies berupa Turbo

petholatus yang memiliki warna hijau kecoklatan, tubuh lunak ditutupi cangkang dan

berukuran kecil yaitu 3 cm, motif cangkang bergantian warna hitam dan hijau,

cangkangnya berpilin ke belakang semakin kecil.

Morfologi Turbo petholatus berbentuk melingkar serta meruncing

dipangkalnya. Warna spesies ini didominasi dengan warna hijau dengan bercak

bewarna cokelat kehitaman. Ukuran spesies ini 3,4 - 4 cm. cangkang keras dengan

permukaan licin dan agak mengkilap. Habitat hidup di sekitar pantai atau laut, didaerah

sekitar pasang surut pada bebatuan karang yang banyak ditumbuhi alga. Pakannya

tumbuhan laut (alga) (Rusyana, 2011)

c. 15 Clypeomorus subbrevicula
Kingdom : Animalia
Fillum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Sorbeoconcha
Gambar 15 Clypeomorus subbrevicula
Famili : Cerithiidae Sumber : Dokumentasi pribadi

Genus : Clypeomorus
Species : Clypeomorus subbrevicula
Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh hewan dari anggota

kelas Gastropoda yaitu Clypeomorus subbrevicula karena memilik cangkang tunggal

yang terpilin membentuk spira dan bewarna hijau. Otot pada bagian ventral tubuh

berperan sebagai kaki atau alat gerak. Berlokomosi dengan cara merayap menggunakan

kaki. Tektur cangkangnya kasar.

Hal ini sesuai dengan pendapat Borror dan Johnson (1992) bahwa hewan ini

memiliki cangkang yang ukurannya sekitar ± 1,5 - 2 cm. Warna cangkangnya hijau dan
putih. Mempunyai putaran dextral. Mulut cangkang berbentuk bulat dan bagian puncak

lancip. Habitatnya di perairan laut, biasanya menempel pada permukaan atau batu

karang.

c.16 Monetana anulus nomenularia


Kingdom : Animalia
Fillum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Sorbeoconcha
Famili : Muricidae Gambar 16. Monetana anulus
Genus : Monetana nomenularia
Sumber : Dokumentasi pribadi
Species :Monetana anulus nomenular

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh spesies berupa


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Monetana anulus nomenular dengan ciri tubuh terdiri atas kepala dan badan serta

beracangkang pada bagian ujung cangkang meruncing. Hewan ini juga memiliki

tentakel pada kepala untuk indra pembau. Cangkang bermotif abstrak dengan campuran

warna hijau muda dan hijau tua. Spesies ini berukuran kecil. Tubuh larvanya bilateral

simetri tetap ada perkembangan selanjutnya hampr membentuk lingkaran.

Hal ini sesuai dengan Newell (1969) bahwa tentakelnya terdapat di kepala

tersebut meliputi sepasang tentakel dengan mata (khusus yang hidup di darat) dan

sepasang tentakel untuk indra pembau. Mulut Gastropoda telah berkembang baik.

Letaknya di ujung anterior, dilengkapi dengan rahang dari zat tanduk serta lidah parut

atau radula di dasar perutnya. Anus terletak di bagian anterior tubuh. Alat peredaran

darah siput terdiri atas jantung dan pembuluh darah yang masih sederhana. Jantung

terdiri atas serambi dan ventrikel yang terletak dalam rongga parikardial. Peredaran

darah merupakan system peredaran darah terbuka.


c.17 Favites sp.
Kingdom : Animalia

Filum : Cnidaria
Clas : Anthozoa

Ordo : Madreporania Gambar 17 Favites sp


Sumber : Dokumentasi pribadi
Famili : Favidae

Genus : Favites

Species : Favites sp.

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilkasanakan diperoleh spesies berupa Favites

sp. dengan ciri tubuh yang sangat keras. Berbentuk seperti batu bewarna putih pasir.

Tubuh bermotif seperti yang tersusun dari banyak bulatan seperti bunga. Favites sp ini

banyak atau sering ditemukan ditepi pantai atau di tepi laut.

Cangkang Favites sp. terbuat dari bahan kapur, bentuk karangnya membulat

dan berkoloni bewarna putih. Tipe coralitnya cerioid, disebut demikian karena thecanya

bergabung atau menyatu. Terdapat theca (bagiab terluar dari corallite), fossa, calyx

(jarak antar theca), dan septum (sekat/dinding yang membagi bagian dalam calyx dalam

beberapa bagian. Termasuk ke dalam filum Cnidaria karena memiliki bentuk tubuh

yang radial/bilateral simetri, bersifat sessile, dan memiliki alat penyengat yang berada

di ujung tentakel (cnidocytes), yang tersusun atas sel-sel penyengat yang disebut

nematocyst. Favites sp. dimasukkan ke dalam kelas Anthozoa karena tubuh berbentuk

bunga dan tidak memiliki fasi medusa dalam daur hidupnya. Favites sp.

dikelompokkan ke dalam sub kelas Hexacorallia karena memiliki bentuk tubuh persegi

enam (Budianto, 2016).


c.18 Pocillopora sp
Kingdom : Animalia
Fillum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Gambar 18. Pocillopora sp
Famili : Pocilloporidae Sumber : Dokumentasi pribadi
Genus : Pocillopora
Species : Pocillopora sp
Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh spesies berupa

Pocillopora sp yang ditemukan dilaut dan memiliki pori, berwarna putih, bentuknya

juga tipis dan terbuka. Spesies ini biasanya disebut dnegan karang kembang kol.

Hal diatas sesuai dengan pernyataan Budianto (2016) bahwa Pocillopora sp

tersebar luas dan dapat diidentifikasi dengan adanya pertumbuhan seperti kutil di

permukaannya. Koloni bisa berbentuk kubah atau bercabang dan sangat bervariasi

warnanya dan bentuknya tergantung pada spesies dan kondisi lingkungannya. Spesies

yang terletak di terumbu dangkal yang ditumbuk oleh laut cenderung kerdil sementara

mereka yang berada dalam air yang dalam sering tipis dan terbuka. Setiap polip

individu memiliki tentakel tapi biasanya hanya diperpanjang pada malam

c.19 Thais ambustulatus


Kingdom : Animalia
Fillum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Sorbeoconcha
Famili : Muricidae Gambar 19 Thais ambustulatus
Sumber : Dokumentasi pribadi
Genus : Thais
Species : Thais ambustulatus
Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh spesies berupa Thais

ambustulatus yang memiliki panjang tubuh 0,6 cm, memiliki cangkang yang berduri

dan berwarna putih, tipe apeks tumpul, memiliki celah mulut lebar dengan lekuk

sifonyang menyempit. Cangkang siput ini biasanya berwarna coklat-keemasan dengan

siphonal canal yang sangat panjang dan body whorl bulat yang mempunyai spire

rendah. Ada sebarisan duri-duri yang berkaitan dengan fase pertumbuhannya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Houart (1994), bahwa cangkang siput dewasa

berukuran sekitar 60 sampai 90 mm. Spesies ini, sebagaimana jenis lain dalam familia

Muricidae, dapat menghasilkan cairan yang bening atau seperti susu dan tidak berwarna

pada saat masih segar, tetapi kemudian berubah warna menjadi zat pewarna yang kuat

dan awet jika terkena udara atau cahaya matahari. Cairan itu dihasilkan dari kelenjar

"hypobranchial".Merupakan spesies moluska yang pada zaman purba digunakan untuk

menghasilkan zat pewarna kain ungu, yaitu Ungu Tyre. Siput lain dari spesies yang

masih sekerabat, yaitu Hexaplex trunculus ("murex pewarna berpita"; "banded dye-

murex"), juga digunakan untuk menghasilkan pewarna ungu kebiruan, yaitu nila atau

indigo, juga dari kelenjar hypobranchial.Spesies ini bersifat kanibal. Pembiakan intensif

di kalangan kebudayaan Minoa kuno menunjukkan cangkang-cangkang yang dilubangi

oleh binatang sesamanya, kemungkinan karena padatnya populasi dalam tangki

pembiakan.

c. 20 Arachis sp
Kingdom : Animalia
Fillum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Sorbeoconcha
Famili : Muricidae
Genus : Arachis Gambar 20 Arachis sp
Sumber : Dokumentasi pribadi
Species :Arachis sp
Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh spesies berupa Arachis

sp yang termasuk kedalam filum Molusca, family Muricidae serta hewan ini disebut

juga cangkang muricid dan mempunyai bentuk yang bervariasi luas, umumnya dengan

rusuk (spire) yang agak naik dan bentuk yang kuat mengandung gigi-gigi spiral dan

sering kali varix aksial (biasanya tiga atau lebih varices pada setiap whorl), juga

seringkali memiliki duri-duri (spine), tabung-tabung (tubercle) atau bilah-bilah (blade-

like process). Biasanya spesies ini hidup didaerah perairan dan ditepi pantai yang

berpasir.

Menurut Newell (1969) bahwa Arachis sp hidup didaerah pantai yng

berpasir.Periostracum tidak dijumpai dalam familia ini. Lubang (aperture) berbeda-

beda bentuknya, dapat berbentuk oval (ovate) atau lebih kurang terkontraksi, dengan

anterior (siphonal canal) yang terlihat jelas dan dapat berukuran panjang sekali. Bibir

luar cangkang sering bergerigi di dalamnya, kadang kali dengan proses berbentuk gigi-

gigi di tepinya. Bagian columella dapat halus sampai agak kasar. Bagian operculum

bersifat "corneous", tebalnya berbeda-beda, dengan nukleus dekat ujung anterior atau

sekitar tengah-tengah dari batas luar.

c.21 Clydeomurus numinus


Kingdom : Animalia
Fillum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Clypeomorus
Famili : Muricidae Gambar 21 Clydeomurus numinus
Genus : Clydeomurus Sumber : Dokumentasi pribadi

Species :Clydeomurus numinus

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh spesies berupa

Clydeomurus numinus. Kerang memiliki berbentuk tabung, duri ke atas-miring tumbuh

keluar dari lingkaran pusat. Kecuali untuk duri panjang di ulir tubuh. Ditemukan di

dasar pasir air laut dangkal


Permukaan cangkang dilengkapi dengan tipis, tulang rusuk miring. Spesies

siput laut besar, mollusca gastropoda laut dalam keluarga Xenophoridae, kerang

pembawa. Status konservasi : beresiko rendah. (Campbell, Reece, and Mitchel, 2000).

c.22 Pythis sp
Fillum : Mollusca
Kingdom : Animalia
Class : Gastropoda
Ordo : Sorbeoconcha
Famili : Muricidae
Genus : Pythis Gambar 22 Pythis sp
Sumber : Dokumentasi pribadi
Species : Pythis sp

Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan diperoleh spesies berupa Pythis

sp yang hidup di laut lepas pantai cangkangnya bisa mencapai ukuran 0,4 mm.

Memiliki garis konsentris dan garis pertumbuhan. Bergerak menggunakan kaki kapak,

cangkok dari bivalve.

Pythis sp hidup didaerah perairan yang memiliki cangkang, berwarna keputihan.

Status konservasi beresiko rendah Tekstur cangkang hewan ini licin dengan bentuk

seperti papaya yang bagian ujungnya berbentuk spiral. Pada cangkangnya terdapat

gambar zig zag berwarna coklat . Warna dasar cangkangnya adalah krim. Habitat

hewan ini berada di perairan laut ataupun di samudra. (Pechenik, 2000)


BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil kuliah lapangan yang telah dilaksanakan dapat di simpulkan bahwa :
1. Sampel yang paling banyak didapatkan yaitu dari filum Arthropoda pada ordo
Lepidoptera, famili Nimphalidae.
2. Sampel yang paling sedikit didapatkan yaitu dari filum Echinodermata pada
ordo Aspidochirotida, famili Holothuroidae.

5.2 Saran
Berdarkan kuliah lapangan yang telah kami lakukan diharapkan pada praktikan :
1. Dalam pelaksanaan kuliah lapangan diharapkan praktikan lebih giat dalam
mencari sampel agar mendapatkan hasil yang lebih baik.
2. Sampel harus di identifikasi secepat mungkin agar sampel tidak rusak dan
membusuk.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, J., S. J. Damanik, N. Hisyam dan A. J. Whitten.1984. Ekologi Ekosistem


Sumatera. Gajdah Mada. Yogyakarta: University Press.

Arief, A. dan R. Soejoedono 2005. Hutan dan Kehutanan. Sukses Memelihara Derkuku
dan Puter. Jakarta: Penebar Swadaya.

Budianto 2016. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.

Borror, D. dan Johnson, F. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam.


Yogyakarta : UGM press.

Busnia, M. 2006. Entomologi. Padang: Andalas University Press.

Darsono, P. 2005. Teripang (Holothurians) Perlu Dilindungi Bidang Sumberdaya Laut,


Puslit Oseanografi. Jakarta: LIPI.

Gay, Thomas, Kehimkar, Isaac dan Punetha, J.C. 1992. Common Butterflies of India.
Mumbai, India: WWF India and Oxford University Press.

Hadi, M., U. Tarwotjo dan R. Rahadian. 2009. Biologi Insecta (Entomologi).


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hickman, JR. C. P, L. S Roberts dan A. Larson. 1997. Integrated Principles of


Zoology. WCB Mc. Boston :Graw Hill.

Houart,1994. Petunjuk Praktikum Taksonomi Tumbuhan. Surakarta : FMIPA UNS.

Indriyani, A. 2006. Mengkaji Pengaruh Penyimpanan rajungan. Semarang :


Universitas Diponegoro.

Jasin, M. 1989. Zoologi Invertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.

Jenkins, B. 2002. Learning Coelenterata. New Delhi : CB Maujpur.

Juwana, S. dan R. Kasijan. 2000. Rajungan Perikanan, Cara Budidaya dan Menu
Masakan. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Kekurt, G. A. 1961. The Invertebrata. A Manual for The Use of Students. Cambridge
:University Press.

Martoyo, Aji, dan T. Winanto. 1996. Budi Daya Teripang. Depok :Penebar Swadaya.

Newell. 1969. Belalang (Orthoptera) dan kekerabatannya. Di dalam: Amir M, Kahono


S (ed.). Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat.Biodiversity
Conservation.

Pechenik, J. 2000. Biology of The Invertebratas. Four Edition. Mc Graw Hill.


Cambridge :University Press.

Peggic, Djunijanti dan Mohammda Amir. 2000. Practical Guide to the Butterfilies of
Bogor Botanic Garden. Bogor : LIPI.

Putra, N. S. 1994. Serangga di Sekitar Kita. Yogyakarta : Kanisius.

Robert, D. B. 1986. Invertebrata Zoologi. CBS College Publishing : USA

Rusayana, A. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung : Alfabet.

Srimawab, T. 1997. Serangga Dalam Lingkungan Hidup. Akadoma. 195 hal.

Suwigyo, S. 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya.Tim .

Triesnalia, V. 2010. Jenis-Jenis Odonata (Capung) di Tebat Gelumpai Pasar Manna


.Bengkulu Selatan. Universitas Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai