80% menganggap dokumen ini bermanfaat (5 suara)
12K tayangan444 halaman

Pilar Pengokoh Nafsiyah

Hak Cipta
© Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
80% menganggap dokumen ini bermanfaat (5 suara)
12K tayangan444 halaman

Pilar Pengokoh Nafsiyah

Hak Cipta
© Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 444

‫ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﺃﺻﺪﺭﻩ‬

‫ﺣﺰﺏ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﺮ‬

‫
 ‬
‫‪ 2004 −  1425‬‬

‫ﺩﺍﺭ ﺍﻷﻣﺔ‬

  
 
 ‬
‫ ‪135190‬‬
‫ 
‬
m
’Îû öΝèδ tÏ%©!$# ∩⊇∪ tβθãΖÏΒ÷σßϑø9$# yxn=øùr& ô‰s%

Èθøó‾=9$# Çtã öΝèδ tÏ%©!$#uρ ∩⊄∪ tβθãèϱ≈yz öΝÍκÍEŸξ|¹

tβθè=Ïè≈sù Íο4θx.¨“=Ï9 öΝèδ tÏ%©!$#uρ ∩⊂∪ šχθàÊ̍÷èãΒ

āωÎ) ∩∈∪ tβθÝàÏ≈ym öΝÎγÅ_ρãàÏ9 öΝèδ tÏ%©!$#uρ ∩⊆∪

çŽöxî öΝåκ¨ΞÎ*sù öΝåκß]≈yϑ÷ƒr& ôMs3n=tΒ $tΒ ÷ρr& öΝÎγÅ_≡uρø—r& #’n?tã

y7Ï9≡sŒ u!#u‘uρ 4xötGö/$# Çyϑsù ∩∉∪ šÏΒθè=Βt

öΝèδ tÏ%©!$#uρ ∩∠∪ tβρߊ$yèø9$# ãΝèδ y7Í×‾≈s9'ρé'ùs

ö/ãφ tÏ%©!$#uρ ∩∇∪ tβθãã≡u‘ öΝÏδωôγtãuρ öΝÎγÏF≈oΨ≈tΒ{


L

ãΝèδ y7Í×‾≈s9'ρé& ∩∪ tβθÝàÏù$ptä† öΝÍκÌE≡uθn=|¹ 4’n?tã

öΝèδ }¨÷ρyŠöÏø9$# tβθèO̍tƒ šÏ%©!$# ∩⊇⊃∪ tβθèOÍ‘≡uθø9$#

[‫] 
אن‬ ∩⊇⊇∪ tβρà$Î#≈yz $pκŽÏù
m
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman,

2. (Yaitu) orang-orang yang khusyu‘ dalam shalatnya,

3. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari


(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,

4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat,

5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,

6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak


yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada tercela.

7. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka


mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.

8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-


amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,

9. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.

10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,

11. (Ya‘ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka


kekal di dalamnya.

(TQS. Al-Mukminûn [23]: 1-11)


2KNCT2KNCT2GPIQMQJ

0#(5+;#*
+5.#/+;#*

dikeluarkan oleh
Hizbut Tahrir
1425H - 2004M
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)
HIZBUT TAHRIR
Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah/Hizbut Tahrir; Penerjemah,
Yasin; Penyunting, Tim HTI-Press. Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2004.
444 hlm.; 21 cm

Judul Asli: Min Muqawimat Nafsiyah Islamiyah


ISBN : 979-97292-2-7

Judul Asli: Min Muqawimat Nafsiyah Islamiyah


Pengarang: Hizbut Tahrir
Dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir
Cetakan ke-1: 1425 M/ 2004 H

Edisi Indonesia
Penerjemah: Yasin
Penyunting: Tim HTI-Press
Penata Letak: Anwar
Desain Sampul: Rian

Penerbit: Hizbut Tahrir Indonesia


Gedung Anakida Lt.7
Jl. Prof. Soepomo Tebet, Jakarta Selatan
Telp/Fax: (62-21)8353254
Cetakan ke-1, November 2004
Cetakan ke-2, Juli 2005
Cetakan ke-3, Juni 2006
Cetakan ke-4, April 2007
Cetakan ke-5, April 2008
Daftar Isi

Daftar Isi ~ 7

Pendahuluan ~ 9

1. Bersegera Melaksanakan Syariat ~ 16

2. Memelihara Al-Quran ~ 30

3. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya ~ 40

4. Cinta dan Benci karena Allah ~ 55

5. Takut kepada Allah dalam Kondisi Tersembunyi dan


Terang-terangan ~ 87

6. Menangis karena Takut dan Ingat kepada Allah ~


103

7. Mengharapkan Rahmat Allah dan Tidak Pustus Asa dari


Rahmat-Nya ~ 111

8. Sabar Menghadapi Cobaan dan Ridha terhadap


Qadha ~ 120
9. Doa, Zikir, dan Istighfar ~ 139

10. Tawakal dan Ikhlash ~ 153

11. Konsisten dalam Kebenaran ~ 164

12. Lemah Lembut terhadap kaum Mukmin dan Keras


terhadap Kaum Kafir ~ 200

13. Merindukan Surga dan Berlomba dalam Kebaikan ~ 221

14. Orang yang Paling Baik Akhlaknya ~ 272

 Contoh-contoh Akhlak yang Baik~ 275

 Contoh-contoh Akhlak yang Buruk ~ 313

15. Adab Berbicara ~ 402

A. Adab Mengajar ~ 402

B. Adab Berkhutbah ~ 416

C. Adab Berdebat ~ 419

16. Berbahagialah Orang-orang yang Terasing. Mereka


Memperbaiki Apa-apa yang Dirusak Manusia ~ 432
9

PENDAHULUAN

Syakhshiyah (kepribadian) pada setiap manusia terbentuk


oleh ‘aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap)-nya. Bentuk
tubuh, wajah, keserasian (fisik) dan sebagainya bukan unsur
pembentuk syakhshiyah. Sebab semua itu hanyalah kulit
(penampakan lahiriah) semata. Sangat dangkal jika ada yang
beranggapan bahwa semua itu merupakan salah satu faktor yang
membentuk dan mempengaruhi syakhshiyah.
‘Aqliyah (pola pikir) adalah cara yang digunakan untuk
memikirkan sesuatu; yakni cara mengeluarkan keputusan hukum
tentang sesuatu, berdasarkan kaidah tertentu yang diimani dan
diyakini seseorang. Ketika seseorang memikirkan sesuatu untuk
mengeluarkan keputusan hukum terhadapnya dengan menyandar
kepada akidah Islam, maka ‘aqliyah-nya merupakan ‘aqliyah
Islamiyah (pola pikir Islami). Jika tidak seperti itu, maka ‘aqliyah-
nya merupakan ‘aqliyah yang lain.
Sedangkan nafsiyah (pola sikap) adalah cara yang
digunakan seseorang untuk memenuhi tuntutan gharizah (naluri)
10 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

dan hajat al-’adhawiyah (kebutuhan jasmani); yakni upaya


memenuhi tuntutan tersebut berdasarkan kaidah yang diimani dan
diyakininya. Jika pemenuhan naluri dan kebutuhan jasmani
tersebut dilaksanakan dengan sempurna berdasarkan akidah Islam,
maka nafsiyah-nya dinamakan nafsiyah Islamiyah. Jika pemenuhan
tersebut tidak dilakukan dengan cara seperti itu, berarti nafsiyah-
nya merupakan nafsiyah yang lain.
Jika kaidah --yang digunakan-- untuk ‘aqliyah dan
nafsiyah seseorang jenisnya sama, siapa pun dia, maka
syakhshiyah-nya pasti merupakan syakhshiyah yang khas dan
unik. Ketika seseorang menjadikan akidah Islam sebagai asas
bagi ‘aqliyah dan nafsiyah -nya, maka syakhshiyah-nya
merupakan syakhshiyah Islamiyah. Namun, jika tidak demikian,
berarti syakhshiyah-nya adalah syakhshiyah yang lain.
Karena itu (untuk membentuk syakhshiyah Islamiyah),
tidak cukup hanya dengan ‘aqliyah Islamiyah, di mana pemiliknya
bisa mengeluarkan keputusan hukum tentang benda dan perbuatan
sesuai hukum-hukum syara’, sehingga dia mampu menggali
hukum, mengetahui halal dan haram; dia juga memiliki kesadaran
dan pemikiran yang matang, mampu menyatakan ungkapan yang
kuat dan tepat, serta mampu menganilisis berbagai peristiwa
dengan benar. Semuanya itu belum cukup, kecuali setelah nafsiyah-
nya juga menjadi nafsiyah Islamiyah, sehingga bisa memenuhi
tuntutan gharizah dan hajat al-’adhawiyah-nya dengan landasan
Islam. Dia akan mengerjakan shalat, puasa, zakat, haji, serta
melaksanakan yang halal dan menjauhi yang haram. Dia berada
dalam posisi yang memang disukai Allah, dan mendekatkan diri
kepada-Nya, melalui apa saja yang telah difardhukan kepadanya,
serta berkeinginan kuat untuk mengerjakan berbagai nafilah, hingga
dia makin bertambah dekat dengan Allah Swt. Dia akan menyikapi
berbagai kejadian dengan sikap yang benar dan tulus,
memerintahkan yang makruf, dan mencegah yang munkar. Juga
Pendahuluan 11

mencintai dan membenci karena Allah, dan senantiasa bergaul


dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik.
Demikian juga tidak cukup jika nafsiyah-nya merupakan
nafsiyah Islamiyah, sementara ‘aqliyah-nya tidak. Akibatnya, bisa
jadi beribadah kepada Allah dengan kebodohan, yang justru
menyebabkan pelakunya akan tersesat dari jalan yang lurus.
Misalnya, berpuasa pada hari yang diharamkan; shalat pada waktu
yang dimakruhkan, dan bersikap lemah terhadap orang yang
melakukan kemunkaran, bukannya mengingkari dan
mencegahnya. Bisa jadi dia akan bermuamalah dan bersedekah
dengan riba, dengan anggapan, bisa mendekatkan diri kepada
Allah, justru pada saat di mana sebenarnya dia telah tenggelam
dalam kubangan dosanya. Dengan kata lain, dia telah melakukan
kesalahan tapi menyangka telah melakukan kebajikan. Akibatnya,
dia memenuhi tuntutan gharizah dan hajat al-’udhawiyah tidak
sesuai dengan perintah Allah Swt. dan Rasul-Nya saw.
Sesungguhnya syakhshiyah Islamiyah ini tidak akan berjalan
dengan lurus, kecuali jika ‘aqliyah orang tersebut adalah ‘aqliyah
Islamiyah, yang mengetahui hukum-hukum yang memang
dibutuhkannya, dengan senantiasa menambah ilmu-ilmu syariah
sesuai dengan kemampuannya. Pada saat yang sama, nafsiyah-
nya juga merupakan nafsiyah Islamiyah, sehingga dia akan
melaksanakan hukum-hukum syara’, bukan sekadar untuk
diketahui, tetapi untuk diterapkan dalam segala urusannya, baik
dengan Penciptanya, dengan dirinya sendiri, maupun dengan
sesamanya, sesuai dengan cara yang memang disukai dan diridhai
oleh Allah Swt.
Jika ‘aqliyah dan nafsiyah-nya telah terikat dengan Islam,
berarti dia telah menjelma menjadi syakhshiyah Islamiyah, yang
akan melapangkan jalannya menuju kebaikan di tengah-tengah
berbagai kesulitan, dan dia pun tidak pernah takut terhadap celaan
orang yang mencela, semata-mata karena Allah.
12 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Hanya saja, tidak berarti dalam diri prilakunyatidak akan


pernah ada kecacatan. Tetapi (kalaulah ada), kecacatan tersebut
tidak akan mempengaruhi syakhshiyah-nya selama kecacatannya
bukan perkara pangkal (dalam kepribadiannya), melainkan
pengecualian (kadang terjadi, kadang tidak). Alasannya, karena
manusia bukanlah malaikat. Dia bisa saja melakukan kesalahan,
lalu memohon ampunan dan bertaubat. Bisa juga dia melakukan
kebenaran, lalu memuji Allah atas kebaikan, karunia, dan hidayah-
Nya.
Ketika seorang muslim meningkatkan tsaqafah Islamnya
untuk meningkatkan ‘aqliyah-nya, dan meningkatkan ketaatannya
untuk memperkuat nafsiyah-nya; ketika dia berjalan menuju puncak
kemuliaan, dan teguh dalam mengarungi puncak kemuliaan,
bahkan semakin tinggi, dari yang tinggi ke yang lebih tinggi lagi;
dalam kondisi seperti ini, dia bisa menguasai kehidupan (dunia)
dengan sesungguhnya, serta memperoleh kebahagian akhirat
melalui segala usahanya ke sana, dengan keyakinan penuh. Dia
akan menjadi orang yang senantiasa dekat dengan mihrab, pada
saat yang sama menjadi pahlawan perang (jihad). Predikatnya yang
tertinggi adalah bahwa dia merupakan hamba Allah Swt.,
Penciptanya.
Di dalam buku ini, kami mempersembahkan kepada kaum
Muslim umumnya, dan para pengemban dakwah khususnya,
beberapa pilar pengokoh nafsiyah Islamiyah, supaya lisan para
pengemban dakwah —yang sedang berjuang untuk menegakkan
Khilafah— senantiasa basah dengan dzikir kepada Allah; hatinya
senantiasa dipenuhi dengan ketakwaan kepada Allah; anggota
badannya senantiasa bergegas melaksanakan berbagai kebaikan.
Membaca al-Quran dan mengamalkannya, serta mencintai Allah
dan Rasul-Nya. Suka dan benci karena Allah. Senantisa
mengharapkan rahmat Allah, dan takut akan azab-Nya. Bersabar
sembari terus melakukan instrospeksi, disertai kepatuhan penuh
Pendahuluan 13

kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya. Konsisten dalam


memegang kebenaran, bagai gunung yang tinggi menjulang.
Bersikap lemah-lembut dan penuh kasih sayang kepada orang-
orang Mukmin, dan bersikap keras dan terhormat di hadapan
orang-orang kafir. Dia tidak terpengaruh oleh caci maki orang yang
mencaci maki, semata karena Allah; akhlaknya baik, tutur katanya
manis, hujjahnya kuat, dan senantiasa menyerukan kepada yang
makruf dan mencegah kemunkaran. Dia melangkah dan beramal
di dunia, sementara kedua matanya senantiasa menatap nun jauh
di sana (negeri akhirat), surga yang luasnya seluas langit dan bumi,
yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
Tak lupa, kami juga ingin mengingatkan para pengemban
dakwah yang tengah berjuang demi melanjutkan kembali
kehidupan Islam di muka bumi ini dengan menegakkan negara
Khilafah Rasyidah. Kami ingin mengingatkan mereka tentang
kondisi riil tempat mereka berkiprah. Sesungguhnya goncangan
yang bertubi-tubi dari musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya sedang
mengepung mereka. Sementara, jika mereka tidak bersama Allah
di tengah malam dan di ujung-ujung waktu siang hari, bagaimana
mungkin mereka bisa membuka jalan di tengah-tengah berbagai
kesulitan? Bagaimana mungkin mereka bisa meraih apa yang
mereka harapkan? Bagaimana mungkin mereka bisa mendaki
tempat yang tinggi dan menuju ke tempat yang lebih tinggi lagi?
Bagaimana dan bagaimana?
Terakhir, hendaknya para pengemban dakwah kembali
menelaah dan menghayati dua hadits yang bisa menerangi dan
membimbing jalan mereka untuk meraih tujuan mereka. Cahaya
itu kelak akan membimbing kedua kaki mereka.

Pertama:

‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹸﺛ‬... ‫ﻮ ِﺓ‬ ‫ﺒ‬‫ﻨ‬‫ﺝ ﺍﻟ‬


ِ ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ِﻣ‬ ‫ﻼﹶﻓ ﹲﺔ‬
‫ﻢ ِﺧ ﹶ‬ ‫ﻤ ﹲﺔ ﹸﺛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮﹲﺓ‬ ‫ﺒ‬‫ﻧ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻳِﻨ ﹸﻜ‬‫ﻭ ﹸﻝ ِﺩ‬ ‫»ﹶﺃ‬
‫ﻮ ِﺓ‬ ‫ﺒ‬‫ﻨ‬‫ﺝ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ِﻣ‬ ‫ﻼﹶﻓ ﹲﺔ‬ ‫ِﺧ ﹶ‬
14 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

«‫ﻮ ِﺓ‬ ‫ﺒ‬‫ﻨ‬‫ﺝ ﺍﻟ‬


ِ ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ِﻣ‬ ‫ﻼﹶﻓ ﹲﺔ‬
‫ِﺧ ﹶ‬
Permulaan agama kalian adalah kenabian dan rahmat, kemudian
Khilafah yang mengikuti metode kenabian… kemudian akan
kembali lagi Khilafah yang sesuai dengan metode kenabian.

Dalam hadits ini terdapat kabar gembira, bahwa Khilafah akan


kembali lagi dengan izin Allah. Tetapi, Khilafah tersebut akan
kembali seperti Khilafah yang pertama, yaitu kekhilafahan para
Khalifah yang mendapatkan petunjuk, para sahabat Rasulullah saw.
Maka, siapa saja yang berambisi untuk mengembalikan-nya, dan
rindu untuk melihatnya, hendaklah dia melangkahkan langkahnya
ke sana, disertai keyakinan, agar dia bisa seperti para sahabat
Rasulullah saw. atau orang-orang seperti mereka.

Kedua:

‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬‫ ﺍ‬،ِ‫ﻭﺓ‬ ‫ﺍ‬‫ﻌﺪ‬ ‫ﻰ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺯِﻧ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺪ ﺑﹶﺎ‬ ‫ﺎ ﹶﻓ ﹶﻘ‬‫ﻭِﻟﻴ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ ِﻟ‬‫ﻦ ﹶﺃﻫ‬ ‫ﻣ‬ :‫ﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﺒﺤ‬‫ﺳ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
‫ﺒﺪِﻱ‬‫ﻋ‬ ‫ﺍ ﹸﻝ‬‫ﻳﺰ‬ ‫ﻭﻻ‬ ،‫ﻴﻚ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺿ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺎ ﺍ ﹾﻓ‬‫ﺍ ِﺀ ﻣ‬‫ﻨﺪِﻱ ِﺇ ﱠﻻ ِﺑﹶﺄﺩ‬‫ﺎ ِﻋ‬‫ﻙ ﻣ‬ ‫ﺪ ِﺭ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻡ ﹶﻟ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺁ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﻭِﻟﺴ‬ ،ِ‫ﻌ ِﻘ ﹸﻞ ِﺑﻪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬ ‫ﺒ‬‫ﻮﻥﹶ ﹶﻗﹾﻠ‬ ‫ﻪ ﹶﻓﹶﺄ ﹸﻛ‬ ‫ﺒ‬‫ﻰ ﹸﺃ ِﺣ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺍِﻓ ِﻞ‬‫ﻨﻮ‬‫ﻲ ﺑِﺎﻟ‬ ‫ﺏ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺘ ﹶﻘ‬‫ﻳ‬
‫ﺳﹶﺄﹶﻟﻨِﻲ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ،‫ﺘﻪ‬‫ﺒ‬‫ﺟ‬
 ‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﺎِﻧ‬‫ﺩﻋ‬ ‫ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ‬،ِ‫ﺮ ِﺑﻪ‬ ‫ﺼ‬
ِ ‫ﺒ‬‫ﻳ‬ ‫ﻩ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ،ِ‫ﻖ ِﺑﻪ‬ ‫ﻨ ِﻄ‬‫ﻳ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬
« ‫ﺤ ﹸﺔ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺼ‬
ِ ‫ﻨ‬‫ﻲ ﺍﺍﻟ‬ ‫ﻱ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺒ ِﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﺩ ِﺓ‬ ‫ﺎ‬‫ﺐ ِﻋﺒ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﺗﻪ‬‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺮِﻧ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻭﹶﺇﺫﹶﺍ ﺍ‬ ،‫ﺘﻪ‬‫ﻴ‬‫ﻋ ﹶﻄ‬ ‫ﹶﺃ‬
Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, “Barangsiapa menghinakan wali
(kekasih)-Ku, ia telah terang-terangan memusuhi-Ku. Wahai Anak
Adam, engkau tidak akan mendapatkan apa saja yang ada pada-Ku
kecuali dengan melaksanakan perkara yang telah Aku fardhukan
kepadamu. Hamba-Ku yang terus-menerus mendekatkan dirinya
kepada-Ku dengan melaksanakan ibadah sunah, maka pasti Aku akan
Pendahuluan 15

mencintainya. Maka (jika Aku telah mencintainya) Aku akan menjadi


hatinya yang ia berpikir dengannya; Aku akan menjadi lisannya yang
ia berbicara dengannya; dan Aku akan menjadi matanya yang ia
melihat dengannya. Jika ia berdoa kepada-Ku, maka pasti Aku akan
mengabulkannya. Jika ia meminta kepada-Ku, maka pasti Aku akan
memberinya. Jika ia meminta pertolongan kepada-Ku, maka pasti
Aku akan menolongnya. Ibadah hamba-Ku yang paling Aku cintai
adalah memberikan nasihat.” (Dikeluarkan oleh ath-Thabrâni
dalam kitab al-Kabir)

Hadits ini berisi penjelasan mengenai jalan untuk meraih


pertolongan dan bantuan Allah, serta dukungan dari sisi-Nya dengan
mendekatkan diri kepada-Nya, dan memohon pertolongan kepada-
Nya. Dialah Dzat yang Maha Kuat dan Perkasa. Siapa saja yang
membela Allah, dia tidak akan pernah dihinakan. Sebaliknya, siapa
saja yang menghina-Nya, maka dia tidak akan pernah diberi
pertolongan. Dia sangat dekat dengan hamba-Nya, ketika dia berdoa
kepada-Nya. Dia Maha mengabulkan doa hamba-Nya, ketika dia
memohon untuk dikabulkan. Dialah Dzat yang Maha Perkasa di atas
hamba-Nya. Dialah Dzat yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui.
Karena itulah wahai saudaraku, bersegeralah kalian
menggapai ridha dan ampunan Allah, juga menggapai surga dan
pertolongan-Nya, serta keberuntungan di dunia dan akhirat. Allah
Swt. berfirman:

 tβθÝ¡Ï≈oΨtGßϑø9$# ħsù$uΖoKu‹ù=sù y7Ï9≡sŒ ’Îûuρ


Dalam yang demikian itu hendaklah orang-orang yang berlomba
bersegera mengadakan perlombaan. (TQS. al-Muthafifîn [83]:
26)

21 Dzul Hijjah 1424 H


12 Februari 2004 M
16

~1~
BERSEGERA
MELAKSANAKAN SYARIAH

Allah Swt. berfirman:

ÞÚö‘F{$#uρ ßN≡uθ≈yϑ¡¡9$# $yγàÊótã >π¨Ψy_uρ öΝà6În/§‘ ÏiΒ ;οtÏøótΒ 4’n<Î) (#þθããÍ‘$y™uρ

 ∩⊇⊂⊂∪ tÉ)−Gßϑù=Ï9 ôN£‰Ïãé&


Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan
untuk orang-orang yang bertakwa. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 133)

βr& öΝßγoΨ÷t/ u/ä3ósu‹Ï9 Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# ’n<Î) (#þθããߊ #sŒÎ) tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# tΑöθs% tβ%x. $yϑ‾ΡÎ)

©!$# ÆìÏÜムtΒuρ ∩∈⊇∪ tβθßsÎ=øßϑø9$# ãΝèδ y7Í×‾≈s9'ρé&uρ 4 $uΖ÷èsÛr&uρ $uΖ÷èÏϑy™ (#θä9θà)ƒt

 ∩∈⊄∪ tβρâ“Í←!$xø9$# ãΝèδ y7Í×‾≈s9'ρé'sù ϵø)−Gtƒuρ ©!$# |·øƒs†uρ …ã&s!θß™u‘uρ


Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin bila mereka dipanggil
kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili)
di antara mereka, ialah ucapan, “Kami mendengar dan kami patuh.”
Bersegera Melaksanakan Syariah 17

Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa


yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan
bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang
mendapat kemenangan. (TQS. an-Nûr [24]: 51-52)

ãΝßγs9 tβθä3tƒ βr& #—øΒr& ÿ…ã&è!θß™u‘uρ ª!$# |Ós% #sŒÎ) >πuΖÏΒ÷σãΒ Ÿωuρ 9ÏΒ÷σßϑÏ9 tβ%x. $tΒuρ

 ∩⊂∉∪ $YƏÎ7•Β Wξ≈n=|Ê ¨≅|Ê ô‰s)sù …ã&s!θß™u‘uρ ©!$# ÄÈ÷ètƒ tΒuρ 3 öΝÏδ̍øΒr& ôÏΒ äοuŽzÏƒø:$#
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang beriman dan tidak (pula)
perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah
dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata.
(TQS. al-Ahzâb [33]: 36)

(#ρ߉Ågs† Ÿω §ΝèO óΟßγoΨ÷t/ tyfx© $yϑŠÏù x8θßϑÅj3ysム4®Lym šχθãΨÏΒ÷σムŸω y7În/u‘uρ Ÿξsù

 ∩∉∈∪ $VϑŠÎ=ó¡n@ (#θßϑÏk=|¡ç„uρ |MøŠŸÒs% $£ϑÏiΒ %[`tym öΝÎηÅ¡àΡr& þ’Îû


Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan
dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya. (TQS. an-Nisa [4]: 65)

äοu‘$yfÏtø:$#uρ â¨$¨Ζ9$# $yδߊθè%uρ #Y‘$tΡ ö/ä3‹Î=÷δr&uρ ö/ä3|¡àΡr& (#þθè% (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ

tβρâ÷s∆÷σム$tΒ tβθè=yèøtƒuρ öΝèδttΒr& !$tΒ ©!$# tβθÝÁ÷ètƒ āω ׊#y‰Ï© ÔâŸξÏî îπs3Í×‾≈n=tΒ $pκöŽn=tæ

 ∩∉∪
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
18 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada


mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (TQS.
at-Tahrîm [66]: 6)

4’s+ô±o„ Ÿωuρ ‘≅ÅÒtƒ Ÿξsù y“#y‰èδ yìt7©?$# Çyϑsù “W‰èδ Íh_ÏiΒ Νà6¨ΖtÏ?ù'tƒ $¨ΒÎ*sù…

uΘöθtƒ …çνãà±øtwΥuρ %Z3Ψ|Ê Zπt±ŠÏètΒ …ã&s! ¨βÎ*sù “̍ò2ÏŒ tã uÚtôãr& ôtΒuρ ∩⊇⊄⊂∪

∩⊇⊄∈∪ #ZŽÅÁt/ àMΖä. ô‰s%uρ 4‘yϑôãr& ûÍ_s?÷Ž|³ym zΟÏ9 Éb>u‘ tΑ$s% ∩⊇⊄⊆∪ 4‘yϑôãr& Ïπyϑ≈uŠÉ)ø9$#

 ∩⊇⊄∉∪ 4|¤Ψè? tΠöθu‹ø9$# y7Ï9≡x‹x.uρ ( $pκtJŠÅ¡uΖsù $uΖçF≈tƒ#u y7÷Gs?r& y7Ï9≡x‹x. tΑ$s%


Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa
yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan
celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpun-kannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.
Berkatalah ia,“Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku
dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang
melihat?” Allah berfirman,“Demikianlah, telah datang kepadamu
ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada
hari ini kamu pun dilupakan”. (TQS. Thâhâ [20]: 123-126)

Rasulullah saw. bersabda :

‫ـﺎ‬
‫ﻨـ‬‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺟ ـ ﹸﻞ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺢ ﺍﻟ‬ ‫ﺼِﺒ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻤ ﹾﻈِﻠ ِﻢ‬ ‫ﻴ ِﻞ ﺍﹾﻟ‬‫ﺎ ﹶﻛ ِﻘ ﹶﻄ ِﻊ ﺍﻟﱠﻠ‬‫ﺘﻨ‬‫ﺎ ِﻝ ِﻓ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﻭﺍ ِﺑ ﹾﺎ َﻷ‬‫ﺎ ِﺩﺭ‬‫»ﺑ‬
‫ﻦ‬ ‫ﺽ ﻣِــ‬
ٍ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻪ ِﺑ‬ ‫ﻨ‬‫ﻊ ﺩِﻳ‬ ‫ﻳﺒِﻴ‬ ‫ﺍ‬‫ﺢ ﻛﹶﺎِﻓﺮ‬ ‫ﺼِﺒ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺆ ِﻣﻨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻤﺴِﻲ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍ ﹶﺃ‬‫ﻤﺴِﻲ ﻛﹶﺎِﻓﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬
«‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺍﻟ‬
Bersegeralah beramal sebelum datang berbagai fitnah laksana
potongan-potongan malam yang gelap. (Saat itu) di pagi hari
seseorang beriman tapi di sore harinya ia menjadi kafir. Di sore
Bersegera Melaksanakan Syariah 19

hari seseorang beriman tapi di pagi harinya ia kafir. Ia menjual


agamanya dengan harta dunia. (HR. Muslim dari Abû
Hurairah).

Sesungguhnya orang-orang yang bersegera menuju ampunan Allah


dan surga-Nya, serta bersegera melaksanakan berbagai amal shalih,
mereka dapat dijumpai di masa Rasulullah saw. dan di masa–masa
sesudahnya. Umat senantiasa memuliakan mereka yang bergegas
menyambut perintah Tuhannya dan mengorbankan diri mereka,
semata-mata mencari ridha Allah. Di antaranya adalah:

 Di dalam hadits Jabir yang disepakati oleh al-Bukhâri dan


Muslim, beliau menyatakan:

:‫ـﺎ؟ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬
‫ﻧـ‬‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻳ‬‫ﺖ ﹶﻓ ﹶﺄ‬
 ‫ﺖ ِﺇ ﹾﻥ ﹸﻗِﺘ ﹾﻠ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺭﹶﺃ‬ ‫ ﹶﺃ‬:‫ﺣ ٍﺪ‬ ‫ﻡ ﹸﺃ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬  ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺟ ﹲﻞ ﻟِﻠ‬ ‫ﺭ‬ ‫» ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
«‫ﻰ ﹸﻗِﺘ ﹶﻞ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺗ ﹶﻞ‬‫ﻢ ﻗﹶﺎ‬ ‫ﻳ ِﺪ ِﻩ ﹸﺛ‬ ‫ﺕ ﻓِﻲ‬ ٍ ‫ﺍ‬‫ﻤﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻨ ِﺔ ﹶﻓ ﹶﺄﹾﻟﻘﹶﻰ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬
Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah saw. pada
perang Uhud, “Tahukah Engkau dimana tempatku jika aku
terbunuh?” Rasulullah bersabda, “Engkau akan berada di surga.”
Mendengar sabda Rasulullah saw. tersebut, maka laki-laki itu serta-
merta melemparkan buah-buah kurma yang ada di tangannya,
kemudian ia maju untuk berperang hingga terbunuh di medan
perang.

 Di dalam hadits Anas yang diriwayatkan oleh Muslim


disebutkan:

‫ﺪ ٍﺭ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﲔ ِﺇﻟﹶﻰ‬


 ‫ﺸ ِﺮ ِﻛ‬  ‫ﻭﹶﺃ‬  ‫ﷲ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺒﻘﹸﻮﺍ ﺍﹾﻟ‬‫ﺳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺎﺑ‬‫ﺻﺤ‬ ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﻧ ﹶﻄﹶﻠ‬‫»ﻓﹶﺎ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻨ ٍﺔ‬‫ﺟ‬ ‫ﻮﺍ ِﺇﻟﹶﻰ‬‫ ﻗﹸﻮﻣ‬: ‫ﷲ‬
‫ﺎ‬‫ﺿﻬ‬ ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺸ ِﺮﻛﹸﻮ ﹶﻥ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺎ َﺀ ﺍﹾﻟ‬‫ﻭﺟ‬
20 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﻱ‬
 ‫ــﺎ ِﺭ‬‫ﻧﺼ‬‫ﺎ ِﻡ ﹾﺍ َﻷ‬‫ﺤﻤ‬
 ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺽ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻭﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺍ‬‫ﻤﻮ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺍﻟ‬
، ‫ﺦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬ :‫ﺽ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻭﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺍ‬‫ﻤﻮ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﺿﻬ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻨ ﹲﺔ‬‫ﺟ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬
‫ﺎ‬‫ﷲ ﻳ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ ﹶﻻ ﻭ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬، ‫ﺦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻮ ِﻝ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﻗ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺤ ِﻤﹸﻠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﷲ  ﻣ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬
،‫ﺎ‬‫ﻫِﻠﻬ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻚ ِﻣ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓِﺈ‬،‫ــﺎ‬‫ﻫِﻠﻬ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﺎ َﺀ ﹶﺓ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃﻛﹸﻮ ﹶﻥ ِﻣ‬‫ﺭﺟ‬ ‫ﷲ ِﺇ ﱠﻻ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬
‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﹶﺃﻧ‬ ‫ ﹶﻟِﺌ‬:‫ﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻦ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻳ ﹾﺄ ﹸﻛ ﹸﻞ ِﻣ‬ ‫ﻌ ﹶﻞ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺮِﻧ ِﻪ‬ ‫ﻦ ﹶﻗ‬ ‫ﺕ ِﻣ‬
ٍ ‫ﺍ‬‫ﻤﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺝ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﹶﻓﹶﺄ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬‫ﻰ ِﺑﻤ‬‫ﺮﻣ‬ ‫ ﹶﻓ‬: ‫ﺎﹲﺓ ﹶﻃﻮِﻳﹶﻠ ﹲﺔ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺤﻴ‬
 ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻧﻬ‬‫ﻫ ِﺬ ِﻩ ِﺇ‬ ‫ﻲ‬ ِ‫ﺍﺗ‬‫ﻤﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻰ ﺁ ﹸﻛ ﹶﻞ‬‫ﺣﺘ‬
«‫ﻞ‬
‫ﻰ ﹸﻗِﺘ ﹶ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺗﹶﻠ‬‫ﻢ ﻗﹶﺎ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻤ ِﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ِﻣ‬
Nabi saw. berangkat bersama para sahabatnya hingga mendahului
kaum Musyrik sampai ke sumur Badar. Setelah itu kaum Musyrik
pun datang. Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Berdirilah kalian
menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” Anas bin Malik
berkata; maka berkatalah Umair bin al-Humam al-Anshary, “Wahai
Rasulullah! Benarkah yang kau maksud itu surga yang luasnya seluas
langit dan bumi?” Rasulullah saw. menjawab, “Benar” Umair berkata,
“ehm-ehm”. Rasulullah saw. bertanya kepada Umair, “Wahai Umair,
apa yang mendorongmu untuk berkata ehm-ehm?” Umair berkata,
“Tidak ada apa-apa Ya Rasulullah, kecuali aku ingin menjadi
penghuninya”. Rasulullah saw. bersabda, “Sesunguhnya engkau
termasuk penghuninya, Wahai Umair!” Anas bin Malik berkata;
Kemudian Umair bin al-Humam mengeluarkan beberapa kurma dari
wadahnya dan ia pun memakannya. Kemudian berkata, “Jika aku
hidup hingga aku memakan kurma-kurma ini sesungguhnya itu adalah
kehidupan yang lama sekali.” Anas berkata; Maka Umair pun
melemparkan kurma yang dibawanya, kemudian maju untuk
memerangi kaum Musyrik hingga terbunuh.
Bersegera Melaksanakan Syariah 21

 Di dalam hadits Anas yang disepakati oleh al-Bukhâri dan


Muslim, beliau berkata:

‫ﺖ‬
 ‫ﺒ‬‫ﷲ ِﻏ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﻳ‬،‫ﺪ ٍﺭ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺎ ِﻝ‬‫ﻦ ِﻗﺘ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻀ ِﺮ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻲ ﹶﺃ‬‫ﻋﻤ‬ ‫»ﻏﹶﺎﺏ‬
،‫ﲔ‬
 ‫ﺸ ِﺮ ِﻛ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺎ ﹶﻝ ﺍﹾﻟ‬‫ﺪﻧِﻲ ِﻗﺘ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﷲ ﹶﺃ‬
ُ ‫ ﹶﻟِﺌ ِﻦ ﺍ‬، ‫ﲔ‬
 ‫ﺸ ِﺮ ِﻛ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺖ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺗ ﹾﻠ‬‫ﺎ ٍﻝ ﻗﹶﺎ‬‫ﻭ ِﻝ ِﻗﺘ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻋ‬
:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺴِﻠﻤ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻒ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺸ‬
 ‫ﻧ ﹶﻜ‬‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﺣ ٍﺪ‬ ‫ﻡ ﹸﺃ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬‫ ﹶﻓﹶﻠﻤ‬،‫ﻊ‬ ‫ﻨ‬‫ﺻ‬
 ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﷲ ﻣ‬
ُ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﻳ‬‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﹶﻟ‬
‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺮﹸﺃ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ــﺤ‬‫ﻌﻨِﻲ ﹶﺃﺻ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺆ ﹶﻻ ِﺀ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻨ‬‫ﺻ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻚ ِﻣﻤ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺭ ﺇِﹶﻟ‬ ‫ﺘ ِﺬ‬‫ﻋ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬‫ﻢ ِﺇﻧ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟﱠﻠ‬
، ‫ﺎ ٍﺫ‬‫ﻣﻌ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺒﹶﻠ‬‫ﺘ ﹾﻘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻡ ﻓﹶﺎ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺗ ﹶﻘ‬ ‫ ﹸﺛﻢ‬، ‫ﲔ‬
 ‫ﺸ ِﺮ ِﻛ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻌﻨِﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺆ ﹶﻻ ِﺀ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻨ‬‫ﺻ‬
 ‫ﺎ‬‫ِﻣﻤ‬
‫ﻭ ِﻥ‬‫ﻦ ﺩ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﳛﻬ‬ ‫ﺪ ِﺭ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ ِﺟ‬‫ﻀ ِﺮ ِﺇﻧ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺏ ﺍﻟ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻨ ﹸﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺎ ٍﺫ ﺍﹾﻟ‬‫ﻣﻌ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﻓﹶﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬
:‫ﺲ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ‬،‫ﻊ‬‫ﻨ‬‫ــﺎ ﺻ‬‫ﷲ ﻣ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺖ ﻳ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺘ ﹶﻄ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﺪ ﹶﻓﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺳ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،ٍ‫ﺪ‬‫ﺃﹸﺣ‬
‫ــ ٍﺔ‬‫ﻣﻴ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻣ ٍﺢ ﹶﺃ‬ ‫ﺮ‬ ‫ـ‬
‫ﻨ ﹰﺔ ﺑِـ‬‫ﻌ‬ ‫ﻭ ﹶﻃ‬ ‫ﻒ ﹶﺃ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺑ ﹰﺔ ﺑِﺎﻟ‬‫ﺮ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﲔ‬
 ‫ﺎِﻧ‬‫ﻭﹶﺛﻤ‬ ‫ﺎ‬‫ﻀﻌ‬
 ‫ﺎ ِﺑ ِﻪ ِﺑ‬‫ﺪﻧ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﹶﻓ‬
‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﺮﹶﻓ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﻤ‬،‫ﺸ ِﺮﻛﹸﻮ ﹶﻥ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻣﱠﺜ ﹶﻞ ِﺑ ِﻪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ،‫ﺪ ﹸﻗِﺘ ﹶﻞ‬ ‫ﻩ ﹶﻗ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪﻧ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭ‬ ،ٍ‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﺑِﺴ‬
«‫ﺎِﻧ ِﻪ‬‫ﺒﻨ‬‫ﻪ ِﺑ‬ ‫ﺘ‬‫ﺧ‬
 ‫ِﺇ ﱠﻻ ﹸﺃ‬
Pamanku, yaitu Anas bin an-Nadhr tidak ikut perang Badar.
Kemudian ia berkata, “Wahai Rasulullah saw.! Aku tidak ikut dalam
peperangan pertama, di mana engkau memerangi kaum Musyrik.
Sungguh jika Allah memperlihatkan kepadaku peperangan
melawan kaum Musyrik, maka Allah pasti akan melihat apa yang
akan aku lakukan.” Anas berkata; Maka ketika masa perang Uhud
tiba, dan kaum Muslim pun telah siap, Anas bin Nadhr berkata,
“Ya Allah! aku meminta ampun kepadamu dari apa yang dilakukan
oleh mereka (yakni para sahabat) dan aku membebaskan diri dari
apa yang dilakukan oleh mereka (yakni kaum Musyrik).” Kemudian
ia pun maju dan disambut (di halangi supaya tidak cepat-cepat
22 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

maju ke medan perang) oleh Sa’ad bin Muadz. Maka Saad berkata,
“Ya Rasulullah saw., aku tidak mampu menahan apa yang
dilakukannya.” Anas bin Malik berkata; Maka kami menemukan
lebih dari delapan puluh bekas tebasan pedang, tusukan tombak,
dan panah. Kami menemukannya telah terbunuh. Ia mati dalam
keadaan dicincang oleh kaum Musyrik, hingga tidak ada seorang
pun yang mengenalinya kecuali saudara perempuannya, karena
mengenali ujung jarinya.

Anas berkata, “Kami berpendapat atau mengira bahwa firman


Allah:

∩⊄⊂∪ ϵø‹n=tã ©!$# (#ρ߉yγ≈tã $tΒ (#θè%y‰|¹ ×Α%y`Í‘ tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# zÏiΒ


Dan di antara kaum Mukmin ada orang-orang yang membenarkan
janji mereka kepada Allah…(TQS. al-Ahzâb [33]: 23); ini
diturunkan untuk menjelaskan ihwal syahidnya Anas bin Nadhr
dan orang-orang yang seperti dia.”

 Al-Bukhâri telah meriwayatkan dari Abû Sarû’ah, beliau


berkata:

‫ﺨﻄﱠﻰ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺎ ﹶﻓ‬‫ﺴ ِﺮﻋ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻢ ﻗﹶﺎ‬ ‫ﻢ ﹸﺛ‬ ‫ﺴﱠﻠ‬
 ‫ﺮ ﹶﻓ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻨ ِﺔ ﺍﻟﹾ‬‫ﻤﺪِﻳ‬ ‫ﻲ  ﺑِﺎﹾﻟ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺍ َﺀ ﺍﻟ‬‫ﻭﺭ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺻﱠﻠ‬
»
‫ﺝ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻋِﺘ ِﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺱ ِﻣ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻉ ﺍ ﻟﻨ‬
 ‫ﺎِﺋ ِﻪ ﹶﻓ ﹶﻔ ِﺰ‬‫ﺠ ِﺮ ِﻧﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺾ‬
ِ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺱ ِﺇﻟﹶﻰ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺏ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ِﺭﻗﹶﺎ‬
‫ﺎ‬‫ﺪﻧ‬ ‫ﻨ‬‫ﺒ ٍﺮ ِﻋ‬‫ﻦ ِﺗ‬ ‫ﻴﺌﹰﺎ ِﻣ‬‫ﺷ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻋِﺘ ِﻪ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺫ ﹶﻛ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﺍ ِﻣ‬‫ﺠﺒ‬ ِ ‫ﻋ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﺮﺃﹶﻯ ﹶﺃ‬ ‫ﻢ ﹶﻓ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬
«‫ﻤِﺘ ِﻪ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﺕ ِﺑ ِﻘ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻲ ﹶﻓﹶﺄ‬ ‫ﺴِﻨ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
 ‫ﻫ‬ ‫ﹶﻓﻜﹶ ِﺮ‬
Suatu saat aku shalat Ashar di belakang Nabi saw. di Madinah.
Kemudian beliau saw. membaca salam dan cepat-cepat berdiri,
lalu melangkahi pundak orang-orang yang ada di masjid menuju
ke sebagian kamar istrinya. Maka orang-orang pun merasa kaget
Bersegera Melaksanakan Syariah 23

dengan bergegasnya Nabi. Kemudian Nabi saw. keluar dari kamar


istrinya menuju mereka. Nabi melihat para sahabat sepertinya
merasa keheran-heranan karena bergegasnya beliau. Kemudian
beliau saw. berkata, “Aku bergegas dari shalat karena aku ingat
suatu lantakan emas yang masih tersimpan di rumah kami. Aku
tidak suka jika barang itu menahanku, maka aku memerintahkan
(kepada istriku) untuk membagi-bagikannya.”

Dalam riwayat Muslim yang lain Nabi saw. bersabda:

«‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﺖ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹸﺃ‬


 ‫ﻫ‬ ‫ﺪﹶﻗ ِﺔ ﹶﻓ ﹶﻜ ِﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺍ ِﻣ‬‫ﺒﺮ‬‫ﺖ ِﺗ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﺖ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺧﱠﻠ ﹾﻔ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬‫» ﹸﻛ‬
Aku meninggalkan sebuah lantakan emas dari zakat di rumahku
dan aku tidak suka menahannya.

Hadits ini memberi petunjuk kepada kaum Muslim agar bersegera


dan cepat-cepat melaksanakan perkara yang telah diwajibkan Allah
Swt. kepada mereka.

 Al-Bukhâri meriwayatkan dari al-Barrâ’, beliau berkata:

‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﺘ ﹶﺔ‬‫ﺱ ِﺳ‬
ِ ‫ﻤ ﹾﻘ ِﺪ‬ ‫ﺖ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ‬
 ‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﻤﺪِﻳ‬ ‫ﷲ  ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺎ ﹶﻗ ِﺪ‬‫»ﹶﻟﻤ‬
‫ﷲ‬
ُ ‫ﺰ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﻧ‬‫ﺒ ـ ِﺔ ﹶﻓ ـﹶﺄ‬‫ﻌ‬ ‫ﻪ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺐ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﺍ‬‫ﻬﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﻌ ﹶﺔ‬ ‫ﺒ‬‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﹶﺃ‬
‫ﺎ‬‫ــﺎﻫ‬‫ﺮﺿ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺒﹶﻠ ﹰﺔ‬‫ﻚ ِﻗ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﻮﱢﻟ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﺀ ﹶﻓﹶﻠ‬‫ـﻤ‬
‫ـ‬‫ـﻲ ﺍﻟﺴ‬
‫ﻚ ﻓِـ‬
 ‫ﺟ ِﻬ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺗ ﹶﻘﱡﻠ‬ ‫ﻯ‬‫ﻧﺮ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎﻟﹶﻰ ﹶﻗ‬‫ﺗﻌ‬
‫ﻮ ٍﻡ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﻗﹶــ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺝ ﹶﻓ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺮ ﹸﺛ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﺒ ِﺔ‬‫ﻌ‬ ‫ﻮ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﹶﻓ‬
‫ﻪ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻪ ﹶﻗ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭﹶﺃ‬  ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻊ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ‬
 ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ ِﺭ ﹶﻓﻘﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻧﺼ‬‫ﻦ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ِﻣ‬
«‫ﺼ ِﺮ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻼ ِﺓ ﺍﹾﻟ‬
‫ﺻﹶ‬ ‫ﻉ ﻓِﻲ‬
 ‫ﺭﻛﹸﻮ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮﻓﹸﻮﺍ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺒ ِﺔ ﻓﹶﺎﻧ‬‫ﻌ‬ ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻜ‬
24 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Ketika Rasulullah datang ke Madinah, maka Rasulullah saw. shalat


menghadap ke Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas
bulan; dan Beliau lebih menyukai untuk menghadap Ka’bah.
Kemudian Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Sungguh Aku
telah melihat bolak-baliknya wajahmu ke Langit agar Aku
menghadapkanmu ke Kiblat yang kamu sukai.” Maka Nabi saw.
pun shalat menghadap ke Ka’bah. Pada saat itu ada seorang laki-
laki yang shalat Ashar bersama beliau saw., kemudian ia keluar
menuju kaum Anshar, dan berkata dirinya bersaksi bahwa ia shalat
bersama Nabi saw. dan beliau menghadap ke Ka’bah. Maka kaum
Anshar pun mengubah arah Kiblat mereka (menghadap ke Ka’bah)
padahal mereka sedang ruku shalat Ashar.

 Al-Bukhâri telah meriwayatkan dari Ibnu Abî Aufâ ra., beliau


berkata:

‫ﻦ‬ ‫ﺑ ـ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭﹸﺃ‬ ‫ﺡ‬


ِ ‫ﺍ‬‫ﺠﺮ‬
 ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺪ ﹶﺓ‬ ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﹶﺃﺑ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻧﺼ‬‫ﺤ ﹶﺔ ﹾﺍ َﻷ‬
 ‫ﺎ ﹶﻃ ﹾﻠ‬‫ﺳﻘِﻲ ﹶﺃﺑ‬ ‫ﺖ ﹸﺃ‬
 ‫ﻨ‬‫» ﹸﻛ‬
‫ﺪ‬ ‫ﺮ ﹶﻗ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﺕ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ‬
ٍ ‫ﻢ ﺁ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﺮ ﹶﻓﺠ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻦ ﹶﻓﻀِﻴ ٍﺦ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﺍﺑ‬‫ﺷﺮ‬ ‫ﺐ‬
ٍ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻛ‬
‫ﺎ ﻗﹶــﺎ ﹶﻝ‬‫ﺮﻫ‬ ‫ﺴ‬
ِ ‫ﺍ ِﺭ ﻓﹶﺎ ﹾﻛ‬‫ﺠﺮ‬
ِ ‫ﻫ ِﺬ ِﻩ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻢ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﺲ ﹸﻗ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺤ ﹶﺔ ﻳ‬
 ‫ﻮ ﹶﻃ ﹾﻠ‬‫ﺖ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃﺑ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬
«‫ﺕ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻧ ﹶﻜ‬‫ﻰ ﺍ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺳ ﹶﻔِﻠ ِﻪ‬ ‫ﺎ ِﺑﹶﺄ‬‫ﺘﻬ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺎ ﻓﹶ‬‫ﺱ ﹶﻟﻨ‬
ٍ ‫ﺍ‬‫ﻬﺮ‬ ‫ﺖ ِﺇﻟﹶﻰ ِﻣ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺲ ﹶﻓ ﹸﻘ‬
 ‫ﻧ‬‫ﹶﺃ‬
Kami ditimpa kelaparan pada beberapa malam saat perang Khaibar,
dan kami menemukan keledai kampung, kemudian kami
menyembelihnya. Maka ketika kuali telah mendidih, mendadak
berteriak juru bicara Rasulullah saw., “Matikanlah kuali itu dan
kalian jangan makan daging keledai jinak itu sedikit pun.” Abdullah
berkata; Kami pada saat itu mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah
saw. melarang memakan keledai jinak itu hanya karena belum
dibagi lima (karena harta rampasan perang).” Tapi sahabat yang
lain berkata, “Keledai jinak itu diharamkan secara mutlak.”
Bersegera Melaksanakan Syariah 25

Kemudian aku bertanya kepada Sa'id bin Jubair, dan ia menjawab,


“Keledai jinak itu diharamkan secara mutlak.”

 Al-Bukhâri telah meriwayatkan dari Anas bin Mâlik ra., beliau


berkata:

‫ــ ِﺮ‬‫ﺤﻤ‬
 ‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬‫ﻌﻨ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬‫ﺮ ﹶﻓﹶﻠﻤ‬ ‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺎِﻟ‬‫ﻋ ﹲﺔ ﹶﻟﻴ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﺠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﻨ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫»ﹶﺃﺻ‬
‫ﷲ‬
ِ ‫ـﻮ ِﻝ ﺍ‬
‫ﺳـ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎﺩِﻱ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻯ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺭ ﻧ‬ ‫ﻭ‬‫ﺖ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺪ‬
ِ ‫ﺎ ﹶﻏﹶﻠ‬‫ﺎ ﹶﻓﹶﻠﻤ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺮﻧ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻧ‬‫ﻴ ِﺔ ﻓﹶﺎ‬‫ﻫِﻠ‬ ‫ﹾﺍ َﻷ‬
‫ﺎ‬‫ﷲ ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠﻨ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﻴﺌﹰﺎ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺷ‬ ‫ ِﺮ‬‫ﺤﻤ‬
 ‫ﻮ ِﻡ ﺍﹾﻟ‬‫ﻦ ﹸﻟﺤ‬ ‫ﻮﺍ ِﻣ‬‫ﻌﻤ‬ ‫ﺗ ﹾﻄ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺭ ﹶﻓ ﹶ‬ ‫ﻭ‬‫ﹶﺃ ﹾﻛ ِﻔﺌﹸﻮﺍ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺪ‬
‫ﺘ ﹶﺔ‬‫ﺒ‬‫ﺎ ﹶﺃﹾﻟ‬‫ﻣﻬ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ‬‫ﺧﺮ‬ ‫ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺁ‬ ‫ﺲ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻧﻬ‬‫ﻲ  ِ َﻷ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﻧﻬ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻤ‬‫ِﺇ‬
«‫ﺘ ﹶﺔ‬‫ﺒ‬‫ﺎ ﹶﺃﹾﻟ‬‫ﻣﻬ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻴ ٍﺮ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺒ‬‫ﺟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺳﻌِﻴ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺳﹶﺄﹾﻟ‬ ‫ﻭ‬
Suatu hari aku memberi minum kepada Abû Thalhah al-Anshary,
Abû Ubaidah bin al-Jarrah, dan Ubay bin Ka’ab dari Fadhij, yaitu
perasan kurma. Kemudian ada seseorang yang datang, ia berkata,
“Sesungguhnya khamr telah diharamkan.” Maka Abû Thalhah
berkata, “Wahai Anas, berdirilah dan pecahkanlah kendi itu!” Anas
berkata, “Maka aku pun berdiri mengambil tempat penumbuk biji-
bijian milik kami, lalu memukul kendi itu pada bagian bawahnya,
hingga pecahlah kendi itu.”

 Al-Bukhâri telah meriwayatkan dari ‘Aisyah ra., beliau berkata:

‫ﻧ ﹶﻔﻘﹸــﻮﺍ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﲔ ﻣ‬
 ‫ﺸ ِﺮ ِﻛ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻭﺍ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬‫ﺮﺩ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎﻟﹶﻰ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﺗﻌ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺰ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻪ ﹶﻟﻤ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻐﻨ‬ ‫ﺑﹶﻠ‬‫ﻭ‬ »
‫ﺴﻜﹸﻮﺍ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﲔ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻻ‬
 ‫ﺴِﻠ ِﻤ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺣ ﹶﻜ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺍ ِﺟ ِﻬ‬‫ﺯﻭ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﺮ ِﻣ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﻫ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬
«‫ﻴ ِﻦ‬‫ﺗ‬‫ﺮﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻖ ﺍ‬ ‫ﺮ ﹶﻃﱠﻠ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺍ ِﻓ ِﺮ ﹶﺃ ﱠﻥ‬‫ﺼ ِﻢ ﺍﹾﻟ ﹶﻜﻮ‬
 ‫ِﺑ ِﻌ‬
26 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Telah sampai berita kepada kami, ketika Allah Swt. menurunkan


firman-Nya (al-Mumtahanah [60]: 10, penj.), yang memerintahkan
kaum Muslim untuk mengembalikan kepada orang-orang Musyrik
apa yang telah mereka berikan kepada istri-istri mereka yang telah
hijrah dan Allah telah menentukan hukum kepada kaum Muslim
agar mereka tidak menahan tali perkawinan dengan wanita-wanita
kafir: bahwasanya Umar telah menceraikan dua orang perempuan.

 Al-Bukhâri meriwayatkan dari ‘Aisyah ra. berkata:

‫ﻦ‬‫ﺮِﺑ‬‫ﻀ‬‫ﻟﹾﻴ‬‫ﷲ ﻭ‬
ُ ‫ﺰ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ــ‬‫ﺎ ﹶﺃﻧ‬‫ﻭ ﹶﻝ ﹶﻟﻤ‬ ‫ﺕ ﹾﺍ ُﻷ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺎ ِﺟﺮ‬‫ﻤﻬ‬ ‫ﺎ َﺀ ﺍﹾﻟ‬‫ﷲ ِﻧﺴ‬
ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬»
«‫ﺎ‬‫ﺮ ﹶﻥ ِﺑﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﺧ‬ ‫ﻦ ﻓﹶﺎ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻭ ﹶﻃ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺷ ﱠﻘ ﹾﻘ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻮِﺑ ِﻬ‬‫ﺟﻴ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ ِﺮ ِﻫ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ِﺑ‬
Semoga Allah merahmati kaum Wanita yang hijrah pertama kali,
ketika Allah menurunkan firman-Nya, “Dan hendaklah mereka
mengenakan kain kerudung mereka diulurkan ke kerah baju
mereka.” (TQS. an-Nûr [24]: 31). Maka kaum wanita itu
merobek kain sarung mereka (untuk dijadikan kerudung) dan
menutup kepala mereka dengannya.

 Abû Dawud telah mengeluarkan hadits dari Shafiyah binti


Syaibah dari ‘Aisyah ra.:

‫ﻭﻓﹰــﺎ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ــ‬‫ﺖ ﹶﻟﻬ‬


 ‫ﻭﻗﹶﺎﹶﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﺭ ﹶﻓﺄﹶﹾﺛ‬‫ﻧﺼ‬‫ﺎ َﺀ ﹾﺍ َﻷ‬‫ﺕ ِﻧﺴ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺎ ﹶﺫ ﹶﻛ‬‫ﻧﻬ‬‫»ﹶﺃ‬
‫ﻪ‬‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﻧ‬‫ﺨ ﹾﺬﹾﺬ‬
‫ﺨ‬
 ‫ﺗ‬‫ﺗ‬‫ﻦ ﻓﻓﹶﺎﹶﺎ‬‫ﻦ‬ ‫ﻬ‬‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻨ‬‫ﺸ ﹶﻘﹶﻘ ﹾﻘﹾﻘ‬
‫ﺸ‬
 ‫ﻮ ٍﺭٍﺭ ﹶﻓﹶﻓ‬
‫ﻮ‬‫ﺣﺠﺠ‬‫ﺣ‬ ‫ﹶﻰ‬
‫ﺪ ﹶﻥﹶﻥ ِﺇِﺇﻟﻟﹶﻰ‬‫ﺪ‬ ‫ﻋ ِﻤِﻤ‬‫ﻋ‬ ‫ﻮ ِﺭِﺭ‬‫ﻮ‬‫ﺭﹸﺓﹸﺓ ﺍﻟﺍﻟﻨﻨ‬‫ﺭ‬‫ﻮ‬‫ﻮ‬‫ﺖ ﺳﺳ‬
‫ﺖ‬
 ‫ﺰﹶﻟﹶﻟ‬‫ﺰ‬‫ﻧ‬‫ﻧ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﺖ ﹶﻟﹶﻟﻤﻤ‬
‫ﺖ‬
 ‫ﻭﻗﻗﹶﺎﹶﻟﹶﺎﹶﻟ‬‫ﻭ‬
««‫ﺍ‬‫ﺍﺮ‬‫ﻤﺮ‬‫ﻤ‬‫ﺧ‬‫ﺧ‬
Sesungguhnya beliau saw. menuturkan wanita Anshar, kemudian
beliau memuji mereka, dan berkata tentang mereka dengan baik.
Beliau saw. berkata, “Ketika diturunkan surat an-Nûr: 31 (tentang
kewajiban memakai penutup kepala/kerudung, penj.), maka
Bersegera Melaksanakan Syariah 27

mereka mengambil kain sarungnya, kemudian merobeknya dan


menjadikannya sebagai kain penutup kepala (kerudung).”

 Ibnu Ishak berkata, “Al-Asy’ats bin Qais telah mendatangi


Rasulullah saw. bersama delegasi dari Bani Kindah.” Az-Zuhry telah
menceritakan kepadaku bahwa al-Asy’ats bin Qais datang bersama
delapan puluh orang Bani Kindah yang berkendaraan. Kemudian
mereka masuk menemui Rasulullah saw. di Masjid beliau. Mereka
mengikat rambut mereka yang ikal dan memakai celak mata serta
memakai jubah bagus yang dilapisi sutra. Ketika mereka masuk
menemui Rasulullah saw., beliau saw. berkata kepada mereka,
“Apakah kalian sudah masuk Islam?” Mereka menjawab, “Benar.”
Rasul saw. berkata, “Kenapa sutra itu masih melekat di leher
kalian?” Az-Zuhry berkata, “Maka mereka pun merobek-robek sutra
tersebut dan melemparkannya.”

 Ibnu Jarîr telah meriwayatkan dari Abû Buraidah dari


bapaknya, beliau berkata; Ketika kami sedang duduk-duduk
menikmati minuman di atas pasir, pada saat itu kami bertiga atau
berempat. Kami memiliki kendi besar dan meminum khamr karena
masih dihalalkan. Kemudian aku berdiri dan ingin menghampiri
Rasulullah saw. Lalu aku mengucapkan salam kepada beliau, tiba-
tiba turunlah ayat tentang keharaman khamr:

çŽÅ£øŠyϑø9$#uρ ãôϑsƒø:$# $yϑ‾ΡÎ) (#þθãΨtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ


Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya khamr dan judi…,
sampai akhir dua ayat yaitu:

tβθåκtJΖ•Β ΛäΡr& ö≅yγsù


Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
28 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Maka aku datang kepada sahabat-sahabatku (yang sedang minum


khamr) dan membacakan ayat tersebut kepada mereka sampai
pada firman Allah:

tβθåκtJΖ•Β ΛäΡr& ö≅yγsù


Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Dia (perawi hadits) berkata, “Sebagian di antara mereka


minumannya masih ada di tangannya, sebagiannya telah diminum,
dan sebagian lagi masih ada di wadahnya.” Dia berkata,
“Sedangkan gelas minuman yang ada di bawah bibir atasnya,
seperti yang dilakukan oleh orang yang membekam (gelasnya
masih menempel di bibirnya), kemudian mereka menumpahkan
khamr yang ada pada kendi besar mereka seraya berkata, “Ya
Tuhan kami, kami telah berhenti.””

 Handzalah bin Abî Amir ra. yang dimandikan oleh Malaikat


(saat syahid di medan perang) telah mendengar seruan perang
Uhud. Maka dia pun bergegas menyambut panggilan itu, dan mati
syahid dalam perang Uhud tersebut. Ibnu Ishak berkata; Rasulullah
saw. bersabda, “Sesunguhnya sahabat (Handzalah) dimandikan
oleh Malaikat, maka tanyakalah bagaimana kabar keluarganya?
Maka aku pun (Ibnu Ishak) bertanya kepada istrinya. Dia pada
malam itu adalah pengantin baru. Istrinya berkata, “Ketika
mendengar panggilan untuk berperang, suamiku keluar padahal
dalam keadaan junub.” Rasulullah saw. bersabda, “Begitulah ia
telah dimandikan oleh Malaikat.”

 Ahmad telah mengeluarkan hadits dari Abû Râfi’ bin Khadîj,


beliau berkata:

‫ﺚ‬
ِ ‫ﺎ ﺑِﺎﻟﱡﺜﹸﻠ‬‫ﻳﻬ‬‫ﻨ ﹾﻜ ِﺮ‬‫ﷲ  ﹶﻓ‬
ِ ‫ــﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻬ ِﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺽ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺎﻗِ ﹸﻞ ﹾﺍ َﻷ‬‫ﺤ‬‫ﺎ ﻧ‬‫» ﹸﻛﻨ‬
Bersegera Melaksanakan Syariah 29

‫ﻣﺘِﻲ ﹶﻓﻘﹶــﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻮ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ ٍﻡ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺎ ﺫﹶﺍ‬‫ﺎﺀَﻧ‬‫ﻰ ﹶﻓﺠ‬‫ﺴﻤ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺎ ِﻡ ﺍﹾﻟ‬‫ﺍﻟ ﱠﻄﻌ‬‫ﺑ ِﻊ ﻭ‬‫ﺮ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﻭ‬
‫ﻊ‬ ‫ﻧ ﹶﻔ‬‫ﻮِﻟ ِﻪ ﹶﺃ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻋ ﹸﺔ ﺍ‬ ‫ﻭﻃﹶﺎ‬ ، ‫ﺎ‬‫ﺎِﻓﻌ‬‫ﺎ ﻧ‬‫ﻣ ٍﺮ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟﻨ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻋ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎﻧ‬‫ﻧﻬ‬
‫ــﺎ ِﻡ‬‫ﺍﻟ ﱠﻄﻌ‬‫ﺑ ِﻊ ﻭ‬‫ﺮ‬ ‫ﺍﻟــ‬‫ﺚ ﻭ‬
ِ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﱡﺜﹸﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﻬ‬‫ﻨﻜﹾ ِﺮ‬‫ﺽ ﹶﻓ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﺎِﻗ ﹶﻞ ِﺑ ﹾﺎ َﻷ‬‫ﻧﺤ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﺎﻧ‬‫ﻧﻬ‬ ‫ﺎ‬‫ﹶﻟﻨ‬
‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍ َﺀﻫ‬‫ﻩ ِﻛﺮ‬ ‫ﻭ ﹶﻛ ِﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﻬ‬ ‫ﺰ ِﺭ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ ﺃﹶ‬‫ﻋﻬ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺽ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﺏ ﹾﺍ َﻷ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﻰ‬‫ﺴﻤ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬
«‫ﻚ‬
 ‫ﻯ ﹶﺫِﻟ‬‫ِﺳﻮ‬
Kami pada masa Nabi membajak tanah, kemudian menyewa-
kannya dengan (mendapat bagi hasil) sepertiga atau seperempatnya
dan makanan tertentu. Pada suatu hari datanglah kepada kami
salah seorang pamanku, ia berkata, “Rasulullah saw. telah melarang
suatu perkara yang dulu telah memberikan manfaat (duniawi) bagi
kita. Tapi taat kepada Allah dan Rasul-Nya jauh lebih bermanfaat
bagi kita. Beliau telah melarang kita membajak tanah kemudian
menyewakannya dengan imbalan sepertiga atau seperempat, dan
makanan tertentu. Rasulullah saw. memerintahkan pemilik tanah
agar mengolahnya atau menanaminya sendiri. Beliau tidak
menyukai penyewaan tanah dan yang selain itu.

***
30

~2~
MEMELIHARA AL-QURAN

Al-Quran yang mulia adalah firman Allah Swt. Al-Quran


diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad saw., melalui wahyu
yang dibawa oleh Jibril, baik lafazh maupun maknanya;
membacanya merupakan ibadah, sekaligus merupakan mukjizat
yang sampai kepada kita secara mutawatir. Allah Swt. berfirman:

7‰ŠÏΗxq AΟŠÅ3ym ôÏiΒ ×≅ƒÍ”∴s? ( ϵÏù=yz ôÏΒ Ÿωuρ ϵ÷ƒy‰tƒ È÷t/ .ÏΒ ã≅ÏÜ≈t7ø9$# ϵ‹Ï?ù'tƒ āω

 ∩⊆⊄∪
Tidak datang padanya kebatilan dari sebelum dan sesudahnya,
diturunkan dari Dzat yang Maha Bijak dan Terpuji.. (TQS. Fush
Shilat [41]: 42)

Al-Quran adalah kitab yang dijaga dengan penjagaan Allah sendiri.


Allah berfirman:

 ∩∪ tβθÝàÏ≈ptm: …çµs9 $‾ΡÎ)uρ tø.Ïe%!$# $uΖø9¨“tΡ ßøtwΥ $‾ΡÎ)


Memelihara al-Quran 31

Sesunguhnya Kami telah menurunkan al-Quran dan Kami pasti


akan menjaganya. (TQS. al-Hijr [15]: 9)

Al-Quran adalah kitab yang mampu menghidupkan jiwa dan


menentramkan hati. Dengan izin Tuhan mereka, al-Quran bisa
mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya; yaitu jalan
Dzat yang Maha Perkasa lagi Terpuji. Siapa saja yang berkata
dengan menggunakan al-Quran, pasti akan terpercaya. Siapa saja
yang mengamalkannya, pasti akan beruntung. Siapa saja yang
memutuskan hukum dengannya, pasti akan adil. Dan siapa saja
yang mendakwahkannya, pasti akan mendapatkan hidayah ke jalan
yang lurus.
Al-Quran adalah sebaik-baik bekal bagi setiap muslim.
Lebih-lebih bagi para pengemban dakwah. Dengan al-Quran hati
akan menjadi hidup. Dengannya, semua sandaran akan semakin
kokoh. Para pengembannya akan menjadi seperti gunung yang
berdiri kokoh, sehingga dunia pun menjadi kecil baginya ketika
berada di jalan Allah. Dia akan senantiasa mengatakan yang hak,
dan tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela, semata-
mata karena Allah. Dengan al-Quran, sesuatu yang mudah
diombang-ambing oleh angin lantaran bobotnya ringan, menjadi
lebih berat bobotnya di sisi Allah, ketimbang gunung Uhud, karena
dia senantiasa membaca al-Quran; dia membasahi lisannya dengan
al-Quran, dan jari-jemarinya pun menjadi saksi. Seperti itulah para
sahabat Rasulullah saw. mengarungi kehidupan dunia ini, seolah-
olah mereka seperti al-Quran yang berjalan. Mereka senantiasa
menelaah ayat-ayatnya, membacanya dengan sungguh-sungguh,
mengamalkan isinya dan mendakwahkannya. Jiwa mereka pun
tergetar oleh ayat-ayat adzab, dan hati mereka pun menjadi senang
karena ayat-ayat rahmat. Air mata mereka bercucuran karena
tunduk terhadap kemukjizatan dan keagungannya, serta patuh
terhadap hukum-hukum dan hikmahnya. Mereka menerima al-
32 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Quran langsung dari Rasulullah saw. sehingga ayat-ayatnya pun


menghujam dalam lubuk hati mereka yang paling dalam. Karena
itu, mereka menjadi manusia-manusia mulia dan menjadi para
pemimpin; orang-orang yang berbahagia dan beruntung. Ketika
mereka ditinggal oleh Rasulullah saw. menuju tempat yang paling
tinggi di surga ‘illiyyin, mereka tetap konsisten memelihara al-
Quran, sebagaimana wasiat Rasulullah saw. Maka para penghafal
(pemelihara) al-Quran tadi senantiasa berada di barisan terdepan
ketika melaksanakan amar makruf dan nahi munkar. Para
pengemban al-Quran itu juga senantisa menjadi terdepan dalam
segala kebaikan dan terdepan dalam menghadapi segala rintangan
di jalan Allah Swt.
Sesuatu yang paling berharga bagi kaum Muslim umumnya,
dan para pengemban dakwah khususnya, adalah bahwa hendaknya
al-Quran senantiasa menjadi penyiram hati mereka, dan teman setia
yang mengiringi setiap langkah mereka. Karena al-Quran akan
membimbing mereka untuk meraih semua kebaikan, dan mengangkat
kedudukan mereka lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Mereka harus
senantiasa memeliharanya di tengah malam dan di penghujung siang,
dengan membaca, menghafal dan mengamalkannya, sehingga
mereka akan menjadi sebaik-baik generasi khalaf, mewarisi generasi
salaf yang terbaik.
Berikut ini adalah ayat-ayat al-Quran beserta hadits Nabi
yang menceritakan tentang turunnya al-Quran, jaminan
terpeliharanya, tentang petunjuknya, keutamaan membacanya,
dan segala kebaikan yang sangat banyak di dalamnya, dari dan di
sekitarnya:

 ∩⊇⊆∪ t͑ɋΖßϑø9$# zÏΒ tβθä3tGÏ9 y7Î7ù=s% 4’n?tã ∩⊇⊂∪ ßÏΒF{$# ßyρ”9$# ϵÎ/ tΑt“tΡ
Dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-
Memelihara al-Quran 33

orang yang memberi peringatan. (TQS. asy-Syu’arâ [26] : 193-


194)

 ∩∪ tβθÝàÏ≈ptm: …çµs9 $‾ΡÎ)uρ tø.Ïe%!$# $uΖø9¨“tΡ ßøtwΥ $‾ΡÎ)


Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Quran dan Kami pasti
akan menjaganya. (TQS. al-Hijr [15]: 9)

7‰ŠÏΗxq AΟŠÅ3ym ôÏiΒ ×≅ƒÍ”∴s? ( ϵÏù=yz ôÏΒ Ÿωuρ ϵ÷ƒy‰tƒ È÷t/ .ÏΒ ã≅ÏÜ≈t7ø9$# ϵ‹Ï?ù'tƒ āω

 ∩⊆⊄∪
Tidak datang padanya kebatilan dari sebelum dan sesudahnya,
diturunkan dari Dzat yang Maha Bijak dan Terpuji.. (TQS. Fush
Shilat [41]: 42)

tβθè=yϑ÷ètƒ tÏ%©!$# tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# çŽÅe³u;ãƒuρ ãΠuθø%r& š†Ïφ ÉL‾=Ï9 “ωöκu‰ tβ#uöà)ø9$# #x‹≈yδ ¨βÎ)

 ∩∪ #ZŽÎ6x. #\ô_r& öΝçλm; ¨βr& ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$#


Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada jalan
yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang
mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar. (TQS. al-Isra [17]: 9)

$£ϑÏiΒ #ZŽÏWŸ2 öΝä3s9 ÚÎit7ム$oΨä9θß™u‘ öΝà2u!$y_ ô‰s% É=≈tGÅ6ø9$# Ÿ≅÷δr'‾≈tƒ

Νà2u!%y` ô‰s% 4 9ŽÏVŸ2 ∅tã (#θà÷ètƒuρ É=≈tGÅ6ø9$# zÏΒ šχθàøƒéB öΝçFΨà2

…çµtΡ≡uθôÊÍ‘ yìt7©?$# Ç∅tΒ ª!$# ϵÎ/ “ωôγtƒ ∩⊇∈∪ ÑÎ7•Β Ò=≈tGÅ2uρ Ö‘θçΡ «!$# š∅ÏiΒ

4’n<Î) óΟÎγƒÏ‰ôγtƒuρ ϵÏΡøŒÎ*Î/ Í‘θ–Ψ9$# †n<Î) ÏM≈yϑè=—à9$# zÏiΒ Νßγã_̍÷‚ãƒuρ ÉΟ≈n=¡¡9$# Ÿ≅ç7™
ß

 ∩⊇∉∪ 5ΟŠÉ)tGó¡•Β :Þ≡uŽÅÀ


34 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,


menjelaskan kepadamu banyak dari isi al-Kitab yang kamu
sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab
yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-
orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya
dan menjuluki mereka ke jalan yang lurus. (TQS. al-Mâidah [5]:
15-16)

ÈβøŒÎ*Î/ Í‘θ–Ψ9$# ’n<Î) ÏM≈yϑè=—à9$# zÏΒ }¨$¨Ζ9$# yl̍÷‚çGÏ9 y7ø‹s9Î) çµ≈oΨø9t“Ρr& ë=≈tGÅ2…

 ∩⊇∪ ω‹Ïϑptø:$# Í“ƒÍ“yèø9$# ÅÞ≡uŽÅÀ 4’n<Î) óΟÎγÎn/u‘


(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (TQS. Ibrahim [14]: 1)

 Ü>θè=à)ø9$# ’È⌡yϑôÜs? «!$# ̍ò2É‹Î/ Ÿωr&


Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(TQS. ar-Ra’d [13]: 28)

$Z≈n=ÏF÷z$# ϵŠÏù (#ρ߉y`uθs9 «!$# Ύöxî ωΖÏã ôÏΒ tβ%x. öθs9uρ 4 tβ#uöà)ø9$# tβρã−/y‰tFtƒ Ÿξsùr&

 ∩∇⊄∪ #ZŽÏWŸ2
Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran? Kalau
kiranya al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (TQS. an-Nisa
[4]: 82)
Memelihara al-Quran 35

Rasulullah saw. bersabda :

«‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋﱠﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺁ ﹶﻥ‬‫ﻢ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬ ‫ﻌﱠﻠ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺮ ﹸﻛ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ »
Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari
al-Quran dan mengajarkannya. (HR. al-Bukhâri dari Utsman
bin Affan r.a)

‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﻣﺜﹶﺎِﻟﻬ‬ ‫ﺸ ِﺮ ﹶﺃ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻨ ﹸﺔ ِﺑ‬‫ﺴ‬
‫ﺤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻨ ﹲﺔ ﻭ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻪ ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﷲ ﹶﻓﹶﻠ‬
ِ ‫ﺏﺍ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻦ ِﻛﺘ‬ ‫ﺮﻓﹰﺎ ِﻣ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﹶﺃ‬‫ﻦ ﹶﻗﺮ‬ ‫ﻣ‬ »
«‫ﻑ‬  ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﻣِﻴ‬ ‫ﻑ‬  ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻑ‬  ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻒ‬  ‫ﻦ ﹶﺃِﻟ‬ ‫ﻭﹶﻟ ِﻜ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﹶﺃﻗﹸﻮ ﹸﻝ ﺍﱂ‬
Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka dia akan
mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan akan dibalas
dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa “alif lam
mim” adalah satu huruf. Akan tetapi Alif adalah satu huruf, Lam
satu huruf, dan Mim juga satu huruf. (HR. at-Tirmidzi dari
Abdullah bin Mas’ud, dan hadits ini shahih)

‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺁ ﹶﻥ‬‫ﺮﹸﺃ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬ ‫ﻳ ﹾﻘ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫ ﻭ‬،‫ﺭ ِﺓ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺍ ِﻡ ﺍﹾﻟ‬‫ﺮ ِﺓ ﺍﹾﻟ ِﻜﺮ‬ ‫ﺴ ﹶﻔ‬
 ‫ﻊ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺁ ِﻥ‬‫ﺮ ﺑِﺎﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬ ‫ﺎ ِﻫ‬‫»ﺍﹾﻟﻤ‬
«‫ﺍ ِﻥ‬‫ﺟﺮ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ ﹶﻟ‬‫ﺎﻕ‬‫ﻴ ِﻪ ﺷ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻊ ﻓِﻴ ِﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ‬
Orang yang mahir dengan al-Quran akan bersama-sama dengan
rombongan malaikat yang mulia dan senantiasa berbuat baik. Dan
orang yang membaca al-Quran tapi terbata-bata dan sangat berat
baginya, ia akan mendapatkan dua pahala. (HR. Muslim dari
‘Aisyah, Ummul Mukminin. r.a)

«‫ﺏ‬
ِ ‫ﺨ ِﺮ‬
 ‫ﺖ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﺮﺁ ِﻥ ﻛﹶﺎﹾﻟ‬ ‫ﻦ ﹾﺍﻟ ﹸﻘ‬ ‫ﻲ ٌﺀ ِﻣ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻮِﻓ ِﻪ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺲ ﻓِﻲ‬
 ‫ﻴ‬‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﹶﻟ‬
Sesungguhnya orang yang dalam hatinya tidak ada al-Quran
sedikitpun (yang dia hafal) bagaikan rumah yang akan roboh. (HR.
At-Tirmidzi, Ia menshahihkannya. Dan ini adalah hadits
shahih).
36 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

«‫ﺎ ِﺣِﺒ ِﻪ‬‫ﺎ ﻟِﺼ‬‫ﺷﻔِﻴﻌ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻳ ﹾﺄﺗِﻲ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺁ ﹶﻥ ﹶﻓِﺈ‬‫ﺮﺀُﻭﺍ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬ ‫»ﺍ ﹾﻗ‬
Bacalah al-Quran, karena al-Quran akan datang pada hari kiamat
kelak memberi syafa’at (pembelaan) bagi ahlinya. (HR. Muslim
dalam kitab Shahih-nya. Dari Abû Umamah al-Bahili ra.)

‫ﻩ ِﺇﻟﹶــﻰ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻪ ﻗﹶﺎ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﹶﺃﻣ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ،‫ﺪﻕ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ِﺣ ﹲﻞ‬‫ﻭﻣ‬ ،‫ﺸ ﱢﻔﻊ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺎِﻓ‬‫ﺁ ﹸﻥ ﺷ‬‫»ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬
«‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻪ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺎﹶﻗ‬‫ﻪ ﺳ‬ ‫ﺧﹾﻠ ﹶﻔ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻨ ِﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬
Al-Quran adalah kitab yang menjadi pembela dan bisa diminta
pembelaan, ia adalah kitab yang Mâhil dan Mushaddaq.1 Siapa
saja yang menjadikan al-Quran ada di depannya2, maka ia akan
menuntunnya ke surga. Tapi siapa saja yang menjadikan al-Quran
di belakangnya3, maka ia akan menggiringnya ke neraka. (HR.
Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya dari Jabir bin
Abdullah ra. Dan riwayat Baihaqi dalam kitab Sya’bul Iman
dari Jabir dari Ibnu Mas’ud ra. Ini adalah hadits shahih)

1. Muhammad Abû Bakar bin Abdul Qadir ar-Raji dalam kamusnya Mukhtar
Shihah berkata, “Mâhil artinya al-Quran. Yaitu kitab yang akan menyeret
pembacanya menuju Allah Swt. jika tidak mengikuti apa yang ada di
dalamnya. Menurut pendapat lain arti Mâhil adalah Mujadil; artinya yang
mendebat (kebatilan). Mushaddaq artinya yang dibenarkan. Jika di baca
mushaddiq artinya yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya, penj.

2. Menjadikannya sebagai imam dan pedoman. Ketika ia akan berbuat apa


pun senantiasa melihat dulu al-Quran yang ada di depannya, penj.

3. Menjadikan al-Quran di belakangnya maksudnya adalah tidak


mengamalkannya dan tidak menjadikannya sebagai pedoman hidupnya.
Ketika ia berbuat apa pun tidak melihat dulu kepada al-Quran karena ada
di belakangnya. Dalam riwayat lain di katakan, Waro-a Dzohrihi artinya di
balik punduknya. Jadi meskipun ia menoleh ke belakang tatap saja al-
Quran tidak akan kelihatan.
Memelihara al-Quran 37

«‫ﻦ‬ ‫ﺧﺮِﻳ‬ ‫ﻊ ِﺑ ِﻪ ﺁ‬ ‫ﻀ‬


 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍﻣ‬‫ﺏ ﹶﺃ ﹾﻗﻮ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻬﺬﹶﺍ ﺍﹾﻟ ِﻜﺘ‬ ‫ﻊ ِﺑ‬ ‫ﺮﹶﻓ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
Sesungguhnya Allah akan mengangkat suatu kaum (menuju
kemuliaan, penj.) dengan al-Quran ini dan dengannya pula Allah
akan menjatuhkan kaum yang lain (menuju kehinaan, penj.) . (HR.
Muslim)
Abû Dawud dan at-Tirmidzi telah mengeluarkan hadits yang sahih
bahwa Rasulullah bersabda :

‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺗ ﹸﻞ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺖ‬


 ‫ﻨ‬‫ﺎ ﹸﻛ‬‫ ﹾﻞ ﹶﻛﻤ‬‫ﺭﺗ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺗ ِﻖ‬‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺮﹾﺃ ﻭ‬ ‫ﺁ ِﻥ ﺍ ﹾﻗ‬‫ﺐ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬
ِ ‫ﺎ ِﺣ‬‫ﻘﹶﺎ ﹸﻝ ِﻟﺼ‬‫»ﻳ‬
«‫ﺎ‬‫ﺅﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ ﹾﻘ‬ ‫ﻳ ٍﺔ‬‫ﺪ ﺁ ِﺧ ِﺮ ﺁ‬ ‫ﻨ‬‫ﻚ ِﻋ‬ ‫ﺘ‬‫ﻨ ِﺰﹶﻟ‬‫ﻣ‬ ‫ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ‬
Kelak (di akhirat) akan dikatakan kepada Shahibul Quran (orang
yang senantiasa bersama-sama dengan al-Quran, penj.), “Bacalah,
naiklah terus dan bacalah dengan perlahan-lahan (tartil)
sebagaimana engkau telah membaca al-Quran dengan tartil di
dunia. Sesungguhnya tempatmu adalah pada akhir ayat yang
engkau baca. 4”

‫ﺗ ﹾﺄ ﹸﻛﻠﹸﻮﺍ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻐﻠﹸﻮﺍ ﻓِﻴ ِﻪ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﺠﻔﹸﻮﺍ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺍ ِﺑ ِﻪ‬‫ﻤﹸﻠﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺍ‬‫ﺁ ﹶﻥ ﻭ‬‫ﺮﺀُﻭﺍ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬ ‫»ﺍ ﹾﻗ‬
«‫ﻭﺍ ِﺑ ِﻪ‬‫ﺘ ﹾﻜِﺜﺮ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬
Bacalah al-Quran dan beramallah dengan al-Quran, janganlah
kalian menolaknya, janganlah berlebih-lebihan di dalamnya
(membaca dan mengamalkan). Janganlah makan (dari al-Quran)
dan janganlah menumpuk-numpuk harta dengannya. (HR.
Ahmad, ath-Thabrâni, dan yang lainnya dari Abdurrahman
bin Syibli ra. Ini adalah hadits shahih).

4. Maksudnya kelak di akhirat tempatnya tergantung pada sedikit banyaknya


bacaan al-Quran di Dunia. Semakin banyak, maka akan semakin tinggi,
sehingga dalam hadits itu dikatakan “naiklah”
38 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﺎ‬‫ﳛﻬ‬ ‫ﻭ ِﺭ‬ ‫ﺐ‬ ‫ﻴ‬‫ﺎ ﹶﻃ‬‫ﻤﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺟ ِﺔ ﹶﻃ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻣﹶﺜ ﹸﻞ ﹾﺍ ُﻷ‬ ‫ﺁ ﹶﻥ‬‫ﺮﹸﺃ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬ ‫ﻳ ﹾﻘ‬ ‫ﺆ ِﻣ ِﻦ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻣﹶﺜ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ »
 ‫ﻴ‬‫ﺎ ﹶﻃ‬‫ﻤﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺮ ِﺓ ﹶﻃ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﺁ ﹶﻥ ﻣﺜﻞ ﺍﻟ‬‫ﺮﹸﺃ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬ ‫ ﹾﻘ‬‫ﺆ ِﻣ ِﻦ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﹶﻻ ﻳ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻣﹶﺜ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺐ‬
‫ﺐ‬  ‫ﻴ‬‫ﹶﻃ‬
‫ﺎ‬‫ﺤﻬ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻧ ِﺔ ِﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻳﺤ‬‫ﺮ‬ ‫ﺁ ﹶﻥ ﻣﺜﻞ ﺍﻟ‬‫ﺮﹸﺃ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬ ‫ﻳ ﹾﻘ‬ ‫ﺎِﻓ ِﻖ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫ﻤﻨ‬ ‫ﻣﹶﺜ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺢ ﹶﻟﻬ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﺭِﻳ‬
‫ﻤﹶﺜ ِﻞ‬ ‫ﺁ ﹶﻥ ﹶﻛ‬‫ﺮﹸﺃ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬ ‫ﻳ ﹾﻘ‬ ‫ﺎِﻓ ِﻖ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﹶﻻ‬‫ﻤﻨ‬ ‫ﻣﹶﺜ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻣﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻭ ﹶﻃ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﻴ‬‫ﹶﻃ‬
«‫ﺎ‬‫ﺢ ﹶﻟﻬ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﺭِﻳ‬ ‫ﻣﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻨ ﹶﻈﹶﻠ ِﺔ ﹶﻃ‬‫ﺤ‬  ‫ﺍﹾﻟ‬
Perumpamaan orang mukmin yang membaca al-Quran adalah
seperti buah Utruja, rasanya enak baunya harum. Perumpamaan
orang mukmin yang tidak membaca al-Quran adalah seperti buah
Tamrah (kurma), rasanya enak tapi tidak wangi. Sedangkan
perumpamaan orang munafik yang membaca al-Quran adalah
seperti buah Raihanah, baunya harum tapi rasanya pahit. Dan
perumpamaan orang munafik yang tidak membaca al-Quran adalah
seperti buah Handzalah, baunya tidak harum dan rasanya pun
pahit. (HR. al-Bukhâri dan Muslim dari Abû Mûsâ al-Asy’ari
ra.)

‫ﻦ ﹾﺍ ِﻹِﺑ ِﻞ‬ ‫ ﹾﻔﻠﹶﺘﹰﺎ ِﻣ‬‫ﺪ ﺗ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻴ ِﺪ ِﻩ ﹶﻟ‬‫ﻤ ٍﺪ ِﺑ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺲ ﻣ‬
 ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫ﺁ ﹶﻥ ﹶﻓﻮ‬‫ﻭﺍ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬‫ﻫﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﻌ‬»
«‫ﺎ‬‫ﻋ ﹸﻘِﻠﻬ‬ ‫ﻓِﻲ‬
Peliharalah (hafalan) al-Quran! Sebab, demi Dzat yang jiwa
Muhammad ada ditangan-Nya, sesungguhnya al-Quran lebih cepat
lepasnya (dari ingatan) daripada lepasnya unta dari tambatannya.
(HR. al-Bukhâri dan Muslim dari Abû Mûsâ al-Asy’ari ra.)

Itulah ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits Nabi yang


mulia, yang menjelaskan kedudukan yang agung bagi al-Quran
dan bagi pengemban al-Quran. Ayat-ayat al-Quran dan hadits-
Memelihara al-Quran 39

hadits tersebut telah mendorong pengemban al-Quran untuk


menelaahnya, mengamalkannya serta senantiasa memeliharanya,
di saat mereka di rumah atau ketika sedang di perjalanan. Dengan
begitu, al-Quran akan menjadi sebuah kekuatan dalam menempuh
seluruh jalan kebaikan. Mereka tidak akan menyimpannya di rak
hingga dipenuhi debu. Mereka pun tidak akan menghiasinya
kemudian menyimpan di lemari, lalu dikunci hingga
melupakannya. Marilah kita minta perlindungan kepada Allah agar
tidak termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu marilah kita
memelihara al-Quran, wahai saudara-saudaraku. Mari kita bergegas
untuk membacanya dengan benar, menelaahnya dengan benar,
mengamalkannya dengan benar, dan terikat padanya dengan
benar; agar rasa kita menjadi enak dan bau kita menjadi harum
mewangi. Melalui semuanya tadi, marilah kita menjadi barisan
pertama dalam mengemban dakwah di dunia ini, mudah-mudahan
kita menjadi barisan pertama kelak di surga dan hari Akhir, ketika
dikatakan nanti, “Bacalah dan naiklah terus.!”. Dengan demikian
semoga kita termasuk orang-orang yang berhak mendapatkan
pertolongan Allah Yang Agung, dan meraih kebahagian yang tiada
taranya, serta berhak mendapatkan ridha Allah Swt. Allah
berfirman:

 tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# ΎÅe³o0uρ
Bergembiralah wahai orang-orang yang beriman (TQS. al-Ahzâb
[33]: 47)

***
40

~3~
CINTA KEPADA ALLAH
DAN RASUL-NYA

Al-Azhari berkata, “Arti cinta seorang hamba kepada


Allah dan Rasul-Nya adalah menaati dan mengikuti perintah
Allah dan Rasul-Nya.” Al-Baidhawi berkata, “Cinta adalah
keinginan untuk taat.” Ibnu Arafah berkata, “Cinta menurut
istilah orang arab adalah menghendaki sesuatu untuk
meraihnya.” Al-Zujaj berkata, “Cintanya manusia kepada Allah
dan Rasul-Nya adalah menaati keduanya dan ridha terhadap
segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah
saw.”
Sedangkan arti cinta Allah kepada hamba-Nya adalah
ampunan, ridha dan pahala. Al-Baidhawi berkata ketika
menafsirkan firman Allah:

 3 ö/ä3t/θçΡèŒ ö/ä3s9 öÏøótƒuρ ª!$# öãΝä3ö7Î6ósãƒ


Niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu
(TQS. Ali ‘Imrân [3]: 31).
Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya 41

Maksudnya, pasti Allah akan ridha kepadamu. Al-Azhari berkata,


“Cinta Allah kepada hamba-Nya adalah memberikan kenikmatan
kepadanya dengan memberi ampunan.” Allah berfirman:

 t͍Ï≈s3ø9$# =Ïtä† Ÿω ©!$# ¨βÎ*sù


Sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir (TQS. Ali
‘Imrân [3]: 32).

Maksudnya, Allah tidak akan memberi ampunan kepada


mereka. Sufyân bin Uyainah berkata, “Arti dari niscaya Allah akan
mencintaimu adalah Allah akan mendekat padamu. Cinta adalah
kedekatan. Arti Allah tidak mencintai orang-orang kafir adalah Allah
tidak akan mendekat kepada orang kafir.” Al-Baghawi berkata,
“Cinta Allah kepada kaum Mukmin adalah pujian, pahala, dan
ampunan-Nya bagi mereka.” Al-Zujaj berkata, “Cinta Allah kepada
makhluk-Nya adalah ampunan dan nikmatnya-Nya atas mereka,
dengan rahmat dan ampunan-Nya, serta pujian yang baik kepada
mereka.
Yang menjadi fokus kami dalam bab ini adalah cinta seorang
hamba kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta dalam arti yang telah
disebutkan di atas merupakan suatu kewajiban. Karena mahabbah
(cinta) merupakan salah satu kecenderungan yang akan
membentuk nafsiyah seseorang. Kecenderungan ini terkadang
berupa perkara alami yang berbentuk naluri yang bersifat fitri
(sesuai dengan penciptaan Allah). Naluri seperti ini tidak
berhubungan dengan mafhum (pemahaman) apa pun; seperti
kecenderungan manusia terhadap kepemilikan, kecintaan pada
kelestarian dirinya, kecintaan pada keadilan, kecintaan pada
keluarga, anak, dan sebagainya. Namun kecenderungan ini
terkadang juga merupakan dorongan yang berhubungan dengan
mafhum tertentu. Mafhum inilah yang nantinya akan menentukan
jenis kecenderungan tersebut. Misalnya, bangsa Indian, mereka
42 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

tidak mencintai bangsa Eropa yang bermigrasi ke negeri mereka


(karena menjajah mereka, penj.). Sementara itu, kaum Anshar
mencintai orang-orang Muhajirin (dari Makkah) yang berhijrah ke
mereka (Madinah). Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah jenis
kecintaan yang terikat dengan mafhum syar’i, yang telah diwajibkan
oleh Allah. Dalil dari al-Quran tentang hal ini adalah:

tÉ‹©9$#uρ ( «!$# Éb=ßsx. öΝåκtΞθ™6Ïtä† #YŠ#y‰Ρr& «!$# Èβρߊ ÏΒ ä‹Ï‚−Gtƒ tΒ Ä¨$¨Ζ9$# š∅ÏΒuρ

 3 °! ${6ãm ‘‰x©r& (#þθãΖtΒ#u


Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah. (TQS. al-Baqarah [2]: 165).

Maknanya, orang-orang beriman itu lebih besar kecintaannya


kepada Allah dibandingkan dengan kecintaan orang-orang musyrik
kepada tuhan-tuhan tandingan selain Allah.

îΑ≡uθøΒr&uρ óΟä3è?uŽÏ±tãuρ ö/ä3ã_≡uρø—r&uρ öΝä3çΡ≡uθ÷zÎ)uρ öΝà2äτ!$oΨö/r&uρ öΝä.äτ!$t/#u tβ%x. βÎ) ö≅è%

Νà6ø‹s9Î) ¡=ymr& !$yγtΡöθ|Êös? ßÅ3≈|¡tΒuρ $yδyŠ$|¡x. tβöθt±øƒrB ×οt≈pgÏBuρ $yδθßϑçGøùuŽtIø%$#

3 ÍνÍ÷ö∆r'Î/ ª!$# š†ÎAù'tƒ 4®Lym (#θÝÁ−/uŽtIsù Ï&Î#‹Î7y™ ’Îû 7Š$yγÅ_uρ Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# š∅ÏiΒ

 ∩⊄⊆∪ šÉ)Å¡≈xø9$# tΠöθs)ø9$# “ωöκu‰ Ÿω ª!$#uρ


Katakanlah, “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-
isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada
Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah
Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya 43

tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (TQS. at-


Taubah [9]: 24).

Adapun dalil dari as-Sunah diantaranya adalah:

 Dari Anas, sesungguhnya Nabi saw. bersabda:

:‫ﻋﺔﹸ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﺎ‬‫ﻰ ﺍﻟﺴ‬‫ﻣﺘ‬ :‫ ﻓﹶ ﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬، ‫ﻋ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋ ِﻦ ﺍﻟﺴ‬  ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺳﹶﺄ ﹶﻝ ﺍﻟ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫»ﹶﺃ ﱠﻥ‬
‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻪ‬ ‫ﻮﹶﻟ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ﷲ ﻭ‬
َ‫ﺐﺍ‬
 ‫ﻲ ﹸﺃ ِﺣ‬ ‫ﻧ‬‫ ِﺇ ﱠﻻ ِﺇ‬،َ‫ﻲﺀ‬ ‫ﺷ‬ ‫ ﹶﻻ‬:‫ﺎ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺕ ﹶﻟﻬ‬
 ‫ﺩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎﺫﹶﺍ ﹶﺃ‬‫ﻭﻣ‬
‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻮ ِﻝ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ ِﺑ ﹶﻘ‬‫ﺣﻨ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻲ ٍﺀ ﹶﻓ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺎ ِﺑ‬‫ﺣﻨ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺎ ﹶﻓ‬‫ﺲ ﹶﻓﻤ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ‬.‫ﺖ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻧ‬‫ﹶﺃ‬
‫ﺑ ﹾﻜ ٍﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﹶﺃﺑ‬  ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺐ ﺍﻟ‬
 ‫ﺎ ﹸﺃ ِﺣ‬‫ﺲ ﹶﻓﹶﺄﻧ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ‬.‫ﺖ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﹶﺃ‬
‫ﻤ ﹾﻞ ِﺑ ِﻤﹾﺜ ِﻞ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﹶﻟ‬ ، ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ــﺎ‬‫ﻲ ِﺇﻳ‬ ‫ﺒ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻢ ِﺑ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃﻛﹸﻮ ﹶﻥ‬‫ﺭﺟ‬ ‫ﹶﺃ‬‫ﺮ ﻭ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬
«‫ﺎِﻟ ِﻬﻢ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﹶﺃ‬
Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang
kiamat. Ia berkata, “Kapan terjadinya kiamat ya Rasulullah?” Rasul
berkata, “Apa yang telah engkau siapkan untuknya?” Laki-laki itu
berkata, “Aku tidak menyiapkan apa pun kecuali sesungguhnya
aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Rasul saw. berkata, “Engkau
bersama apa yang engkau cintai.” Anas berkata; Kami tidak pernah
merasa bahagia dengan sesuatu pun yang membahagiakan kami
seperti bahagianya kami dengan perkataan Nabi, “Engkau bersama
apa yang engkau cinta”, Anas kemudian berkata, “Maka aku
mencintai Nabi, Abû Bakar, dan Umar. Dan aku berharap akan
bersama dengan mereka karena kecintaanku kepada mereka
meskipun aku belum bisa beramal seperti mereka.” (Mutafaq
‘alaih)
44 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Dari Anas ra., sesungguhnya Nabi saw. bersabda:

‫ﺐ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻳﻜﹸﻮ ﹶﻥ ﺍ‬ ‫ﺎ ِﻥ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﻭ ﹶﺓ ﹾﺍ ِﻹﳝ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺣ ﹶ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻦ ﻓِﻴ ِﻪ‬ ‫ﻦ ﹸﻛ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺙ‬
‫ﻼ ﹲ‬
‫»ﹶﺛ ﹶ‬
‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬‫ﻳﻌ‬ ‫ﻩ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ ﹾﻜ‬ ‫ﻭﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﷲ‬
ِ ِ ‫ﻪ ﺇِ ﱠﻻ‬ ‫ﺒ‬‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﺮ َﺀ ﹶﻻ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻭﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻫﻤ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ِﺳﻮ‬‫ﻴ ِﻪ ِﻣﻤ‬‫ِﺇﹶﻟ‬
«‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻑ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﻳ ﹾﻘ ﹶﺬ‬ ‫ﻩ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ ﹾﻜ‬ ‫ﺎ‬‫ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ ﹸﻜﻔﹾ ِﺮ ﹶﻛﻤ‬
Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya ia telah menemukan
manisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya
lebih dari yang lainnya; orang yang mencintai seseorang hanya
karena Allah; dan orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran
sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke Neraka. (Mutafaq
‘alaih)

 Dari Anas ra., ia berkata; telah bersabda Rasulullah saw.:

‫ﺱ‬
ِ ‫ـﺎ‬
‫ﻨـ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺎِﻟـ ِﻪ ﻭ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻫِﻠـ ِﻪ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻴ ِﻪ ِﻣـ‬‫ﺐ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﱴ ﹶﺃ ﹸﻛ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫» ﹶﻻ‬
«‫ﻴﻦ‬‫ﻤ ِﻌ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﹶﺃ‬
Tidak beriman seorang hamba hingga aku lebih dicintai daripada
keluarganya, hartanya, dan seluruh manusia yang lainnya.
(Mutafaq ‘alaih)

Para sahabat Rasulullah saw. sangat bersungguh-sungguh


untuk menerapkan kewajiban ini. Mereka senantiasa berlomba
untuk mendapatkan kemuliaan ini karena ingin termasuk golongan
orang-orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Bukti akan hal ini
adalah:

 Diriwayatkan dari Anas ra., ia berkata:

‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺤ ﹶﺔ‬


 ‫ﻮ ﹶﻃ ﹾﻠ‬‫ﻭﹶﺃﺑ‬ ، ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻋ ِﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ ﺍ‬،ٍ‫ ﺪ‬‫ﻡ ﺃﹸ ﺣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬‫»ﹶﻟﻤ‬
Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya 45

‫ﻼ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺤ ﹶﺔ‬
 ‫ﻮ ﹶﻃ ﹾﻠ‬‫ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺃﺑ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﺠ ﹶﻔ ٍﺔ ﹶﻟ‬
‫ﺤ‬ ‫ﻴ ِﻪ ِﺑ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺏ ِﺑ ِﻪ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻣ‬  ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻱ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬
،‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺟ ﹸﻞ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍﻟ‬ ،‫ﻭ ﺛﹶﻼﺛﹰﺎ‬ ‫ﻴ ِﻦ ﹶﺃ‬‫ﺳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻣِﺌ ٍﺬ ﹶﻗ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺴ‬
ِ ‫ﻳ ﹾﻜ‬ ،‫ﺪ‬ ‫ﺪ ﺍﹾﻟ ِﻘ‬ ‫ﺷﺪِﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍ ِﻣﻴ‬‫ﺭ‬
 ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻑ ﺍﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ ﻓﹶﹶﺄ‬.‫ﺤ ﹶﺔ‬
 ‫ﺎ ِ َﻷﺑِﻲ ﹶﻃ ﹾﻠ‬‫ﺮﻫ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻴﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ ﹶﻓ‬، ‫ﺒ ِﻞ‬‫ﻨ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺒ ﹸﺔ ِﻣ‬‫ﻌ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬
‫ ﹶﻻ‬،‫ـﻲ‬
‫ﻣـ‬ ‫ﻭﹸﺃ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻧ‬‫ﷲ ِﺑﹶﺄﺑِﻲ ﹶﺃ‬
ِ ‫ﻲ ﺍ‬ ‫ﻧِﺒ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﺤ ـ ﹶﺔ‬
 ‫ﻮ ﹶﻃ ﹾﻠ‬‫ﻴﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﹶﺃﺑ‬‫ﻮ ِﻡ ﹶﻓ‬ ‫ﺮ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬‫ﻳ‬
«‫ﻙ‬
 ‫ﺤ ِﺮ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ‬‫ﺤﺮِﻱ ﺩ‬
 ‫ﻧ‬ ،‫ﻮ ِﻡ‬ ‫ﺎ ِﻡ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬‫ﻦ ِﺳﻬ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﺼ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﺸ ِﺮ‬
 ‫ﺗ‬
Ketika perang Uhud kaum Muslim berlarian meninggalkan Nabi
saw. Abû Thalhah sedang berada di depan Nabi saw., melindungi
beliau dengan perisainya. Abû Thalhah adalah seorang pemanah
yang sangat cepat lemparannya. Pada saat itu ia mampu menangkis
dua atau tiga busur panah. Kemudian ada seorang lelaki yang lewat.
Ia membawa satu wadah anak panah kemudian berkata, “Aku akan
menebarkannya untuk Abû Thalhah”. Kemudian Nabi saw. berdiri
tegak melihat orang-orang. Maka Abû Thalhah berkata, “Ya
Nabiyullah, demi bapak dan ibuku, engkau jangan berdiri tegak,
nanti panah orang-orang akan mengenaimu. Biarkan aku yang
berkorban jangan engkau….” (Mutafaq ‘alaih)

 Qais berkata:

«‫ﺣ ٍﺪ‬
 ‫ﻡ ﹸﺃ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬  ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﻭﻗﹶﻰ ِﺑﻬ‬ ‫ﻼ ًﺀ‬
‫ﺷ ﹶ‬ ‫ﺤ ﹶﺔ‬
 ‫ﺪ ﹶﻃ ﹾﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺭﹶﺃﻳ‬ »
Aku melihat tangan Abû Thalhah menjadi lumpuh, karena dengan
tangannya itulah ia telah menjaga Nabi saw., pada saat perang
Uhud. (HR. al-Bukhâri)

 Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ka’ab bin Malik ketika


menceritakan tiga orang sahabat yang tidak ikut perang Tabuk.
Ka’ab berkata:
46 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ـﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻣ‬ ، ‫ﺱ‬
ِ ‫ــﺎ‬‫ﻮ ِﺓ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺟﻔﹾــ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻚ ِﻣ‬
 ‫ﻲ ﹶﺫِﻟ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻰ ِﺇﺫﹶﺍ ﻃﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺣﺘ‬ . . .»
‫ﻲ‬ ‫ﺱ ِﺇﹶﻟ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺐ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ، ‫ـﻲ‬
‫ـ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬‫ﻮ ﺍ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺩ ﹶﺓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻂ ﹶﺃﺑِﻲ ﹶﻗﺘ‬
ِ ‫ﺎِﺋ‬‫ﺭ ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺕ ﺟِﺪ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺗ‬
‫ﻙ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﹶﺃ‬، ‫ﺩ ﹶﺓ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﻗﺘ‬‫ﺎ ﹶﺃﺑ‬‫ ﻳ‬:‫ﺖ‬
 ‫ ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ‬،‫ﻡ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺴﹶ‬
 ‫ﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﷲ ﻣ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ ﹶﻓﻮ‬،‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺴﱠﻠ‬
 ‫ﹶﻓ‬
‫ﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﺪ‬ ‫ـ‬
‫ـ‬‫ﻨﺸ‬‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﺕ ﹶﻟ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺖ ﹶﻓ‬
 ‫ﺴ ﹶﻜ‬
 ‫ﻪ ؟ ﹶﻓ‬ ‫ــﻮﹶﻟ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫ﺐﺍ‬
 ‫ﻲ ﹸﺃ ِﺣ‬ ‫ﻤِﻨ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻫ ﹾﻞ‬ ،ِ‫ﺑِﺎﷲ‬
‫ﺖ‬
 ‫ﺿ‬
 ‫ ﹶﻓﻔﹶﺎ‬،‫ﻢ‬ ‫ﹶﻠ‬‫ﻪ ﺃﹶﻋ‬ ‫ﻟﹸ‬‫ ﻮ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ﷲ ﻭ‬
ُ ‫ ﺍ‬:‫ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬، ‫ﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﺪ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﺕ ﹶﻟ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻜﹶﺖ‬‫ﻓﹶ ﺴ‬
«‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺠﺪ‬
ِ ‫ﺕ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻮﱠﻟ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ،‫ﻱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻋ‬
Sehingga ketika masa pemboikotan berupa pengasinganku dari
orang-orang itu berlangsung lama, maka aku berjalan hingga aku
menaiki dinding pagar Abi Qatadah. Dia adalah anak pamanku
dan orang yang paling aku cintai. Kemudian aku mengucapkan
salam kepadanya. Demi Allah, ia tidak menjawab salamku. Maka
aku berkata, “Wahai Abi Qatadah! Aku bersumpah kepadamu
dengan nama Allah, apakah engkau mengetahui bahwa aku sangat
mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Ia diam. Maka aku kembali
kepadanya dan aku bersumpah lagi kepadanya tapi ia tetap diam.
Kemudian aku kembali lagi dan bersumpah lagi kepadanya, maka
akhirnya ia berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Maka
bercucuranlah air mata dari kedua mataku, kemudian aku pergi
hingga aku memanjat dindingnya. (Mutafaq ‘alaih)

 Dari Sahal bin Sa’ad ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda pada
Khaibar:

‫ﻦ ﹶﺃﺑِﻲ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻤ ِﻦ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ ِﺪ ﺍﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﻌﻘﹸﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﹶﺛﻨ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﺳﻌِﻴ ٍﺪ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺒ ﹸﺔ‬‫ﻴ‬ ‫ﺘ‬‫ﺎ ﹸﻗ‬‫ﺪﹶﺛﻨ‬ ‫ﺣ‬ »
‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ ﱠﻥ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻲ ﺍ‬ ‫ﺿ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﻌ ٍﺪ‬ ‫ﻦ ﺳ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻬ ﹲﻞ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺮِﻧ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ ‫ﺎ ِﺯ ٍﻡ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ‬‫ﺣ‬
Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya 47

‫ﻳ ِﻪ‬‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﷲ‬


ُ ‫ﺢ ﺍ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻔ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻳ ﹶﺔ ﹶﻏﺪ‬‫ﺮﺍ‬ ‫ﻫ ِﺬ ِﻩ ﺍﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋ ِﻄ‬ ‫ﺮ َ ُﻷ‬ ‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
‫ﻭﻛﹸﻮ ﹶﻥ‬‫ﻳﺪ‬ ‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺕ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓﺒ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﺒ‬‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻮﹶﻟ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫ﺐﺍ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬
‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺍ‬‫ﺪﻭ‬ ‫ﺱ ﹶﻏ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺢ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺎ ﹶﻓﹶﻠﻤ‬‫ﻌﻄﹶﺎﻫ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻳ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴﹶﻠ‬‫ﹶﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﻮ ﻳ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺐ ﹶﻓﻘِﻴ ﹶﻞ‬
ٍ ‫ﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﻃﹶﺎِﻟ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻋِﻠﻲ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﺎ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ‬‫ﻌﻄﹶﺎﻫ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﹸﻛﱡﻠ‬
‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻲ ِﺑ ِﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﻴ ِﻪ ﹶﻓﹸﺄِﺗ‬‫ﺳﻠﹸﻮﺍ ِﺇﻟﹶ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻴ ِﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓﹶﺄ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﺘﻜِﻲ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬
‫ﻳ ﹶﺔ‬‫ﺍ‬‫ﻩ ﺍﻟﺮ‬ ‫ﻋﻄﹶﺎ‬ ‫ﻊ ﹶﻓﹶﺄ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻦ ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻰ ﹶﻛﹶﺄ ﹾﻥ ﹶﻟ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺮﹶﺃ‬ ‫ﺒ‬‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﺩﻋ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ ﻓِﻲ‬
‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻧ ﹸﻔ ﹾﺬ‬‫ﺎ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﻮﺍ ِﻣﹾﺜﹶﻠﻨ‬‫ﻳﻜﹸﻮﻧ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﷲ ﹸﺃﻗﹶﺎِﺗﹸﻠ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬‫ﻋِﻠﻲ‬ ‫ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬
‫ﺎ‬‫ﻢ ِﺑﻤ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧِﺒ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﻼ ِﻡ‬
‫ﺳ ﹶ‬ ‫ﻢ ِﺇﻟﹶﻰ ﹾﺍ ِﻹ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻢ ﹸﺛ‬ ‫ﺣِﺘ ِﻬ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ ِﺰ ﹶﻝ ِﺑﺴ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺳِﻠ‬ ‫ِﺭ‬
‫ﺍ‬‫ﺍ ِﺣﺪ‬‫ﻼ ﻭ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﷲ ِﺑ‬
ُ ‫ﻱﺍ‬
 ‫ﻬ ِﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ َ َﻷ ﹾﻥ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﷲ ﻓِﻴ ِﻪ ﹶﻓﻮ‬
ِ ‫ﻖ ﺍ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺠ‬
ِ ‫ﻳ‬
«‫ﻌ ِﻢ‬ ‫ﻨ‬‫ﺮ ﺍﻟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻳﻜﹸﻮ ﹶﻥ ﹶﻟ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻚ ِﻣ‬
 ‫ﺮ ﹶﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬
Berkata kepadaku Qutaibah bin Sa’îd, berkata kepadaku Ya’kub
bin Abdurrahman dari Abû Hazim, ia berkata; Sahal bin Sa’ad ra.
telah memberitahukan kepadaku bahwa Rasulullah saw. bersabda
pada perang Khaibar, “Aku akan memberikan panji ini kepada
seorang lelaki yang di atas tangannya Allah akan memberikan
kemenangan. Ia telah mencintai Allah dan Rasul-Nya, Allah dan
Rasul-Nya pun mencintainya.” Berkata Sahal Bin Sa’ad, “Maka
orang-orang pun pergi untuk tidur dan mereka bertanya-tanya di
dalam hati mereka, siapakah di antara mereka yang akan diberikan
panji oleh Rasulullah saw.” Ketika tiba waktu subuh, maka orang-
orang ramai menghadap Rasulullah saw. Semuanya berharap agar
diberi panji oleh Rasulullah saw. Maka Rasul bersabda, “Dimanakah
48 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Ali bin Abi Thalib?” Dikatakan kepada Rasul, “Ia sedang sakit mata,
Ya Rasulullah!” Kemudian orang-orang pun mengutus seorang
sahabat untuk membawa Ali bin Abi Thalib ke hadapan Rasulullah
saw. Kemudian Rasulullah saw. meludahi kedua matanya dan
berdoa untuknya, maka sembuhlah ia hingga seolah-olah ia belum
pernah sakit sebelumnya. Kemudian Rasul memberikan panji itu
kepada Ali bin Abi Thalib. Lalu Ali berkata, “Ya Rasulallah!, aku
akan memerangi mereka sampai mereka bisa seperti kita (memeluk
Islam).” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Berangkatlah
perlahan-lahan hingga engkau berada di halaman mereka,
kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan kabarkan kepada
mereka hak Allah yang merupakan kewajiban mereka. Maka demi
Allah, sungguh jika Allah memberikan petunjuk kepada seorang
manusia karena engkau, hal itu lebih baik bagi engkau daripada
unta merah.” (Mutafaq ‘alaih)

 Ibnu Hibban meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya:


(…Kemudian Urwah bin Mas’ud kembali kepada para sahabatnya,
dan berkata, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku pernah menjadi
utusan (delegasi) kepada para raja. Aku pernah menjadi delegasi
kepada Kisra, Qaishar, dan an-Najasyi. Demi Allah, aku belum
pernah melihat seorang pemimpin pun yang sangat diagungkan
oleh para sahabatnya seperti halnya para sahabat Muhammad
mengagungkan Muhammad. Demi Allah, jika beliau mengeluarkan
dahak maka jika jatuh ke tangan seseorang dari mereka, pasti ia
akan mengusapkannya pada wajah dan kulitnya. Jika beliau
memerintahkan sesuatu kepada mereka, maka mereka akan
bergegas melaksanakannya. Jika beliau wudhu, maka mereka akan
berlomba —seperti orang yang berperang— memburu air bekas
wudhu beliau. Jika beliau berbicara, maka mereka akan
merendahkan suara di sisinya. Mereka tidak berani memandangnya
semata-mata karena mengagungkannya…)
Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya 49

 Muhammad bin Sirin berkata; Telah berbincang-bincang


segolongan laki-laki di masa Umar ra., hingga seakan-akan mereka
melebihkan Umar ra. atas Abû Bakar ra., kemudian hal itu sampai
kepada Umar bin al-Khathab r.a., lalu beliau berkata, “Demi Allah,
satu malam dari Abû Bakar lebih utama daripada keluarga Umar.
Sungguh Rasulullah telah pergi menuju gua Tsur disertai Abû Bakar.
Abû Bakar terkadang berjalan di depan beliau dan terkadang
berjalan di belakang beliau. Hingga hal itu membuat Rasulullah
penasaran, beliau pun berkata, “Wahai Abû Bakar! Kenapa engkau
terkadang berjalan di depanku dan terkadang di belakangku?” Abû
Bakar berkata, “Jika aku ingat orang-orang yang mengejarmu,
maka aku berjalan di belakangmu, dan jika aku ingat orang-orang
yang mengintaimu, maka aku berjalan di depanmu.” Rasulullah
saw. bersabda, “Wahai Abû Bakar, jika terjadi sesuatu, apakah
engkau suka hal itu menimpamu dan tidak menimpaku?” Abû
Bakar menjawab, “Benar, demi Allah yang telah mengutusmu
dengan hak, jika ada suatu perkara yang menyakitkan, maka aku
lebih suka hal itu menimpaku dan tidak menimpamu.” Ketika
keduanya telah sampai di gua Tsur, Abû Bakar berkata, “Tunggu
sebentar di tempatmu wahai Rasulullah!, hingga aku membersihkan
gua untukmu.” Kemudian Abû Bakar pun masuk gua dan ia
membersihkan (dari segala hal yang akan menggangu). Ketika ia
ada di atas gua, ia ingat belum membersihkan sebuah lubang,
kemudian ia berkata, “Wahai Rasulullah, tetap di tempatmu!, aku
akan membersihkan sebuah lubang.” Maka ia pun masuk gua dan
membersihkan lubang itu. Kemudian berkata, “Silahkan turun
wahai Rasulullah saw.”, maka Rasul pun turun. Umar berkata,
“Demi Allah, sungguh malam itu lebih utama dari pada keluarga
Umar.” (HR. al-Hâkim dalam al-Mustadrak. Ia berkata,
“Hadits ini shahih, isnadnya memenuhi syarat al-Bukhâri
Muslim seandainya tidak mursal”). Tapi hadits ini adalah hadits
mursal yang bisa diterima.
50 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Anas bin Malik berkata:

‫ﻴ ِﻦ‬‫ﺟﹶﻠ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻧﺼ‬‫ﻦ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﻌ ٍﺔ ِﻣ‬ ‫ﺒ‬‫ﺳ‬ ‫ﺣ ٍﺪ ﻓِﻲ‬ ‫ﻡ ﹸﺃ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﷲ  ﹸﺃ ﹾﻓ ِﺮ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫»ﹶﺃ ﱠﻥ‬
‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ــ ﹸﺔ‬‫ﺠﻨ‬
 ‫ﻪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﻨ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ :‫ﻩ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﺭ ِﻫﻘﹸﻮ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﹶﻠﻤ‬،‫ﺶ‬
ٍ ‫ﻳ‬‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﹸﻗ‬ ‫ِﻣ‬
‫ﻢ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻰ ﹸﻗِﺘ ﹶﻞ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺗ ﹶﻞ‬‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ‬،‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻧﺼ‬‫ﻦ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ ِﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺘ ﹶﻘ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﻨ ِﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻲ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ ِﻘ‬‫ﺭِﻓ‬
‫ﺭﻓِﻴﻘِﻲ ﻓِﻲ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﻨ ﹸﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﻨ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ :‫ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﺎ‬‫ﻳﻀ‬‫ﻩ ﹶﺃ‬ ‫ﺭ ِﻫﻘﹸﻮ‬
‫ﻚ‬
 ‫ ﹾﻝ ﹶﻛ ﹶﺬِﻟ‬‫ﺰ‬‫ﻢ ﻳ‬ ‫ ﹶﻓﹶﻠ‬،‫ﻰ ﻗﹸﺘِﻞﹶ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺗ ﹶﻞ‬‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ‬،‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻧﺼ‬‫ﻦ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ ِﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺘ ﹶﻘ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ ِﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﺠ‬
‫ﺎ‬‫ﺼ ﹾﻔﻨ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ ﻣ‬:ِ‫ ﻪ‬‫ﻴ‬‫ﺎ ﺣِﺒ‬‫ﻟِ ﺼ‬  ‫ــﻮ ﹸﻝ ﺍ ِﷲ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻌ ﹸﺔ‬ ‫ﺒ‬‫ــ‬‫ﻰ ﹸﻗِﺘ ﹶﻞ ﺍﻟﺴ‬‫ﺣﺘ‬
«‫ﺎ‬‫ﺑﻨ‬‫ﺎ‬‫ﺻﺤ‬
 ‫ﺃﹶ‬
Sesungguhnya Rasulullah saw. pada saat perang Uhud telah terpojok
sendirian bersama tujuh orang Anshar dan dua orang Quraisy
(Muhajirin). Ketika musuh (kaum Musyrik) telah merangsek mendekati
beliau, beliau bersabda, “Siapa yang bisa menolak mereka dari kita,
maka ia akan masuk surga atau menjadi temanku di surga.” Maka
majulah seorang laki-laki dari kaum Anshar lalu memerangi musuh
hingga terbunuh. Kemudian musuh kembali merangsek mendekat.
Beliau bersabda, “Siapa yang bisa menolak mereka dari kita, maka
ia akan masuk surga atau menjadi temanku di surga.” Maka majulah
seorang laki-laki dari kaum Anshar, lalu memerangi musuh hingga ia
terbunuh. Hal seperti itu terjadi berulang-ulang hingga terbunuhlah
tujuh orang Anshar. Rasulullah bersabda kepada dua sahabatnya (dari
Muhajirin), “Kita tidak sebanding dengan para sahabat kita itu.” (HR.
Muslim)
Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya 51

 Abdullah bin Hisyam berkata:

:‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻟ‬،‫ﺏ‬  ‫ﺑ ِﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻴ ِﺪ‬‫ﻮ ﺁ ِﺧ ﹲﺬ ِﺑ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ، ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻊ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫» ﹸﻛﻨ‬
ِ ‫ﺨﻄﱠﺎ‬
‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻧ ﹾﻔﺴِــﻲ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻲ ٍﺀ ِﺇ ﱠﻻ ِﻣ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻦ ﹸﻛ ﱢﻞ‬ ‫ﻲ ِﻣ‬ ‫ﺐ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬
 ‫ﻧ‬‫ﷲ َ َﻷ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻚ ِﻣ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﻰ ﹶﺃﻛﹸﻮ ﹶﻥ ﹶﺃ‬‫ ﺘ‬‫ ﺣ‬،‫ﻴ ِﺪ ِﻩ‬‫ﻧ ﹾﻔﺴِﻲ ِﺑ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫ ﻭ‬،‫ ﹶﻻ‬: ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺍﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺐ ِﺇﹶﻟ‬
،‫ﻧ ﹾﻔﺴِﻲ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻲ ِﻣ‬ ‫ﺐ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬
 ‫ﻧ‬‫ﷲ َ َﻷ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﻪ ﺍﹾﻵ ﹶﻥ‬ ‫ﻧ‬‫ ﹶﻓِﺈ‬:‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻟ‬،‫ﻚ‬
 ِ‫ﻔﹾﺴ‬‫ﻧ‬
«‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ ﺍﹾﻵ ﹶﻥ ﻳ‬: ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟ‬
Kami bersama Nabi saw., sementara beliau memegang tangan
Umar bin al-Khathab. Umar berkata, “Wahai Rasulullah!, Sungguh
engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu kecuali dari diriku
sendiri.” Nabi saw. berkata, “Tidak bisa! Demi Allah hingga aku
lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Maka Umar berkata,
“Sesungguhnya mulai saat ini, demi Allah, engkau lebih aku cintai
daripada diriku sendiri.” Nabi saw. bersabda, “Sekarang engkau
telah benar wahai Umar.” (HR. al-Bukhâri).

 Imam Nawawi menukil dalam Syarah Muslim tentang arti cinta


kepada Rasulullah saw. dari Abû Sulaiman al-Khathabiy. Dalam
syarah itu dikatakan, “…Engkau tidak dikatakan benar-benar
mencintaiku hingga dirimu binasa dalam taat kepadaku, dan
engkau lebih mementingkan ridhaku daripada hawa nafsumu,
meski engkau harus binasa karenanya.”

 Diriwayatkan dari Ibnu Sirin, ia berkata:

‫ﻦ‬ ‫ﻭ ِﻣ‬ ‫ﺲ ﹶﺃ‬


ٍ ‫ﻧ‬‫ﺒ ِﻞ ﹶﺃ‬‫ﻦ ِﻗ‬ ‫ﻩ ِﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺒﻨ‬‫ﺻ‬
 ‫ ﹶﺃ‬، ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻌ ِﺮ ﺍﻟ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﺪﻧ‬ ‫ﻨ‬‫ ِﻋ‬:‫ﺪ ﹶﺓ‬ ‫ﻌﺒِﻴ‬ ‫ﺖ ِﻟ‬
 ‫»ﹸﻗ ﹾﻠ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻲ ِﻣ‬ ‫ﺐ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻨ‬‫ﺮ ﹲﺓ ِﻣ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻨﺪِﻱ‬‫ﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﻋ‬ ‫ َ َﻷ ﹾﻥ‬:‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺲ‬
ٍ ‫ﻧ‬‫ﻫ ِﻞ ﹶﺃ‬ ‫ﺒ ِﻞ ﹶﺃ‬‫ِﻗ‬
52 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

«‫ﺎ‬‫ﺎ ﻓِﻴﻬ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺍﻟ‬


Aku berkata kepada ‘Abidah, “Aku memiliki sebagian dari rambut
Nabi saw. Kami menerimanya dari Anas bin Malik atau dari keluarga
Anas.” Maka ‘Abidah berkata, “Sungguh, satu lembar rambut Nabi
saw. yang ada padaku lebih aku cintai daripada dunia dan seisinya.”
(HR. al-Bukhâri).

 Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a:

 ‫ﻮ ِﻝ ﺍ ِﷲ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺑ ﹸﺔ‬‫ﺍ‬‫ ﹶﻟ ﹶﻘﺮ‬،‫ﻴ ِﺪ ِﻩ‬‫ﻧ ﹾﻔﺴِﻲ ِﺑ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫ ﻭ‬:‫ﺑ ﹾﻜ ٍﺮ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻮ‬‫ﻢ ﹶﺃﺑ‬ ‫ﺘ ﹶﻜﱠﻠ‬‫» ﹶﻓ‬
«‫ﺑﺘِﻲ‬‫ﺍ‬‫ﻦ ﹶﻗﺮ‬ ‫ﺻ ﹶﻞ ِﻣ‬
ِ ‫ﻲ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﺐ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﹶﺃ‬
Maka Abû Bakar berkata, “Demi Allah, sungguh aku lebih cinta
bersilaturrahmi kepada kerabat Rasulullah saw. daripada kepada
kerabatku.” (HR. al-Bukhâri).

 Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra., ia berkata:

‫ﻬـ ِﺮ‬ ‫ـﻰ ﹶﻇ‬


‫ﻋﹶﻠـ‬ ‫ـﺎ ﹶﻥ‬
‫ﺎ ﹶﻛـ‬‫ﷲ ﻣ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺖ ﻳ‬
 ‫ﺒ ﹶﺔ ﻗﹶﺎﹶﻟ‬‫ﺘ‬‫ﻋ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺪ ِﺑ‬ ‫ﻨ‬‫ﺕ ِﻫ‬
 ‫ﺎ َﺀ‬‫» ﺟ‬
‫ـﺎ‬
‫ﻣـ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻚ ﹸﺛ ـ‬
 ‫ﺎِﺋ‬‫ﻫ ِﻞ ِﺧﺒ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻳ ِﺬﻟﱡﻮﺍ ِﻣ‬ ‫ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﺐ ِﺇﹶﻟﻲ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺎ ٍﺀ ﹶﺃ‬‫ﻫ ِﻞ ِﺧﺒ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﺽ ِﻣ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﹾﺍ َﻷ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻭﺍ ِﻣ ـ‬‫ﻳ ِﻌ ـﺰ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺐ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺎ ٍﺀ ﹶﺃ‬‫ﻫ ﹸﻞ ِﺧﺒ‬ ‫ﺽ ﺃﹶ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﻬ ِﺮ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﻇ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﹶﺃ‬
«‫ﻚ‬
 ‫ﺎِﺋ‬‫ﻫ ِﻞ ِﺧﺒ‬ ‫ﹶﺃ‬
Suatu hari telah datang Hindun binti Utbah, ia berkata, “Wahai
Rasulullah! Tidak ada penghuni rumah di muka bumi yang lebih
aku sukai agar mereka terhina melebihi penghuni rumahmu.
Kemudian hari ini tidak ada penghuni rumah di muka bumi yang
lebih aku sukai untuk menjadi mulia dari pada penghuni
rumahmu… (Mutafaq ‘alaih)
Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya 53

 Diriwayatkan dari Thâriq bin Shihâb, ia berkata:

‫ﻮ ِﺩ‬ ‫ــ‬‫ﺑ ِﻦ ﹾﺍ َﻷﺳ‬ ‫ﺍ ِﺩ‬‫ﻊ ﺍﹾﻟ ِﻤ ﹾﻘﺪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬


 ‫ﺪ‬ ‫ﺷ ِﻬ‬ :‫ﻳﻘﹸــﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻮ ٍﺩ‬‫ﺴﻌ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬‫ﺖ ﺍ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺳ ِﻤ‬ »
 ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ ﹶﺃﺗ‬،‫ﻋ ِﺪ ﹶﻝ ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﺎ‬‫ﻲ ِﻣﻤ‬ ‫ﺐ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﺒ‬‫ﺎ ِﺣ‬‫ َ َﻷ ﹾﻥ ﹶﺃﻛﹸﻮ ﹶﻥ ﺻ‬،‫ﺍ‬‫ﺪ‬‫ﻬ‬‫ﺸ‬‫ﻣ‬
‫ﻰ‬‫ﻮﺳ‬‫ﻡ ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺎ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻗ‬‫ﻧﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﹶﻛﻤ‬ ‫ ﹶﻻ‬:‫ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﲔ‬
 ‫ﺸ ِﺮ ِﻛ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻮ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻚ‬
 ‫ﻳﻤِﻴﻨِــ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻧﻘﹶﺎِﺗ ﹸﻞ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﹶﻟ ِﻜﻨ‬  ‫ﻼ‬
‫ﻚ ﹶﻓﻘﹶــﺎِﺗ ﹶ‬
 ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺐ ﹶﺃ‬
 ‫ﻫ‬ ‫ﺍ ﹾﺫ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻲ  ﹶﺃ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺖ ﺍﻟ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻕ‬  ‫ﻳ‬‫ﺮﹶﺃ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻠﹾﻔﹶﻚ‬‫ﺧ‬‫ ﻭ‬،‫ﻚ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎﻟِﻚ‬‫ﺷِﻤ‬
«‫ﻪ‬ ‫ﻮﹶﻟ‬ ‫ﻌﻨِﻲ ﹶﻗ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬
Aku pernah mendengar Ibnu Mas’ud berkata, “Aku bersama al-
Miqdad bin al-Aswad menghadiri tempat pertemuan. Sungguh
menjadi temannya lebih aku sukai dari pada menentangnya.”
Orang itu datang kepada Nabi saw., sementara Nabi saw. sedang
berdoa untuk kehancuran kaum Musyrik. Ia berkata; Kami tidak
akan mengatakan sebagaimana perkataan kaum Musa, “Pergilah
engkau dan Tuhan-mu untuk berperang”. Tapi kami akan berperang
di sebelah kananmu, di sebelah kirimu, di depan dan di
belakangmu. Maka aku melihat wajah Nabi saw. dan perkataannya
bersinar-sinar. (HR. al-Bukhâri).

 Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a bahwa Sa’ad pernah berkata:

‫ﻦ‬ ‫ ِﻣ‬،‫ﻚ‬
 ‫ﻢ ﻓِﻴ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎ ِﻫ‬‫ﻲ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹸﺃﺟ‬ ‫ﺐ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺲ ﹶﺃ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻪ ﻟﹶ‬ ‫ﻧ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻢ ِﺇ‬ ‫ﻬ‬ ‫»ﺍﻟﱠﻠ‬
«...‫ﻩ‬ ‫ﻮ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﹶﺃ‬‫ﻚ  ﻭ‬
 ‫ﻮﹶﻟ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺍ‬‫ﺑﻮ‬‫ﻮ ٍﻡ ﹶﻛ ﱠﺬ‬ ‫ﹶﻗ‬
Ya Allah, sungguh engkau mengetahui bahwa tidak ada seorang
pun yang lebih aku sukai untuk diperangi karenamu daripada suatu
54 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

kaum yang mendustakan Rasul-Mu dan mengusirnya. (Mutafaq


‘alaih).

 Diriwayatkan dari Abû Hurairah r.a bahwa Tsumamah bin Tsa’al


berkata:

‫ﻦ‬ ‫ﻲ ﻣِــ‬ ‫ﺾ ِﺇﻟﹶــ‬


 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬‫ ﻣ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫»ﻳ‬
‫ﻦ‬ ‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﻣ‬‫ ﻣ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬.‫ﻲ‬ ‫ﻮ ِﻩ ِﺇﹶﻟ‬‫ﻮﺟ‬ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻚ ﹶﺃ‬
 ‫ﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶ‬،‫ﻚ‬
 ‫ ِﻬ‬‫ﺟ‬‫ﻭ‬
‫ﺎ‬‫ ﻣ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬، ‫ﻲ‬ ‫ﻳ ِﻦ ِﺇﹶﻟ‬‫ﺐ ﺍﻟﺪ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻚ ﹶﺃ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﺢ ِﺩ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ ﹶﻓﹶﺄ‬،‫ﻚ‬
 ‫ﻳِﻨ‬‫ﻦ ِﺩ‬ ِ‫ﻲ ﻣ‬ ‫ﺾ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﺩِﻳ ٍﻦ ﹶﺃ‬
«‫ﻲ‬
 ‫ﻼ ِﺩ ِﺇﹶﻟ‬
‫ﺐ ﺍﹾﻟِﺒ ﹶ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ ﹶﺃ‬، ‫ﻙ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺑﹶﻠ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻙ ﹶﻓﹶﺄ‬ ‫ﺑﹶﻠ ِﺪ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻲ ِﻣ‬ ‫ﺾ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﺑﹶﻠ ٍﺪ ﺃﹶ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﻣ‬
Ya Muhammad, demi Allah, dulu tidak ada di muka bumi ini satu
wajah pun yang paling aku benci melebihi wajahmu. Tapi, akhirnya
wajahmu menjadi wajah yang paling aku cintai. Demi Allah, dulu
tidak ada suatu agama pun yang paling aku benci daripada
agamamu, tapi sekarang agamamu menjadi agama yang paling
aku cintai. Demi Allah, dulu tidak ada suatu negeri pun yang paling
aku benci daripada negerimu, tapi sekarang negerimu menjadi
negeri yang paling aku cintai. (Mutafaq ‘alaih).

***
55

~4~
CINTA DAN BENCI
KARENA ALLAH

Cinta karena Allah adalah mencintai hamba Allah karena


keimanannya kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya. Benci karena
Allah adalah membenci hamba Allah disebabkan kekufuran dan
perbuatan maksiatnya. Yang demikian ini karena kata “Fii” dalam
ungkapan “Fillah” adalah huruf ta’lil artinya kata yang berarti
“sebab/karena”. Seperti dalam firman Allah:

 ( ϵŠÏù Í_¨ΖçFôϑä9 “Ï%©!$# ô£ä3Ï9≡x‹sù


Maka itulah perkara yang karenanya kalian mencaci-makiku. (TQS.
Yusuf [12}: 32).

Kata “fiihi” dalam ayat ini maknanya adalah karenanya. Seperti


juga dalam firman Allah:

óΟçFôÒsùr& !$tΒ ’Îû ö/ä3¡¡yϑs9


…Niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan
kamu tentang berita bohong itu. (TQS. an-Nûr [24]: 14)
56 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Juga seperti sabda Nabi saw.:

«‫ﺮ ٍﺓ‬ ‫ﺭ ﻓِﻲ ِﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮﹶﺃ ﹲﺓ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺖ ﺍ‬


ِ ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﺩ‬ »
Seorang wanita masuk Neraka disebabkan karena seekor kucing.

Mencintai orang-orang yang beriman yang senantiasa taat


kepada Allah sangat besar pahalanya. Dalil-dalilnya adalah :

 Hadits dari Abû Hurairah yang disepakati oleh al-Bukhâri dan


Muslim, dari Nabi saw. beliau bersabda:

،‫ﺎﺩِﻝﹲ‬‫ﻡ ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ ِﺇﻣ‬:‫ﻪ‬ ‫ﻡ ﹶﻻ ِﻇ ﱠﻞ ِﺇ ﱠﻻ ِﻇﻠﱡــ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ،‫ﷲ ﻓِﻲ ِﻇﻠﱢــ ِﻪ‬
ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻳ ِﻈﱡﻠ‬ ‫ﻌ ﹲﺔ‬ ‫ﺒ‬‫ﺳ‬ »
،ِ‫ﺎ ِﺟﺪ‬‫ﺴ‬‫ﻖ ﺑِﺎﻟﹾﻤ‬ ‫ﻌﱠﻠ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬‫ﺟ ﹲﻞ ﹶﻗﹾﻠ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺟﻞﱠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺩ ِﺓ ﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﺸﹶﺄ ﻓِﻲ ِﻋﺒ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﺎﺏ‬‫ﻭﺷ‬
‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺮﻗﹶﺎ‬ ‫ﺗ ﹶﻔ‬‫ﻭ‬ ، ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﺟ‬ ‫ ﺍ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺗﺤ‬ ‫ﻼ ِﻥ‬
‫ﺟ ﹶ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬
‫ﻕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ، ‫ﷲ‬
َ‫ﻑﺍ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻲ ﹶﺃﺧ‬‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ِﺇﻧ‬،‫ﺎ ٍﻝ‬‫ﺟﻤ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺐ‬
ٍ ‫ﺼ‬
ِ ‫ﻨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺮﹶﺃ ﹲﺓ ﺫﹶﺍ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬
‫ﺮ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ ﹶﺫ ﹶﻛ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻤِﻴ‬‫ﻖ ﻳ‬ ‫ﻨ ِﻔ‬‫ﺎ ﺗ‬‫ﻪ ﻣ‬ ‫ﺎﹸﻟ‬‫ﻢ ِﺷﻤ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻰ ﹶﻻ‬‫ﺣﺘ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺧﻔﹶﺎﻫ‬ ‫ﺪﹶﻗ ٍﺔ ﹶﻓﹶﺄ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ِﺑ‬
«‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺿ‬
 ‫ ﹶﻓﻔﹶﺎ‬،‫ﺎ‬‫ﺎِﻟﻴ‬‫ﷲ ﺧ‬
َ‫ﺍ‬
Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-
Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu
Pemimpin yang adil; Pemuda yang senantiasa beribadah kepada
Allah semasa hidupnya; Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut
dengan Masjid; Dua orang yang saling mencintai karena Allah,
keduanya berkumpul dan berpisah kerena Allah; Seorang lelaki
yang diajak oleh seorang perempuan yang cantik dan
berkedudukan untuk berzina tetapi dia berkata, “Aku takut kepada
Allah!”; Seorang yang memberi sedekah tetapi dia
merahasiakannya seolah-olah tangan kanannya tidak mengetahui
Cinta dan Benci Karena Allah 57

apa yang diberikan oleh tangan kirinya; dan seseorang yang


mengingat Allah di waktu sunyi sehingga bercucuran air matanya.

 Hadits dari Abû Hurairah riwayat Muslim, Rasulullah bersabda:

‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻡ ﹸﺃ ِﻇﱡﻠ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﹶﱄ ﺍﹾﻟ‬


‫ﻼ ِﻝ‬
‫ﺠﹶ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ِﺑ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺘﺤ‬‫ﻤ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻳ‬‫ ﹶﺃ‬:‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﺎﻟﹶﻰ‬‫ﺗﻌ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
«‫ﻡ ﹶﻻ ِﻇ ﱠﻞ ِﺇ ﱠﻻ ﻇِﻠﱢﻲ؟‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻓِﻲ ِﻇﻠﱢﻲ‬
Sesungguhnya kelak di hari kiamat Allah akan berfirman, “Di mana
orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada
hari ini Aku akan memberikan naungan kepadanya dalam naungan-
Ku disaat tidak ada naungan kecuali naungan-Ku”

 Hadits dari Abû Hurairah yang dikeluarkan oleh Muslim


berkata, Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺆ ِﻣﻨ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻮﺍ‬‫ﺆ ِﻣﻨ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺧﻠﹸﻮﺍ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺗ‬ ‫ ﹶﻻ‬،‫ﻴ ِﺪ ِﻩ‬‫ﻧ ﹾﻔﺴِﻲ ِﺑ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫»ﻭ‬
‫ﻼﹶﻡ‬‫ﻮﺍ ﺍﻟﺴ‬‫ ﹶﺃ ﹾﻓﺸ‬،‫ﻢ‬ ‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺗﺤ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﻮ‬‫ﺘﻤ‬‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﻲ ٍﺀ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﻓ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺩﱡﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﹶﺃ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﻮﺍ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺤ‬‫ﺗ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬
Demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya, kalian tidak akan masuk
surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian
hingga kalian saling mencintai. Tidakkah (kalian suka) aku
tunjukkan pada satu perkara, jika kalian melakukannya niscaya
kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian!

Sabda beliau saw. , “Belum sempurna keimanan kalian hingga


kalian saling mencintai,” adalah bentuk dalâlah yang menunjukkan
besarnya pahala saling mencintai karena Allah.
58 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Hadits dari Anas bin Mâlik yang dikeluarkan oleh al-Bukhâri,


Rasulullah saw. bersabda:

«...‫ﷲ‬
ِ ِ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ‬ ‫ﺒ‬‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﺮ َﺀ ﹶﻻ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻭ ﹶﺓ ﹾﺍ ِﻹﳝ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺣ ﹶ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﺠ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Siapa pun tidak akan merasakan manisnya iman, hingga ia
mencintai seseorang tidak karena yang lain kecuali karena Allah
semata.

 Hadits Mu’âdz riwayat at-Tirmidzi, beliau menyatakan, “Hadits


ini hasan shahih.” Berkata (Mu’âdz); Aku mendengar Rasulullah
saw. bersabda:

،ٍ‫ﻮﺭ‬ ‫ــ‬‫ﻦ ﻧ‬ ‫ﺮ ِﻣ‬ ‫ﺎِﺑ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ ﹶﻟ‬،‫ﻼﻟِﻲ‬


‫ﺟ ﹶ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ِﻓ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺘﺤ‬‫ﻤ‬ ‫ ﹶﺍﹾﻟ‬:‫ﺟ ﱠﻞ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬ ُ ‫» ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍ‬
«‫ﺍ ُﺀ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺸ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﻭ‬ ‫ﻴ‬‫ﻨِﺒ‬‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺒ ﹸﻄ‬‫ﻐ‬ ‫ﻳ‬
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Orang-orang yang saling mencintai
karena keagungan-Ku, mereka akan mendapatkan mimbar-mimbar
dari cahaya. Para Nabi dan syuhada pun tertarik oleh mereka.”

Tertariknya para Nabi dan syuhada kepada mereka adalah kiasan


dari sangat baiknya keadaan mereka. Artinya, para Nabi dan
syuhada memandang baik sekali keadaan mereka. Tidak bisa
diartikan bahwa para Nabi dan syuhada benar-benar tertarik oleh
keadaan mereka, karena bagaimanapun para Nabi dan syuhada
lebih utama dan lebih tinggi derajatnya dari pada mereka.

 Hadits Anas bin Malik riwayat Ahmad dengan sanad yang


shahih, beliau berkata; Ada seorang laki-laki yang datang kepada
Rasulullah saw. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, ada seseorang
yang mencintai orang lain, tapi dia tidak mampu beramal seperti
amalnya.” Maka Rasulullah saw. bersabda:
Cinta dan Benci Karena Allah 59

«‫ﺐ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ ُﺀ‬ ‫ﻤ‬ ‫»ﺍﻟﹾ‬
Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya.

Anas berkata, “Aku belum pernah melihat para sahabat Rasulullah


saw. lebih bergembira dengan sesuatu —kecuali dengan Islam—
seperti gembiranya mereka dengan perkataan Rasulullah saw. ini.”
Anas berkata, “Maka kami mencintai Rasulullah, meski tidak
mampu beramal seperti amalnya. Tapi jika kami telah bersamanya,
maka hal itu telah cukup bagi kami.”

 Hadits dari Abû Dzar yang diriwayatkan Ahmad, Abû Dawud,


dan Ibnu Hibbân, beliau berkata:

،‫ﺎِﻟﻬِﻢ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﻤ ﹶﻞ ِﺑﹶﺄ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻊ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻴ‬‫ﺘ ِﻄ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻳ‬‫ﻡ ﹶﻻ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻞﹸ‬‫ﺟ‬‫ ﺍﹶﻟﺮ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫»ﻳ‬
‫ﷲ‬
َ ‫ﺐﺍ‬
 ‫ﻲ ﹸﺃﺣِـ‬‫ﺖ ﹶﻓِﺈﻧ‬
 ‫ ﹸﻗ ﹾﻠ‬: ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬.‫ﺖ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺒ‬‫ﻦ ﺃﹶﺣ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ ﹶﺫ‬‫ﺖ ﻳﹶﺎ ﹶﺃﺑ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﹶﺃ‬:‫ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
«‫ﻴ ِﻦ‬‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ ﹰﺓ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪﻫ‬ ‫ﻳ ِﻌ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻮﹶﻟ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬
Wahai Rasulullah, bagaiman jika ada seorang yang mencintai suatu
kaum tapi tidak mampu beramal seperti mereka? Rasulullah saw.
bersabda, “Engkau wahai Abû Dzar, akan bersama siapa saja yang
engkau cintai.” Abû Dzar berkata; maka aku berkata, “Sungguh,
aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Abû Dzar mengulanginya
satu atau dua kali.

 Hadits dari Abdullah bin Mas’ud yang disepakati oleh al-Bukhâri


dan Muslim, beliau berkata:

‫ﻮ ﹸﻝ ﻓِﻲ‬ ‫ﺗ ﹸﻘ‬ ‫ﻒ‬


 ‫ﻴ‬‫ﷲ ﹶﻛ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﷲ  ﻓﹶﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬
ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫» ﺟ‬
‫ﻊ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ ُﺀ‬ ‫ﻤ‬ ‫ "ﹶﺍﹾﻟ‬:  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ ـ‬ ‫ﺭ‬ ‫؟ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﻖ ِﺑ ِﻬﻢ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻳﹾﻠ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﺐ ﹶﻗ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺟ ٍﻞ ﹶﺃ‬ ‫ﺭ‬
60 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

«"‫ﺣﺐ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬


Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai
Rasulullah saw., bagaimana pendapatmu tentang seorang yang
mencintai suatu kaum tapi tidak mampu menyusul (amal shaleh)
mereka?” Maka Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang akan
bersama orang yang dicintainya.”

 Hadits dari Abdullah bin Mas’ud riwayat al-Hâkim dalam al-


Mustadrak, beliau berkomentar, “Hadits ini shahih isnâd-nya meski
tidak dikeluarkan oleh al-Bukhâri dan Muslim.” Ibnu Mas’ud
berkata; Rasulullah saw. pernah bersabda kepadaku:

،ٍ‫ﺍﺭ‬‫ﺙ ِﻣﺮ‬
‫ﻼ ﹶ‬
‫ ﹶﺛ ﹶ‬:‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻚ ﻳ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ ﹶﻟ‬:‫ﺖ‬
 ‫ ﹶﻓ ﹸﻘﹾﻠ‬،ٍ‫ﻮﺩ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫»ﻳ‬
،‫ﻋﹶﻠﻢ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ ﹶﺍ‬:‫ﺖ‬
 ‫؟ ﹸﻗﹾﻠ‬‫ﻭﹶﺛﻖ‬ ‫ﺎ ِﻥ ﹶﺃ‬‫ﻳﻤ‬‫ﻯ ﺍ ِﻹ‬‫ﻋﺮ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﻱ ﹶﺃ‬
 ‫ﺪ ِﺭ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻫ ﹾﻞ‬ :‫ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
« ...‫ﻴ ِﻪ‬‫ﺾ ِﻓ‬
ِ ‫ﻐ‬ ‫ﺒ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،ِ‫ﻴﻪ‬‫ﺐ ِﻓ‬
 ‫ﺤ‬
 ‫ ﺑِﺎﹾﻟ‬،ِ‫ﻳ ﹸﺔ ﻓِﻲ ﺍﷲ‬‫ﺎ ِﻥ ﺍﹾﻟ ِﻮ ﹶﻻ‬‫ﻳﻤ‬‫ﻖ ﺍ ِﻹ‬ ‫ﻭﹶﺛ‬ ‫ ﹶﺃ‬:‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬
Wahai Abdullah bin Mas’ud! Ibnu Mas’ud berkata, “Ada apa Ya
Rasulullah (ia mengatakannya tiga kali).” Rasulullah bertanya,
“Apakah engkau tahu, tali keimanan manakah yang paling kuat?”
Aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Rasulullah bersabda,
“Tali keimanan yang paling kuat adalah loyalitas kepada Allah,
dengan mencintai dan membenci (segala sesuatu) hanya karena-
Nya.” (al-Hadits)

 Hadits dari Umar bin al-Khathab, diriwayatkan oleh Ibnu Abdil


Bar dalam at-Tamhîd, Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻢ‬ ‫ﻤﻜﹶــﺎِﻧ ِﻬ‬ ‫ﺍ ُﺀ ِﺑ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺸ‬  ‫ﺍﻟ‬‫ﺎ ُﺀ ﻭ‬‫ﻧِﺒﻴ‬‫ﻢ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻐِﺒ ﹸﻄ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺍ َﺀ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﻧِﺒﻴ‬‫ﺩ ﹶﻻ ِﺑﹶﺄ‬ ‫ﺎ‬‫ﷲ ِﻋﺒ‬
ِ ِ»
‫ﺎ‬‫ﻌﱠﻠﻨ‬ ‫؟ ﹶﻟ‬‫ﻬﻢ‬ ‫ﺎﹸﻟ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻭﻣ‬ ‫؟‬‫ﻫﻢ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﷲ ﻣ‬ ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬،‫ﺟﻞﱠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ِﻣ‬
Cinta dan Benci Karena Allah 61

‫ﺍ ﹶﻝ‬‫ﻣ ـﻮ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﹶﺃ‬ ،‫ﻬﻢ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﺭﺣ‬ ‫ ﹶﻻ ﹶﺃ‬،ِ‫ﺡ ﺍﷲ‬


ِ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺍ ِﺑ‬‫ﺎﺑﻮ‬‫ﺗﺤ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ ﹶﻗ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻬﻢ‬ ‫ﺒ‬‫ﺤ‬
ِ ‫ﻧ‬
‫ ﹶﻻ‬،ٍ‫ﻮﺭ‬ ‫ـ‬
‫ـ‬‫ﻦ ﻧ‬ ‫ـ‬
‫ﺮ ﻣِـ‬ ‫ﺎِﺑ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻌﻠﹶﻰ‬ ‫ﻢ ﹶﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭِﺇ‬ ،‫ﻮﺭ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻮ‬‫ﻭﺟ‬ ‫ﷲ ِﺇ ﱠﻥ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﺎ‬‫ﻧﻬ‬‫ﻮ‬ ‫ﺎ ﹸﻃ‬‫ﺘﻌ‬‫ﻳ‬
‫ﺮﹶﺃ ﹶﺃ ﱠﻻ‬ ‫ﻢ ﹶﻗ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﺎﺱ‬‫ﺰ ﹶﻥ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ِﺇﺫﹶﺍ‬ ‫ﺰﻧ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﺎﺱ‬‫ﻑ ﺍﻟﻨ‬  ‫ﺎ‬‫ﻮ ﹶﻥ ِﺇﺫﹶﺍ ﺧ‬ ‫ﺎﹸﻓ‬‫ﻳﺨ‬
««‫ﻮﻮ ﹶﹶﻥﻥ‬ ‫ﻧﻧ‬‫ﺰﺰ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻳﻳ‬ ‫ﻢﻢ‬ ‫ﻫﻫ‬ ‫ﻭﻭ ﹶﹶﻻﻻ‬ ‫ﻢﻢ‬ ‫ﻴﻴ ِِﻬﻬ‬‫ﻋﻋﹶﹶﻠﻠ‬ ‫ﻑ‬
‫ﺤ‬  ‫ﻮﻮ‬ ‫ﺧﺧ‬ ‫ﷲ ﹶﹶﻻﻻ‬
‫ﻑ‬ ِِ ‫ﺎ ََﺀﺀ ﺍﺍ‬‫ﺎ‬‫ﻭﻭِِﻟﻟﻴﻴ‬ ‫ِِﺇﺇ ﱠﱠﻥﻥ ﹶﹶﺃﺃ‬
‫ﷲ‬
Allah mempunyai hamba-hamba yang bukan nabi dan bukan
syuhada, tapi para nabi dan syuhada tertarik oleh kedudukan
mereka di sisi Allah. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, siapa
mereka dan bagaimana amal mereka? Semoga saja kami bisa
mencintai mereka.” Rasulullah saw. bersabda, “Mereka adalah
suatu kaum yang saling mencintai dengan karunia dari Allah.
Mereka tidak memiliki hubungan nasab dan tidak memiliki harta
yang mereka kelola bersama. Demi Allah keberadaan mereka
adalah cahaya dan mereka kelak akan ada di atas mimbar-mimbar
dari cahaya. Mereka tidak merasa takut ketika banyak manusia
merasa takut. Mereka tidak bersedih ketika banyak manusia
bersedih.” Kemudian Rasulullah saw. membacakan firman Allah:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (TQS.
Yunus [10]: 62)”

 Hadits Muadz bin Anas al-Jahni bahwa Rasulullah saw.


bersabda:

‫ ﹶﻓ ﹶﻘ ِﺪ‬،‫ﷲ‬
ِ ِ ‫ﺢ‬ ‫ﻧ ﹶﻜ‬‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﷲ‬
ِ ِ‫ﺾ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﷲ‬
ِ ِ‫ﺐ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﷲ‬
ِ ِ ‫ﻊ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﷲ‬ِ ِ ‫ﻋﻄﹶﻰ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ »
« ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﻳﻤ‬ ‫ﻞ ِﺇ‬
‫ﻤ ﹶ‬ ‫ﺘ ﹾﻜ‬‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬
Siapa saja yang memberi karena Allah, menolak karena Allah,
mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah
62 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

karena Allah, maka berarti ia telah sempurna imannya. Abû Isa


berkata, hadits ini Hasan. Juga dikeluarkan oleh al-Hâkim dalam
al-Mustadrak. Ia berkata hadits ini shahih isnadnya meski tidak
dikeluarkan oleh al-Bukhâri dan Muslim. Abû Dawud telah
meriwayatkannya dari hadits Abû Umamah. Tapi dalam riwayatnya
ia tidak menuturkan lafadz “Wa Ankaha Lillah” (dan menikah
karena Allah).

Disunahkan orang yang mencintai saudaranya karena Allah


untuk mengabari dan memberitahukan cintanya kepadanya. Hal ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abû Dawud dan at-
Tirmidzi. Ia berkata hadits ini hasan dari Miqdad bin Ma’di dari Nabi
saw. beliau bersabda:

« ‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﻩ ﹶﺃ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺤِﺒ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻩ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺟ ﹸﻞ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺐ ﺍﻟ‬
 ‫ﺣ‬ ‫»ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃ‬
Jika seseorang mencintai saudaranya karena Allah, maka
kabarkanlah bahwa ia mencintainya.

Juga berdasarkan hadits riwayat Abû Dawud dengan sanad yang


shahih dari Anas bin Malik:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﺟ ﹲﻞ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺮ ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬، ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺪ ﺍﻟ‬ ‫ﻨ‬‫ﻼ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﻋ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫»ﹶﺃ ﱠﻥ‬
،‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋِﻠ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ‬،‫ ﹶﻻ‬:‫؟ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻪ‬‫ﺘ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻲ  ﺃﹶﻋ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻪ ﺍﻟ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻟ‬،‫ﻫﺬﹶﺍ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﻲ َ ُﻷ ِﺣ‬‫ِﺇﻧ‬
«‫ﻪ‬ ‫ﺘﻨِﻲ ﹶﻟ‬‫ﺒ‬‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﻚ ﺍﱠﻟ ِﺬﻱ ﹶﺃ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ ﹶﺃ‬:‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ﻚ ﻓِﻲ ﺍ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻲ ﹸﺃ ِﺣ‬‫ ِﺇﻧ‬:‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻪ‬ ‫ﺤ ﹶﻘ‬
ِ ‫ﹶﻓﹶﻠ‬
Ada seorang laki-laki berada di dekat Nabi saw, kemudian
kepadanya lewat seorang laki-laki lain. Laki-laki yang di dekat Rasul
saw. berkata, “Wahai Rasulullah saw.! Sungguh aku mencintainya.”
Maka Rasulullah bertanya, “Apakah engkau sudah memberi-
tahukannya?” Ia menjawab, “Belum.” Rasulullah bersabda,
“Beritahukanlah kepadanya!” Kemudian ia pun mengikutinya dan
Cinta dan Benci Karena Allah 63

berkata, “Sungguh aku mencintaimu karena Allah.” Laki-laki itu


pun berkata, “Semoga engkau dicintai Allah, yang karena-Nya
engkau mencintaiku.”

Juga bedasarkan hadits riwayat al-Bazâr dengan sanad hasan dari


Abdullah bin Amr, ia berkata; Rasulullah saw bersabda:

‫ـﺎ ﹶﻥ‬
‫ﻨ ﹶﺔ ﹶﻓﻜﹶـ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻼ ﺍﹾﻟ‬
‫ﺧ ﹶ‬ ‫ﺪ‬ ‫ ﹶﻓ‬،ِ‫ﻚ ِﷲ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻲ ﹸﺃ ِﺣ‬‫ ِﺇﻧ‬:‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،ِ‫ﻼ ِﷲ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ »
«‫ﷲ‬
ِ ِ‫ﺐ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻱ ﹶﺃ‬
 ‫ﻖ ﺑِﺎﱠﻟ ِﺬ‬ ‫ﺤ‬
ِ ‫ ﹸﺃﹾﻟ‬.ِ‫ﺧ ـﺮ‬ ‫ﻦ ﺍﻵ‬ ‫ﻨ ِﺰﹶﻟ ﹰﺔ ِﻣ‬‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺭﹶﻓ‬ ‫ﺐ ﹶﺃ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﹶﺃ‬
Siapa yang mencintai seseorang karena Allah, kemudian seseorang
yang dicintainya itu berkata, “Aku juga mencintaimu karena Allah.”
Maka keduanya akan masuk surga. Orang yang lebih besar cintanya
akan lebih tinggi derajatnya daripada yang lainnya. Ia akan
digabungkan dengan orang-orang yang mencitai karena Allah.

Yang paling utama di antara dua sahabat yang saling


mencintai adalah yang paling besar cintanya. Hal ini berdasarkan
hadits riwayat Ibnu Abdil Bâr di dalam at-Tamhîd, al-Hâkim di dalam
al-Mustadrak, dan Ibnu Hibban di dalam Shahih-nya dari Ibnu
Annas, Rasulullah bersabda:

‫ــﺎ‬‫ﺣﺒ‬ ‫ﺎ‬‫ﻫﻤ‬ ‫ﺪ‬ ‫ـ‬


‫ـ‬‫ﺎ ﹶﺃﺷ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻀﹸﻠ‬
 ‫ ِﺇ ﱠﻻ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺃ ﹾﻓ‬،‫ﷲ ﹶﻗﻂﱞ‬
ِ ‫ﰲﺍ‬
ِ ‫ﻼ ِﻥ‬
‫ﺟ ﹶ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺤﹶﺎ‬‫ﺎ ﺗ‬‫»ﻣ‬
«‫ﺎﺣِِﺒ ِﻪ‬‫ﻟِﺼ‬
Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah selamanya,
kecuali yang paling utama dari keduanya adalah yang paling besar
kecintaannya kepada sahabatnya.

Disunahkan bagi yang saling mencintai karena Allah agar


mendoakan saudara yang dicintainya disaat tidak bersamanya.
Hal ini didasarkan pada hadits riwayat Muslim dari Ummi Darda,
64 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

ia berkata; Aku diceritakan suatu hadits oleh majikanku,


sesungguhnya ia mendengar Nabi saw. bersabda:

‫ﻚ‬
 ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﲔ‬
 ِ‫ ﺁﻣ‬:‫ﻮ ﱠﻛ ﹸﻞ ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻤﹶﻠ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﹾﻟ‬،‫ﺐ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﻐ‬ ‫ﻬ ِﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺎ ِ َﻷﺧِﻴ ِﻪ ِﺑ ﹶﻈ‬‫ﺩﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
«‫ﺑِﻤِﹾﺜ ٍﻞ‬
Barangsiapa yang mendoakan saudaranya pada saat ia tidak
bersamanya, maka malaikat yang diserahi untuk menjaga dan
mengawasinya berkata, “Semoga Allah mengabulkan; dan bagimu
semoga mendapat yang sepadan.”
Majikan Ummi Darda adalah Abû Darda, yaitu suaminya. Ia
mengatakan hal itu dalam rangka memuliakan suaminya. Hadits
ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan riwayat yang
shahih dari Ummi Darda dan Muslim. Lafadz hadits ini menurut
Muslim adalah dari Shafwan bin Abdullah bin Shafwan dari
Ad-Darda, ia berkata; Aku datang ke Syam dan aku mendatangi
Abû Darda di rumahnya. Tapi aku tidak menemukannya dan
bertemu dengan Ummi Darda. Ia berkata, “Apakah engkau
hendak berangkat Haji pada tahun ini?” Aku berkata, “Ya.” Ia
berkata; Berdoalah kepada Allah minta kebaikan untuk kami,
karena Nabi saw. pernah bersabda:

‫ﻚ‬
 ‫ﻣﹶﻠ‬ ‫ﺭﹾﺃ ِﺳ ِﻪ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬‫ ِﻋ‬،‫ﺑ ﹲﺔ‬‫ﺎ‬‫ﺘﺠ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺐ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﻐ‬ ‫ﻬ ِﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺴِﻠ ِﻢ ِ َﻷﺧِﻴ ِﻪ ِﺑ ﹶﻈ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺮ ِﺀ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻮ ﹸﺓ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ »
‫ﻚ‬
 ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﲔ‬
 ‫ ﺁ ِﻣ‬:‫ﻮ ﱠﻛ ﹸﻞ ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻤﹶﻠ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﹾﻟ‬،‫ﻴ ٍﺮ‬‫ﺨ‬
 ‫ﺎ ِ َﻷﺧِﻴ ِﻪ ِﺑ‬‫ﺩﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹸﻛﱠﻠﻤ‬،‫ﻛﱠﻞﹲ‬‫ﻮ‬‫ﻣ‬
«‫ﺑِﻤِﹾﺜ ٍﻞ‬
Doanya seorang muslim kepada saudaranya yang tidak bersamanya
pasti dikabulkan. Di dekat kepalanya ada malaikat yang
menjaganya. Setiap kali ia berdoa minta kebaikan untuk
saudaranya, malaikat itu berkata, “Amin.” Dan engkau akan
mendapatkan yang serupa. Shafwan berkata kemudian aku keluar
Cinta dan Benci Karena Allah 65

menuju pasar dan bertemu dengan Abû Darda, ia pun berkata


sama seperti istrinya.

Begitu juga disunahkan meminta doa dari saudaranya. Hal


ini didasarkan pada hadits riwayat Abû Dawud dan at-Tirmidzi
dengan sanad yang shahih, dari Umar bin al-Khathab, ia berkata:
Aku meminta izin kepada Nabi saw. untuk umrah, kemudian beliau
memberikan izin kepadaku dan bersabda:

«‫ﻚ‬
 ‫ﺎِﺋ‬‫ﺩﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ﹶﺃﺧِﻲ ِﻣ‬‫ﺎ ﻳ‬‫ﺴﻨ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺗ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Wahai saudaraku, engkau jangan melupakan kami dalam doamu.

Umar berkata, “Perkataan Nabi itu adalah suatu perkataan yang


tidak akan menggembirakanku jika diganti dengan dunia.” Dalam
riwayat yang lain Umar berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻚ‬
 ‫ﺎِﺋ‬‫ﺩﻋ‬ ‫ﰲ‬
ِ ‫ﻲ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ ِﺧ‬‫ﺷ ِﺮﻛﹾﻨﹶﺎ ﻳ‬ ‫»ﹶﺃ‬
Sertakanlah kami wahai saudaraku dalam doamu.
Termasuk perkara yang disunahkan adalah menziarahi
orang yang dicintai, duduk bersamanya, saling menjalin
persaudaraan, dan saling memberi karena Allah, setelah mencintai-
Nya. Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abû Hurairah bahwa
Rasulullah saw. bersabda:
،‫ﻣﹶﻠﻜﹰﺎ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺎﻟﹶﻰ ﹶﻟ‬‫ﻌ‬‫ﷲ ﺗ‬
ُ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ ﹶﻓﹶﺄ‬،‫ﻯ‬‫ﺧﺮ‬ ‫ﻳ ٍﺔ ﹸﺃ‬‫ﺮ‬ ‫ﻪ ﻓِﻲ ﹶﻗ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﺭ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﺍ‬‫ﻼ ﺯ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫»ﹶﺃ ﱠﻥ‬
،‫ﻳ ِﺔ‬‫ﺮ‬ ‫ﻫ ِﺬ ِﻩ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﺎ ﻟِﻲ ﻓِﻲ‬‫ﺪ ﹶﺃﺧ‬ ‫ ﹸﺃﺭِﻳ‬:‫ﺪ؟ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬ ‫ﺗﺮِﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ ﹶﺃ‬:‫ﻴ ِﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻰ‬‫ﺎ ﹶﺃﺗ‬‫ﹶﻓﹶﻠﻤ‬
‫ﻪ ﻓِﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬‫ﺮ ﹶﺃﻧ‬ ‫ﻴ‬‫ ﹶﻏ‬،‫ ﹶﻻ‬:‫ﻴﻪِ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑﻬ‬‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻤ ٍﺔ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ِﻧ‬ ‫ﻴ ِﻪ ِﻣ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻫ ﹾﻞ ﹶﻟ‬ :‫ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
‫ـﺎ‬
‫ﻤـ‬ ‫ﻚ ﹶﻛ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﷲ ﹶﻗ‬
َ ‫ ِﺑﹶﺄ ﱠﻥ ﺍ‬،‫ﻚ‬
 ‫ـ‬‫ﷲ ِﺇﹶﻟﻴ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻲ‬‫ ﹶﻓِﺈﻧ‬:‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﺎﻟﹶﻰ‬‫ﻌ‬‫ﷲ ﺗ‬
ِ‫ﺍ‬
«‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻪ ِﻓ‬ ‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﹶﺃ‬
66 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Sesungguhnya ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di kota


lain. Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk mengikutinya.
Ketika malaikat sampai kepadanya, ia berkata, “Hendak ke mana
engkau?” Orang itu berkata, “Aku akan mengunjungi saudaraku di
kota ini.” Malaikat berkata, “Apakah ada hartamu yang dikelola
olehnya?” Ia berkata, “Tidak ada, hanya saja aku mencintainya karena
Allah.” Malaikat itu berkata, “Sesunggunya aku adalah utusan Allah
kepadamu. Aku diperintahkan untuk mengatakan bahwa Allah
sungguh telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintai
saudaramu itu karena Allah.”

Ahmad telah mengeluarkan hadits dengan sanad yang hasan dan


dinyatakan shahih oleh al-Hâkim, dari Ubadah bin Shamit dari
Nabi saw. Beliau menisbahkan hadits ini kepada Allah (Hadits
Qudsi), Allah berfirman:

،‫ﻲ‬ ‫ﻦ ﻓِــ‬ ‫ﺍ ِﻭﺭِﻳ‬‫ﺘﺰ‬‫ﻤ‬ ‫ﺒﺘِﻲ ِﻟ ﹾﻠ‬‫ﺤ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺣ ﱠﻘ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻲ‬ ‫ﲔ ِﻓ ـ‬
 ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺘﺤ‬‫ﻤ‬ ‫ﺒﺘِﻲ ِﻟ ﹾﻠ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺣ ﱠﻘ‬ »
«‫ﻲ‬ ‫ﲔ ِﻓ ـ‬
 ‫ﺻِﻠ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺘﻮ‬‫ﻤ‬ ‫ﺒﺘِﻲ ِﻟ ﹾﻠ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺣ ﱠﻘ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻲ‬ ‫ﲔ ِﻓـ‬
 ‫ﺎ ِﺫِﻟ‬‫ﺘﺒ‬‫ﻤ‬ ‫ﺒﺘِﻲ ِﻟ ﹾﻠ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺣ ﱠﻘ‬ ‫ﻭ‬
Kecintaan-Ku pasti akan diberikan kepada orang-orang yang saling
mencintai karena-Ku. Kecintaan-Ku berhak diperoleh oleh orang-
orang yang saling mengunjungi karena aku. Kecintaan-Ku berhak
diperoleh oleh orang yang saling memberi karena-Ku. Kecintaan-
Ku berhak diperoleh oleh orang yang saling menjalin persaudaraan
karena-Ku.

Malik dalam al-Muwatha, dengan sanad yang shahih, telah


mengeluarkan hadits dari Muadz bin Jabal, ia berkata; Rasulullah
saw. bersabda:

،‫ﻲ‬ ‫ﲔ ِﻓ‬
 ‫ﺴ‬
ِ ‫ﺎِﻟ‬‫ﺘﺠ‬‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﻲ‬ ‫ﲔ ِﻓ‬
 ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺘﺤ‬‫ﻤ‬ ‫ﺒﺘِﻲ ِﻟﹾﻠ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ :‫ﺎﻟﹶﻰ‬‫ﺗﻌ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫»ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍ‬
Cinta dan Benci Karena Allah 67

«‫ﻲ‬ ‫ﲔ ِﻓ‬
 ‫ﺎ ِﺫِﻟ‬‫ﺘﺒ‬‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﻲ‬ ‫ﻦ ِﻓ‬ ‫ﺍ ِﻭﺭِﻳ‬‫ﺘﺰ‬‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬
Allah berfirman, “Kecintaanku pasti diperoleh oleh orang yang
saling mencintai karena-Ku, saling berkumpul karena-Ku, saling
mengunjungi karena-Ku, dan saling memberi karena-Ku.

Al-Bukhâri telah mengeluarkan hadits dari ‘Aisyah ra. beliau


berkata:

‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻳ ﹾﺄِﺗ‬ ‫ﻡ ِﺇ ﱠﻻ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﻳﻦ‬‫ﺪ‬ ‫ﺎ ِﻥ ﺍﻟ‬‫ﻳﻨ‬‫ﻳ ِﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ﻫﻤ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻱ ِﺇ ﱠﻻ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺑ‬‫ﻋ ِﻘ ﹾﻞ ﹶﺃ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫»ﹶﻟ‬
«...‫ﻴ ﹰﺔ‬‫ﺸ‬
ِ ‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ ﹰﺓ‬ ‫ﺑ ﹾﻜ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻨﻬ‬‫ﺮﻓﹶﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﷲ  ﹶﻃ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻴ ِﻪ‬‫ِﻓ‬
Aku tidak memahami kedua orang tuaku kecuali keduanya telah
memeluk agama ini. Tidak ada satu hari pun yang berlalu pada
kami kecuali di hari itu kami dikunjungi Rasulullah saw. pada pagi
dan sore hari.” (al-Hadits)

Rasulullah saw. telah menjelaskan bahwa seorang mukmin


yang mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri, ia akan mendapatkan pahala yang sangat besar di dunia
dan akhirat sesuai dengan kadar kemampuannya untuk itu. Pada
hadits Mutafaq ‘alaih dari Anas dari Nabi saw., ia bersabda:

«‫ﺴ ِﻪ‬
ِ ‫ﻨ ﹾﻔ‬‫ﺐ ِﻟ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺐ ِ َﻷﺧِﻴ ِﻪ ﻣ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya.

Dalam hadist Abdullah bin Amr riwayat Ibnu Huzaimah dalam


kitab Shahih-nya, juga Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya dan
al-Hâkim dalam al-Mustadrak, ia berkata; “Hadits ini shahih
memenuhi syarat al-Bukhâri Muslim”, Rasulullah saw. bersabda:
68 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﺍ ِﻥ ِﻋ‬‫ﺠﲑ‬
ِ ‫ﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎ ِﺣِﺒ ِﻪ‬‫ﻢ ِﻟﺼ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﺏ ِﻋ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺻﺤ‬
 ‫ﺮ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ »
«ِ‫ﺎﺭِﻩ‬‫ ﻟِﺠ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ﺧ‬
Sebaik-baiknya orang-orang yang bersahabat di sisi Allah adalah orang
yang paling baik kepada sahabatnya. Dan sebaik-baik orang yang
bertetangga di sisi Allah adalah orang yang paling baik kepada
tetangganya.

Di antara tanda orang yang paling baik terhadap sahabatnya


adalah senantiasa berusaha membantu kebutuhan saudaranya dan
bersungguh-sungguh menghilangkan kesusahannya. Hal ini
berdasarkan hadits Mutafaq ‘alaih dari Ibnu Umar, Rasulullah saw.
bersabda:

‫ﺟ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻓِﻲ ﺣ‬ ‫ﻣ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺴِﻠ‬


 ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ ﹾﻈِﻠ‬ ‫ﺴِﻠ ِﻢ ﹶﻻ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻮ ﺍﹾﻟ‬‫ﻢ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﺴِﻠ‬
 ‫ﻤ‬ ‫»ﺍﹾﻟ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ‫ﺝﺍ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺑ ﹰﺔ ﹶﻓ‬‫ﺮ‬ ‫ﺴِﻠ ٍﻢ ﹸﻛ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺮﺝ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺟِﺘ ِﻪ‬ ‫ﺎ‬‫ﷲ ﻓِﻲ ﺣ‬
ُ ‫ﹶﺃﺧِﻴ ِﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍ‬
‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ ـ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻩ ﺍ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺴِﻠﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻣ ـ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮ ِﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺏ‬
ِ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﹸﻛ‬ ‫ﺑ ﹰﺔ ِﻣ‬‫ﺮ‬ ‫ﺎ ﹸﻛ‬‫ِﺑﻬ‬
«‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬
Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, ia tidak akan
mendzaliminya dan tidak meninggalkannya bersama orang-orang
(hal-hal) yang menyakitinya. Barangsiapa berusaha memenuhi
kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya.
Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan dari seorang muslim,
maka dengan hal itu Allah akan menghilangkan salah satu
kesusahannya dari kesusahan-kesusahan di hari kiamat.
Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan
menutupi aibnya di hari kiamat.
Cinta dan Benci Karena Allah 69

Ath-Thabrâni telah mengeluarkan hadits melalui isnad yang hasan


, dengan para perawi yang terpercaya, dari Zaid bin Tsabit bahwa
Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻴ ِﻪ‬‫ﺟ ِﺔ ﹶﺃ ِﺧ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﻓِﻲ ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺒ ِﺪ ﻣ‬‫ﻌ‬ ‫ﺟ ِﺔ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﷲ ﻓِﻲ ﺣ‬
ُ ‫ﺍ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﻳﺰ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Allah tidak akan berhenti memenuhi kebutuhan seorang hamba
selama ia berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya.
Disunahkan menemui orang yang dicintai dengan
menampakan perkara yang disukainya untuk menggembirakannya.
Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thabrâni
dalam kitab ash-Shâgir dengan isnad hasan dari Anas, ia berkata;
Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺟ ﱠﻞ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬


ُ ‫ﻩ ﺍ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺳ‬ ،‫ﻩ ِﺑﺬﹶﺍِﻟﻚ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺐ ِﻟ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ِﺑﻤ‬ ‫ﺴِﻠ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻩ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻲ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ ِﻘ‬ ‫ﻣ‬ »
«‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬
Barangsiapa yang menemui saudaranya yang muslim dengan
menampakan perkara yang disukainya karena ingin membaha-
giakannya, maka Allah akan memberikan kebahagiaan kepadanya
di hari kiamat.

Begitu juga disunahkan seorang muslim menemui


saudaranya dengan wajah yang berseri-seri. Hal ini didasarkan
pada hadits yang telah diriwayatkan Imam Muslim dari Abû Dzar,
ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

« ‫ﺟ ٍﻪ ﹶﻃ ﹾﻠ ٍﻖ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻙ ِﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﹾﻠﻘﹶﻲ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﻴﺄﹰ‬‫ﺷ‬ ‫ﻑ‬


ِ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺮ ﱠﻥ ِﻣ‬ ‫ﺤ ِﻘ‬
 ‫ﺗ‬‫» ﹶﻻ‬
Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun, walau sekedar
bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.

Hadits riwayat Ahmad dan at-Tirmidzi, ia berkata hadits ini hasan


shahih dari Jabir bin Abdillah, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:
70 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﺟ ٍﻪ ﹶﻃ ﹾﻠ ٍﻖ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻙ ِﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗ ﹾﻠﻘﹶﻰ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﻑ ﹶﺃ ﹾﻥ‬


ِ ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ِﻣ‬ ‫ﺪﹶﻗ ﹲﺔ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻑ‬
ٍ ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫» ﹸﻛ ﱡﻞ‬
«‫ﻚ‬
 ‫ﺎ ِﺀ ﹶﺃﺧِﻴ‬‫ﻙ ﻓِﻲ ِﺇﻧ‬ ‫ﺩﹾﻟ ِﻮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻍ ِﻣ‬
‫ﺗ ﹾﻔ ِﺮ ﹶ‬ ‫ﻭﹶﺃ ﹾﻥ‬
Setiap kebaikan adalah shadaqah. Dan termasuk kebaikan adalah
jika engkau bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang
berseri-seri; dan jika engkau menuangkan air dari ember timbamu
pada bejana saudaramu.

Hadits yang telah diriwayatkan oleh Ahmad, Abû Dawud, at-Tirmidzi,


dan an-Nasâi dengan isnad hasan; diriwayatkan pula oleh Ibnu Hibban
dalam kitab Shahih-nya dengan lafadz miliknya, ia berkata; …Abû Jara
al-Hajimi telah menceritakan kepadaku, ia berkata; Aku mendatangi
Rasulullah saw. dan aku berkata; Ya Rasulullah, sesungguhnya kami adalah
suatu kaum dari penduduk pedalaman. Ajarkanlah kepada kami sesuatu
yang dengannya Allah akan memberi manfaat kepada kami!, maka
Rasulullah saw. bersabda:

‫ـﺎ ِﺀ‬
‫ـ‬‫ﻙ ﻓِﻲ ِﺇﻧ‬ ‫ﺩﹾﻟ ِﻮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻍ ِﻣ‬
‫ﺗ ﹾﻔ ِﺮ ﹶ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﻴﺌﹰﺎ‬‫ﺷ‬ ‫ﻑ‬
ِ ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺮ ﱠﻥ ِﻣ‬ ‫ﺤ ِﻘ‬
 ‫ﺗ‬ ‫» ﹶﻻ‬
‫ﻙ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭِﺇﻳ‬ ،‫ﻂ‬
‫ـﹲ‬‫ﺒﺴِـ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻴ ـ ِﻪ‬‫ﻚ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﺗ ﹶﻜﱢﻠ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﻘِﻲ‬‫ﺴ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬
‫ﻚ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﺅ ﺷ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭِﺇ ِﻥ ﺍ‬ ،‫ﷲ‬
ُ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﺒﻬ‬‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،ِ‫ﻴﹶﻠﺔ‬‫ﺨ‬
ِ ‫ﻦ ﺍﻟﹾﻤ‬ ‫ﻪ ِﻣ‬ ‫ﻧ‬‫ﺍ ِﺭ ﹶﻓِﺈ‬‫ﺎ ﹶﻝ ﹾﺍ ِﻹﺯ‬‫ﺳﺒ‬ ‫ﻭِﺇ‬
‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺎﹸﻟ‬‫ﻭﺑ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻩ ﹶﻟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﹶﺃ‬، ‫ﻢ ﻓِﻴ ِﻪ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ِﺑﻤ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺸِﺘ‬
 ‫ﻼ ﺗ‬
‫ﻚ ﹶﻓ ﹶ‬
 ‫ﻪ ﻓِﻴ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﹶﻠ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﻳ‬‫ِﺑﻤ‬
«‫ﻪ‬ ‫ﻦ ﻗﹶﺎﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬
Janganlah engkau menyepelekan kebaikan sedikit pun meski
sekadar menuangkan air dari ember timbamu ke bejana orang
yang meminta air, dan meski sekadar berbicara dengan saudaramu
dengan wajah yang berseri-seri. Janganlah mengulurkan kain
sarungmu karena hal itu termasuk kesombongan dan tidak disukai
Cinta dan Benci Karena Allah 71

Allah. Apabila ada seseorang mencaci makimu dengan perkara


yang ada pada dirimu, maka janganlah membalas dengan mencaci
makinya dengan perkara yang ada pada dirinya. Karena pahalanya
bagimu dan bencananya bagi orang yang mengatakannya.

Disunahkan seorang muslim memberikan hadiah kepada


saudaranya, berdasarkan hadits Abû Hurairah yang dikeluarkan oleh
al-Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad, Abû Ya’la dalam Musnad-nya,
an-Nasâi dalam al-Kuna, dan Ibnu Abdil Bar dalam kitab at-Tamhîd.
al-Iraqi berkata, “Hadits ini sanadnya baik.” Ibnu Hajar berkata dalam
kitab al-Talkhish al-Habir, “Sanadnya hasan”; ia berkata Rasulullah
saw bersabda:

«‫ﻮﺍ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺗﺤ‬ ‫ﺍ‬‫ﺩﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﻬ‬»


Kalian harus saling memberi hadiah, maka kalian akan saling
mencintai.

Orang yang diberi hadiah disunahkan menerima hadiah yang diberi


saudaranya dan membalasnya. Dasarnya adalah hadits ‘Aisyah
riwayat al-Bukhâri, ia berkata:

«‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﻳﺜِﻴ‬‫ﻭ‬ ‫ﻳ ﹶﺔ‬‫ﻬ ِﺪ‬ ‫ﺒ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬‫ﻳ ﹾﻘ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫»ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬
Rasulullah saw. pernah menerima hadiah dan membalasnya.

Juga berdasarkan hadits Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh


Ahmad, Abû Dawud, an-Nasâi, ia berkata; Rasulullah saw.
bersabda:

‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﺠ‬‫ﺳ‬ ‫ﻣ ِﻦ ﺍ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻩ‬ ‫ﻋﻄﹸﻮ‬ ‫ﷲ ﹶﻓﹶﺄ‬


ِ ‫ﻢ ﺑِﺎ‬ ‫ﺳﹶﺄﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻩ‬ ‫ﷲ ﹶﻓﹶﺄﻋِﻴﺬﹸﻭ‬
ِ ‫ﺎ ﹶﺫ ﺑِﺎ‬‫ﺘﻌ‬‫ﺳ‬ ‫ﻣ ِﻦ ﺍ‬ »
،‫ﻭﺍ‬‫ﺠﺪ‬
ِ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ﹶﻟ‬،‫ﻩ‬ ‫ﻭﻓﹰﺎ ﹶﻓﻜﹶــﺎِﻓﺌﹸﻮ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻰ ِﺇﹶﻟ‬‫ﻦ ﺁﺗ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻩ‬ ‫ﻭ‬‫ﷲ ﹶﻓﹶﺄ ِﺟﲑ‬
ِ ‫ﺑِﺎ‬
«‫ﻩ‬ ‫ﻮ‬‫ﺗﻤ‬‫ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻓ ﹾﺄ‬ ‫ﻮﺍ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻗ‬‫ﻌﹶﻠﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻮﺍ ﻟﹶ‬‫ﺩﻋ‬ ‫ﻓﹶﺎ‬
72 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Barangsiapa yang meminta perlindungan karena Allah, maka


lindungilah ia. Dan barangsiapa meminta kepada kalian atas nama
Allah, maka berilah ia. Dan barangsiapa meminta keamanan karena
Allah, maka berikanlah keamanan kepadanya. Barangsiapa yang
memberikan kebaikan kepada kalian, maka balaslah dengan yang
setimpal. Apabila kalian tidak menemukan sesuatu untuk
membalasnya, maka berdoalah untuknya, hingga kalian
mengetahui bahwa kalian telah membalasnya dengan sepadan.

Hadiah ini adalah hadiah di antara orang-orang yang


bersaudara. Tidak ada kaitannya dengan hadiah dari rakyat
kepada penguasa. Karena hadiah kepada penguasa diharamkan
sebagaimana halnya suap-menyuap. Termasuk memberikan
balasan hadiah yang setimpal adalah jika seorang muslim
mengatakan kepada saudaranya, “Jazakallah Khairan”, artinya
semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. At-Tirmidzi
meriwayatkan dari Usamah bin Zaid, semoga Allah meridhai
keduanya, dikatakan hadits ini hasan shahih; Rasulullah saw.
bersabda:

‫ﺑﹶﻠ ﹶﻎ ﻓِــﻲ‬‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﺍ ﹶﻓ ﹶﻘ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﷲ‬


ُ ‫ﻙ ﺍ‬ ‫ﺍ‬‫ﺟﺰ‬ ‫ﻑ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ِﻟﻔﹶﺎ ِﻋِﻠ ِﻪ‬
 ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻊ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﺻِﻨ‬
 ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
«ِ‫ﺎﺀ‬‫ﺍﻟﺜﱠﻨ‬
Barangsiapa diberi kebaikan kemudian ia berkata kepada orang
yang memberi kebaikan, “Jazakallah Khairan” (semoga Allah
membalasmu dengan kebaikan), maka dia sungguh telah
memberikan pujian yang sangat baik.

Pujian adalah bersyukur, yaitu membalas suatu kebaikan yang


diberikan orang lain. Khususnya bagi orang yang tidak bisa
melakukan apapun kecuali memberikan pujian. Hal ini didasarkan
pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab
Cinta dan Benci Karena Allah 73

Shahih-nya, dari Jabir, dari Nabi saw., beliau bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﻣـ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺮﻩ‬ ‫ـ ﹶﻜ‬‫ﺪ ﺷ‬ ‫ ﹶﻓ ﹶﻘ‬،‫ﺎﺀ‬‫ﺍ ِﺇ ﱠﻻ ﺍﻟﱠﺜﻨ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺪ ﹶﻟ‬ ‫ﺠ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﻓﹰﺎ ﹶﻓﹶﻠ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﱄ‬
‫ﻦ ﺃﻭ ﹶ‬ ‫ﻣ‬ »
«‫ﻭ ٍﺭ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﺏ‬
ِ ‫ﻮ‬ ‫ﺲ ﹶﺛ ـ‬
ِ ‫ﻼِﺑ ـ‬
‫ﻮ ﹶﻛ ﹶ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺎ ِﻃ ٍﻞ ﹶﻓ‬‫ﺤﻠﱠﻰ ِﺑﺒ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺮﻩ‬ ‫ﺪ ﹶﻛ ﹶﻔ‬ ‫ﻪ ﹶﻓ ﹶﻘ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﹶﻛ‬
Barangsiapa diberi suatu kebaikan tapi ia tidak bisa memberikan
kebaikan untuk membalasnya kecuali dengan pujian, maka berarti
ia telah bersyukur (berterima kasih kepadanya). Barangsiapa yang
menyembunyikan kebaikan (pujian)-nya untuk membalas kebaikan
orang lain, maka ia telah mengingkari kebaikannya. Barangsiapa
yang menghiasi dirinya dengan kebatilan, maka ia seperti orang
yang memakai pakaian palsu.

At-Tirmidzi telah meriwayatkan dengan isnad yang hasan dari Jabir


dari Nabi saw., beliau bersabda:

‫ﻰ‬‫ﻦ ﹶﺃﹾﺛﻨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ‬، ‫ﻴﹾﺜ ِﻦ‬‫ﺪ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﺠ‬


ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ﹶﻟ‬، ‫ﺠ ِﺰ ِﺑ ِﻪ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺪ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻋﻄﹶﺎ ًﺀ ﹶﻓ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻋ ِﻄ‬ ‫ﻦ ﹸﺃ‬ ‫ﻣ‬ »
‫ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬، ‫ﻂ‬
‫ﻌ ﹶ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﺤﻠﱠﻰ ِﺑﻤ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺮ‬ ‫ﺪ ﹶﻛ ﹶﻔ‬ ‫ﻢ ﹶﻓ ﹶﻘ‬ ‫ﺘ‬‫ﻦ ﹶﻛ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺮ‬ ‫ﺷ ﹶﻜ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﹶﻓ ﹶﻘ‬
«‫ﻭ ٍﺭ‬‫ﺏ ﺯ‬ ِ ‫ﻮ‬ ‫ﺲ ﹶﺛ‬ ِ ‫ﻼِﺑ‬
‫ﹶﻛ ﹶ‬
Barangsiapa diberi suatu pemberian kemudian menemukan sesuatu
untuk membalasnya, maka hendaklah ia membalas dengannya.
Jika ia tidak menemukan sesuatu untuk membalas kebaikan, maka
hendaklah ia memberikan pujian, karena orang yang memberikan
pujian berarti ia telah berterima kasih, dan barangsiapa yang
menyembunyikan kebaikan, maka ia telah mengingkari kebaikan
yang diberikan kepadanya. Barangsiapa yang menghiasi dirinya
dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya, maka ia seperti
orang yang mengenakan pakaian palsu.
74 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Mengingkari pemberian maksudnya adalah menutup-nutupi


pemberian dari orang lain. Abû Dawud dan an-Nasâi telah
meriwayatkan dengan isnad yang shahih, dari Anas ra., ia berkata:

‫ﺎ‬‫ ﻣ‬،‫ﺟ ِﺮ ﹸﻛﱢﻠ ِﻪ‬ ‫ﺭ ِﺑ ﹾﺎ َﻷ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﺼ‬‫ﺐ ﹾﺍ َﻷ‬


 ‫ﻫ‬ ‫ ﹶﺫ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﻭ ﹶﻥ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺎ ِﺟ‬‫ﻬ‬‫» ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍ ﻟﹾﻤ‬
،‫ﻬ ـﻢ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻴـ ٍﻞ ِﻣ‬‫ﺎ ﹰﺓ ﻓِﻲ ﹶﻗِﻠ‬‫ﺍﺳ‬‫ﻣﻮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻭﻻﹶ ﹶﺃ‬ ،ٍ‫ﻴﺮ‬ ‫ﺑ ﹾﺬ ﹰﻻ ِﻟ ﹶﻜِﺜ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﻳﻨ‬‫ﺭﹶﺃ‬
‫؟ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬‫ﻬﻢ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ﹶﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﹶﻠ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﻋ‬‫ﻳﹾﺜﻨ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﻴ‬‫ ﹶﺃﹶﻟ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻧﺔﹶ‬‫ﻭ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺎ ﺍﹾﻟ‬‫ﻮﻧ‬ ‫ﺪ ﹶﻛ ﹶﻔ‬ ‫ﹶﻟ ﹶﻘ‬
«‫ﻙ‬
 ‫ﻙ ِﺑﺬﹶﺍ‬ ‫ ﹶﻓﺬﹶﺍ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺑﻠﹶﻰ‬
Orang-orang Muhajirin berkata, “Ya Rasulullah! Orang-orang
Anshar telah pergi dengan membawa seluruh pahala, kami belum
pernah melihat suatu kaum yang paling baik pemberiannya kepada
orang banyak dan paling baik pertolongannya pada saat memiliki
sedikit harta, daripada mereka. Mereka telah memberikan biaya
hidup yang cukup bagi kami.” Rasulullah saw. bersabda, “Bukankah
kalian juga telah memuji mereka dan mendoakan mereka?” Kaum
Muhajirin berkata, “Benar” Rasulullah saw. bersabda, “Maka hal
ini sama dengan hal itu.”

Seorang muslim harus mensyukuri kenikmatan yang sedikit seperti


halnya mensyukuri kenikmatan yang banyak. Juga harus berterima
kasih kepada orang yang telah memberikan kebaikan kepadanya.
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad
dalam kitab Zawaid, dengan isnad yang hasan, dari Nu’man bin
Basyir, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻢ‬ ‫ﺱ ﹶﻟ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺸ ﹸﻜ ِﺮ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ، ‫ﲑ‬ ‫ﺸ ﹸﻜ ِﺮ ﺍﹾﻟ ﹶﻜﺜِــ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺸ ﹸﻜ ِﺮ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻠِﻴ ﹶﻞ ﹶﻟ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ »
‫ﻋ ﹸﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﺠﻤ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬، ‫ﺮ‬ ‫ﺎ ﹸﻛﻔﹾــ‬‫ﺮ ﹸﻛﻬ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺷ ﹾﻜ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻤ ِﺔ ﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺙ ِﺑِﻨ‬
‫ﺪ ﹸ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻭﺍﻟ‬ ،‫ﷲ‬
َ ‫ﺸ ﹸﻜ ِﺮ ﺍ‬
 ‫ﻳ‬
Cinta dan Benci Karena Allah 75

«‫ﺏ‬
 ‫ﻋﺬﹶﺍ‬ ‫ﺮﹶﻗ ﹸﺔ‬ ‫ﺍﹾﻟ ﹸﻔ‬‫ﻤ ﹲﺔ ﻭ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬
Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat yang sedikit, maka ia
tidak akan bisa mensyukuri nikmat yang banyak. Barangsiapa yang
tidak bisa bersyukur kepada orang, maka ia tidak akan bisa
bersyukur kepada Allah. Membicarakan nikmat Allah adalah sama
dengan bersyukur. Dan tidak membicarakan kenikmatan berarti
mengingkari nikmat. Berjamaah adalah rahmat, bercerai berai
adalah adzab.

Di antara perkara yang disunahkan adalah membela


saudaranya untuk mendapatkan kemanfaatan dari suatu
kebaikan atau untuk memberikan kemudahan dari suatu
kesulitan. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan al-
Bukhâri dari Abû Musa, ia berkata; Rasulullah saw. jika didatangi
peminta-minta, maka beliau suka berkata:

«‫ﺎ َﺀ‬‫ﺎ ﺷ‬‫ﻴ ِﻪ  ﻣ‬‫ﻧِﺒ‬ ‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ِﻟﺴ‬ ‫ﷲ‬


ُ ‫ﺾﺍ‬
ِ ‫ﻳ ﹾﻘ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺮﻭ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﺘ‬‫ﺍ ﻓﹶ‬‫ﻌﻮ‬ ‫ﺷ ﹶﻔ‬ ‫»ِﺍ‬
Belalah ia, maka kalian akan diberikan pahala. Dan Allah akan
memutuskan dengan lisan nabi-Nya perkara yang ia kehendaki.

Hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar dari Nabi saw., beliau
bersabda:

‫ﻴ ِﺮ‬‫ﺴ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﺗ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ ﹶﺃ‬ ‫ﻌ ٍﺔ ِﺑ‬ ‫ﻨ ﹶﻔ‬‫ﻤ‬ ‫ﺳﻠﹾﻄﹶﺎ ٍﻥ ِﻟ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﺴِﻠ ِﻢ ِﺇﻟﹶﻰ ِﺫ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻴ ِﻪ ﺍﹾﻟ‬‫ﺻﹶﻠ ﹰﺔ َﻷ ِﺧ‬
ِ ‫ﻭ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻣ‬ »
« ‫ﺍ ِﻡ‬‫ﻷ ﹾﻗﺪ‬
َ ‫ﺾ ﹾﺍ‬
ِ ‫ﺣ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻁ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺼﺮ‬
 ‫ﺯ ِﺓ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ِﺇﺟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﻴ ٍﺮ ﹸﺃ‬‫ﺴ‬
ِ ‫ﻋ‬
Barangsiapa yang menjadi perantara saudaranya yang muslim
kepada penguasa untuk mendapatkan kemanfaatan dari suatu
kebaikan atau untuk mempermudah suatu kesulitan, maka ia akan
diberi pertolongan untuk melewati jembatan shirâthal mustaqîm
di hari terpelesetnya kaki-kaki manusia.
76 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Disunahkan juga seorang muslim melindungi kehormatan


saudaranya saat tidak ada di dekatnya. Hal ini dasarkan pada hadits
yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan ia berkata, “Hadits ini
hasan”, dari Abû Darda, dari Nabi saw., beliau bersabda:

«‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺟ ِﻬ ِﻪ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﷲ ﻋ‬
ُ ‫ﺩ ﺍ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺽ ﹶﺃﺧِﻴ ِﻪ‬
ِ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ِﻋ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa yang melindungi kehormatan saudaranya, maka
Allah akan melindungi wajahnya dari api neraka di hari kiamat.
(Hadits Abû Darda ini telah dikeluarkan oleh Ahmad.
Ia berkata, “Hadits ini sanadnya hasan.” Al-Haitsami
mengatakan hal yang sama)

Hadits riwayat Ishaq bin Rahwiyah dari Asma binti Yazid, ia berkata;
aku mendengar Rasulullah saw bersabda:

‫ﻪ‬ ‫ﻌِﺘ ﹶﻘ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻥ‬


ِ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﺣﻘ‬
 ‫ﺐ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬
ِ ‫ﻴ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻬ ِﺮﺍﹾﻟ‬ ‫ﺽ ﹶﺃﺧِﻴ ِﻪ ِﺑ ﹶﻈ‬
ِ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ِﻋ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﻦ ﹶﺫ‬ ‫ﻣ‬ »
«‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻦ ﺍﻟﻨ‬ ‫ِﻣ‬
Barangsiapa yang melindungi kehormatan saudaranya pada saat
tidak berada di dekatnya, maka Allah pasti akan membebaskannya
dari api neraka.

Al-Qadha’i telah mengeluarkan dalam Musnad Syihab dari Anas,


ia berkata; Rasulullah saw bersabda:

«‫ﺮ ِﺓ‬ ‫ﻭﺍﹾﻵ ِﺧ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﷲ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬


ُ ‫ﻩ ﺍ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﺐ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﻐ‬ ‫ﻬ ِﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻩ ِﺑ ﹶﻈ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa yang membela saudaranya saat tidak ada di dekatnya,
maka Allah akan membelanya di dunia dan di akhirat. Al-Qadha’i
juga telah mengeluarkan hadits ini dari Imran bin Husain dengan
tambahan ungkapan, “Sedang ia mampu untuk membelanya.”
Cinta dan Benci Karena Allah 77

Telah diriwayatkan oleh Abû Dawud dan al-Bukhâri dalam


al-Adab al-Mufrad, Az-Zain al-Iraqi berkata, isnadnya hasan dari
Abû Hurairah, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﻴﻪ‬‫ﺚ ﹶﻟ ِﻘ‬
‫ﻴ ﹸ‬‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ ِﻣ‬، ‫ﺆ ِﻣ ِﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻮ ﺍﹾﻟ‬‫ﻦ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،ِ‫ﻣِﻦ‬‫ﺆ‬‫ﺁ ﹸﺓ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ ِﻣﺮ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫»ﺍﹾﻟ‬
‫ﺍ«ِﺋ ِﻪ‬‫ﻭِﻪﺭ‬‫ﺍِﺋ‬‫ﻦﺭ‬‫ﻭ‬ ‫ﻦِﻣ‬ ‫ﻪِﻣ‬ ‫ﻪﹸﻃ‬ ‫ﻮ‬
‫ﻮﺤ ﹸﻃ‬‫ﻳﺤ‬‫ﻭ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻪ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬‫ﺿ‬
‫ﻴ‬‫ﺿ‬
 ‫ﻪ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬‫ﻋ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻳ ﹸﻜ‬
Seorang mukmin adalah cermin mukmin yang lain. Seorang
mukmin adalah saudara mukmin yang lain, di mana saja ia bertemu
dengannya, ia akan mencegah tindakan mencemari kehormatan
saudaranya dan akan melindunginya dari baliknya.

Allah juga telah mewajibkan seorang muslim menerima


permintaan maaf saudaranya, menjaga rahasianya, dan
menasihatinya.
Dalil tentang kewajiban menerima permintaan maaf dari
saudaranya adalah hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah dengan
dua isnad yang baik sebagaimana dikatakan al-Mundziri dari
Zudan, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺧﻄِﻴﹶﺌ ِﺔ‬ ‫ﻪِ ِﻣﹾﺜ ﹸﻞ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻋ‬،‫ــﺎ‬‫ﺒ ﹾﻠﻬ‬‫ﻳ ﹾﻘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺭ ٍﺓ ﹶﻓﹶﻠ‬ ‫ﻌ ﹶﺬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺭ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃﺧِﻴ ِﻪ ِﺑ‬ ‫ﺘﺬﹶ‬‫ﻋ‬ ‫ﻣ ِﻦ ﺍ‬ »
«‫ﺲ‬
ٍ‫ﺲ‬
ٍ ‫ﻣﹾﻜ ﹾﻜ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺐ‬
ِ ‫ﺎ ِﺣ‬‫ﺻ‬
Barangsiapa yang mengajukan permintaan maaf kepada
saudaranya dengan suatu alasan tapi dia tidak menerimanya, maka
ia akan mendapat kesalahan seperti kesalahan pemungut pajak.

Dalil tentang kewajiban menjaga rahasia seorang muslim


adalah hadits yang diriwayatkan Abû Dawud dan at-Tirmidzi
dengan sanad hasan dari Jabir, sesungguhnya Rasulullah saw.
bersabda:
78 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

« ‫ﻧ ﹲﺔ‬‫ﺎ‬‫ﻮ ﹶﺃﻣ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺖ ﹶﻓ‬


 ‫ﺘ ﹶﻔ‬‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺚ ﹸﺛ‬
ٍ ‫ﻳ‬‫ﺤ ِﺪ‬
 ‫ﻼ ِﺑ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺙ‬
‫ﺪ ﹶ‬ ‫ﺣ‬ ‫»ِﺇﺫﹶﺍ‬
Jika seseorang berkata kepada orang lain dengan suatu perkataan
kemudian ia menoleh (melihat sekelilingnya), maka pembicaraan
itu adalah amanah.

Amanah itu wajib dijaga. Menyia-nyiakan amanah adalah


khianat. Hadits ini menunjukan kewajiban menjaga rahasia
seorang muslim walaupun tidak diminta melakukannya secara
jelas. Kewajiban ini bisa difahami dari indikasi keadaan dalam
hadits tersebut. Yaitu ketika seseorang berbicara kepada
saudaranya tentang suatu pembicaraan dan ia menoleh ke
sekelilingnya, karena khawatir ada orang lain mendengar
perkataan tersebut selain keduanya. Hadits ini juga menjelaskan
bahwa kewajiban tersebut lebih utama jika ada tuntutan secara
jelas untuk menjaga rahasia. Kewajiban menjaga rahasia ini
berlaku jika dalam pembicaraan tersebut tidak terdapat
penodaan terhadap salah satu hak Allah. Maka jika terdapat
hal ini, orang yang diajak bicara wajib memberikan nasihat dan
mencegahnya dari pembicaraan tersebut. Ia juga dianjurkan
untuk bersaksi sebelum diminta untuk bersaksi. Sebagaimana
terdapat dalam hadits:

«‫ﺪ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻬ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺒ ﹶﻞ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﺪ ﹶﻗ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ ﺍﱠﻟ ِﺬ‬،ِ‫ﻮﺩ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻴ ِﺮ ﺍﻟ‬‫ﺨ‬
 ‫ﻢ ِﺑ‬ ‫ﺒﹸﺌ ﹸﻜ‬‫ﻧ‬‫»ﺃﻻ ﹸﺃ‬
Perlukah aku memberitahu kepada kalian tentang sebaik-baiknya
kesaksian, yaitu orang yang bersaksi sebelum diminta untuk
bersaksi. (HR. Muslim)

Dalil tentang kewajiban memberikan nasihat adalah hadits


Mutafaq ‘alaih dari Jarir bin Abdillah, ia berkata:

‫ﺼ ِﺢ ِﻟ ﹸﻜ ﱢﻞ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺰﻛﹶﺎ ِﺓ ﻭ‬ ‫ﺎ ِﺀ ﺍﻟ‬‫ﻭﺇِﻳﺘ‬ ‫ﻼ ِﺓ‬
‫ﺼﹶ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ِﺇﻗﹶﺎ ِﻡ ﺍﻟ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫»ﺑ‬
«‫ﺴِﻠ ٍﻢ‬
 ‫ﻣ‬
Cinta dan Benci Karena Allah 79

«‫ﺴِﻠ ٍﻢ‬
 ‫ﻣ‬
Aku membaiat Rasulullah saw. untuk menegakkan shalat dan
menunaikan zakat serta memberi nasihat kepada setiap muslim.

Hadits dari Tamim bin Aus Ad-Dâri riwayat Muslim, bahwa Nabi
saw. bersabda:

‫ــ ِﺔ‬‫ﻭ َﻷِﺋﻤ‬ِ ‫ﻮِﻟ ِﻪ‬‫ﺮﺳ‬ ‫ﻭِﻟ‬ ‫ﺎِﺑ ِﻪ‬‫ﻭِﻟ ِﻜﺘ‬ ‫ﷲ‬
ِ ِ ‫ﻦ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ــ‬‫ﺎ ِﻟﻤ‬‫ﺤ ﹸﺔ ﹸﻗ ﹾﻠﻨ‬
 ‫ﻨﺼِﻴ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻳ‬‫» ﺍﻟﺪ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﻣِﺘ ِﻬ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻋ‬ ‫ﲔ‬
 ‫ﺴِﻠ ِﻤ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺍﻟﹾ‬
Agama itu nasihat. Kami berkata, “Bagi siapa?” Rasulullah saw
bersabda, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, bagi para
pemimpin kaum Muslim, dan bagi kaum Muslim secara umum.”

Al-Khathabi berkata, “Hadits ini bermakna bahwa tiang dan pilar


agama adalah nasihat. Seperti halnya sabda Rasulullah saw., Haji
adalah ‘Arafah. Maksudnya tiang dan rukun haji yang paling besar
adalah wukuf di ‘Arafah.” Rasulullah saw. juga telah menjelaskan
hak muslim atas muslim yang lain dan pahala yang besar di
dalamnya. Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abû Hurairah
ra., ia berkata; sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

:‫ﷲ ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬


ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﻳ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻣ‬:‫ ﻗِﻴ ﹶﻞ‬، ‫ﺴِﻠ ِﻢ ِﺳﺖ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺴِﻠ ِﻢ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻖ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺣ‬ »
،‫ﻪ‬ ‫ﺢ ﹶﻟ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻚ ﻓﹶﺎ‬
 ‫ﺤ‬
‫ﺼ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺍ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬‫ﻙ ﹶﻓﹶﺄ ِﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺩﻋ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ،‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺴﱢﻠ‬
 ‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﺘ‬‫ِﺇﺫﹶﺍ ﻟﹶﻘِﻴ‬
«‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺗِﺒ‬‫ﺕ ﻓﹶﺎ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﻣ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺽ ﹶﻓ‬
 ‫ﻣ ِﺮ‬ ‫ﻭﺇِﺫﹶﺍ‬ ،‫ﺘﻪ‬‫ﻤ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﷲ ﹶﻓ‬
َ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﺤ ِﻤ‬
 ‫ﺲ ﹶﻓ‬
 ‫ﻋ ﹶﻄ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬
Hak muslim atas muslim yang lain ada enam. Dikatakan, “Apa
yang enam itu, Ya Rasulallah?” Rasul saw. bersabda, “Apabila
engkau bertemu dengan saudara muslim yang lain, maka ucapkan
salam kepadanya; Apabila ia mengundangmu, maka penuhilah
80 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

undangannya; Apabila ia meminta nasihat kepadamu, maka


berikanlah nasihat kepadanya; Apabila ia bersin dan mengucapkan
al hamdu lillah, maka ucapkanlah yarhamukallah; Apabila ia sakit
maka tengoklah; Apabila ia meninggal dunia, maka hantarkanlah
sampai ke kuburnya.”

Adapun benci karena Allah, maka Allah Swt. telah melarang


kaum Muslim mencintai orang-orang kafir, munafik, dan fasik yang
terang-terangan melakukan maksiat. Hal ini berdasarkan Firman
Allah:

ΝÍκöŽs9Î) šχθà)ù=è? u!$u‹Ï9÷ρr& öΝä.¨ρ߉tãuρ “Íiρ߉tã (#ρä‹Ï‚−Gs? Ÿω (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ

βr& € öΝä.$−ƒÎ)uρ tΑθß™§9$# tβθã_̍øƒä† Èd,ysø9$# zÏiΒ Νä.u!%y` $yϑÎ/ (#ρãxx. ô‰s%uρ Íο¨Šuθyϑø9$$/Î

4 ’ÎA$|Êó÷s∆ u!$tóÏGö/$#uρ ’Í?‹Î6y™ ’Îû #Y‰≈yγÅ_ óΟçFô_tyz ÷ΛäΨä. βÎ) öΝä3În/u‘ «!$$Î/ (#θãΖÏΒ÷σ?è

öΝä3ΖÏΒ ã&ù#yèøtƒ tΒuρ 4 ÷ΛäΨn=÷ær& !$tΒuρ ÷ΛäøŠx÷zr& !$yϑÎ/ ÞΟn=÷ær& O$tΡr&uρ Íο¨Šuθyϑø9$$Î/ ΝÍκöŽs9Î) tβρ”Å¡@è

 ∩⊇∪ È≅‹Î6¡¡9$# u!#uθy™ ¨≅|Ê ô‰s)sù


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu
sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa
kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada
kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan
(mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu.
Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan
mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu
memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada
mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang
kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa
Cinta dan Benci Karena Allah 81

di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah


– Z dari jalan
tersesat ö ä yang
äù ö ä Ï ß (TQS.
lurus. Ïi Z Î ä Ï − ã [60]:Ï © 1) š
Mumtahanah

$¨Ψ¨t/ ô‰s% 4 çŽt9ø.r& öΝèδâ‘ρ߉߹ ‘Ï÷‚è? $tΒuρ öΝÎγÏδ≡uθøùr& ôÏΒ â!$ŸÒøót7ø9$# ÏNy‰t/ ô‰s% ÷Λ—ÏΨtã

öΝä3tΡθ™6Ïtä† Ÿωuρ öΝåκtΞθ™7ÏtéB ÏIω'ρé& öΝçFΡr'‾≈yδ ∩⊇⊇∇∪ tβθè=É)÷ès? ÷ΛäΖä. βÎ) ( ÏM≈tƒFψ$# ãΝä3s9

ãΝä3ø‹n=tæ (#θ‘Òtã (#öθn=yz #sŒÎ)uρ $¨ΨtΒ#u (#þθä9$s% öΝä.θà)s9 #sŒÎ)uρ Ï&Íj#ä. É=≈tGÅ3ø9$$Î/ tβθãΨÏΒ÷σè?ρu

∩⊇⊇∪ Í‘ρ߉÷Á9$# ÏN#x‹Î/ 7ΛÎ=tæ ©!$# ¨βÎ) 3 öΝä3ÏàøŠtóÎ/ (#θè?θãΒ ö≅è% 4 Åáø‹tóø9$# zÏΒ Ÿ≅ÏΒ$tΡF{$#

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi


teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu
(karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan)
kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan
kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah
Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu
memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal
mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-
kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka
berkata: “Kami beriman”; dan apabila mereka menyendiri, mereka
menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap
kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena
kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.
(TQS. Ali ‘Imrân [3]: 118-119)

Ath-Thabrâni telah meriwayatkan dengan isnad yang baik


dari Ali ra., beliau berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻦ ﹶﻻ‬ ‫ــ‬‫ﻼ ِﻡ ﹶﻛﻤ‬


‫ﺳ ﹶ‬ ‫ﻢ ﻓِﻲ ﹾﺍ ِﻹ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ ﹸﻞ ﺍ‬‫ﺠﻌ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ ﹶﻻ‬:‫ﺣﻖ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺙ‬
‫ﻼ ﹲ‬
‫»ﹶﺛ ﹶ‬
‫ﺎ ِﺇ ﱠﻻ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﺟ ﹸﻞ ﹶﻗ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺐ ﺍﻟ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﺮﻩ‬ ‫ﻴ‬‫ﻴ ِﻪ ﹶﻏ‬‫ﻮﱢﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺪ ﹶﻓ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫ﻮﻟﱠﻰ ﺍ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻢ ﹶﻟﻪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺳ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
ِ ‫ﺣ‬
‫ِﺇ ﱠﻻ‬82‫ﺎ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﹸﻞ ﹶﻗ‬Pilar-pilar
‫ﺟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺐ ﺍﻟ‬
 ‫ﺤ‬
ِPengokoh
‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﺮﻩ‬Nafsiyah
‫ﻴ‬‫ﻴ ِﻪ ﹶﻏ‬‫ﻮﱢﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﹶﻓ‬Islamiyah
‫ﺪ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫ﻮﻟﱠﻰ ﺍ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻢ ﹶﻟﻪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺳ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
ِ ‫ﺣ‬
Ada tiga perkara yang merupakan hak yaitu Allah tidak akan
menjadikan orang yang mempunyai andil dalam Islam seperti orang
yang tidak mempunyai andil apa pun. Dan tidaklah seorang hamba
menjadikan Allah sebagai kekasihnya lalu dia menjadikan yang
lain sebagai kekasihnya. Serta tidak ada seorang yang mencintai
suatu kaum kecuali ia akan dikumpulkan bersama mereka.

Dalam hadits ini terdapat larangan yang tegas untuk mencintai


pelaku kejahatan, karena khawatir akan dikumpulkan bersama
mereka.
At-Tirmidzi telah mengeluarkan hadits, beliau berkomentar,
“Hadits ini hasan”, dari Muadz bin Anas al-Juhani bahwa Rasulullah
saw. bersabda:

‫ﷲ ﹶﻓ ﹶﻘ ِﺪ‬
ِ ِ ‫ﺢ‬ ‫ﻧ ﹶﻜ‬‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﷲ‬
ِ ِ‫ﺾ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﷲ‬
ِ ِ‫ﺐ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﷲ‬
ِ ِ ‫ﻊ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﷲ‬
ِ ِ ‫ﻋﻄﹶﻰ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ »
« ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﻳﻤ‬ ِ‫ﻞ ﺇ‬
‫ﻤ ﹶ‬ ‫ﺘ ﹾﻜ‬‫ﺍ ﺳ‬
Barangsiapa yang memberi karena Allah, tidak memberi karena
Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan
menikah karena Allah, berarti ia telah sempurna imannya.

Imam Muslim juga telah meriwayatkan dari Abû Hurairah,


ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ــﺎ‬‫ﻼﻧ‬
‫ﺾ ﹸﻓ ﹶ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﻲ ﹶﺃ‬‫ﻴﻘﹸﻮ ﹸﻝ ِﺇﻧ‬‫ﻞﹶ ﹶﻓ‬‫ﺮِﻳ‬‫ﺎ ﺟِﺒ‬‫ﺩﻋ‬ ‫ﺍ‬‫ﺒﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ‫ﺾ ﺍ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃ‬ . . .»
‫ﺾ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺒ‬‫ﻳ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫ﺎ ِﺀ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬‫ﺴﻤ‬
 ‫ﻫ ِﻞ ﺍﻟ‬ ‫ﺎﺩِﻱ ﻓِﻲ ﹶﺃ‬‫ﻳﻨ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺒﺮِﻳ ﹸﻞ ﹸﺛ‬‫ﻪ ِﺟ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓ‬،‫ﻪ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﻓﹶﹶﺄ‬
«... ‫ﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ ُﺀ ﻓِﻲ ﹾﺍ َﻷ‬‫ﻐﻀ‬ ‫ﺒ‬‫ﻪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻊ ﹶﻟ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻪ ﹸﺛ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓ‬،‫ﻩ‬ ‫ﻮ‬‫ﻐﻀ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ ﹶﻓﹶﺄ‬‫ﻼﻧ‬
‫ﹸﻓ ﹶ‬
Cinta dan Benci Karena Allah 83

Apabila Allah membenci seorang hamba, maka Allah akan


memanggil Jibril dan berfirman, “Sesungguhnya Aku membenci
si Fulan, maka bencilah ia.” Rasulullah saw. bersabda, “Kemudian
Jibril pun membencinya dan menyeru kepada penghuni langit,
sesungguhnya Allah telah membenci si Fulan, maka bencilah ia.”
Rasul saw. bersabda, “Kemudian mereka pun membencinya dan
setelah itu kebencian baginya akan diletakan di bumi.”

Sabda Rasulullah saw. yang berbunyi:

«‫ﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ ُﺀ ﻓِﻲ ﹾﺍ َﻷ‬‫ﻐﻀ‬ ‫ﺒ‬‫ﻪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻊ ﹶﻟ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﻮ‬‫ﻢ ﺗ‬ ‫»ﹸﺛ‬
“Dan setelah itu kebencian baginya akan diletakan di bumi”, adalah
kalimat yang bermakna tuntutan (perintah). Hal ini bisa diketahui
dengan adanya dalâlah al-iqtidhâ. Karena terdapat orang yang
mencintai kaum kafir, munafik, dan fasik yang terang-terangan
melaksanakan maksiat, ia tidak membenci mereka, maka
kebenaran perkara yang diberitakan dalam hadits itu mengharuskan
bahwa yang dimaksud dengan berita adalah tuntutan. Jadi dalam
hadits tersebut Rasulullah saw. seolah-olah bersabda, “Wahai para
penghuni bumi, bencilah orang yang dibenci Allah.” Dengan
demikian hadits ini menunjukkan wajibnya membenci orang yang
dibenci oleh Allah. Termasuk dalam perbuatan membenci orang
yang dibenci oleh Allah adalah membenci orang yang suka
mendebat perintah Allah, sebagaimana terdapat dalam hadits
Mutafaq ‘alaih dari ‘Aisyah dari Nabi saw., beliau bersabda:

«‫ﻢ‬ ‫ﺼ‬
‫ﺨ‬
ِ ‫ﺪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﷲ ﹾﺍ َﻷﹶﻟ‬
ِ ‫ﺎ ِﻝ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﺾ ﺍﻟ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫»ِﺇ ﱠﻥ ﹶﺃ‬
Sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang
suka menentang (mendebat) perintah Allah.
84 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Adapun kewajiban membenci orang yang membenci kaum


Anshar terdapat dalam hadits Mutafaq ‘alaih dari Bara’, ia berkata;
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻖ‬ ‫ﺎِﻓ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻢ ِﺇ ﱠﻻ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺒ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﻳ‬ ، ‫ﻦ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ ِﺇ ﱠﻻ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺒ‬‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﺭ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﺼ‬‫»ﹾﺍ َﻷ‬
«‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﹶﺃ‬
Tidak mencintai kaum Anshar kecuali orang yang beriman. Dan
tidak ada yang membenci mereka kecuali orang yang munafik.
Maka barangsiapa yang mencintaai mereka, ia pasti dicintai Allah.
Dan barangsiapa membenci mereka ia pasti dibenci Allah.

Diwajibkan pula membenci orang yang mengatakan hak


(kebaikan), tapi tidak melampaui tenggorokannya (tidak masuk
ke hatinya, penj.). Dasarnya adalah hadits riwayat Muslim dari Ali
ra., beliau berkata:

-‫ﺆ ﹶﻻ ِﺀ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻢ ﻓِﻲ‬ ‫ﻬ‬‫ﻑ ﺻِﻔﹶﺘ‬


 ‫ﻋ ِﺮ‬ ‫ﻲ َ َﻷ‬‫ ِﺇﻧ‬- ‫ﺎ‬‫ﺎﺳ‬‫ﻒ ﻧ‬
 ‫ﺻ‬
 ‫ﻭ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ‬
‫ﻦ‬ ‫ ِﻣ‬،‫ﺣ ﹾﻠ ِﻘ ِﻪ‬ ‫ﺭ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﹶﺃﺷ‬ ،‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻫﺬﹶﺍ ِﻣ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﻮ‬‫ﻳﺠ‬ ‫ﻢ ﹶﻻ‬ ‫ﻨِﺘ ِﻬ‬‫ﺴ‬
ِ ‫ﻖ ِﺑﹶﺄﹾﻟ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻳﻘﹸﻮﻟﹸﻮ ﹶﻥ ﺍﹾﻟ‬
«‫ﻴ ِﻪ‬‫ﷲ ِﺇﹶﻟ‬
ِ ‫ﺧ ﹾﻠ ِﻖ ﺍ‬ ‫ﺾ‬
ِ ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﹶﺃ‬
Sesungguhnya Rasulullah saw. telah menyebutkan kriteria orang-
orang tertentu —aku mengetahui sifat mereka pada orang-orang
itu— mereka mengatakan hak dengan lisan mereka, tapi tidak
melampaui ini dari mereka. Kemudian Rasul saw. menunjuk ke
tenggorokannya. Mereka termasuk makhluk Allah yang paling
dibenci Allah.

Sabda Rasul “la yujawizu” maksudnya adalah “la yatâda” artinya


tidak melampaui.
Cinta dan Benci Karena Allah 85

Juga wajib membenci orang yang berbicara dengan hal-


hal yang tidak menyenangkan pendengarnya dan berbuat keji.
Sebagaimana terdapat dalam hadits Abû Darda riwayat at-Tirmidzi,
ia berkata hadits ini hasan shahih, sesungguhnya Nabi saw
bersabda:

«‫ﺒﺬِﻱ َﺀ‬‫ﺶ ﺍﹾﻟ‬


 ‫ﺾ ﺍﹾﻟﻔﹶﺎ ِﺣ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﷲ ﹶﻟ‬
َ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬ ...»
Sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang berbicara
dengan hal-hal yang tidak menyenangkan pendengarnya dan
berbuat keji.

Terdapat banyak atsar tentang kebencian para sahabat


kepada kaum Kafir. Diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh
Muslim dari Salamah bin al-Akwa, ia berkata:

 ‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ ﹶﺃ‬،‫ﺾ‬
‫ﺖ‬ ٍ ‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬‫ﺎ ِﺑ‬‫ﻀﻨ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻂ‬
‫ﺘﹶﻠ ﹶ‬‫ﺧ‬ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﻣ ﱠﻜ ﹶﺔ‬ ‫ﻫ ﹸﻞ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﺎ‬‫ﺤﻨ‬
 ‫ﺻ ﹶﻄﹶﻠ‬
 ‫ﺎ ﺍ‬‫ ﹶﻓﹶﻠﻤ‬...»
‫ﺎﻧِﻲ‬‫ ﹶﻓﹶﺄﺗ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺎ‬‫ﺻِﻠﻬ‬
 ‫ﺖ ﻓِﻲ ﹶﺃ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﺿ ﹶﻄ‬
 ‫ ﻓﹶﺎ‬،‫ﺎ‬‫ﻮ ﹶﻛﻬ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺤ‬
‫ﺴ‬ ‫ ﹶﻓ ﹶﻜ‬،‫ ﹰﺓ‬‫ﺮ‬‫ ﺠ‬‫ﺷ‬
‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ﻓِﻲ‬‫ﻳ ﹶﻘﻌ‬ ‫ﻌﻠﹸﻮﺍ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻣ ﱠﻜ ﹶﺔ‬ ‫ﻫ ِﻞ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﲔ ِﻣ‬
 ‫ﺸ ِﺮ ِﻛ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ ﺍﹾﻟ‬‫ ﹲﺔ ﻣِﻦ‬‫ﻌ‬‫ﺑ‬‫ﺃﹶﺭ‬
«...‫ﻯ‬‫ﺧﺮ‬ ‫ﺮ ٍﺓ ﹸﺃ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﺷ‬ ‫ﺖ ِﺇﻟﹶﻰ‬
 ‫ﻮﹾﻟ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺘ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺘ‬‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ ﹶﻓ ﹶﺄ‬
Ketika kami berdamai dengan penduduk Makkah dan sebagian
kami bercampur dengan sebagian mereka, aku mendatangi suatu
pohon kemudian aku menyingkirkan durinya dan aku merebahkan
diriku di akarnya. Kemudian datang kepadaku empat orang kaum
Musyrik Makkah. Mereka mulai membicarakan Rasulullah, maka
aku pun membenci mereka, hingga aku pindah ke pohon yang
lain.

Hadits Jabir bin Abdillah diriwayatkan Ahmad bahwa Abdullah


bin Rawahah, ia berkata kepada Yahudi Khaibar:
86 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

،‫ﺟ ﱠﻞ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬


ِ ‫ﺎ َﺀ ﺍ‬‫ﻧِﺒﻴ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﺘ‬‫ﺘ ﹾﻠ‬‫ ﹶﻗ‬،‫ﻲ‬ ‫ﺨ ﹾﻠ ِﻖ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺾ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﺘ‬‫ﻧ‬‫ ﹶﺃ‬،‫ﻮ ِﺩ‬‫ﻴﻬ‬‫ﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫»ﻳ‬
‫ﻒ‬
 ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃﺣِﻴ‬ ‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ـﻲ ﺇِﻳ‬
‫ﻀـ‬ِ ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺤ ِﻤﹸﻠﻨِﻲ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﷲ‬
ِ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺘ‬‫ﺑ‬‫ﻭ ﹶﻛ ﹶﺬ‬
«...‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻠﹶ‬‫ﻋ‬
Wahai kaum Yahudi! Kalian adalah makhluk Allah yang paling aku
benci. Kalian telah membunuh para Nabi dan telah mendustakan
Allah. Tapi kebencianku kepada kalian tidak akan mendorongku
untuk berlaku sewenang-wenang kepada kalian.

Terdapat pula riwayat yang menjelaskan kebencian


terhadap orang muslim yang menampakkan keburukan (secara
terang-terangan). Imam Ahmad, Abdur Razak, dan Abû Ya’la telah
mengeluarkan hadits dengan isnad hasan, juga al-Hâkim dalam
al-Mustadrak, ia berkata hadits ini shahih sesuai dengan syarat
Muslim. Dari Abû Faras, ia berkata; Umar bin al-Khathab pernah
berkhutbah dan berkata:

«‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻀﻨ‬


 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ ﻭﹶﺃ‬،‫ﺍ‬‫ﺷﺮ‬ ‫ﺎ ِﺑ ِﻪ‬‫ﻨﻨ‬‫ ﹶﻇ‬،‫ﺍ‬‫ﺷﺮ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﺮ ِﻣ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻇ‬ ‫ﻣ‬ ...»
Barangsiapa di antara kalian menampakkan suatu keburukan, maka
kami pun akan mengiranya berperilaku buruk, dan kami akan
membencinya karena kejahatan itu.

Dengan demikian, cinta karena Allah dan benci karena Allah


termasuk sifat seorang muslim yang paling besar, yang mereka itu
mengharap keridhaan Allah, Rahmat-Nya, pertolongan, dan surga-
Nya.

***
87

~5~
TAKUT KEPADA ALLAH
DALAM KONDISI TERSEMBUNYI
DAN TERANG-TERANGAN

Takut kepada Allah merupakan kewajiban. Dalilnya adalah


al-Quran dan as-Sunah. Adapun dalil al-Quran adalah firman Allah:

 Èβθà)¨?$$sù }‘≈−ƒÎ)uρ
Dan hanya kepada-Ku lah kamu harus bertakwa. (TQS. al-
Baqarah [2]: 41)

 Èβθç7yδö‘$$sù û}‘≈−ƒÎ)uρ
Dan hanya kepada-Ku lah kamu harus takut (tunduk). (TQS. al-
Baqarah [2]: 40)

ΛäΖä. βÎ) Èβθèù%s{uρ öΝèδθèù$y‚s? Ÿξsù …çνu!$uŠÏ9÷ρr& ß∃Èhθsƒä† ß≈sÜø‹¤±9$# ãΝä3Ï9≡sŒ $yϑ‾ΡÎ)

 ∩⊇∠∈∪ tÏΖÏΒ÷σ•Β
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-
nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik
Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
88 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.


(TQS. Ali ‘Imrân [3]: 175)

 3 …çµ|¡øtΡ ª!$# āãΝà2â‘Éj‹y⇔ãƒuρ


Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. (TQS.
Ali ‘Imrân [3]: 28)
 Èβöθt±÷z$#uρ }¨$¨Ψ9$# (#âθt±÷‚s? Ÿξsù
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah
kepada-Ku. (TQS. al-Mâidah [5]: 44)

 ãΝä3−/u‘ (#θà)®?$# â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'‾≈tƒ


Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu… (TQS.
an-Nisa [4]: 1)

 öΝåκæ5θè=è% ôMn=Å_uρ ª!$# tÏ.èŒ #sŒÎ) tÏ%©!$# šχθãΖÏΒ÷σßϑø9$# $yϑ‾ΡÎ)


Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, … (TQS. al-
Anfâl [8]: 2)

ωx© ÒΟŠÏ9r& ÿ…çνx‹÷{r& ¨βÎ) 4 îπuΗÍ>≈sß }‘Éδuρ 3“tà)ø9$# x‹s{r& !#sŒÎ) y7În/u‘ ä‹÷{r& šÏ9≡x‹x.uρ

絩9 ×íθßϑøg¤Χ ×Πöθtƒ y7Ï9≡sŒ 4 ÍοtÅzFψ$# z>#x‹tã t∃%s{ ôyϑÏj9 ZπtƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) ∩⊇⊃⊄∪

tΠöθtƒ ∩⊇⊃⊆∪ 7Šρ߉÷è¨Β 9≅y_L{ āωÎ) ÿ…çν㍽jzxσçΡ $tΒuρ ∩⊇⊃⊂∪ ׊θßγô±¨Β ×Πöθtƒ y7Ï9≡sŒuρ â¨$¨Ψ9$#

tÏ%©!$# $¨Βr'sù ∩⊇⊃∈∪ Ó‰‹Ïèy™uρ @’Å+x© óΟßγ÷ΨÏϑsù 4 ϵÏΡøŒÎ*Î/ āωÎ) ë§øtΡ ãΝ‾=x6s? Ÿω ÏNù'tƒ

 ∩⊇⊃∉∪ î,‹Îγx©uρ ׎Ïùy— $pκŽÏù öΝçλm; Í‘$¨Ζ9$# ’Å∀sù (#θà)x©


Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk
negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu
adalah sangat pedih lagi keras. Sesungguhnya pada yang
Takut Kepada Allah... 89

demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang


yang takut kepada azab akhirat. Hari kiamat itu adalah suatu
hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)-
Nya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala
makhluk). Dan kami tiadalah mengundur-kannya, melainkan
sampai waktu yang tertentu. Dikala datang hari itu, tidak ada
seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka
di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam
neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas
(dengan merintih). (TQS. Hûd [11]: 102-106)

uþθß™ tβθèù$sƒs†uρ öΝåκ®5u‘ šχöθt±øƒs†uρ Ÿ≅|¹θムβr& ÿϵÎ/ ª!$# ttΒr& !$tΒ tβθè=ÅÁtƒ tÏ%©!$#uρ

 ∩⊄⊇∪ É>$|¡Ïtø:$#
Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah
perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada
Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. (TQS. Ar-Ra’du
[13]: 21)

 ∩⊇⊆∪ ω‹Ïãuρ t∃%s{uρ ’ÍΓ$s)tΒ š’%s{ ôyϑÏ9 šÏ9≡sŒ


Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan
menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku.
(TQS. Ibrahim [14]: 14)

tΠöθtƒ ∩⊇∪ ÒΟŠÏàtã íóx« Ïπtã$¡¡9$# s's!t“ø9y— āχÎ) 4 öΝà6−/u‘ (#θà)®?$# â¨$¨Ζ9$# $y㕃r'‾≈tƒ

@≅ôϑym ÏN#sŒ ‘≅à2 ßìŸÒs?uρ ôMyè|Êö‘r& !$£ϑtã >πyèÅÊöãΒ ‘≅à2 ã≅yδõ‹s? $yγtΡ÷ρt?s

Ó‰ƒÏ‰x© «!$# šU#x‹tã £Å3≈s9uρ 3“t≈s3Ý¡Î0 Νèδ $tΒuρ 3“t≈s3ß™ }¨$¨Ζ9$# “ts?uρ $yγn=÷Ηq
x

 ∩⊄∪
90 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya


kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar
(dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan
itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang
disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan
kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya
mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras. (TQS.
al-Hajj [22]: 1-2)

 ∩⊆∉∪ Èβ$tF¨Ζy_ ϵÎn/u‘ tΠ$s)tΒ t∃%s{ ôyϑÏ9uρ


Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada
dua surga. (TQS. ar-Rahmân [55]: 46)

 ∩⊇⊂∪ #Y‘$s%uρ ¬! tβθã_ös? Ÿω ö/ä3s9 $¨Β


Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? (TQS. Nûh
[71]: 13). Artinya mengapa kamu tidak takut kepada Kebesaran
Allah.

Èe≅ä3Ï9 ∩⊂∉∪ ϵŠÏ⊥t/uρ ϵÏFt7Ås≈|¹uρ ∩⊂∈∪ ϵ‹Î/r&uρ ϵÏiΒé&uρ ∩⊂⊆∪ ϵ‹Åzr& ôÏΒ âöpRùQ$# ”Ïtƒ tΠöθtƒ

 ∩⊂∠∪ ϵŠÏΖøóム×βù'x© 7‹Í×tΒöθtƒ öΝåκ÷]ÏiΒ <›Í÷ö∆$#


Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan
bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka
pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.
TQS. ‘Abasa [80]: 34-37)

Adapun kewajiban memiliki rasa takut berdasarkan as-


Sunah dan Atsar, dapat dilihat dari apa-apa yang disebutkan secara
langsung (manthuq) atau berdasarkan mafhum dari hadists-hadits
berikut:
Takut Kepada Allah... 91

 Dari Abû Hurairah ra. ia berkata, aku mendengar Rasulullah


saw bersabda:

،‫ﺎﺩِ ﻝﹲ‬‫ﻡ ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ ِﺇﻣ‬:‫ﻪ‬ ‫ـ‬


‫ﻡ ﹶﻻ ِﻇ ﱠﻞ ِﺇ ﱠﻻ ِﻇﻠﱡـ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ،‫ﷲ ﻓِﻲ ِﻇﻠﱢــ ِﻪ‬
ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻳ ِﻈﱡﻠ‬ ‫ﻌ ﹲﺔ‬ ‫ﺒ‬‫ﺳ‬ »
،ِ‫ﺎ ِﺟﺪ‬‫ﺴ‬‫ﻖ ﺑِﺎﻟﹾﻤ‬ ‫ﻌﱠﻠ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬‫ﺟ ﹲﻞ ﹶﻗﹾﻠ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺟﻞﱠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺩ ِﺓ ﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﺸﹶﺄ ﻓِﻲ ِﻋﺒ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﺎﺏ‬‫ﻭﺷ‬
‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺮﻗﹶﺎ‬ ‫ﺗ ﹶﻔ‬‫ﻭ‬ ، ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﺟ‬ ‫ ﺍ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺗﺤ‬ ‫ﻼ ِﻥ‬
‫ﺟ ﹶ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬
‫ﻕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ، ‫ﷲ‬
َ‫ﻑﺍ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻲ ﹶﺃﺧ‬‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ِﺇﻧ‬،‫ﺎ ٍﻝ‬‫ﺟﻤ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺐ‬
ٍ ‫ﺼ‬
ِ ‫ﻨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺮﹶﺃ ﹲﺓ ﺫﹶﺍ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬
‫ﺮ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ ﹶﺫ ﹶﻛ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻤِﻴ‬‫ﻖ ﻳ‬ ‫ﻨ ِﻔ‬ ‫ﺎ ﺗ‬‫ﻪ ﻣ‬ ‫ﺎﹸﻟ‬‫ﻢ ِﺷﻤ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻰ ﹶﻻ‬‫ﺣﺘ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺧﻔﹶﺎﻫ‬ ‫ﺪ ﹶﻗ ٍﺔ ﹶﻓﹶﺄ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ِﺑ‬
«‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺿ‬
 ‫ ﹶﻓﻔﹶﺎ‬،‫ﺎ‬‫ﺎِﻟﻴ‬‫ﷲ ﺧ‬
َ‫ﺍ‬
Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-
Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu
Pemimpin yang adil; Pemuda yang senantiasa beribadah kepada
Allah semasa hidupnya; Orang yang hatinya senantiasa terpaut
dengan Masjid; Dua orang yang saling mencintai kerena Allah,
keduanya berkumpul dan berpisah kerena Allah; Seorang lelaki
yang diajak seorang perempuan cantik dan berkedudukan untuk
berzina tetapi dia berkata, “Aku takut kepada Allah!”; Orang yang
memberi sedekah tetapi dia merahasiakannya seolah-olah tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya;
dan seorang yang mengingat Allah di waktu sunyi sehingga
bercucuran air matanya. (Mutafaq ‘alaih)

 Dari Anas ra., ia berkata; Rasulullah saw. pernah berkhutbah


yang aku tidak pernah mendengar khutbah seperti itu selamanya.
Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺍ‬‫ﻢ ﹶﻛِﺜﲑ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺒ ﹶﻜ‬‫ﻟ‬‫ﻼ ﻭ‬


‫ﻢ ﹶﻗﻠِﻴ ﹰ‬ ‫ﺘ‬‫ﺤ ﹾﻜ‬
ِ‫ﻀ‬ ‫ ﹶﻟ‬‫ﻋﹶﻠﻢ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﻣ‬‫ﻌﹶﻠﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻮ‬ ‫»ﹶﻟ‬
92 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, maka niscaya kamu
akan sedikit tertawa dan banyak menangis.

Kemudian para sahabat Rasulullah saw. menutup wajah mereka


dan mereka menangis tersedu-sedu. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari ‘Adiy bin Hatim ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺮ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬‫ﻴ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﺎ ﹲﻥ‬‫ﺟﻤ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﻴ‬‫ ﹶﻟ‬،‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ ﹶﻜﱢﻠ‬‫ﺳ‬ ‫ﺣ ٍﺪ ِﺇ ﱠﻻ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﺎ ِﻣ‬‫»ﻣ‬
‫ﻡ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﻯ ِﺇ ﱠﻻ ﻣ‬‫ﻳﺮ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻪ ﹶﻓ ﹶ‬ ‫ﻨ‬‫ﻡ ِﻣ‬ ‫ﺷﹶﺄ‬ ‫ﺭ ﹶﺃ‬‫ﻆﹸ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ ﻭ‬،‫ﻡ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﻯ ِﺇ ﱠﻻ ﻣ‬‫ﻳﺮ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻪ ﹶﻓ ﹶ‬ ‫ﻨ‬‫ﻦ ِﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬‫ﹶﺃ‬
‫ﻖ‬ ‫ﺸ‬
ِ ‫ﻮ ِﺑ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﻨ‬‫ ِﻬ ِﻪ ﻓﹶﺎ‬‫ﻭﺟ‬ ‫ﺭ ِﺗ ﹾﻠﻘﹶﺎ َﺀ‬ ‫ﺎ‬‫ﻯ ِﺇ ﱠﻻ ﺍﻟﻨ‬‫ﻳﺮ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻳ ِﻪ ﹶﻓ ﹶ‬‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬
«‫ﺮ ٍﺓ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬
Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali akan diajak bicara
oleh Allah tanpa penerjemah. Kemudian ia menengok ke kanan,
maka ia tidak melihat kecuali apa yang pernah dilakukannya (di
dunia). Ia pun menengok ke kiri, maka ia tidak melihat kecuali apa
yang pernah dilakukannya (di dunia). Lalu ia melihat ke depan,
maka ia tidak melihat kecuali neraka ada di depan wajahnya. Karena
itu jagalah diri kalian dari neraka meski dengan sebutir kurma.
(Mutafaq ‘alaih).

 Dari ‘Aisyah ra., ia berkata; aku mendengar Rasulullah saw.


bersabda:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺖ ﻳ‬
 ‫ ﹸﻗ ﹾﻠ‬،‫ﺮ ﹰﻻ‬ ‫ﺍ ﹰﺓ ﻏﹸــ‬‫ﻋﺮ‬ ‫ﺣﻔﹶﺎ ﹰﺓ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺮ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺸ‬
‫ﺤ‬ ‫ﻳ‬ »
‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺸ ﹸﺔ ﹾﺍ َﻷ‬
 ‫ﺎِﺋ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﺾ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻳ‬
ٍ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻢ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺟﻤِﻴﻌ‬ ‫ﺎ ُﺀ‬‫ﻨﺴ‬‫ﻭﺍﻟ‬ ‫ﺎ ﹸﻝ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﺍﻟ‬
«‫ﻢ ﹶﺫِﻟﻚ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ ِﻬ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺪ ِﻣ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﹶﺃ‬
Takut Kepada Allah... 93

Manusia di hari kiamat akan dikumpulkan tanpa alas kaki, telanjang,


dan belum dikhitan. Aku berkata, “Wahai Rasulallah saw.! apakah
laki-laki dan wanita akan saling menatap satu sama lainnya?”
Rasulullah saw. bersabda, “Wahai ‘Aisyah!, urusan pada saat itu
lebih dahsyat, sehingga mereka tidak akan sempat saling
memandang kepada yang lain.” (Mutafaq ‘alaih)

 Diriwayatkan dari an-Nu’man bin Basyir ra., katanya; aku


mendengar Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺺ‬
ِ ‫ﻤ ـ‬ ‫ﺧ‬ ‫ـﻲ ﹶﺃ‬
‫ﻊ ِﻓـ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﻮ‬‫ﺟ ﹲﻞ ﺗ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ ِﺔ ﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻳﻮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﺬﹶﺍﺑ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻫ ِﻞ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﻫ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﹶﺃ‬
«‫ﺎﻏﹸﻪ‬‫ﺎ ﺩِﻣ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻐﻠِﻲ ﻣِﻨ‬ ‫ﻳ‬ ِ‫ﺎﻥ‬‫ﺮﺗ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﹶﻗ‬
Sesungguhnya azab yang paling ringan dari penghuni neraka pada
hari kiamat ialah seorang yang diletakkan pada kedua telapak
kakinya sepotong bara api yang menyebabkan otaknya mendidih.
(Mutafaq ‘alaih)

 Dari Ibnu Umar, semoga Allah meridhai keduanya,


sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺤ ِﻪ ِﺇﻟﹶــﻰ‬
ِ ‫ﺷ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻢ ﻓِﻲ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺐ ﹶﺃ‬
 ‫ﻳﻐِﻴ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ،‫ﲔ‬
 ‫ﺎﹶﻟ ِﻤ‬‫ﺏ ﺍﹾﻟﻌ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺱ ِﻟ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻳﻘﹸﻮ‬»
«‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻧ‬‫ﻑ ﹸﺃ ﹸﺫ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺼ‬‫ﺃﹶﻧ‬
Kelak manusia akan berdiri menghadap Tuhan Semesta Alam,
hingga salah seorang dari mereka tenggelam dalam keringatnya
sampai ke paras kedua telinganya. (Mutafaq ‘alaih)

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; sesungguhnya Rasulullah


saw. bersabda:

‫ﲔ‬
 ‫ﺒ ِﻌ‬‫ﺳ‬ ‫ﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﻢ ﻓِﻲ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﻬ‬ ‫ ﹸﻗ‬‫ﺮ‬‫ﺐ ﻋ‬
 ‫ﻫ‬ ‫ﻳ ﹾﺬ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﺮﻕ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ »
« ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﺒﹸﻠ ﹶﻎ ﺁﺫﹶﺍ‬‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺠ‬
ِ ‫ﻳﹾﻠ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍﻋ‬‫ِﺫﺭ‬
‫ﲔ‬
 ‫ﺒ ِﻌ‬‫ﺳ‬ Pilar-pilar
94 ‫ﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ِﻲ ﹾﺍ َﻷ‬Pengokoh
‫ﻢ ﻓ‬ ‫ﻬ‬ ‫ ﹸﻗ‬‫ﺮ‬‫ ﻋ‬Nafsiyah
‫ﺐ‬
 ‫ﻫ‬ ‫ﻳ ﹾﺬ‬ ‫ﻰ‬Islamiyah
‫ﺣﺘ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﺮﻕ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬
« ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﺒﹸﻠ ﹶﻎ ﺁﺫﹶﺍ‬‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺠ‬
ِ ‫ﻳﹾﻠ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍﻋ‬‫ِﺫﺭ‬
Manusia pada hari kiamat akan berkeringat hingga mengalir di
permukaan bumi setinggi tujuh puluh hasta dan akan
meneggelamkan mereka sampai ke telinganya. (Mutafaq ‘alaih)

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; sesungguhnya Rasulullah


saw. bersabda:

‫ـﻰ‬
‫ﺘـ‬‫ﺣ‬ ‫ﻴ ـ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﻫ‬‫ﺘﺒ‬‫ﺗ ﹾﻜ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻴﹶﺌ ﹰﺔ ﹶﻓ ﹶ‬‫ﺳ‬ ‫ﻤ ﹶﻞ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺒﺪِﻱ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺍ‬‫ﷲ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃﺭ‬
ُ ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﺍ‬»
‫ﺎ‬‫ﻮﻫ‬‫ﺘﺒ‬‫ﺟﻠِﻲ ﻓﹶﺎ ﹾﻛ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﺮ ﹶﻛﻬ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﻥ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺎ ِﺑ ِﻤﹾﺜِﻠﻬ‬‫ﻮﻫ‬‫ﺘﺒ‬‫ﺎ ﻓﹶﺎ ﹾﻛ‬‫ﻋ ِﻤﹶﻠﻬ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ‬،‫ﺎ‬‫ﻤﹶﻠﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬
،‫ﻨ ﹰﺔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻮﻫ‬‫ﺘﺒ‬‫ﺎ ﻓﹶﺎ ﹾﻛ‬‫ ﹾﻠﻬ‬‫ﻔﹾﻌ‬‫ﻢ ﻳ‬ ‫ﻨ ﹰﺔ ﹶﻓﹶﻠ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻤ ﹶﻞ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺩ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺍ‬‫ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃﺭ‬‫ ﻭ‬،‫ﻨ ﹰﺔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﹶﻟ‬
«‫ﻒ‬
ٍ ‫ﻌ‬ ‫ﺿ‬
ِ ‫ﺒ ِﻊ ﻣِﺎﹶﺋ ِﺔ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ ِﺇﻟﹶﻰ‬‫ﻣﺜﹶﺎِﻟﻬ‬ ‫ﺸ ِﺮ ﺃﹶ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻪ ِﺑ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻮﻫ‬‫ﺘﺒ‬‫ﺎ ﻓﹶﺎ ﹾﻛ‬‫ﻋ ِﻤﹶﻠﻬ‬ ‫ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ‬
Allah berfirman, “Jika hamba-Ku bermaksud melaksanakan
maksiat, maka janganlah ditulis hingga ia melaksanakannya. Jika
ia melakukannya, maka tulislah kesalahaan itu dengan satu
kesalahan. Jika ia meninggalkannya karena Aku, maka catatlah
sebagai sebuah kebaikan. Jika hamba-Ku bermaksud melaksanakan
sebuah kebaikan tapi ia belum sempat melaksanakannya, maka
catatlah sebagai sebuah kebaikan. Jika ia melakukannya, maka
catatlah sebagai sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat.
(Mutafaq ‘alaih)

 Dari Abû Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻮ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬‫ﺣﹶﺃـ‬ ‫ﻨِﺘﹶﺃِﻪ‬‫ﺠِﻪ‬


 ‫ﻨِﺘ‬‫ﺠِﺑ‬
 ‫ﻊ‬‫ﻊِﻤ ِﺑ‬ ‫ﺎﹶﻃ ِﻤﹶﻃ‬‫ﺎﻣ‬‫ﺑ ِﺔﻣ‬‫ﺑﹸﻮِﺔ‬‫ﻌﹸﻮﻘ‬‫ﻌﹾﻟﻘ‬‫ﻦﺍﹾﻟ ﺍ‬ ‫ﻦ‬‫ﷲِﻣ ِﻣ‬
ِ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪﺍ ﺍ‬ ‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ﻨِﻋ‬‫ﺎ ِﻋ‬‫ﺎ‬‫ﻦ ﻣﻣ‬‫ﻦ‬ ‫ﺆِﻣِﻣ‬‫ﺆ‬ ‫ﻤ‬‫ﻤ‬ ‫ﻢ ﺍﺍﹾﻟﹾﻟ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻮ‬ ‫»ﹶﻟ‬
«‫ﺪ‬ ‫ﻤِﺘ ِﻪ ﺃﹶﺣ‬ ‫ﺣ‬  ‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻂ ِﻣ‬ ‫ﻨ ﹶ‬‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﻤ ِﺔ ﻣ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﷲ ِﻣ‬ ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﻋ‬‫ﺮ ﻣ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟﻜﹶﺎِﻓ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﻳ‬
Takut Kepada Allah... 95

Jika seorang mukmin mengetahui siksaan yang ada di sisi Allah,


niscaya tidak seseorang pun yaang mengharapkan surga-Nya. Jika
orang kafir mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah, niscaya tidak
seseorang pun yang berputusasa dari rahmat-Nya. (HR. Muslim)

 Dari Ibnu Umar, semoga Allah meridhai keduanya, ia berkata;


aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺮﹶﺃﹲﺓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﺘ‬‫ﺗ‬‫ ﹶﻓﹶﺄ‬،‫ﻪ‬ ‫ﻋ ِﻤﹶﻠ‬ ‫ﺐ‬


ٍ ‫ﻧ‬‫ﻦ ﹶﺫ‬ ‫ﻉ ِﻣ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﺍﺋِﻴ ﹶﻞ ﹶﻻ‬‫ﺳﺮ‬ ‫ﺑﻨِﻲ ِﺇ‬ ‫ﻦ‬ ‫»ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍﹾﻟ ِﻜ ﹾﻔ ﹸﻞ ِﻣ‬
‫ﻦ‬ ‫ﺟ ِﻞ ﻣِـ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺪ ﺍﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ ﹾﻘ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬ ‫ﺪ ِﻣ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﺎ ﹶﻓﹶﻠﻤ‬‫ﻳ ﹶﻄﹶﺄﻫ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎﺭ‬‫ﲔ ﺩِﻳﻨ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺎ ِﺳ‬‫ﻋﻄﹶﺎﻫ‬ ‫ﹶﻓﹶﺄ‬
‫ﺎ‬‫ﻤ ﹲﻞ ﻣ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ‬ ‫ َ َﻷ ﹾﻥ‬:‫ﺖ‬
 ‫ﻚ؟ ﻗﹶﺎﹶﻟ‬
ِ ‫ﺒﻜِﻴ‬‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﻣ‬،‫ﺖ‬
 ‫ﺑ ﹶﻜ‬‫ﻭ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺮﹶﺃِﺗ ِﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ ِﻣ‬ ‫ﺖ‬
ِ ‫ﻧ‬‫ﲔ ﹶﺃ‬
 ‫ﻌِﻠ‬ ‫ﺗ ﹾﻔ‬ :‫ ﻓﹶﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺟ ﹸﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍﹾﻟﺤ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻤﹶﻠﻨِﻲ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ،‫ﻂ‬
‫ﻪ ﹶﻗ ﱡ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋ ِﻤ ﹾﻠ‬
‫ﻴ ِﻪ‬ ‫ﻋﺼِــ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﷲ ﻣ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﻭﻭ‬ ،ِ‫ﺘﻚ‬‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻄ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻚ ﻣ‬
ِ ‫ﻫﺒِﻲ ﹶﻓﹶﻠ‬ ‫ ِﺍ ﹾﺫ‬،‫ﻯ‬‫ﺣﺮ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﷲ ! ﹶﻓﹶﺄﻧ‬
ِ ‫ﺎ ﹶﻓ ِﺔ ﺍ‬‫ﻣﺨ‬
‫ﺪ‬ ‫ﷲ ﹶﻗ‬
َ ‫ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬:ِ‫ـﻪ‬
‫ﺎﺑِـ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺑ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ ﹾﻜ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ ﹶﻓﹶﺄ‬،ِ‫ﻴﹶﻠِﺘﻪ‬‫ ﹶﻟ‬‫ﺕ ِﻣﻦ‬
 ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﻤ‬،‫ﺍ‬‫ﺑﺪ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺪﻫ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬
«‫ﻚ‬
 ‫ﻦ ﹶﺫِﻟ‬ ‫ﺱ ِﻣ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺐ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﺠ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺮ ِﻟﹾﻠ ِﻜ ﹾﻔ ِﻞ ﹶﻓ‬ ‫ﹶﻏﻔﹶ‬
Ada seorang kiflu (orang yang suka menjamin urusan orang lain)
dari Bani Israil yang tidak berhati-hati dari dosa yang dilakukannya.
Suatu ketika ia didatangi seorang wanita. Kemudian ia memberikan
enam dinar kepada wanita itu dengan syarat boleh
menyetubuhinya. Ketika ia telah berada pada posisi akan
menyetubuhinya, wanita itu mendadak menggigil katakutan dan
menangis. Kemudian laki-laki itu berkata, “Apa yang menyebabkan
engkau menangis?” Wanita itu berkata, “Aku menangis karena
perbuatan seperti ini belum pernah kulakukan selama ini. Aku tidak
terdorong untuk melakukannya kecuali karena kebutuhan yang
mendesak.” Laki-laki itu berkata, “Jadi engkau menangis kerena
96 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

takut kepada Allah? Sungguh aku lebih pantas untuk takut kepada
Allah. Pergilah dan ambillah jadi milikmu apa yang telah kuberikan
tadi. Demi Allah, aku tidak akan menentang Allah lagi setelah ini
selamanya.” Kemudian laki-laki itu mati di malam harinya, dan
tiba-tiba tertulislah dipintu rumahnya, “Sesungguhnya Allah telah
mengampuni laki-laki itu”. Maka orang-orang pun terkaget-kaget
karenanya. (HR. at-Tirmidzi, ia menghasankan hadits ini,
dan al-Hâkim dalam kitab Shahih-nya. Hadits ini disetujui
oleh adz-Dzahabi, Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya
dan Baihaqi dalam asy-Sya’bi)

 Dari Abû Hurairah ra., dari Nabi saw., tentang perkara yang
diriwayatkan beliau dari Tuhannya. Allah berfirman:

‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺎﹶﻓﻨِﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟــ‬‫ﻴ ِﻦ ِﺇﺫﹶﺍ ﺧ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﻴ ِﻦ‬‫ﻮﹶﻓ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺒﺪِﻱ‬‫ﻋ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺰﺗِﻲ ﹶﻻ ﹶﺃ‬ ‫ﻭ ِﻋ‬ »
«ِ‫ــﺔ‬‫ﺎﻣ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺧ ﹾﻔ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﻨِﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﹶﺃ‬
Demi kemulian-Ku, Aku tidak akan menghimpun dua rasa takut
dan dua rasa aman pada diri seorang hamba. Jika ia takut kepada-
Ku di dunia, maka Aku akan bemberikannya rasa aman di hari
kiamat. Jika ia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku akan
memberikan rasa takut kepadanya di hari kiamat. (HR. Ibnu
Hibban dalam kitab Shahih-nya).

 Dari Ibnu Abbas, semoga Allah meridhai keduanya, ia berkata;


ketika Allah menurunkan ayat ini kepada Nabi-Nya:

 äοu‘$yfÏtø:$#uρ â¨$¨Ζ9$# $yδߊθè%uρ #Y‘$tΡ ö/ä3‹Î=÷δr&uρ ö/ä3|¡àΡr& (#þθè% (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ
Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri dan keluarga kalian
dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan.
(TQS. at-Tahrim [66]: 6); Pada suatu hari Rasulullah saw.
membacakan ayat ini kepada para sahabat, tiba-tiba ada seorang
Takut Kepada Allah... 97

pemuda yang terjungkal pingsan. Kemudian Nabi saw. meletakkan


tangan beliau di atas hatinya, dan ternyata jantungnya masih
berdetak. Kemudian Nabi saw. bersabda, “Wahai anak muda
ucapkanlah: ‘Tidak ada Tuhan selain Allah’”, maka pemuda itu
pun mengucapkannya. Kemudian beliau memberikan kabar
gembira kepadanya dengan surga. Para sahabat berkata, “Wahai
Rasulullah!, apakah di antara kami ada yang seperti itu?” Rasulullah
bersabda; apakah kalian tidak mendengar firman Allah:

‫ﻭﻋِﻴ ِﺪ‬ ‫ﻑ‬


 ‫ﺎ‬‫ﻭﺧ‬ ‫ﻣﻘﹶﺎﻣِﻲ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺧ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻚ ِﻟ‬
 ‫ ﹶﺫِﻟ‬
Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan
menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku.
(HR. al-Hâkim, ia menshahihkannya dan disepakati oleh
adz-Dzahabi).

 Dari ‘Aisyah ra., ia berkata; Wahai Rasulullah saw.!, Allah


berfirman:

‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺍ ِﺟﻌ‬‫ﻢ ﺭ‬ ‫ﺑ ِﻬ‬‫ﺭ‬ ‫ﻢ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ ِﺟﹶﻠ ﹲﺔ ﹶﺃ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭﹸﻗﻠﹸﻮ‬ ‫ﺍ‬‫ﺗﻮ‬‫ﺎ ﺀَﺍ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﻣ‬‫ﺆﺗ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬‫ﻭ‬
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya
mereka akan kembali kepada Tuhan mereka (TQS.al-Mukmin
[23]: 60); adalah ditujukan kepada orang yang berzina dan minum
khamr. Dalam riwayat Ibnu Sabiq dikatakan, “Apakah ditujukan
pada orang yang berzina, mencuri, dan minum khamr, tapi meski
begitu dia takut kepada Allah?” Rasulullah saw. bersabda, “Bukan”.
Dalam riwayat Waki dikatakan, “Bukan, Wahai Putri Abû Bakar
ash-Shiddiq, tapi ia adalah orang yang menunaikan shaum, shalat,
dan sedekah; dan ia merasa khawatir ibadahnya tersebut tidak
diterima.” (HR. al-Baihaki dalam asy-Sya’bi, al-Hâkim dalam
al-Mustadrak, ia menshahihkannya dan disetujui oleh adz-
Dzahaby).
98 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Dari Tsauban ra., dari Nabi saw., beliau bersabda:

‫ــﺎ ٍﻝ‬‫ﻣﺜﹶﺎ ِﻝ ِﺟﺒ‬ ‫ﺕ ﹶﺃ‬


ِ ‫ﺎ‬‫ﺴﻨ‬
‫ﺤ‬
 ‫ﻣ ِﺔ ِﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ﻳ‬‫ﻳ ﹾﺄﺗ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻣِﺘ‬ ‫ﻦ ﹸﺃ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﺍﻣ‬‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻗﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋﱢﻠ‬ ‫»َ ُﻷ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺻ ﹾﻔ‬
ِ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ ﻓﹶﻘﹸﻠﹾﺖ‬،‫ﺍ‬‫ﻨﺜﹸﻮﺭ‬‫ﻣ‬ ‫ﺎ ًﺀ‬‫ﻫﺒ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﻠﹸﻬ‬‫ﻌ‬‫ﺠ‬‫ ﻓﹶﻴ‬،‫ﺎ‬‫ﻣ ﹶﺔ ﺑِﻴﻀ‬ ‫ﺎ‬‫ِﺗﻬ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ ِﺇ‬‫ ﹶﺃﻣ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻢ‬ ‫ـ‬
‫ﻌﻠﹶـ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻦ ﹶﻻ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻧﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﻣ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ ﱠﻻ‬‫ﻢ ﹶﻟﻨ‬ ِ‫ﻠﱢﻬ‬‫ ﺣ‬،‫ﺎ‬‫ﻟﹶﻨ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻭﹶﻟ ِﻜ‬ ،‫ﻭﻥﹶ‬ ‫ﺧ ﹸﺬ‬ ‫ﺗ ﹾﺄ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻞ ﹶﻛﻤ‬‫ﻦ ﺍﻟﱠﻠ‬ ‫ﺧﺬﹸﻭ ﹶﻥ ِﻣ‬ ‫ﻳ ﹾﺄ‬‫ﻭ‬ ،‫ﻢ‬ ‫ﺪِﺗ ﹸﻜ‬ ‫ﻦ ِﺟ ﹾﻠ‬ ‫ ِﻣ‬،‫ﻢ‬ ‫ﺍِﻧ ﹸﻜ‬‫ﺧﻮ‬ ‫ِﺇ‬
«‫ﺎ‬‫ﻬﻜﹸﻮﻫ‬ ‫ﺘ‬‫ﻧ‬‫ﷲ ﺍ‬
ِ ‫ﺎ ِﺭ ِﻡ ﺍ‬‫ﻤﺤ‬ ‫ﺍ ِﺑ‬‫ﺧﹶﻠﻮ‬ ‫ﻡ ِﺇﺫﹶﺍ‬ ‫ﺍ‬‫ﹶﺃ ﹾﻗﻮ‬
Aku akan memberitahukan beberapa kaum dari umatku. Di hari
kiamat mereka datang dengan membawa kebaikan seperti gunung
Tihamah yang putih. Tapi Allah menjadikannya bagaikan debu yang
bertebarkan. Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah sifat
mereka dan jelaskanlah keadaan mereka agar kami tidak termasuk
bagian dari mereka sementara kami tidak mengetahuinya.” Rasulullah
saw. bersabda, “Ingatlah!, mereka adalah bagian dari saudara kalian
dan dari ras kalian. Mereka suka bangun malam sebagaimana kalian,
tapi mereka adalah kaum yang jika tidak dilihat oleh siapa pun ketika
menghadapi perkara yang diharamkan Allah, maka mereka
melanggarnya.” (HR. Ibnu Majah. Al-Kinani penulis buku
Mishbah al-Zujajah berkata, “Isnad hadits ini shahih, para
perawinya terpercaya”)

 Abdullah bin Mas’ud menceritakan kepada kami dua hadits,


salah satunya berasal dari Nabi saw. dan satu lagi dari dirinya sendiri
ia berkata:

،‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻳ ﹶﻘ‬ ‫ﻑ ﹶﺃ ﹾﻥ‬


 ‫ﺎ‬‫ﻳﺨ‬ ‫ﺒ ٍﻞ‬‫ﺟ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺤ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻪ ﻗﹶﺎ ِﻋ‬ ‫ﻧ‬‫ﻪ ﹶﻛﹶﺄ‬ ‫ﺑ‬‫ﻮ‬‫ﻯ ﹸﺫﻧ‬‫ﻳﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ‬
‫ﻮ‬‫ﻫ ﹶﻜﺬﹶﺍ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃﺑ‬ ‫ﻧ ِﻔ ِﻪ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ِﺑ ِﻪ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺏ‬
ٍ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﹶﻛ ﹸﺬﺑ‬ ‫ﺑ‬‫ﻮ‬‫ﻯ ﹸﺫﻧ‬‫ﻳﺮ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟﻔﹶﺎ ِﺟ‬
Takut Kepada Allah... 99

«...‫ﻧ ِﻔ ِﻪ‬‫ﻕ ﹶﺃ‬


 ‫ﻮ‬ ‫ﻴ ِﺪ ِﻩ ﹶﻓ‬‫ﺏ ِﺑ‬
ٍ ‫ﺎ‬‫ِﺷﻬ‬
Sesungguhnya orang yang beriman akan melihat dosa-dosanya
seolah-olah dia berdiri di bawah gunung. Ia takut (dosa itu) jatuh
menimpanya. Sedangkan orang yang jahat akan melihat dosa-
dosanya seperti lalat yang menghampiri hidungnya, kemudia ia
berkata mengenai dosanya, “Seperti inikah?” Abû Syihab berkata
dengan tangannya —yang diletakkan— di atas hidungnya.. (HR.
al-Bukhâri)

 Dari Sa’ad ra., ia berkata; aku mendengar Rasulullah saw.


bersabda:

«‫ﻲ‬ ‫ﺨ ِﻔ‬
 ‫ﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻐِﻨ‬ ‫ﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺘ ِﻘ‬‫ﺪ ﺍﻟ‬ ‫ﺒ‬‫ﻌ‬ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬
 ِ‫ﻳﺤ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
Sesungguhnya Allah akan mencintai seorang hamba yang takwa,
kaya5, dan tidak dikenal karena sibuk beribadah kepada-Nya. (HR.
Muslim)

 Dari Usamah bin Syarik, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺕ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﻪ ِﺇﺫﹶﺍ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﺗ ﹾﻔ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻴﹰﺄ ﹶﻓ ﹶ‬‫ﺷ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻨ‬‫ﷲ ِﻣ‬
ُ ‫ﻩ ﺍ‬ ‫ﺎ ﹶﻛ ِﺮ‬‫»ﻣ‬
Apa-apa yang tidak disukai Allah darimu, maka janglah engkau
kerjakan, (meskipun) sedang sendirian. (HR. Ibnu Hibban dalam
kitab Shahih-nya)

 Dari Abdullah bin Amru, ia berkata:

‫ﺐ‬
ِ ‫ﻮ ِﻡ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﹾﻠ‬‫ﺨﻤ‬  ‫ﻣ‬ ‫ ﹸﻛ ﱡﻞ‬:‫ﻀ ﹸﻞ؟ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬  ‫ﺱ ﹶﺃ ﹾﻓ‬  ‫ﷲ  ﹶﺃ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻱ ﺍﻟﻨ‬ ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺮﺳ‬ ‫» ﻗِﻴ ﹶﻞ ِﻟ‬
‫ﺐ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ِ ‫ﻡ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﹾﻠ‬ ‫ﻮ‬‫ﺨﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﹶﻓﻤ‬ ‫ﻌ ِﺮﹸﻓ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻕ ﺍﻟﱢﻠﺴ‬
 ‫ﻭ‬‫ﺻﺪ‬
 ‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬،‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻕ ﺍﻟﱢﻠﺴ‬
ِ ‫ﻭ‬‫ﺻﺪ‬ 
«‫ﺪ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ِﻏ ﱠﻞ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻢ ﻓِﻴ ِﻪ‬ ‫ﻲ ﹶﻻ ِﺇﹾﺛ‬ ‫ﻨ ِﻘ‬‫ﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﺘ ِﻘ‬‫ﻮ ﺍﻟ‬ ‫ﻫ‬
100 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Ditanyakan kepada Rasulullah saw. manusia manakah yang paling


utama? Rasulullah saw bersabda, “Orang yang bening hatinya dan
jujur lisannya.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah!, Kami
sudah mengetahui maksud ‘jujur lisannya’, namun apa yang
dimaksud dengan ‘bening hatinya’?” Rasulullah saw. bersabda,
“Adalah hati yang takut (kepada Allah) dan bersih. Di dalamnya
tidak ada dosa, sifat jahat, kedengkian, dan iri.” (Al-Kinani
berkata, “Sanad hadits ini shahih”. Al-Baihaki meriwayat-
kannya dalam kitab Sunan-nya dengan bentuk seperti ini)

 Dari Abû Umamah, dari Nabi saw, beliau bersabda:

، ‫ﻼ ِﺓ‬
‫ﺼﹶ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻆ ِﻣ‬
‫ﺣ ﱟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ ِﺫ ﹸﺫ‬‫ﻒ ﺍﹾﻟﺤ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺧ ِﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻱ ﹶﻟ‬
 ‫ﻨ ِﺪ‬‫ﻲ ِﻋ‬ ‫ﺎِﺋ‬‫ﻭِﻟﻴ‬ ‫ﻂ ﹶﺃ‬
‫ﺒ ﹶ‬‫»ِﺇ ﱠﻥ ﹶﺃ ﹾﻏ‬
‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﺸ‬ ‫ﺱ ﹶﻻ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨ‬‫ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻏﹶﺎ ِﻣﻀ‬ ،‫ﺮ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻪ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻭﹶﺃﻃﹶﺎ‬ ‫ﺑ ِﻪ‬‫ﺭ‬ ‫ﺩ ِﺓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ِﻋﺒ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺃﹶ‬
‫ﻴ ِﺪ ِﻩ‬‫ﺾ ِﺑ‬
 ‫ﻧ ﹶﻔ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻚ‬
 ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺫِﻟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺼ‬
 ‫ﻪ ﹶﻛﻔﹶﺎﻓﹰﺎ ﹶﻓ‬ ‫ﺯﹸﻗ‬ ‫ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﺭ‬ ،‫ﺎِﺑ ِﻊ‬‫ﻴ ِﻪ ِﺑ ﹾﺎ َﻷﺻ‬‫ِﺇﹶﻟ‬
«‫ﺍﹸﺛﻪ‬‫ﺗﺮ‬ ‫ﻴ ِﻪ ﹶﻗ ﱠﻞ‬‫ﺍ ِﻛ‬‫ﺑﻮ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻪ ﹶﻗﱠﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻣِﻨ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺠﹶﻠ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬
Sesungguhnya wali yang paling menarik bagiku adalah seorang
mukmin yang sedikit harta dan keluarganya, yang memiliki bagian
yang memadai dalam shalatnya (menambahnya dengan shalat
sunnah secara bersungguh-sungguh), dan paling baik ibadahnya
kepada Rab-nya. Ia taat kepada Allah pada saat menyendiri, tidak
ada yang melihatnya. Ia nenyembunyikan (ibadahnya) terhadap
manusia. Ia tidak pernah ditunjuk-tunjuk oleh jari tangan orang
lain. Rizkinya tidak terlalu banyak, tapi ia sabar atas rizkinya.
Kemudian beliau mengibaskan tangannya dan bersabda,

5. Kaya jiwa, yakni orang yang qanaah atas apa yang diberikan Allah
kepadanya
Takut Kepada Allah... 101

“Kematian orang itu cepat sekali, sedikit orang yang menangisinya


dan sedikit peninggalannya.” (HR. at-Tirmidzi. Ia menghasan-
kannya)

 Dari Bahz bin al-Hâkim, ia berkata; Bani Qusyair mengimami


kami di Masjid, kemudian ia membaca surat al-Mudatsir. Maka
ketika ia sampai kepada ayat:

 ∩∇∪ Í‘θè%$¨Ζ9$# ’Îû tÉ)çΡ #sŒÎ*sù


Apabila ditiup sangkakala, (TQS. al-Mudatsir [74]: 8), ia
tersungkur dan meninggal dunia. (HR. al-Hâkim. Ia berkata,
“Sanadnya shahih”)

 Dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhai keduanya, bahwa


Rasulullah saw. bersabda:

‫ ﹶﻓﻘﹶــﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺎ‬‫ﺘﻜﹾﺮﻫ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺝ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ ﹶﻓِﺈ‬،‫ﻨﻪ‬‫ﻋ‬ ‫ﻴ ﹾﻘ ِﻔﻒ‬‫ﺱ ﹶﻓ ﹾﻠ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻌﺒ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﻲ ِﻣ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ ِﻘ‬ ‫ﻣ‬ »
‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻌﺒ‬ ‫ﻉ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺮﻧ‬ ‫ﺎِﺋ‬‫ﻋﺸ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻨ‬‫ﺍ‬‫ﺧﻮ‬ ‫ﻭِﺇ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ َﺀﻧ‬‫ﺘ ﹸﻞ ﺁﺑ‬‫ﻧ ﹾﻘ‬‫ ﹶﺃ‬:‫ﺒ ﹶﺔ‬‫ﺘ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻳ ﹶﻔ ﹶﺔ‬ ‫ﺣ ﹶﺬ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺑ‬‫ﹶﺃ‬
‫ﺑ ِﻦ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﷲ  ﹶﻓ ﹶﻘﹶﺎ ﹶﻝ ِﻟ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ــ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ــ‬‫ﺒﹶﻠﻐ‬‫ ﹶﻓ‬،ِ‫ﻴﻒ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻪ ﺑِﺎﻟ‬ ‫ﻨ‬‫ﺑ‬‫ﺿ ِﺮ‬
 ‫ﷲ َ َﻷ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﻴ ِﻪ ﺑِــﹶﺄﺑِﻲ‬ ‫ﺎﻧِﻲ ِﻓ‬‫ﻮ ٍﻡ ﹶﻛﻨ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹸﻝ‬ ‫ﻪ َ َﻷ‬ ‫ﻧ‬‫ ِﺇ‬‫ﻤﺮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺺ –ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
ٍ ‫ﺣ ﹾﻔ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﺃﺑ‬‫ ﻳ‬:‫ﺏ‬
ِ ‫ﻄﱠﺎ‬‫ﺍﻟﹾ ﺨ‬
‫ﻲ‬ ‫ﻋِﻨ‬ ‫ﺩ‬ :‫ﻤ ـﺮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ـﺎ ﹶﻝ‬
‫ﻒ ﹶﻓ ﹶﻘـ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻮ ِﻝ ﺍﷲ ﺑِﺎﻟ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻳ‬ -ٍ‫ ﻔﹾﺺ‬‫ﺣ‬
‫ﺎ ﺑِﺂ ِﻣ ٍﻦ‬‫ﺎ ﹶﺃﻧ‬‫ ﻣ‬:‫ﻮﻝﹸ‬ ‫ﻳ ﹸﻘ ـ‬ ‫ﻳ ﹶﻔ ﹶﺔ‬‫ﺣ ﹶﺬ‬ ‫ﻮ‬‫ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺃﺑ‬ ،‫ﺎﹶﻓﻖ‬‫ﺪ ﻧ‬ ‫ﻪ ﹶﻗ‬ ‫ﻧ‬‫ﻨ ﹶﻘ ﹸﺔ ﹶﻓِﺈ‬‫ﻋ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺿ ِﺮ‬
 ‫ﻸ‬
َ ‫ﹶﻓ‬
‫ﻲ‬ ‫ــ‬‫ﻋﻨ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﺮﻫ‬ ‫ﻳ ﹶﻜ ﱢﻔ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺎِﺋﻔﹰﺎ‬‫ﺍ ﹸﻝ ﺧ‬‫ﻭﻻﹶ ﹶﺃﺯ‬ ،‫ﻤ ِﺔ ﺍﱠﻟﺘِﻲ ﹸﻗﹾﻠﺖ‬ ‫ﻚ ﺍﹾﻟ ﹶﻜِﻠ‬
 ‫ﻦ ِﺗﹾﻠ‬ ‫ِﻣ‬
«‫ﺍ‬‫ﻴﺪ‬‫ﺷ ِﻬ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻤ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ ﹶﻓ ﹸﻘِﺘ ﹶﻞ‬:‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬.ِ‫ﺩﺓ‬ ‫ﺎ‬‫ﺸﻬ‬
 ‫ﺑِﺎﻟ‬
102 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Barangsiapa di antara kalian bertemu dengan Abbas, maka


hendaklah ia menahan diri darinya (tidak menyerangnya), karena
ia ikut berperang bersama orang Quraisy dalam keadaan terpaksa.
Abû Huzaifah bin ‘Utbah berkata, “Kenapa kami harus membunuh
bapak, saudara, dan kerabat kami, sementara kami harus
membiarkan Abbas? Demi Allah aku pasti akan memenggalnya
dengan pedang.” Kemudian berita itu sampai kepada Rasulullah
saw., maka Rasul saw. berkata kepada Umar bin al-Khathab, “Wahai
Aba Hafs!, —hari itu adalah pertama kalinya Rasulullah
memanggilku dengan nama Abi Hafs— ia akan memenggal paman
Rasulullah saw. dengan pedang?” Umar berkata, “Biarkanlah aku
memenggal lehernya karena ia sungguh telah menjadi orang
munafik.” Abû Huzaifah berkata, “Aku sejak saat itu tidak pernah
merasa aman dari ucapanku tersebut. Dan aku akan senantiasa
dihinggapi rasa takut, hingga Allah menebusnya dariku dengan
mati syahid.” Ibnu Abbas berkata, “Abû Huzaifah terbunuh pada
perang Yamamah sebagai syuhada.” (HR. al-Hâkim dalam kitab
al-Mustadrak. Ia mengatakan hadits ini shahih memenuhi
syarat Muslim)

***
103

~6~
MENANGIS KERENA TAKUT
DAN INGAT KEPADA ALLAH

Menangis karena takut kepada Allah disunahkan. Dalilnya


adalah al-Quran dan as-Sunah. Adapun dalil-dalil dari al-Quran
adalah:

 ∩∉⊃∪ tβθä3ö7s? Ÿωuρ tβθä3ysôÒs?uρ ∩∈∪ tβθç7yf÷ès? Ï]ƒÏ‰ptø:$# #x‹≈yδ ôÏϑsùr&


Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan
kamu mentertawakan dan tidak menangis? (TQS. an-Najm [53]:
59)

 ∩⊇⊃∪ %Yæθà±äz óΟèδ߉ƒÌ“tƒuρ šχθä3ö7tƒ Èβ$s%øŒF|Ï9 tβρ”Ïƒs†uρ


Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan
mereka bertambah khusyu‘. (TQS. al-Isra [17]: 109)

 $|‹Å3ç/uρ #Y‰£∨ß™ (#ρ”yz Ç≈uΗ÷q§9$# àM≈tƒ#u ÷ΛÏιø‹n=tæ 4’n?÷Gè? #sŒÎ)


Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada
mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis. (TQS. Maryam [19]: 58)
104 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Adapun dalil dari as-Sunah adalah:

 Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata; telah bersabda Nabi saw.


kepadaku:

‫ﻚ‬
 ‫ﻴـ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻴـ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺮﹸﺃ‬ ‫ﷲ ﹶﺃﻗﹾـ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺖ ﻳ‬
 ‫ ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ‬،‫ﺁ ﹶﻥ‬‫ـﺮ‬
‫ﻲ ﺍﹾﻟﻘﹸـ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺮﹾﺃ‬ ‫» ﺍ ﹾﻗ‬
‫ﺭ ﹶﺓ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺮﹾﺃ‬ ‫ ﹶﻓ ﹶﻘ‬، ‫ﻴﺮِﻱ‬‫ﻦ ﹶﻏ‬ ‫ﻪ ِﻣ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺐ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃ‬
 ‫ﻲ ﹸﺃ ِﺣ‬‫ ِﺰ ﹶﻝ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِﺇﻧ‬‫ﺃﹸﻧ‬
‫ـ ٍﺔ‬‫ﻦ ﹸﻛ ﱢﻞ ﹸﺃﻣ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﻒ ِﺇﺫﹶﺍ ِﺟﹾﺌﻨ‬
 ‫ﻴ‬‫  ﹶﻓ ﹶﻜ‬:‫ﻳ ِﺔ‬‫ﻫ ِﺬ ِﻩ ﺍﹾﻵ‬ ‫ﺖ ِﺇﻟﹶﻰ‬
 ‫ﻰ ِﺟﹾﺌ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺎ ِﺀ‬‫ﻨﺴ‬‫ﺍﻟ‬
‫ﺖ‬
 ‫ﺘ ﹶﻔ‬‫ ﻓﹶﺎﹾﻟ‬.‫ﻚ ﺍﻵ ﹶﻥ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺍ  ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺷﻬِﻴﺪ‬ ‫ﺆ ﹶﻻ ِﺀ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺎ ِﺑ‬‫ﻭ ِﺟﹾﺌﻨ‬ ‫ﺸﻬِﻴ ٍﺪ‬
 ‫ِﺑ‬
« ‫ﺭﻓﹶﺎ ِﻥ‬ ‫ﺗ ﹾﺬ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻴ ِﻪ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ‬‫ِﺇﹶﻟ‬
“Bacalah al-Quran untukku!” Maka aku pun bertanya,”Wahai
Rasul! Apakah aku harus membaca al-Quran untukmu, sedangkan
al-Quran itu diturunkan kepadamu? Beliau saw. bersabda, “Aku
sangat menyukai mendengarkan al-Quran dari orang lain.” Ibnu
Mas’ud berkata; Maka aku membacakan al-Quran surat an-Nisa
untuk Rasul, hingga aku sampai pada ayat: “Maka bagaimanakah
(halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang
saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu
(Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).”
(TQS. an-Nisa [4]: 41). Kemudian Rasulullah saw. bersabda,
“Cukup sampai di sini.” Aku menoleh kepada Rasul saw., ternyata
kedua matanya mengucurkan air mata. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Anas ra., ia berkata; Rasulullah saw. pernah berkhutbah


dengan khutbah yang selama aku hidup tidak pernah
mendengarnya. Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻐﻄﱠﻰ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺍ‬‫ﻢ ﹶﻛﺜِــﲑ‬ ‫ــ‬‫ﻴﺘ‬‫ﺒ ﹶﻜ‬‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻼ‬


‫ﻢ ﹶﻗﻠِﻴــ ﹰ‬ ‫ﺘ‬‫ﺤ ﹾﻜ‬
ِ‫ﻀ‬
 ‫ ﹶﻟ‬‫ﻋﹶﻠﻢ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﻣ‬‫ﻌﹶﻠﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻮ‬ ‫» ﹶﻟ‬
Menangis Karena Takut... 105

«‫ﲔ‬
 ‫ﺧِﻨ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻢ ﹶﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻮ‬‫ﻭﺟ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺻﺤ‬
 ‫ﹶﺃ‬
Andaikata kalian mengetahui apa-apa yang aku ketahui, maka
niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.
Kemudian sahabat menutupi wajah mereka dan menangis tersedu-
sedu. (Mutafaq ‘alaih)

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﷲ‬
َ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ ﹶﺫ ﹶﻛ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ...‫ﻪ‬ ‫ﻡ ﹶﻻ ِﻇ ﱠﻞ ِﺇ ﱠﻻ ِﻇﱡﻠ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ ﻓِﻲ ِﻇِّﻠ ِﻪ‬ ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻳ ِﻈﱡﻠ‬ ‫ﻌ ﹲﺔ‬ ‫ﺒ‬‫ﺳ‬ »
««‫ﻩ‬‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻨﻨ‬‫ﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻋ‬ ‫ﺖ‬
‫ﺖ‬
 ‫ﺿ‬
‫ﺿ‬
 ‫ﺎ ﹶﻓﹶﻓﻔﻔﹶﺎﹶﺎ‬‫ﺎ‬‫ﺎِﻟِﻟﻴﻴ‬‫ﺎ‬‫ﺧﺧ‬
Ada tujuh golongan yang Allah akan menaunginya pada saat tidak
ada naungan kecuali naungan-Nya. …. Orang yang mengingat
Allah ketika sendirian sehingga bercucuran air matanya. (Mutafaq
‘alaih)

 Dari Ibnu Umar, ia berkata; ketika sakit Rasulullah saw. semakin


parah, maka disampaikan kepada beliau tentang shalat (siapa yang
akan menjadi imamnya, penj.). Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻖ‬ ‫ﺭﻗِﻴ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺑ ﹾﻜ ٍﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﺸ ﹸﺔ ِﺇ ﱠﻥ ﹶﺃﺑ‬


 ‫ﺎِﺋ‬‫ﺖ ﻋ‬
 ‫ ﻗﹶﺎﹶﻟ‬،‫ﺱ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺼ ﱢﻞ ﺑِﺎﻟﻨ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺑ ﹾﻜ ٍﺮ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﺍ ﹶﺃﺑ‬‫ﻣﺮ‬ »
«...‫ﺒﻜﹶﺎ ُﺀ‬‫ﻪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺒ‬‫ﺮﹶﺃ ﹶﻏﹶﻠ‬ ‫ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﻗ‬
Perintahkan kepada Abû Bakar untuk menjadi imam shalat. ‘Aisyah
berkata, “Sesunggunya Abû Bakar adalah laki-laki yang mudah
luluh hatinya. Jika ia membaca (al-Quran, penj.), maka ia pasti
akan banyak menangis.” (Hadits ini diriwayatkan oleh al-
Bukhâri). Dalam riwayat Muslim dikatakan ‘Aisyah berkata:

‫ﺁ ﹶﻥ ﹶﻻ‬‫ﺮﹶﺃ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬ ‫ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﻗ‬،‫ﻖ‬ ‫ﺭﻗِﻴ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺑ ﹾﻜ ٍﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﷲ ِﺇ ﱠﻥ ﹶﺃﺑ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺖ ﻳ‬
 ‫ﺖ ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ‬
 ‫»ﻗﹶﺎﹶﻟ‬
«...‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻤِﻠ‬ ‫ﻳ‬
106 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

«...‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻚ‬


 ‫ﻤِﻠ‬ ‫ﻳ‬
Aku berkata, “Wahai Rasulullah saw., sesungguhnya Abû Bakar
adalah laki-laki yang mudah luluh hatinya. Apabila ia membaca
al-Quran, maka ia tidak akan bisa menahan air matanya.”
(Mutafaq ‘alaih)

 Dari Anas ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda kepada Ubay


bin Ka’ab ra.:

 ‫ﻭﺍ‬‫ﻦ ﹶﻛ ﹶﻔﺮ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ ِﻦ ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻚ ﹶﻟ‬


 ‫ﻴ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹸﺃ ﹾﻗ ِﺮﹶﺃ‬ ‫ﺮِﻧ‬ ‫ﻣ‬ ‫ ﱠﻞ ﹶﺃ‬‫ﺟ‬‫ﺰ ﻭ‬ ‫ﷲ ﻋ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
«‫ﺑﻲ‬‫ﺒﻜﹶﻰ ﺃﹸ‬‫ﻢ ﹶﻓ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻲ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﺎِﻧ‬‫ﺳﻤ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membacakan
kepadamu ayat ini, “Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-
orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan
meninggalkan (agamanya).” (TQS. al-Bayyinah [98]: 1). Ubay
berkata, “Apakah Allah menyebutkan namaku?” Rasulullah saw.
bersabda, “Ya” Kemudian Ubay pun menangis. (Mutafaq ‘alaih)

 Dari Abû Hurairah, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﻉ‬
ِ ‫ﺮ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻦ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﺒ‬‫ﺩ ﺍﻟﱠﻠ‬ ‫ﻮ‬‫ﻳﻌ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻴ ِﺔ ﺍ‬‫ﺸ‬
 ‫ﺧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑﻜﹶﻰ ِﻣ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺞ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻳِﻠ‬ ‫» ﹶﻻ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﻨ‬‫ﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺎ ﹸﻥ‬‫ﺩﺧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺳﺒِﻴ ِﻞ ﺍ‬ ‫ﺭ ﻓِﻲ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹸﻏﺒ‬‫ﺘ ِﻤﻊ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬
Tidak akan masuk neraka seorang yang menangis karena takut
kepada Allah hingga air susu kembali lagi ke payudara. Dan tidak
akan berkumpul debu perang fisabilillah dengan asap neraka
jahannam. (HR. at-Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits ini hasan
shahih”)
Menangis Karena Takut... 107

 Dari Abdullah bin Syukhair ra. ia berkata:

‫ﻦ‬ ‫ﺟ ِﻞ ِﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺰ ﻛﹶــﹶﺄﺯِﻳ ِﺰ ﺍﹾﻟ ِﻤ‬ ‫ﻮِﻓ ِﻪ ﹶﺃﺯِﻳ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ﻭِﻟ‬ ‫ﺼﻠﱢﻲ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬  ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺖ ﺍﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫»ﹶﺃ‬
«ِ‫ﻜﹶﺎﺀ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬
Aku mendatangi Rasulullah saw. pada saat beliau sedang shalat.
Di perut beliau terdapat suara mendidih -seperti mendidihnya kuali-
karena menangis. (Imam an-Nawawi berkata, “Hadits ini
diriwayatkan oleh Abû Dawud dan at-Tirmidzi dalam kitab
asy-Syamail dengan sanad shahih”).

 Dari Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf, sesungguhnya


Abdurrahman bin Auf diberikan makanan pada saat ia (hendak
berbuka) shaum. Maka ia berkata:

‫ﻲ‬ ‫ ِﺇ ﹾﻥ ﹸﻏ ﱢﻄ‬،‫ﺩ ٍﺓ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻦ ﻓِﻲ‬ ‫ ﹸﻛ ﱢﻔ‬،‫ﻲ‬‫ﺮ ِﻣﻨ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻴ ٍﺮ ﻭ‬‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻣ‬ ‫» ﹸﻗِﺘ ﹶﻞ‬
‫ﻭ ﹸﻗِﺘ ﹶﻞ‬ ‫ﻩ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭﹶﺃﺭ‬ ، ‫ﻪ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭﹾﺃ‬ ‫ﺍ‬‫ﺑﺪ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺟ ﹶ‬ ‫ﻲ ِﺭ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﹸﻏ ﱢﻄ‬ ،‫ﻩ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺟ ﹶ‬ ‫ﺕ ِﺭ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺳ‬ ‫ ﺃﹾ‬‫ﺭ‬
‫ﺎ‬‫ﻋﻄِﻴﻨ‬ ‫ﻭ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﺃ‬ ‫ ﹶﺃ‬، ‫ﻂ‬
‫ﺴﹶ‬
ِ ‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﻂ ﹶﻟﻨ‬
‫ﺴﹶ‬
ِ ‫ﺑ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻲ‬‫ﺮ ِﻣﻨ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ ﹸﺓ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬
‫ﻢ‬ ‫ ﺛﹸ‬،‫ﺎ‬‫ﺖ ﹶﻟﻨ‬
 ‫ﺠﹶﻠ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﻨ‬‫ﺎ‬‫ﺴﻨ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﻨ‬‫ﺸﻴ‬
ِ ‫ﺧ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ،‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻋ ِﻄ‬ ‫ﺎ ﺃﹸ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ِﻣ‬
«‫ﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﻙ ﺍﻟ ﱠﻄﻌ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺒﻜِﻲ‬‫ﻳ‬ ‫ﻌ ﹶﻞ‬ ‫ﺟ‬
Mush’ab bin Umair telah terbunuh padahal ia lebih baik dariku. Ia
dikafani dengan bajunya. Apabila kepalanya ditutup, maka kakinya
kelihatan. Bila kakinya ditutup, maka kepalanya kelihatan dan aku
melihatnya. Dan Hamzah telah terbunuh, ia lebih baik dariku.
Sementara (kehidupanku) di dunia dilapangkan seperti saat ini.
Atau ia berkata, “Aku diberi harta dunia seperti saat ini. Aku
khawatir kebaikan-kebaikanku dipercepat.” Ibrahim berkata,
“Kemudian ia menangis hingga membiarkan makanannya”
108 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Dari al-Irbad bin Sariyah ra., ia berkata:

‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬‫ﺖ ِﻣ‬
 ‫ﺭ ﹶﻓ‬ ‫ﻭ ﹶﺫ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺎ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﻠﹸﻮ‬‫ﻨﻬ‬‫ﺖ ِﻣ‬
 ‫ﻭ ِﺟﹶﻠ‬ ‫ﻮ ِﻋ ﹶﻈ ﹰﺔ‬ ‫ﻣ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋ ﹶﻈﻨ‬ ‫ﻭ‬ »
«...‫ﻮﻥﹸ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬
Rasulullah telah menasihati kami dengan nasihat yang
menyebabkan hati kami bergetar dan air mata kami bercucuran.
(HR. Abû Dawud. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan
shahih”).

 Dari Anas ra. bahwa Nabi saw ia bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﺽ ِﻣ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺐ ﹾﺍ َﻷ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺼ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ،ِ‫ﻴ ِﺔ ﺍﷲ‬‫ﺸ‬
 ‫ﺧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻩ ِﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺿ‬
 ‫ﷲ ﹶﻓﻔﹶﺎ‬
َ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﻦ ﹶﺫ ﹶﻛ‬ ‫ﻣ‬ »
«‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﻌ ﱠﺬ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹶﻟ‬،ِ‫ﻮ ِﻋﻪ‬‫ﺩﻣ‬
Barangsiapa mengingat Allah kemudian keluar air matanya karena
takut kepada Allah hingga bercucuran jatuh ke tanah, maka dia
tidak akan disiksa di hari kiamat kelak. (HR. al-Hâkim dalam
kitab Shahih-nya, disetujui oleh adz-Dzahabi)

 Dari Abû Raihanah, ia berkata; kami keluar bersama


Rasulullah saw. dalam satu peperangan. Kami mendengar beliau
saw. bersabda:

‫ﻋﻠﹶــﻰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺖ ﺍﻟﻨ‬


ِ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ،ِ‫ﻴ ِﺔ ﺍﷲ‬‫ﺸ‬
 ‫ﺧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺖ ِﻣ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺩﻣ‬ ‫ﻴ ٍﻦ‬‫ﻋ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺖ ﺍﻟﻨ‬
ِ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ »
‫ﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻧﹶﻝ‬‫ﺪﻗﹶﺎﹶﺃ‬ ‫ﻪ‬‫ﻌ‬‫ﻧ‬‫ﺑ‬‫ﺪ ﹶﺃ‬‫ﺖ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬‫ﻌ‬ ‫ﺖ‬
‫ﺳ ِﻤ‬
‫ﻌ‬ ‫ﻭِﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭﹶﺔ‬‫ﺖﹶﻟﺜﺍﹶﻟﱠﺎﻟﹶﺜﺜ ﹶﺔﱠﺎﻟﹶﺜ‬
‫ﺖ ﺍ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺴ‬
ِ‫ﻴ‬ِ‫ﻧﺴ‬‫ﻭ‬‫ﻧ‬‫ﻭ‬‫ﷲ‬
ِ ‫ﻴِﻞ ِﻞﺍ ﺍِﷲ‬‫ﻴِﺒ‬‫ﺳ‬‫ﺳِﺒ‬ ‫ﺕ ﻓﻓِﻲِﻲ‬
‫ﺕ‬
 ‫ﺮ‬‫ﺮ‬‫ﺳ ِﻬِﻬ‬
‫ﺳ‬ ‫ﻴ ٍﻦٍﻦ‬‫ﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻋ‬
«‫ﷲ‬
ِ ‫ﺎﺍ ِﺭﷲِﻡ«ﺍ‬‫ﻣِﺭ ِﻡﺤ‬‫ﺎ‬‫ﻦﺤ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺖ‬
‫ﻋ‬ ‫ﺖ‬
‫ﻀ‬
‫ﻀ‬
‫ﻦ ﹶﻏ ﹶﻏ‬
ٍ ‫ﻴٍﻦ‬‫ﻋ‬‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺭ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﺖﺖِﺍﻟﺍﻟﻨﻨ‬
ِ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬‫ﻣ‬‫ﺣ‬‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬
Neraka diharamkan atas mata yang mengeluarkan air mata karena
takut kepada Allah. Neraka diharamkan atas mata yang tidak tidur
di jalan Allah. Abû Raihanah berkata; Aku lupa yang ketiganya.
Menangis Karena Takut... 109

Tapi setelahnya aku mendengar beliau bersabda, “Neraka


diharamkan atas mata yang berpaling dari segala yang diharamkan
Allah.” (HR. Ahmad, al-Hâkim dalam kitab Shahih-nya,
disetujui oleh adz-Dzahabi dan an-Nasâi).

 Dari Ibnu Abi Malikah, ia berkata; aku duduk bersama Abdullah


bin Amru di atas batu, maka ia berkata:

‫ــﻠﱠﻰ‬‫ﻢ ﹶﻟﺼ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ﺍﹾﻟ ِﻌﻠﹾــ‬ ‫ــ‬‫ﻌﹶﻠﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻮ‬ ‫ ﹶﻟ‬،‫ﺍ‬‫ﺎ ﹸﻛﻮ‬‫ﺘﺒ‬‫ﺑﻜﹶﺎ ًﺀ ﹶﻓ‬ ‫ﺍ‬‫ﺪﻭ‬ ‫ﺠ‬
ِ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺍ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ﹶﻟ‬‫ﺑ ﹸﻜﻮ‬‫»ﺍ‬
« ‫ﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﻮ‬ ‫ــ‬‫ﻊ ﺻ‬ ‫ﻨ ﹶﻘﻄِــ‬‫ﻳ‬ ‫ــﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺒﻜﹶﻰ‬‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﺮﻩ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺮ ﹶﻇ‬ ‫ﺴ‬
ِ ‫ﻨ ﹶﻜ‬‫ﻰ ﻳ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﹶﺃ‬
Menangislah! Jika tidak bisa berusahalah untuk menangis. Jika
kalian mengetahui ilmu yang sebenarnya, niscaya salah seorang
dari kalian akan shalat hingga patah punggungnya. Dia ia akan
menangis hingga suaranya terputus. (HR. al-Hâkim dalam kitab
Shahih-nya, disetujui oleh adz-Dzahabi).

 Dari Ali ra. ia berkata:

‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﻗﹶﺎِﺋ‬‫ﺎ ﻓِﻴﻨ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﻨ‬‫ﻳ‬‫ﺭﹶﺃ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻭﹶﻟ ﹶﻘ‬ ، ‫ﺍ ِﺩ‬‫ﺮ ﺍﹾﻟ ِﻤ ﹾﻘﺪ‬ ‫ﻴ‬‫ﺪ ٍﺭ ﹶﻏ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺱ‬
 ‫ﺎ ﻓﹶﺎ ِﺭ‬‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻓِﻴﻨ‬‫» ﻣ‬
«‫ﺢ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻰ ﹶﺃ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺒﻜِﻲ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺼﻠﱢﻲ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺮ ٍﺓ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﺷ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺤ‬
 ‫ﺗ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ِﺇ ﱠﻻ‬
Tidak ada yang naik kuda ketika perang Badar kecuali Miqdad.
Dan aku telah memperhatikan keadaan kami, tidak ada yang berdiri
kecuali Rasulullah saw. di bawah suatu pohon. Beliau shalat dan
menangis hingga waktu shubuh. (HR. Ibnu Huzaimah dalam
kitab Shahih-nya).

 Dari Tsauban ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻴﹶﺌِﺘ ِﻪ‬‫ﺧ ِﻄ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺑﻜﹶﻰ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺘﻪ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻭ ِﺳﻌ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺴﻪ‬
 ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻣﹶﻠ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻰ ِﻟ‬‫ﻮﺑ‬ ‫» ﹸﻃ‬
110 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Kebahagiaan bagi orang yang bisa menguasai dirinya, menjadi


lapang rumahnya, dan dapat menangis oleh kesalahannya. (HR.
ath-Thabrâni dengan sanad hasan).

***
111

~7~
MENGHARAP RAHMAT ALLAH
DAN TIDAK PUTUS ASA
DARI RAHMAT-NYA

Yang dimaksud dengan ar-roja adalah berbaik sangka


kepada Allah. Di antara tanda berbaik sangka kepada Allah adalah
mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan, dan pertolongan
dari-Nya. Allah Swt. telah memuji orang yang mengharapkan
perkara-perkara tersebut seperti halnya Allah memberikan pujian
kepada orang yang takut kepada Allah. Allah juga telah mewajibkan
roja dan berbaik sangka kepada-Nya, sebagaimana Allah
mewajibkan takut kepadanya. Karena itu, seorang hamba
hendaknya senantiasa takut kepada Allah dan mengharapkan
rahmat dari-Nya. Dalil-dalil tentang takut kepada Allah telah
dijelaskan sebelumnya. Berikut ini kami akan menjelaskan sebagian
dalil tentang ar-roja dari al-Kitab dan as-Sunah.
Allah berfirman:

y7Í×‾≈s9'ρé& «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû (#ρ߉yγ≈y_uρ (#ρãy_$yδ zƒÉ‹©9$#uρ (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# ¨βÎ)

 ∩⊄⊇∇∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θàxî ª!$#uρ 4 «!$# |Myϑômu‘ tβθã_öƒt


112 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang


berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan
rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(TQS. al-Baqarah [2]: 218)

 tÏΖÅ¡ósßϑø9$# š∅ÏiΒ Ò=ƒÌs% «!$# |MuΗ÷qu‘ ¨βÎ) 4 $—èyϑsÛuρ $]ùöθyz çνθãã÷Š$#uρ


Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (TQS.al-A’raf [7]:
56)

¨βÎ)uρ 3 àM≈n=èVyϑø9$# ÞΟÎγÎ=ö6s% ÏΒ ôMn=yz ô‰s%uρ ÏπuΖ|¡ysø9$# Ÿ≅ö6s% Ïπy∞ÍhŠ¡¡9$$Î/ y7tΡθè=Éf÷ètGó¡o„uρ

 ∩∉∪ É>$s)Ïèø9$# ߉ƒÏ‰t±s9 š−/u‘ ¨βÎ)uρ ( óΟÎγÏΗø>àß 4’n?tã Ĩ$¨Ζ=Ïj9 ;οtÏøótΒ ρä%s! y7−/u‘
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang
luas) bagi manusia sekalipun mereka zalim, dan sesungguhnya
Tuhanmu benar-benar sangat keras siksa-Nya. (TQS. al-Ra’d [13]:
6)

Ü tø%r& öΝåκš‰r& s's#‹Å™uθø9$# ÞΟÎγÎn/u‘ 4’n<Î) šχθäótGö6tƒ šχθããô‰tƒ tÏ%©!$# y7Í×‾≈s9'ρé&


>

 #Y‘ρ䋸txΧ tβ%x. y7În/u‘ z>#x‹tã ¨βÎ) 4 ÿ…çµt/#x‹tã šχθèù$sƒs†uρ …çµtGyϑômu‘ tβθã_ötƒρu


Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan
kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat
(kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan
azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus)
ditakuti. (TQS. al-Isra [17]: 57)

 šÏèϱ≈yz $uΖs9 (#θçΡ%Ÿ2uρ ( $Y6yδu‘uρ $Y6xîu‘ $oΨtΡθããô‰tƒuρ


Dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan
mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami. (TQS. al-
Anbiya [21]: 90)
Mengharap Rahmat Allah... 113

sπuΗ÷qu‘ (#θã_ötƒuρ nοtÅzFψ$# â‘x‹øts† $VϑÍ←!$s%uρ #Y‰É`$y™ È≅ø‹©9$# u!$tΡ#u ìMÏΖ≈s% uθèδ ô¨Βr&

(#θä9'ρé& ㍩.x‹tGtƒ $yϑ‾ΡÎ) 3 tβθßϑn=ôètƒ Ÿω tÏ%©!$#uρ tβθçΗs>ôètƒ tÏ%©!$# “ÈθtGó¡o„ ö≅yδ ö≅è% 3 ϵÎn/‘u

 ∩∪ É=≈t7ø9F{$#
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran. (TQS. al-Zumar [39]: 9)

Adapun dalil-dalil ar-roja dari as-Sunah adalah:

 Dari Watsilah bin Asqa, ia berkata; berbagialah karena


sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, Allah
berfirman:

‫ﻭِﺇ ﹾﻥ‬ ، ‫ﻪ‬ ‫ﺍ ﹶﻓﹶﻠ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ ِﺇ ﹾﻥ ﹶﻇ‬، ‫ﻲ‬ ‫ﺒﺪِﻱ ِﺑ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺪ ﹶﻇ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﻋ‬‫ ﹶﺃﻧ‬:‫ﻼ‬
‫ﻋ ﹶ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺟ ﱠﻞ‬ ‫ﷲ‬ ُ ‫» ﻗﺎﻝ ﺍ‬
«‫ﻪ‬ ‫ﺍ ﹶﻓﹶﻠ‬‫ﺷﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﹶﻇ‬
Allah berfirman, “Aku tergantung prasangka hamba-Ku kepada-
Ku. Apabila ia berprasangka baik kepada-Ku, maka kebaikan
baginya, dan bila berprasangka buruk maka keburukan
baginya.” (HR. Ahmad dengan sanad hasan dan Ibnu
Hibban dalam kitab Shahih-nya).

Sabda Rasulullah saw.:

«‫ﻪ‬ ‫ﺍ ﹶﻓﹶﻠ‬‫ﺷﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﹶﻇ‬ »


114 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Apabila ia berprasangka buruk maka keburukan baginya, adalah


indikasi bahwa tuntutan dalam hadits tersebut bersifat pasti. Artinya
perintah untuk senantiasa berharap kepada Allah dan berbaik
sangka kepada-Nya pada ayat-ayat dan hadits-hadits di atas adalah
tuntutan yang bersifat wajib.

 Dari Abû Hurairah ra., dari Nabi saw; beliau bersabda:

‫ﲔ‬
 ‫ﻪ ﺣِــ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﹶﺃﻧ‬ ‫ﺒﺪِﻱ ﺑِﻲ‬‫ﻋ‬ ‫ﺪ ﻇﹶ ﻦ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﻋ‬‫ ﹶﺃﻧ‬:‫ــ ﱠﻞ‬‫ﻭﺟ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﺍ‬ »
«‫ﻧِﻲ‬‫ ﺬﹾﻛﹸﺮ‬‫ﻳ‬
Allah berfirman, “Aku tergantung prasangka hamba-Ku kepada-
Ku dan Aku akan bersamanya ketika ia mengingat-Ku.” (Mutafaq
‘alaih).

 Dari Jabir ra., ia berkata; sesungguhnya ia mendengar Nabi


saw. bersabda tiga hari sebelum wafatnya:

« ‫ﺟ ﱠﻞ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬


ِ ‫ﻦ ﺑِﺎ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ ﱠﻈ‬ ‫ﺴ‬
ِ‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ ِﺇ ﱠﻻ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﺗ‬‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Tidak boleh mati salah seorang di antara kalian kecuali dalam
keadaan berprasangka baik kepada Allah. (HR. Muslim)

 Dari Anas ra. sesungguhnya Nabi saw. masuk untuk menemui


seorang pemuda yang sedang sakaratul maut, maka Rasulullah
saw. bersabda:

،‫ﻮﺑِﻲ‬‫ﻑ ﹸﺫﻧ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻲ ﹶﺃﺧ‬‫ﻭِﺇﻧ‬ ،‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﷲ ﻳ‬
َ ‫ﻮ ﺍ‬‫ﺭﺟ‬ ‫ ﹶﺃ‬:‫ﻙ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬
ِ ‫ﺗ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻴ‬‫» ﹶﻛ‬
‫ﻮ ِﻃ ِﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺒ ٍﺪ ﻓِﻲ ِﻣﹾﺜ ِﻞ‬‫ﺐ ﻋ‬
ِ ‫ﺎ ِﻥ ﻓِﻲ ﹶﻗ ﹾﻠ‬‫ﺘ ِﻤﻌ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ ﹶﻻ‬: ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬
«‫ﻑ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻳﺨ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ِﻣﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﺁ‬‫ﻮ ﻭ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﷲ ﻣ‬
ُ ‫ﻩ ﺍ‬ ‫ﻋﻄﹶﺎ‬ ‫ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ‬
Mengharap Rahmat Allah... 115

Bagaimana keadaanmu? Pemuda itu berkata, “Ya Rasulullah saw.!


aku mengharapkan rahmat Allah dan aku sangat takut akan dosa-
dosaku.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah takut dan
roja berkumpul dalam hati seorang hamba dalam keadaan seperti
ini kecuali Allah akan memberikan kepadanya apa-apa yang
diharapkannya, dan akan memberikan keamanan kepadanya dari
perkara yang ditakutinya.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah,
al-Mundziri berkata, “Hadits ini sananya hasan”)

 Dari Anas ra. ia berkata, aku mendengar Rasulullah saw.


bersabda:

‫ﺗﻨِــﻲ‬‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻚ ﻣ‬


 ‫ﻧ‬‫ﻡ ِﺇ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ ﺁ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ ﺍ‬‫ ﻳ‬:‫ـﺎﻟﹶﻰ‬
‫ﻌـ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﺒ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍ‬:‫ﻘﹸﻮﻝﹸ‬‫» ﻳ‬
‫ﻮ‬ ‫ﻡ ﹶﻟ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ ﺁ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ ﺍ‬‫ ﻳ‬،‫ﺎﻟِﻲ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﹸﺃﺑ‬ ‫ﻚ‬‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻣِﻨ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﻣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺕ ﹶﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺗﻨِﻲ ﹶﻏ ﹶﻔ‬‫ﻮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬
‫ﻮ‬ ‫ﻡ ﹶﻟ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ ﺁ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ ﺍ‬‫ ﻳ‬،‫ﻚ‬
 ‫ﺕ ﹶﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺗﻨِﻲ ﹶﻏ ﹶﻔ‬‫ﺮ‬ ‫ﻐ ﹶﻔ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﺎ ِﺀ ﹸﺛ‬‫ﺴﻤ‬
 ‫ﺎ ﹶﻥ ﺍﻟ‬‫ﻋﻨ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺑ‬‫ﻮ‬‫ﺖ ﹸﺫﻧ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑﹶﻠ‬
‫ﻚ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ﻴﺌﹰﺎ َ َﻷ‬‫ﺷ‬ ‫ﻙ ﺑِﻲ‬ ‫ﺸ ِﺮ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺘﻨِﻲ ﹶﻻ‬‫ﻢ ﹶﻟﻘِﻴ‬ ‫ﺎ ﹸﺛ‬‫ﺧﻄﹶﺎﻳ‬ ‫ﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﺏ ﹾﺍ َﻷ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺘﻨِﻲ ِﺑ ﹸﻘﺮ‬‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ﹶﺃ‬
«‫ﺮ ﹰﺓ‬ ‫ﻐ ِﻔ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍِﺑﻬ‬‫ِﺑ ﹸﻘﺮ‬
Allah berfirman, “Wahai anak Adam!, sesungguhnya engkau selama
berdoa dan berharap kepada-Ku, maka Aku pasti akan memberikan
ampunan kepadamu atas segala dosa-dosamu dan Aku tidak akan
peduli. Wahai anak Adam!, andaikata dosa-dosamu sampai ke langit
kemudian engkau memohon ampunan kepada-Ku, maka pasti Aku
akan memberikan ampunan kepadamu. Wahai Anak Adam!, jika
engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh
bumi, kemudian engkau bertemu dengan-Ku, tapi engkau tidak
menyekutukan-Ku sedikit pun, maka pasti Aku akan datang
kepadamu dengan membawa ampunan sepenuh bumi.” (HR. at-
Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits ini hasan”)
116 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Sedangkan yang dimaksud dengan al-qanut adalah al-ya’su


artinya putus asa dari rahmat Allah. Kedua kata ini (al-qanut dan
al-ya’su) memilik arti yang sama. Putus asa adalah lawan dari roja.
Putus asa dari rahmat Allah dan karunia-Nya hukumnya haram.
Dalilnya adalah al-Kitab dan as-Sunah.

Dalil dari al-Kitab:

…çµ‾ΡÎ) ( «!$# Çy÷ρ§‘ ÏΒ (#θÝ¡t↔÷ƒ($s? Ÿωuρ ϵŠÅzr&uρ y#ß™θムÏΒ (#θÝ¡¡¡ystFsù (#θç7yδøŒ$# ¢Í_t7≈tƒ

∩∇∠∪ tβρãÏ≈s3ø9$# ãΠöθs)ø9$# āωÎ) «!$# Çy÷ρ§‘ ÏΒ ß§t↔÷ƒ($tƒ Ÿω


Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf
dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan
kaum yang kafir. (TQS. Yusuf [12]: 87)

ÏΒ äÝuΖø)tƒ tΒuρ tΑ$s% ∩∈∈∪ šÏÜÏΖ≈s)ø9$# zÏiΒ ä3s? Ÿξsù Èd,ysø9$$Î/ y7≈tΡö¤±o0 (#θä9$s%

 ∩∈∉∪ šχθ—9!$āÒ9$# āωÎ) ÿϵÎn/u‘ Ïπyϑôm‘§


Mereka menjawab, “Kami menyampaikan kabar gembira
kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-
orang yang berputus asa”. Ibrahim berkata, “Tidak ada orang yang
berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang
sesat”. (TQS. al-Hijr [15]: 55-56)

y Í×‾≈s9'ρé&uρ ÉLyϑôm§‘ ÏΒ (#θÝ¡Í≥tƒ y7Í×‾≈s9'ρé& ÿϵÍ←!$s)Ï9uρ «!$# ÏM≈tƒ$t↔Î/ (#ρãxx. šÏ%©!$#uρ
7

 ∩⊄⊂∪ ÒΟŠÏ9r& ë>#x‹tã öΝçλ;m


Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan
dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu
mendapat azab yang pedih. (TQS. al-Ankabut [29]: 23)
Mengharap Rahmat Allah... 117

©!$# ¨βÎ) 4 «!$# ÏπuΗ÷q§‘ ÏΒ (#θäÜuΖø)s? Ÿω öΝÎγÅ¡àΡr& #’n?tã (#θèùuŽó€r& tÏ%©!$# y“ÏŠ$t7Ïè≈tƒ ö≅è%

 ∩∈⊂∪ ãΛÏm§9$# â‘θàtóø9$# uθèδ …çµ‾ΡÎ) 4 $—è‹ÏΗsd z>θçΡ—%!$# ãÏøóƒt


Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (TQS. az-Zumar [39]: 53)

Dalil dari as-Sunah:

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; sesungguhnya Rasulullah


bersabda:

‫ﻮ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻨِﺘ ِﻪ ﹶﺃ‬‫ﺠ‬


 ‫ﻊ ِﺑ‬ ‫ﺎ ﹶﻃ ِﻤ‬‫ ﻣ‬،‫ﺑ ِﺔ‬‫ﻌﻘﹸﻮ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﷲ ِﻣ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﻋ‬‫ﻦ ﻣ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻮ‬ ‫»ﹶﻟ‬
«‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻨِﺘ ِﻪ ﹶﺃ‬‫ﺟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻂ ِﻣ‬
‫ﻨ ﹶ‬‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﻤ ِﺔ ﻣ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﷲ ِﻣ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﻋ‬‫ﺮ ﻣ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟﻜﹶﺎِﻓ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﻳ‬
Andaikata seorang mukmin mengetahui siksaan yang ada di sisi
Allah, tentu tak ada seorang pun yang tidak mengharapkan surga-
Nya. Dan andaikata orang kafir mengetahui rahmat yang ada di
sisi Allah, maka seorang pun tidak akan ada yang putus harapan
dari surga-Nya. (Mutafaq ‘alaih)

 Dari Fadhalah bin Abid, dari Rasulullah saw. ia bersabda:

‫ﻩ‬ ‫ﺍ َﺀ‬‫ﻩ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ِﺭﺩ‬ ‫ﺍ َﺀ‬‫ﺟ ﱠﻞ ِﺭﺩ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
َ‫ﻉﺍ‬
 ‫ﺯ‬ ‫ﺎ‬‫ﺟ ﹲﻞ ﻧ‬ ‫ﺭ‬ :‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﺴﹶﺄ ﹸﻝ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻼﹶﺛ ﹲﺔ ﹶﻻ‬
‫ﻭﹶﺛ ﹶ‬ »
‫ﻤ ِﺔ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻁ ِﻣ‬
‫ﻮ ﹸ‬ ‫ﻨ‬‫ﺍﹾﻟ ﹸﻘ‬‫ ﻭ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ﻣ ِﺮ ﺍ‬ ‫ﻚ ﻓِﻲ ﹶﺃ‬
 ‫ﺟ ﹲﻞ ﺷ‬ ‫ﺭ‬‫ ﻭ‬، ‫ﺰ ﹸﺓ‬ ‫ﻩ ﺍﹾﻟ ِﻌ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭِﺇﺯ‬ ‫ﺎ ُﺀ‬‫ﺒ ِﺮﻳ‬‫ﺍﹾﻟ ِﻜ‬
«‫ﷲ‬ ِ‫ﺍ‬
118 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Ada tiga golongan manusia yang tidak akan ditanya di hari kiamat
yaitu, Manusia yang mencabut selendang Allah. Sesungguhnya
selendang Allah adalah kesombongan dan kainnya adalah al-Izzah
(keperkasaan); Manusia yang meragukan perintah Allah; Dan
manusia yang putus harapan dari rahmat Allah. (HR. Ahmad,
ath-Thabrâni, dan al-Bazzâr. al-Haitsami berkata,
“Perawinya terpercaya.” al-Bukhâri dalam kitab al-Adab,
Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya)

 Dari Habah dan Sawa bin Khalid, keduanya berkata; Kami


masuk bertemu dengan Rasulullah saw. sedangkan beliau sedang
menyelesaikan suatu perkara. Kemudian kami berdua
membantunya, maka Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻩ ﹸﺃ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺗِﻠ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﻧﺴ‬‫ﺎ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﹾﺍ ِﻹ‬‫ﺳ ﹸﻜﻤ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺅ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺯ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻕ ﻣ‬
ِ ‫ﺯ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﻴﹶﺌﺴ‬‫ﺗ‬ ‫» ﹶﻻ‬
«‫ﺟ ﱠﻞ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﺯﹸﻗ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻴ ِﻪ ِﻗ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺮ ﹶﻟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﹶﺃ‬
Janganlah kamu berdua berputus asa dari rizki selama kepalamu
masih bisa bergerak. Karena manusia dilahirkan ibunya dalam
keadaan merah tidak mempunyai baju, kemudian Allah
memberikan rizki kepadanya. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu
Hibban dalam kitab Shahih-nya)

 Dari Ibnu Abbas, ada seorang lelaki berkata, “Ya Rasulullah


saw.! apa dosa besar itu?” Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﷲ‬
ِ ‫ﻤ ِﺔ ﺍ‬ ‫ﺣ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻁ ِﻣ‬
‫ﻮ ﹸ‬ ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬‫ ﻭ‬،ِ‫ﺡ ﺍﷲ‬
ِ ‫ﻭ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺱ ِﻣ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺍ َﻷﻳ‬‫ ﻭ‬،ِ‫ﻙ ﺑِﺎﷲ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫»ﺍﹶﻟ‬
Dosa besar itu adalah musyrik kepada Allah, putus asa dari karunia
Allah, dan putus harapan dari rahmat Allah. (al-Haitsami
berkata, “Telah diriwayatkan oleh al-Bazzâr dan ath-
Thabrâni para perawinya terpercaya.” As-Suyuti dan al-
Iraqi menghasankan hadits ini)
Mengharap Rahmat Allah... 119

Para Rasul tidak pernah putus harapan dari pertolongan


Allah dan jalan keluar dari Allah. Mereka hanya putus harapan
dari keimanan kaumnya. Allah berfirman:

zÉdfãΖsù $tΡçŽóÇtΡ ôΜèδu!$y_ (#θç/É‹à2 ô‰s% öΝåκ¨Ξr& (#þθ‘Ζsßuρ ã≅ß™”9$# }§t↔ø‹tFó™$# #sŒÎ) #¨Lym

 ∩⊇⊇⊃∪ tÏΒ̍ôfßϑø9$# ÏΘöθs)ø9$# Çtã $uΖß™ù't/ –Štãƒ Ÿωuρ ( â!$t±®Σ tΒ


Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang
keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah
didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami,
lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak
dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa.
(TQS. Yusuf [12]: 110)

Imam al-Bukhâri meriwayatkan bahwa ‘Aisyah membaca


lafadz ‘kudzdzibu’ dengan memakai syiddah. Maksudnya adalah
pendustaan suatu kaum kepada para Rasul, sebab para Rasul
terjaga dari kesalahan.

***
120

~8~
SABAR MENGHADAPI
COBAAN DAN RIDHA
TERHADAP QADHA

Allah berfirman:

( Νä3Î=ö6s% ÏΒ (#öθn=yz tÏ%©!$# ã≅sW¨Β Νä3Ï?ù'tƒ $£ϑs9uρ sπ¨Ψyfø9$# (#θè=äzô‰s? βr& óΟçFö6Å¡ym ÷Πr&

…çµyètΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$#uρ ãΑθß™§9$# tΑθà)tƒ 4®Lym (#θä9Ì“ø9ã—uρ â!#§ŽœØ9$#uρ â!$y™ù't7ø9$# ãΝåκ÷J¡¡¨Β

 ∩⊄⊇⊆∪ Ò=ƒÌs% «!$# uŽóÇnΣ ¨βÎ) Iωr& 3 «!$# çŽóÇnΣ 4tLtΒ


Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-
orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka
dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam
cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (TQS. al-
Baqarah [2]: 214)

ħàΡF{$#uρ ÉΑ≡uθøΒF{$# zÏiΒ <Èø)tΡuρ Æíθàfø9$#uρ Å∃öθsƒø:$# zÏiΒ &óy´Î/ Νä3‾Ρuθè=ö7oΨs9uρ

¬ ‾Î (þ ä s × t Å • ß ÷u | r !s Î t Ï ©$ š ÎÉ ¢ $ Ì Ïe o u 3 Ï t y ¨ $u
Sabar Menghadapi Cobaan... 121

¬! $‾ΡÎ) (#þθä9$s% ×πt7ŠÅÁ•Β Νßγ÷Fu;≈|¹r& !#sŒÎ) tÏ%©!$# ∩⊇∈∈∪ šΎÉ9≈¢Á9$# ̍Ïe±o0uρ 3 ÏN≡tyϑ¨W9$#uρ

šÍ×‾≈s9'ρé&uρ ( ×πyϑômu‘uρ öΝÎγÎn/§‘ ÏiΒ ÔN≡uθn=|¹ öΝÍκöŽn=tæ y7Í×‾≈s9'ρé& ∩⊇∈∉∪ tβθãèÅ_≡u‘ ϵø‹s9Î) !$‾ΡÎ)uρ

 ∩⊇∈∠∪ tβρ߉tGôγßϑø9$# ãΝèδ


Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,
“Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji`ûn” Mereka itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (TQS. al-
Baqarah [2]: 155-157)

(#θè?ρé& zƒÏ%©!$# zÏΒ €∅ãèyϑó¡tFs9uρ öΝà6Å¡àΡr&uρ öΝà6Ï9≡uθøΒr& þ’Îû āχâθn=ö7çFs9

(#ρçŽÉ9óÁs? βÎ)uρ 4 #ZŽÏWx. ”]Œr& (#þθä.uŽõ°r& šÏ%©!$# zÏΒuρ öΝà6Î=ö6s% ÏΒ |=≈tGÅ3ø9$#

 ∩⊇∇∉∪ Í‘θãΒW{$# ÏΘ÷“tã ôÏΒ šÏ9≡sŒ ¨βÎ*sù (#θà)−Gs?ρu


Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.
Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-
orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang
mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan
hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang
demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (TQS. Ali
‘Imrân [3]: 186)

 5>$|¡Ïm ΎötóÎ/ Νèδtô_r& tβρçŽÉ9≈¢Á9$# ’®ûuθム$yϑ‾ΡÎ)


Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (TQS. az-Zumar [39]:
10)
122 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

šΎÉ9≈¢Á9$# ̍Ïe±o0uρ
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(TQS. al-Baqarah [2]: 155)

(#ρçŽÉ9ô¹$# (#θãΨtΒ#u šÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ


Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu… (TQS. Ali
‘Imrân [3]: 200)

 5>$|¡Ïm ΎötóÎ/ Νèδtô_r& tβρçŽÉ9≈¢Á9$# ’®ûuθム$yϑ‾ΡÎ)


Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (TQS. az-Zumar [39]:
10)

 ∩⊆⊂∪ Í‘θãΒW{$# ÏΘ÷“tã ôÏϑs9 y7Ï9≡sŒ ¨βÎ) txxîuρ uŽy9|¹ yϑs9uρ


Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan sesungguhnya
(perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.
(TQS. asy-Syûra [42]: 43)

 tΎÉ9≈¢Á9$# yìtΒ ©!$# ¨βÎ) 4 Íο4θn=¢Á9$#uρ Ύö9¢Á9$$Î/ (#θãΨ‹ÏètGó™$# (#θãΖtΒ#u zƒÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar. (TQS. al-Baqarah [2]: 153)

 Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﻣ ـ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺼ‬


 ‫ﻪ ﺍﻟ‬ ‫ﺮ ﹶﻓﹶﻠ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻢ ﹶﻓ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺘ ﹶ‬‫ﺑ‬‫ﺎ ﺍ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﺐ ﹶﻗ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺟ ﱠﻞ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
«‫ﻉ‬
 ‫ﺰ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻉ ﹶﻓﹶﻠ‬
 ‫ﺟ ِﺰ‬
Sesungguhnya Allah Azza wajalla jika mencintai suatu kaum, maka
Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa yang
sabar, maka dia berhak mendapatkan (pahala) kesabarannya. Dan
Sabar Menghadapi Cobaan... 123

barangsiapa marah, maka dia pun berhak mendapatkan (dosa)


kemarahannya. (Telah dikeluarkan oleh Ahmad melalui jalur
Mahmud bin Labid)

 Ahmad telah mengeluarkan dengan jalan Mus’ab bin Sa'id


dari ayahnya, ia berkata, Aku berkata, “Wahai Rasulullah saw.,
siapa manusia yang paling berat cobaannya?” Rasulullah saw.
bersabda:

‫ــ ﹸﻞ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﺘﻠﹶﻰ ﺍﻟ‬‫ﺒ‬‫ﻳ‬ ‫ﺱ‬


ِ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻣﹶﺜ ﹸﻞ ِﻣ‬ ‫ﻣﺜﹶ ﹸﻞ ﹶﻓ ﹾﺎ َﻷ‬ ‫ﻢ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ﹸﺛ‬‫ﺎِﻟﺤ‬‫ﻢ ﺍﻟﺼ‬ ‫ﺎ ُﺀ ﹸﺛ‬‫ﻧِﺒﻴ‬‫»ﹾﺍ َﻷ‬
‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﻛﹶــﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻼِﺋ ِﻪ‬
‫ﺑ ﹶ‬ ‫ﺪ ﻓِﻲ‬ ‫ﺑ ﹲﺔ ﺯِﻳ‬‫ﻼ‬
‫ﺻﹶ‬ ‫ﺐ ﺩِﻳِﻨ ِﻪ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻓِﻲ ﺩِﻳِﻨ ِﻪ‬
ِ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬
‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺸ‬
ِ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺒ ِﺪ‬‫ﻌ‬ ‫ﻼ ُﺀ ﺑِﺎﹾﻟ‬
‫ــ ﹶ‬‫ﺍ ﹸﻝ ﺍﹾﻟﺒ‬‫ﻳﺰ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﺧ ﱢﻔ‬ ‫ﻓِﻲ ﺩِﻳﻨِ ِﻪ ِﺭ ﱠﻗ ﹲﺔ‬
«‫ﺧﻄِﻴﹶﺌ ﹲﺔ‬ ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺽ ﹶﻟ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﻬ ِﺮ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﹶﻇ‬
Para Nabi, kemudian orang-orang yang shalih, kemudian generasi
setelahnya, dan generasi setelahnya lagi. Seseorang akan diuji
sesuai dengan kadar agamanya. Apabila ia kuat dalam agamanya,
maka ujian akan semakin ditambah. Apabila agamanya tidak kuat,
maka ujian akan diringankan darinya. Tidak henti-henti ujian
menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi ini
dengan tidak memiliki kesalahan sedikit pun.

 Dari Abû Malik al-Asy’ari ra., ia berkata; Rasulullah saw.


bersabda:

«...‫ﺎ ٌﺀ‬‫ﺿﻴ‬
ِ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺼ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ﻭ‬...»
…Sabar adalah cahaya... (HR. Muslim)
124 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Dari Abû Sa'id al-Khudri ra., sesungguhnya Rasulullah saw


bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﻊ ِﻣ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﺍ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﻋﻄﹶﺎ ًﺀ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻋ ِﻄ‬ ‫ﺎ ﹸﺃ‬‫ﻭﻣ‬ ،‫ﷲ‬
ُ ‫ﻩ ﺍ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺼ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺼ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ...»
«‫ﺒ ِﺮ‬‫ﺼ‬
 ‫ﺍﻟ‬
Barangsiapa yang berusaha untuk sabar, maka Allah akan
menjadikannya mampu bersabar. Tidak ada pemberian yang
diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada
kesabaran. (Mutafaq ‘alaih)

 Dari Abû Yahya Suhaib bin Sinan ra., ia berkata; Rasulullah


saw. bersabda:
«‫ﻪ‬ ‫ﺍ ﹶﻟ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﺮ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﺍ ٌﺀ‬‫ﺿﺮ‬
 ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﺃﹶﺻ‬ ...»
……jika ia ditimpa dengan kesulitan, maka ia akan bersabar, dan
kesabaran itu adalah kebaikan baginya. (HR. Muslim)

 Dari Anas ra., ia berkata;

‫ﺖ‬
 ‫ ﻗﹶﺎﹶﻟ‬،‫ﺻِﺒﺮِﻱ‬
 ‫ﺍ‬‫ﷲ ﻭ‬
َ ‫ﺗﻘِﻲ ﺍ‬‫ ﺍ‬:‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺒ ٍﺮ‬‫ﺪ ﹶﻗ‬ ‫ﻨ‬‫ﺒﻜِﻲ ِﻋ‬‫ﺗ‬ ‫ﺮﹶﺃ ٍﺓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻲ  ﺑِﺎ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺮ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ »
‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻪ ﺍﻟ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ ِﺇ‬‫ ﹶﻓﻘِﻴ ﹶﻞ ﹶﻟﻬ‬،‫ﻪ‬ ‫ﻌ ِﺮ ﹾﻓ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﺒﺘِﻲ‬‫ﻤﺼِﻴ‬ ‫ﺐ ِﺑ‬
 ‫ﺼ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻚ ﹶﻟ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﹶﻓِﺈ‬،‫ﻲ‬‫ﻋﻨ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ِﺇﹶﻟ‬
‫ﻚ‬
 ‫ﻋ ِﺮ ﹾﻓ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﺖ ﹶﻟ‬
 ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎﹶﻟ‬،‫ﲔ‬
 ‫ﺍِﺑ‬‫ﺑﻮ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬‫ﺪ ِﻋ‬ ‫ﺠ‬
ِ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻲ  ﹶﻓﹶﻠ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺏ ﺍﻟ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺖ ﺑ‬
 ‫ﺗ‬‫ ﹶﻓﹶﺄ‬،
«‫ﻣ ِﺔ ﹾﺍﻷُﻭﻟﹶﻰ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺪ ﺍﻟ‬ ‫ﻨ‬‫ﺮ ِﻋ‬ ‫ﺒ‬‫ﺼ‬
 ‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﻧﻤ‬‫ ِﺇ‬:‫ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬
Suatu ketika Nabi saw. menghampiri seorang wanita yang menangis
di dekat kuburan, kemudian Nabi bersabda, “Bertakwalah engkau
kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita itu berkata, “Engkau tidak
tertimpa musibah seperti aku.” Wanita itu tidak mengenal Rasulullah
saw. Kemudian dikatakan kepada wanita itu bahwa yang berkata
Sabar Menghadapi Cobaan... 125

tadi adalah Rasulullah saw. Wanita itu lalu mendatangi rumah Nabi
saw. tapi ia tidak menemukan penjaga pintu, sehingga ia masuk ke
rumah Nabi dan berkata, “Aku tidak mengenal engkau.” Rasulullah
saw. bersabda, “Sesungguhnya kesabaran itu pada saat pertama
kali ditimpa musibah.” (Mutafaq ‘alaih)

 Dari Abû Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﺻ ِﻔ‬


 ‫ﺖ‬
 ‫ﻀ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺍ ٌﺀ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﻗ‬‫ﺟﺰ‬ ‫ﻨﺪِﻱ‬‫ﺆ ِﻣ ِﻦ ِﻋ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺒﺪِﻱ ﺍﹾﻟ‬‫ﻌ‬ ‫ﺎ ِﻟ‬‫ ﻣ‬:‫ﺎﻟﹶﻰ‬‫ﺗﻌ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﺍ‬»
«‫ﻨ ﹸﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺒ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺣ‬ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﺎ ﹸﺛ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﻫ ِﻞ ﺍﻟ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ِﻣ‬
Allah berfirman, “Seorang hamba yang Aku ambil kekasihnya dari
penghuni dunia kemudian ia bersabar, maka tidak ada balasan
apa pun baginya kecuali surga. (HR. al-Bukhâri)

 Dari ‘Aisyah ra., ia bekata; aku bertanya kepada Rasulullah


saw. tentang penyakit tha'ûn. Kemudian Rasulullah saw.
memberitahukan kepadanya:

‫ـ ﹰﺔ‬
‫ـ‬‫ﺣﻤ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ ﹶﻓ‬،ُ‫ﺎﺀ‬‫ﻳﺸ‬ ‫ﻦ‬ ‫ـ‬
‫ـ‬‫ـﻰ ﻣ‬
‫ﻋﻠﹶـ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﻌﹸﺜ‬ ‫ﺒ‬‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﺬﹶﺍﺑ‬ ‫ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻧ‬‫» ﺃﹶ‬
‫ﺍ‬‫ﺎِﺑﺮ‬‫ﺑﹶﻠ ِﺪ ِﻩ ﺻ‬ ‫ﺚ ﻓِﻲ‬
‫ﻤ ﹸﻜ ﹸ‬ ‫ﻴ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﻮ ﹸﻥ‬‫ﻊ ﺍﻟﻄﱠﺎﻋ‬ ‫ﻳ ﹶﻘ‬ ‫ﺒ ٍﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺲ ِﻣ‬
 ‫ﻴ‬‫ ﹶﻓﹶﻠ‬،‫ﲔ‬
 ‫ﺆ ِﻣِﻨ‬ ‫ﻤ‬ ‫ِﻟ ﹾﻠ‬
‫ﺟ ِﺮ‬ ‫ﻪ ِﻣﹾﺜ ﹸﻞ ﹶﺃ‬ ‫ ِﺇ ﱠﻻ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ‬، ‫ﻪ‬ ‫ﷲ ﹶﻟ‬
ُ‫ﺐﺍ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺎ ﹶﻛ‬‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﻣ‬ ‫ﺒ‬‫ﻳﺼِﻴ‬ ‫ﻪ ﹶﻻ‬ ‫ﻧ‬‫ﻢ ﺃﹶ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺘﺴِﺒﹰﺎ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻣ‬
«‫ﻬِﻴ ِﺪ‬‫ﺍﻟﺸ‬
Sesungguhnya tha'ûn itu adalah siksa yang dikirim Allah kepada
orang yang dikehendaki-Nya. Kemudian Allah menjadikannya
rahmat bagi orang-orang yang beriman. Maka tidaklah seorang
hamba yang tinggal di negerinya yang tengah terjangkit tha'ûn,
lalu ia bersabar dan mengharap ridha Allah; ia meyakini bahwa
tidak akan ada yang menimpanya kecuali perkara yang telah
126 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

ditetapkan Allah; kecuali ia akan mendapatkan pahala seperti orang


yang syahid. (HR. al-Bukhâri)

 Dari Anas ra., ia berkata; aku mendengar Rasulullah saw.


bersabda:

‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺿ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ،‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺼ‬
 ‫ﻴ ِﻪ ﹶﻓ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﺤﺒِﻴ‬
 ‫ﺒﺪِﻱ ِﺑ‬‫ﻋ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺘﹶﻠ‬‫ﺑ‬‫ ِﺇﺫﹶﺍ ﺍ‬:‫ﺟ ﱠﻞ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
«‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺎ ﺍﹾﻟ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ِﻣ‬
Sesungguhnya Allah berfirman, “Apabila aku menguji hambaku
dengan dua mata yang buta, kemudian ia bersabar, maka Aku
akan mengganti kedua (mata)nya tersebut dengan surga baginya.
(HR. al-Bukhâri)

 Dari Atha Ibnu Abi Rabbah, ia berkata; telah berkata kepadaku


Ibnu Abbas ra., apakah tidak perlu aku memperlihatkan kepadamu
seorang wanita penghuni surga? Aku berkata, “Tentu saja sangat
perlu.”; maka Ibnu Abbas berkata:

‫ﻲ‬‫ﻭِﺇﻧ‬ ، ‫ﻉ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻲ ﹸﺃ‬‫ ِﺇﻧ‬:‫ﺖ‬
 ‫ﻲ  ﻗﹶﺎﹶﻟ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺖ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﺗ‬‫ ﹶﺃ‬، ‫ﺍ ُﺀ‬‫ﻮﺩ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺮﹶﺃ ﹸﺓ ﺍﻟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻫ ِﺬ ِﻩ ﺍﹾﻟ‬ »
‫ﻭِﺇ ﹾﻥ‬ ،‫ﻨ ﹸﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺕ‬
ِ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﺖ‬
ِ ‫ ِﺇ ﹾﻥ ِﺷﹾﺌ‬:‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﷲ ﻟِﻲ‬
َ‫ﻉﺍ‬
 ‫ﺩ‬ ‫ ﻓﹶﺎ‬،‫ﻒ‬‫ﻜﹶﺸ‬‫ﺃﹶﺗ‬
‫ﻲ‬‫ﺖ َِﺇﻧ‬
 ‫ ﻗﹶﺎﹶﻟ‬،‫ﺮ‬ ‫ﺻِﺒ‬
 ‫ﺖ ﹶﺃ‬
 ‫ ﻗﹶﺎﹶﻟ‬،‫ﻚ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﺎِﻓ‬‫ﻳﻌ‬ ‫ﺎﻟﹶﻰ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ ﻌ‬‫ﷲ ﺗ‬
َ ‫ﺕﺍ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻋ ـ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺖ‬
ِ ‫ِﺷﹾﺌ‬
«‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﻟﻬ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ﻒ ﹶﻓ‬
 ‫ﺸ‬
 ‫ﺗ ﹶﻜ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻻ ﹶﺃ‬
َ‫ﻉﺍ‬
 ‫ﺩ‬ ‫ ﻓﹶﺎ‬،‫ﻒ‬
 ‫ﺸ‬
 ‫ﺗ ﹶﻜ‬‫ﹶﺃ‬
Dia adalah wanita yang hitam ini. Ia datang kepada Nabi saw. seraya
berkata, “Ya Rasulullah!, Aku biasa terkena ayan dan auratku suka
tersingkap karenanya, maka berdoalah kepada Allah untukku.”
Rasulullah saw. bersabda, “Jika engkau mau bersabar, maka bagimu
surga. Tapi jika engkau mau, maka aku akan berdoa kepada Allah
agar menyembuhkanmu.” Wanita itu berkata, “Aku akan bersabar
Sabar Menghadapi Cobaan... 127

saja. Tapi auratku suka tersingkap, maka berdoalah untukku agar


auratku tidak tersingkap.” Kemudian Rasulullah saw. berdoa
untuknya. (Mutafaq ‘alaih)

 Dari Abdullah bin Abi Aufa ra.:

‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ ﹶﻈ‬‫ﻧ‬‫ ﺍ‬،‫ﻭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺎ ﺍﹾﻟ‬‫ﻲ ﻓِﻴﻬ‬ ‫ﺎ ِﻣ ِﻪ ﺍﱠﻟﺘِﻲ ﹶﻟ ِﻘ‬‫ﺾ ﹶﺃﻳ‬
ِ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ ﻓِﻲ‬، ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫»ﹶﺃ ﱠﻥ‬
‫ـﺎ َﺀ‬
‫ﺍ ِﻟﻘﹶـ‬‫ﻨﻮ‬‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﺗ‬ ‫ﺱ ﹶﻻ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻳﻬ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ ﻳ‬:‫ ﻓﹶﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬، ‫ﻢ‬ ‫ﻡ ﻓِﻴﻬِــ‬ ‫ﺲ ﻗﹶﺎ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺖ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﺎﹶﻟ‬‫ِﺇﺫﹶﺍ ﻣ‬
‫ﻮﺍ ﹶﺃ ﱠﻥ‬‫ﻋﹶﻠﻤ‬ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﻭﺍ‬‫ﺒِﺮ‬‫ﻢ ﻓﹶﺎﺻ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻮ‬‫ﺘﻤ‬‫ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ ﹶﻟﻘِﻴ‬،‫ﻴﺔﹶ‬‫ﺎِﻓ‬‫ﷲ ﺍﹾﻟﻌ‬ َ ‫ﺳﹶﺄﻟﹸﻮﺍ ﺍ‬ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬
‫ﻱ‬
 ‫ﺠ ِﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺏ‬ِ ‫ﺎ‬‫ﻨ ِﺰ ﹶﻝ ﺍﹾﻟ ِﻜﺘ‬‫ﻣ‬ ،‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ ﺍﻟﱠﻠ‬:‫ﻡ‬ ‫ﻢ ﻗﹶﺎ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻑ‬
ِ ‫ﻮ‬‫ﺴﻴ‬
 ‫ﻼ ِﻝ ﺍﻟ‬
‫ﺖ ِﻇ ﹶ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮﻧ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺍ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻫ ِﺰ‬ ‫ ﺍ‬،‫ﺏ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺣﺰ‬ ‫ﻡ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﺎ ِﺯ‬‫ﻭﻫ‬ ‫ﺏ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺴﺤ‬
 ‫ﺍﻟ‬
Sesungguhnya Rasulullah saw. di sebagian waktunya ketika perang,
beliau menunggu hingga matahari condong ke Barat. Kemudian
beliau berdiri di hadapan kaum Muslim dan bersabda, “Wahai
manusia, janganlah mengharap bertemu dengan musuh, dan
mintalah keselamatan kepada Allah. Tapi jika kalian bertemu
dengan musuh maka bersabarlah. Dan ketahuilah bahwa surga
ada di bawah bayang-bayang pedang.” Kemudian Rasulullah saw.
bersabda, “Ya Allah, Dzat yang menurunkan kitab, yang
menjalankan awan, dan menghancurkan musuh; hancurkanlah
mereka dan tolonglah kami untuk mengalahkan mereka.”
(Mutafaq ‘alaih)

Itulah dalil-dalil tentang keharusan bersabar ketika


mendapat ujian. Adapun dalil tentang kewajiban ridha menerima
qadha adalah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ashim dan al-
Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad, dan al-Hâkim, ia menshahihkan
hadits ini. Adz-Dzahabi juga menyetujuinya, dengan lafadz hadits:
128 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

«‫ﺎ ِﺀ‬‫ﺪ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻀ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﺮﺿ‬ ‫ﻚ ﺍﻟ‬


 ‫ﺳﹶﺄﹸﻟ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ »
Dan aku meminta kepada-Mu, ya Allah, bisa ridha setelah
menerima qadha.

Syara’ telah memuji seorang hamba yang berserah diri terhadap


qadha, sebagaimana dijelaskan dalam hadits dari Abû Hurairah.
Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda kepadaku:

: ‫ﻨ ِﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻨ ِﺰ ﺍﹾﻟ‬‫ﻦ ﹶﻛ‬ ‫ﺵ ِﻣ‬
ِ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺖ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﺤ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ ٍﺔ ِﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﻛِﻠ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺩﱡﻟ‬ ‫ﻭ ﹶﺃ‬ ‫ﻚ ﹶﺃ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻋﱢﻠ‬ ‫»ﹶﺃ ﹶﻻ ﹸﺃ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﺴﹶﻠ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬‫ﺒﺪِﻱ ﻭ‬‫ﻋ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺳﹶﻠ‬ ‫ﺟ ﱠﻞ ﹶﺃ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﺍ‬ ،‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﺓ ِﺇ ﱠﻻ ﺑِﺎ‬ ‫ﻮ ﹶﻝ ﹶﻻ ﹸﻗ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﹶﻻ‬
Aku akan memberitahumu satu kalimat yang datang dari bawah
‘Arasy dan dari gudangnya surga, yaitu, “Tiada daya dan tidak ada
kekuatan kecuali dengan (kekuasaan) Allah”. Allah berfirman,
“Sungguh hamba-Ku telah tunduk dan berserah diri kepada-Ku.”
(HR. al-Hâkim. Ia berkata, “Hadits ini shahih isnadnya,
dan tidak tercatat adanya kecacatan, meski tidak dike-
luarkan oleh al-Bukhâri dan Muslim.” Ibnu Hajar berkata,
“Hadits ini telah dikeluarkan oleh al-Hâkim dengan sanad
yang kuat”)

Marah terhadap qadha Allah hukumnya haram. Al-Qirafi


menuturkan dalam ad-Dakhîrah adanya ijma (kesepakatan) atas
keharaman marah terhadap qadha dari Allah. Yang dimaksud
dengan ijma ini adalah ijma para Mujtahid. Lafadz ijmanya adalah
“Marah terhadap qadha Allah hukumnya haram berdasarkan ijma.”
Al-Qirafi telah membedakan antara qadha dan al-Maqdhi. Beliau
berkata, “Jika ada seorang yang diuji dengan suatu penyakit,
kemudian ia merasa sakit sebagai resiko dari tabiat suatu penyakit,
maka hal seperti ini tidak dipandang sebagai sikap tidak ridha
terhadap qadha, melainkan disebut tidak ridha terhadap al-Maqdhi.
Sabar Menghadapi Cobaan... 129

Jika ia berkata, “Apa (gerangan) yang telah aku lakukan hingga


aku ditimpa dengan musibah ini, dan apa dosaku. Padahal aku
tidak layak mendapatkannya.” Maka yang seperti ini disebut tidak
ridha terhadap qadha bukan terhadap al-Maqdhi.”

Keharaman marah terhadap qadha ini ditunjukkan oleh hadits dari


Mahmud bin Lubaid (sebagaimana telah disebutkan) bahwa
Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻰ‬‫ﺿ‬‫ﻪ ﺍﻟﺮ‬ ‫ ﹶﻓﹶﻠ‬،‫ﻲ‬ ‫ﺿ‬


ِ ‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻫ ـ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺘ ﹶ‬‫ﺑ‬‫ﺎ ﺍ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﺐ ﹶﻗ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﷲ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
«‫ﻂ‬
‫ﺨﹸ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻪ ﺍﻟ‬ ‫ﻂ ﹶﻓﹶﻠ‬
‫ﺨﹶ‬ِ ‫ﺳ‬
Sesungguhnya jika Allah akan mencintai suatu kaum, maka Dia
akan memberikan ujian kepada mereka. Barangsiapa yang
bersabar, maka kesabaran itu bermanfaat baginya. Dan barangsiapa
marah (tidak sabar) maka kemarahan itu akan kembali kepadanya.
(HR. Ahmad dan at-Tirmidzi. Ibnu Muflih berkata, “Isnad
hadits ini baik”)

Ridha dan marah termasuk perbuatan manusia. Karena


itu manusia akan diberi pahala atas perbuatannya dan akan disiksa
atas kemarahannya. Sedangkan qadha sendiri tidak termasuk
perbuatan manusia, sehingga manusia tidak akan diminta
pertanggungjawaban atas terjadinya qadha, sebab bukan termasuk
perbuatannya. Tetapi ia tetap akan ditanya tentang ridha dan
marahnya terhadap qadha, karena hal itu termasuk perbuatannya.
Allah berfirman:

 ∩⊂∪ 4tëy™ $tΒ āωÎ) Ç≈|¡ΣM∼Ï9 }§øŠ©9 βr&uρ


Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang telah diusahakannya. (TQS. an-Najm [53]: 39)
130 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Qadha dari Allah ini akan menjadi penebus atas dosa-dosa seseorang,
dan sebagai sarana dihapuskannya kesalahan. Dalilnya sangat banyak,
di antaranya hadits dari Abdullah, sesungguhnya Rasulullah saw.
bersabda:

‫ـﺎ‬
‫ﻬـ‬ ‫ﷲ ِﺑ‬
ُ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﺎ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﻛ ﱠﻔ ـ‬‫ﻮﹶﻗﻬ‬ ‫ﺎ ﹶﻓ‬‫ﻮ ﹶﻛ ٍﺔ ﹶﻓﻤ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻪ ﹶﺃﺫﹶﻯ‬ ‫ﺒ‬‫ﻳﺼِﻴ‬ ‫ﺴِﻠ ٍﻢ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﻣ‬. ..»
«‫ـ‬‫ﺎ‬‫ﺭﹶﻗﻬ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ ﹸﺓ‬ ‫ﺠ‬
‫ـﺎ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻂ ﺍﻟ‬
‫ﺤﱡ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﺳِّﻴﺌﹶﺎِﺗ ِﻪ ﹶﻛﻤ‬
Seorang muslim yang diuji dengan rasa sakit karena duri atau yang
lebih dari itu, maka Allah pasti akan menebus kesalahan-
kesalahannya karena musibah itu, sebagaimana suatu pohon
menggugurkan daunnya. (Mutafaq ‘alaih).

Hadits yang lain adalah dari ‘Aisyah, ia berkata; Rasulullah saw.


bersabda:

«‫ﻄِﻴﹶﺌِﺘ ِﻪ‬‫ﻦ ﺧ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﷲ ِﺑﻬ‬


ُ ‫ﺺﺍ‬
 ‫ﺎ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﻗ‬‫ﻮﹶﻗﻬ‬ ‫ﺎ ﹶﻓ‬‫ﻮ ﹶﻛ ﹲﺔ ﻓﹶﻤ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺗﺼِﻴ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Satu duri atau yang lebih dari itu, yang menimpa seorang mukmin,
maka pasti dengan duri itu Allah akan mengurangi kesalahannya.
Dalam satu riwayat dikatakan “naqushshu” artinya kami akan
mengurangi. (Mutafaq ‘alaih).

Hadits dari Abû Hurairah dan Abû Sa’id, dari Nabi saw., bersabda:

‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺰ ٍﻥ‬ ‫ــ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﺣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺐ‬ ٍ ‫ﺼ‬  ‫ﻧ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺐ‬
ٍ ‫ﺻ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻦ ِﻣ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻴ‬ ِ‫ﺼ‬‫ﺎ ﻳ‬‫»ﻣ‬
« ‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﺧﻄﹶﺎﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﷲ ِﻣ‬
ُ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﻛ ﱠﻔ‬، ‫ﺎ‬‫ـﺎ ِﻛﻬ‬‫ﻳﺸ‬ ‫ﻮ ﹶﻛ ٍﺔ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﹶﻏ‬ ‫ﹶﺃﺫﹰﻯ‬
Setiap musibah yang menimpa seorang mukmin, berupa sakit yang
berterusan, sakit yang biasa, kebingungan, kesedihan, kegundahan
hingga duri yang menusuknya, maka pasti musibah itu akan
menjadi penghapus bagi kesalahan-kesalahannya. (Mutafaq
‘alaih).
Sabar Menghadapi Cobaan... 131

Dalam bab ini terdapat juga hadits senada dari Sa’ad, Muawiyah,
Ibnu Abbas, Jabir, Ummu al-Ala, Abû bakar, Abdurrahman bin
Azhar, al-Hasan, Anas, Syadad, dan Abû Ubaidah ra.; dengan
sanad-sanad ada yang baik dan ada yang shahih. Semuanya
sampai kepada Nabi saw. (hadits marfu), yang isinya menyatakan
bahwa “setiap ujian akan menggugurnya kesalahan”.
Hadits dari ‘Aisyah ra. sesungguhnya Rasulullah saw.
bersabda:

،‫ــ ﹰﺔ‬‫ﺭﺟ‬ ‫ﺩ‬ ‫ــﺎ‬‫ﷲ ِﺑﻬ‬


ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺭﹶﻓ‬ ‫ﺎ ِﺇ ﱠﻻ‬‫ﻮﹶﻗﻬ‬ ‫ﺎ ﹶﻓ‬‫ﻮ ﹶﻛ ﹰﺔ ﻓﹶﻤ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﺸ‬ ‫ﺴِﻠ ٍﻢ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫» ﻣ‬
«‫ﺧﻄِﻴﹶﺌ ﹰﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ِﺑﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻂ‬
‫ﺣ ﱠ‬ ‫ﻭ‬
Seorang muslim yang tertusuk duri atau yang lebih dari itu, maka
pasti Allah dengan musibah itu akan mengangkat satu derajat
untuknya dan menggugurkan satu kesalahan darinya.
Dalam riwayat lain dikatakan:

«‫ﻨ ﹰﺔ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ِﺑﻬ‬ ‫ﷲ ﹶﻟ‬
ُ ‫ﺐﺍ‬
 ‫ﺘ‬‫»ِﺇ ﱠﻻ ﹶﻛ‬
Maka pasti Allah dengan musibah itu akan mencatat satu kebaikan
baginya.

Yang dimaksud dengan pahala di sini adalah pahala atas


keridhaannya terhadap qadha dari Allah dan kesabarannya;
Juga bersyukur dan tidak mengadukan musibahnya kecuali
kepada Allah. Banyak sek ali hadits yang menjelaskan
batasan ini, di antaranya hadits riwayat Muslim dari Shuhaib,
sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺮ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﺷ ﹶﻜ‬ ‫ﺍ ُﺀ‬‫ﺳﺮ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ ِﺇ ﹾﻥ ﹶﺃﺻ‬،‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻩ ﹸﻛﱠﻠ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺆ ِﻣ ِﻦ ِﺇ ﱠﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻣ ِﺮ ﺍﹾﻟ‬ َ‫ﺎ ِﻷ‬‫ﺠﺒ‬  ‫ﻋ‬ »
‫ﺣ ٍﺪ‬ ‫ﻚِ َﻷ‬
 ‫ﺲ ﹶﺫِﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﺍ ﹶﻟ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﺮ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬  ‫ﺍ ُﺀ‬‫ﺿﺮ‬  ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﹶﺃﺻ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﺍ ﹶﻟ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬
«« ‫ﺆﺆ ِِﻣﻣ ِِﻦﻦ‬ ‫ﻤﻤ‬ ‫ِِﺇﺇ ﱠﱠﻻﻻ ِِﻟﻟ ﹾﹾﻠﻠ‬
132 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Sungguh mengagumkan urusan orang yang beriman, karena


seluruh urusannya merupakan kebaikan baginya. Jika
mendapatkan kesenangan ia bersyukur, maka syukur adalah
kebaikan baginya. Jika ditimpa kesulitan ia bersabar, maka sabar
itu merupakan kebaikan baginya. Hal seperti ini tidak akan didapati
pada seseorang kecuali orang yang beriman.

Hadits riwayat al-Hâkim, ia menshahihkannya yang disepakati oleh


adz-Dzahabi dari Abû Darda ra., ia berkata; aku pernah mendengar
Rasulullah saw. bersabda:

‫ ِﺇ ﹾﻥ‬،‫ــ ﹰﺔ‬‫ﻙ ﹸﺃﻣ‬ ‫ﻌ ِﺪ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺚ ِﻣ‬


‫ﺎ ِﻋ ﹲ‬‫ﻲ ﺑ‬‫ﻰ ِﺇﻧ‬‫ﺎ ﻋِﻴﺴ‬‫ ﻳ‬:‫ﺟ ﱠﻞ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
‫ﻮﺍ‬‫ﺴﺒ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺣ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ﺍ‬‫ﺮﻫ‬ ‫ﻳ ﹾﻜ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﻣ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ِﺇ ﹾﻥ ﹶﺃﺻ‬‫ ﻭ‬،‫ﷲ‬
َ ‫ﻭﺍ ﺍ‬‫ﺣ ِﻤﺪ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺤﺒ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﻣ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﹶﺃﺻ‬
‫ﺬﹶﺍ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﻮ ﹸﻥ ﻫ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺏ ﹶﻛ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻳ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ِﻋ ﹾﻠ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ِﺣ ﹾﻠ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ﺒﺮ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻭ‬
«‫ﻭ ِﻋ ﹾﻠﻤِــﻲ‬ ‫ﻦ ِﺣ ﹾﻠﻤِﻲ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﻋﻄِﻴ ِﻬ‬ ‫ﹸﺃ‬
Sesungguhnya Allah berfirman, “Wahai Isa!, sungguh aku
a k a n m e n g i r i m s u a t u u m a t s e t e l a h m u . J i k a m e re k a
mendapatkan perkara yang disukai, pasti akan memuji
kepada Allah. Jika mereka mendapatkan perkara yang tidak
disukai, mereka akan ikhlas menerimanya dan bersabar
menghadapinya, padahal mereka tidak memiliki kepandaian
dan ilmu.” Isa berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana itu bisa
terjadi?” Allah berfirman, “Aku memberikan kepada mereka
sebagian dari kepandaian dan ilmu-Ku.”

Hadits riwayat ath-Thabrâni dengan isnad yang sehat dari cacat,


dari Ibnu Abbas ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ـﻰ‬
‫ﺎ ِﺇﹶﻟـ‬‫ﺸ ـ ﱡﻜﻬ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤﻬ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ ِﻪ ﹶﻓ ﹶﻜ‬
ِ ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻭ ﻓِﻲ‬ ‫ﺎِﻟ ِﻪ ﹶﺃ‬‫ﺒ ٍﺔ ِﺑﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺼ‬
ِ ‫ﻤ‬ ‫ﺐ ِﺑ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺻ‬
ِ ‫ﻦ ﹸﺃ‬ ‫ﻣ‬ »
Sabar Menghadapi Cobaan... 133

«‫ﻪ‬ ‫ﺮ ﹶﻟ‬ ‫ﻐ ِﻔ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻥ‬


ِ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﺣﻘ‬ ‫ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬،ِ‫ﺎﺱ‬‫ﺍﻟﻨ‬
Siapa saja yang ditimpa musibah atas hartanya atau jiwanya,
kemudian ia menyembunyikannya dan tidak mengadukan kepada
manusia, maka Allah pasti akan mengampuninya.

Hadits riwayat al-Bukhâri dari Anas, ia berkata; aku pernah


mendengar Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ــ‬‫ﻮﺿ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺼ‬


 ‫ﻴ ِﻪ ﹶﻓ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﺤﺒِﻴ‬
 ‫ﺒﺪِﻱ ِﺑ‬‫ﻋ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺘﹶﻠ‬‫ﺑ‬‫ ِﺇﺫﹶﺍ ﺍ‬:‫ﺟ ﱠﻞ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
«‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺎ ﺍﹾﻟ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ِﻣ‬
Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, “Jika Aku menguji hambaku
dengan dua mata yang buta, kemudian ia bersabar, maka Aku
akan menggati kedua (mata)nya tersebut dengan surga baginya.

Hadits riwayat al-Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad, dari


Abû Hurairah, ia berkata; Rasulullah bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﺎ ﻣِــ‬‫ﻰ ِﺑﻬ‬‫ﺎ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﻗﻀ‬‫ﺒﻬ‬‫ﺴ‬


ِ ‫ﺘ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻴﹶﺎ‬‫ﺪﻧ‬ ‫ﻮ ﹶﻛ ﹰﺔ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﺸ‬ ‫ﺴِﻠ ٍﻢ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫»ﻣ‬
«‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﻡ ﺍﹾﻟﻘِﻴﹶﺎ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﺧﻄﹶﺎﻳ‬
Seorang muslim yang tertusuk duri di dunia, ia ikhlas menerimanya,
maka pasti ujian itu akan menjadi penyebab Allah melenyapkan
kesalahan-kesalahnya di hari kiamat.

Pada pembahasan ini kita perlu menelaah kesabaran lebih


dalam lagi, untuk menghilangkan kesalahpahaman pada sebagaian
kaum Muslim tentang fakta dan makna sabar.
Ada yang beranggapan, jika seseorang membatasi diri
dan menjau hkan diri dar i manu sia, meninggalkan
kemunkaran dan para pelakunya; ia melihat keharaman
134 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

sudah merajalela, hukum-hukum Allah tidak diamalkan, dan


jihad telah ditinggalkan. Pada kondisi seperti ini, ia tidak
me ngam bil sik ap u ntu k me ngha -da piny a, bahk an ia
menjauh dan meninggalkan aktivitas nahi munkar; maka
yang seperti ini oleh sebagian orang dianggap sebagai orang
yang bersabar.
Atau mereka memahami sabar sekadar menolak
penindasan atas dirinya saja. Ia menghindari hal-hal yang
mengakibatkan akan ditangkap oleh musuh-musuh Allah, sehingga
ia tidak berani mengatakan kebenaran, tidak berani beramal untuk
menggapai ridha Allah. Bahkan ia tetap diam, mengurung diri di
tempat ibadah. Ia berkata tentang dirinya, “Aku adalah orang yang
bersabar.”
Sabar seperti itu bukanlah sabar yang pelakunya dijanjikan
surga oleh Allah Swt. seperti dalam firman-Nya:

 5>$|¡Ïm ΎötóÎ/ Νèδtô_r& tβρçŽÉ9≈¢Á9$# ’®ûuθム$yϑ‾ΡÎ)


Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (TQS. az-Zumar [39]:
10)

Sikap seperti itu adalah kelemahan. Rasulullah saw. telah


meminta perlindungan kepada Allah dari sifat tersebut. Beliau
bersabda:

‫ﺰ ِﻥ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻬ ِّﻢ ﻭ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺨ ِﻞ ﻭ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺒ ِﻦ ﻭ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻭﺍﹾﻟ‬ ‫ﺴ ِﻞ‬
 ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻜ‬‫ﺠ ِﺰ ﻭ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻮ ﹸﺫ ﺑِﺎﷲ ِﻣ‬‫»ﹶﺃﻋ‬
«ِ‫ـﺎ«ﻝ‬
‫ـِﻝ‬‫ﺎ‬‫ﻬ ِﺮ ﺍﻟ ِّﺮﺟ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ‫ﻳ ِﻦ‬‫ﺪ‬ ‫ﺒ ِﺔ ﺍﻟ‬‫ﻭ ﹶﻏﹶﻠ‬
Aku berlindung kepada Allah dari sifat lemah, dan malas; dari sifat
kikir, bingung, kesedihan, dilanda hutang, dan dari paksaan orang-
orang kuat.
Sabar Menghadapi Cobaan... 135

Sabar yang sebenarnya adalah ketika kita mengatakan yang


hak dan melaksanakannya. Siap menanggung resiko penderitaan
di jalan Allah karena mengatakan dan mengamalkan kebenaran,
tanpa berpaling, bersikap lemah, atau lunak sedikit pun.
Sabar yang sebenarnya adalah sabar yang telah dijadikan
Allah sebagai buah dari ketakwaan. Allah berfirman:

 šÏΖÅ¡ósßϑø9$# tô_r& ßì‹ÅÒムŸω ©!$# €χÎ*sù ÷ŽÉ9óÁtƒuρ È,−Gtƒ tΒ …çµ‾ΡÎ)


Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka
sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
berbuat baik. (TQS. Yusuf [12]: 90)

Sabar yang sebenarnya adalah mereka yang disertakan oleh


Allah dengan para Mujahid. Allah berfirman:

È≅‹Î6y™ ’Îû öΝåκu5$|¹r& !$yϑÏ9 (#θãΖyδuρ $yϑsù ׎ÏWx. tβθ•‹În/Í‘ …çµyètΒ Ÿ≅tG≈s% %cÉ<‾Ρ ÏiΒ Éir'x.uρ

 ∩⊇⊆∉∪ tΎÉ9≈¢Á9$# =Ïtä† ª!$#uρ 3 (#θçΡ%s3tGó™$# $tΒuρ (#θàãè|Ê $tΒuρ «!$#


Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka
sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak
menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan
Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh).
Allah menyukai orang-orang yang sabar. (TQS. Ali ‘Imrân [3]:
146)

Sabar terhadap cobaan dan qadha adalah sesuatu yang


akan menuntun menuju sikap konsisten, bukan sikap yang labil.
Sabar yang akan mendorong untuk senantiasa berpegang teguh
pada Kitab Allah, bukan melemparkannya dengan dalih beratnya
cobaan. Sabar seperti ini adalah sabar yang akan semakin
menambah kedekatan seorang hamba kepada Rabbnya, bukan
semakin jauh. Allah berfirman:
136 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

zÏΒ àMΖà2 ’ÎoΤÎ) šoΨ≈ysö6ß™ |MΡr& HωÎ) tµ≈s9Î) Hω βr& ÏM≈yϑè=—à9$# ’Îû 3“yŠ$oΨsù

 ∩∇∠∪ šÏϑÎ=≈©à9$#
Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Bahwa tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau,
sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (TQS. al-
Anbiya [21]: 87)

Kesabaran yang sebenarnya adalah kesabaran yang akan


semakin memperkuat cita-cita dan akan mendekatkan ke jalan
menuju surga, yaitu seperti kesabaran Bilal bin Rabah, Khabab,
dan keluarga Yasir. Sebagiamana sabda Rasul saw.:

« ‫ﻨ ﹸﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﻮ ِﻋ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ ِﺇ ﱠﻥ‬ ‫ﺎ ِﺳ‬‫ﺍ ﺁ ﹶﻝ ﻳ‬‫ﺒﺮ‬‫ﺻ‬
 »
Sabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya yang dijanjikan bagi
kalian adalah surga.

Juga seperti kesabaran Khubaib dan Zaid. Ia berkata:

«‫ﻫﻠِﻲ‬ ‫ﻢ ِﺑﹶﺄ‬ ‫ﺎِﻟ‬‫ﻭﺃﹶﻧﹶﺎ ﺳ‬ ‫ﻮ ﹶﻛ ٍﺔ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ﺪ  ِﺑ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻳﺼ‬ ‫ﻰ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﺭﺿ‬ ‫ﷲ ﹶﻻ ﹶﺃ‬
ِ ‫ﺍ‬‫»ﻭ‬
Demi Allah, aku tidak suka Muhammad saw. ditimpa musibah
walau hanya dengan duri, sementara aku selamat dengan
keluargaku.

Juga seperti kesabaran orang-orang yang menghentikan


orang yang dzalim tanpa merasa takut, di jalan Allah, terhadap
cacian orang yang suka mencaci. Rasulullah saw. bersabda:

‫ـﺮﹰﺍ‬
‫ﻖ ﹶﺃ ﹾﻃـ‬ ‫ﺤ ـ‬
 ‫ـﻰ ﺍﹾﻟ‬
‫ﻋﹶﻠـ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺮ‬ ‫ﺘ ﹾﺄ ِﻃ‬‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻳ ِﺪ ﺍﻟﻈﱠﺎِﻟ ِﻢ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺧ ﹶﺬ ﱠﻥ‬ ‫ﺘ ﹾﺄ‬‫ﷲ ﹶﻟ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﻼ ﻭ‬
‫» ﹶﻛ ﱠ‬
‫ﺾ‬
ٍ ‫ــ‬‫ﺒﻌ‬‫ﻢ ِﺑ‬ ‫ﻌﻀِــ ﹸﻜ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﷲ ﹸﻗﹸﻠ‬
ُ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﺒ‬‫ﻀ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﻭ ﹶﻟ‬ ‫ﺍ ﹶﺃ‬‫ﺼﺮ‬
 ‫ﻖ ﹶﻗ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺘ ﹾﻘ‬‫ﻭﹶﻟ‬
«‫ﻴﻞﹶ‬‫ﺍِﺋ‬‫ــﺮ‬‫ﺑﻨِﻲ ِﺇﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ﹸﻟ ِﻌ‬‫ﻢ ﹶﻛﻤ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﻌ‬ ‫ﻴ ﹾﻠ‬‫ﻭﹶﻟ‬
Sabar Menghadapi Cobaan... 137

«‫ﻴﻞﹶ‬‫ﺍِﺋ‬‫ـﺮ‬
‫ـ‬‫ﺑﻨِﻲ ِﺇﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ﹸﻟ ِﻌ‬‫ﻢ ﹶﻛﻤ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﻌ‬ ‫ﻴ ﹾﻠ‬‫ﻭﹶﻟ‬
Tidak, demi Allah, kalian harus menghentikan orang yang dzalim,
kalian harus membelokkan mereka (dari kedzaliman) menuju
kebenaran, dan kalian harus menahan mereka dalam kebaikan
atau Allah akan mengunci hati sebagian dari kalian disebabkan
oleh sebagian yang lainnya dan Allah akan melaknat kalian
sebagaimana telah melaknat Bani Israil.

Juga seperti kesabaran para sahabat yang diberkati, juga


kesabaran para sahabat yang diboikot, dan para sahabat yang
hijrah ke Habsyah; dan kesabaran para sahabat yang ditangkap
karena berpegang pada perkataan mereka, “Tuhan kami adalah
Allah”.
Kesabaran yang hakiki juga harus seperti kesabaran kaum
Muhajirin dan Anshar pada saat memerangi kaum Musyrik, bangsa
Persia, dan Romawi. Seperti kesabaran sahabat yang ditawan, yaitu
kelompok Abdullah bin Abi Hudzafah…; juga kesabaran para
mujahidin yang berani dan jujur.
Kesabaran yang sebenarnya adalah kesabaran pada saat
melaksanakan amar makruf nahi munkar, dan tidak lemah
meskipun dihadapkan kepada berbagai penindasan di jalan Allah.
Kesabaran yang sebenarnya adalah kesabaran pada saat
menjadi tentara bersama pasukan kaum Muslim yang siap
memerangi musuh-musuh Allah.
Sabar yang sebenarnya adalah kesabaran yang sesuai
dengan firman Allah:
(#θè?ρé& zƒÏ%©!$# zÏΒ €∅ãèyϑó¡tFs9uρ öΝà6Å¡àΡr&uρ öΝà6Ï9≡uθøΒr& þ’Îû āχâθn=ö7çFs9

(#ρçŽÉ9óÁs? βÎ)uρ 4 #ZŽÏWx. ”]Œr& (#þθä.uŽõ°r& šÏ%©!$# zÏΒuρ öΝà6Î=ö6s% ÏΒ |=≈tGÅ3ø9$#

 ∩⊇∇∉∪ Í‘θãΒW{$# ÏΘ÷“tã ôÏΒ šÏ9≡sŒ ¨βÎ*sù (#θà)−Gs?uρ


138 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.


Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-
orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang
memper-sekutukan Allah, gangguan yang banyak yang
menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut
diutamakan. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 186)

 ö/ä.u‘$t6÷zr& (#uθè=ö7tΡuρ tΎÉ9≈¢Á9$#uρ óΟä3ΖÏΒ tωÎγ≈yfßϑø9$# zΟn=÷ètΡ 4®Lym öΝä3‾Ρuθè=ö7uΖs9uρ


Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar
Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara
kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.
(TQS. Muhammad [47]: 31)

ħàΡF{$#uρ ÉΑ≡uθøΒF{$# zÏiΒ <Èø)tΡuρ Æíθàfø9$#uρ Å∃öθsƒø:$# zÏiΒ &óy´Î/ Νä3‾Ρuθè=ö7oΨs9uρ

¬! $‾ΡÎ) (#þθä9$s% ×πt7ŠÅÁ•Β Νßγ÷Fu;≈|¹r& !#sŒÎ) tÏ%©!$# ∩⊇∈∈∪ šΎÉ9≈¢Á9$# ̍Ïe±o0uρ 3 ÏN≡tyϑ¨W9$#uρ

šÍ×‾≈s9'ρé&uρ ( ×πyϑômu‘uρ öΝÎγÎn/§‘ ÏiΒ ÔN≡uθn=|¹ öΝÍκöŽn=tæ y7Í×‾≈s9'ρé& ∩⊇∈∉∪ tβθãèÅ_≡u‘ ϵø‹s9Î) !$‾ΡÎ)ρu

 ∩⊇∈∠∪ tβρ߉tGôγßϑø9$# ãΝèδ


Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan, “Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji`ûn”. Mereka itulah
yang mendapat keber-katan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan
mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(TQS. al-Baqarah [2]: 155-157)

***
139

~9~
DOA, DZIKIR,
DAN ISTIGHFAR

Pertama, doa adalah ibadah, bahkan merupakan inti


ibadah, berdasarkan firman Allah:

’ÎAyŠ$t6Ïã ôtã tβρçŽÉ9õ3tGó¡o„ šÏ%©!$# ¨βÎ) 4 ö/ä3s9 ó=ÉftGó™r& þ’ÎΤθãã÷Š$# ãΝà6š/u‘ tΑ$s%uρ

 ∩∉⊃∪ š̍Åz#yŠ tΛ©yγy_ tβθè=äzô‰u‹y™


Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari ibadah kepada-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina”. (TQS. Ghâfir [40]: 60)

Dalam ayat ini Allah menjadikan doa sebagai ibadah. Allah


menyebutkan doa dengan ungkapan “Ibadah kepada-Ku” setelah
menyatakan “Berdoalah kepada-Ku”. Apa yang diungkapkan
dalam ayat ini persis seperti sabda Rasulullah saw.:

«‫ﺩ ِﺓ‬ ‫ﺎ‬‫ﺦ ﺍﹾﻟ ِﻌﺒ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ُﺀ‬‫ﺪﻋ‬ ‫»ﺍﻟ‬


140 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Doa adalah inti ibadah. (at-Tirmidzi mengeluarkan hadits ini


dari Nu’man bin Basyir. Ia berkata, “Hadits ini hasan
shahih”)

Jadi doa adalah ibadah, dan Allah sangat mencintai hamba-


Nya yang berdoa kepada-Nya. Berdoa hukumnya sunah.
Barangsiapa tidak berdoa kepada Allah berarti ia telah
meninggalkan kebaikan yang banyak. Jika seorang hamba tidak
berdoa karena sombong, maka ia termasuk golongan yang di
sebutkan Allah dalam firman-Nya:

 š̍Åz#yŠ tΛ©yγy_ tβθè=äzô‰u‹y™


(Mereka) akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.
(TQS. Ghâfir [40]: 60).

Termasuk ke dalam pengertian “dâkhirin” pada ayat ini


adalah orang-orang yang hina, rendah, dan dihinakan.

Kedua, Allah telah menjelasklan agar kita berdoa kepada-


Nya, disertai dengan memenuhi seruan-Nya, terikat dengan syariat-
Nya, dan mengikuti Rasul-Nya. Allah berfirman:

šχρ߉ä©ötƒ öΝßγ‾=yès9 ’Î1 (#θãΖÏΒ÷σã‹ø9uρ ’Í< (#θç6‹ÉftGó¡uŠù=sù


Dan hendaklah kamu memenuhi seruan-Ku dan berimanlah
kepada-Ku agar kamu mendapatkan petunjuk” (TQS al-Baqarah
[2]: 186).

Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya:

«‫ﻪ‬ ‫ﺏ ﹶﻟ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺘﺠ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﱏ‬
‫ﺍ ٍﻡ ﹶﻓ ﹶﺄ ﱢ‬‫ﺣﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻪ ِﻣ‬ ‫ﺑ‬‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍ ٍﻡ‬‫ﺣﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻪ ِﻣ‬ ‫ﻣ ﹾﺄ ﹸﻛﹸﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫ﻮ ﺍ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬»
Doa, Dzikir, dan Istighfar 141

Ia berdoa kepada Allah, tapi makanan dan minumannya dari barang


yang diharamkan, maka bagaimana mungkin akan dikabulkan
doanya. (HR. Muslim).

Waktu yang paling utama untuk berdoa adalah di saat


sujud, di tengah malam, dan setelah shalat wajib. Dari Abû Hurairah
riwayat Muslim, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺎ َﺀ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ﻭﺍ ﺍﻟ‬‫ ﹶﻓﹶﺄ ﹾﻛِﺜﺮ‬،‫ﺪ‬ ‫ﺎ ِﺟ‬‫ﻮ ﺳ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺑ ِﻪ‬‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺪ ِﻣ‬ ‫ﺒ‬‫ﻌ‬ ‫ﻳﻜﹸﻮ ﹸﻥ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺏ ﻣ‬
 ‫ﺮ‬ ‫»ﹶﺃ ﹾﻗ‬
Posisi seorang hamba yang paling dekat dari Tuhannya ialah pada
saat ia sujud, maka perbanyaklah doa ketika itu.
Dari Abû Umamah, riwayat at-Tirmidzi, ia berkata, “Hadits
ini hasan shahih.” Abû Umamah berkata, “Pernah ditanyakan
kepada Rasulullah saw., doa manakah yang paling didengar oleh
Allah?” Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺕ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻮﺑ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ ﹾﻜ‬ ‫ﺕ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺼﹶﻠﻮ‬
 ‫ﺑ ِﺮ ﺍﻟ‬‫ﺩ‬ ‫ﻭ‬ ،ِ‫ﻴﻞ‬‫ﻑ ﺍﻟﱠﻠ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺟ‬ »
Doa di tengah malam dan setelah shalat wajib.

Begitu juga berdoa di bulan Ramadhan mempunyai pahala


yang sangat besar. At-Tirmidzi telah mengeluarkan sebuah hadits,
ia berkata, “Hadits ini hasan.” Sesungguhnya Rasulullah saw.
bersabda:

‫ﻮ ﹸﺓ‬ ‫ــ‬‫ﺩﻋ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ ِﺩ ﹸﻝ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟﻌ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﹾﺍ ِﻹﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ ﹾﻔ ِﻄ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎِﺋ‬‫ﻢ ﺍﻟﺼ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺗ‬‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻼﹶﺛ ﹲﺔ ﹶﻻ‬
‫»ﹶﺛ ﹶ‬
‫ﻳﻘﹸــﻮ ﹸﻝ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ ِﺀ‬‫ﺴﻤ‬
 ‫ﺏ ﺍﻟ‬
 ‫ﺍ‬‫ﺑﻮ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺢ ﹶﻟﻬ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻔ‬‫ﻭ‬ ِ‫ﺎﻡ‬‫ﻐﻤ‬ ‫ﻕ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﷲ ﹶﻓ‬
ُ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﻌﻬ‬ ‫ﺮﹶﻓ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻤ ﹾﻈﻠﹸﻮ ِﻡ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬
«‫ﲔ‬
ٍ ‫ﺪ ِﺣ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺰﺗِﻲ َ َﻷ‬ ‫ﻭ ِﻋ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺍﻟ‬
Ada tiga orang yang doanya tidak akan di tolak, yaitu orang yang
shaum hingga buka, imam yang adil, dan doa orang yang dizhalimi.
Allah akan mengangkat doanya hingga ada di atas awan dan akan
142 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

dibukakan baginya pintu-pintu langit. Dan Allah pun berfirman,


“Demi kemuliaan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu kapan saja.”

Ketiga, keberadaan doa sebagai suatu ibadah tidak berarti


bahwa kita boleh meninggalkan hukum kausalitas. Sirah Rasulullah
saw. adalah bukti yang nyata akan hal ini.
Sebagai contoh, Rasulullah saw. telah menyiapkan pasukan
untuk perang Badar. Beliau mengatur pasukan masing-masing di
tempatnya. Beliau juga telah menyiapkan mereka dengan persiapan
yang baik. Kemudian setelah itu beliau masuk ke bangsalnya seraya
meminta pertolongan kepada Allah. Beliau pada saat itu banyak
sekali berdoa, hingga Abû Bakar berkata, “Wahai Rasulullah!,
sebagian dari doamu ini telah cukup.”
Rasulullah saw. ketika diperintahkan untuk hijrah dari
Makkah ke Madinah, beliau telah melakukan sebab-sebab yang
mungkin dilakukan, yang bisa mengantarkan pada keselamatan.
Pada saat yang sama, beliau juga berdoa kepada Allah untuk
kekalahan kafir Quraisy, agar Allah memalingkan mereka dari beliau
dan menyelamatkannya dari makar mereka, serta
menyampaikannya ke Madinah dengan selamat.
Pada saat itu Rasulullah saw. memilih untuk menghadap
ke arah selatan dari pada ke arah utara menuju Madinah. Kemudian
beliau bersembunyi di gua Tsur bersama Abû Bakar ra. Di gua
Tsur itu beliau senantisa menerima berita dari Abdurrahman bin
Abû Bakar tentang kaum Quraisy, rencana-rencana mereka, dan
apa-apa yang mereka pikirkan untuk mencelakai beliau saw.
Kemudian ketika Abdurrahman bin Abû Bakar kembali ke Makkah,
ia diperintahkan untuk berjalan sambil menuntun kambing di
belakangnya. Tujuannya agar bekas kaki kambing tersebut
menghapus bekas kaki Abdurrahman bin Abû Bakar, untuk
mengecoh kafir Quraisy. Rasulullah saw. tinggal di gua Tsur selama
tiga hari sampai upaya pencarian beliau tidak dilakukan lagi dengan
Doa, Dzikir, dan Istighfar 143

gencar. Setelah itu beliau meneruskan perjalanan ke Madinah. Rasul


saw. melakukan semua itu, meskipun yakin bahwa beliau akan
sampai ke Madinah dengan selamat. Hal ini bisa dibuktikan dari
jawaban beliau kepada Abû Bakar yang merasa khawatir ditangkap
oleh kafir Quraisy ketika mereka ada persis di depan gua Tsur.
Abû Bakar berkata, “Jika salah seorang dari mereka melihat tempat
berpijak kedua kakinya niscaya ia akan melihat kita.” Maka
Rasulullah saw. berkata kepada Abû Bakar:

«‫ﺎ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﷲ ﺛﹶﺎِﻟﹸﺜ‬
ُ ‫ﻴ ِﻦ ﺍ‬‫ﻨ‬‫ﻚ ﺑِﺎﹾﺛ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺎ ﹶﻇ‬‫»ﻣ‬
Jangan kau kira kita hanya berdua. Allah adalah yang ketiga.
Allah berfirman:

†Îû $yϑèδ øŒÎ) È÷oΨøO$# š†ÎΤ$rO (#ρãxŸ2 tÏ%©!$# çµy_t÷zr& øŒÎ) ª!$# çνt|ÁtΡ ô‰s)sù

 ( $oΨyètΒ ©!$# āχÎ) ÷βt“øtrB Ÿω ϵÎ7Ås≈|ÁÏ9 ãΑθà)tƒ øŒÎ) Í‘$tóø9$#


Maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-
orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah)
sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada
dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, “Janganlah
kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (TQS. at-
Taubah [9]: 40)

Ketika Rasulullah saw. dan Abû Bakar hampir disusul oleh


Surokoh dalam perjalanan hijrahnya; Surokoh ingin menangkap
Rasulullah saw. karena tergiur oleh bayaran yang disediakan oleh
kaum Quraisy. Beliau berkata kepada Surokoh agar pulang dan
baginya gelang kisra.
Jadi, Rasulullah saw. beraktivitas dengan menggunakan
kaidah kausalitas agar kita mengikutinya. Pada saat beliau berdoa,
bermunajat kepada Allah agar diselamatkan dari kejaran kafir
Quraisy dan agar Allah menolak makar mereka dengan
144 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

membinasakan mereka; Rasul saw. pun keluar dari rumahnya di


waktu malam dan mendapati kaum Quraisy sedang mengepung
rumahnya. Beliau kemudian menebarkan tanah pasir ke wajah-
wajah mereka.
Beliau sangat yakin dan tentram hatinya bahwa Allah akan
mengabulkan doanya dan akan memalingkan kaum Quraisy
darinya. Begitulah Rasul saw. telah sempurna beramal dengan
menjalani kaidah kausalitas, hingga akhirnya orang-orang yang
mengepung rumahnya tertidur dan Rasulullah saw. pun bisa keluar
dari rumahnya dengan selamat.
Jadi, berdoa tidak berarti meninggalkan usaha dengan
menjalani kaidah kausalitas, melainkan doa itu harus senantisa
menyertai setiap usaha dengan tetap menjalani kaidah kausalitas.
Maka siapa saja yang menginginkan tegaknya kembali
Khilafah dalam waktu dekat ini, ia tidak boleh merasa cukup dengan
hanya berdoa untuk mewujudkan keinginannya itu. Melainkan ia
harus beramal bersama orang-orang yang tengah beraktivitas untuk
mewujudkannya. Dia juga harus berdoa kepada Allah, memohon
pertolongan untuk mewujudkan Khilafah dan mempercepat
terwujudnya. Ia pun harus terus-menerus berdoa dengan ikhlas,
dengan tetap berpegang pada kaidah kausalitas.
Begitulah yang harus kita lakukan dalam setiap aktivitas.
Kita mengikhlaskan amal karena Allah, membenarkan Rasulullah
saw., dan berdoa dengan kontinyu. Allah pasti akan mendengar
dan mengabulkan doa kita.

Keempat, Allah pasti akan mengabulkan setiap doa orang yang


berdoa, dan akan mengabulkan orang yang terdesak dengan
kebutuhannya ketika ia berdoa kepada-Nya. Allah berfirman:

 4 ö/ä3s9 ó=ÉftGó™r& tΑþ’ÎΤθãã÷Š$#


Doa, Dzikir, dan Istighfar 145

Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.


(TQS. Ghâfir [40]: 60).

 ( Èβ$tãyŠ #sŒÎ) Æí#¤$!$# nοuθôãyŠ Ü=‹Å_é& ( ë=ƒÌs% ’ÎoΤÎ*sù Íh_tã “ÏŠ$t6Ïã y7s9r'y™ #sŒÎ)uρ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku..
(TQS. al-Baqarah [2]: 186)

 uþθ¡9$# ß#ϱõ3tƒuρ çν%tæyŠ #sŒÎ) §sÜôÒßϑø9$# Ü=‹Ågä† ¨Βr&


Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam
kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan
kesusahan... (TQS. an-Naml [27]: 62)

Hanya saja harus dipahami bahwa ijabah doa mempunyai


pengertian syar’i tersendiri (hakikat syar’iyah) yang telah dijelaskan
oleh Rasulullah saw. Beliau bersabda:

‫ﻌ ﹸﺔ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﹶﻗﻄِﻴ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ِﺇﹾﺛ‬‫ﺲ ﻓِﻴﻬ‬


 ‫ﻴ‬‫ﻮ ٍﺓ ﹶﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ ِﺑ‬-‫ﺟ ﱠﻞ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬- ‫ﻮ ﺍﷲ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺴِﻠ ٍﻢ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫»ﻣ‬
‫ﻪ‬ ‫ﷲ ﹶﻟ‬
ُ ‫ﺠ ﹶﻞ ﺍ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ ِﺇﻣ‬:ٍ‫ﺎﻝ‬‫ﺧﺼ‬
ِ ‫ﺙ‬
ِ ‫ﻼ‬
‫ﻯ ﹶﺛ ﹶ‬‫ﺣﺪ‬
 ‫ﺎ ِﺇ‬‫ﷲ ِﺑﻬ‬
ُ ‫ﻩ ﺍ‬ ‫ﻋﻄﹶﺎ‬ ‫ﺣ ٍﻢ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ‬
 ‫ﺭ‬
‫ﻦ‬‫ﻦ‬ ‫ﻪ ِﻣِﻣ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬‫ﻋ‬ ‫ﻑ‬
‫ﻑ‬
 ‫ﺼِﺮِﺮ‬
‫ﺼ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﹶﺃﹶﺃ ﹾﻥﹾﻥ‬‫ﺎ‬‫ﻭِﺇِﺇﻣﻣ‬‫ﻭ‬ ،،‫ﺮِﺓِﺓ‬‫ﺮ‬‫ـ‬ ‫ِﻲﹾﻵﺍ ِﺧ‬
‫ﹾﻵ ِﺧ‬ ‫ﻪﻓِﻲﻓ ﺍ‬ ‫ﻪﹶﻟ‬ ‫ﺎﹶﻟ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺮﻫ‬ ‫ﺮ‬‫ﺪ ِﺧ ِﺧ‬ ‫ﺪ‬‫ﻳ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﹶﺃﹶﺃ ﹾﻥﹾﻥ‬‫ﺎ‬‫ﻭِﺇِﺇﻣﻣ‬‫ﻭ‬ ،،‫ﻪ‬‫ﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﺗ‬‫ﻮﻮ‬‫ﻋﻋ‬‫ﺩﺩ‬
« ‫ﺮ‬ ‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜ‬ ُ ‫ ﺍ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬.‫ﺮ‬ ‫ﻧ ﹾﻜِﺜ‬ ‫ ِﺇﺫﹰﺍ‬:‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬.‫ﺎ‬‫ﻮ ِﺀ ِﻣﹾﺜِﻠﻬ‬‫ﺍﻟﺴ‬
Tak seorang muslim pun yang berdoa kepada Allah dengan suatu
doa yang di dalamnya tidak dosa dan memutuskan silaturahmi,
kecuali Allah akan memberinya salah satu dari tiga perkara, yaitu
bisa jadi Allah akan mempercepat terkabulnya doa itu saat di dunia;
atau Allah akan menyimpan terkabulnya doa di akhirat kelak, dan
bisa jadi Allah akan memalingkan keburukan darinya sesuai dengan
kadar doanya. Para sahabat berkata, “Kalau begitu kami akan
146 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

memperbanyak doa.” Rasulullah saw. bersabda, “Allah akan lebih


banyak lagi (mengabulkannya).” (HR. Ahmad, al-Bukhâri
dalam al-Adab al-Mufrad)

‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﺣ ٍﻢ ﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻌ ِﺔ‬ ‫ﻭ ﹶﻗﻄِﻴ‬ ‫ﻉ ِﺑِﺈﹾﺛ ٍﻢ ﹶﺃ‬


 ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﺒ ِﺪ ﻣ‬‫ﻌ‬ ‫ﺏ ِﻟ ﹾﻠ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺘﺠ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺍ ﹸﻝ‬‫ﻳﺰ‬ ‫» ﹶﻻ‬
‫ﺕ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﹶﻗ‬ :‫ﺎ ﹸﻝ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﻌﺠ‬ ‫ﺳِﺘ‬ ‫ﺎ ﹾﺍ ِﻻ‬‫ ﻣ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ ﻗِﻴ ﹶﻞ‬.‫ﺠ ﹾﻞ‬
ِ ‫ﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬
«‫ﺎ َﺀ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ﻉ ﺍﻟ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻦ ﹶﺫِﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺴ‬
‫ﺤ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻲ ﹶﻓ‬ ‫ﺏ ِﻟ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺘﺠ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﺕ ﹶﻓﹶﻠ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬
Seorang hamba yang berdoa akan terus menerus dikabulkan
doanya selama ia tidak berdoa dengan dosa dan memutuskan
silaturahim, dan selama ia tidak tergesa-gesa ingin cepat dikabulkan.
Dikatakan kepada Nabi saw., “Wahai Rasulullah, apa yang
dimaksud dengan tergesa-gesa ingin cepat-cepat dikabulkan?”
Rasulullah saw. bersabda, “Yaitu ketika ia berkata, ‘aku telah berdoa,
aku telah berdoa, tapi aku tidak melihat doaku dikabulkan.’
Kemudian ia mengeluh karenanya, dan akhirnya meninggalkan
doanya.” (HR. Muslim)

Maksud hadits di atas adalah bahwa terkabulnya doa


tidak mesti terwujud di dunia. Doa itu kadang bisa kabulkan di
dunia atau Allah akan menyimpannya di akhirat kelak. Dan di
akhirat itu akan terdapat pahala yang sangat besar dan banyak.
Atau Allah akan memalingkan keburukan darinya sesuai kadar
doanya. Jadi kita harus terus berdoa kepada Allah. Apabila kita
percaya dan ikhlas, serta taat kepada Allah, maka kita akan
bisa meyakini terkabulnya doa di sisi Allah dengan makna yang
telah dijelaskan oleh Rasulullah saw.
Selain itu kita juga diperintahkan Allah untuk berdzikir. Allah
berfirman:

 öΝä.öä.øŒr& þ’ÎΤρãä.øŒ$$sù
Doa, Dzikir, dan Istighfar 147

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)


kepadamu.. (TQS. al-Baqarah [2]: 152)

ρÍi ߉äóø9$$Î/ ÉΑöθs)ø9$# zÏΒ Ìôγyfø9$# tβρߊuρ Zπx‹Åzuρ %Y敎|Øn@ šÅ¡øtΡ ’Îû š−/§‘ ä.øŒ$#uρ

 ∩⊄⊃∈∪ t,Î#Ï≈tóø9$# zÏiΒ ä3s? Ÿωuρ ÉΑ$|¹Fψ$#uρ


Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan
diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu
pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lalai. (TQS. al-A’raf [7]: 205)

 tβθßsÎ=øè? ö/ä3‾=yè©9 #ZŽÏWx. ©!$# (#ρãä.øŒ$#uρ


Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (TQS.
Jumu’ah [62]: 10)

¸ξ‹Ï¹r&uρ Zοtõ3ç/ çνθßsÎm7y™uρ ∩⊆⊇∪ #ZŽÏVx. #[ø.ÏŒ ©!$# (#ρâ÷è0øŒ$# (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ

 ∩⊆⊄∪
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah
kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (TQS. al-Ahzâb [33]:
41-42)

Dalam hadits mutafaq ‘alaih yang diriwayatkan dari Abû


Hurairah ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺮﻧِﻲ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ﹶﺫ ﹶﻛ‬،‫ﻧِﻲ‬‫ﻪ ِﺇﺫﹶﺍ َﺫﹶﻛﹶﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﹶﺃﻧ‬ ‫ﺒﺪِﻱ ﺑِﻲ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺪ ﹶﻇ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﻋ‬‫ﷲ ﺃﹶﻧ‬
ُ ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﺍ‬»
‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻺ‬
ٍَ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ ﻓِﻲ‬ ‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﻺ ﹶﺫ ﹶﻛ‬
ٍَ ‫ﻣ‬ ‫ﻧِﻲ ﻓِﻲ‬‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﹶﺫ ﹶﻛﺮ‬ ،‫ﻧ ﹾﻔﺴِﻲ‬ ‫ﻪ ﻓِﻲ‬ ‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﺴ ِﻪ ﹶﺫ ﹶﻛ‬
ِ ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻓِﻲ‬
‫ﺎ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻲ ِﺫﺭ‬ ‫ﺏ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺗ ﹶﻘ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﻥ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻴ ِﻪ ِﺫﺭ‬‫ﺖ ِﺇﹶﻟ‬  ‫ﺑ‬‫ﺮ‬ ‫ ﹶﻘ‬‫ﺍ ﺗ‬‫ﺒﺮ‬‫ﻲ ِﺷ‬ ‫ﺏ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺗ ﹶﻘ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﻥ‬ ،‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ِﻣ‬
«‫ﻭﹶﻟ ﹰﺔ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ﻤﺸِﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎﻧِﻲ‬‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﹶﺃﺗ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺎﻋ‬‫ﻴ ِﻪ ﺑ‬‫ﺖ ِﺇﹶﻟ‬  ‫ﺑ‬‫ﺮ‬ ‫ﺗ ﹶﻘ‬
148 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Allah Swt. berfirman, “Aku tergantung prasangka hamba-Ku


kepada-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia
mengingat-Ku dalam dirinya, niscaya Aku juga akan mengingatnya
dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu kaum,
niscaya Aku juga akan mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih
baik daripada mereka. Apabila dia mendekati-Ku dalam jarak
sejengkal, niscaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sehasta.
Apabila dia mendekati-Ku sehasta, niscaya Aku akan mendekatinya
dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepada-Ku dalam keadaan
berjalan, niscaya Aku akan datang kepadanya dalam keadaan
berlari.
Dan dalam hadits Muslim yang telah diriwayatkan dari Abû
Hurairah, ia berkata:

‫ﻪ‬ ‫ﻳﻘﹶﺎ ﹸﻝ ﹶﻟ‬ ‫ﺒ ٍﻞ‬‫ﺟ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻣ ﱠﻜ ﹶﺔ‬ ‫ﲑ ﻓِﻲ ﹶﻃﺮِﻳ ِﻖ‬ ‫ﺴ‬
ِ ‫ﻳ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫»ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬
‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬،‫ﻭﻥﹶ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻤ ﹶﻔ‬ ‫ﻖ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺒ‬‫ﺳ‬ ‫ﺍ ﹸﻥ‬‫ﻤﺪ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ‬ ،‫ﻭﺍ‬‫ ﺳِﲑ‬:‫ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﺍﻥﹸ‬‫ﺪ‬‫ﻤ‬‫ﺟ‬
«‫ﺍ‬‫ﷲ ﹶﻛِﺜﲑ‬
َ ‫ﻭ ﹶﻥ ﺍ‬‫ ﺍﻟﺬﱠﺍ ِﻛﺮ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭ ﹶﻥ ﻳ‬‫ﺮﺩ‬ ‫ﻤ ﹶﻔ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬
Rasulullah saw. berjalan di jalan Makkah, kemudian beliau melewati
gunung Jamdan. Maka Rasul saw. bersabda, “Berjalanlah, ini
adalah gunung Jamdan. Dahulu di sini terdapat kaum Mufarridûn.”
Para sahabat berkata, “Apa itu kaum Mufarridûn Ya Rasulullah?”
Rasulullah bersabda, “Orang-orang yang banyak dzikir kepada
Allah.

Al-Qarafi berkata dalam kitab ad-Dakhîrah. Ia berkata hadits ini


hasan, “Dzikir ada dua macam, yaitu dzikir dengan lisan; dzikir ini
sangat baik jika dilakukan. Tapi ada dzikir yang lebih baik lagi yaitu
mengingat Allah ketika melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.”
Doa, Dzikir, dan Istighfar 149

Bab tentang Dzikir Ma’tsurah sangat luas, maka silahkan merujuk


dalam kitab-kitab yang membahas tentangnya.
Sedangkan istighfar hukumnya sunah seperti halnya
berdzikir. Allah berfirman :

 Í‘$ysó™F{$$Î/ š̍ÏøótGó¡ßϑø9$#uρ
Dan yang memohon ampun di waktu sahur. (TQS. Ali ‘Imrân
[3]: 17)

#Y‘θàxî ©!$# ωÉftƒ ©!$# ̍ÏøótGó¡o„ ¢ΟèO …çµ|¡øtΡ öΝÎ=ôàtƒ ÷ρr& #¹þθß™ ö≅yϑ÷ètƒ tΒuρ

 ∩⊇⊇⊃∪ $VϑŠÏm§‘
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya
dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia
mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(TQS.an-Nisa [4]: 110)

öΝèδuρ öΝßγt/Éj‹yèãΒ ª!$# šχ%x. $tΒuρ 4 öΝÍκŽÏù |MΡr&uρ öΝßγt/Éj‹yèã‹Ï9 ª!$# šχ%Ÿ2 $tΒuρ

 ∩⊂⊂∪ tβρãÏøótGó¡o„
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu
berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab
mereka, sedang mereka meminta ampun. (TQS. al-Anfâl [8]:
33)

(#ρãxøótGó™$$sù ©!$# (#ρãx.sŒ öΝæη|¡àΡr& (#þθßϑn=sß ÷ρr& ºπt±Ås≈sù (#θè=yèsù #sŒÎ) šÏ%©!$#uρ

öΝèδuρ (#θè=yèsù $tΒ 4’n?tã (#ρ•ŽÅÇムöΝs9uρ ª!$# āωÎ) šUθçΡ—%!$# ãÏøótƒ tΒuρ öΝÎγÎ/θçΡä‹9Ï

 ∩⊇⊂∈∪ šχθßϑn=ôètƒ
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji
atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
150 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang


dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
(TQS. Ali ‘Imrân [3]: 135)

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abû


Hurairah, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻮ ٍﻡ‬ ‫ﺎ َﺀ ِﺑ ﹶﻘ‬‫ﻭﹶﻟﺠ‬ ،‫ﻢ‬ ‫ﷲ ِﺑ ﹸﻜ‬


ُ‫ﺐﺍ‬ ‫ﻫ‬ ‫ ﹶﻟ ﹶﺬ‬،‫ﻮﺍ‬‫ﺗ ﹾﺬِﻧﺒ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻮ ﹶﻟ‬ ‫ ﹶﻟ‬،‫ﻴ ِﺪ ِﻩ‬‫ﻧ ﹾﻔﺴِﻲ ِﺑ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫»ﻭ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺮ ﹶﻟ‬ ‫ﻐ ِﻔ‬ ‫ﻴ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﺎﻟﹶﻰ‬‫ﻌ‬‫ﷲ ﺗ‬
َ ‫ﻥﹶ ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﻔِﺮ‬‫ﻐ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ ﻓﹶﻴ‬،‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺬﹾﻧِﺒ‬‫ﻳ‬
Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, jika saja kalian tidak
pernah berbuat dosa, pasti Allah sudah melenyapkan kalian,
kemudian mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa.
Kemudian mereka memohon ampunan kepada Allah, lalu Allah
pun akan mengampuni mereka.

At-Tirmidzi dengan sanad yang shahih telah meriwayatkan dari


Anas, ia berkata; aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻚ‬
 ‫ﺕ ﹶﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ـﻲ ﹶﻏ ﹶﻔ‬
‫ﺗِﻨـ‬‫ﻮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺗﻨِﻲ‬‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻚ ﻣ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻡ ِﺇ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ ﺁ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ ﺍ‬‫ ﻳ‬:‫ﺎﻟﹶﻰ‬‫ﻌ‬‫ﷲ ﺗ‬
ُ ‫»ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍ‬
‫ــﺎ ﹶﻥ‬‫ﻋﻨ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺑ‬‫ﻮ‬‫ﺖ ﹸﺫﻧ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑﹶﻠ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻡ ﹶﻟ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ ﺁ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ ﺍ‬‫ ﻳ‬،‫ﺎﻟِﻲ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﹸﺃﺑ‬ ‫ﻚ‬‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻣِﻨ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﻣ‬
‫ﻮ‬ ‫ﻚ ﹶﻟ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻡ ِﺇ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ ﺁ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ ﺍ‬‫ ﻳ‬،‫ــﺎﻟِﻲ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﹸﺃﺑ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺕ ﹶﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺗﻨِﻲ ﹶﻏ ﹶﻔ‬‫ﺮ‬ ‫ﻐ ﹶﻔ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﺎ ِﺀ ﹸﺛ‬‫ﺴﻤ‬
 ‫ﺍﻟ‬
‫ﻚ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ﻴﺌﹰﺎَ َﻷ‬‫ــ‬‫ﻙ ﺑِﻲ ﺷ‬ ‫ﺸ ِﺮ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺘﻨِﻲ ﹶﻻ‬‫ﻢ ﹶﻟﻘِﻴ‬ ‫ﺎ ﹸﺛ‬‫ﺧﻄﹶﺎﻳ‬ ‫ﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﺏ ﹾﺍ َﻷ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺘﻨِﻲ ِﺑ ﹸﻘﺮ‬‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ﹶﺃ‬
«‫ﺮ ﹰﺓ‬ ‫ﻐ ِﻔ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍِﺑﻬ‬‫ِﺑ ﹸﻘﺮ‬
Allah berfirman, “Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau selama
berdoa dan berharap kepada-Ku, maka Aku pasti akan memberikan
ampunan kepadamu atas segala dosa-dosamu dan Aku tidak akan
Doa, Dzikir, dan Istighfar 151

mempedulikan (kecil dan besarnya dosa). Wahai anak Adam,


andaikata dosa-dosamu sampai ke Langit kemudian engkau
memohon ampunan kepada-Ku, maka pasti Aku akan memberikan
ampunan kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau datang
kepada-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh Bumi, kemudian
engkau bertemu dengan-Ku, tapi engkau tidak menyekutukan-Ku
sedikit pun, maka pasti Aku akan datang kepadamu dengan
membawa ampunan sepenuh Bumi.

Ahmad dan al-Hâkim telah meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya


dan disetujui oleh adz-Dzahabi dari Abû Said al-Hudri dari Nabi
saw, beliau bersabda:

‫ﻢ ﻓِﻲ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺭﻭ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ﺩ‬‫ﻙ ﻣ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﺡ ﹸﺃ ﹾﻏﻮِﻱ ِﻋﺒ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺑ‬‫ ﹶﻻ ﹶﺃ‬،‫ﻚ‬
 ‫ﺰِﺗ‬ ‫ﻭ ِﻋ‬ :‫ﺲ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺑِﻠ‬ِ‫»ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺇ‬
‫ــﺎ‬‫ﻢ ﻣ‬ ‫ــ‬‫ﺮ ﹶﻟﻬ‬ ‫ﺍ ﹸﻝ ﹶﺃ ﹾﻏﻔِــ‬‫ﻼﻟِﻲ ﹶﻻ ﹶﺃﺯ‬
‫ﺟ ﹶ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺗِﻲ‬‫ﻭ ِﻋﺰ‬ :‫ ﻓﹶ ﻘﹶﺎ ﻝﹶ‬،‫ﺎ ﺩِ ﻫِ ﻢ‬‫ ﺴ‬‫ﺃﹶ ﺟ‬
«‫ﻭﻧِﻲ‬‫ﻐ ﹶﻔﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺍﺳ‬
Iblis pernah berkata, “Demi kemuliaan-Mu, aku tidak akan berhenti
menyesatkan hamba-hamba-Mu selama ruh masih menempel di
badan mereka.” Kemudian Allah berfirman, “Demi kemuliaan-Ku
dan keagungan-Ku, Aku tak akan berhenti memberikan ampunan
kepada mereka selama mereka meminta ampunan kepada-Ku.”

Dari Abdullah bin Basyar, dari Ibnu Majah dengan sanad yang
shahih, ia berkata; aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺍ‬‫ﺍ ﹶﻛِﺜﲑ‬‫ﻐﻔﹶﺎﺭ‬ ‫ﺳِﺘ‬ ‫ﺻﺤِﻴ ﹶﻔِﺘ ِﻪ ﺍ‬


 ‫ﺪ ﻓِﻲ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻰ ِﻟ‬‫»ﻃﹸﻮﺑ‬
Berbahagialah bagi orang yang di dalam catatan amal mereka
menemukan istighfar yang banyak.
152 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Dalam hadits yang panjang, yang diriwayatkan oleh Muslim dari


Abû Dzar dari Nabi saw., dari Allah ‘Azza wa Jalla, bahwasanya
Dia telah berfirman:

‫ﺏ‬
 ‫ﻮ‬‫ﺮ ﺍﻟ ﱡﺬﻧ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ ﹾﻏ ِﻔ‬‫ﻭﹶﺃﻧ‬ ،‫ــﺎ ِﺭ‬‫ﻨﻬ‬‫ﺍﻟ‬‫ﻴ ِﻞ ﻭ‬‫ﺨ ِﻄﺌﹸﻮ ﹶﻥ ﺑِﺎﻟﱠﻠ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻧ ﹸﻜ‬‫ﺎﺩِﻱ ِﺇ‬‫ﺎ ِﻋﺒ‬‫ﻳ‬... »
«‫ﻢ‬ ‫ﺮ ﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﻭﻧِﻲ ﹶﺃ ﹾﻏ ِﻔ‬‫ﻐ ِﻔﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ ﻓﹶﺎ‬،‫ﺎ‬‫ﻤِﻴﻌ‬‫ﺟ‬
Wahai hambaku!, sesungguhnya kamu pasti melakukan kesalahan
siang dan malam. Tapi Aku akan senantiasa mengampuni seluruh
dosa, maka mintalah ampunan kepada–Ku...

***
153

~10~
TAWAKAL DAN IKHLAS

Ada beberapa perkara yang berkaitan dengan tawakal


kepada Allah, yaitu:

Pertama: Tawakal berkaitan dengan masalah akidah. Yaitu


meyakini Sang Pencipta, yaitu Allah, yang dijadikan tempat
bersandar oleh setiap muslim ketika mencari kemanfaatan dan
menolak kemudharatan. Orang yang mengingkari perkara ini
berarti dia kafir.

Kedua: Setiap hamba wajib bertawakal kepada Allah dalam


segala urusannya. Tawakal ini termasuk aktivitas hati, sehingga
jika seorang hamba mengucapkannya tapi tidak meyakini dengan
hatinya, maka ia tidak dipandang sebagai orang yang bertawakal.

Ketiga: Jika seorang hamba mengingkari dalil-dalil


wajibnya tawakal yang qath’i (pasti), maka ia telah menjadi orang
kafir.
154 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Keempat: Tawakal kepada Allah tidak identik dengan


mengambil hukum kausalitas ketika beramal (al-akhdzu bil asbab).
Keduanya adalah dua masalah yang berbeda. Dalil-dalilnya pun
berbeda. Buktinya Rasulullah saw. senantiasa bertawakal kepada
Allah dan pada saat yang sama beliau beramal dengan berpegang
pada hukum kausalitas. Beliau telah memerintahkan para sahabat
agar melakukan kedua perkara tersebut, baik yang ada dalam al-
Quran atau al-Hadits. Beliau telah menyiapkan kekuatan yang
mampu dilakukan, seperti mengurug (menutup) sumur-sumur pada
saat perang Badar dan menggali parit pada saat perang Khandak.
Beliau pernah meminjam baju besi dari Sofwan untuk berperang.
Beliau menyebarkan mata-mata, memutuskan air dari Khaibar,
dan mencari informasi tentang kaum Quraisy ketika melakukan
perjalanan untuk memutuhat Makkah. Beliau masuk Makkah
dengan mengenakan baju besi. Beliau pun pernah mengangkat
beberapa sahabat sebagai pengawal beliau sebelum turunnya
Firman Allah:

 3 Ĩ$¨Ζ9$# zÏΒ šßϑÅÁ÷ètƒ ª!$#uρ


Dan Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (TQS. al-
Mâidah [5]: 67)

Begitu pula aktivitas-aktivitas beliau lainnya ketika berada


di Madinah setelah berdirinya Daulah. Adapun ketika di Makkah,
beliau telah memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Habsyah.
Beliau menerima perlindungan dari pamannya, Abû Thalib. Beliau
tinggal di Syi’ib (lembah) selama masa pemboikotan. Pada malam
hijrah, beliau memeritahkan Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat
tidur beliau. Beliau tidur di gua Tsur selama tiga hari. Beliau pun
menyewa penunjuk jalan dari Bani Dail. Semua itu menunjukkan
bahwa beliau telah melakukan amal sesuai kaidah kausalitas. Tapi
pada saat yang sama beliau pun tidak menafikan tawakal, karena
Tawakal dan Ikhlas 155

tidak ada hubungan antara tawakal dengan menggunakan kaidah


kausalitas ketika beramal. Mencampur-adukkan antara keduanya
akan menjadikan tawakal hanya sekadar formalitas belaka yang
tidak ada dampaknya dalam kehidupan.

Dalil-dalil tentang kewajiban bertawakal antara lain:

 Firman Allah:

öΝèδyŠ#t“sù öΝèδöθt±÷z$$sù öΝä3s9 (#θãèuΚy_ ô‰s% }¨$¨Ζ9$# ¨βÎ) â¨$¨Ζ9$# ãΝßγs9 tΑ$s% tÏ%©!$#

 ∩⊇∠⊂∪ ã≅‹Å2uθø9$# zΝ÷èÏΡuρ ª!$# $uΖç6ó¡ym (#θä9$s%uρ $YΖ≈yϑƒÎ)


(Yaitu) orang-orang (yang menta’ati Allah dan Rasul) yang kepada
mereka ada orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya
manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu,
karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah
keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi
Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (TQS.
Ali ‘Imrân [3]: 173)

 ∩∈∇∪ ßNθßϑtƒ Ÿω “Ï%©!$# Çc‘y⇔ø9$# ’n?tã ö≅ā2uθs?uρ


Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak
mati… (TQS. al-Furqân [25]: 58)

 šχθãΖÏΒ÷σßϑø9$# È≅ā2uθtGuŠù=sù «!$# ’n?tãuρ


Dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus
bertawakal.” (TQS. at-Taubah [9]: 51)

 4 «!$# ’n?tã ö≅©.uθtGsù |MøΒz•tã #sŒÎ*sù


Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 159)
156 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 4 ÿ…çµç7ó¡ym uθßγsù «!$# ’n?tã ö≅©.uθtGtƒ tΒuρ


Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan) nya. (TQS. at-Thalâq [65]: 3)

 4 ϵø‹n=tã ö≅ā2uθs?uρ çνô‰ç6ôã$$sù


Maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. (TQS. Hûd
[11]: 123)

 u‘ uθèδuρ ( àMù=ā2uθs? ϵø‹n=tã ( uθèδ āωÎ) tµ≈s9Î) Iω ª!$# š_É<ó¡ym ö≅à)sù (#öθ©9uθs? βÎ*sù
>

 ∩⊇⊄∪ ÉΟŠÏàyèø9$# ĸöyèø9$#


Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah,
“Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-
Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy
yang agung”. (TQS. at-Taubah [9]: 129)

 ÒΟ‹Å6ym ͕tã ©!$# €χÎ*sù «!$# ’n?tã ö≅ā2uθtGtƒ tΒuρ


Barangsiapa yang tawakal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (TQS. al-Anfâl [8]: 49)

Dan masih banyak ayat-ayat yang lainnya yang


menunjukkan wajibnya bertawakal.

 Dari Ibnu Abbas ra., dalam hadits yang menceritakan tujuh


puluh ribu golongan yang akan masuk surga tanpa dihisab dan
tanpa disiksa terlebih dahulu, Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻢ‬ ‫ﺑ ِﻬ‬‫ﺭ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻭ ﹶﻥ‬‫ﻴﺮ‬‫ﻄﹶ‬‫ﺘ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﻳ‬ ،‫ﻮﻥﹶ‬ ‫ ﹸﻗ‬‫ﺮ‬‫ ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﻳ‬ ، ‫ﺮﻗﹸﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﹶﻻ‬ ‫ﻢ ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬ ‫ﻫ‬ »
«‫ ﱠﻛﻠﹸﻮ ﹶﻥ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬
Tawakal dan Ikhlas 157

Mereka adalah orang-orang yang tidak melakukan praktek ruqyah,


dan minta diruqyah, juga tidak melakukan praktek tathayyur6 dan
meraka senantiasa bertawakal kepada Tuhan-nya. (Mutafaq
‘alaih)

 Dari Ibnu Abbas ra., sesungguhnya Rasulullah saw. ketika


bangun malam untuk bertahajjud suka membaca:

«...‫ﺖ‬
 ‫ﻮ ﱠﻛ ﹾﻠ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻚ ﺁ‬
 ‫ﻭِﺑ‬ ،‫ﺖ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺳﹶﻠ‬ ‫ﻚ ﹶﺃ‬
 ‫ﻢ ﹶﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟﱠﻠ‬...»
….Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah diri, hanya kepada-
Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakal. (Mutafaq
‘alaih).

 Dari Abû Bakar ra., ia berkata; ketika kami berdua sedang ada
di gua Tsur, aku melihat kaki-kaki kaum Musyrik, dan mereka ada
di atas kami. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, jika salah seorang
dari mereka melihat ke bawah kakinya, maka pasti ia akan melihat
kita.” Kemudian Rasulullah bersabda:

«‫ﺎ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﷲ ﺛﹶﺎِﻟﹸﺜ‬
ُ ‫ﻴ ِﻦ ﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺑ ﹾﻜ ٍﺮ ﺑِﺎﹾﺛ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﺃﺑ‬‫ﻚ ﻳ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺎ ﹶﻇ‬‫»ﻣ‬
Wahai Abû Bakar, apa dugaanmu terhadap dua orang manusia,
sementara Allah adalah yang ketiganya (untuk melindunginya,
penj.). (Mutafaq ‘alaih)

 Dari Ummi Salmah ra., sesungguhnya Nabi saw. ketika akan


keluar dari rumah, beliau suka membaca:

6. Tathayyur adalah tradisi jahiliyah, yang merupakan bagian dari syirik;


dilakukan ketika seseorang hendak pergi atau melakukan apa saja, dengan
cara menerbangkan burung; jika terbang ke arah kanan, maka itu
merupakan isyarat untuk dilakukan, dan sebaliknya jika ke kiri untuk
ditinggalkan.
158 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

«...‫ﷲ‬
ِ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻮ ﱠﻛﹾﻠ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺴ ِﻢ ﺍ‬
 ‫»ِﺑ‬
Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah…
(HR. at-Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini hasan shahih.”
an-Nawawi dalam Riyâdhus ash-Shâlihîn berkomentar,
“Hadits ini shahih”).
 Dari Anas bin Malik sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﷲ ﹶﻻ‬
ِ ‫ـﻰ ﺍ‬
‫ﻋﻠﹶـ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻮ ﱠﻛ ﹾﻠ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺴ ِﻢ ﺍ‬
 ‫ ِﺑ‬:‫ـﺎﻝﹶ‬
‫ ﹶﻓﻘﹶـ‬،ِ‫ﻴِﺘﻪ‬‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺟ ﹸﻞ ِﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺝ ﺍﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫»ِﺇﺫﹶﺍ‬
،‫ــﺖ‬‫ﻭ ﹶﻗﻴ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻴﺖ‬‫ﺪ ﹶﻛ ﹶﻔ‬ ‫ ﹶﻗ‬،‫ﺒﻚ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ :‫ﻪ‬ ‫ﻳﻘﹶﺎ ﹸﻝ ﹶﻟ‬ ،‫ﷲ‬
ِ ‫ـﺎ‬
‫ﻮ ﹶﺓ ِﺇ ﱠﻻ ِﺑـ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﹸﻗ‬ ‫ﻮ ﹶﻝ‬ ‫ﺣ‬
‫ﻲ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ ِﻔ‬ ‫ﺟ ٍﻞ ﹶﻗ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻚ ِﺑ‬
 ‫ﻒ ﹶﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ ﹶﻛ‬:‫ﻪ‬ ‫ﻮ ﹸﻝ ﹶﻟ‬ ‫ﻴ ﹸﻘ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﺧﺮ‬ ‫ﻴﻄﹶﺎﻧﹰﺎ ﺁ‬‫ﺷ‬ ‫ﻴﻄﹶﺎ ﹸﻥ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻴﹾﻠﻘﹶﻰ ﺍﻟ‬‫ﹶﻓ‬
«‫ﻱ‬
 ‫ﻫ ِﺪ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻭﱢﻗ‬ ‫ﻭ‬
Jika seseorang akan keluar dari rumahnya kemudian membaca,
“Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya
dan kekuatan kecuali dengan kekuasaan Allah”; maka akan
dikatakan kepadanya, “Cukup bagimu, engkau sungguh telah diberi
kecukupan, engkau pasti akan diberi petunjuk dan engkau pasti
dipelihara.” Kemudian ada dua setan yang bertemu dan berkata
salah satunya kepada yang lain, “Bagaimana engkau bisa menggoda
seorang yang telah diberi kecukupan, dipelihara, dan diberi
petunjuk.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya. Ia
berkata dalam al-Mukhtarah, “Hadits ini telah dikeluarkan
oleh Abû Dawud dan an-Nasâi, Isnadnya shahih”)

 Dari Umar bin al-Khathab bahwa Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻕ ﺍﻟ ﱠﻄ‬


 ‫ﺯ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﹶﻛﻤ‬ ‫ﺯﹶﻗ ﹸﻜ‬ ‫ﺮ‬ ‫ ﹶﻟ‬،‫ﻮ ﱡﻛِﻠ ِﻪ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﷲ‬ِ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺘ‬‫ﻮ ﱠﻛ ﹾﻠ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻧ ﹸﻜ‬‫ﻮ ﹶﺃ‬ ‫»ﹶﻟ‬
«‫ﺎ‬‫ﺡ ِﺑﻄﹶﺎﻧ‬
 ‫ﻭ‬‫ﺗﺮ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎﺻ‬‫ﻭ ِﺧﻤ‬‫ﻐﺪ‬ ‫ﺗ‬
Tawakal dan Ikhlas 159

Jika kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, sungguh Allah


akan memberikan rizki kepada kalian, sebagimana Allah telah
memberikan rizki kepada burung. Burung itu pergi dengan perut
kosong dan kembali ke sarangnya dengan perut penuh makanan.
(HR. al-Hâkim; Ia berkata, “Hadits ini shahih isnadnya”,
dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya, dan dishahihkan
oleh al-Maqdisi dalam al-Mukhtarah).

Adapun ikhlas dalam ketaatan adalah meninggalkan


sikap riya. Ikhlas termasuk amal hati yang tidak bisa diketahui
kecuali oleh seorang hamba dan Tuhannya. Terkadang urusan
ikhlas ini samar dan tercampur baur bagi seorang hamba, hingga
ia meneliti lebih lanjut dan bertanya-tanya pada dirinya, dan
berulang-ulang berpikir kenapa ia melaksanakan ketaatan itu
atau kenapa ia melibatkan dirinya dalam ketaatan. Jika ia
menemukan bahwa dirinya melaksanakan ketaatan itu semata-
mata karena Allah, maka berarti ia telah menjadi orang yang
ikhlas. Jika ia menemukan dirinya ternyata melaksanakan
ketaatan karena tujuan duniawi tertentu, maka berarti ia telah
menjadi orang yang riya. Nafsiyah (pola sikap) seperti ini
membutuhkan penanganan secara serius, yang bisa jadi
membutuhkan waktu yang lama. Jika seseorang telah sampai
pada martabat, di mana ia lebih suka menyembunyikan segala
kebaikannya, maka hal itu menandakan dirinya telah ikhlas.
Al-Quthubi berkata; al-Hasan pernah ditanya tentang ikhlas dan
riya, kemudian ia berkata, “Di antara tanda keikhlasan adalah
jika engkau suka menyembunyikan kebaikanmu dan tidak suka
menyembunyikan kesalahanmu.” Abû Yusuf berkata dalam al-
Kharaj; Mas’ar telah memberitahukan kepadaku dari Sa’ad bin
Ibrahim, ia berkata, “Mereka (para sahabat) menghampiri
seorang laki-laki pada perang al-Qadisiyah. Laki-laki itu tangan
160 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

dan kakinya putus, ia sedang memeriksa pasukan seraya


membacakan firman Allah:

z ↵ÍhŠÎ;¨Ψ9$# zÏiΒ ΝÍκöŽn=tã ª!$# zΝyè÷Ρr& tÏ%©!$# yìtΒ y7Í×‾≈s9'ρé'sù tΑθß™§9$#uρ ©!$# ÆìÏÜムtΒuρ

 ∩∉∪ $Z)ŠÏùu‘ y7Í×‾≈s9'ρé& zÝ¡ymuρ 4 tÅsÎ=≈¢Á9$#uρ Ï!#y‰pκ’¶9$#uρ tÉ)ƒÏd‰Å_Á9$#uρ


Mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin,
orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya. (TQS. an-Nisa [4]: 69)

Seseorang bertanya kepada laki-laki itu, “Siapa engkau wahai


hamba Allah?” Ia berkata, “Aku adalah seorang dari kaum Anshar.
Laki-laki itu tidak mau menyebutkan namanya.”

Ikhlas hukumnya wajib. Dalilnya sangat banyak, baik dari


al-Kitab maupun as-Sunah.
Allah Swt. berfirman:

 ∩⊄∪ šÏe$!$# 絩9 $TÁÎ=øƒèΧ ©!$# ωç7ôã$$sù Èd,ysø9$$Î/ |=≈tFÅ6ø9$# šø‹s9Î) !$uΖø9t“Ρr& !$‾ΡÎ)
Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (al-Quran)
dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya. (TQS. az-Zumar [39]: 2)

 4 ßÈÏ9$sƒø:$# ßƒÏe$!$# ¬! Ÿωr&


Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)
(TQS. az-Zumar [39]: 3)

 ∩⊇⊇∪ tÏe$!$# 絩9 $TÁÎ=øƒèΧ ©!$# y‰ç7ôãr& ÷βr& ßNöÏΒé& þ’ÎoΤÎ) ö≅è%
Katakanlah, “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama.” (TQS. az-Zumar [39]: 11)
Tawakal dan Ikhlas 161

 ∩⊇⊆∪ Í_ƒÏŠ …ã&©! $TÁÎ=øƒèΧ ß‰ç7ôãr& ©!$# È≅è%


Katakanlah, “Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agamaku”. (TQS. az-Zumar [39]: 14)

Ayat-ayat di atas merupakan seruan kepada Rasulullah saw., hanya


saja sudah dimaklumi bahwa seruan kepada Rasulullah saw. adalah
juga seruan kepada umatnya.

Adapun dalil wajibnya ikhlas dari as-Sunah adalah :

 Hadits dari Abdullah bin Mas’ud riwayat at-Tirmidzi dan asy-


Syafi’i dalam ar-Risalah dari Nabi saw., beliau bersabda:

‫ﺎ ِﻣ ِﻞ‬‫ﺏ ﺣ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ــﺎ‬‫ﻐﻬ‬ ‫ﺑﱠﻠ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺣ ِﻔ ﹶﻈﻬ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻮﻋ‬ ‫ﻣﻘﹶﺎﹶﻟﺘِﻲ ﹶﻓ‬ ‫ﻊ‬ ِ‫ﺳﻤ‬ ‫ﺮﹰﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ ﺍ‬
ُ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻧ‬»
‫ﺹ‬
 ‫ﻼ‬
‫ﺧ ﹶ‬ ‫ﺴِﻠ ٍﻢ ِﺇ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﻦ ﹶﻗ ﹾﻠ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻳ ِﻐ ﱡﻞ‬ ‫ﺙ ﹶﻻ‬
‫ﻼ ﹲ‬
‫ ﹶﺛ ﹶ‬،‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻪ ِﻣ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ ﹾﻓ ﹶﻘ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ِﻓ ﹾﻘ ٍﻪ ِﺇﻟﹶﻰ‬
‫ﻮ ﹶﺓ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺍﻟ‬،‫ﻋِﺘ ِﻬﻢ‬ ‫ﺎ‬‫ﺟﻤ‬
 ‫ﻡ‬ ‫ﻭ‬‫ﻭﹸﻟﺰ‬ ،‫ﲔ‬
 ‫ﺴِﻠ ِﻤ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻤ ِﺔ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺤ ﹸﺔ ﹶﺃِﺋ‬
‫ﺻ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﷲ‬
ِ ِ ‫ﻤ ِﻞ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﺍِﺋ ِﻬ‬‫ﻭﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻂ ِﻣ‬
‫ﺗﺤِﻴ ﹸ‬
Allah akan menerangi orang yang mendengar perkataanku,
kemudian ia menyadarinya, menjaganya, dan menyampaikannya.
Terkadang ada orang yang membawa pengetahuan kepada orang
yang lebih tahu darinya. Ada tiga perkara yang menyebabkan hati
seorang muslim tidak dirasuki sifat dengki, yaitu ikhlas beramal
karena Allah, menasihati para pemimipin kaum Muslim, dan
senantiasa ada dalam jama’ah al-muslimin. Karena dakwah akan
menyelimuti dari belakang mereka.
162 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Dalam bab ikhlas ini terdapat pula hadits senada dari Zaid bin
Tsabit riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-
nya. Juga dari Jubair bin Muth’im riwayat Ibnu Majah dan al-
Hâkim. Ia berkata, “Hadits ini shahih memenuhi syarat al-Bukhâri
Muslim.” Juga dari Abû Sa'id al-Khudzri riwayat Ibnu Hibban dalam
kitab Shahih-nya dan al-Bazzâr dengan isnad yang hasan. Hadits
ini dituturkan pula oleh as-Suyuthi dalam al-Azhâr al-Mutanâtsirah
fi al-Ahâdits al-Mutawâtirah.

 Hadist dari Ubay bin Ka’ab ra. riwayat Ahmad, ia berkata dalam
al-Mukhtarah, isnadnya hasan; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺽ‬


ِ ‫ﺭ‬ ‫ﲔ ﻓِﻲ ﹾﺍ َﻷ‬ِ ‫ﻤ ِﻜ‬ ‫ﺘ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺼ ِﺮ ﻭ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺍﻟ‬‫ﻌ ِﺔ ﻭ‬ ‫ﺮ ﹾﻓ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﺎ ِﺀ ﻭ‬‫ﺴﻨ‬
 ‫ﻣ ﹶﺔ ﺑِﺎﻟ‬ ‫ﻫ ِﺬ ِﻩ ﹾﺍ ُﻷ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺑ‬»
«‫ﺐ‬
 ‫ﻧﺼِﻴ‬ ‫ﺮ ِﺓ‬ ‫ﻪ ﻓِﻲ ﺍﹾﻵ ِﺧ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺮ ِﺓ ﻟِﻠ‬ ‫ﻤ ﹶﻞ ﺍﹾﻵ ِﺧ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ ِﻤ ﹶﻞ ِﻣ‬
Berikanlah kabar gembira kepada umat ini dengan kemegahan,
keluhuran, pertolongan, dan keteguhan di muka bumi. Siapa saja
dari umat ini yang melaksanakan amal akhirat untuk dunianya,
maka kelak di akhirat ia tidak akan mendapatkan bagian apa pun.

 Hadits dari Anas riwayat Ibnu Majah dan al-Hâkim, ia berkata


hadits ini shahih memenuhi syarat al-Bukhâri Muslim, Rasulullah
saw. bersabda:

‫ﻡ‬ ‫ﻭﹶﺃﻗﹶﺎ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﻚ ﹶﻟ‬


 ‫ﺷﺮِﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ِ ِ‫ﺹ‬
ِ ‫ﻼ‬
‫ﺧ ﹶ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹾﺍ ِﻹ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﻕ ﺍﻟ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻦ ﻓﹶﺎ‬ ‫ﻣ‬ »
«‫ﺽ‬
ٍ ‫ﺍ‬‫ﻪ ﺭ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺍ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺭﹶﻗﻬ‬ ‫ ﻓﹶﺎ‬،‫ﺰﻛﹶﺎ ﹶﺓ‬ ‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﻭﺁﺗ‬ ،‫ﻼ ﹶﺓ‬
‫ﺼﹶ‬
 ‫ﺍﻟ‬
Barangsiapa yang meninggalkan dunia ini (wafat) dengan
membawa keikhlasan karena Allah Swt. saja, ia tidak menyekutukan
Allah sedikit pun, ia melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat,
maka ia telah meninggalkan dunia ini dengan membawa ridha
Allah.
Tawakal dan Ikhlas 163

 Hadits dari Abû Umamah al-Bahili riwayat an-Nasâi dan Abû


Dawud, Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻲ ﺑِــ ِﻪ‬ ‫ﺘ ِﻐ‬‫ﺑ‬‫ﺍ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺎِﻟﺼ‬‫ﻪ ﺧ‬ ‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ‬‫ﻤ ِﻞ ِﺇ ﱠﻻ ﻣ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺒ ﹸﻞ ِﻣ‬‫ﻳ ﹾﻘ‬ ‫ﷲ ﹶﻻ‬
َ ‫ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬...»
««‫ﻪﻪ‬‫ﻬﻬ‬ ‫ﺟﺟ‬ ‫ﻭﻭ‬
Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amal yang
dilaksanakan dengan ikhlas dan dilakukan karena mengharap ridha
Allah semata. (al-Mundziri berkata, “Isnadnya shahih”).

***
164

~11~
KONSISTEN
DALAM KEBENARAN

Para pengemban dakwah adakalanya berada di Dârul Kufr


(Negara Kufur) dan berupaya untuk mewujudkan taghyir (perubahan
mendasar), guna merubah Dârul Kufr tersebut menjadi Dârul Islam
(Daulah Islamiyah). Seperti kondisi saat ini, yaitu di akhir kuartal
pertama abad ke 15 H, di mana Daulah Islamiyah telah dihancurkan
sejak 80 tahun yang lalu. Sejak saat itu, yang menerapkan aturan di
muka bumi adalah para penguasa yang jahat, sehingga Islam lenyap
dari kehidupan kaum Muslim.
Pengemban dakwah adakalanya berada di Dârul Islam
(Daulah Islamiyah). Mereka aktif melaksanakan muhasabah
(melakukan kritik dan koreksi) dan amar makruf nahyi munkar.
Kondisi yang menjadi objek bahasan saat ini adalah kondisi
pertama, yaitu ketika pengemban dakwah berada di negara kufur.
Karena pada saat ini kaum Muslim umumnya dan pengemban
dakwah khususnya tengah hidup di negara kufur. Para pengemban
dakwah yang akan melakukan perubahan secara mendasar saat
ini, kondisinya serupa dengan kondisi kaum Muslim yang ada di
Konsisten Dalam Kebenaran 165

Makkah. Bahkan lebih dari itu, kaum Muslim saat ini juga harus
terikat dengan hukum-hukum yang telah diturunkan setelah hijrah.
Hanya saja, pembahasan pada bab ini akan kami batasi pada apa-
apa yang terjadi sebelum hijrah, karena ada kesamaan antara dua
kondisi tersebut.
Kaum Kafir di Makkah telah memaksa kaum Muslim agar
mengingkari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw. dan keluar dari
Islam menuju kekufuran. Mereka pun menuntut agar kaum Muslim
saat itu meninggalkan aktivitas mengemban dakwah Islam, dan supaya
mereka tidak menampakkan ibadahnya di hadapan orang banyak.
Tuntutan semacam ini dilakukan pula oleh para penguasa dzalim
saat ini. Bahkan lebih dari itu, para penguasa tersebut juga meminta
para pengemban dakwah untuk bekerjasama dengan mereka, apakah
menjadi intel (mata-mata) atau menjadi agen pemikiran (âmilan
fikriyan) yang mempropagandakan berbagai pemikiran untuk
melayani kepentingan penguasa bodoh. Keberadaan penguasa
semacam ini dan dominasi kaum Kafir telah berlangsung cukup lama
di negeri-negeri kaum Muslim. Akibatnya, lahirlah “pasukan” mata-
mata dan antek-antek di bidang pemikiran, serta para mufti —yang
siap berfatwa— sesuai dengan permintaan. Saya tidak tahu, apakah
tuntutan busuk seperti ini dahulu pernah digunakan oleh kaum
Quraisy —atau tidak? Untuk merealisasikan tuntutan-tuntutan
tersebut, kaum kafir Makkah memang telah menggunakan berbagai
taktik (uslûb), seperti pembunuhan, penyiksaan, penindasan,
penahanan, mengikat, menghalang-halangi hijrah, mengambil harta,
mengolok-olok, perang ekonomi, pemboikotan, dan membuat stigma
negatif dengan mepropagandakan tuduhan-tuduhan dusta. Para
penguasa dzalim (saat ini) juga telah menggunakan taktik seperti itu,
bahkan lebih dari itu. Mereka menggunakan berbagai bentuk siksaan,
mereka menggunakan penemuan baru, seperti menggunakan
sengatan listrik. Padahal seharusnya alat itu digunakan dalam revolusi
industri. Sementara Rasulullah saw. dan para sahabat mempunyai
166 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

sikap yang wajib diteladani dan diikuti seperti apa adanya. Penjelasan
umum ini membutuhkan rincian, baik tentang tuntutan, uslûb maupun
sikap yang harus diambil ketika menghadapinya. Beberapa uslûb
yang pernah digunakan oleh kafir Makkah adalah:

Penyiksaan (Pemukulan)

Al-Hâkim dalam al-Mustadrak telah mengeluarkan sebuah


hadits, ia berkata, “Hadits ini shahih isnadnya memenuhi syarat
Muslim, dan Imam Muslim pun menyetujui hadits ini dalam al-
Talkhîsh.” Dari Anas ra., ia berkata:

، ‫ﺑ ﹾﻜ ٍﺮ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺑ‬‫ﻡ ﹶﺃ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ‬،ِ‫ﻴﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺸ‬


ِ ‫ﻰ ﹶﻏ‬‫ﺣﺘ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺑﻮ‬‫ﺿﺮ‬
 ‫ﺪ‬ ‫»ﹶﻟ ﹶﻘ‬
:‫ﺍ‬‫ﻲ ﺍﷲُ؟ ﻗﹶﺎﹸﻟﻮ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﻮ ﹶﻝ‬ ‫ﻳ ﹸﻘ‬ ‫ﻼ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﺘﹸﻠ‬‫ﺗ ﹾﻘ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻳﹶﻠ ﹸﻜ‬‫ﻭ‬ :‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻳ ﹸﻘ‬‫ﻭ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﻨﹶﺎ ِﺩ‬‫ﻌ ﹶﻞ ﻳ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﹶﻓ‬
« ‫ﻮ ِﻥ‬ ‫ﻨ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺎﹶﻓ ﹶﺔ ﺍﹾﻟ‬‫ﻲ ﹸﻗﺤ‬ ‫ﻦ ﹶﺃِﺑ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ ﺍﺑ‬ :‫ﻫﺬﹶﺍ؟ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
Kafir Quraisy telah memukuli Rasullullah saw. hingga beliau
pingsan. Kemudian Abû Bakar ra. berdiri dan berteriak, “Binasa
kalian!, Apakah kalian akan membunuh orang yang mengatakan,
‘Tuhanku adalah Allah?’” Mereka berkata, “Siapa orang ini?.”
Mereka berkata lagi, “Orang ini adalah anak Abi Kuhafah yang
gila.”

Muslim telah mengeluarkan dari Abû Dzar tentang kisah


keislamannya, ia berkata:

‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﺖ ﹶﺃ‬


 ‫ ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻼ ِﻣ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻌ ﹾﻔ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻣ ﱠﻜ ﹶﺔ ﹶﻓ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ ﹶﻓﹶﺄ‬...»
‫ﺍﺩِﻱ ِﺑﻜﹸـ ﱟﻞ‬‫ﻫ ﹸﻞ ﺍﹾﻟﻮ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺎ ﹶﻝ‬‫ ﹶﻓﻤ‬،‫ﺎِﺑ ﹸﺊ‬‫ ﺍﻟﺼ‬:‫ﻲ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﺭ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎِﺑ ﹶﺊ؟ ﹶﻓﹶﺄﺷ‬‫ﺍﻟﺼ‬
‫ﺖ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺗ ﹶﻔ‬‫ﺭ‬ ‫ﲔ ﺍ‬
 ‫ﺖ ِﺣ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺗ ﹶﻔ‬‫ﺭ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻓﹶﺎ‬،‫ﻲ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺸﻴ‬
ِ ‫ﻐ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻋ ﹾﻈ ٍﻢ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺭ ٍﺓ‬ ‫ﻣﺪ‬
«...‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺐ ﹶﺃ‬
 ‫ﺼ‬  ‫ﻧ‬ ‫ﻲ‬‫ﹶﻛﹶﺄﻧ‬
Konsisten Dalam Kebenaran 167

«...‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺐ ﹶﺃ‬


 ‫ﺼ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﻲ‬‫ﹶﻛﹶﺄﻧ‬
Aku telah tiba di Makkah. Aku melihat seorang lelaki yang paling
lemah di antara mereka. Aku bertanya, “Mana yang kalian sebut
dengan nama ash-Shabi’?”. Dia pun memberi isyarat padaku, seraya
berkata: ash-Shabi’7. Maka, penduduk lembah itupun mengarah
kepadaku —dengan belepotan lumpur kering dan (membawa)
tulang— hingga akupun terpelanting jatuh (tak sadarkan diri). Abu
Dzar berkata, “Ketia aku bangkit sungguh aku layaknya berhala yang
berlumuran darah.”

Mengikat

Al-Bukhâri meriwayatkan dari Sa'id bin Zaid bin Amr bin


Nufail dari Masjid Kufah, ia berkata:

‫ﻢ‬ ‫ﺴِﻠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺒ ﹶﻞ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ ﹶﻗ‬،‫ﻼ ِﻡ‬
‫ــ ﹶ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﹾﺍ ِﻹﺳ‬ ‫ﻮِﺛﻘِﻲ‬‫ﺮ ﹶﻟﻤ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ‬ ‫ﺘﻨِﻲ‬‫ﻳ‬‫ﺭﹶﺃ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﷲ ﹶﻟ ﹶﻘ‬
ِ ‫ﺍ‬‫» ﻭ‬
«‫ﺎ ﹶﻥ ﹶﻟﻜﹶــﺎ ﹶﻥ‬‫ﻌﹾﺜﻤ‬ ‫ﻢ ِﺑ‬ ‫ﺘ‬‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﺻ‬
 ‫ﺾ ِﻟﱠﻠﺬِﻱ‬
 ‫ﺭﹶﻓ‬ ‫ﺍ ﺍ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ ﱠﻥ ﹸﺃ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﺮ‬‫ﻤ‬‫ﻋ‬
Demi Allah, aku melihat diriku sendiri, ketika Umar telah
mengikatku karena keislamanku, sebelum dia masuk Islam. Andai
saja gunung Uhud hilang dari tempatnya, disebabkan oleh apa
yang kalian lakukan terhadap ‘Utsmân, pasti dia pun akan tetap
konsisten seperti itu. Dalam riwayat al-Hâkim dikatakan, “Ia
mengikatku dan ibuku.” Ia berkata, “Hadits ini shahih memenuhi
syarat Muslim.”

7. Ash-Shabi’ digunakan orang-orang kafir waktu itu dengan pengertian or-


ang yang keluar dari agama nenek moyang dan memeluk agama yang
diserukan Rasulullah.
168 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Tekanan dari Ibu

Ibnu Hibban meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dari


Mus’ab bin Sa’ad dari bapaknya, berkata, “…. Berkata Ummu
Sa’ad, “Bukankah Allah telah memerintahkanmu untuk berbuat
baik kepada orang tua? Demi Allah, aku tidak akan makan dan
tidak akan minum hingga aku mati atau engkau kufur (dari agama
Muhammad).” Sa'ad berkata, “Jika mereka hendak memberi
makan kepadanya, maka mereka membuka mulutnya dengan
paksa.” Kemudian turunlah ayat:

 ( $YΖó¡ãm ϵ÷ƒy‰Ï9≡uθÎ/ z≈|¡ΣM}$# $uΖøŠ¢¹uρuρ


Dan Aku telah memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik
kepada kedua orang tuannya (TQS. al-Ankabut [29]: 8)

Dijemur di Bawah Terik Matahari

Dari Abdullah, ia berkata, “Sesunguhnya yang pertama kali


menampakkan keislamannya ada tujuh orang, yaitu Rasulullah
saw., maka Allah meberikan perlindungan kepada beliau dengan
pamannya, Abû Thalib. Kemudian Abû Bakar, maka Allah
melindunginya dengan kaumnya. Sedangkan yang lainnya, mereka
disiksa oleh kaum Musyrik. Mereka dipaksa memakai baju besi,
kemudian dijemur di bawah terik matahari. Maka tidak ada seorang
pun kecuali melakukan apa yang diinginkan oleh kafir Quraisy,
kecuali Bilal. Karena ia telah mampu menundukkan perasaannya
karena Allah semata. Hingga ia menganggap sepele terhadap
kaumnya. Akibatnya mereka semakin marah dan menyuruh anak-
anak untuk mengarak Bilal di lembah-lembah Makkah. Ketika itu
Bilal mengatakan, ‘Ahad-Ahad.’” (HR. al-Hâkim dalam al-
Mustadrak. Ia berkata, “Hadits ini shahih isnadnya, meski
Konsisten Dalam Kebenaran 169

tidak dikeluarkan oleh al-Bukhâri Muslim.” Dalam at-


Tarikh, adz-Dzahabi menyetujuinya)
Juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-
nya. Ia menyebutkan ketujuh orang tersebut. Ia berkata, “Tidak
seorang pun kecuali menuruti keinginan kafir Quraisy”, Maksudnya
berjanji kepada mereka, tapi dalam riwayat ini terdapat tashhif.
Asalnya “wa atâhum” yakni “thawa’ahum” artinya ia mengikuti
keinginan kafir Quraisy, bukan berjanji, karena mereka tidak akan
ridha dengan sekadar janji.

Melarang Tampil dan Menyerukan (Dakwah) secara Terbuka

Al-Bukhâri telah mengeluarkan dari hadits yang cukup


panjang, dari ‘Aisyah ra. Ia berkata: “…Kaum Quraisy tidak
mengabaikan jaminan Ibnu Daghanah. Mereka berkata kepada
Ibnu Daghanah, ‘Perintahkanlah Abû Bakar untuk menyembah
Tuhannya di rumahnya, silahkan ia shalat di rumanya, dan
membaca sekehendaknya. Dengan begitu dia tidak akan menyakiti
kita sedikit pun. Katakan padanya, janganlah ia menampakkan
ibadahnya itu, karena kita khawatir kaum wanita dan anak-anak
kita akan tergoda.’ Kemudian Ibnu Daghanah pun menyampaikan
permintaan kaum Quraisy itu kepada Abû Bakar. Abû Bakar pun
tidak bisa berbuat banyak, ia beribadah kepada Allah di rumahnya
dan tidak menampakkan shalatnya dan tidak membacakan al-
Quran di luar rumahnya. Kemudian Abû Bakar punya gagasan
untuk membangun masjid di halaman rumahnya. Ia pun shalat di
masjidnya itu dan membaca al-Quran. Apa yang dilakukan Abû
Bakar ini berhasil memikat kuam wanita dan anak-anak Quraisy.
Mereka terkagum-kagum oleh Abû Bakar, dan memperhatikannya
pada saat beribadah di Masjidnya. Abû Bakar adalah laki-laki yang
sering menangis, ia tidak bisa manahan air matanya ketika
membaca al-Quran. Maka para pembesar Quraisy pun terkejut
170 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

karenanya. Kemudian mereka memanggil Ibnu Daghanah dan ia


pun datang memenuhi panggilan tersebut. Mereka berkata,
‘Sesungguhnya kami menjamin Abu Bakar karena jaminanmu agar
beribadah kepada Tuhannya di rumahnya saja, tapi ia telah
melanggarnya. Ia membangun Masjid di halaman rumahnya,
kemudian secara terang-terangan shalat dan membaca al-Quran
di Masjidnya itu. Kami sangat khawatir istri-istri dan anak-anak
kami tergoda olehnya. Cegahlah ia! Jika ia memilih untuk
menyembah Tuhannya di rumahnya, maka biarkan ia
melakukannya. Tapi jika menolak dan ia tetap akan menyembah
Tuhanya secara terang-terangan, maka mintalah kepadanya agar
mengembalikan jaminanmu. Karena kami tidak ingin
mempermalukanmu, dan kami tidak mengizinkan Abû Bakar
beribadah secara terang-terangan….’”

Melempar dengan Batu

Ibnu Hibban dan Ibnu Huzaimah telah mengeluarkan hadits


dalam kitab Shahih-nya dari Thariq al-Muharibi, ia berkata; Aku
melihat Rasulullah saw. lewat pasar Dzil Majaz. Ia memakai jubah
berwarna merah. Beliau bersabda:

«‫ﻮﺍ‬‫ﺗ ﹾﻔِﻠﺤ‬ ‫ﷲ‬


ُ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬ ‫ﺱ ﻗﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ﹶﻻ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻳﻬ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫»ﻳ‬
Wahai manusia, katakanlah Lâ Illâha Illallâh, niscaya kalian akan
berbahagia.

Pada saat itu ada seorang laki-laki yang mengikuti Rasulullah saw.
sambil melemparinya dengan batu. Akibatnya tumit dan betis beliau
berdarah. Orang itu berkata, “Wahai manusia!, Jangan
mengikutinya karena ia adalah pendusta.” Aku berkata, “Siapa
orang itu?” Mereka berkata, “Ia adalah anak muda dari bani Abdil
Muthalib.” Aku berkata lagi, “Lalu siapa orang yang mengikutinya
Konsisten Dalam Kebenaran 171

sambil melemparinya dengan batu?” Mereka berkata, “Abdul Uzza”,


Abû Lahab.

Melempar Kotoran, seperti Kotoran Unta dan Lainnya

Imam al-Bukhâri telah meriwayatkan dari Abdullah ra., ia


berkata; Ketika Nabi saw. sedang sujud dan di sekitarnya terdapat
sekelompok orang Quraisy, datanglah Uqbah bin Abi Mu’ith dengan
membawa kotoran unta yang telah disembelih dan
melemparkannya ke punggung Nabi saw; maka Nabi tidak
mengangkat kepalanya. Kemudian Fatimah datang dan mengambil
kotoran itu dari punggung Nabi saw. Beliau membiarkan apa yang
dilakukan orang-orang Quraisy itu kemudian bersabda:

،‫ﻌ ﹶﺔ‬ ‫ﺭﺑِﻴ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺒ ﹶﺔ‬‫ﺘ‬‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬ ، ‫ﺎ ٍﻡ‬‫ﻦ ِﻫﺸ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻬ ٍﻞ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺶ ﹶﺃﺑ‬
ٍ ‫ﻳ‬‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﹸﻗ‬ ‫ﻸ ِﻣ‬
ُ ‫ﻚ ﺍﹾﻟﻤ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫»ﺍﻟﱠﻠ‬
«‫ﻒ‬
ٍ ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭ ﹸﺃ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﻒ‬
ٍ ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻴ ﹶﺔ‬‫ﻣ‬ ‫ﻭﹸﺃ‬ ،‫ﻌ ﹶﺔ‬ ‫ﺭﺑِﻴ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺒ ﹶﺔ‬‫ﻴ‬‫ﺷ‬ ‫ﻭ‬
Ya Allah, binasakanlah segolongan orang Quraisy, yaitu Abû Jahal
bin Hisyam, Uthbah bin Rabî’ah, Syaibah Ibnu Rabî’ah, Umayah
Bin Khalaf atau Ubay bin Khalaf, (dua nama yang terakhir
merupakan keraguan dari perawi hadits ini).

Abdullah berkata, “Di kemudian hari aku melihat mereka telah


terbunuh dalam perang Badar. Mereka semua dilemparkan ke
dalam sumur Badar kecuali Umayah atau Ubay. Tubuhnya telah
terpotong-potong sehingga tidak dilemparkan ke sumur.”

Ibnu Sa'ad telah meriwayatkan dalam ath-Thabaqat dari dari ‘Aisyah


ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ ِﺇ ﹾﻥ‬,ٍ‫ــﻂ‬‫ﻌﻴ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺑ ِﻦ ﹶﺃِﺑ‬ ‫ﺒ ﹶﺔ‬‫ﻋ ﹾﻘ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺐ‬  ‫ﻨ‬‫» ﹸﻛ‬
ٍ ‫ﻬ‬ ‫ﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﹶﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ,‫ﻳ ِﻦ‬‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺷ ِّﺮ ﺟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺖ‬
172 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﺗ‬‫ــ ﹾﺄ‬‫ﻢ ﹶﻟﻴ‬ ‫ــ‬‫ﻧﻬ‬‫ﻰ ﹶﺇ‬‫ﺣﺘ‬ ،‫ﺎِﺑﻲ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎِﻧﻬ‬‫ﺮ ﺣ‬ ‫ﻴ ﹾﻄ‬‫ ﹶﻓ‬،ِ‫ﻭﺙ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺎ ِﻥ ﺑِﺎﹾﻟ ﹸﻔ‬‫ﻴ ﹾﺄِﺗﻨ‬‫ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ‬
«‫ﻲ‬ ‫ﺎِﺑ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺑ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ ﹾﻄ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﻦ ﹾﺍ َﻷﺫﹶﻯ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ِﻣ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ ﹾﻄ‬ ‫ﺎ‬‫ﺾ ﻣ‬
ِ ‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬‫ِﺑ‬
Aku berada di antara kejahatan dua tetangga, yaitu Abû Lahab
dan ‘Uqbah bin Abi Mu’ith. Keduanya suka membawa kotoran
unta kemudian dilemparkan ke pintu rumahku. Bahkan mereka
(orang Quraisy) pun suka membawa sebagian kotoran kemudian
dilemparkan ke rumahku.

Kemudian Rasul saw. keluar membawa kotoran itu seraya berkata,


“Wahai bani Abdu Manaf, pertetanggaan seperti apakah ini?”
Kemudian Nabi saw. melemparkannya ke jalan.

Berusaha Menginjak Leher dan Menaburkan Tanah ke


Wajah

Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abû Hurairah, ia


berkata; Abû Jahal pernah berkata, “Apakah Muhammad ditaburi
wajahnya dengan tanah di depan kalian?” Kemudian ada yang
menjawab, “Benar.” Abû Jahal berkata, “Demi Latta dan Uzza,
jika aku melihatnya melakukan hal itu, maka aku akan menginjak
lehernya atau akan menaburkan tanah ke wajahnya.” Abû Hurairah
berkata, “Kemudian Abû Jahal mendatangi Nabi saw., ketika beliau
sedang shalat. Ia bermaksud menginjak leher Nabi saw. Maka, tidak
ada yang mengagetkan mereka, kecuali saat dia berjalan di
belakangnya dan menahan tangannya. Kemudian dikatakan
kepadanya, ‘Apa yang terjadi padamu?’ Abû Jahal berkata, ‘Antara
aku dan Muhammad benar-benar ada parit api, monster yang
menakutkan, dipenuhi dengan sayap-sayap.’” Rasulullah saw.
bersabda:
Konsisten Dalam Kebenaran 173

«‫ﺍ‬‫ﻀﻮ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﺍ‬‫ﻀﻮ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﻼِﺋ ﹶﻜ ﹸﺔ‬
‫ﻤ ﹶ‬ ‫ﻪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺘ‬‫ﺘ ﹶﻄ ﹶﻔ‬‫ﺧ‬ ‫ﻲ ﹶﻻ‬‫ﺎ ِﻣﻨ‬‫ﺩﻧ‬ ‫ﻮ‬ ‫»ﹶﻟ‬
Andai kata (Abû Jahal) mendekatiku, maka pasti ia akan disambar
anggota tubuhnya satu persatu oleh Malaikat.

Penyiksaan Tanpa Diceritakan Uslubnya

Adz-Dzahabi meriwayatkan dalam at-Tarikh, al-Baihaqi


dalam asy-Sya’bi, Ibnu Hisyam dalam as-Sirah, dan Ahmad dalam
Fadhail Shahabah dari Urwah, ia berkata; Ketika Bilal sedang disiksa
dan mengatakan Ahad, Ahad, Waraqah Bin Naufal berjalan
melewatinya, seraya berkata: Ahad, Ahad, Allah! wahai Bilal.
Kemudian Waraqah menemui Umayah bin Khalaf dan orang-orang
dari Bani Jamuh yang telah menyiksa Bilal. Ia berkata; Umayah
berkata, “Aku bersumpah dengan nama Allah, jika kalian
membunuhnya dalam keadaan seperti itu, maka aku akan
menjadikannya sebagai orang yang senantiasa dikenal.” Itulah yang
terjadi, hingga suatu hari datanglah Abû Bakar ash-Shiddiq bin
Abi Kuhafah dan mereka sedang menyiksa Bilal. Rumah Abû Bakar
berada di perkampungan Bani Jamuh. Abû Bakar berkata kepada
Umayah, “Kenapa engkau tidak takut kepada Allah ketika menyiksa
orang miskin ini? Sampai kapan engkau akan menyiksanya?”
Umayah berkata, “Engkaulah yang telah merusak orang ini, karena
itu selamatkanlah ia dari apa yang engkau lihat.” Abû Bakar
berkata, “Baik aku akan melakukannya. Aku mempunyai budak
hitam yang lebih kokoh dan lebih kuat memegang agamamu dari
padanya. Aku serahkan budak tersebut kepadamu sebagai
pengganti Bilal.” Umayah berkata, “Aku terima.” Abû bakar
berkata, “Ya, budak itu untukmu.” Maka Abû Bakar memberikan
budaknya kepada Umayah dan mengambil Bilal, lalu
memerdekakannya. Sebelum hijrah dari Makkah, Abû Bakar
memerdekakan enam budak bersama Bilal karena (masuk) Islam.
174 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Bilal adalah yang ketujuh, yang lain adalah Amir bin Fuhirah yang
ikut di perang Badar dan Uhud, terbunuh di Bi-r Ma’unah, sebagai
syahid; Umu ‘Ubays; dan Zinirah.
Al-Hâkim telah mengeluarkan dalam kitab al-Mustadrak,
ia berkata, “Hadits ini shahih, memenuhi syarat Muslim”, adz-
Dzahabi menyetujuinya dalam kitab at-Talkhîsh dari Jabir,
sesungguhnya Nabi saw. menghampiri Amar dan keluarganya yang
sedang disiksa. Kemudian Rasul saw. bersabda:

« ‫ﻨ ﹸﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﻮ ِﻋ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ِﺳ ٍﺮ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ‬‫ ﻭﺁ ﹶﻝ ﻳ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﺍ ﺁ ﹶﻝ‬‫ﺮﻭ‬ ‫ﺸ‬
ِ ‫ﺑ‬‫»ﹶﺃ‬
Bergembiralah wahai keluarga Amar dan keluarga Yasir,
sesungguhnya tempat yang dijanjikan kepada kalian adalah surga.

Ahmad telah meriwayatkan dengan isnad yang perawinya


terpercaya dari Utsman ra., ia berkata, aku datang bersama Rasul
saw. Beliau memegang tanganku. Kami berjalan-jalan di Batha
hingga beliau mendatangi bapak dan ibunya Amar dan keluarganya
yang sedang disiksa. Abû Amar berkata, “Wahai Rasulullah!,
Apakah seperti ini?” Kemudian Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺖ‬
 ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﺪ ﹶﻓ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ،‫ﺎ ِﺳ ٍﺮ‬‫ﺮ ِﻵ ِﻝ ﻳ‬ ‫ﻢ ﺍ ﹾﻏ ِﻔ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟﱠﻠ‬ ‫ﺮ ﹸﺛ‬ ‫ﺻِﺒ‬
 ‫»ﺍ‬
Bersabarlah! Kemudian beliau bersabda, “Ya Allah, ampunilah
keluarga Yasir! (Yasir berkata,) “Aku akan tetap bersabar”

Membuat Kelaparan

Ibnu Hibban telah mengeluarkan dalam kitab Shahih-nya


dari Anas, ia bekata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺖ ﻓِﻲ ﺍ‬
 ‫ﺪ ﹸﺃ ِﺧ ﹾﻔ‬ ‫ﻟﹶﻘﹶ‬‫ ﻭ‬، ‫ﺪ‬ ‫ﺣ ـ‬ ‫ﺆﺫﹶﻯ ﹶﺃ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺖ ﻓِﻲ ﺍ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺪ ﺃﹸﻭ ِﺫ‬ ‫» ﻟﹶﻘﹶ‬
‫ﻡ‬ ‫ــﺎ‬‫ﻲ ﹶﻃﻌ‬ ‫ﺎ ِﻟ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻴﹶﻠ ٍﺔ‬‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻮ ٍﻡ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻴ ِﻦ‬‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺙ ِﻣ‬
‫ﻼ ﹲ‬
‫ﻲ ﹶﺛ ﹶ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺗ‬‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ ﹶﻟ ﹶﻘ‬،‫ﺣﺪ‬ ‫ﻑ ﹶﺃ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﺨ‬
‫ﻼ ٍﻝ‬
‫ﻂ ﺑِ ﹶ‬‫ﺑ ﹸ‬‫ﻩ ِﺇ‬ ‫ﺍ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ِﺇ ﱠﻻ ﻣ‬
‫ﻡ‬ ‫ـﺎ‬
‫ـ‬‫ﻲ ﹶﻃﻌ‬ ‫ﺎ ِﻟ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻴﹶﻠ ٍﺔ‬‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻮ ٍﻡ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻴ ِﻦ‬‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ ِﻣ‬Konsisten
‫ﺙ‬
‫ﻼ ﹲ‬
‫ﻲ ﹶﺛ ﹶ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬Dalam
‫ﺖ‬
 ‫ﺗ‬‫ﺪ ﹶﺃ‬Kebenaran
‫ ﹶﻟ ﹶﻘ‬،‫ﺣﺪ‬ ‫ﻑ ﹶﺃ‬ 175
‫ﺎ‬‫ﻳﺨ‬
«‫ﻼ ٍﻝ‬
‫ﻂ ﺑِ ﹶ‬ ‫ﺑ ﹸ‬‫ﻩ ِﺇ‬ ‫ﺍ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ِﺇ ﱠﻻ ﻣ‬
Aku telah disiksa karena Allah, dan tidak ada seorang pun yang
dianiaya. Aku telah ditakut-takuti karena Allah, dan tidak ada
seorang pun yang ditakut-takuti. Aku telah diboikot selama tiga
hari tiga malam, dan aku tidak melihat makanan sedikit pun kecuali
yang tersembunyi di balik ketiak Bilal.
Ibnu Hibban juga telah mengeluarkan dalam kitab Shahih-nya, al-
Hâkim dalam al-Mustadrak, ia berkata, “Hadits ini shahih
memenuhi syarat Muslim”, adz-Dzahabi menyetujui dalam kitab
at-Talkhîsh dari Khalid bin Umair al-Adawiy, ia berkata; Atabah
bin Gazwan khutbah di hadapan kami, ia memuji Allah kemudian
berkata, “…Aku telah melihat diriku, dan aku termasuk yang
ketujuh dari tujuh orang yang bersama Rasulullah saw. Kami tidak
mempunyai makanan sedikit pun kecuali dedaunan pohon, hingga
sudut bibir kami terluka. Aku memungut satu kain kemudian
memotongnya menjadi dua antara aku dan Sa'ad bin Abi Waqas,
yang dikenal dengan julukan penunggang kuda Islam. Kemudian
aku memakai kain itu setengahnya dan Sa'ad setengahnya lagi.
Pada hari ini tak seorang pun di antara kami yang hidup kecuali
menjadi amir (pemimpin) di sebuah wilayah. Aku berlindung
kepada Allah agar tidak menjadi besar dalam diriku tapi kecil di
hadapan Allah…”

Pemboikotan

Ibnu Sa'ad telah meriwayatkan dalam ath-Thabaqat dari


al-Waqidi… dari Ibnu Abbas, dan Abû Bakar bin Abdurrahman
bin al-Haris bin Hisyam, dan Utsman bin Abi Sulaiman bin Jubair
bin Muth’im, hadits sebagian mereka masuk kepada sebagian yang
lain: … Orang Quraisy telah menulis surat kepada Bani Hasyim
agar mereka tidak menikah, berjual-beli dan bergaul dengan kaum
176 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Quraisy… Mereka telah memutuskan bantuan barang dagangan


dari Bani Hasyim. Bani Hasyim tidak keluar kecuali dari satu musim
ke musim yang lain hingga ditimpa kepayahan dan terdengar suara
tangisan anak-anak mereka dari balik lembah. Di antara orang
Quraisy ada yang senang melihat hal itu dan ada yang tidak
senang… Mereka tinggal di lembah itu selama tiga tahun… Adz-
Dzahabi dalam at-Tarikh telah menceritakan kabar pemboikotan
ini dari Musa bin Uqbah dari Az-Zuhri.

Mengolok-olok dan Mengejek

Ibnu Hisyam berkata dalam Sirah, Ibnu Ishaq berkata; Aku


telah dikabari Yazid bin Ziad dari Muhammad bin Ka’ab al-Karzi,
setibanya di Thaif, Rasulullah saw. pergi menemui beberapa
penduduk Tsaqif. Mereka adalah para pemimpin dan tokoh-tokoh
Tsaqif. Mereka ada tiga orang bersaudara… Kemudian Rasulullah
saw. duduk bersama mereka dan mengajak kepada agama Allah.
Rasulullah saw. menyampaikan kepada mereka tentang tujuan
kedatangannya, yaitu mencari orang yang siap menolongnya, dan
berjuang bersama beliau menghadapi siapa saja di antara kaumnya
yang menentang beliau. Salah seorang dari mereka berkata, “Aku
siap mencabut kain Ka’bah dan membuangnya jika Allah memang
mengutusmu sebagai Nabi.” Yang lain berkata, “Apakah Allah tidak
mendapatkan yang lain untuk diutus selain engkau?” ...Kemudian
mereka memprovokasi orang-orang pandir dan hamba sahaya
untuk mencaci-maki Rasulullah saw. dan meneriakinya dengan
kata-kata kotor...

Ibnu Hibban mengeluarkan dalam Shahih-nya dari Abdullah bin


Amr, ia berkata; …Aku telah hadir bersama mereka dan para
pembesarnya berkumpul di al-Hijr, kemudian mereka bercerita
tentang Rasulullah saw. dan berkata; Kami tidak melihat perlakuan
Konsisten Dalam Kebenaran 177

dari laki-laki itu yang menjadikan kami tetap sabar atasnya. Ia


menganggap bodoh mimpi-mimpi (hayalan) kami, mencaci maki
nenek moyang kami, dan mengejek agama kami; memisahkan
jama’ah kami dan memaki-maki Tuhan kami. Kami telah bersabar
darinya atas perkara yang agung (serius), atau sebagaimana yang
biasanya mereka katakan. Ketika mereka masih bergelimang dalam
kondisi seperti itu, tiba-tiba datanglah Rasulullah saw. Beliau tampak
berjalan hingga menghampiri tiang (Ka’bah). Beliau melewati
mereka sambil thawaf di Baitullah. Ketika beliau melewati mereka,
mereka mengejek dengan beberapa perkataan. Abdullah bin Amr
berkata; Aku mengenali pengaruh ejekan itu di wajah beliau,
kemudian beliau berlalu. Ketika beliau melewati mereka kedua
kalinya, mereka kembali mengejek lagi seperti yang pertama kali,
dan aku mengenali pengaruh ejekan itu di wajah beliau, dan beliau
berlalu. Kemudian melewati mereka ketiga kalinya, mereka pun
kembali mengejeknya seperti tadi. Kemudian beliau bersabda:

‫ﻢ‬ ‫ﺘ ﹸﻜ‬‫ﺪ ِﺟﹾﺌ‬ ‫ﻴ ِﺪ ِﻩ ﹶﻟ ﹶﻘ‬‫ﻤ ٍﺪ ِﺑ‬ ‫ﺤ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﻧﻔﹾ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺶ ﹶﺃﻣ‬
ٍ ‫ﻳ‬‫ﺮ‬ ‫ﺮ ﹸﻗ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﻳ‬‫ﻤﻌ‬ ‫ﺴ‬
 ‫»ﹶﺃﺗ‬
«...‫ﺑ ِﺢ‬‫ﺑِﺎﻟ ﱠﺬ‬
Apakah kalian mendengar wahai kaum Quraisy! Ingat, demi Allah
yang menggenggam jiwa Muhammad, sungguh aku datang kepada
kalian untuk memenggal (kalian)….”

Memutuskan Hubungan antara Pimpinan dan Pengikut

Imam Muslim telah meriwayatkan dari Sa'ad, ia berkata;


kami pernah bersama Nabi saw., jumlah kami ada enam orang.
Kemudian kaum Musyrik berkata kepada Nabi, “Usirlah mereka
itu agar tidak lancang kepada kami.” Sa'ad berkata; Sahabat Rasul
saw. pada saat itu adalah aku, Ibnu Mas’ud, seorang lelaki dari
Hudzail, Bilal, dan dua orang lelaki yang tidak aku kenali namanya.
178 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Kemudian ucapan kaum Musyrik itu mempengaruhi diri Nabi saw.,


dengan izin Allah. Sehingga Nabi saw. berbicara di dalam hatinya,
kemudian turunlah Firman Allah:

 ( …çµyγô_uρ tβρ߉ƒÌãƒ ÄcÅ´yèø9$#uρ Íο4ρy‰tóø9$$Î/ Οßγ−/u‘ tβθããô‰tƒ tÏ%©!$# ÏŠãôÜs? Ÿωuρ


Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka
menghendaki keridhaan-Nya. (TQS. al-An’am[6]: 52)

Tawar-menawar antara Mabda (Ideologi) dengan Tahta,


Harta, dan Wanita

Abû Ya’la dalam al-Musnad dan Ibnu Muin dalam Tarikh-


nya telah meriwayatkan dengan isnad yang perawinya terpercaya
selain al-Ajlah, tapi kemudian ia menjadi orang yang terpercaya.
Dari Jabir bin Abdullah ia berkata; Abû Jahal dan segolongan
pembesar Quraisy berkata, “Sungguh telah menyebar pada kita
urusan Muhammad. Karena itu carilah seorang lelaki yang sangat
mengetahui sihir, perdukunan, dan syair. Kemudian ajaklah ia
berbicara dan suruh ia mendatangkan penjelasan kepada kami
tentang urusan Muhammad.” Maka Utbah berkata, “Aku telah
mendengar perkataan tukang sihir, dukun, dan para penyair. Aku
mempunyai pengetahuan tentang semua itu, dan tidak akan samar
bagi kami jika urusan Muhammad adalah termasuk sihir,
perdukunan, dan syair.” Kemudian Utbah mendatangi Nabi saw.,
dan berkata, “Wahai Muhammad!, siapa yang lebih baik, apakah
engkau atau kah Hasyim? Siapakah yang lebih baik, apakah engkau
atau Abdul Muthalib? Siapakah yang lebih baik, apakah engkau
atau Abdullah?” Maka Nabi tidak menjawabnya. Utbah berkata,
“Lalu kenapa engkau mencaci tuhan-tuhan kami dan menyesatkan
nenek moyang kami? Jika engkau melakukan hal itu karena ingin
tahta, maka kami akan mengikat panji-panji kami kepada engkau
Konsisten Dalam Kebenaran 179

sehingga engkau jadi pemimpin kami; jika engkau inginkan wanita


maka kami akan menikahkan engkau dengan sepuluh wanita yang
bisa engkau pilih dari wanita Quraisy sekehendakmu; dan jika
engkau menginginkan harta, maka kami akan mengumpulkan
harta-harta kami untukmu yang bisa mencukupimu dan
keturunanmu.” Rasulullah saw. diam tidak berbicara. Ketika Utbah
selesai bicara, Rasulullah saw. membaca:

$ºΡ#uöè% …çµçG≈tƒ#u ôMn=Å_Áèù Ò=≈tGÏ. ∩⊄∪ ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# zÏiΒ ×≅ƒÍ”∴s? ∩⊇∪ $Οm

 ∩⊂∪ tβθßϑn=ôètƒ 5Θöθs)Ïj9 $|‹Î/ttã


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Hâ Mîm. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam
bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. (TQS. Fushilat [41]:
1-3); hingga sampai ayat ketiga belas:

 yŠθßϑrOuρ 7Š$tã Ïπs)Ïè≈|¹ Ÿ≅÷WÏiΒ Zπs)Ïè≈|¹ ö/ä3è?ö‘x‹Ρr& ö≅à)sù


Jika mereka berpaling maka katakanlah, “Aku telah memper-
ingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum
`Aad dan kaum Tsamud. (TQS. Fushilat [41]: 13)

Kemudian Utbah menahan mulut Rasulullah saw. dan memohon


belas kasih Rasul saw. dengan sangat agar berhenti membacakan
al-Quran. Utbah sejak saat itu tidak menemui keluarganya dan
menahan diri dari mereka. Abû Jahal berkata, “Wahai kaum
Quraisy!, demi Allah, kami tidak melihat Utbah kecuali telah keluar
dari agama kita untuk memeluk agama Muhammad. Ia tertarik
dengan makanan Muhammad. Semua itu tidak akan terjadi jika
tidak ada kebutuhan yang menimpanya. Marilah kita berangkat
bersama-sama menemuinya.” Mereka pun berangkat menemui
Utbah. Abû Jahal berkata, “Wahai Utbah!, demi Allah, kami tidak
180 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

takut kecuali engkau memihak kepada Muhammad, dan engkau


tertarik dengan urusan Muhammad. Jika engkau mempunyai
kebutuhan, maka kami akan mengumpulkan harta kami untukmu
yang bisa memberikan kecukupan kepadamu daripada makanan
Muhammad.” Mendengar hal itu Utbah marah dan bersumpah
dengan nama Allah bahwa tidak akan berbicara dengan
Muhammad selamanya.” Utbah berkata, “Kalian telah mengetahui
bahwa aku adalah orang Quraisy yang paling banyak hartanya.
Tetapi sungguh aku telah datang kepada Muhammad.” Kemudian
Utbah menceritakan kisahnya kepada mereka hingga berkata,
“Kemudian Muhammad menjawabku dengan sesuatu perkataan.
Demi Allah, itu bukan sihir, syair, dan perdukunan; ia membacakan:

$ºΡ#uöè% …çµçG≈tƒ#u ôMn=Å_Áèù Ò=≈tGÏ. ∩⊄∪ ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# zÏiΒ ×≅ƒÍ”∴s? ∩⊇∪ $Οm

 ∩⊂∪ tβθßϑn=ôètƒ 5Θöθs)Ïj9 $|‹Î/ttã


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam
bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. (TQS. Fushilat [41]:
1-3); hingga sampai pada ayat ketiga belas:

 yŠθßϑrOuρ 7Š$tã Ïπs)Ïè≈|¹ Ÿ≅÷WÏiΒ Zπs)Ïè≈|¹ ö/ä3è?ö‘x‹Ρr& ö≅à)sù


Jika mereka berpaling maka katakanlah, “Aku telah memper-
ingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum
`Âd dan kaum Tsamud. (TQS. Fushilat [41]: 13)

Kemudian aku menahan mulutnya dan memohon kasih sayangnya


dengan sangat untuk berhenti membaca al-Quran. Kalian sungguh
telah mengetahui bahwa jika Muhammad mengatakan sesuatu,
maka ia tidak akan dusta. Aku sangat khawatir akan turun siksa
kepada kalian.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Muin yang
Konsisten Dalam Kebenaran 181

berbeda dengan Riwayat Ibnu Ishak dari Muhammad bin


Ka’ab al-Qurdzi, yang dalam riwayat itu terdapat Rawi yang
majhul, dan diceritakan dalam Sirah Ibnu Hisyam)

Mencaci-maki

Al-Bukhâri dan Muslim telah meriwayatkan dari


Abdurrahman bin Auf ia berkata; ketika kami bediri di barisan
perang Badar, aku melihat ke kanan dan kiriku, tiba-tiba aku melihat
dua orang anak muda dari kaum Anshar. Aku berharap agar aku
berada disamping keduanya. Kemudian salah seorang dari
keduanya memegangku dan berkata, “Wahai paman!, Apakah
engkau mengenal Abû jahal?” Aku berkata, “Ya, Apa keperluanmu
kepadanya wahai anaku?” Ia berkata, “Aku mendapat kabar bahwa
ia telah mencaci maki Rasulullah saw. Demi Allah yang
menggenggam jiwaku, apabila aku melihatnya maka tidak akan
berpisah pakaianku dan pakaiannya hingga matilah yang paling
cepat di antara kami.” Maka aku sangat kagum terhadap anak itu.
Kemudian anak yang kedua pun memegangku dan berkata seperti
yang pertama….

Al-Bukhâri dan Muslim juga telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas


ra. tentang firman Allah:

 $pκÍ5 ôMÏù$sƒéB Ÿωuρ y7Ï?Ÿξ|ÁÎ/ öyγøgrB Ÿωuρ


Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan
janganlah pula merendahkannya (TQS. al-Isra’ [17]: 110)

Ibnu Abbas berkata ayat ini diturunkan ketika Rasulullah saw. sedang
dakwah secara sembunyi-sembunyi di Makkah. Rasulullah saw. ketika
shalat bersama para sahabat, suka mengeraskan suaranya ketika
membaca al-Quran. Jika orang-orang musyrik mendengarnya, maka
182 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

mereka akan mencaci maki al-Quran, mencaci maki yang


menurunkannya dan yang membawanya. Allah berfirman kepada
nabi-Nya:

 $pκÍ5 ôMÏù$sƒéB Ÿωuρ y7Ï?Ÿξ|ÁÎ/ öyγøgrB Ÿωuρ


Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan
janganlah pula merendahkannya (TQS. al-Isra’ [17]: 110)

Maksudnya, engkau jangan mengeraskan bacaan hingga didengar


oleh orang-orang musyrik, akibatnya mereka akan mencaci maki
al-Quran. Maksud dari firman Allah “wala tukhafit biha” adalah
jangan menyembunyikan bacaan shalatmu dari sahabatmu,
sehingga tidak bisa mereka dengar,

 Wξ‹Î6y™ y7Ï9≡sŒ t÷t/ ÆptFö/$#uρ


Tapi carilah yang pertengahan di antara hal itu. (TQS. al-Isra’
[17]: 110)

Ahmad telah meriwayatkan dalam al-Musnad, para perawinya


terpercaya, dari Abû Hurairah dari Nabi saw., beliau bersabda:

‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺴﺒ‬
 ‫ﻳ‬ ، ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﺷ ـ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺶ‬
ٍ ‫ﻳ‬‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﹸﻗ ـ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻲ ﹶﻟ‬‫ﻋﻨ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻑﺍ‬
 ‫ﺼ ِﺮ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺍ ﹶﻛ‬‫ﺮﻭ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫»ﹶﺃﹶﻟ‬
« ‫ﺪ‬‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ ﻭ‬،‫ﺎ‬‫ﺬﹾﻣِﻤ‬‫ﻣ‬
Apakah kalian tidak melihat bagaimana Allah memalingkan dariku
kutukan kaum Quraisy, dan caci maki mereka. Mereka memaki-
makiku sambil mencela, padahal aku adalah Muhammad.

Dalam hadits Mutafaq ‘alaih, Ibnu Abbas berkata, ketika turun


firman Allah:

 ∩⊄⊇⊆∪ šÎ/tø%F{$# y7s?uŽÏ±tã ö‘É‹Ρr&uρ


Konsisten Dalam Kebenaran 183

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,


(TQS. Asy-Syu’ara [26]: 214)

Rasulullah saw. keluar hingga naik ke bukit Shafa, kemudian


beteriak, “Hai selamat pagi!” Kaum Quraisy berkata, “Siapa yang
berteriak itu?.” Mereka berkata, “Ia adalah Muhammad.” Kemudian
mereka berkumpul menujunya. Beliau bersabda:

‫ﻢ‬ ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻛ‬
‫ﺒ ِﻞ ﹶﺃ ﹸ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻫﺬﹶﺍ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺢ‬
ِ ‫ﺴ ﹾﻔ‬
 ‫ﺝ ِﺑ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻴ ﹰ‬‫ﺧ‬
 ‫ﻢ ﹶﺃ ﱠﻥ‬ ‫ﻜ‬
‫ﺗ ﹸ‬‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬
 ‫ﻮ ﹶﺃ‬ ‫ﻢ ﹶﻟ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺭﹶﺃ‬ ‫»ﹶﺃ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻜ‬
‫ﺮ ﹶﻟ ﹸ‬ ‫ﻧﺬِﻳ‬ ‫ﻲ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﹶﻓِﺈ‬:‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﺎ‬‫ﻚ ﹶﻛ ﹾﺬﺑ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑﻨ‬‫ﺮ‬ ‫ﺟ‬
 ‫ﺎ‬‫ ﻣ‬:‫ﺍ‬‫؟ ﻗﹶﺎﹸﻟﻮ‬‫ﺪِﻗﻲ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻣ‬
،‫ﻢ ﻗﹶﺎﻡ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﺎ‬‫ﺘﻨ‬‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬
 ‫ﻬﺬﹶﺍ‬ ‫ﻚ ﺃِﻟ‬
 ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﺗﺒ‬ :‫ﺐ‬
ٍ ‫ﻬ‬ ‫ﻮ ﹶﻟ‬‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃﺑ‬،‫ﺷﺪِﻳ ٍﺪ‬ ‫ﺏ‬
ٍ ‫ﻋﺬﹶﺍ‬ ‫ﻱ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬
«‫ﺐ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﺐ‬
ٍ ‫ﻬ‬ ‫ﺍ ﹶﺃﺑِﻲ ﹶﻟ‬‫ﻳﺪ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺗ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺰﹶﻟ‬ ‫ﻨ‬‫ﹶﻓ‬
Bagaiman pendapat kalian jika aku kabarkan bahwa saat ini ada
pasukan kuda yang keluar dari balik bukit ini, apakah kalian akan
mempercayaiku? Mereka berkata, “Kami tidak pernah mengenalmu
berdusta.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku adalah pemberi
peringatan bagi kalian, bahwa di hadapanku ada siksa yang sangat
keras.” Abû Lahab berkata, “Celaka engkau Muhammad, apakah
untuk ini engkau mengumpulkan kami?” Kemudian turunlah
firman Allah, surat al-Lahab [111]: 1, “Binasalah kedua tangan
Abû Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.”

Ath-Thabrâni telah mengeluarkan dari Manbats al-Azdi, ia berkata;


Aku melihat Rasulullah saw. di masa jahiliyah, ia bersabda, “Wahai
manusia, katakan “Tiada tuhan selain Allah”, pasti kalian berbahagia”.
Maka dari kaum Quraisy ada yang meludahi wajah Rasul saw. Ada yang
menaburkan tanah ke wajahnya, dan ada yang mencaci maki hingga
tengah hari. Kemudian ada seorang anak wanita yang datang kepada
Rasulullah saw. membawa wadah yang cukup besar yang dipenuhi air,
184 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

lalu beliau membasuh wajah dan kedua tangannya. Rasulullah saw.


bersabda, “Engkau jangan mengkhawatirkan bapakmu terbunuh atau
dihinakan”. Manbat al-Azdi berkata, “Siapa anak kecil itu?” Orang-orang
berkata, “Ia adalah Zainab anak Rasulullah saw.” Al-Haitsami berkata,
“Dalam hadits ini terdapat Manbats bin Mudrik, aku tidak mengenalnya,
tapi perawi yang lainnya terpercaya.”

Mendustakan

Al-Bukhâri dan Muslim telah meriwayatkan dari Jabir bin


Abdullah, ia berkata, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺠﻠﱠﻰ‬
 ‫ﻳ ٍﺔ( ﻓﹶ‬‫ﺍ‬‫ﻲ ِﺭﻭ‬ ‫ﻭِﻓ‬ ) ، ‫ﻼ‬
‫ﺠﹶ‬ ‫ﺠ ِﺮ ﹶﻓ‬
‫ﺤ‬ِ ‫ﺖ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺶ ﹸﻗ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺮ‬ ‫ﻲ ﹸﻗ‬ ‫ﺘِﻨ‬‫ﺑ‬‫ﺎ ﹶﻛ ﱠﺬ‬‫»ﹶﻟﻤ‬
« ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﺮ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﻧ ﹸﻈ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻭﹶﺃﻧ‬ ، ‫ﺎِﺗ ِﻪ‬‫ﻦ ﺁﻳ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧِﺒ‬ ‫ﺖ ﹸﺃ‬
 ‫ ﹶﻓ ﹶﻄ ِﻔ ﹾﻘ‬، ‫ﺱ‬
ِ ‫ﻤ ﹾﻘ ِﺪ‬ ‫ﺖ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﷲ ِﻟ‬
ُ‫ﺍ‬
Ketika orang-orang Quraisy mendustakanku (tentang berita Isra
Mi’raj), aku berdiri di Hijr (Ismail), maka Allah menampakkan
(Baitul Maqdis); (Dalam riwayat lain), maka Allah menampakkan
Baitul Maqdis kepadaku. Maka aku mulai memberitahukan kepada
mereka tentang tanda-tandanya, sambil melihatnya.”

Al-Bukhâri telah meriwayatkan dari Abi Darda ra., ia berkata,…


Nabi saw. bersabda:

«...‫ﺖ‬
 ‫ﺪ ﹾﻗ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﺑ ﹾﻜ ٍﺮ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺑ‬‫ﻢ ﹶﻛ ﹶﺬ‬ ‫ﺘ‬‫ﻢ ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻲ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﻌﹶﺜِﻨ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
Sesungguhnya Allah telah mengutusku kepada kalian tapi kalian
berkata, “Dusta engkau Muhammad”, dan Abû Bakar berkata, “Benar
engkau Muhammad...”

Telah diceritakan sebelumnya, ketika menjelaskan uslub penyiksaan


dengan melempar batu, dari hadits Thariq al-Muharibi, bahwa Abû
Lahab berkata tentang Rasulullah saw. di pasar Dzil Majaz, “Kalian
Konsisten Dalam Kebenaran 185

jangan mengikutinya karena ia adalah pendusta…” (Hadits ini


dishahihkan oleh Huzaimah dan Ibnu Hibban).

Propaganda Negatif dan Perlawanan

Ahmad dan ath-Thabrâni dengan isnâd —yang dikomentari


oleh al-Haitsami— bahwa tokoh-tokoh perawinya sahih, dari
Ummu Salamah ra. dalam hadits yang panjang, ia berkata: …Ketika
keduanya (Abdullah bin Rabi’ah dan Amr bin al-Ash, penj.) keluar
dari sisinya (an-Najasyi), Amr bin al-Ash berkata, “Demi Allah!,
Aku akan mendatangkan berita tentang mereka (kaum Quraisy)
besok dengan perkara yang akan membinasakan mereka.” Ummu
Salamah berkata; Abdullah bin Rabi’ah, orang yang paling kuat di
antara dua lelaki di kalangan kami, berkata kepada Amr bin al-
Ash, “Jangan kau lakukan itu, karena mereka masih memiliki
hubungan kekerabatan dengan kita, meski mereka bertentangan
dengan kita.” Amr berkata, “Demi Allah!, Aku akan memberi-
tahukan kepada an-Najasyi bahwa mereka menyakini Isa bin
Maryam adalah seorang hamba.” Ummu Salamah berkata; besok
harinya Amr bin al-Ash berkata kepadanya, “Wahai tuan raja!,
Mereka mengatakan perkataan yang sangat besar tentang Isa bin
Maryam, maka kirimlah utusan kepada mereka, tanyakanlah
kepada mereka apa pendapat mereka tentang Isa.” Ummu Salamah
berkata; kemudian an-Najasyi mengirim utusan untuk bertanya
kepada mereka tentang Isa. Demi Allah kami belum pernah ditimpa
dengan masalah seperti itu sebelumnya. Maka orang-orang pun
berkumpul, kemudian sebagian mereka berkata kepada yang
lainnya, “Apa yang akan kalian katakan tentang Isa bin Maryam
jika utusan an-Najasyi itu bertanya kepada kalian?” Mereka berkata;
kami akan berkata, “Demi Allah, apa yang difirmankan Allah dan
yang dibawa oleh Nabi kami terdapat pada Isa sebagaimana
keadaan yang sebenarnya….”
186 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Muslim telah meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas bahwa


Dhimad telah datang ke Makkah. Dia berasal dari Azdisyanudah
yang bisa meruqyah orang yang terserang ‘angin’.8 Dia mendengar
dari penduduk Makkah yang mengatakan bahwa Muhammad itu
orang gila…. (al-Hadits).

Ibnu Hibban telah meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya


dari Ibnu Abbas, ia berkata; Ketika Ka’ab bin al-Asyraf datang ke
Makkah, mereka (kafir Makkah) mendatanginya dan berkata, “Kami
adalah ahli Siqayah (pengelola minuman di Ka’bah, penj.) dan
Sadanah (pemelihara Ka’bah, penj.) dan engkau adalah pemimpin
penduduk Yatsrib. Siapakah yang lebih baik, kami atau orang yang
hina ini, yang terpisah dari kaumnya (maksudnya Nabi Muhammad
saw. penj.). Ia menganggap dirinya lebih baik dari kami.” Kemudian
Ka’ab berkata, “Kalian lebih baik darinya.” Maka Allah menurunkan
firman-Nya kepada Rasulullah saw.:

 ∩⊂∪ çŽtIö/F{$# uθèδ št∞ÏΡ$x© āχÎ)


Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang
terputus. (TQS. al-Kautsar [108]: 3), dan

ÏMö6Éfø9$$Î/ tβθãΨÏΒ÷σムÉ=≈tGÅ6ø9$# zÏiΒ $Y7ŠÅÁtΡ (#θè?ρé& šÏ%©!$# ’n<Î) ts? öΝs9r&

¸ξ‹Î6y™ (#θãΨtΒ#u tÏ%©!$# zÏΒ 3“y‰÷δr& ÏIωàσ‾≈yδ (#ρãxx. tÏ%©#Ï9 tβθä9θà)tƒuρ ÏNθäó≈©Ü9$#uρ

 ∩∈⊇∪
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi
bahagian dari al-Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut,

8. Menurut Imam an-Nawawi, yang dimaksud ar-riih di sini adalah gila atau
kerasukan Jin. Disebut demikian karena Jin tidak terlihat manusia, seperti
ruh dan angin.
Konsisten Dalam Kebenaran 187

dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Makkah),


bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang
beriman. (TQS. an-Nisa [4]: 51)

Menghalangi Hijrah

Al-Hâkim meriwayatkan dalam al-Mustadrak, ia berkata,


“Hadits ini shahih isnadnya meski tidak dikeluarkan oleh al-Bukhâri
Muslim.” Hadits ini disepakati adz-Dzahabi dari Suhaib, ia berkata;
Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻜ‬
‫ﺗ ﹸ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ ﹶﻓِﺈﻣ‬،ٍ‫ﺮﺓ‬ ‫ﺣ‬
 ‫ﻲ‬‫ﺍﻧ‬‫ﻬﺮ‬ ‫ﻦ ﹶﻇ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺨ ﹰﺔ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺳ‬
 ‫ﻢ‬ ‫ﻜ‬
‫ﺮِﺗ ﹸ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﺭ ِﻫ‬ ‫ﺍ‬‫ﺖ ﺩ‬  ‫ﻳ‬‫ﺭ‬ ‫»ﹶﺃ‬
«‫ﺏ‬
 ‫ﻳﹾﺜ ِﺮ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻜ‬
‫ﺗ ﹸ‬ ‫ﻭ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﺍ‬‫ﺠﺮ‬
 ‫ِﻫ‬
Aku telah diperlihatkan pada tempat hijrah kalian yang subur di
antara balik Harrah. Tempat itu bisa jadi Hajran atau Yatsrib.

Suhaib berkata, Rasulullah saw. keluar menuju Madinah bersama


Abû Bakar. Aku bermaksud keluar bersamanya, tapi dihalangi dua
pemuda Quraisy, maka aku pun menjadikan malamku itu dengan
terus-menerus berdiri, tidak duduk. Mereka berkata, “Allah telah
menghalangi kalian darinya dengan kekuasan-Nya, dan aku pun
tidak mengeluh.” Kemudian mereka berdiri dan menyuruh
beberapa orang agar mengikutiku untuk mengembalikanku, setelah
aku berjalan satu barid. Kemudian aku berkata kepada mereka,
“Apakah kalian mau kuberi beberapa keping emas, tapi kalian harus
membebaskan jalanku dan tidak mengkhianatiku.” Kemudian aku
mengikuti mereka kembali ke Makkah. Aku berkata kepada mereka,
“Galilah di bawah tiang pintu, karena di bawahnya terdapat
beberapa keping emas. Kemudian pergilah menemui si Fulanah,
ambilah dua buah perhiasan.” Kemudian aku keluar dari Makkah
hingga aku datang menemui Rasulullah saw. sebelum pindah dari
188 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Kuba. Ketika melihatku beliau bersabda, “Wahai Abû Yahya,


sungguh beruntung jual-belimu.” Beliau menyebutkannya tiga kali.
Aku berkata, “Wahai Rasulullah!, tidak ada yang mendahuluiku
menujumu seorang pun dan tidak ada yang memberitahukan
kepadamu kecuali Jibril.

Orang Quraisy sangat bersungguh-sungguh menghalangi


Rasulullah saw. untuk behijrah; sedemikian hingga mereka
mengumumkan hadiah bagi orang yang dapat membunuh Nabi
saw. dan sahabatnya, atau menahan keduanya. Imam al-Bukhâri
telah mengeluarkan dari al-Bara dari Abû Bakar, ia berkata,
…”kemudian kami pun berangkat dan orang-orang mencari
kami….” Al-Bukhâri juga meriwayatkan dari hadits Suraqah bin
Ju’sam, ia berkata, “Utusan-utusan kafir Quraisy datang kepadaku.
Mereka akan memberikan tebusan kepada orang yang bisa
membunuh atau menahan Rasulullah saw. dan Abû Bakar….
Kemudian aku berkata kepada Rasulullah saw., sesungguhnya
kaummu telah menjadikan tebusan untuk membunuh atau
menahanmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Diamlah di tempatmu,
jangan engkau biarkan seorang pun mengikutiku.” Berkata (perawi
hadits): “Di pagi hari bersungguh-sungguh untuk membunuh
Rasulullah saw., tapi di sore hari ia menjadi pembela Rasulullah
saw.”

Berusaha Membunuh dan Mengancam Nabi

Al-Bukhâri meriwayatkan dari Urwah bin Zubair, ia berkata:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺮﺳ‬ ‫ﺸ ِﺮﻛﹸﻮ ﹶﻥ ِﺑ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻨ‬‫ﺻ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺪ ﻣ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻤﺮٍﻭ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺳﹶﺄﹾﻟ‬ »
،‫ﺼﻠﱢﻲ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬  ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒـ‬‫ﺎ َﺀ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟ‬‫ﻂ ﺟ‬
ٍ ‫ﻴ‬‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃﺑِﻲ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺒ ﹶﺔ‬‫ ﹾﻘ‬‫ﺖ ﻋ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺭﹶﺃ‬ ‫؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
Konsisten Dalam Kebenaran 189

‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺑ ﹾﻜ ٍﺮ‬ ‫ﻮ‬‫ﺎ َﺀ ﹶﺃﺑ‬‫ ﻓﹶﺠ‬،‫ﺍ‬‫ـﺪِﻳﺪ‬


‫ـ‬‫ﻨﻘﹰﺎ ﺷ‬‫ﺧ‬ ‫ﻪ ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﻨ ﹶﻘ‬‫ﺨ‬
 ‫ﻨ ِﻘ ِﻪ ﹶﻓ‬‫ﻋ‬ ‫ﻩ ﻓِﻲ‬ َ‫ﺍﺀ‬‫ﻊ ِﺭﺩ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﹶﻓ‬
‫ﻢ‬ ‫ﺎ َﺀ ﹸﻛ‬‫ﺪ ﺟ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ،‫ﷲ‬
ُ ‫ﻲ ﺍ‬ ‫ــ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹶﻝ‬ ‫ﻼ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺘﻠﹸﻮ ﹶﻥ‬‫ﺗ ﹾﻘ‬‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ‬،‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺩﹶﻓ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﺑ ﹸﻜ‬‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺕ ِﻣ‬ ِ ‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﺒ‬‫ﺑِﺎﹾﻟ‬
Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Amr tentang kekejian
yang paling parah, yang dilakukan oleh kaum Musyrik kepada Nabi
saw. Abdullah bin Amr berkata; Aku pernah melihat Uqbah bin
Abi Mu’ith datang menuju Nabi saw. ketika beliau sedang shalat.
Kemudian ia meletakkan selendangnya ke leher Rasulullah saw.
dan mencekiknya. Kemudian datanglah Abû Bakar hingga ia
melindungi Rasulullah saw. dari kekejian Uqbah, seraya berkata,
“Apakah kamu akan membunuh seorang manusia yang
mengatakan bahwa Tuhanku adalah Allah? Padahal ia telah datang
kepadamu dengan membawa penjelasan-penjelasan dari
Tuhannya?”

Al-Bukhâri juga telah mengeluarkan hadits pada bab Islamnya


Umar bin al-Khathab dari Abdullah bin Umar, ia berkata:

‫ﻮ‬‫ﻲ ﹶﺃﺑ‬
 ‫ﻬ ِﻤ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺍِﺋ ٍﻞ ﺍﻟ‬‫ﻦ ﻭ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺹ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻩ ﺍﹾﻟﻌ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﺎِﺋﻔﹰﺎ ِﺇ ﹾﺫ ﺟ‬‫ﺍ ِﺭ ﺧ‬‫ﻮ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬»
‫ﺑﻨِﻲ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻮ ِﻣ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺤﺮِﻳ ٍﺮ‬
 ‫ﻑ ِﺑ‬
 ‫ﻜﻔﹸﻮ‬
‫ﻣ ﹾ‬ ‫ﺺ‬
 ‫ﻭﹶﻗﻤِﻴ‬ ‫ﺮ ٍﺓ‬ ‫ﺒ‬‫ﺣ‬
ِ ‫ﺣﱠﻠ ﹸﺔ‬
 ‫ﻴ ِﻪ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ،‫ﻤﺮٍﻭ‬ ‫ﻋ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺯ‬ :‫ﻚ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
 ‫ﺎﹸﻟ‬‫ﺎ ﺑ‬‫ ﻣ‬:‫ﻪ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻟ‬،‫ﻴ ِﺔ‬‫ﺎ ِﻫِﻠ‬‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟﺠ‬‫ﺅﻧ‬ ‫ﺣﹶﻠﻔﹶﺎ‬
 ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻬ ٍﻢ‬ ‫ﺳ‬

‫ﺎ‬‫ﺪ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻗﹶﺎﹶﻟﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺳﺒِﻴ ﹶﻞ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﺖ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻻ‬
 ‫ﺳﹶﻠﻤ‬ ‫ﺘﻠﹸﻮﻧِﻲ ِﺇ ﹾﻥ ﹶﺃ‬‫ﻴ ﹾﻘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﻚ ﹶﺃ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﹶﻗ‬
«...‫ﺖ‬  ‫ﻨ‬ ‫ﹶﺃ ِﻣ‬
Ketika Umar sedang berada di rumahnya dan merasa takut, maka
datanglah al-Ash bin Wail as-Sahmi, yakni Abû Amr. Ia memakai
190 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

perhiasan yang sangat bagus dan memakai gamis yang dilapisi sutra.
Ia berasal dari Bani Sahmi. Mereka adalah sekutu kami di masa
Jahiliyah. Kemudian ia berkata kepada Umar, “Apa yang terjadi
padamu?” Umar berkata, “Kaum-mu bermaksud membunuhku
jika aku masuk Islam.” Lalu al-Ash bin Wail berkata, “Tidak ada
jalan untuk membunuhmu setelah mengatakan ‘Aku beriman…’ “

Kaum Musyrik tidak merasa cukup dengan hanya berkonspirasi


untuk membunuh Nabi saja. Ibnu Hajar telah menuturkan
dalam Fathul Bari, ia berkata; Ibnu Ishak, Musa bin Uqbah dan
yang lainnya --yakni para pengarang kitab al-Maghazi (buku
yang membaha s tentang peperangan ya ng dilakukan
Rasulullah)— berkata, “Ketika Quraisy melihat para sahabat
telah menempati suatu negeri di mana mereka mendapatkan
keamanan di dalamnya (Habsyah), dan merekba telah melihat
bahwa Umar masuk Islam, serta Islam telah menyebar di seluruh
kabilah; maka mereka sepakat untuk membunuh Rasulullah saw.
Kemudian rencana mereka itu sampai kepada Abû Thalib. Maka
Abû Thalib mengumpulkan Bani Hasyim dan Bani Abdul
Muthalib. Lalu mereka memasukkan Rasulullah saw. ke lembah
persembunyian mereka dan melindungi Rasulullah saw. dari
orang yang ingin membunuhnya…”

Ahmad telah meriwayatkan dengan isnad yang perawinya


terpercaya selain Ustman al-Jazari, ia dipercaya oleh Ibnu Hibban
dan dilemahkan oleh yang lainnya, dari Ibnu Abbas tentang firman
Allah:

tβρãä3ôϑtƒuρ 4 x8θã_̍øƒä† ÷ρr& x8θè=çGø)tƒ ÷ρr& x8θçGÎ6ø[ãŠÏ9 (#ρãxx. zƒÏ%©!$# y7Î/ ãä3ôϑtƒ øŒÎ)uρ

 ∩⊂⊃∪ t̍Å6≈yϑø9$# çŽöyz ª!$#uρ ( ª!$# ãä3ôϑtƒuρ


Konsisten Dalam Kebenaran 191

Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya


upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau
membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya
dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik
Pembalas tipu daya. (TQS. al-Anfâl [8]: 30)

Ia berkata; Orang-orang Quraisy bermusyawarah pada suatu


malam di Makkah. Sebagian dari mereka berkata, “Jika datang
waktu pagi, maka ikatlah ia dengan tali yang kokoh (yang mereka
maksud adalah Nabi Muhammad saw.).” Sebagian lagi berkata,
“Bunuhlah ia”. Sebagian lagi berkata, “Usirlah ia...”

Ibnu Hisyam dalam Sirah-nya berkata, Ibnu Ishak berkata;


Maka orang Quraisy merasa khawatir dengan keluarnya Rasulullah
saw. menyusul sahabat-sabatnya ke Madinah… Kemudian
berkumpullah para pembesar Quraisy di Dârun Nadwah. Mereka
bermusyawarah tentang apa yang harus dilakukan terhadap
Rasulullah saw… Kemudian ada yang berkata, “Tahanlah dalam
jeruji besi…” Kemudian ada lagi yang mengatakan, “Kita usir
mereka dari tengah-tengah kita…” Kemudian Abû Jahal berkata,
“Demi Allah!, aku mempunyai pendapat tentangnya. Aku tidak
melihat kalian menyampaikannya sebelum ini.” Mereka berkata,
“Apa pendapat itu wahai Abûl Hakam?” Ia berkata, “Aku
berpendapat, kita harus mengambil dari setiap kabilah seorang
pemuda yang kuat, terpandang, dan dimuliakan di antara kita.
Kemudian kita berikan setiap pemuda itu pedang yang tajam. Lalu
mereka pergi kepadanya, sehingga mereka memukulnya dengan
sekali pukulan seorang lelaki, kemudian mereka pun berhasil
membunuhnya. Akhirnya, kami pun bisa tenang darinya.”
Di antara para sahabat ada yang bersabar meski harus
dibunuh, seperti Sumayah atau Ummu Amar, ia adalah wanita
pertama yang syahid dalam Islam.
192 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Juga terdapat sikap-sikap dari Rasul saw. dan para sahabat


ketika menentang kaum Musyrik. Mereka telah menampakkan
keteguhan jiwa yang menjadikan mereka menjadi orang-orang
yang konsisten, di antaranya :

 Hadits yang diriwayatkan al-Bukhâri dalam at-Tarikh al-Kabir


dari Musa bin Uqbah, ia berkata; Aku telah dikabari oleh Uqail bin
Abi Thalib, ia berkata, Suatu ketika kaum Quraisy mendatangi
Abû Thalib. Mereka berkata, “Sungguh keponakanmu ini telah
menyakiti kami di tempat kami berkumpul.” Abû Thalib berkata,
“Wahai Uqail, bawalah Muhammad kemari.” Maka Uqail pun pergi
menemui Rasulullah saw. Ia meminta beliau agar keluar dari rumah
kecilnya. Maka Uqail pun datang membawa Nabi saw. di tengah
hari pada saat terik matahari panas sekali. Maka beliau pun mencari
tempat yang teduh untuk berjalan di bawah naungannya karena
sangat panasnya terik matahari. Ketika beliau tiba menemui mereka
(di rumah Abû Thalib), Abû Thalib berkata kepada beliau,
“Sungguh, anak-anak pamanmu ini menduga bahwa engkau telah
menyakiti mereka di tempat mereka berkumpul dan di tempat
ibadah mereka, maka berhentilah dari menyakiti mereka!”
Kemudian beliau melihat ke langit dan berkata, “Apakah kalian
melihat matahari itu? Aku tidak mampu menolaknya dari kalian
jika ada percikan api yang keluar darinya.” Abû Thalib berkata,
“Demi Allah!, kami tidak akan mendustakan keponakanku
selamanya, maka kembalilah kalian semua!”

 Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhâri dari Abdullah bin


Mas’ud, ia berkata; Sa'ad bin Muadz pernah pergi (ke Makkah)
untuk melaksanakan umrah. Abdullah berkata; Sa'ad bin Muadz
beristirahat di rumah Umayah bin Khalaf, yakni Abi Shafwan.
Umayah berkata kepada Sa'ad, “Tunggulah hingga tiba tengah
hari dan manusia lengah, maka pergilah dan thawaflah.” Ketika
Konsisten Dalam Kebenaran 193

Sa'ad sedang thawaf, tiba-tiba datang Abû Jahal, seraya berkata,


“Siapa orang yang sedang thawaf di Ka’bah ini?” Sa'ad berkata,
“Aku adalah Sa'ad.” Abû Jahal berkata, “Engkau bisa thawaf di
Ka’bah dengan aman, padahal engkau telah melindungi
Muhammad dan para sahabatnya.” Sa'ad berkata, “Benar”
Kemudian mereka bertengkar. Maka Umayah berkata kepada
Sa'ad, “Jangan megeraskan suaramu kepada Abû al-Hakam, karena
ia adalah pemimpin penduduk lembah ini (Makkah).” Kemudian
Sa'ad berkata, “Jika engkau menghalangiku thawaf di Baitullah,
maka aku akan memutus (jalur) perdaganganmu di Syam.”
Kemudian Umayah berkata lagi kepada Sa'ad, “Janganlah
mengeraskan suaramu!” Umayah menahan suara Sa'ad. Maka
Sa'ad pun marah dan berkata, “Lepaskan aku!, sungguh aku telah
mendengar Muhammad saw. bermaksud membunuhmu.” Umayah
berkata, “Akan membunuhku?” Sa'ad berkata, “Ya, benar!”
Umayah berkata, “Demi Allah!, Muhammad saw. tidak pernah
berdusta jika ia berbicara...” (al-Hadits)

 Hadits riwayat al-Bukhâri-Muslim dari Ibnu Abbas ra., ia


berkata; ketika berita diutusnya Nabi telah sampai kepada Abû
Dzar…, maka ia pergi mencari Nabi saw., hingga masuk menemui
Nabi saw. dan masuk bersama Nabi. Kemudian ia mendengar dari
perkataan Nabi saw. dan masuk Islam di tempat itu. Kemudian
Nabi saw. berkata kepadanya:

«‫ﻣﺮِﻱ‬ ‫ﻚ ﹶﺃ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻳ ﹾﺄِﺗ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧِﺒ‬ ‫ﻚ ﹶﻓﹶﺄ‬
 ‫ ِﻣ‬‫ﻊ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﻗﻮ‬ ‫ﺭ ِﺟ‬ ‫»ﺍ‬
Wahai Abû Dzar, kembalilah kepada kaummu, kabarkanlah kepada
mereka (tentangku) hingga datang perintahku kepadamu.

Abû Dzar berkata, “Demi Allah yang menggenggam jiwaku!,


aku akan meneriakan syahadatain di tengah-tengah mereka.” Maka
keluarlah Abû Dzar hingga datang ke Masjid dan berteriak dengan
194 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

suaranya yang paling keras, “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Kemudian
orang-orang berdiri dan memukulinya, hingga membuatnya
tergeletak. Datanglah Abbas dan membalikan tubuhnya. Ia berkata,
“Celakalah kalian! Apakah kalian tidak mengetahui bahwa ia
berasal dari Bani Ghifar? Dan jalan perdagangan kalian menuju
Syam (melewati Ghifar)?” Kemudian Abbas menyelamatkannya
dari mereka. Keesokan harinya Abû Dzar al-Ghifari mengulangi
perbuatannya, hingga mereka memukulinya dan menyerangnya
lagi, kemudian datang Abbas dan membalikan wajahnya kemudian
menyelamatkannya.

 Hadits riwayat Ahmad bin Hambal dalam Fadhail Sahabat dari


Urwah, ia berkata; Orang yang pertama kali membacakan al-Quran
di Makkah setelah Rasulullah saw. adalah Abdullah bin Mas’ud. Ia
berkata; Suatu hari sahabat Rasulullah saw. berkumpul, mereka
berkata, “Demi Allah!, orang Quraisy belum pernah mendengar
al-Quran yang dibacakan dengan suara keras di hadapan mereka,
maka siapa yang berani memperdengarkannya kepada mereka.”
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Aku.” Para sahabat berkata, “Kami
mengkhawatirkanmu. Yang kami maksud adalah seseorang yang
mempunyai kerabat yang akan melindunginya, dari kaum Quraisy
jika mereka hendak menyakitinya.” Abdullah bin Mas’ud berkata,
“Biarkanlah aku. Sesungguhnya Allah pasti akan melindungiku.”
Kemudian Ibnu Mas’ud berangkat pagi-pagi sekali hingga datang
ke Maqam Ibrahim di waktu Dhuha, sedangkan orang-orang
Quraisy berada di tempat pertemuan mereka. Kemudian Ibnu
Mas’ud berdiri di dekat Makam Ibrahim dan membacakan firman
Allah dengan suara yang keras:

∩⊄∪ tβ#uöà)ø9$# zΝ‾=tæ ∩⊇∪ ß≈oΗ÷q§9$# ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉΟó¡Î0


Konsisten Dalam Kebenaran 195

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al-Quran.
(TQS. ar-Rahmân [55]:1-2)

Kemudian ia berdiri di depan makam (Ibrahim) tersebut dan


kembali membacakan al-Quran. Urwah berkata; Mereka (kaum
Quraisy) merenung dan berkata, “Apa yang telah dibaca oleh Ibnu
Ummi Abd (Ibnu Mas’ud)?” Kemudian sebagian dari mereka
berkata, “Ia telah membaca sebagian perkara yang dibawa oleh
Muhammad.” Maka mereka berdiri memburu Ibnu Mas’ud dan
memukuli wajahnya.” Tapi Ibnu Mas’ud tetap membacakan al-
Quran hingga dia menyampaikan sebagian dari al-Quran yang
Allah kehendaki untuk disampaikan. Kemudian ia pulang menuju
para sahabat, dan kaum Quraisy telah meninggalkan bekas pukulan
di wajahnya. Para sahabat pun berkata, “Itulah yang aku
khawatirkan terhadapmu.” Ibnu Mas’ud berkata, “Demi Allah!,
tidak ada musuh Allah yang lebih ringan bagiku dari pada mereka
saat ini. Jika kalian menghendaki, besok aku akan berangkat lagi
pagi-pagi sekali menuju mereka. Aku akan melakukan seperti yang
telah kulakukan barusan.” Para sahabat berkata, “Cukup!, engkau
telah memperdengarkan kepada mereka sesuatu yang tidak mereka
sukai.”

 Hadits riwayat al-Bukhâri dari ‘Aisyah ra., ia berkata; Aku tidak


mengingat ibu bapaku kecuali keduanya telah memeluk agama
ini… Hal ini mengejutkan para pembesar Quraisy dari kalangan
kaum Musyrik. Kemudian mereka mengirim utusan kepada Ibnu
Daghinah, dan Ibnu Daghanah mendatangi mereka. Mereka
berkata, “Kami membiarkan Abû Bakar dalam perlindungan
Anda... tetapi, kami tidak setuju jika Abû Bakar beribadah secara
terang-terangan.” ‘Aisyah berkata; Maka Ibnu Daghinah datang
menemui Abû Bakar dan berkata, “Wahai Abû Bakar, engkau telah
196 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

mengetahui perkara yang menjadi kesepakatan perjanjianku


denganmu. Maka engkau harus memilih di antara dua perkara,
yaitu engkau harus membatasi dirimu dari beribadah secara terang-
terangan, atau mengembalikan jaminan keamanan —yang aku
berikan— kepadaku. Karena aku tidak suka bangsa Arab
mendengar bahwa aku membatalkan perjanjian (secara sepihak)
dengan laki-laki” Maka Abû Bakar berkata, “Aku akan
mengembalikan perlindunganmu, dan aku ridha dengan jaminan
Allah Azza wa Jalla...”

 Al-Hâkim telah meriwayatkan dalam kitab al-Mustadrak, ia


berkata; hadits ini shahih memenuhi syarat Muslim, disetujui oleh
adz-Dzahabi dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya dari
Abdullah bin Umar, semoga Allah meridhai keduanya, ia berkata;
Umar memerangi kaum Musyrik di masjid Makkah. Maka Umar
tidak henti-hentinya memerangi mereka sejak pagi hingga matahari
ada di atas kepalanya. Ia pun kelelahan dan duduk. Kemudian
ada seorang lelaki berwajah tampan yang menemuinya. Ia
memakai kain merah dan ghamis qumisi. Kemudian laki-laki itu
datang hingga bergabung dengan mereka dan berkata, “Apa yang
kalian inginkan dari laki-laki ini?” Mereka berkata, “Demi Allah,
tidak ada kecuali karena dia shaba’ (telah keluar dari agama nenek
moyang kita untuk mengikuti agama yang lain.” Laki-laki itu
berkata, “Sebaik-baik manusia adalah yang telah memilih agama
bagi dirinya, maka biarkanlah ia dan agama pilihannya. Apakah
kalian melihat Bani Adiy senang membunuh Umar? Tidak! Demi
Allah, Bani Adiy tidak akan senang.” Ibnu Umar berkata; Pada
saat itu Umar berkata, “Wahai musuh-musuh Allah!, demi Allah,
andai kata jumlah kami telah mencapai tiga ratus orang, pasti kami
akan mengusir kalian dari Makkah.” Aku (Ibnu Umar) berkata
kepada bapaku setelah kejadian itu, “Siapa laki-laki yang telah
mengusir mereka darimu pada saat itu?” Umar berkata, “Laki-laki
Konsisten Dalam Kebenaran 197

itu adalah Ash bin Wail, bapaknya Amr bin Ash.” Lafadz hadits ini
dituturkan oleh al-Hâkim. Hadits ini tidak bertentangan dengan
Hadits Abdullah bin Umar sebelumnya yang diriwayatkan oleh al-
Bukhâri. Dalam hadits itu disebutkan Umar ada di rumahnya karena
takut dibunuh. Karena kedua hadits itu mungkin merupakan dua
kejadian dengan waktu yang berbeda.

 Baihaqi telah meriwayatkan dalam kitab ad-Dalail, adz-Dzahabi


dalam kitab Tarikh dari Musa bin Uqbah; Utsman bin Mad’un dan
sahabat-sahabatnya adalah termasuk orang-orang yang kembali
ke Makkah (dari Habsyah). Mereka tidak bisa masuk Makkah
kecuali dengan perlindungan. Maka Walid bin al-Mughirah
memberikan perlindungan kepada Utsman bin Mad’un. Ia melihat
bencana yang menimpa sahabat-sahabatnya, dan sebagian dari
mereka ada yang disiksa dengan cambuk dan api, tapi ia selamat
tidak diganggu sedikit pun. Maka ia lebih suka mendapat bencana
(penindasan). Ia berkata kepada al-Walid, “Wahai pamanku!,
engkau telah melindungiku, tapi aku lebih suka jika engkau
melepaskan aku kepada keluargamu, sehingga engkau terbebas
dariku.” Walid berkata, “Wahai keponakanku!, bagaimana jika ada
seseorang yang menindas atau mencaci makimu?” Utsman berkata,
“Tidak, demi Allah!, tidak ada seorang pun yang akan
menggangguku dan menyakitiku.” Ketika Utsman tetap
menginginkan dibebaskan dari perlindungan Walid bin al-
Mughirah, maka ia pun mengembalikannya ke Masjid, sementara
orang Quraisy yang ada di sana seperti sedang merayakan sesuatu
yang ada pada mereka. Walid bin Rabiah, sang penyair,
memberikan semangat kepada mereka —dengan syair-syairnya—
kemudian Walid memegang tangan Utsman dan berkata, “Anak
ini telah mendorongku agar aku melepaskan perlindungannya. Aku
memberikan kesaksian kepada kalian bahwa aku sejak saat ini telah
bebas darinya; kecuali jika ia mau (minta dilindungi kembali).”
198 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Utsman berkata, “Ia telah berkata benar. Demi Allah!, aku telah
memaksanya untuk hal itu. Dia bebas dariku.” Kemudian Utsman
duduk bersama orang-orang, maka mereka pun menyiksanya.”
Sekalipun para shahabat ra. memiliki sikap konsisten,
namun mereka pernah mengadu kepada Rasulullah saw., dan
meminta agar Rasulullah saw. berdoa dan meminta pertolongan
kepada Allah untuk mereka. Maka, Rasulullah saw. menjawabnya
sebagaimana hadits yang telah diriwayatkan oleh al-Bukhâri dari
Khubab bin al-Arats, ia berkata:

،‫ﺒ ِﺔ‬‫ﻌ‬ ‫ﻪ ﻓِﻲ ِﻇ ﱢﻞ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ‬ ‫ﺩ ٍﺓ ﹶﻟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ ِﺇﻟﹶﻰ‬‫ﻮﻧ‬ ‫ﺷ ﹶﻜ‬ »
‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ ﹸﻞ ﻓِﻴ‬ ‫ﺮ‬ ‫ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍﻟ‬:‫ﺎ؟ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﷲ ﹶﻟﻨ‬
َ ‫ﻮ ﺍ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ ﹶﻻ‬‫ﺮ ﹶﻟﻨ‬ ‫ﺼ‬
ِ ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ ﺃﹶ ﹶﻻ‬:‫ﻪ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﹸﻗ ﹾﻠﻨ‬
‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﻮ‬‫ﺎ ِﺭ ﹶﻓﻴ‬‫ﻨﺸ‬‫ﺎ ُﺀ ﺑِﺎﹾﻟ ِﻤ‬‫ﻴﺠ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﻌ ﹸﻞ ﻓِﻴ ِﻪ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺽ ﹶﻓ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﻪ ﻓِﻲ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﺮ ﹶﻟ‬ ‫ﺤ ﹶﻔ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺒﹶﻠﻜﹸ‬‫ﹶﻗ‬
‫ﻁ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻣﺸ‬ ‫ﻂ ِﺑﹶﺄ‬
‫ﺸﹸ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﻦ ﺩِﻳِﻨ ِﻪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻩ ﹶﺫِﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻴ ِﻦ‬ ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻖ ﺑِﺎﺛﹾ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺭﹾﺃ ِﺳ ِﻪ ﹶﻓ‬
‫ﻚ‬
 ‫ﻩ ﹶﺫﻟِــ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﺐ‬
ٍ ‫ﺼ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻋ ﹾﻈ ٍﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻦ‬ ‫ ِﻣ‬،‫ﺤ ِﻤ ِﻪ‬
 ‫ﻭ ﹶﻥ ﹶﻟ‬‫ﺎ ﺩ‬‫ﺤﺪِﻳ ِﺪ ﻣ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬
‫ﺎ َﺀ ِﺇﻟﹶﻰ‬‫ﻨﻌ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻦ‬ ‫ﺐ ِﻣ‬
 ‫ﺍ ِﻛ‬‫ﲑ ﺍﻟﺮ‬ ‫ﺴ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ، ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴِﺘ‬‫ﷲ ﹶﻟ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﻦ ﺩِﻳِﻨ ِﻪ‬ ‫ﻋ‬
‫ﻢ‬ ‫ ﹸﻜ‬‫ﻟﹶﻜِ ﻨ‬‫ ﻭ‬، ‫ﻨﻤِــ ِﻪ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﻏ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﷲ ﹶﺃ ِﻭ ﺍﻟ ﱢﺬ ﹾﺋ‬
َ ‫ﻑ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻳﺨ‬ ‫ﺕ ﹶﻻ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺣ‬
«‫ﺠِﻠﹸﻮ ﹶﻥ‬‫ﻌ‬‫ ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﺗ‬
Kami mengadu kepada Rasulullah saw. ketika beliau sedang
merebahkan badan dengan berbantal bajunya di bawah atap
Ka’bah. Kami berkata kepadanya, “Kenapa engkau tidak meminta
pertolongan kepada Allah untuk kami. Memohonlah kepada Allah
untuk kami?” Rasulullah saw bersabda, “Dahulu ada lelaki sebelum
kalian yang dikubur hidup-hidup, dan digergaji dari kepalanya
hingga membelah badannya menjadi dua. Tapi hal itu tidak
Konsisten Dalam Kebenaran 199

menghalanginya dari agama Allah. Ada juga yang tulang dan urat
di bawah dagingnya disisir dengan sisir besi, tapi hal itu tidak
menghalanginya dari agama Allah. Demi Allah!, urusan (agama)
ini akan sempurna hingga penunggang kuda dari Shan’a sampai
Hadra Maut tidak merasa takut kecuali kepada Allah, atau Srigala
yang akan memangsa kambing. Tetapi kalian tergesa-gesa.”

***
200

~12~
LEMAH LEMBUT
TERHADAP KAUM MUKMIN DAN
KERAS TERHADAP KAUM KAFIR

Lemah lembut terhadap kaum Mukmin dan keras terhadap


kaum Kafir hukumnya wajib. Dalilnya adalah firman Allah :

5Θöθs)Î/ ª!$# ’ÎAù'tƒ t∃öθ|¡sù ϵÏΖƒÏŠ tã öΝä3ΨÏΒ £‰s?ötƒ tΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ

’Îû šχρ߉Îγ≈pgä† t͍Ï≈s3ø9$# ’n?tã >﨓Ïãr& tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# ’n?tã A'©!ÏŒr& ÿ…çµtΡθ™6Ïtä†uρ öΝåκ™:Ït†
ä

ª!$#uρ 4 â!$t±o„ tΒ ÏµŠÏ?÷σム«!$# ã≅ôÒsù y7Ï9≡sŒ 4 5ΟÍ←Iω sπtΒöθs9 tβθèù$sƒs† Ÿωuρ «!$# È≅‹Î6™
y

 ∩∈⊆∪ íΟŠÎ=tæ ììÅ™≡uρ


Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-
Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di
jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
Lemah Lembut Terhadap Kaum Mukmin... 201

dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha


Mengetahui. (TQS. al-Mâidah [5]: 54)

Kata “dzillah” pada ayat ini memiliki arti belas kasih, sayang, dan
lemah lembut, bukan bermakna kehinaan atau menghinakan diri.
“al-’Izzah” artinya keras, bengis, permusuhan, dan kemenangan.
Suka di katakan “’Izzuhu” maknanya sama dengan “ghalabahu”
artinya mengalahkannya. al-Ardh al-‘Izaz maknanya sama dengan
artinya tanah yang keras. Firman Allah:

 ( öΝæηuΖ÷t/ â!$uΗxqâ‘ Í‘$¤ä3ø9$# ’n?tã â!#£‰Ï©r& ÿ…çµyètΒ tÏ%©!$#uρ 4 «!$# ãΑθß™§‘ Ó‰£ϑpt’Χ
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka,… (TQS. al-Fath [48]: 29)

Dalam ayat ini Allah juga memerintahkan Rasulullah saw.


bersikap rendah hati kepada kaum Mukmin. Dalam ayat lain Allah
berfirman:

 tÏΖÏΒ÷σßϑù=Ï9 y7yn$uΖy_ ôÙÏ÷z$#uρ


Dan berendah hati-lah kamu terhadap orang-orang yang beriman.
(TQS. al-Hijr [15]: 88)

Juga Allah berfirman :

 ∩⊄⊇∈∪ šÏΖÏΒ÷σßϑø9$# zÏΒ y7yèt7¨?$# ÇyϑÏ9 y7yn$uΖy_ ôÙÏ÷z$#uρ


Dan rendahkanlah hati-mu terhadap orang-orang yang meng-
ikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (TQS. asy-Syuara [26]:
215)
202 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Maksud kedua ayat ini adalah lemah lembutlah pada


mereka dan kasihilah mereka. Allah melarang Rasulullah saw. untuk
bersikap keras.

ôÏΒ (#θ‘ÒxΡ]ω É=ù=s)ø9$# xá‹Î=xî $ˆàsù |MΨä. öθs9uρ ( öΝßγs9 |MΖÏ9 «!$# zÏiΒ 7πyϑômu‘ $yϑÎ6sù

ö≅©.uθtGsù |MøΒz•tã #sŒÎ*sù ( Í÷ö∆F{$# ’Îû öΝèδö‘Íρ$x©uρ öΝçλm; öÏøótGó™$#uρ öΝåκ÷]tã ß#ôã$$sù ( y7Ï9öθm
y

 ∩⊇∈∪ t,Î#Ïj.uθtGßϑø9$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) 4 «!$# ’n?tã


Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (TQS. Ali ‘Imrân
[3]: 159)

Ketika Allah memerintahkan Rasulullah saw. agar menyayangi dan


lemah lembut kepada orang-orang beriman dan melarang bersikap
keras kepada mereka, saat itu Allah pun memerintahkan beliau
agar bersikap keras kepada kaum Kafir.

( ÞΟ¨Ψyγy_ öΝßγ1uρù'tΒuρ 4 öΝÍκöŽn=tã õáè=øñ$#uρ tÉ)Ï≈oΨßϑø9$#uρ u‘$¤à6ø9$# ωÎγ≈y_ ÷É<¨Ζ9$# $pκš‰r'‾≈tƒ

 ∩∠⊂∪ 玍ÅÁyϑø9$# }§ø♥Î/uρ


Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat
mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang
seburuk-buruknya. (TQS. at-Taubah [9]: 73)
Lemah Lembut Terhadap Kaum Mukmin... 203

Seruan kepada Rasulullah saw. merupakan seruan kepada umatnya


selama tidak ada dalil yang mengkhususkannya. Dengan demikian,
setiap mukmin juga wajib menyayangi, mengasihi, lemah lembut,
dan rendah hati kepada orang-oarng beriman. Setiap mukmin juga
wajib bersikap keras, kasar, memusuhi, dan mengalahkan kaum
Kafir. Allah berfirman:

(#ρ߉Éfu‹ø9uρ Í‘$¤à6ø9$# š∅ÏiΒ Νä3tΡθè=tƒ šÏ%©!$# (#θè=ÏG≈s% (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ

 ∩⊇⊄⊂∪ šÉ)−Gßϑø9$# yìtΒ ©!$# ¨βr& (#þθßϑn=÷æ$#uρ 4 Zπsàù=Ïñ öΝä3ŠÏù


Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang
di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan
daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-
orang yang bertakwa. (TQS. at-Taubah [9]: 123)

Dalam as-Sunah terdapat nash yang membenarkan


kewajiban tersebut. Dalam hadits dari Nu’man bin Basyir Rasulullah
bersabda:

‫ ِﺇﺫﹶﺍ‬، ‫ﺴـ ِﺪ‬‫ﺠ‬


 ‫ﻣﹶﺜ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹸﻃ ِﻔ ِﻬ‬‫ﺗﻌ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺣ ِﻤ ِﻬ‬ ‫ﺍ‬‫ﺗﺮ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺩ ِﻫ‬ ‫ﺍ‬‫ﺗﻮ‬ ‫ﲔ ﻓِﻲ‬ ‫ﺆ ِﻣِﻨ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻣﹶﺜ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ »
« ‫ـﻰ‬
‫ﻤـ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻬ ِﺮ ﻭ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﺴ ِﺪ ﺑِﺎﻟ‬ ‫ﺠ‬  ‫ﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺎِﺋ‬‫ﻪ ﺳ‬ ‫ﻰ ﹶﻟ‬‫ﺍﻋ‬‫ﺗﺪ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻀ‬  ‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﺘﻜﹶﻰ ِﻣ‬‫ﺷ‬ ‫ﺍ‬
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal berkasih sayang
dan saling cinta-mencintai dan mengasihi di antara mereka adalah
seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh merasa sakit,
maka seluruh anggota tubuh yang lain turut merasa sakit dengan
tidak bisa tidur dan demam. (Mutafaq ‘alaih).

Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Iyadh bin Himar, ia berkata, aku


mendengar Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻢ‬ ‫ﺭﺣِﻴ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻖ‬ ‫ﻮﱢﻓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻕ‬


 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ﻂ‬
‫ﺴﹲ‬
ِ ‫ﻣ ﹾﻘ‬ ‫ﺳ ﹾﻠﻄﹶﺎ ٍﻥ‬ ‫ﻭ‬ ‫ ﹸﺫ‬:‫ﻼﹶﺛ ﹲﺔ‬
‫ﻨ ِﺔ ﹶﺛ ﹶ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻫ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫»ﹶﺃ‬
‫ﻢ‬ ‫ﺭﺣِﻴ‬ Pilar-pilar
204 ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻖ‬ ‫ﱢﻓ‬Pengokoh
‫ﻮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 Nafsiyah
‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ﻂ‬‫ﺴﹲ‬
ِ ‫ﻣ ﹾﻘ‬ Islamiyah
‫ﺳ ﹾﻠﻄﹶﺎ ٍﻥ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻼﹶﺛ ﹲﺔ ﹸﺫ‬
‫ﻨ ِﺔ ﹶﺛ ﹶ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻫ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﹶﺃ‬
«‫ﺎ ٍﻝ‬‫ﻭ ِﻋﻴ‬ ‫ﻒ ﹸﺫ‬
 ‫ﻌ ﱢﻔ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ﻒ‬  ‫ﻋﻔِﻴ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺴِﻠ ٍﻢ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻰ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﺐ ِﻟ ﹸﻜ ﱢﻞ ﺫِﻱ ﹸﻗ‬ ِ ‫ﻖ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﹾﻠ‬ ‫ﻗِﻴ‬‫ﺭ‬
Penghuni surga ada tiga golongan. Pertama, penguasa yang adil,
suka bersedekah, dan sesuai (dengan syariat). Kedua, orang yang
penyayang, halus perasaannya bagi setiap yang memiliki keluarga
dan terhadap seorang muslim. Ketiga, orang yang menjaga
kesucian, menahan diri terhadap hal-hal yang haram, dan meminta-
minta.

Dalam hadits Jarir bin Abdullah Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻢ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ ﹶﻻ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﹶﻻ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa tidak menyayangi (orang beriman,) maka dia tidak
akan diberi rahmat (Mutafaq ‘alaih).

Ungkapan dihalanginya dari rahmat, yakni rahmat Allah, adalah


indikasi atas wajibnya menyayangi kaum Mukmin. Di antara
indikasi lain atas kewajiban ini adalah hadits yang diriwayatkan
oleh Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya dari Abû Hurairah, ia
berkata; Aku mendengar Abû Qasim saw. yang benar dan
dibenarkan bersabda:

«‫ﻲ‬ ‫ﺷ ِﻘ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻉ ﺇ ﱠﻻ ِﻣ‬


 ‫ﺰ‬ ‫ﻨ‬‫ﺗ‬ ‫ﻤ ﹶﺔ ﹶﻻ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟ‬
Sesungguhnya rasa kasih sayang tidak akan dicabut kecuali dari
orang yang celaka.

Juga hadits riwayat Muslim dari ‘Aisyah ra., ia berkata; aku


mendengar Rasulullah saw. bersabda di rumahku ini:

‫ﻦ‬ ‫ــ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺷ ﹸﻘ‬ ‫ﻢ ﻓﹶﺎ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ﺌﹰﺎ ﹶﻓ‬‫ﺷﻴ‬ ‫ﻣﺘِﻲ‬ ‫ﻣ ِﺮ ﹸﺃ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻲ ِﻣ‬ ‫ﻭِﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫»ﺍﻟﱠﻠ‬
«‫ﻖ ِﺑ ـ ِﻪ‬ ‫ﺭﹸﻓ‬ ‫ﻢ ﻓﹶﺎ‬ ‫ﻖ ِﺑ ِﻬ‬ ‫ﺮﹶﻓ‬ ‫ﻴﺌﹰﺎ ﹶﻓ‬‫ﺷ‬ ‫ﻣﺘِﻲ‬ ‫ﻣ ِﺮ ﹸﺃ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻲ ِﻣ‬ ‫ﻭِﻟ‬
Lemah Lembut Terhadap Kaum Mukmin... 205

Ya Allah, siapa saja yang menjadi pengatur urusan umatku,


kemudian ia memberatkan mereka, maka beratkanlah ia. Siapa
saja yang menjadi pengatur urusan umatku, kemudian ia bersikap
lemah lembut kepada mereka, maka lemah lembutlah Engkau
kepadanya.

Mungkin ada yang mengatakan bahwa perintah untuk


menyayangi bersifat umum mencakup seluruh manusia, baik
muslim, kafir, munafik; yang taat, dan yang maksiat. Hal ini
didasarkan pada hadits dari Jarir bin Abdullah yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim. Jarir bin Abdullah berkata, Rasulullah saw.
bersabda:

«‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻢ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﹶﻻ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Allah tidak akan memberikan rahmat kepada orang yang tidak
menyayangi manusia.”

Maka kami katakan, memang benar bahwa kata “an-Nâs”


(manusia) adalah kata yang bersifat umum, tetapi termasuk kata
umum yang memiliki arti khusus. Seperti kata “an-Nâs” dalam
firman Allah:

 öΝä3s9 (#θãèuΚy_ ô‰s% }¨$¨Ζ9$# ¨βÎ) â¨$¨Ζ9$# ãΝßγs9 tΑ$s% tÏ%©!$#


(Yaitu) orang-orang (yang menta’ati Allah dan Rasul) yang kepada
mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya
manusia9 telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu,
….”

9. Kata “an-Nâs” yang pertama dalah kata umum tapi artinya khusus karena
yang dimaksud oleh kata ini adalah orang-orang munafik. Begitu juga kata
“an-Nâs” yang kedua, adalah kata umum yang artinya khusus. Arti dari
kata ini adalah kaum kafir Quraisy (penj.)
206 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Di antara hadits yang membuktikan kasih-sayangnya


Rasulullah saw. kepada kaum Mukmin adalah hadits yang
diriwayatkan al-Bukhâri Muslim dari Abdullah bin Umar, ia berkata;
Sa’ad bin Ubadah pernah mengadukan penyakitnya. Kemudian
Rasulullah saw. datang untuk menengoknya bersama Abdurrahman
bin Auf, Sa’ad bin abi Waqas, dan Abdullah bin Mas’ud. Ketika
Rasulullah saw. masuk menemuinya, beliau mendapatkannya
sedang pingsan. Kemudian beliau berkata, “Apakah ia telah
wafat?”. Para sahabat menjawab, “Belum wahai Rasulullah!.”
Kemudian Rasulullah saw. menangis. Ketika para sahabat melihat
beliau menangis, maka mereka pun menangis. Kemudian
Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﺐ‬
ِ ‫ﺰ ِﻥ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﹾﻠ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻭ ﹶﻻ ِﺑ‬ ،‫ﻴ ِﻦ‬‫ﻌ‬ ‫ﻣ ِﻊ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ ِﺑ‬‫ﺬﱢﺏ‬‫ﻌ‬‫ﷲ ﹶﻻ ﻳ‬ َ ‫ﻮ ﹶﻥ؟ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬‫ﻤﻌ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺗ‬ ‫»ﹶﺃ ﹶﻻ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ ﹶﺃ‬-‫ﺎِﻧ ِﻪ‬‫ﺭ ِﺇﻟﹶﻰ ِﻟﺴ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﹶﺃﺷ‬ - ‫ﻬﺬﹶﺍ‬ ‫ﺏ ِﺑ‬  ‫ﻌ ﱢﺬ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻭﹶﻟ ِﻜ‬
Apakah kalian tidak mendengar? Sesungguhnya Allah tidak akan
memberikan siksaan karena air mata, atau karena kesedihan hati,
tapi dengan ini —sambil menunjuk lisan beliau—, atau Allah akan
memberikan Rahmat-Nya”.

Hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, ia mengatakan hadits


ini hasan shahih, dari ‘Aisyah ra:

‫ﻭ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﺒ ِﻜﻲ‬‫ﻳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻴﺖ‬‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ،ٍ‫ﻥ‬‫ﻌﻮ‬ ‫ﻣ ﹾﻈ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﻋﹾﺜﻤ‬ ‫ﺒ ﹶﻞ‬‫ ﹶﻗ‬،  ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫»ﹶﺃ ﱠﻥ ﺍﻟ‬
« ‫ﺭﻓﹶﺎ ِﻥ‬ ‫ﺗ ﹾﺬ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
Nabi saw. telah mencium Utsman bin Madz’un dalam keadaan
sudah wafat. Beliau menangis atau berlinang air matanya.
Lemah Lembut Terhadap Kaum Mukmin... 207

Hadits Riwayat Muslim dari Anas bin Malik:

‫ﺍ ِﺟ ِﻪ‬‫ﺯﻭ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ‬ ‫ﺎ ِﺀ ِﺇ ﱠﻻ‬‫ﻨﺴ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺣ ٍﺪ ِﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ‬ ‫ﺧ ﹸﻞ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻲ  ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻻ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫»ﹶﺃ ﹶﻥ ﺍﻟ‬
‫ﻲ‬‫ ِﺇﻧ‬: ‫ﻚ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬
 ‫ﻪ ﻓِﻲ ﹶﺫِﻟ‬ ‫ﺎ ﹶﻓﻘِﻴ ﹶﻞ ﹶﻟ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺧﻞﹸ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻧ‬‫ ﹶﻓِﺈ‬، ‫ﻴ ٍﻢ‬‫ﺳﹶﻠ‬ ‫ﻡ‬ ‫ِﺇ ﱠﻻ ﹸﺃ‬
«‫ﻲ‬ ‫ﻣ ِﻌ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﻫ‬‫ ﹸﻗِﺘ ﹶﻞ ﹶﺃﺧ‬،‫ﺎ‬‫ﻤﻬ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺃﹶ‬
Sesungguhnya Nabi saw. tidak pernah menemui wanita selain istri-
istrinya kecuali kepada Ummu Sulaim. Nabi saw. suka
menemuinya. Kemudian ada yang berkomentar tentang hal itu.
Maka nabi saw. bersabda, “Aku menyayanginya karena saudaranya
telah terbunuh pada suatu peperangan bersamaku.”

Hadits yang diriwayatkan al-Bukhâri dari Abdullah bin Umar, ia


berkata:

‫ﺍ ِﺇ ﹾﻥ‬‫ﺎ ﻗﹶﺎِﻓﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﹶﻏﺪ‬‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ِﺇﻧ‬،‫ﺎ‬‫ﺤﻬ‬


 ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻔ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻒ ﹶﻓﹶﻠ‬
ِ ‫ﻫ ﹶﻞ ﺍﻟﻄﱠﺎِﺋ‬ ‫ﻲ  ﹶﺃ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺮ ﺍﻟ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﺎ‬‫»ﺣ‬
‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ ﻓﹶﺎ ﹾﻏﺪ‬:‫ﺢ؟ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬ ‫ﺘ‬‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻧ ﹾﻘ ﹸﻔ ﹸﻞ‬ :‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺴِﻠﻤ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﹾﻟ‬،‫ﷲ‬
ُ ‫ﺎ َﺀ ﺍ‬‫ﺷ‬
‫ﺍ ِﺇ ﹾﻥ‬‫ﺎ ﻗﹶﺎِﻓﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﹶﻏﺪ‬‫ﻲ  ِﺇﻧ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺕ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺍﺣ‬‫ﻢ ِﺟﺮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺘ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺍ ﹶﻓﹶﺄﺻ‬‫ﺪﻭ‬ ‫ﻐ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺎ ِﻝ‬‫ﺍﻟﹾﻘِﺘ‬
« ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﺒ‬‫ﺘ‬‫ﻢ ﹶﻓ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺒ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﻚ ﹶﺃ‬
 ‫ ﹶﻓ ﹶﻜﹶﺄﻥﱠ ﹶﺫِﻟ‬،‫ﷲ‬
ُ ‫ﺎ َﺀ ﺍ‬‫ﺷ‬
Nabi saw. telah mengepung penduduk Thaif tetapi belum bisa
menakhlukkannya. Kemudian beliau bersabda, “Insya Allah kita
akan kembali (ke Madinah) besok.” Kaum Muslim berkata,
“Mengapa kita harus kembali, padahal kita belum dapat
menakhlukkannya.” Rasulullah saw. bersabda, “Pergilah
berperang!” Maka para sahabat pun pergi berperang sehingga
mereka terluka. Lalu Rasulullah saw. bersabda lagi, “Besok kita
akan kembali, insya Allah.” Para sahabat terheran-heran dengan
sabda Nabi saw. itu, sementara itu Rasulullah saw. hanya tersenyum.
208 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Hadits riwayat Muslim dari Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami, ia


berkata:

‫ﺖ‬  ‫ﻋ ﹶﻄ‬ ‫ ِﺇ ﹾﺫ‬، ‫ﷲ‬


 ‫ ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ‬،‫ﻮ ِﻡ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ ِﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺲ‬ ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺻﻠﱢﻲ‬
 ‫ﺎ ﹸﺃ‬‫ﺎ ﹶﺃﻧ‬‫ﻴﻨ‬‫ﺑ‬»
‫ﺎ‬‫ﻩ ! ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﻴ‬ ‫ﺍ ﹸﺛ ﹾﻜ ﹶﻞ ﹸﺃ‬‫ ﻭ‬:‫ﺖ‬
 ‫ ﻓﹶ ﻘﹸﻠﹾ‬،‫ﻢ‬ ‫ﺎ ِﺭ ِﻫ‬‫ﺑﺼ‬‫ﻡ ِﺑﹶﺄ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻲ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﺎِﻧ‬‫ﺮﻣ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﷲ‬
ُ‫ﻚ ﺍ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬
‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﹶﻠﻤ‬،‫ﻢ‬ ‫ﺎ ِﺫ ِﻫ‬‫ﻠﹶﻰ ﺃﹶﻓﹾﺨ‬‫ﻢ ﻋ‬ ‫ﻳﺪِﻳ ِﻬ‬‫ﻮ ﹶﻥ ِﺑﹶﺄ‬‫ﻀ ِﺮﺑ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻌﻠﹸﻮﺍ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻲ؟ ﻓﹶ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ ِﺇﹶﻟ‬‫ﻨ ﹸﻈﺮ‬‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻧ ﹸﻜ‬‫ﺷ ﹾﺄ‬
‫ ﹶﻓِﺒﹶﺄﺑِﻲ‬، ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ‬
 ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﹶﻠﻤ‬،‫ﺖ‬
 ‫ﺳ ﹶﻜ‬ ‫ﻲ‬‫ﻧﻨِﻲ ﹶﻟ ِﻜﻨ‬‫ﻮ‬‫ﻤﺘ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺭﹶﺃ‬
‫ﺎ‬‫ﷲ ﻣ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﻪ ﹶﻓﻮ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﻣ‬‫ﻌﻠِﻴﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻩ ﹶﺃ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺒﹶﻠ‬‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﻌﱢﻠﻤ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺭﹶﺃﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻣ‬،‫ﻲ‬‫ﻭﹸﺃﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬
‫ﺎ‬‫ﺢ ﻓِﻴﻬ‬ ‫ﺼﹸﻠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻼ ﹶﺓ ﹶﻻ‬
‫ﺼﹶ‬ ‫ﻫ ِﺬ ِﻩ ﺍﻟ‬ ‫ ِﺇ ﱠﻥ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻤﻨِﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﺷ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺑﻨِﻲ‬‫ﺮ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺮﻧِﻲ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﹶﻛ‬
«‫ﺁ ِﻥ‬‫ﺍ َﺀ ﹸﺓ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬‫ﻭِﻗﺮ‬ ‫ﲑ‬ ‫ﺘ ﹾﻜِﺒ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺢ ﻭ‬ ‫ﺒِﻴ‬‫ﺘﺴ‬‫ﻮ ﺍﻟ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻤ‬‫ﺱ ِﺇ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻼ ِﻡ ﺍﻟﻨ‬
‫ﻦ ﹶﻛ ﹶ‬ ‫ﻲ ٌﺀ ِﻣ‬ ‫ﺷ‬
Ketika aku sedang shalat bersama Rasulullah saw. tiba-tiba ada
seorang yang bersin, maka aku berkata, “Semoga Allah
merahmatimu.” Kemudian orang-orang memandangku. Aku
Berkata, “Celakalah Ibumu, kenapa kalian memandangiku?”
Mereka kemudian memukul-mukul paha mereka. Ketika aku
melihat mereka, ternyata mereka sedang menyuruhku untuk diam,
dan aku sudah diam. Ketika Rasulullah saw. selesai shalat; demi
Bapak dan Ibuku, sungguh aku belum pernah melihat —sebelum
dan sesudah kejadiaan itu-– seorang pengajar yang lebih baik
pengajarannya dari pada beliau. Demi Allah, beliau tidak
membenciku, tidak memukulku, dan tidak memarahiku. Beliau
bersabda, “Sesungguhnya dalam shalat ini tidak layak ada sedikit
pun perkataan manusia. Shalat ini hanyalah untuk bertasbih,
bertakbir, dan membaca al-Quran.”
Lemah Lembut Terhadap Kaum Mukmin... 209

Hadits riwayat al-Bukhâri dari Anas bin Malik, ia berkata:

،‫ﻴ ِﺔ‬‫ﺎﺷِــ‬‫ﻆ ﺍﹾﻟﺤ‬


‫ ﹶﻏﻠِﻴ ﹸ‬‫ﺍِﻧﻲ‬‫ﺠﺮ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻲ  ﻭ‬ ‫ﻨِﺒ ـ‬‫ﻊ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻣﺸِﻲ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬
 ‫ﻨ‬‫» ﹸﻛ‬
‫ﻨ ِﻖ‬‫ﻋ‬ ‫ﺤ ﹰﺔ‬
 ‫ﺻ ﹾﻔ‬
 ‫ﺎ ﺃﻭ‬‫ﺻ ﹸﻔﺤ‬
 ‫ﺖ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺭﹶﺃ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺑ ﹰﺔ‬‫ﺟ ﹾﺬ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺑ‬‫ﺠ ﹶﺬ‬
 ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺍِﺑﻲ‬‫ﻋﺮ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﺭ ﹶﻛ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﹶﻓﹶﺄ‬
‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﻳ‬،‫ﺟ ﹾﺬِﺑ ِﻪ‬ ‫ﺪ ِﺓ‬ ‫ﻦ ِﺷ‬ ‫ﺮ ِﺩ ِﻣ‬ ‫ﺒ‬‫ﻴ ﹸﺔ ﺍ ﹾﻟ‬‫ﺎ ِﺷ‬‫ﺕ ﺑِﻪ ﺍ ﺣ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺪ ﹶﺃﱠﺛ‬ ‫ﷲ  ﹶﻗ‬
ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬‫ﺍﻟﺮ‬
‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻚ ﹸﺛ‬
 ‫ﺤ‬
ِ‫ﻀ‬
 ‫ﻴ ِﻪ ﹶﻓ‬‫ﺖ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺘ ﹶﻔ‬‫ ﻓﹶﺎﹾﻟ‬، ‫ﻙ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬‫ﷲ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ِﻋ‬
ِ ‫ﺎ ِﻝ ﺍ‬‫ﻦ ﻣ‬ ‫ﻋ ِﻄﻨِﻲ ِﻣ‬ ‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻣ‬
«‫ﻌﻄﹶﺎ ٍﺀ‬ ‫ﻪ ِﺑ‬ ‫ﹶﻟ‬
Suatu ketika aku pernah berjalan bersama Rasulullah saw. Beliau
saat itu memakai selendang Najran yang kasar tepinya. Tiba-tiba
ada seorang Arab desa bertemu dengan beliau, lalu menarik
selendang beliau dengan kuat, hingga aku melihat di bagian leher
beliau ada bekas ujung selendang itu akibat kuatnya tarikan
tersebut. Orang itu kemudian berkata, “Wahai Muhammad!
Berikanlah kepadaku sebagian dari harta Allah yang ada padamu.”
Rasulullah saw. meliriknya, lalu tersenyum dan memerintahkanku
untuk memberikan sesuatu kepadanya.

Di antara gambaran saling kasih-mengasihi para sahabat


satu dengan yang lainnya adalah hadits riwayat Muslim dari Ibnu
Abbas, ia berkarta:

‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍ ﹶﺃﺧ‬‫ ﻭ‬:‫ﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬‫ ﻳ‬،‫ﺒﻜِﻲ‬‫ﻳ‬ ‫ﺐ‬


 ‫ﻴ‬‫ﻬ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﺧ ﹶﻞ‬ ‫ﺩ‬ ، ‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺎ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹸﺃﺻِﻴ‬‫ ﹶﻓﹶﻠﻤ‬... »
«‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎﺣِﺒ‬‫ﺍ ﺻ‬‫ﻭ‬
Ketika Umar bin al-Khathab ditimpa suatu musibah, Suhaib ar-
Rumi menjenguknya sambil menangis, ia berkata, “Duhai sudaraku,
duhai sahabatku!”
210 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Hadits riwayat at-Tirmidzi, ia berkata, “Hadist ini hasan shahih.”,


dari Waqid bin Amr bin Sa’ad bin Muadz, ia berkata; Suatu hari
Anas bin Malik datang dan aku menemuinya. Ia berkata, “Siapa
engkau?” Aku menjawab, “Aku adalah Waqid bin Sa’ad bin
Muadz.” Kemudian ia menangis dan berkata, “Sungguh engkau
sangat mirip dengan Sa’ad.”

Hadits riwayat Muslim dari Anas bin Malik, ia berkata; Abû Bakar
pernah berkata kepada Umar, setelah wafatnya Rasulullah saw.,
“Wahai Umar!, marilah kita pergi menemui Ummu Aiman. Kita
berziarah kepadanya, sebagaimana Rasulullah saw. senantiasa
berziarah kepadanya.” Ketika kami telah sampai di kediaman
Ummu Aiman, mendadak ia menangis. Abû bakar dan Umar
berkata, “Kenapa engkau menangis? Sesungguhnya apa yang ada
si sisi Allah adalah lebih baik bagi Rasulullah saw.” Ia berkata,
“Aku menangis bukan karena aku tidak mengetahui bahwa yang
ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah saw., tapi aku menangis
hanya karena al-wahyu telah terputus dari langit.” Perkataannnya
itu membuat Abû Bakar dan Umar tersentuh, kemudian kedua
sahabat itu pun menangis bersamanya.

Hadits riwayat Muslim dari hadits yang cukup panjang dari Umar
bin al-Khathab tentang tebusan tawanan perang Badar. Dalam
hadits itu dikatakan:

‫ﻳ ِﻦ‬‫ﺪ‬ ‫ﻜﹾﺮٍ ﻗﹶﺎ ِﻋ‬‫ﻮﺑ‬‫ﺃﹶﺑ‬‫ﷲ  ﻭ‬


ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ‬،‫ﺖ‬
 ‫ﻐ ِﺪ ِﺟﹾﺌ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﻣ‬‫» ﹶﻓﹶﻠﻤ‬
‫ﺖ‬
 ‫ــ‬‫ﺒﻜِــﻲ ﹶﺃﻧ‬‫ﺗ‬ ‫ﻲ ٍﺀ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﺮﻧِﻲ ِﻣ‬ ‫ﺧِﺒ‬ ‫ﷲ ﹶﺃ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ ﻗﹸﻠﹾﺖ‬،ِ‫ﺎﻥ‬‫ﻜِﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻳ‬
‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺎ ﹶﻛ‬‫ﺗﺒ‬ ‫ﺑﻜﹶﺎ ًﺀ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ ِﺟ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﹶﻟ‬ ،‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺑ ﹶﻜ‬ ‫ﺑﻜﹶﺎ ًﺀ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ‬،‫ﻚ‬‫ﺎﺣِﺒ‬‫ﺻ‬‫ﻭ‬
«...‫ﺎ‬‫ﺒﻜﹶﺎِﺋ ﹸﻜﻤ‬ِ‫ﻟ‬
Lemah Lembut Terhadap Kaum Mukmin... 211

Ketika esok harinya telah tiba, maka aku (Umar) datang. Tiba-tiba
aku mendapati Rasulullah saw. dan Abû Bakar sedang menangis.
Kemudian aku berkata, “Wahai Rasulullah saw!, apa gerangan yang
membuat engkau menangis dan sahabatmu ini? Jika aku mendapati
sesuatu yang bisa menyebabkanku menangis, maka aku akan
menangis dan jika tidak pun aku akan memaksakan menangis
bersama engkau berdua.”

Ibnu Abdil Bar meriwayatkan dalam al-Isti’ab dari Junadah bin


Abi Ummayah, bahwa Ubadah bin Shamit pada perang
Iskandariyah melarang kaum Muslim untuk berperang, tapi mereka
akhirnya maju ke medan perang. Kemudian ia berkata, “Wahai
Junadah, coba susul mereka.” Kemudian aku pergi dan kembali
kepadanya. Ia bertanya, “Apakah ada orang yang terbunuh dari
mereka?” Aku Berkata, “Tidak ada.” Ia berkata, “Segala puji bagi
Allah, tidak ada salah seorang pun dari mereka yang terbunuh,
karena menolak perintah (panglima perang).”

Dalam pembahasan ini perlu ada batasan yang bisa


memilah-milah antara sikap saling menyayangi, lemah lembut, dan
mengasihi di antara kaum Muslim dengan sikap keras dan tegas
kepada mereka. Sesungguhnya, kasih sayang dan lemah lembut
tidak boleh ada dalam hal penerapan hukum syara’ dan dalam
perkara yang akan membahayakan kaum Muslim. Karenanya, kita
harus bersikap keras dan tegas pada saat menerapkan hukum Islam
dan ketika ingin mencegah perkara yang akan membahayakan
kaum Muslim. Berikut ini sebagian dalil atas hal tersebut:
212 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Perkara yang berkaitan dengan penerapan hukum Islam

 Dalam hadits riwayat Ahmad dari Abû Hurairah, ia berkata;


Rasulullah saw. pernah bersabda, “Pukullah ia.” Kemudian beliau
bersabda, “Ucapkanlah, ‘Semoga Allah merahmatimu’”.

 Pada kasus perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah saw. menentang


pendapat para sahabat, karena itu merupakan hukum syara’. Hadits
mengenai hal itu sudah cukup populer. Rasulullah saw. pada saat
itu tidak memihak para sahabat dengan dalih kasih sayang kepada
mereka, sehingga beliau tidak akan menyeret mereka dalam
kesulitan, atau dengan dalih sayang, lemah lembut, dan kasihan
kepada mereka sebagai pihak-pihak yang melanggar perintah
beliau.

 Dalam hadits ‘Aisyah yang disepakati oleh al-Bukhâri dan


Muslim, ia berkata:

‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬،‫ﺖ‬


 ‫ﺮﹶﻗ‬ ‫ﺳ ـ‬ ‫ﻴ ِﺔ ﺍﱠﻟﺘِﻲ‬‫ﻭ ِﻣ‬‫ﺨﺰ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺮﹶﺃ ِﺓ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺷ ﹾﺄ ﹸﻥ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻳﺸ‬‫ﺮ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﹸﻗ‬
‫ﺐ‬
 ‫ﻣ ﹸﺔ ِﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﹸﺃﺳ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺉ‬
 ‫ﺘ ِﺮ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ :‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬، ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﻓِﻴﻬ‬ ‫ﻳ ﹶﻜﱢﻠ‬
‫ﻊ‬ ‫ﺸ ﹶﻔ‬
 ‫ﺗ‬‫ ﹶﺃ‬: ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺭ ﺳﻮ ﹸﻝ ﺍ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ ﺔﹸ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻪ ﺃﹸﺳ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ ﹶﻜﱠﻠ‬، ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬
‫ﻚ‬
 ‫ﻫﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻤ‬‫ﺱ ِﺇ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻳﻬ‬‫ ﹶﺃ‬:‫ﺐ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬
 ‫ﺘ ﹶﻄ‬‫ﺧ‬ ‫ﻡ ﻓﹶﺎ‬ ‫ﻢ ﻗﹶﺎ‬ ‫ﷲ ﹸﺛ‬
ِ ‫ﻭ ِﺩ ﺍ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺪ ِﻣ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻓِﻲ‬
‫ﻕ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ــ‬‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺳ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺮﻛﹸﻮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﺸﺮِﻳ‬
 ‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﻕ ﻓِﻴ ِﻬ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻮﺍ ِﺇﺫﹶﺍ ﺳ‬‫ﻢ ﻛﹶﺎﻧ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﺒﹶﻠ ﹸﻜ‬‫ﻦ ﹶﻗ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬
‫ــ ﹶﺔ‬‫ﻮ ﹶﺃ ﱠﻥ ﻓﹶﺎ ِﻃﻤ‬ ‫ﷲ ﻟﹶــ‬
ِ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ ﺍ‬ ‫ﺪ‬ ‫ــ‬‫ــ ِﻪ ﺍﹾﻟﺤ‬‫ﻋﹶﻠﻴ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﻒ ﹶﺃﻗﹶــﺎﻣ‬
 ‫ﻀﻌِﻴ‬
 ‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﻓِﻴ ِﻬ‬
«‫ﺎ‬‫ﺪﻫ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺖ ﹶﻟ ﹶﻘ ﹶﻄ‬
 ‫ﺮ ﹶﻗ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻤ ٍﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬‫ِﺑ‬
Lemah Lembut Terhadap Kaum Mukmin... 213

Sesungguhnya kaum Quraisy merasa bingung dengan masalah


seorang wanita dari kabilah Makhzumiyah yang telah mencuri.
Mereka berkata, “Siapakah yang berani berbicara kepada
Rasulullah saw. untuk meminta pembelaan bagi wanita itu?”
Dengan serentak mereka menjawab, “Kami rasa hanya Usamah
saja yang berani, kerana dia adalah kekasih Rasulullah saw.” Maka
Usamah pun pergi dan berbicara kepada Rasulullah saw. untuk
minta pembelaan atas wanita itu.” Lalu Rasulullah saw. bersabda,
“Jadi kamu ingin memohon syafaat (pebelaan) terhadap salah satu
dari hukum Allah?” Kemudian baginda berdiri dan berkhutbah,
“Wahai manusia! Sesungguhnya yang menyebabkan binasanya
umat-umat sebelum kalian ialah, apabila mereka mendapati ada
orang mulia yang mencuri, mereka membiar-kannya. Tetapi apabila
mereka mendapti orang lemah di antara mereka yang mencuri,
mereka akan menjatuhkan hukuman kepadanya. Demi Allah!,
sekiranya Fatimah binti Muhammad yang mencuri, niscaya aku
akan memotong tangannya.”

Dalam kasus ini, Rasulullah saw. tidak bersikap lemah lembut


kepada kaum Quraisy. Rasul saw. tidak mengasihi wanita
Makhzumiyah itu dengan cara membatalkan pelaksanaan hukuman
atasnya. Beliau pada saat itu menolak memberikan pembelaan
yang diminta oleh Usamah bin Zaid.

 Jika Rasulullah saw. pernah menyayangi seseorang ketika


menerapkan hukum Allah, tentu beliau akan menyayangi al-Hasan
(cucu beliau, penj.) ketika mengambil bagian kurma sedekah.
Dalam hadits Abû Hurairah, mutafaq ‘alaih, disebutkan:

‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺎ ﻓِﻲ ﻓِﻴ ِﻪ‬‫ﻌﹶﻠﻬ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺪﹶﻗ ِﺔ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻤ ِﺮ ﺍﻟ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺮ ﹰﺓ ِﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻋِﻠ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺴﻦ‬
‫ﺤ‬ ‫ﺧ ﹶﺬ ﺍﹾﻟ‬ ‫»ﹶﺃ‬
‫ﻧ ﹾﺄﻛﹸــ ﹸﻞ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﺖ ﹶﺃﻧ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻋِﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﺃﻣ‬،‫ﺎ‬‫ﺭ ِﻡ ِﺑﻬ‬ ‫ ﺇ‬،‫ﺦ‬ ‫ﺦ ِﻛ‬ ‫ ِﻛ‬: ‫ﷲ‬ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬
« !‫ ﻗﹶ ﺔﹶ؟‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﺼ‬
‫ﻛﹸــ ﹸﻞ‬Pilar-pilar
214 ‫ﻧ ﹾﺄ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﺖ ﹶﺃﻧ‬
Pengokoh
‫ﻤ‬ ‫ﻋِﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﺃﻣ‬Nafsiyah
،‫ﺎ‬‫ﺭ ِﻡ ِﺑﻬ‬ ‫ﺇ‬Islamiyah
،‫ﺦ‬ ‫ﺦ ِﻛ‬ ‫ ِﻛ‬: ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬
« !‫ ﻗﹶ ﺔﹶ؟‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﺼ‬
Al-Hasan bin Ali telah mengambil sebagian kurma sedekah, lalu
memasukkan ke dalam mulutnya. Maka Rasulullah bersabda,
“Kikh-kikh (tidak boleh-tidak boleh), buang kurma itu! Apakah
engkau tidak tahu bahwa keluarga kita tidak boleh memakan harta
sedekah (zakat).”

 Adapun ketegasan Rasulullah saw. ketika menghindari perkara


yang membahayakan sangat jelas terlihat pada hadits riwayat
Muslim dari Muadz tentang perang Tabuk, ia berkata:

‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬


ُ ‫ﺎ َﺀ ﺍ‬‫ﺍ ِﺇ ﹾﻥ ﺷ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﹶﻏﺪ‬‫ﺘ ﹾﺄﺗ‬‫ﺳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻧ ﹸﻜ‬‫ ِﺇ‬- ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻌﻨِﻲ‬ ‫ﻳ‬– ‫ﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫»ﹸﺛ‬
‫ﻼ‬
‫ﻢ ﹶﻓ ﹶ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﺎ ِﻣ‬‫ﺎ َﺀﻫ‬‫ﻦ ﺟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬، ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﺤ‬
ِ‫ﻀ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﻫ‬ ‫ﺗ‬‫ﺗ ﹾﺄ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻢ ﹶﻟ‬ ‫ﻧ ﹸﻜ‬‫ﻭِﺇ‬ ،‫ﻙ‬ ‫ﻮ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬
‫ﻼ ِﻥ‬
‫ﺟ ـ ﹶ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﺎ ِﺇﹶﻟ‬‫ﺒ ﹶﻘﻨ‬‫ﺳ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺠﹾﺌﻨ‬
ِ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻲ‬ ‫ﻰ ﺁِﺗ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻴﺌﹰﺎ‬‫ﺷ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎِﺋﻬ‬‫ﻦ ﻣ‬ ‫ﺲ ِﻣ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬
‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﺴﹶﺄﹶﻟ‬
 ‫ ﹶﻓ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺎ ٍﺀ‬‫ﻦ ﻣ‬ ‫ﻲ ٍﺀ ِﻣ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺾ ِﺑ‬
 ‫ﺗِﺒ‬ ‫ﺍ ِﻙ‬‫ﺸﺮ‬
 ‫ﻮ ﹸﻥ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﺍﻟ‬ ‫ﺘ ﹸﻜ‬‫ﹶﻓ‬
‫ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ، ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﺒ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻢ ﹶﻓ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻴﺌﹰﺎ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻻ‬‫ﺷ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎِﺋﻬ‬‫ﻦ ﻣ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﺘﻤ‬‫ﺴ‬
‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻫ ﹾﻞ‬ :
«...‫ﻳﻘﹸﻮ ﹶﻝ‬ ‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
ُ ‫ﺎ َﺀ ﺍ‬‫ﺎ ﺷ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﹶﻟ‬
Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kalian Insya
Allah besok pagi akan mendatangi mata air di Tabuk. Kalian akan
mendatanginya hingga siang sudah kelihatan jelas. Barangsiapa
yang telah datang di mata air itu, maka ia tidak boleh menyentuh
airnya sedikit pun hingga aku datang.” Kemudian esok harinya
kami sampai ke mata air di Tabuk. Ada dua orang yang terlebih
dahulu datang ke tempat itu sebelum kami. Kemudian mata air
Lemah Lembut Terhadap Kaum Mukmin... 215

Tabuk itu menjadi seperti tali sepatu10 yang mengalirkan air hanya
sedikit. Rasulullah saw. bertanya kepada keduanya, “Apakah kalian
berdua menyentuh airnya?” Keduanya berkata, “Benar” Maka
Rasulullah saw. mencela keduanya seraya bersabda pada ke duanya
dengan sesuatu yang Allah kehendaki untuk beliau sabdakan...”

Hadits riwayat Muhammad bin Yahya bin Hibban dari Ibnu Ishaq
tentang kisah Bani Musthaliq dan perbuatan kaum Munafik, ia
berkata:

،‫ﺍ‬‫ﺤﻮ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻰ ﹶﺃ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴﹶﻠ‬‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﺍ‬‫ﺴﻮ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻰ ﹶﺃ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺱ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﷲ  ﺑِﺎﻟﻨ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﺴ‬...»
‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺸ ِﻐﹶﻠ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺱ ِﻟ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺰ ﹶﻝ ﺑِﺎﻟﻨ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻰ‬‫ﻀﺤ‬
 ‫ﺪ ﺍﻟ‬ ‫ﺘ‬‫ﺷ‬ ‫ﻰ ﺍ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻭ‬
«...‫ﺚ‬ ِ ‫ﻳ‬‫ﺤ ِﺪ‬  ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ِﻣ‬
…kemudian Rasulullah saw. berjalan bersama kaum Muslim hingga
sore hari, malamnya hingga waktu Shubuh, dan pagi harinya hingga
matahari benar-benar kelihatan jelas. Kemudian Rasulullah saw.
beristirahat besama kaum Muslim. Hal itu dilakukan oleh Rasulullah
saw. untuk menyibukkan kaum Muslim dari apa yang telah terjadi.
Hadits Sa'id bin Jubair riwayat Ibnu Abi Hatim yang dishahihkan
oleh Ibnu Katsir, “Sesungguhnya Rasulullah saw. pada saat itu
berangkat sebelum masuk waktu sore...”

Adapun bukti ketegasan para sahabat yang paling tampak


adalah ketegasan Abû Bakar ketika akan memerangi orang-orang
murtad dan ketika melangsungkan pengiriman Usamah bin Zaid,
padahal kebijakan tersebut berbeda dengan pendapat seluruh kaum

10. Menurut Imam an-Nawawi, ini merupakan kiasan untuk menunjukkan,


bahwa airnya memang sangat kecil, atau sedikit sekali.
216 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Muslim saat itu. Namun akhirnya kaum Muslim mengikuti pendapat


beliau dan melaksanakan perintahnya, lalu memujinya.
Apabila kita mengecualikan masalah toleransi dalam
penerapan hukum syara’ dan dalam perkara yang membahayakan,
maka dapat dikatakan bahwa orang-orang yang harus dikasihi
adalah orang yang ditimpa musibah, seperti kematian, sakit,
kehilangan orang yang mulia. Begitu juga orang yang bodoh, ia
harus dikasihi, disikapi dengan rendah hati, dan harus diajari
dengan sabar. Ketika menerapkan perkara yang dibolehkan, maka
harus dipilih yang paling ringan, harus diutamakan bersikap lemah
lembut daripada bersikap keras, dan tegas. Sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Rasulullah saw. kepada pasukan kaum Muslim ketika
mengepung Thaif; seperti yang telah dijelaskan oleh hadits riwayat
Ibnu Umar riwayat Imam al-Bukhâri sebelumnya.
Adapun beberapa bentuk sikap keras dan tegas, dan
menampakan keperkasaan kaum Muslim kepada kaum Kafir
adalah:

1. Ketika Perang

 Al-Bukhâri meriwayatkan hadits dari Wahsyi, ia berkata; Ketika


kaum Muslim keluar pada tahun Ainain —Ainain adalah salah satu
gunung dari arah Uhud, yang di antara bukit itu terdapat suatu
lembah— maka aku keluar bersama kaum Muslim untuk berperang.
Ketika mereka telah berbaris rapih untuk berperang, keluarlah Siba
(dari pasukan musuh). Kemudian Rasulullah saw. bersabda,
“Apakah ada yang mau menampakkan diri?” Wahsyi berkata, Maka
keluarlah Hamzah bin Abdul Muthalib untuk menghadapinya,
kemudian ia berkata, “Wahai Siba!, Ibnu Umi Anmar si tukang
sunat wanita, apakah engkau akan menentang Allah dan Rasul-
Nya? Selanjutnya Wahsyi berkata, “Kemudian Hamzah menyerang
Siba dan membunuhnya...”
Lemah Lembut Terhadap Kaum Mukmin... 217

Ketegasan para sahabat terhadap kaum Kafir seperti


ketegasan Hamzah, Ali, al-Bara, Khalid bin Walid, Amr bin Ma’di
Yakrab, Amir, Dzahir bin Rafi dan yang lainnya, bisa dilihat pada
buku-buku Sîrah dan Maghâzî. Siapa saja yang ingin mengetahui
lebih banyak tentang mereka hendaknya merujuk buku-buku
tersebut. Karena karya ini bukan buku sirah dan cerita, maka untuk
tujuan tersebut cukup dengan petunjuk saja.

2. Ketika Berunding dengan Musuh (al-Mufawadhah)

 Hadits Muswar dan Marwan riwayat al-Bukhâri, menyebutkan:

‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻒ‬


 ‫ﻴ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻪ ﺍﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬  ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺱ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﺭﹾﺃ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺒ ﹶﺔ ﻗﹶﺎِﺋ‬‫ﻌ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﲑ ﹸﺓ‬ ‫ﻤ ِﻐ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬...»
‫ﻩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺿ‬
  ‫ﻲ‬ ‫ﻨﺒِــ‬‫ﻴ ِﺔ ﺍﻟ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻴ ِﺪ ِﻩ ِﺇﻟﹶﻰ ِﻟ‬‫ﻭ ﹸﺓ ِﺑ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻯ‬‫ﻫﻮ‬ ‫ﺎ ﺃﹶ‬‫ ﹶﻓ ﹸﻜﱠﻠﻤ‬،‫ﻔﹶﺮ‬‫ﺍﻟﹾﻤِﻐ‬
«... ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻴ ِﺔ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻦ ِﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ ﹶﺃ‬:‫ﻪ‬ ‫ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻟ‬ ،‫ﻒ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻌ ِﻞ ﺍﻟ‬ ‫ﻨ‬‫ِﺑ‬
Mughirah bin Syu’bah berdiri di hadapan Rasulullah saw. Beliau
membawa pedang dan memakai baju besi. Ketika Urwah berusaha
menyentuh jenggot Nabi dengan tangannya, maka Mughirah bin
Syu’bah memukul tangannya dengan sarung pedang, dan berkata
kepadanya, “Jauhkan tanganmu dari janggut Rasulullah saw.”

 Dalam hadits sebelumnya Urwah berkata (kepada Nabi saw.):

-‫ﺎ‬‫ﺍﺑ‬‫ﺷﻮ‬ ‫ﻳ ٍﺔ ﹶﺃ‬‫ﺍ‬‫ﻲ ِﺭﻭ‬ ‫ﻭِﻓ‬ - ‫ﺎ‬‫ﺎﺑ‬‫ﻭﺷ‬ ‫ﻯ ﹶﺃ‬‫ﻲ َ َﻷﺭ‬‫ﻭِﺇﻧ‬ ،‫ﺎ‬‫ﻮﻫ‬‫ﻭﺟ‬ ‫ﻯ‬‫ﷲ َ َﻷﺭ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﻲ ﻭ‬‫» ﹶﻓِﺈﻧ‬
«...‫ﻙ‬ ‫ﻮ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭﺍ ﻭ‬‫ﻳ ِﻔﺮ‬ ‫ﺧﻠِﻴﻘﹰﺎ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺱ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺍﻟﻨ‬ ‫ِﻣ‬
Demi Allah!, aku sungguh melihat wajah-wajah dan aku melihat
sekelompok manusia bergerobol berlari-lari atau hendak
meninggalkanmu.
218 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Kemudian Abû Bakar membantahnya:

«‫ﻪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻧ ِﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﹶﺃ‬،‫ﺕ‬
ِ ‫ﻼ‬
‫ﺒ ﹾﻈ ِﺮ ﺍﻟ ﱠ‬‫ﺺ ِﺑ‬
 ‫ﺼ‬
 ‫ﻣ‬ ‫»ﺍ‬
Isaplah daging kemaluan Latta! Apakah kami akan lari dari beliau
dan membiarkannya.

Perbuatan dan ucapan Mughirah, serta ucapan Abû Bakar dilihat


dan didengarkan oleh Rasulullah saw., sementara beliau berdiam
diri, maka diam beliau tersebut merupakan pengakuan
(pembenaran).

 Muhammad bin Hasan asy-Syibani menceritakan dalam kitab


as-Siar al-Kabir, ia berkata; Usaid bin Hudair dan Uyainah
menghadap Nabi saw. dengan menjulurkan kakinya. Kemudian
Usaid bin Hudhair berkata, “Wahai Uyainah al-Hajrasi!, lipatlah
kakimu. Apakah engkau akan menjulurkan kakimu di hadapan
Rasulullah saw.? Demi Allah, andaikata bukan karena Rasulullah
saw., pasti aku akan menusuk matamu dengan tombak, setiap kali
engkau menginginkan hal ini dari kami.”

Juga terdapat berbagai perundingan yang ada di berbagai


kitab, seperti perundingan Sabit bin Akram, Amr bin Ash, Mughirah
bin Su’bah, Kutaibah, Muhammad bin Maslam, Ma’mun, dan lain-
lain. Semua perundingan itu menunjukkan ketegasan dan
keperkasaan (kaum Muslim di hadapan kaum Kafir), dan menjadi
teladan bagi orang-orang yang beramal.
Lemah Lembut Terhadap Kaum Mukmin... 219

3. Katika Menyikapi Orang-orang yang Melanggar


Perjanjian.

Dalilnya adalah firman Allah Swt.:

šÏ%©!$# ∩∈∈∪ tβθãΖÏΒ÷σムŸω ôΜßγsù (#ρãxx. tÏ%©!$# «!$# y‰ΨÏã Éb>!#uρ£‰9$# §ŽŸ° ¨βÎ)

šχθà)−Ftƒ Ÿω öΝèδuρ ;ο§÷s∆ Èe≅à2 ’Îû öΝèδy‰ôγtã šχθàÒà)Ζtƒ §ΝèO öΝåκ÷]ÏΒ £N‰yγ≈tã

šχρãā2¤‹tƒ óΟßγ‾=yès9 öΝßγxù=yz ô¨Β ΟÎγÎ/ ÷ŠÎhŽ|³sù É>öysø9$# ’Îû öΝåκ¨]xs)÷Ws? $¨ΒÎ*sù ∩∈∉∪

 ∩∈∠∪
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah
ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.
(Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari
mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap
kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya). Jika kamu
menemui mereka dalam peperangan, maka cerai beraikanlah
orang-orang yang di belakang mereka dengan (menumpas) mereka,
supaya mereka mengambil pelajaran. (TQS. al-Anfâl [8]: 55-
57)

 Hadits riwayat Muslim dari Abû Hurairah tentang futuh Makkah,


setelah kaum Quraisy melanggar perjanjian. Dalam hadits itu
Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻭﺍ‬‫ﻧ ﹸﻈﺮ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺶ؟ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬


ٍ ‫ﻳ‬‫ﺮ‬ ‫ﺵ ﹸﻗ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻭﺑ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻫ ﹾﻞ‬ ،‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻧﺼ‬‫ﺮ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫»ﻳ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻳﻤِﻴ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻴ ِﺪ ِﻩ‬‫ﺧﻔﹶﻰ ِﺑ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﺍ‬‫ﺼﺪ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬‫ﺼﺪ‬
 ‫ﺤ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺍ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﻢ ﹶﻏﺪ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻮ‬‫ﺘﻤ‬‫ِﺇﺫﹶﺍ ﻟﹶﻘِﻴ‬
‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻣِﺌ ٍﺬ ﹶﻟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓﻤ‬،‫ﺼﻔﹶﺎ‬
 ‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﻮ ِﻋ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ،‫ﺎِﻟ ِﻪ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ِﺷﻤ‬
«...‫ﻩ‬ ‫ﻮ‬‫ﺎﻣ‬‫ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃﻧ‬
220 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Wahai kaum Anshar, apakah kalian melihat macam-macam orang


Quraisy? Mereka berkata, “Ya.” Rasulullah saw bersabda,
“Tunggulah, jika kalian bertemu dengan mereka besok, maka habisi
mereka.” Rasulullah saw. menyembunyikan tangannya dan
meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya. Beliau saw.
bersabda, “Waktu yang dijanjikan pada kalian adalah di Shafa.” Ia
(Abû Hurairah) berkata, “Tidak seorang pun (dari kaum Quraisy)
yang mendekati kaum Anshar pada hari itu kecuali mereka
membunuhnya.”

 Hadits mutafaq ‘alaih dari Ibnu Umar, ia berkata; Kemudian


Bani Nadhir dan Bani Quraidzah memerangi (Nabi), dan beliau
mengusir Bani Nadhir dan membiarkan Bani Quraidzah, dan
menjamin keamanan mereka hingga Bani Quraidzah memerangi
(Nabi). Beliau pun menghukum mati laki-laki mereka, dan
membagikan wanita dan anak-anak kepada kaum Muslim; kecuali
sebagian mereka yang mengikuti Nabi saw., maka mereka pun
beriman serta masuk Islam. Beliau mengusir Yahudi di Madinah
secara keseluruhan, yakni Bani Qainuqa’ --faksi Abdullah bin
Salam-- dan Yahudi Bani Haritsah dan semua Yahudi di Madinah.

***
221

~13~
MERINDUKAN SURGA DAN
BERLOMBA DALAM KEBAIKAN

Beriman bahwa surga adalah hak, yang disediakan hanya


bagi orang-orang yang beriman, dan diharamkan atas orang-orang
kafir selamanya, merupakan bagian dari keimanan kepada hari
akhir. Dalilnya adalah Firman Allah:

ÞÚö‘F{$#uρ ßN≡uθ≈yϑ¡¡9$# $yγàÊótã >π¨Ψy_uρ öΝà6În/§‘ ÏiΒ ;οtÏøótΒ 4’n<Î) (#þθããÍ‘$y™uρ

∩⊇⊂⊂∪ tÉ)−Gßϑù=Ï9 ôN£‰Ïãé&


Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan
untuk orang-orang yang bertakwa. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 133)

$£ϑÏΒ ÷ρr& Ï!$yϑø9$# zÏΒ $uΖøŠn=tã (#θàÒŠÏùr& ÷βr& Ïπ¨Ψpgø:$# |=≈ysô¹r& Í‘$¨Ζ9$# Ü=≈ysô¹r& #“yŠ$tΡuρ

∩∈⊃∪ š͍Ï≈s3ø9$# ’n?tã $yϑßγtΒ§ym ©!$# āχÎ) (#þθä9$s% 4 ª!$# ãΝà6s%y—u‘


Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, “Limpahkanlah
kepada kami sedikit air atau makanan yang telah dirizkikan Allah
222 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

kepadamu”. Mereka (penghuni surga) menjawab, “Sesungguhnya


Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.
(TQS. al-A’râf [7]: 50)

Siapa saja yang mengingkari surga, neraka, kebangkitan,


atau hisab termasuk orang kafir, karena terdapat nash-nash yang
qath’i tsubut (pasti sumbernya) dan qath’i dalalah (pasti maknanya)
yang telah menjelaskan semua itu. Orang-orang yang menjadi
penghuni surga ada beberapa macam diantaranya:

 Para Nabi, Orang-orang yang jujur, Syuhada, dan Orang-


orang yang shalih. Allah berfirman:

z↵ÍhŠÎ;¨Ψ9$# zÏiΒ ΝÍκöŽn=tã ª!$# zΝyè÷Ρr& tÏ%©!$# yìtΒ y7Í×‾≈s9'ρé'sù tΑθß™§9$#uρ ©!$# ÆìÏÜムtΒuρ

∩∉∪ $Z)ŠÏùu‘ y7Í×‾≈s9'ρé& zÝ¡ymuρ 4 tÅsÎ=≈¢Á9$#uρ Ï!#y‰pκ’¶9$#uρ tÉ)ƒÏd‰Å_Á9$#uρ


Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul-(Nya), mereka
itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
ni’mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddîqîn, orang-orang
yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman
yang sebaik-baiknya. (TQS. an-Nisa [4]: 69)

 Orang-orang yang berbuat baik (al-Abrâr), Allah


berfirman:

 ∩⊄⊄∪ AΟ‹ÏètΡ ’Å∀s9 u‘#tö/F{$# ¨βÎ)


Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam
keni’matan yang besar (surga), (TQS. al-Muthafifîn [83]: 22)

$YΖøŠtã ∩∈∪ #—‘θèù$Ÿ2 $yγã_#t“ÏΒ šχ%x. <¨ù(x. ÏΒ šχθç/uŽô³tƒ u‘#tö/F{$# ¨βÎ)

tβ%x. $YΒöθtƒ tβθèù$sƒs†uρ Í‘õ‹¨Ζ9$$Î/ tβθèùθム∩∉∪ #ZŽÉføs? $pκtΞρãÉdfxム«!$# ߊ$t7Ïã $pκÍ5 Ü>uŽô³o„

— Å ru V Ïtu Y Å ó Ï Ï Îm ã 4 nt t y © $ t ß Ï ô ãu Z Ï tó ã ç •Ÿ
Y ö t t è ss u Í õ ¨ $Î t è ã Z É ø s p t ã Éd x ã « $ ß t Ï pÍ Ü uô o
Merindukan Surga...
t x
223

#—ŽÅ™r&uρ $VϑŠÏKtƒuρ $YΖŠÅ3ó¡ÏΒ ϵÎm7ãm 4’n?tã tΠ$yè©Ü9$# tβθßϑÏèôÜãƒuρ ∩∠∪ #ZŽÏÜtGó¡ãΒ …ç핎Ÿ°

ß∃$sƒwΥ $‾ΡÎ) ∩∪ #—‘θä3ä© Ÿωuρ [!#t“y_ óΟä3ΖÏΒ ß‰ƒÌçΡ Ÿω «!$# ϵô_uθÏ9 ö/ä3ãΚÏèôÜçΡ $oÿ©ςÎ) ∩∇∪

öΝßγ9¤)s9uρ ÏΘöθu‹ø9$# y7Ï9≡sŒ §ŽŸ° ª!$# ãΝßγ9s%uθsù ∩⊇⊃∪ #\ƒÌsÜôϑs% $U™θç7tã $—Βöθtƒ $uΖÎn/§‘ ÏΒ

∩⊇⊄∪ #\ƒÌymuρ Zπ¨Ζy_ (#ρçŽy9|¹ $yϑÎ/ Νßγ1t“y_uρ ∩⊇⊇∪ #Y‘ρçŽß€uρ ZοuŽôØtΡ


Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan, minum dari
gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur. (Yaitu)
mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah
minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-
baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang
azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan
yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang
ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu
hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak
menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima
kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada
suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh
kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari
itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan
kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena
kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera, (TQS.
al-Insân [76]: 5-12).

 Orang-orang yang terdahulu (masuk Islam) yang


didekatkan kepada Allah. Allah berfirman :

∩⊇⊄∪ ÉΟŠÏè¨Ζ9$# ÏM≈¨Ζy_ ’Îû ∩⊇⊇∪ tβθç/§s)ßϑø9$# y7Í×‾≈s9'ρé& ∩⊇⊃∪ tβθà)Î7≈¡¡9$# tβθà)Î7≈¡¡9$#uρ
Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang
paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan
224 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

(kepada Allah). Berada dalam surga keni’matan. (TQS al-Wâqi’ah


[56]: 10 –12)

 Ashhâbul Yamin yaitu Orang-orang yang menerima buku


catatan amal dari sebelah kanan. Allah berfirman :

8xù=sÛuρ ∩⊄∇∪ 7ŠθàÒøƒ¤Χ 9‘ô‰Å™ ’Îû ∩⊄∠∪ ÈÏϑu‹ø9$# Ü=≈ptõ¾r& !$tΒ ÈÏϑu‹ø9$# Ü=≈ptõ¾r&uρ

āω ∩⊂⊄∪ ;οuŽÏWx. 7πyγÅ3≈sùuρ ∩⊂⊇∪ 5>θä3ó¡¨Β &!$tΒuρ ∩⊂⊃∪ 7Šρ߉ôϑ¨Β 9e≅Ïßuρ ∩⊄∪ 7ŠθàÒΖ¨Β

∩⊂∈∪ [!$t±ΣÎ) £ßγ≈tΡù't±Σr& !$‾ΡÎ) ∩⊂⊆∪ >πtãθèùö¨Β <¸ãèùuρ ∩⊂⊂∪ 7πtãθãΖøÿxΕ Ÿωuρ 7πtãθäÜø)tΒ

∩⊂∇∪ ÈÏϑu‹ø9$# É=≈ysô¹X{ ∩⊂∠∪ $\/#tø?r& $¹/ããã ∩⊂∉∪ #—‘%s3ö/r& £ßγ≈oΨù=yèpgmx


Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.
Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon
pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang
terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang
banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang
mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari)
dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan,
penuh cinta lagi sebaya umurnya, (Kami ciptakan mereka) untuk
golongan kanan, (TQS. al-Wâqi’ah [56]: 27-38)

 Al-Muhsinûn, yaitu Orang-orang yang senantiasa


berbuat baik dengan ikhlas dan sesuai dengan aturan
syariat. Allah berfirman:

y7Í×‾≈s9'ρé& 4 î'©!ÏŒ Ÿωuρ ׎tIs% öΝßγyδθã_ãρ ß,yδötƒ Ÿωuρ ( ×οyŠ$tƒÎ—uρ 4o_ó¡çtø:$# (#θãΖ|¡ômr& tÏ%©#Ïj9

∩⊄∉∪ tβρà$Î#≈yz $pκŽÏù öΝèδ ( Ïπ¨Ψpgø:$# Ü=≈ptõ¾r&


Merindukan Surga... 225

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik


(surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu
hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga,
mereka kekal di dalamnya. (TQS. Yûnus [10]: 26)

 Ash-Shâbirûn, yaitu Orang-orang yang bersabar. Allah


berfirman:

( öΝÍκÉJ≈−ƒÍh‘èŒuρ öΝÎγÅ_≡uρø—r&uρ öΝÍκÉ″!$t/#u ôÏΒ yxn=|¹ tΒuρ $pκtΞθè=äzô‰tƒ 5βô‰tã àM≈¨Ζy_

zΝ÷èÏΨsù 4 ÷Λän÷Žy9|¹ $yϑÎ/ /ä3ø‹n=tæ íΝ≈n=y™ ∩⊄⊂∪ 5>$t/ Èe≅ä. ÏiΒ ΝÍκöŽn=tã tβθè=äzô‰tƒ èπs3Í×‾≈n=yϑø9$#uρ

∩⊄⊆∪ Í‘#¤$!$# t<ø)ãã


(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama
dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-
isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke
tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan):
“Salamun `alaikum bimâ shabartum”. Maka alangkah baiknya
tempat kesudahan itu. (TQS. ar-Ra’d [13]: 23-24)

 Orang yang takut saat menghadap Tuhannya. Allah


berfirman:

 ∩⊆∉∪ Èβ$tF¨Ζy_ ϵÎn/u‘ tΠ$s)tΒ t∃%s{ ôyϑÏ9uρ


Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada
dua surga. (TQS. ar-Rahmân [55]: 46)

 Al-Muttaqûn, yaitu orang-orang yang bertakwa. Allah


berfirman:

 ∩⊆∈∪ AβθãŠããuρ ;M≈¨Ζy_ ’Îû tÉ)−Gßϑø9$# āχÎ)


226 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga


(taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir).
(TQS. al-Hijr [15]: 45).

 ∩∈⊄∪ 5χθã‹ããuρ ;M≈¨Ζy_ ’Îû ∩∈⊇∪ &ÏΒr& BΘ$s)tΒ ’Îû tÉ)−FãΚø9$# ¨βÎ)
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat
yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air;
(TQS. ad-Dukhân [44]: 51-52).

 ∩∉⊂∪ $|‹É)s? tβ%x. tΒ $tΡÏŠ$t6Ïã ôÏΒ ß^Í‘θçΡ ÉL©9$# èπ¨Ζpgø:$# y7ù=Ï?
Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami
yang selalu bertakwa. (TQS. Maryam [19]: 63).

ÒΟÍ←!#yŠ $yγè=à2é& ( ã≈pκ÷ΞF{$# $uηÏGøtrB ÏΒ “̍øgrB ( tβθà)−Gßϑø9$# y‰Ïããρ ÉL©9$# Ïπ¨Ψyfø9$# ã≅sW¨Β

∩⊂∈∪ â‘$¨Ψ9$# t͍Ï≈s3ø9$# _q<ø)ãã¨ρ ( (#θs)¨?$# šÏ%©!$# t<ø)ãã y7ù=Ï? 4 $yγs=Ïßuρ


Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang
takwa ialah (seperti taman). mengalir sungai-sungai di dalamnya;
buahnya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula).
Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; sedang
tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka. (TQS. ar-
Ra’d [13]: 35).

 Orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Allah


berfirman:

∩⊇⊃∠∪ »ωâ“çΡ Ä¨÷ρyŠöÏø9$# àM≈¨Ζy_ öΝçλm; ôMtΡ%x. ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=ÏΗxåuρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ¨βÎ)

∩⊇⊃∇∪ ZωuθÏm $pκ÷]tã tβθäóö7tƒ Ÿω $pκŽÏù tÏ$Î#≈yz


Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi
mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal
Merindukan Surga... 227

di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya. (TQS.


al-Kahfi [18]:107-108),

 ∩⊄∪ 5>$t↔tΒ ßó¡ãmuρ óΟßγs9 4’n1θèÛ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$#


Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka
kebahagiaan dan tempat kembali yang baik. (TQS. ar-Ra’d [13]:
29),

”̍ôfs? ( öΝÍκÈ]≈yϑƒÎ*Î/ Νåκ›5u‘ óΟÎγƒÏ‰öκu‰ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# ¨βÎ)

∩∪ ÉΟŠÏè¨Ζ9$# ÏM≈¨Ζy_ ’Îû ã≈yγ÷ΡF{$# ãΝÍκÉJøtrB ÏΒ


Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-
amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena
keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam
surga yang penuh kenikmatan. (TQS. Yûnus [10]: 9),

óΟçFΡr& sπ¨Ψyfø9$# (#θè=äz÷Š$# ∩∉∪ tÏϑÎ=ó¡ãΒ (#θçΡ%Ÿ2uρ $uΖÏG≈tƒ$t↔Î/ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$#

∩∠⊃∪ šχρçŽy9øtéB ö/ä3ã_≡uρø—r&uρ


(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan
adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. Masuklah
kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan.
(TQS. az-Zukhruf [43]: 69-70),

֍ô_r&uρ ×οtÏøó¨Β Οßγs9 y7Í×‾≈s9'ρé& ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#ρçŽy9|¹ tÏ%©!$# āωÎ)

∩⊇⊇∪׎Î7Ÿ2
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-
amal shaleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka
itu adalah penghuni-penghuni surga mereka kekal di dalamnya.
(TQS. Hûd [11]: 11).
228 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 At-Tâibûn, yaitu orang-orang yang bertaubat. Allah


berfirman:

tβθßϑn=ôàムŸωuρ sπ¨Ψpgø:$# tβθè=äzô‰tƒ y7Í×‾≈s9'ρé'sù $[sÎ=≈|¹ Ÿ≅ÏΗxåuρ ztΒ#uuρ z>$s? tΒ āωÎ)

∩∉⊃∪ $\↔ø‹x©
Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka
mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan)
sedikitpun. (TQS. Maryam [19]: 60).

Kenikmatan surga adalah kenikmatan yang bisa diindera. Di antara


dalil yang menunjukan hal ini adalah:

 Kenikmatan surga berupa pakaian. Allah berfirman:

 ֍ƒÌym $yγŠÏù öΝßγß™$t7Ï9uρ


…dan pakaian mereka adalah sutera. (TQS. al-Hajj [22]: 23).

 ∩∈⊂∪ šÎ=Î7≈s)tG•Β 5−uŽö9tGó™Î)uρ <¨ß‰Ζß™ ÏΒ tβθÝ¡t6ù=tƒ


Mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk)
berhadap-hadapan, (TQS. ad-Dukhan [44]: 53).

 ∩⊇⊄∪ #\ƒÌymuρ Zπ¨Ζy_ (#ρçŽy9|¹ $yϑÎ/ Νßγ1t“y_uρ


Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka
(dengan) surga dan (pakaian) sutera, (TQS. Al-Insan[76]: 12);
dan

∩⊄⊇∪ 7πāÒÏù ÏΒ u‘Íρ$y™r& (#þθs=ãmuρ ( ×−uŽö9tGó™Î)uρ ׎ôØ äz C¨ß‰Ζß™ Ü> $u‹ÏO öΝåκuŽÎ=≈tã
Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal
dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak,…(TQS.
Al-Insan [76]: 21).
Merindukan Surga... 229

 Kenikamatan surga berupa makanan dan minuman.


Allah berfirman:

 ∩⊄⊇∪ tβθåκtJô±o„ $£ϑÏiΒ 9ŽösÛ ÉΟøtm:uρ ∩⊄⊃∪ šχρ玨y‚tGtƒ $£ϑÏiΒ 7πyγÅ3≈sùuρ


dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung
dari apa yang mereka inginkan. (TQS. al-Wâqi’ah [56]: 20-
21).

&!$tΒuρ ∩⊂⊃∪ 7Šρ߉ôϑ¨Β 9e≅Ïßuρ ∩⊄∪ 7ŠθàÒΖ¨Β 8xù=sÛuρ ∩⊄∇∪ 7ŠθàÒøƒ¤Χ 9‘ô‰Å™ ’Îû

 ∩⊂⊄∪ ;οuŽÏWx. 7πyγÅ3≈sùuρ ∩⊂⊇∪ 5>θä3ó¡¨Β


Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon
pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang
terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang
banyak, (TQS. al-Wâqi’ah [56): 28-32).

ħsù$uΖoKu‹ù=sù y7Ï9≡sŒ ’Îûuρ 4 Ô7ó¡ÏΒ …çµßϑ≈tFÅz ∩⊄∈∪ BΘθçG÷‚¨Β 9,‹Ïm§‘ ÏΒ tβöθs)ó¡ç„

šχθç/§s)ßϑø9$# $pκÍ5 Ü>uŽô³o„ $YΖøŠtã ∩⊄∠∪ AΟŠÏ⊥ó¡n@ ÏΒ …çµã_#z–É∆uρ ∩⊄∉∪ tβθÝ¡Ï≈oΨtGßϑø9$#
Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya),
laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya
orang berlomba-lomba. Dan campuran khamar murni itu adalah
dari tasnim, (yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang
yang didekatkan kepada Allah. (TQS. al-Muthafifîn [83]: 25-
28).

$YΖøŠtã ∩∈∪ #—‘θèù$Ÿ2 $yγã_#t“ÏΒ šχ%x. <¨ù(x. ÏΒ šχθç/uŽô³tƒ u‘#tö/F{$# ¨βÎ)

 ∩∉∪ #ZŽÉføs? $pκtΞρãÉdfxム«!$# ߊ$t7Ïã $pκÍ5 Ü>uŽô³o„


Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari
gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur. (yaitu)
mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah
230 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-


baiknya. (TQS. al-Insân [76]: 5-6),

 ∩⊇⊆∪ Wξ‹Ï9õ‹s? $yγèùθäÜè% ôMn=Ïj9èŒuρ $yγè=≈n=Ïß öΝÍκöŽn=tã ºπu‹ÏΡ#yŠuρ


Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan
buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (TQS.
al-Insân [76]: 14),

Wξ‹Î6|¡ù=y™ 4‘£ϑ|¡è@ $pκŽÏù $YΖøŠtã ∩⊇∠∪ ¸ξŠÎ6pgΥy— $yγã_#z•ÏΒ tβ%x. $U™ù(x. $pκŽÏù tβöθs)ó¡ç„uρ

 ∩⊇∇∪
Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang
campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata
air surga yang dinamakan salsabil. (TQS. al-Insân [76]: 17-18)

 #—‘θßγsÛ $\/#tx© öΝåκ›5u‘ öΝßγ9s)y™uρ


Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. (TQS.
al-Insân [76]: 21),

 ∩∠⊂∪ tβθè=ä.ù's? $yγ÷ΨÏiΒ ×οuŽÏVx. ×πyγÅ3≈sù $pκŽÏù ö/ä3s9


Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang
sebahagiannya kamu makan. (TQS. Az-Zukhruf [43]: 73),

 ∩∈∈∪ šÏΖÏΒ#u >πyγÅ3≈sù Èe≅ä3Î/ $yγŠÏù tβθããô‰tƒ


Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan
aman (dari segala kekhawatiran), (TQS. Ad-Dukhân [44]: 55),

 ∩⊆⊄∪ tβθåκtJô±o„ $£ϑÏΒ tµÏ.≡uθsùuρ


Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka
ingini. (TQS. al-Mursalat [77]: 42),

∩⊄⊄∪ tβθåκtJô±o„ $£ϑÏiΒ 5Οóss9uρ 7πyγÅ3≈xÎ/ Νßγ≈tΡ÷Šy‰øΒr&uρ


Merindukan Surga... 231

Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging


dari segala jenis yang mereka ingini. (TQS. ath-Thûr [52]: 22),

Èe≅ä. ÏΒ $yϑÍκŽÏù ∩∈⊇∪ Èβ$t/Éj‹s3è? $yϑä3În/u‘ ÏIω#u Äd“r'Î7sù ∩∈⊃∪ Èβ$tƒÌøgrB Èβ$oΨø‹tã $uΚÍκŽÏù

∩∈⊂∪ Èβ$t/Éj‹s3è? $yϑä3În/u‘ ÏIω#u Äd“r'Î6sù ∩∈⊄∪ Èβ%y`÷ρy— 7πyγÅ3≈sù


Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir.
Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di
dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang
berpasangan. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan? (TQS. ar-Rahmân [55]: 50-53).

 5β#yŠ È÷tF¨Ζyfø9$# o_y_uρ


…Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat.
(TQS. ar-Rahmân [55]: 54).

 Kenikmatan surga berupa pasangan hidup. Allah


berfirman:

 ∩∈⊆∪ &Ïã A‘θçt¿2 Νßγ≈oΨô_¨ρy—uρ y7Ï9≡x‹Ÿ2


Demikianlah, dan Kami berikan kepada mereka bidadari. (TQS.
Ad-Dukhan [44]: 54),

 ∩⊄⊂∪ ÈβθãΖõ3yϑø9$# Çυä9÷σs=9$# È≅≈sVøΒr(x. ∩⊄⊄∪ ×Ïã î‘θãmuρ


Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli,
laksana mutiara yang tersimpan baik. (TQS. al-Wâqi’ah [56):
22-23),

 ∩⊂∠∪ $\/#tø?r& $¹/ããã ∩⊂∉∪ #—‘%s3ö/r& £ßγ≈oΨù=yèpgmx ∩⊂∈∪ [!$t±ΣÎ) £ßγ≈tΡù't±Σr& !$‾ΡÎ)
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari)
dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan,
232 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

penuh cinta lagi sebaya umurnya, (TQS. al-Wâqi’ah [56): 35-


37),

 ∩⊄⊃∪ &Ïã A‘θçt¿2 Οßγ≈uΖô_¨ρy—uρ ( 7πsùθàóÁ¨Β 9‘çŽß€ 4’n?tã tÏ↔Å3−GãΒ


Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami
kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata
jeli. (TQS. ath-Thûr [52]: 20),

ÏIω#u Äd“r'Î6sù ∩∈∉∪ Aβ!%y` Ÿωuρ óΟßγn=ö6s% Ó§ΡÎ) £åκ÷ZÏϑôÜtƒ óΟs9 Å∃ö©Ü9$# ßN≡uŽÅÇ≈s% £ÍκŽÏù

 ∩∈∇∪ ãβ%y`öyϑø9$#uρ ßNθè%$u‹ø9$# £æη‾Ρr(x. ∩∈∠∪ Èβ$t/Éj‹s3è? $yϑä3În/u‘


Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan
pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum
mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka)
dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan? Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan
marjan. (TQS. ar-Rahmân [55]: 56-58).

 Kenikmatan surga berupa pelayan. Allah berfirman:

 ∩⊇∠∪ tβρà$©#sƒ’Χ ×β≡t$ø!Íρ öΝÍκöŽn=tã ß∃θäÜtƒ


Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, (TQS.
al-Wâqi’ah [56]: 17),

 ∩⊇∪ #Y‘θèVΖ¨Β #Zσä9÷σä9 öΝåκtJö6Å¡ym öΝåκtJ÷ƒr&u‘ #sŒÎ) tβρà$©#sƒ’Χ ×β≡t$ø!Íρ öΝÍκöŽn=tã ß∃θäÜtƒuρ
Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap
muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka
mutiara yang bertaburan. (TQS. al-Insân [76]: 19).

 Kenikmatan surga berupa perkakas. Allah berfirman:

 t,Î#Î7≈s)tG•Β 9‘ãß™ 4’n?tã $ºΡ≡uθ÷zÎ)


Merindukan Surga... 233

Sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di


atas dipan-dipan. (TQS. al-Hijr [15]: 47),

 ( 5>#uθø.r&uρ 5=yδsŒ ÏiΒ 7∃$ysÅÁÎ/ ΝÍκöŽn=tã ß∃$sÜãƒ


Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala…
(TQS. az-Zukhruf [43]: 71),

 ∩⊄⊂∪ tβρãÝàΖtƒ Å7Í←!#u‘F{$# ’n?tã


Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. (TQS.
al-Muthafifîn [83]: 23),

 ∩⊇∇∪ &Ïè¨Β ÏiΒ <¨ù(x.uρ t,ƒÍ‘$t/r&uρ 5>#uθø.r'Î/


Dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman
yang diambil dari air yang mengalir, (TQS. al-Wâqi’ah [56]:
18),

 ( Å7Í←!#u‘F{$# ’n?tã $pκŽÏù tÏ↔Å3−G•Β


Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan,… (TQS. al-
Insân [76]: 13),

 ∩⊇∈∪ O#tƒÍ‘#uθs% ôMtΡ%x. 5>#uθø.r&uρ 7πāÒÏù ÏiΒ 7πu‹ÏΡ$t↔Î/ ΝÍκöŽn=tã ß∃$sÜãƒuρ


Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-
piala yang bening laksana kaca, (TQS. Al-Insan [76]: 15),

 ∩⊇∉∪ šÎ=Î7≈s)tGãΒ $pκöŽn=tæ tÏ↔Å3−G•Β ∩⊇∈∪ 7πtΡθàÊöθ¨Β 9‘çŽß€ 4’n?tã


Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata,
seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. (TQS. al-
Wâqi’ah [56]: 15-16),

 ∩⊂⊆∪ >πtãθèùö¨Β <¸ãèùuρ


Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. (TQS. al-Wâqi’ah [56]:
34),
234 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

∩⊇∈∪ ×πsùθàóÁtΒ ä−Í‘$oÿsςuρ ∩⊇⊆∪ ×πtãθàÊöθ¨Β Ò>#uθø.r&uρ ∩⊇⊂∪ ×πtãθèùö¨Β Ö‘çŽß€ $pκŽÏù

 ∩⊇∉∪ îπrOθèVö7tΒ ÷’Î1#u‘y—uρ


Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan, dan gelas-gelas
yang terletak (di dekatnya), dan bantal-bantal sandaran yang
tersusun, dan permadani-permadani yang terhampar. (TQS. al-
Ghasyiyah [88]: 13-16,

 ( 7πsùθàóÁ¨Β 9‘çŽß€ 4’n?tã tÏ↔Å3−GãΒ


Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan... (TQS. ath-
Thûr [52]: 20),

 4 5−uŽö9tGó™Î) ôÏΒ $pκß]Í←!$sÜt/ ¤\ãèù 4’n?tã tÏ↔Å3−GãΒ


Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari
sutra… (TQS. ar-Rahmân [55]: 54).

 Kenikmatan surga berupa suhu udara yang sedang. Allah


berfirman:

 $yγè=≈n=Ïß öΝÍκöŽn=tã ºπu‹ÏΡ#yŠuρ ∩⊇⊂∪ #\ƒÌyγøΒy— Ÿωuρ $T¡ôϑx© $pκŽÏù tβ÷ρttƒ Ÿω
…Mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan
tidak pula dingin yang bersangatan. Dan naungan (pohon-pohon
surga itu) dekat di atas mereka… (TQS. al-Insân [76]: 13-14).

 Kenikmatan surga berupa perkara-perkara yang


diinginkan. Allah berfirman:

ß§àΡF{$# ϵŠÎγtGô±n@ $tΒ $yγŠÏùuρ ( 5>#uθø.r&uρ 5=yδsŒ ÏiΒ 7∃$ysÅÁÎ/ ΝÍκöŽn=tã ß∃$sÜãƒ

∩∠⊇∪ šχρà$Î#≈yz $yγŠÏù óΟçFΡr&uρ ( ÚãôãF{$# —%s#s?uρ


Merindukan Surga... 235

Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala


dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati
dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (TQS.
az-Zukhruf [43]: 71),

 šχθåκtJô±tƒ $¨Β Νßγs9uρ


Sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka
sukai (yaitu anak-anak laki-laki). (TQS. an-Nahl [16]: 57),

 tβθã㣉s? $tΒ $yγŠÏù öΝä3s9uρ öΝä3Ý¡àΡr& þ‘ÏStGô±n@ $tΒ $yγŠÏù öΝä3s9uρ


…Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan …
(TQS. al-Fushilat [41]: 31),

Ÿω ∩⊇⊃⊇∪ tβρ߉yèö6ãΒ $pκ÷]tã y7Í×‾≈s9'ρé& #o_ó¡ßsø9$# $¨ΨÏiΒ Νßγs9 ôMs)t7y™ šÏ%©!$# ¨βÎ)

 ∩⊇⊃⊄∪ tβρà$Î#≈yz óΟßγÝ¡àΡr& ôMyγtGô©$# $tΒ ’Îû öΝèδuρ ( $yγ|¡ŠÅ¡ym šχθãèyϑó¡„o


Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan
yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka, mereka
tidak mendengar sedikitpun suara api neraka, dan mereka kekal
dalam meni‘mati apa yang diingini oleh mereka. (TQS. al-Anbiya
[21]: 101-102).

Di antara perkara-perkara yang dijaga Allah dari ahli surga


dan akan dijauhkan dari mereka adalah:

 Rasa dengki. Allah berfirman:

 @e≅Ïî ôÏiΒ ΝÏδÍ‘ρ߉߹ ’Îû $tΒ $oΨôãt“tΡuρ


Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati
mereka, … (TQS. al-Hijr [15]: 47).
236 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Kepayahan dan kelelahan. Allah berfirman:

∩⊆∇∪ Ò=|ÁtΡ $yγ‹Ïù öΝßγ¡yϑtƒ Ÿω


Mereka tidak merasa lelah di dalamnya… (TQS. al-Hijr [15]:
48).

 Takut dan sedih. Allah berfirman:

∩∉∇∪ šχθçΡt“øtrB óΟçFΡr& Iωuρ tΠöθu‹ø9$# â/ä3ø‹n=tæ ì∃öθyz Ÿω ÏŠ$t7Ïè≈tƒ


Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari
ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (TQS. az-Zukhruf [43]:
68).

Kenikmatan surga adalah kenikmatan abadi yang tidak akan


sirna. Para penghuni surga tidak akan keluar dari dalamnya. Dalil
atas hal ini adalah firman Allah:

∩⊆∇∪ tÅ_t÷‚ßϑÎ/ $pκ÷]ÏiΒ Νèδ $tΒuρ


…Mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya. (TQS.
al-Hijr [15]: 48),

∩∠⊇∪ šχρà$Î#≈yz $yγŠÏù óΟçFΡr&uρ


…Dan kamu kekal di dalamnya. (TQS. az-Zukhruf [43]: 71),

z>#x‹tã óΟßγ9s%uρuρ ( 4’n<ρW{$# sπs?öθyϑø9$# āωÎ) šVöθyϑø9$# $yγŠÏù šχθè%ρä‹tƒ Ÿω

∩∈∉∪ÉΟŠÅspgø:$#
Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di
dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka, (TQS.
Ad-Dukhân [44]: 56),

∩⊇⊃⊄∪ tβρà$Î#≈yz óΟßγÝ¡àΡr& ôMyγtGô©$# $tΒ ’Îû öΝèδuρ


Merindukan Surga... 237

…Mereka kekal dalam meni’mati apa yang diingini oleh mereka.


(TQS. al-Anbiya [21]: 102).

Itulah sekilas gambaran tentang surga. Karena itu marilah


kita bersegera menggapainya. Allah berfirman:

ÞÚö‘F{$#uρ ßN≡uθ≈yϑ¡¡9$# $yγàÊótã >π¨Ψy_uρ öΝà6În/§‘ ÏiΒ ;οtÏøótΒ 4’n<Î) (#þθããÍ‘$y™uρ

∩⊇⊂⊂∪ tÉ)−Gßϑù=Ï9 ôN£‰Ïãé&


Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan
untuk orang-orang yang bertakwa, (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 133).

Marilah kita berlomba-lomba melaksanakan kebaikan. Allah


berfirman:

Èe≅ä. 4’n?tã ©!$# ¨βÎ) 4 $—èŠÏϑy_ ª!$# ãΝä3Î/ ÏNù'tƒ (#θçΡθä3s? $tΒ tør& 4 ÏN≡uŽöy‚ø9$# (#θà)Î7tFó™$$sù

∩⊇⊆∇∪ ֍ƒÏ‰s% &óx«


Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di
mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu
sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. (TQS. al-Baqarah [2]: 148)

Dengan begitu Allah akan menolong kita di dunia. Dan di akhirat


kelak kita akan ada di surga yang paling tinggi (a’la iliyyin) bersama
orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah di akhirat. Allah
berfirman:

z↵ÍhŠÎ;¨Ψ9$# zÏiΒ ΝÍκöŽn=tã ª!$# zΝyè÷Ρr& tÏ%©!$# yìtΒ y7Í×‾≈s9'ρé'sù tΑθß™§9$#uρ ©!$# ÆìÏÜムtΒuρ

∩∉∪ $Z)ŠÏùu‘ y7Í×‾≈s9'ρé& zÝ¡ymuρ 4 tÅsÎ=≈¢Á9$#uρ Ï!#y‰pκ’¶9$#uρ tÉ)ƒÏd‰Å_Á9$#uρ


238 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Dan barangsiapa yang menta‘ati Allah dan Rasul (Nya), mereka


itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddîqîn, orang-orang
yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman
yang sebaik-baiknya. (TQS. an-Nisa [4]: 69).

Siapakah yang lebih utama dari para pengemban dakwah,


yang senantiasa berlomba melaksanakan kebaikan, bersegera
meraih ampunan, surga, dan keridhaan Allah Yang Maha Besar?

Kebaikan-kebaikan yang diperintahkan Allah agar kita


berlomba-lomba dan bersegera melaksanakannya banyak sekali,
diantaranya:

 Seluruh fardhu a’in, seperti shalat wajib, zakat wajib, shaum


Ramadhan, haji, memahami perkara yang diwajibkan bagi manusia
dalam hidupnya, jihad untuk mempertahankan diri, jihad yang
diperintahkan oleh Khalifah, melakukan baiat tha’at, memberi
nafkah yang wajib dan berusaha mencarinya, menjalin silaturahmi
kepada kerabat, bergabung dalam jama’ah kaum Muslim, dan lain-
lain.

 Seluruh fardhu kifayah, seperti mewujudkan jamaah


(organisasi) yang menyerukan Islam dan melaksanakan amar
ma’ruf nahyi munkar. Ter masuk melakukan jihad yang
diperintahkan, baiat in’iqad, thalabul ilmi, berjaga-jaga di benteng
pertahanan, dan lain-lain.
Kewajiban-kewajiban ini, baik fardhu a’in ataupun fardhu
kifayah, adalah ibadah yang paling utama dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah. Seorang hamba tidak akan meraih
ridha Allah kecuali dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban
Merindukan Surga... 239

tersebut. Dalil atas hal ini adalah hadits dari Abû Umamah riwayat
ath-Thabrâni di dalam al-Kabir, Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬‫ ﺍ‬،ِ‫ﻭﺓ‬ ‫ﺍ‬‫ﻌﺪ‬ ‫ﻲ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺯِﻧ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪ ﺑ‬ ‫ﻭﻟِﻴﹰﺎ ﻓﹶ ﹶﻘ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ ِﻟ‬‫ﻦ ﹶﺃﻫ‬ ‫ﻣ‬ :‫ﺎﻟﹶﻰ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺗﻌ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ﹶﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
«‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺿ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺎ ﺍ ﹾﻓ‬‫ﺍ ِﺀ ﻣ‬‫ﻱ ِﺇ ﱠﻻ ِﺑ ﹶﺄﺩ‬
 ‫ﻨ ِﺪ‬‫ﺎ ِﻋ‬‫ﻙ ﻣ‬ ‫ﺪ ِﺭ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻡ ﹶﻟ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺁ‬
Sesungguhnya Allah berfirman, “Siapa saja yang menghinakan
kekasih-Ku berarti ia telah terang-terangan memusuhi-Ku. Wahai
anak Adam, engkau tidak akan memperoleh apa yang ada di sisi-
Ku kecuali dengan melaksanakan apa yang Aku wajibkan
kepadamu...”

 Segala ibadah yang disunahkan. Jika seorang hamba telah


melaksanakan apa yang diwajibkan Allah kepadanya, lalu diikuti
dengan melaksanakan ibadah yang disunahkan, dan bertaqarub
kepada Allah dengan perkara yang disunahkan, maka Allah akan
mendekat kepada-Nya dan akan mencintai-Nya. Dalam hadits dari
Abû Umamah riwayat ath-Thabrâni di dalam al-Kabir, yang telah
disebutkan sebelumnya menyatakan:

‫ﻪ‬ ‫ــ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﹶﻗﹾﻠﺒ‬ ‫ ﹶﻓﹶﺄ ﹸﻛ‬،‫ﺒﻪ‬‫ﻰ ﹸﺃ ِﺣ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺍ ِﻓ ِﻞ‬‫ﻨﻮ‬‫ﻲ ﺑِﺎﻟ‬ ‫ﺏ ِﺇﹶﻟ‬


 ‫ﺮ‬ ‫ﺘ ﹶﻘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﺒ ِﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﺍ ﹸﻝ‬‫ﻳﺰ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ...»
‫ ﻓﹶــِﺈﺫﹶﺍ‬،ِ‫ﺮِﺑﻪ‬ ‫ﺼ‬
ِ ‫ﺒ‬‫ﻳ‬ ‫ﻩ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ،ِ‫ﻖ ِﺑﻪ‬ ‫ﻨ ِﻄ‬ ‫ﻪ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﻳ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﻭِﻟﺴ‬ ،ِ‫ﻌ ِﻘ ﹸﻞ ِﺑﻪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬
‫ﺐ‬
 ‫ـ‬
‫ـ‬‫ﺣ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﺗﻪ‬‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
‫ﺐ‬  ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺍ‬ ،‫ﺘﻪ‬‫ﻴ‬‫ﻋ ﹶﻄ‬ ‫ﺳﹶﺄﹶﻟﻨِﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ،‫ﺘﻪ‬‫ﺒ‬‫ﺟ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﺎِﻧ‬‫ﺩﻋ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﺮﻧِﻲ‬ ‫ﺼ‬
«‫ﺤ ﹸﺔ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺼ‬
ِ ‫ﻨ‬‫ﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﻱ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺒ ِﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﺩ ِﺓ‬ ‫ﺎ‬‫ِﻋﺒ‬
….Hamba-Ku yang terus-menerus mendekatkan dirinya kepada-
Ku dengan melaksanakan ibadah sunah, maka pasti Aku akan
mencintainya. Maka (jika Aku telah mencintainya) Aku akan
menjadi hatinya yang ia berpikir dengannya; Aku akan menjadi
lisannya yang ia berbicara dengannya; dan Aku akan menjadi
240 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

matanya yang ia melihat dengannya. Jika ia berdoa kepada-Ku,


maka pasti Aku akan mengabulkannya. Jika ia meminta kepada-
Ku, maka pasti Aku akan memberinya. Jika ia meminta pertolongan
kepada-Ku, maka pasti Aku akan menolongnya. Ibadah hamba-
Ku yang paling Aku cintai adalah memberikan nasihat.

Imam al-Bukhâri meriwayatkan suatu hadits dari Anas bin Malik


dari Nabi saw., bahwa sesungguhnya Allah berfirman:

‫ﺎ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻲ ِﺫﺭ‬‫ﺏ ِﻣﻨ‬


 ‫ﺮ‬ ‫ﺗ ﹶﻘ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻴ ِﻪ ِﺫﺭ‬‫ﺖ ِﺇﹶﻟ‬  ‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ ﹶﻘ‬ ‫ﺍ‬‫ﺒﺮ‬‫ﻲ ِﺷ‬ ‫ﺪ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﺒ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺏ ﺍﻟﹾ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺗ ﹶﻘ‬ ‫»ِﺇﺫﹶﺍ‬
«‫ﻭﹶﻟ ﹰﺔ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ﻤﺸِﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎﻧِﻲ‬‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃﺗ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺎﻋ‬‫ﻪ ﺑ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﺖ ِﻣ‬  ‫ﺑ‬‫ﺮ‬ ‫ﺗ ﹶﻘ‬
Apabila seorang hamba mendekat kepada-Ku satu jengkal, maka
Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Dan jika ia mendekat
kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa.
Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang
kepadanya dengan berlari.”

Di antara ibadah-ibadah yang disunahkan adalah:

Wudlu untuk setiap kali Shalat serta Menggosok Gigi setiap


kali Berwudhu

Dalilnya adalah hadits riwayat Ahmad dengan isnad yang


hasan dari Abû Hurairah, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻊ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻮ ٍﺀ‬‫ﻮﺿ‬ ‫ﻼ ٍﺓ ِﺑ‬


‫ﺻﹶ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ ﱢﻞ‬ ‫ﻨ‬‫ﻢ ِﻋ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻣﺘِﻲ َ َﻷ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹸﺃ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺷ‬
 ‫ﻮ ﹶﻻ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃ‬ ‫»ﹶﻟ‬
«‫ﻙ‬ٍ ‫ﺍ‬‫ﺴﻮ‬ِ ‫ﻮ ٍﺀ ِﺑ‬‫ﻭﺿ‬ ‫ﹸﻛ ﱢﻞ‬
Jika tidak khawatir memberatkan umatku, maka pasti aku akan
memerintahkan mereka berwudhu untuk setiap shalat dan
menggosok gigi setiap kali berwudhu.
Merindukan Surga... 241

Dalam satu riwayat mutafaq ‘alaih disebutkan:

«‫ﻼ ٍﺓ‬
‫ﺻﹶ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ ﱢﻞ‬ ‫ﻨ‬‫ﺍ ِﻙ ِﻋ‬‫ﺴﻮ‬
 ‫ﻢ ﺑِﺎﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻣﺘِﻲ َ َﻷ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹸﺃ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻮ ﹶﻻ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃ‬ ‫»ﹶﻟ‬
Jika aku tidak khawatir memberatkan umatku, maka pasti aku akan
memerintahkan mereka menggosok gigi setiap kali shalat.

Shalat Dua Raka’at setelah Wudhu

Hal ini didasarkan pada hadits dari Abû Hurairah —


mutafaq ‘alaih— sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda kepada
Bilal:

‫ﺖ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺳ ِﻤ‬ ‫ﻲ‬‫ ﹶﻓِﺈﻧ‬،‫ﻼ ِﻡ‬
‫ــ ﹶ‬‫ﻪ ﻓِﻲ ﹾﺍ ِﻹﺳ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋ ِﻤ ﹾﻠ‬ ‫ﻤ ٍﻞ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻰ‬‫ﺭﺟ‬ ‫ﹾﺛﻨِﻲ ِﺑﹶﺄ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﻼ ﹸﻝ‬
‫ﺎ ِﺑ ﹶ‬‫»ﻳ‬
‫ﻨﺪِﻱ‬‫ﻰ ِﻋ‬‫ﺭﺟ‬ ‫ﻼ ﹶﺃ‬
‫ﻤ ﹰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻋ ِﻤ ﹾﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻣ‬:‫ﻨ ِﺔ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻱ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﺩ‬
‫ﻚ‬
 ‫ﺖ ِﺑ ﹶﺬِﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺻﱠﻠ‬
 ‫ ِﺇ ﱠﻻ‬،‫ﺎ ٍﺭ‬‫ﻧﻬ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻴ ٍﻞ ﹶﺃ‬‫ﻋ ِﺔ ﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻓِﻲ ﺳ‬،‫ﺍ‬‫ﻮﺭ‬‫ﺮ ﹶﻃﻬ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺗ ﹶﻄ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻲ ﹶﻟ‬‫ﻣﻦ ﹶﺃﻧ‬
«‫ﻲ‬ ‫ﺻﱢﻠ‬
 ‫ﺐ ﻟِﻲ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹸﺃ‬
 ‫ﺎ ﹸﻛِﺘ‬‫ﻮ ِﺭ ﻣ‬‫ﺍﻟ ﱡﻄﻬ‬
Wahai Bilal, beritahukanlah kepadaku amal yang paling engkau
harapkan di dalam Islam, karena aku telah mendengar ketukan
kedua terompahmu di surga. Bilal berkata, “Aku tidak mengamalkan
suatu amal yang paling aku harapkan selain senantiasa shalat setiap
kali selesai bersuci baik siang atau malam, selama shalat diwajibkan
kepadaku.”

Adzan, Berdiri di Barisan Pertama dan Bergegas untuk


Shalat

Dalilnya adalah hadits mutafaq ‘alaih yang diriwayatkan


dari Abû Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
242 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﻭﺍ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﺠﺪ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻢ ﹶﻟ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻭ ِﻝ‬ ‫ﻒ ﹾﺍ َﻷ‬
 ‫ﺼـ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ﺍ ِﺀ ﻭ‬‫ﻨﺪ‬‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬‫ﺱ ﻣ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻢ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﹶﻠ‬‫ﻳﻌ‬ ‫ﻮ‬ ‫»ﹶﻟ‬
، ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﺒﻘﹸﻮﺍ ِﺇﹶﻟ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺠ ِﲑ ﹶﻻ‬
ِ ‫ﻬ‬ ‫ﺘ‬‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﻣ‬‫ﻌﹶﻠﻤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﻮﺍ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻴ ِﻪ ﹶﻻ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺘ ِﻬﻤ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬
«‫ﺍ‬‫ﺒﻮ‬‫ﺣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻫﻤ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺒ ِﺢ َ َﻷ‬‫ﺼ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ﻤ ِﺔ ﻭ‬ ‫ﺘ‬‫ﻌ‬ ‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﻣ‬‫ﻌﹶﻠﻤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬
Andaikan manusia mengetahui keutamaan adzan dan barisan
pertama (dalam shalat), kemudian mereka tidak bisa melakukan
keduanya kecuali harus mengikuti undian terlebih dahulu, maka
pasti mereka akan mengikuti undian. Andaikan mereka mengetahui
keutamaan bergegas untuk shalat, niscaya mereka akan berlomba-
lomba menggapainya. Dan andaikan mereka mengetahui
keutamaan shalat Isya’ dan Shubuh, niscaya mereka akan
menunaikannya meski harus berjalan dengan merangkak.

Juga berdasarkan hadits al-Bara riwayat Ahmad dan an-Nasâi di


dalam isnadnya. Telah berkata al-Mundziri tentang hadits ini adalah
hasan baik, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺮ ﹶﻟ‬ ‫ﻐ ﹶﻔ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺆ ﱢﺫ ﹸﻥ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﺪ ِﻡ‬ ‫ﻤ ﹶﻘ‬ ‫ﻒ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺼ‬
 ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﺼﻠﱡﻮ ﹶﻥ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻼِﺋ ﹶﻜ‬
‫ﻣ ﹶ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
‫ﻦ‬ ‫ـ‬
‫ـ‬‫ﺮ ﻣ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﺲ‬
ٍ ‫ـﺎِﺑ‬
‫ﻳـ‬‫ﻭ‬ ‫ﺐ‬
ٍ ‫ﺭ ﹾﻃـ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻪ ِﻣـ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺳ ِﻤ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺪﹶﻗ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ ﻭ‬،ِ‫ﺗِ ﻪ‬‫ ﻮ‬‫ﺻ‬
«‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ‬

Sesungguhnya Allah dan Malaikat memberikan rahmat kepada
orang yang berada di shaf (barisan) terdepan. Muadzin akan
dimintakan ampunan selama suara adzannya (masih berbunyi) dan
akan dibenarkan oleh siapa saja yang mendengarkannya, baik
benda cair maupun padat. Juga ia akan mendapatkan pahala orang
yang shalat bersamanya.
Merindukan Surga... 243

Menjawab Adzan

Dalilnya adalah hadits mutafaq ‘alaih diriwayatkan oleh


al-Hudri, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

« ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﺎ‬‫ﺆ ﱢﺫ ﹶﻥ ﹶﻓﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺘ‬‫ﻌ‬ ‫ﺳ ِﻤ‬ ‫»ِﺇﺫﹶﺍ‬
Jika kamu mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang
diucapkannya.

Dalam satu riwayat Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash,
dikatakan, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ ﹶﻓِﺈ‬،‫ﻲ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺻﻠﱡﻮﺍ‬


 ‫ﻢ‬ ‫ ﹸﺛ‬، ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﺎ‬‫ﺆ ﱢﺫ ﹶﻥ ﹶﻓﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺘ‬‫ﻌ‬ ‫ﺳ ِﻤ‬ ‫»ِﺇﺫﹶﺍ‬
‫ﺎ‬‫ﻧﻬ‬‫ ﹶﻓِﺈ‬،‫ﻮﺳِﻴﹶﻠ ﹶﺔ‬ ‫ﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﷲ ِﻟ‬
َ ‫ﺳﻠﹸﻮﺍ ﺍ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﺍ‬‫ﺸﺮ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﷲ ِﺑﻬ‬
ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﺍ‬
 ‫ﻼ ﹰﺓ‬
‫ﺻﹶ‬
 ‫ﻲ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ‬

‫ﺎ‬‫ﻮ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃﻛﹸﻮ ﹶﻥ ﹶﺃﻧ‬‫ﺭﺟ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﷲ‬
ِ ‫ﺎ ِﺩ ﺍ‬‫ﻦ ﻋِﺒ‬ ‫ﺒ ٍﺪ ِﻣ‬‫ﻌ‬ ‫ﺒﻐِﻲ ِﺇ ﱠﻻ ِﻟ‬‫ﻨ‬‫ﺗ‬ ‫ﻨ ِﺔ ﹶﻻ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻨ ِﺰﹶﻟ ﹲﺔ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬‫ﻣ‬
« ‫ﻋ ﹸﺔ‬ ‫ﺸﻔﹶﺎ‬
 ‫ﻪ ﺍﻟ‬ ‫ﺖ ﹶﻟ‬
 ‫ﺣﱠﻠ‬ ‫ﻮﺳِﻴﹶﻠ ﹶﺔ‬ ‫ﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺳﹶﺄ ﹶﻝ ِﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬
Jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang
diucapkannya, kemudian bacalah shalawat kepadaku. Karena siapa
saja yang membaca shalawat kepadaku, maka Allah akan
memberikan rahmat kepadanya sepuluh kali. Mintakanlah kepada
Allah untukku derajat yang mulia di surga kelak (al-wasilah), karena
al-wasilah adalah kedudukan di surga yang tidak layak kecuali bagi
hamba Allah. Dan aku berharap hamba Allah itu adalah aku. Siapa
saja yang memintakannya untukku, maka dia berhak atas
syafa’atku.

Dalam hadits dari Jabir riwayat al-Bukhâri, dikatakan,


sesungguhnya Nabi saw. bersabda:
244 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﻼ ِﺓ‬
‫ﺼﹶ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮ ِﺓ ﺍﻟﺘ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻫ ِﺬ ِﻩ ﺍﻟ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍ َﺀ ﺍﻟﱠﻠ‬‫ﻨﺪ‬‫ﻊ ﺍﻟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﲔ‬
 ‫ﻦ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِﺣ‬ ‫ﻣ‬ »
‫ﺍ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫ﻮﺩ‬‫ﺤﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﻘﹶﺎﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻌﹾﺜ‬ ‫ﺑ‬‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﺍﹾﻟ ﹶﻔﻀِﻴﹶﻠ ﹶﺔ‬‫ﻮﺳِﻴﹶﻠ ﹶﺔ ﻭ‬ ‫ﺍ ﺍﹾﻟ‬‫ﻤﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬
ِ ‫ ﺁ‬،‫ﻤ ِﺔ‬ ‫ﺍﻟﹾﻘﹶﺎِﺋ‬
«‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻋﺘِﻲ‬ ‫ﺷﻔﹶﺎ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺖ ﹶﻟ‬
 ‫ﺣﱠﻠ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬
Barangsiapa ketika mendengar adzan mengucapkan, “Ya Allah,
Pemilik panggilan yang sempurna ini dan Pemilik shalat yang
ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad saw. wasilah dan
fadhilah; kirimkan kepadanya kedudukan terpuji yang telah Engkau
janjikan padanya”, maka pasti dia berhak atas syafa’atku di hari
kiamat.”

Maksud sabda Nabi saw. “hina yasma’u nida” (ketika mendengar


adzan) adalah setelah adzan itu selesai dikumandangkan.

Berdoa di antara Adzan dan Iqamat

Hal ini berdasarkan hadits dari Abû Dawud, at-Tirmidzi,


an-Nasâi, Ibn Huzaimah, Ibnu Hibban, dalam kitab shahih
keduanya, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻣ ِﺔ ﹶﻻ‬ ‫ﻭﹾﺍ ِﻹﻗﹶﺎ‬ ‫ﻦ ﹾﺍ َﻷﺫﹶﺍ ِﻥ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ ُﺀ‬‫ﺪﻋ‬ ‫»ﺍﻟ‬
Doa di antara adzan dan qamat itu tidak akan ditolak.

Membangun Masjid

Hal ini berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Utsman ra.


Aku mendengan Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻨ ِﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬‫ﻴﺘ‬‫ﺑ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﷲ ﹶﻟ‬
ُ ‫ﻰ ﺍ‬‫ﺑﻨ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺘﻐِﻲ ِﺑ ِﻪ‬‫ﺒ‬‫ﻳ‬ ‫ﺍ‬‫ﺠﺪ‬
ِ‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻰ‬‫ﺑﻨ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
Merindukan Surga... 245

Barangsiapa yang membangun masjid karena mencari ridha Allah,


maka Allah akan membangun rumah untuknya di surga.”

Berjalan ke Masjid untuk Shalat

Hal ini berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Abû


Hurairah, ia berkata; sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻮِﻗ ِﻪ‬‫ﻭﻓِﻲ ﺳ‬ ‫ﻴِﺘ ِﻪ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻼِﺗ ِﻪ ﻓِﻲ‬


‫ﺻﹶ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻋ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﺠﻤ‬
 ‫ﺟ ِﻞ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻼ ﹸﺓ ﺍﻟ‬
‫ﺻﹶ‬
 »
‫ﻢ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻮ َﺀ‬‫ﻮﺿ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺿﹶﺄ ﹶﻓﹶﺄ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻪ ِﺇﺫﹶﺍ‬ ‫ﻧ‬‫ﻚ ﹶﺃ‬
 ‫ﻭ ﹶﺫِﻟ‬ ،‫ﺟﺔﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺸﺮِﻳ‬
 ‫ﻭ ِﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤﺴ‬ ‫ﺧ‬
‫ﻮ ﹰﺓ ِﺇ ﱠﻻ‬ ‫ﺧﻄﹾــ‬ ‫ﻂ‬
‫ﺨﹸ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹶﻟ‬،‫ﻼ ﹸﺓ‬
‫ــ ﹶ‬‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍﻟﺼ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺨ ِﺮ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻼ ِﺓ ﹶﻻ‬
‫ﺼـ ﹶ‬
 ‫ﺝ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬
‫ﺰ ِﻝ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹶﻟ‬،‫ﺻﻠﱠﻰ‬
 ‫ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ‬،‫ﺧﻄِﻴﺌﹶـ ﹲﺔ‬ ‫ـﺎ‬‫ﻪ ِﺑﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻂ‬
‫ﺣ ﱠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺟ ﹲﺔ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ِﺑﻬ‬ ‫ﺖ ﹶﻟ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺭِﻓ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ ﺍﻟﱠﻠ‬،ِ‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺻ ﱢﻞ ﻋ‬
 ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ ﺍﻟﱠﻠ‬:‫ﻩ‬ ‫ﻼ‬
‫ــ ﱠ‬‫ﻣﺼ‬ ‫ﻡ ﻓِﻲ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ﺩ‬‫ﻴ ِﻪ ﻣ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺼﻠﱢﻲ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻼِﺋ ﹶﻜ ﹸﺔ‬
‫ ﹶ‬‫ﺍﹾﻟﻤ‬
«‫ﻼ ﹶﺓ‬
‫ﺼﹶ‬ ‫ﺮ ﺍﻟ‬ ‫ﺘ ﹶﻈ‬‫ﻧ‬‫ﺎ ﺍ‬‫ﻼ ٍﺓ ﻣ‬
‫ﺻﹶ‬ ‫ﺍ ﹸﻝ ﻓِﻲ‬‫ﻳﺰ‬ ‫ ﹶﻻ‬‫ ﻭ‬،‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬‫ﺍﺭ‬
Shalatnya seorang laki-laki dengan berjama’ah, melebihi shalatnya
di rumah dan di pasar dua puluh lima derajat. Hal ini didapatkannya
karena jika ia berwudhu dengan baik, kemudian keluar untuk shalat;
ia tidak keluar kecuali hanya untuk keperluan shalat saja, maka
setiap kali ia melangkah pasti akan diangkat satu derajat baginya
dan akan dihapus satu kesalahan darinya. Kemudian, jika ia shalat
maka malaikat akan senantiasa mendoakannya selama berada di
tempat shalatnya. Malaikat akan berkata, “Ya Allah!, rahmatilah
ia, Ya Allah!, sayangilah ia.” Seseorang akan senantiasa ada dalam
shalat (dicatat sebagai orang shalat, penj.) selama ia menunggu
shalat”
246 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Juga berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari abu Musa ra,


ia berkata; sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ــ‬‫ﺑﻌ‬‫ﻰ ﹶﻓ ﹶﺄ‬‫ﻤﺸ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻢ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬‫ﺼﻼﹶ ِﺓ ﹶﺃ‬
 ‫ﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬‫ﺟﺮ‬ ‫ﺱ ﹶﺃ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻋ ﹶﻈ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﹶﺃ‬
‫ﻦ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬ ‫ﺍ ِﻣ‬‫ﺟﺮ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻋ ﹶﻈ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﺎ ِﻡ‬‫ﻊ ﹾﺍ ِﻹﻣ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﺼﱢﻠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻼ ﹶﺓ‬
‫ﺼﹶ‬ ‫ﺮ ﺍﻟ‬ ِ‫ﺘﻈ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫ﻭ‬
«‫ﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﻨ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹸﺛ‬‫ﺼﻠﱢﻴﻬ‬
 ‫ﻳ‬
Sesungguhnya manusia yang paling besar pahalanya dalam shalat
adalah orang yang paling jauh jalannya (ke tempat shalat). Dan
orang yang menunggu shalat hingga ia shalat bersama imam adalah
lebih besar pahalanya dari pada orang yang shalat (sendirian)
kemudian tidur.

Shalat Nafilah (Sunah) di Rumah

Dalilnya adalah hadits mutafaq ‘alaih dari Ibnu Umar, ia


berkata; sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺍ‬‫ﻮﺭ‬‫ﺎ ﹸﻗﺒ‬‫ﺨﺬﹸﻭﻫ‬
ِ ‫ﺘ‬‫ﺗ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻮِﺗ ﹸﻜ‬‫ﺑﻴ‬ ‫ ﻓِﻲ‬‫ﻼِﺗ ﹸﻜﻢ‬
‫ﺻﹶ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﻠﹸﻮﺍ ِﻣ‬ ‫ﺟ‬ ‫»ﺍ‬
Jadikanlah sebagian dari shalat kalian di rumah-rumah kalian, dan
janganlah kalian menjadikan rumah kalian sebagai kuburan.

Juga berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Zaid bin Tsabit ra.,
sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺮ ِﺀ ﻓِﻲ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻼ ﹸﺓ ﺍﹾﻟ‬


‫ﺻﹶ‬ ‫ﻼ ِﺓ‬
‫ﺼﹶ‬
 ‫ﻀ ﹶﻞ ﺍﻟ‬
 ‫ﻢ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﹶﺃ ﹾﻓ‬ ‫ﻮِﺗ ﹸﻜ‬‫ﺑﻴ‬ ‫ﺱ ﻓِﻲ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻪ ﺍ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻳ‬‫ﺼﻠﱡﻮﺍ ﹶﺃ‬
 ‫ﹶﻓ‬...»
«‫ﺑ ﹶﺔ‬‫ﻮ‬‫ﻤ ﹾﻜﺘ‬ ‫ﻴِﺘ ِﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍﹾﻟ‬‫ﺑ‬
Shalatlah wahai manusia di rumah-rumah kalian, sesungguhnya
shalat yang paling afdhal adalah shalatnya seseorang di rumahnya,
kecuali shalat wajib.
Merindukan Surga... 247

Qiyamullail (Shalat Malam)

Hal ini berdasarkan Firman Allah Ta’ala:

∩⊇∉∪ ÆìÅ_$ŸÒyϑø9$# Çtã öΝßγç/θãΖã_ 4’nû$yftFs?


Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, (TQS. Sajdah [32]:
16)

∩⊇∠∪ tβθãèyföκu‰ $tΒ È≅ø‹©9$# zÏiΒ Wξ‹Î=s% (#θçΡ%x.


Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. (TQS. adz-Dzâriyat
[51]: 17)

Dan berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Abû Hurairah ra.,


sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﻋ ﹶﻘ ٍﺪ‬ ‫ﺙ‬


‫ﻼ ﹶ‬
‫ﻡ ﹶﺛ ﹶ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮ ﻧ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻢ ِﺇﺫﹶﺍ‬ ‫ﺣ ِﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺱ ﹶﺃ‬
ِ ‫ﺭﹾﺃ‬ ‫ﻴ ِﺔ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﻗﹶﺎِﻓ‬ ‫ﻴﻄﹶﺎ ﹸﻥ‬‫ﺸ‬
 ‫ﺪ ﺍﻟ‬ ‫ﻌ ِﻘ‬ ‫ﻳ‬»
‫ﺮ‬ ‫ﻆ ﹶﻓ ﹶﺬ ﹶﻛ‬
‫ﻴ ﹶﻘ ﹶ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ِﻥ ﺍ‬، ‫ﺪ‬ ‫ﺭﹸﻗ‬ ‫ﻴ ﹲﻞ ﹶﻃﻮِﻳ ﹲﻞ ﻓﹶﺎ‬ ‫ﻚ ﹶﻟ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ :‫ﺪ ٍﺓ‬ ‫ﻋ ﹾﻘ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹸﻛ ﱠﻞ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﻀ ِﺮ‬
 ‫ﻳ‬
‫ﺖ‬
 ‫ﺤﱠﻠ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺻﻠﱠﻰ ﺍ‬
 ‫ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ‬،‫ﺪﹲﺓ‬ ‫ﻋ ﹾﻘ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺤﱠﻠ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺿﹶﺄ ﺍ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ‬،‫ﺪﹲﺓ‬ ‫ﻋ ﹾﻘ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺤﱠﻠ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺎﻟﹶﻰ ﺍ‬‫ﺗﻌ‬ ‫ﷲ‬
َ‫ﺍ‬
‫ﺲ‬
ِ ‫ﻨ ﹾﻔ‬‫ﺚ ﺍﻟ‬
‫ﺧﺒِﻴ ﹶ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻭِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ‬ ،‫ﺲ‬
ِ ‫ﻨ ﹾﻔ‬‫ﺐ ﺍﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻧﺸِﻴﻄﹰﺎ ﹶﻃ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ ﹶﻓﹶﺄ‬،‫ﺎ‬‫ﺪﹲﺓ ﹸﻛﱡﻠﻬ‬ ‫ﻋ ﹾﻘ‬
«‫ﻼ ﹶﻥ‬‫ﺴﹶ‬  ‫ﹶﻛ‬
Setan membuat tiga ikatan pada tengkuk salah seorang dari kalian
ketika kalian sedang tidur. Dia memukul pada setiap ikatan seraya
berkata, “Engkau memiliki malam yang sangat panjang, maka
tidurlah.” Apabila orang tersebut bangun dan berdzikir kepada
Allah, maka terurailah satu ikatan. Kemudian apabila ia wudlu,
maka terurailah ikatan yang kedua. Jika setelah itu ia shalat, maka
terurailah seluruh ikatan. Di pagi hari ia akan bersemangat dan
248 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

berjiwa baik. Tapi jika ia tidak melakukan tiga perkara di atas, maka
di pagi hari ia akan buruk jiwanya dan menjadi pemalas.

Juga berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Ibnu Mas’ud, ia


berkata; suatu ketika di hadapan Nabi diceritakan tentang seorang
yang tidur hingga waktu shubuh. Maka Rasul saw. berkata:

«‫ﻭ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻓِﻲ ﹸﺃ ﹸﺫِﻧ ِﻪ‬ ‫ﻴ ِﻪ ﹶﺃ‬‫ﻧ‬‫ﻲ ﹸﺃ ﹸﺫ‬ ‫ﻴﻄﹶﺎ ﹸﻥ ِﻓ‬‫ﺸ‬


 ‫ﺎ ﹶﻝ ﺍﻟ‬‫ﺟ ﹲﻞ ﺑ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻙ‬ ‫»ﺫﹶﺍ‬
Dia adalah orang yang dikencingi setan di kedua telinganya; atau
Rasul berkata, di telinganya.

Disunahkan orang yang bertahajjud mengakhiri shalatnya dengan


witir, berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Ibnu Umar ra., dari
Nabi saw, beliau bersabda:

«‫ﺍ‬‫ﺗﺮ‬‫ﻴ ِﻞ ِﻭ‬‫ﻢ ﺑِﺎﻟﱠﻠ‬ ‫ﻼِﺗ ﹸﻜ‬


‫ﺻﹶ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻌﻠﹸﻮﺍ ﺁ ِﺧ‬ ‫ﺟ‬ ‫»ﺍ‬
Jadikanlah witir sebagai akhir dari shalat malam kalian.

Mandi pada Hari Jum’at

Hal ini berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Ibnu Umar


ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺴ ﹾﻞ‬
ِ ‫ﺘ‬‫ﻐ‬ ‫ﻴ‬‫ﻌ ﹶﺔ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺎ َﺀ ﹶﺃ‬‫»ِﺇﺫﹶﺍ ﺟ‬
Jika salah seorang di antara kalian mendatangi Jum’at, maka
hendaklah ia mandi.

Juga berdasarkan hadits Salman al-Farisi ra., ia bekata; Rasulullah


saw. bersabda:

‫ﻭ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻬ ٍﺮ ﹸﺛ‬ ‫ﻦ ﹸﻃ‬ ‫ﻉ ِﻣ‬


 ‫ﺘﻄﹶﺎ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﺮ ِﺑﻤ‬ ‫ﺗ ﹶﻄﻬ‬‫ﻭ‬ ‫ﻌ ِﺔ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻡ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺴ ﹶﻞ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻣ ِﻦ ﺍ ﹾﻏ‬ »
Merindukan Surga... 249

‫ﻢ‬ ‫ﻪ ﺛﹸــ‬ ‫ﺐ ﹶﻟ‬


 ‫ﺎ ﹸﻛِﺘ‬‫ﺼﻠﱠﻰ ﻣ‬
 ‫ﻴ ِﻦ ﹶﻓ‬‫ﻨ‬‫ﻦ ﺍﹾﺛ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻳ ﹶﻔ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺡ ﹶﻓﹶﻠ‬
 ‫ﺍ‬‫ﻢ ﺭ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﺐ‬
ٍ ‫ﻦ ﻃِﻴ‬ ‫ﺲ ِﻣ‬
 ‫ﻣ‬
«‫ﻯ‬‫ﺧﺮ‬ ‫ﻌ ِﺔ ﹾﺍ ُﻷ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﻣ‬ ‫ﺮ ﹶﻟ‬ ‫ﺖ ﹸﻏ ِﻔ‬
 ‫ﺼ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻡ ﹶﺃ‬ ‫ﺎ‬‫ﺝ ﹾﺍ ِﻹﻣ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ِﺇﺫﹶﺍ‬
Siapa saja yang mandi pada hari Jum’at dan bersuci semampunya,
kemudian memakai wangi-wangian atau menyentuh yang wangi-
wangi, lalu pergi menuju Masjid; Setibanya di Masjid ia tidak
melewati (melangkahi) di antara dua orang, kemudian ia shalat
sesuai ketentuan; Dan jika imam datang untuk berkhutbah ia diam
mendengarkannya, maka Allah akan mengampuni dosanya yang
ada di antara Jum’at itu dan Jum’at sebelumnya. (HR. al-
Bukhâri).

Shadaqah Sunah

Hal ini berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Abû


Hurairah, ia berkata; sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﷲ ِﺇ ﱠﻻ‬
ُ ‫ﺒـ ﹸﻞ ﺍ‬‫ﻳ ﹾﻘ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ - ‫ﺐ‬
ٍ ‫ــ‬‫ﺐ ﹶﻃﻴ‬
ٍ ‫ــ‬‫ﻦ ﹶﻛﺴ‬ ‫ﺮ ٍﺓ ِﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺪ ِﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻕ ِﺑ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
‫ﻲ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻛﻤ‬،‫ـﺎ ِﺣﺒِﻪ ﺍ‬
‫ـ‬‫ـﺎ ِﻟﺼ‬
‫ـ‬‫ﻴﻬ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴﻤِﻴِﻨ ِﻪ ﹸﺛ‬‫ﺎ ِﺑ‬‫ﺒﹸﻠﻬ‬‫ﺘﻘﹶ‬‫ﻳ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬ -‫ﺐ‬‫ﺍﻟﻄﱠﻴ‬
«‫ﺒ ِﻞ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻢ ﹶﻓﹸﻠ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﹶﺃ‬
Barangsiapa bershadaqah senilai satu kurma dari usaha yang baik
(halal) —Allah tidak menerima kecuali yang baik— maka Allah
akan menerima shadaqahnya itu dengan tangan kanan-Nya,
kemudian mengembangkannya untuk orang yang bershadaqah
sebagaimana salah seorang dari kalian mengembangbiakkan anak
kambingnya hingga menjadi seperti gunung.

Juga berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Adiy bin Hatim, ia


berkata; aku mendangar Rasulullah saw bersabda :

«‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻳﻤِﻴ‬ ‫ﻖ‬


250 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﺮ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬‫ﻴ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﺎ ﹲﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺟ‬‫ﺮ‬‫ﻪ ﺗ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺲ‬


 ‫ﻴ‬‫ﷲ ﹶﻟ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ ﹶﻜﱢﻠ‬‫ﺣ ٍﺪ ِﺇ ﱠﻻ ﺳ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﺎ ِﻣ‬‫»ﻣ‬
،‫ﻡ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﻯ ِﺇ ﱠﻻ ﻣ‬‫ﻳﺮ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻪ ﹶﻓ ﹶ‬ ‫ﻨ‬‫ﻡ ِﻣ‬ ‫ﺷﹶﺄ‬ ‫ ﹶﺃ‬‫ﻨ ﹸﻈﺮ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﻡ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﻯ ِﺇ ﱠﻻ ﻣ‬‫ﻳﺮ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻪ ﹶﻓ ﹶ‬ ‫ﻨ‬‫ﻦ ِﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬‫ﹶﺃ‬
‫ﻮ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﻨ‬‫ ﻓﹶﺎ‬،‫ﺟ ِﻬـ ِﻪ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺭ ِﺗ ﹾﻠﻘﹶﺎ َﺀ‬ ‫ﺎ‬‫ﻯ ِﺇ ﱠﻻ ﺍﻟﻨ‬‫ﻳﺮ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻳ ِﻪ ﹶﻓ ﹶ‬‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬
«‫ﺓ‬‫ﻤﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺸ‬
ِ ‫ِﺑ‬
Tidaklah salah seorang di antara kalian kecuali akan diajak bicara
Allah tanpa penerjemah. Kemudian ia melihat ke sebelah kanannya,
maka ia tidak melihat kecuali apa yang telah ia lakukan di dunia.
Ia pun melihat ke sebelah kirinya, maka ia tidak melihat kecuali
apa yang telah ia lakukan di dunia. Dan ia melihat ke depannya,
maka ia tidak melihat kecuali neraka di depan wajahnya. Karena
itu jagalah diri kalian dari neraka meski dengan sebutir kurma.

Juga berdasarkan hadits dengan isnad yang shahih dari Jabir dan
Abi Ya’la yang dishahihkan oleh al-Hâkim dan disetujui adz-
Dzahabi, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda
kepada Ka’ab bin Ajrah:

‫ﺗ ﹾﻄ ِﻔ ﹸﺊ‬ ‫ﺪﹶﻗ ﹸﺔ‬ ‫ﺼ‬


 ‫ﺍﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﻨ ﹲﺔ‬‫ﺟ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ﺎ ﹲﻥ ﻭ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻼ ﹸﺓ ﹸﻗ‬
‫ﺼﹶ‬ ‫ ﺍﻟ‬،‫ﺮ ﹶﺓ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺎ ﹶﻛ‬‫»ﻳ‬
«... ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ُﺀ ﺍﻟﻨ‬‫ﻳ ﹾﻄ ِﻔ ﹸﺊ ﺍﹾﻟﻤ‬ ‫ﺎ‬‫ﺨﻄِﻴﹶﺌ ﹶﺔ ﹶﻛﻤ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬
Wahai Ka’ab bin Ujrah, shalat adalah pendekatan kepada Allah,
puasa adalah perisai, dan shadaqah akan menghapus kesalahan
sebagaimana air memadamkan api....”

Sebaik-baiknya shadaqah adalah shadaqah yang tersembunyi,


berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Abû Hurairah tentang tujuh
golongan yang akan dinaungi oleh naungan Allah. Rasul saw.
menyebutkan di antara mereka adalah:
Merindukan Surga... 251

«‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻳﻤِﻴ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﻨ ِﻔ‬‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﻣ‬ ‫ﺎﹸﻟ‬‫ﻢ ِﺷﻤ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻰ ﹶﻻ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺎ‬‫ﺧﻔﹶﺎﻫ‬ ‫ﺪ ﹶﻗ ٍﺔ ﹶﻓﹶﺄ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻕ ِﺑ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ »
Seseorang yang bershadaqah kemudian ia menyembunyikannya
hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah diinfakkan
oleh tangan kanan.

Begitu juga shadaqah kepada kerabat termasuk shadaqah yang


utama berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Zainab ats-Tsaqafiyah,
ia berkata; Rasul saw. bersabda:

«‫ﺪﹶﻗ ِﺔ‬ ‫ﺼ‬


 ‫ﺮ ﺍﻟ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﺑ ِﺔ‬‫ﺍ‬‫ﺮ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﺮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺍ ِﻥ ﹶﺃ‬‫ﺟﺮ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻬﻤ‬ ‫»ﹶﻟ‬
Kedua orang itu (orang yang bersedekah kepada kerabat) akan
mendapatkan dua pahala yaitu pahala kekerabatan dan pahala
shadaqah.

Memberikan Pinjaman (al-Qardlu)

Berdasarkan hadits Abdullah bin Mas’ud, riwayat Ibnu


Majah, Ibnu Hibban, dan al-Baihaqi sesungguhnya Rasulullah saw
bersabda:

«‫ﺮ ﹰﺓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪ ﹶﻗِﺘﻬ‬ ‫ﺼ‬


 ‫ﻴ ِﻦ ِﺇ ﱠﻻ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻛ‬‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﺎ ﻣ‬‫ﺮﺿ‬ ‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﺴِﻠﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺽ‬
 ‫ﻳ ﹾﻘ ِﺮ‬ ‫ﺴِﻠ ٍﻢ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫»ﻣ‬
Seorang muslim yang memberikan pinjaman dua kali kepada
muslim yang lain, sama dengan bershadaqah satu kali.”

Penangguhan Pembayaran Hutang untuk Orang yang


Lapang, dan Membebaskannya dari Orang yang
Kesulitan

Berdasarkan Huzaifah, yang telah disepakati oleh al-Bukhâri


dan Muslim, ia berkata; aku mendengar Rasulullah bersabda:
252 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﻫ ﹾﻞ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺣﻪ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺾ‬


 ‫ﻴ ﹾﻘِﺒ‬‫ ِﻟ‬‫ﻠﹶﻚ‬‫ﻩ ﺍﻟﹾﻤ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﹶﺃﺗ‬ ‫ﺒﹶﻠ ﹸﻜ‬‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻗ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻼ ِﻣ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ‬
‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻴﺌﹰﺎ ﹶﻏ‬‫ﺷ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻣ‬،‫ﺮ‬ ‫ﻧ ﹸﻈ‬‫ﻪ ﺍ‬ ‫ ﻗِﻴ ﹶﻞ ﹶﻟ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ ﻣ‬:‫ﻴ ٍﺮ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺖ ِﻣ‬
 ‫ﻋ ِﻤ ﹾﻠ‬
‫ﻋ ِﻦ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﺠ‬‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﺳِﺮ‬‫ ﻮ‬‫ﺮ ﺍﻟﹾﻤ‬ ‫ﻧ ِﻈ‬‫ ﹶﻓﹸﺄ‬،‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺱ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬
 ‫ـﺎ‬
‫ﻨـ‬‫ﻊ ﺍﻟ‬ ‫ﺎِﻳ‬‫ﺖ ﹸﺃﺑ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻲ ﹸﻛ‬‫ﹶﺃﻧ‬
«‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺟ ﱠﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺴ ِﺮ ﹶﻓﹶﺄ‬
ِ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬
Sesungguhnya ada seseorang dari umat sebelum kalian didatangi
Malaikat untuk dicabut nyawanya. Maka malaikat berkata, “Apakah
engkau pernah melakukan kebaikan?” Orang itu berkata, “Aku
tidak tahu.” Malaikat berkata, “Berfikirlah engkau!” Kemudian ia
berkata, “Aku tidak mengetahui sedikit pun perbuatan baik yang
pernah aku lakukan. Hanya saja aku dulu pernah bertransaksi
dengan seseorang di dunia, kemudian aku menangguhkan
(pembayaran hutang) dari orang yang mempunyai kelapangan dan
membebaskan dari orang yang kesulitan.” Rasul saw. bersabda,
“Akhirnya Allah memasukkannya ke surga.”

Abû Mas’ud berkata, “Aku mendengar beliau saw.


mengatakan hal itu.”

Memberi Makanan

Berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Abdullah bin Amru,


ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw., “Islam yang
manakah yang paling baik?” Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻑ‬
 ‫ﻌ ِﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺮ ﹾﻓ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺴﹶ‬ ‫ﺮﹸﺃ ﺍﻟ‬ ‫ﺗ ﹾﻘ‬‫ﻭ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﺍﻟ ﱠﻄﻌ‬ ‫ﺗﻄﹾ ِﻌ‬»
Memberikan makanan, mengucapkan salam kepada orang yang
engkau kenal dan orang yang tidak engkau kenal.
Merindukan Surga... 253

Memberi Minum kepada Setiap yang Bernyawa

Berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Abû Hurairah ra.


bahwa Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺎ‬‫ﺰ ﹶﻝ ﻓِﻴﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﺍ ﹶﻓ‬‫ﺪ ِﺑﹾﺌﺮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺤﺮ‬


 ‫ﻴ ِﻪ ﺍﻟﹾ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺷ‬ ‫ﻤﺸِﻲ ِﺑ ﹶﻄﺮِﻳ ٍﻖ ﺍ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬»
‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬، ‫ﺶ‬
ِ ‫ﻌ ﹶﻄ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻯ ِﻣ‬‫ﻳ ﹾﺄ ﹸﻛ ﹸﻞ ﺍﻟﱠﺜﺮ‬ ‫ﺚ‬
‫ﻬ ﹸ‬ ‫ﻳﹾﻠ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ ﹶﻛ ﹾﻠ‬،‫ﺝ‬‫ﺮ‬‫ﻢ ﺧ‬ ‫ﺏ ﹸﺛ‬
 ‫ﺸ ِﺮ‬
 ‫ﹶﻓ‬
‫ﺰ ﹶﻝ‬ ‫ﻨ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﻨﻲ‬ِ‫ﺶ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻣ‬
ِ ‫ﻌ ﹶﻄ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺐ ِﻣ‬
 ‫ﻫﺬﹶﺍ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ﹾﻠ‬ ‫ﺑﹶﻠ ﹶﻎ‬ ‫ﺪ‬ ‫ ﹶﻟ ﹶﻘ‬:‫ﺟ ﹸﻞ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺍﻟ‬
،‫ﺴﻘﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ﹾﻠﺐ‬
 ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺭﻗﱠﻲ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻪ ِﺑﻔِﻴ ِﻪ‬ ‫ﺴ ﹶﻜ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ ﹸﺛ‬،ً‫ﺎﺀ‬‫ﻪ ﻣ‬ ‫ﺧ ﱠﻔ‬ ‫ﻸ‬
َ ‫ﻤ‬ ‫ﺮ ﹶﻓ‬ ‫ﺍﹾﻟِﺒﹾﺌ‬
‫ﺍ؟‬‫ﺟﺮ‬ ‫ﺎِﺋ ِﻢ ﹶﺃ‬‫ﺒﻬ‬‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﹶﻟﻨ‬ :‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻳ‬.‫ﻪ‬ ‫ﺮ ﹶﻟ‬ ‫ﻐ ﹶﻔ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻪ‬ ‫ﷲ ﹶﻟ‬
ُ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﺸ ﹶﻜ‬
 ‫ﹶﻓ‬
«‫ﺮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺒ ٍﺔ ﹶﺃ‬‫ﺭ ﹾﻃ‬ ‫ ﻓِﻲ ﹸﻛ ﱢﻞ ﹶﻛِﺒ ٍﺪ‬:‫ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬
Dulu ada seorang lelaki berjalan di jalanan yang sangat panas,
kemudian ia menemukan sumur. Ia pun turun ke dalamnya untuk
minum, lalu keluar. Tiba-tiba ada seekor anjing yang menjulurkan
lidah dan menelan liurnya, karena kehausan. Orang itu berkata,
“Anjing ini telah kehausan seperti aku.” Kemudian ia turun ke sumur
dan mengisi sepatunya dengan air, lalu ia gigit hingga naik ke atas
sumur dan memberikan minum kepada anjing itu. Maka Allah pun
bersyukur kepada orang tersebut dan mengampuninya. Para
sahabat berkata, “Apakah pada hewan ada pahala bagi kita?”
Rasulullah saw. bersabda, “Berbuat baik pada setiap hewan yang
hidup terdapat pahala.”
254 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Shaum Sunah

Dari Abû Umamah, ia berkata; aku berkata:

‫ﺪ ﹶﻝ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻪ ﹶﻻ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ ِﻡ ﹶﻓِﺈ‬ ‫ﺼ‬


 ‫ﻚ ﺑِﺎﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻞٍ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻤ‬‫ﺮﻧِﻲ ﺑِﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫» ﻗﹸﻠﹾﺖ‬
‫ﺪ ﹶﻝ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻪ ﹶﻻ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ ِﻡ ﹶﻓِﺈ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻚ ﺑِﺎﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻤ ٍﻞ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺮﻧِﻲ ِﺑ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﺖ‬
 ‫ ﻗﹸﹾﻠ‬،‫ﻪ‬ ‫ﹶﻟ‬
‫ﻪ ﹶﻻ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ ِﻡ ﹶﻓِﺈ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻚ ﺑِﺎﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ :‫ ﻗﺎﻝ‬،ٍ‫ﻤﻞ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺮﻧِﻲ ِﺑ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ ﻳﹶﺎ‬:‫ﺖ‬
 ‫ ﹸﻗ ﹾﻠ‬،‫ﻪ‬ ‫ﹶﻟ‬
«‫ﻪﻪ‬ ‫ﹶﹶﻟﻟ‬
Wahai Rasulullah saw., perintahkanlah kepadaku suatu amal.
Rasulullah saw. bersabda, “Shaumlah engkau, karena shaum itu
tidak ada bandingannya.” Aku berkata lagi, “Wahai Rasulullah saw.,
pe-rintahkanlah kepadaku satu amal yang lainnya!” Rasulullah saw.
ber-sabda, “Shaumlah engkau, karena shaum tidak ada
bandingannya.” Aku berkata lagi, “Wahai Rasulullah saw.,
perintahkan kepadaku satu amal lain!” Rasulullah saw. bersabda,
“Shaumlah engkau, karena shaum tidak ada yang menyamainya.”
(Hadits ini diriwayatkan oleh an-Nasâi, Ibnu Huzaimah
dalam kitab Shahih-nya. al-Hâkim juga menshahihkannya
dan disetujui oleh adz-Dzahabi).

Keutamaan shaum sunah ini berlaku bagi kaum Muslim secara


umum. Shaum sunah ini bagi orang-orang yang sedang berperang
di jalan Allah mempunyai keistimewaan tertentu. Terdapat hadits
dari Abû Sa'id, mutafaq ‘alaih, yang menceritakan tentang mereka.
Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻚ‬
 ‫ﷲ ِﺑ ﹶﺬِﻟ‬
ُ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ ِﺇ ﱠﻻ ﺑ‬،‫ﺎﻟﹶﻰ‬‫ﺗﻌ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺳﺒِﻴ ِﻞ ﺍ‬ ‫ﺎ ﻓِﻲ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬‫ﻳﺼ‬ ‫ﺒ ٍﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫» ﻣ‬
«‫ﺧﺮِﻳﻔﹰﺎ‬ ‫ﲔ‬  ‫ﺒ ِﻌ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻋ ِﻦ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮ ِﻡ‬ ‫ﻴ‬‫ﺍﹾﻟ‬
Merindukan Surga... 255

Seorang hamba yang shaum satu hari pada saat berperang di jalan
Allah, maka pasti Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka
selama tujuh puluh tahun.

Di antara shaum sunah adalah shaum enam hari di bulan Syawal,


shaum di hari ‘Arafah, shaum di bulan Allah yaitu Muharram,
khususnya pada hari ‘Asyura, shaum tiga hari setiap bulan, dan
shaum Senin-Kamis.

Qiyam Ramadhan, terutama pada malam al-Qadr dan


sepuluh malam terakhir

Hal ini berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Abi Hurairah,


ia berkata, Rasulullah saw. menganjurkan qiyam Ramadhan tanpa
memerintahkannya secara tegas. Kemudian beliau bersabda:

«‫ﻧِﺒ ِﻪ‬‫ﻦ ﹶﺫ‬ ‫ﻡ ِﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺗ ﹶﻘ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﻣ‬ ‫ﺮ ﹶﻟ‬ ‫ﺎ ﹸﻏ ِﻔ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺣِﺘﺴ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺎﻧ‬‫ﻳﻤ‬‫ﺎ ﹶﻥ ِﺇ‬‫ﻣﻀ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻦ ﻗﹶﺎ‬ ‫ﻣ‬ »
Siapa saja yang melakasanakan qiyam Ramadhan atas dasar
keimanan dan semata-mata karena Allah, maka akan diampuni
dosanya-dosanya yang telah lalu.

Juga dari Abû Hurairah, dalam hadits mutafaq ‘alaih dari


Nabi saw., beliau bersabda:

«‫ﻧِﺒ ِﻪ‬‫ﻦ ﹶﺫ‬ ‫ﻡ ِﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺗ ﹶﻘ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﻣ‬ ‫ﺮ ﹶﻟ‬ ‫ﺎ ﹸﻏ ِﻔ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺣِﺘﺴ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺎﻧ‬‫ﻳﻤ‬‫ﺪ ِﺭ ِﺇ‬ ‫ﻴﹶﻠ ﹶﺔ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬‫ﻡ ﹶﻟ‬ ‫ﻦ ﻗﹶﺎ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa shalat pada malam al-Qadr atas dasar keimanan dan
ikhlas karena Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.

Qiyam Ramadhan tidak dilakukan kecuali dengan


mengerjakan shalat. Diriwayatkan dari ‘Aisyah dalam hadits
mutafaq ‘alaih, ia berkata:
256 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﺪ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﻫﹶﻠ‬ ‫ﻆ ﹶﺃ‬


‫ﻳ ﹶﻘ ﹶ‬‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﻴ ﹶﻞ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﻠ‬‫ﺣﻴ‬ ‫ﺮ ﹶﺃ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺧ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﷲ  ِﺇﺫﹶﺍ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫»ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬
«‫ﺭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﺪ ﺍﹾﻟ ِﻤﹾﺌ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭ‬
Rasulullah saw. jika telah memasuki sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan, beliau senantiasa menghidupkan malam-malamnya
dan membangunkan keluarganya, bersunguh-sungguh dan
mengencangkan kain sarungnya.

Makan Sahur

Hal ini berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Anas, ia


berkata; sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺮ ﹶﻛ ﹰﺔ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻮ ِﺭ‬‫ﺴﺤ‬


 ‫ﻭﺍ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬‫ﺤﺮ‬
‫ﺴ‬ ‫ﺗ‬»
Sahurlah, karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat barokah.

Menyegerakan Berbuka Puasa

Hal ini berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Sahal bin


Sa'id, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺮ‬ ‫ﺠﻠﹸﻮﺍ ﺍﹾﻟ ِﻔ ﹾﻄ‬


 ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴ ٍﺮ ﻣ‬‫ﺨ‬
 ‫ﺱ ِﺑ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺍ ﹸﻝ ﺍﻟﻨ‬‫ﻳﺰ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Manusia akan terus menerus ada dalam kebaikan selama mereka
bersegara buka puasa.

Disunahkan berbuka dengan kurma, jika tidak ada cukup dengan


air. Hal ini didasarkan pada hadits Salman bin Amir adh-Dhaby
yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Ibnu Huzaimah dalam
kedua kitab shahihnya dan at-Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini hasan
shahih”, dari Nabi saw., beliau bersabda:
Merindukan Surga... 257

‫ﺍ‬‫ﻤﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬


ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ﹶﻟ‬،‫ﺮ ﹶﻛ ﹲﺔ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﻤ ٍﺮ ﹶﻓِﺈ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ ﹾﻔ ِﻄ‬‫ﻢ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺮ ﹶﺃﺣ‬ ‫»ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃ ﹾﻓ ﹶﻄ‬
«‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬‫ﻪ ﹶﻃﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ ُﺀ ﹶﻓِﺈ‬‫ﻓﹶﺎﹾﻟﻤ‬
Jika salah seorang di antara kalian berbuka hendaklah ia berbuka
dengan kurma, karena berbuka dengan kurma adalah barokah.
Jika tidak menemukan kurma, berbukalah dengan air, karena air
itu adalah kesucian.

Juga berdasarkan hadits dari Anas riwayat al-Hâkim dan Ibnu


Khuzaimah yang semakna dengan hadits di atas.

Memberi Makanan Orang Shaum untuk Berbuka

Hal ini berdasarkan hadits Zaid bin Khalid al-Jahni riwayat


Ibnu Hibban dan Ibnu Huzaimah dalam kitab shahihnya. At-
Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shahih, ia berkata, Rasulullah
saw. bersabda:

‫ﺟ ِﺮ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﺺ ِﻣ‬


 ‫ﻨ ﹸﻘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻪ ﹶﻻ‬ ‫ﻧ‬‫ﺮ ﹶﺃ‬ ‫ﻴ‬‫ ﹶﻏ‬،‫ﺟ ِﺮ ِﻩ‬ ‫ﻪ ِﻣﹾﺜ ﹸﻞ ﹶﺃ‬ ‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ‬‫ﺎِﺋﻤ‬‫ﺮ ﺻ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ ﱠﻄ‬ ‫ﻣ‬ »
«‫ﻴﺌﹰﺎ‬‫ﺷ‬ ‫ﺎِﺋ ِﻢ‬‫ﺍﻟﺼ‬
Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang puasa,
maka ia akan mendapatkan pahala sama seperti orang yang
berpuasa, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang
berpuasa tersebut.
Umrah

Hal ini berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Abû Hurairah


bahwa Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺍ ٌﺀ‬‫ﺟﺰ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺲ ﹶﻟ‬


 ‫ﻴ‬‫ﺭ ﹶﻟ‬ ‫ﻭ‬‫ﺒﺮ‬‫ﻤ‬ ‫ﺞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﺎ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺭﹲﺓ ِﻟﻤ‬ ‫ﺮ ِﺓ ﹶﻛﻔﱠﺎ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺮ ﹸﺓ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫»ﺍﹾﻟ‬
«‫ﻨ ﹸﺔ‬‫ﺠ‬  ‫ِﺇ ﱠﻻ ﺍﹾﻟ‬
‫ﺍ ٌﺀ‬‫ﺟﺰ‬ ‫ﻪ‬ Pilar-pilar
258
‫ﺲ ﹶﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺭ ﹶﻟ‬ ‫ﻭ‬‫ﺮ‬Pengokoh
‫ﺒ‬‫ﻤ‬ ‫ﺞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬Nafsiyah
‫ ﻭ‬،‫ﺎ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬Islamiyah
‫ﺎ‬‫ﺭﹲﺓ ِﻟﻤ‬ ‫ﺮ ِﺓ ﹶﻛﻔﱠﺎ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺮ ﹸﺓ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫»ﺍﹾﻟ‬
«‫ﻨ ﹸﺔ‬‫ﺠ‬  ‫ِﺇ ﱠﻻ ﺍﹾﻟ‬
Umrah ke umrah lagi adalah penebus dosa di antara keduanya.
Haji mabrur tidak ada pahala baginya kecuali surga.

Umrah di bulan Ramadhan senilai dengan satu kali haji.


Sebagaimana dijelaskan dalam hadits mutafaq ‘alaih dari Ibnu
Abbas, ia berkata; bahwa Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺠ ﹰﺔ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻌ ِﺪ ﹸﻝ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﻣﻀ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺮ ﹲﺓ ﻓِﻲ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ »
Satu kali umrah di bulan Ramadhan sebanding dengan satu kali
Haji.

Mengerjakan Amal Shalih di Sepuluh Hari (pertama) Bulan


Dzulhijjah

Hal ini berdasarkan hadits al-Bukhâri dari Ibnu Abbas, ia


berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻫ ِﺬ ِﻩ‬ ‫ﻦ‬ ‫ ِﻣ‬،‫ﺟﻞﱠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬


ِ ‫ﺐ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺢ ﻓِﻴﻬ‬ ‫ﺎِﻟ‬‫ﻤ ﹸﻞ ﺍﻟﺼ‬ ‫ﻌ‬ ‫ ﺍﹾﻟ‬،‫ﺎ ٍﻡ‬‫ﻦ ﺃﹶﻳ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫»ﻣ‬
‫ﺳﺒِﻴ ِﻞ‬ ‫ﺩ ﻓِﻲ‬ ‫ﺎ‬‫ﺠﻬ‬
ِ ‫ﻻ ﺍﹾﻟ‬‫ﷲ ﻭ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬-‫ﺸ ِﺮ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻡ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻌﻨِﻲ ﹶﺃﻳ‬ ‫ﻳ‬- ‫ﺎ ِﻡ‬‫ﹾﺍ َﻷﻳ‬
‫ﺎِﻟ ِﻪ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﺴ ِﻪ‬
ِ ‫ﻨ ﹾﻔ‬‫ﺝ ِﺑ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ ِﺇ ﹶﻻ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ﺳﺒِﻴ ِﻞ ﺍ‬ ‫ﺩ ﻓِﻲ‬ ‫ﺎ‬‫ﺠﻬ‬
ِ ‫ﻻ ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬:‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﷲ‬
ِ‫ﺍ‬
«‫ﻲ ٍﺀ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻚ ِﺑ‬
 ‫ﻦ ﹶﺫِﻟ‬ ‫ﻊ ِﻣ‬ ‫ﺮ ِﺟ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﹶﻓﹶﻠ‬
Tidak ada hari-hari, di mana beramal shalih di dalamnya lebih
disukai Allah dari pada hari-hari ini –-yaitu sepuluh hari pertama
bulan Dzulhijjah. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah!, apakah
termasuk (hari-hari) yang di dalam ada jihad fi sabilillah?”
Rasulullah saw. bersabda, “Benar!, termasuk (hari-hari) di dalamnya
ada jihad fi sabilillah. Kecuali seorang yang keluar berjihad dengan
Merindukan Surga... 259

jiwa dan hartanya, kemudian ia tidak kembali dengan jiwa dan


hartanya sedikit pun.”

Memohon kepada Allah untuk Mati Syahid

Hal ini berdasarkan hadits riwayat Muslim dari Sahal bin


Hanif, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺕ‬
 ‫ــﺎ‬‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﻣ‬ ‫ﺍ ِﺀ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺎ ِﺯ ﹶﻝ ﺍﻟ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺑﱠﻠ‬ ‫ﻕ‬
ٍ ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
ِ ‫ﺩ ﹶﺓ ِﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺸﻬ‬
 ‫ﷲ ﺍﻟ‬
َ ‫ﺳﹶﺄ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
«‫ﺍ ِﺷ ِﻪ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ِﻓﺮ‬
Barangsiapa memohon kepada Allah untuk mati syahid dengan
benar, maka Allah akan menyampaikannya ke kedudukan para
syuhada meski ia meninggal di tempat tidurnya.

Membaca Surat al-Kahfi atau sepuluh ayat pertama, atau


sepuluh ayat terakhir

Hal ini berdasarkan hadits riwayat Muslim dari Abû Darda,


ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺎ ِﻝ‬‫ﺪﺟ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﺼ‬


ِ ‫ﻋ‬ ‫ﻒ‬
ِ ‫ﻬ‬ ‫ﺭ ِﺓ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ‬ ‫ﻮ‬‫ﻭ ِﻝ ﺳ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﺕ ِﻣ‬
ٍ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﺁﻳ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻆ ﻋ‬
‫ﺣ ِﻔ ﹶ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa menghafal sepuluh ayat dari awal surat al-Kahfi, maka
ia akan dijaga dari Dajjal. Dalam riwayat Muslim yang lain
dikatakan: “Dari akhir surat al-Kahfi.”

Agar sorang muslim terjaga dari Dajjal pada masa kini, maka
hendaknya ia membaca surat al-Kahfi semuanya pada malam dan
siang hari Jum’at. Asy-Syafi’i sebagaimana dijelaskan dalam al-
Umm, sangat menyukainya. Ia berkata, “Aku menyukainya karena
ada dalil tentangnya.”
260 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Murah Hati pada saat Jual-beli, Membayar, dan Menagih

Hal ini berdasarkan hadits riwayat al-Bukhâri dari Jabir,


bahwa Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻰ‬‫ﺘﻀ‬‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺍ ﹾﻗ‬ ،‫ﻯ‬‫ﺘﺮ‬‫ﺷ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺍ‬ ،‫ﻉ‬


 ‫ﺎ‬‫ﺎ ِﺇﺫﹶﺍ ﺑ‬‫ﻤﺤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﺭ ِﺣ‬ »
Allah akan merahmati seorang yang pemurah ketika menjual, ketika
membeli, dan ketika membayar.

Juga berdasarkan hadits mutafaq ‘alaih dari Abû Hurairah,


ia berkata:

‫ﻮ ﹸﻝ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻪ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺻﺤ‬


 ‫ﻢ ِﺑ ِﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻬ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻆ ﹶﻟﻪ‬
‫ ﻓﹶﺄﹶ ﹾﻏﹶﻠ ﹶ‬،‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﻘﹶﺎﺿ‬‫ﻲ  ﻳ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﻼ ﹶﺃﺗ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫»ﹶﺃ ﱠﻥ‬
‫ﺎ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ‬‫ﻩ ِﺳﻨ‬ ‫ﻋﻄﹸﻮ‬ ‫ﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻣﻘﹶﺎ ﹰﻻ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﺎ ِﺣ‬‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ِﻟﺼ‬،‫ﻮﻩ‬‫ﻋ‬‫ ﺩ‬: ‫ﷲ‬
ِ‫ﺍ‬
،‫ﻄﹸﻮﻩ‬‫ ﺃﹶﻋ‬:‫ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﻨ ِﻪ‬‫ﻦ ِﺳ‬ ‫ﻣﹶﺜ ﹶﻞ ِﻣ‬ ‫ﺪ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ‬ ‫ﺠ‬
ِ ‫ﻧ‬ ‫ﷲ ﹶﻻ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬،ِ‫ﻪ‬‫ﺳِﻨ‬
«‫ﺎ ًﺀ‬‫ﻢ ﹶﻗﻀ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﺮ ﹸﻛ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ‬
Ada seorang lelaki yang datang kepada Nabi saw. untuk menagih
hutang kepada beliau. Kemudian ia menagihnya dengan kasar,
hingga para sahabat bermaksud menangkap orang tersebut.
Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Biarkanlah ia, karena orang
yang mempunyai hak berhak untuk bicara.” Kemudian beliau
bersabda, “Berikanlah kepadanya satu unta usia satu tahun yang
sama dengan untanya.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah
saw., kami tidak menemukan kecuali yang lebih dari untanya.”
Rasulullah saw. bersabda, “Berikanlah kepadanya, karena sebaik-
baik di antara kalian adalah orang yang paling baik ketika
membayar.”
Merindukan Surga... 261

Dalam hadits mutafaq ‘alaih dari Jabir, ia berkata:

«‫ﺢ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻪ ﹶﻓ ﹶﺄ‬ ‫ﻮ ِﺯ ﹶﻥ ﹶﻟ‬ ‫ﺍ ﹶﻓ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺑ ِﻌ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻯ ِﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺷﺘ‬ ‫ﻲ  ﺍ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫»ﹶﺃ ﱠﻥ ﺍﻟ‬
Rasulullah saw. membeli unta dari orang itu, kemudian di timbang
dan ternyata unta yang dibayarkan Rasulullah saw. lebih berat
timbangannya.

Membaca Shalawat kepada Rasulullah saw.

Hal ini berdasarkan firman Allah:

ϵø‹n=tã (#θs=|¹ (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ 4 ÄcÉ<¨Ζ9$# ’n?tã tβθs=|Áム…çµtGx6Í×‾≈n=tΒuρ ©!$# ¨βÎ)

∩∈∉∪ $¸ϑŠÎ=ó¡n@ (#θßϑÏk=y™uρ


Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk
Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (TQS. al-
Ahzâb [33]: 56)

Juga berdasarkan hadits riwayat Muslim dari Abdullah bin


Amru, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ‬


ُ ‫ﻩ ﺍ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺴِﻠﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ »
Barangsiapa membaca shalawat kepadaku satu kali, maka Allah
akan memberi rahmat sepuluh kali kepadanya karena shalawat
itu.

Menutupi Kesalahan Orang Yang Taat

Seorang muslim yang melakukan kemaksiatan, ada yang


berusaha menutupi dan menyembunyikan kemaksiatannya.
Namun ada pula orang yang melakukan kemaksiatan secara terang-
262 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

terangan. Jika seseorang termasuk golongan pertama, maka harus


ditutupi kemaksiatannya. Hal ini berdasarkan hadits yang mutafaq
‘alaih dari Ibnu Umar dari Nabi saw., beliau saw bersabda:

«‫ﺍ‬‫ﺸﺮ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻪ ِﺑﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﺍ‬
 ‫ﻼ ﹰﺓ‬‫ﻲ ﺻ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ‬
 ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
…Barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, maka
Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abû Hurairah, ia berkata; bahwa


Rasulullah saw. bersabda:

«...‫ﺮ ِﺓ‬ ‫ﻭﹾﺍﻵ ِﺧ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﷲ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬


ُ ‫ﻩ ﺍ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺴِﻠﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻭ‬ ...»
…Barangsiapa menutupi kesalahan seorang muslim, maka Allah
akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat….

Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya dan al-Hâkim meriwayatkan


suatu hadits yang dishahihkan dan disetujui oleh adz-Dzahabi dari
Utbah bin Amir, ia berkata; sesungguhnya aku pernah mendengar
Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺎ‬‫ﺒ ِﺮﻫ‬‫ﻦ ﹶﻗ‬ ‫ﺩ ﹰﺓ ِﻣ‬ ‫ﻮﺀُﻭ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺤﻴ‬


 ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﻧﻤ‬‫ﺭ ﹶﺓ ﹶﻓ ﹶﻜﺄﹶ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa menutupi aib (seorang muslim), maka seolah-oleh ia
telah menghidupkan anak wanita yang telah dikubur hidup-hidup
dari kuburnya.

Adapun seorang muslim yang secara terang-terangan


melakukan kemaksiatan, maka tidak ada keringanan untuk
menutupinya. Karena ia telah mencemarkan dirinya sendiri dan
telah membuka perlindungan Allah atas darinya, dan apa yang
dilakukannya jelas diharamkan. Hal ini berdasarkan hadits mutafaq
‘alaih dari Abû Hurairah, ia berkata; sesungguhnya aku pernah
mendengar Rasulullah saw bersabda:
Merindukan Surga... 263

‫ــ ﹶﻞ‬‫ﻌﻤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺮ ِﺓ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤﺠ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ِﻣ‬ ، ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻫﺮِﻳ‬‫ﻤﺠ‬ ‫ﺎﻓﹶﻰ ِﺇ ﱠﻻ ﺍﹾﻟ‬‫ﻌ‬‫ﻣﺘِﻲ ﻳ‬ ‫» ﹸﻛ ﱡﻞ ﹸﺃ‬
‫ﺖ‬
 ‫ﻋ ِﻤ ﹾﻠ‬ ‫ﺎ ﹸﻓﻼﹶﻥ‬‫ ﻳ‬:‫ﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬‫ ﻓﹶﻴ‬،‫ﷲ‬
ُ ‫ﻩ ﺍ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺼِﺒ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻼ ﹸﺛ‬
‫ﻤ ﹰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ ِﻞ‬‫ﺟ ﹸﻞ ﺑِﺎﻟﱠﻠﻴ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺍﻟ‬
‫ﷲ‬
ِ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﺘ‬‫ﻒ ِﺳ‬
 ‫ﺸ‬
ِ ‫ﻳ ﹾﻜ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺼِﺒ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺪ ﺑ‬ ‫ﻭ ﹶﻗ‬ ،‫ﻭ ﹶﻛﺬﹶﺍ‬ ‫ﺣ ﹶﺔ ﹶﻛﺬﹶﺍ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﺍﹾﻟﺒ‬
«‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬
Setiap umatku akan dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan
dalam melakukan kemaksiatan. Termasuk terang-terangan dalam
kemaksiatan dan kefasikan adalah jika seseorang melakukan
maksiat di malam hari, kemudian pada pagi harinya —padahal ia
telah ditutup aibnya oleh Allah—, ia berkata, “Wahai fulan, aku
tadi malam melaku-kan begini dan begini.” Orang itu di malam
hari telah ditutup aibnya oleh Allah, tetapi di pagi harinya ia
membuka sendiri perlindungan Allah padanya.

Meskipun demikian, seorang muslim hendaknya menjaga


lisannya dari membicarakan kemaksiatan orang-orang yang secara
terang-terangan melakukan maksiat. Hal ini bukan dalam rangka
menutupi aibnya, tapi karena khawatir akan tersebarnya perbuatan
keji di tengah-tengah orang-orang yang beriman. Juga karena
semata-mata menjaga lisan dari mengatakan sesuatu yang tidak
bermanfaat. Kecuali jika membicarakan kemaksiatan tersebut
dalam rangka mengingatkan akan bahayanya orang fasik yang
melakukan maksiat secara terang-terangan tadi.
Semua ini berlaku jika suatu kesalahan bahayanya terbatas
pada pelakunya saja dan tidak merembet kepada yang lainnya.
Adapun jika bahaya kemaksiatan itu bersifat umum, berkaiatan
dengan institusi negara, jama’ah, atau umat, maka kita wajib
menyampaikan dan mengungkapkannya. Hal ini didasarkan
kepada hadits mutafaq ‘alaih dari Zaid bin Arqam, ia berkata:
264 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻨ ِﻔﻘﹸﻮﺍ‬‫ﺗ‬ ‫ ﹶﻻ‬:‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺑ‬‫ﻦ ﹸﺃ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺴ ِﻤ‬
 ‫ﺍﺓٍ ﹶﻓ‬‫ﺖ ﻓِﻲ ﹶﻏﺰ‬
 ‫ﻨ‬‫» ﹸﻛ‬
‫ﻨ ِﺔ‬‫ﻳ‬‫ﻤ ِﺪ‬ ‫ﺎ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬‫ﻌﻨ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻭﹶﻟِﺌ‬ ،‫ﻮﻟِــ ِﻪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻮﺍ ِﻣ‬‫ﻨ ﹶﻔﻀ‬‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬‫ِﻋ‬
‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ـ ﹶﺬ ﹶﻛ‬
‫ﺮ ﻓﹶـ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻭ ِﻟ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬‫ﻌﻤ‬ ‫ﻚ ِﻟ‬
 ‫ﺕ ﹶﺫِﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ ﹶﻓ ﹶﺬ ﹶﻛ‬،‫ﺎ ﹾﺍ َﻷ ﹶﺫ ﱠﻝ‬‫ﻨﻬ‬‫ﺰ ِﻣ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻦ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺨ ِﺮ‬
 ‫ﻴ‬‫ﹶﻟ‬
«...‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺪﹾﺛ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺎﻧِﻲ ﹶﻓ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ﻲ  ﹶﻓ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻟِﻠ‬
Ketika aku berada pada suatu peperangan. Kemudian aku
mendengar Abdullah bin Ubay berkata, “Kalian tidak boleh
menginfakkan kepada orang-orang yang ada di sekitar Rasulullah
saw. hingga mereka berpencar dari majelis beliau. Dan pasti jika
kita kembali ke Madinah, maka orang yang lebih mulia akan
mengusir yang lebih hina dari Madinah.” Aku lalu menceritakan
hal itu kepada pamanku atau Umar. Kemudian ia menceritakannya
kepada Nabi saw, maka Nabi saw. pun memanggilku dan aku
menceritakannya kepada beliau….

Dalam riwayat Muslim yang lain: “…kemudian aku datang kepada


Nabi dan memberitahukan kepadanya tentang perkataan Abdullah
bin Ubay tersebut...”

Apa yang dilakukan Abdullah bin Ubay dan orang-orang


yang dekat dengannya dari kalangan munafik, adalah perbuatan
yang disembunyikan. Buktinya Abdullah bin Ubay mengingkari
perbuatan itu ketika ditanya oleh Rasulullah saw., sebagaimana
bisa difahami dari hadits di atas. Maka penyampaian berita oleh
Zaid bin Arqam kepada Nabi adalah termasuk tindakan memata-
matai (musuh). Sedangkan pekara yang dilarang jika dibolehkan
maka menjadi wajib, sehingga penyampaian berita dalam kondisi
seperti itu hukumnya wajib, karena bahaya yang ditimbulkannya
bersifat umum.
Merindukan Surga... 265

Memaafkan, Menahan Marah, dan Sabar Menanggung


Beban Penderitaan

Hal ini berdasarkan firman Allah Swt.:


šÏΖÅ¡ósßϑø9$# =Ïtä† ª!$#uρ 3 Ĩ$¨Ψ9$# Çtã tÏù$yèø9$#uρ xáø‹tóø9$# tÏϑÏà≈x6ø9$#uρ
Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 134),

∩⊆⊂∪ Í‘θãΒW{$# ÏΘ÷“tã ôÏϑs9 y7Ï9≡sŒ ¨βÎ) txxîuρ uŽy9|¹ yϑs9uρ


Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan sesungguhnya
(perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.
(TQS. asy-Syura [42]: 43),

∩∇∈∪ Ÿ≅ŠÏϑpgø:$# yxø¢Á9$# Ëxxô¹$$sù


…Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik. (TQS. al-
Hijr [15]: 85),

∩⊇∪ šÎ=Îγ≈pgø:$# Çtã óÚ̍ôãr&uρ


...Dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (TQS. al- A’râf
[7]: 199),

∩⊄⊄∪ óΟä3s9 ª!$# tÏøótƒ βr& tβθ™7ÏtéB Ÿωr& 3 (#þθßsxóÁu‹ø9uρ (#θà÷èu‹ø9uρ


Dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah
kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? (TQS. an-Nûr
[24]: 22).

Imam Muslim meriwayatkan dari Abû Hurairah bahwa Rasulullah


saw. bersabda:

‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ،‫ﺍ‬‫ﻌ ﹾﻔ ٍﻮ ِﺇ ﹶﻻ ِﻋـﺰ‬ ‫ﺍ ِﺑ‬‫ﺒﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬


ُ ‫ﺩ ﺍ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ﺯ‬‫ﻭﻣ‬ ،‫ﺎ ٍﻝ‬‫ﻦ ﻣ‬ ‫ﺪﹶﻗ ﹲﺔ ِﻣ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﺖ‬  ‫ﺼ‬  ‫ﻧ ﹶﻘ‬ ‫ﺎ‬‫» ﻣ‬
«‫ﷲ‬ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺭﹶﻓ‬ ‫ﷲ ِﺇ ﹶﻻ‬
ِ ِ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻊ ﹶﺃ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﺍ‬‫ﺗﻮ‬
‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ،‫ﺍ‬‫ﺰ‬Pilar-pilar
266 ‫ﻌ ﹾﻔ ٍﻮ ِﺇ ﹶﻻ ِﻋ‬Pengokoh
‫ﺍ ِﺑ‬‫ﺒﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ Nafsiyah
‫ﺩ ﺍ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ﺯ‬‫ﻭﻣ‬Islamiyah
،‫ﺎ ٍﻝ‬‫ﻦ ﻣ‬ ‫ﺪﹶﻗ ﹲﺔ ِﻣ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﺖ‬  ‫ﺼ‬  ‫ﻧ ﹶﻘ‬ ‫ﺎ‬‫»ﻣ‬
«‫ﷲ‬ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺭﹶﻓ‬ ‫ﷲ ِﺇ ﹶﻻ‬
ِ ِ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻊ ﹶﺃ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﺍ‬‫ﺗﻮ‬
Shadaqah tidak akan mengurangi harta, dan Allah tidak akan
menambahkan kepada seorang hamba yang pemaaf kecuali
kemuliaan. Siapa pun yang tawadhu karena Allah, pasti Allah akan
mengangkat derajatnya.

Ahmad telah meriwayatkan dengan sanad yang baik dari Abdullah


bin Amr bin Ash, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻢ‬ ‫ﺮ ﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﻐ ِﻔ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ﺍ ﹾﻏ ِﻔﺮ‬‫ﻮﺍ ﻭ‬‫ﺣﻤ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺣﻤ‬ ‫ﺭ‬ ‫»ﺍ‬
Sayangilah (orang lain), maka niscaya kalian akan dirahmati Allah,
dan berikanlah ampunan, niscaya (Allah) akan mengampuni kalian.

Imam Ahmad telah meriwayatkan dengan isnad yang perawinya


shahih, dari Ubadah bin Shamit, ia berkata:

‫ﷲ‬
ُ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ ِﺇ ﹶﻻ ﹶﻛ ﱠﻔ‬،‫ﺎ‬‫ﻕ ِﺑﻬ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺣ ﹰﺔ ﹶﻓ‬ ‫ﺍ‬‫ﺴ ِﺪ ِﻩ ِﺟﺮ‬
 ‫ﺟ‬ ‫ ﻓِﻲ‬‫ﺮﺡ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺟ ٍﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫»ﻣ‬
«‫ﻕ ِﺑ ِﻪ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﻣ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬
Tidak ada seorang pun yang terluka ditubuhnya kemudian ia
merelakannya, kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya seperti
kerelaannya dengan luka tersebut.

Al-Bukhâri dan Muslim telah meriwayatkan dari Abû Hurairah


bahwa Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺪ‬ ‫ﻨ ـ‬‫ﻪ ِﻋ‬ ‫ﺴ ـ‬


 ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻤِﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺪ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬ ‫ﺸﺪِﻳ‬
 ‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﻤ‬‫ ِﺇﻧ‬،‫ﻋ ِﺔ‬ ‫ﺮ‬ ‫ـ‬
‫ـ‬‫ﺪ ﺑِﺎﻟﺼ‬ ‫ﺸﺪِﻳ‬
 ‫ﺲ ﺍﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫»ﹶﻟ‬
«ِ‫ﺐ‬‫ ﻀ‬‫ﺍﻟﹾﻐ‬
Merindukan Surga... 267

Orang yang kuat bukanlah orang yang kuat pada saat berkelahi,
tapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan diri ketika
marah.

Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abû Hurairah:

،‫ﻮﻧِــﻲ‬‫ﻳ ﹾﻘ ﹶﻄﻌ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺻﹸﻠ‬


ِ ‫ﺑ ﹰﺔ ﹶﺃ‬‫ﺍ‬‫ ِﺇ ﱠﻥ ﻟِﻲ ﹶﻗﺮ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ــﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻼ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻳ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫»ﹶﺃ ﱠﻥ‬
:‫ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﻲ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻬﻠﹸﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺣﹸﻠ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﻲ‬ ‫ﻳﺴِﻴﺌﹸﻮ ﹶﻥ ِﺇﹶﻟ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻦ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﺴ‬
ِ ‫ﺣ‬ ‫ﻭﹸﺃ‬
‫ﷲ‬
ِ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﻚ ِﻣ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺍ ﹸﻝ‬‫ﻳﺰ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻤ ﱠﻞ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺴ ﱡﻔ‬
ِ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻤ‬‫ﺖ ﹶﻓ ﹶﻜ ﹶﺄ‬
 ‫ﺎ ﹸﻗ ﹾﻠ‬‫ ﹶﻛﻤ‬‫ﻨﺖ‬‫ﻦ ﹸﻛ‬ ‫ﹶﻟِﺌ‬
«‫ﻚ‬  ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺫِﻟ‬ ‫ﺖ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﻣ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﲑ‬ ‫ﺎﻟﹶﻰ ﹶﻇ ِﻬ‬‫ﺗﻌ‬
Ada seorang lelaki datang dan berkata, “Ya Rasul!, Aku mempunyai
kerabat. Aku suka menyambungkan kekerabatan kepada mereka,
tetapi mereka memutuskannya. Aku berbuat baik kepada mereka,
tetapi mereka berbuat buruk kepadaku. Aku mengerti keadaan
mereka, tapi mereka tidak mau mengerti keadaanku. Maka
Rasulullah bersabda, “Jika engkau tetap seperti yang engkau
katakan tadi, maka engkau menjadikan muka-muka mereka
layaknya warna debu (kelabu). Dan tidak akan henti-hentinya
engkau mendapat pembelaan dari Allah atas mereka, selama
engkau konsisten atas apa yang engkau lakukan itu.”

Al-Barjalani telah mengeluarkan hadits dengan sanad shahih dari


Sufyan bin Uyainah, ia berkata, Umar telah bekata kepada Ibnu
Iyas -–Umar telah banyak mendapatkan penderitaan dan
penyiksaan dari Ibnu Iyas—, “Wahai Ibnu Iyas, engkau jangan
tenggelam dalam mencaci makiku dan berikanlah tempat untuk
berdamai. Karena kami akan menghadapi orang yang menentang
Allah, yang menganiaya diri kami, dengan cara meningkatkan
ketaatan kepada Allah dalam menghadapi orang itu.”
268 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Mendamaikan Permusuhan antara Manusia

Allah befirman:

£x≈n=ô¹Î) ÷ρr& >∃ρã÷ètΒ ÷ρr& >πs%y‰|ÁÎ/ ttΒr& ôtΒ āωÎ) öΝßγ1uθôf‾Ρ ÏiΒ 9ŽÏVŸ2 ’Îû uŽöyz āω

∩⊇⊇⊆∪ Ĩ$¨Ψ9$# š÷t/


Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia)
memberi sedekah, atau berbuat ma‘ruf, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia.... (TQS. an-Nisa [4]: 114),

∩⊇⊄∇∪ ׎öyz ßxù=÷Á9$#uρ


…Dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)…. (TQS. an-Nisa
[4]: 128),

∩⊇∪ öΝà6ÏΖ÷t/ |N#sŒ (#θßsÎ=ô¹r&uρ ©!$# (#θà)¨?$$sù


…Bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara
sesamamu,… (TQS. al-Anfâl [8]: 1),

∩⊇⊃∪ ö/ä3÷ƒuθyzr& t÷t/ (#θßsÎ=ô¹r'sù ×οuθ÷zÎ) tβθãΖÏΒ÷σßϑø9$# $yϑ‾ΡÎ)


Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu... (TQS. al-Hujurat [49]:
10).

Juga berdasarkan hadits riwayat al-Bukhâri dan Muslim dari Abû


Hurairah, ia berkata; bahwa Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺲ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺸـ‬
 ‫ﻊ ﻓِﻴ ِﻪ ﺍﻟ‬ ‫ﺗ ﹾﻄﹸﻠ‬ ‫ﻮ ٍﻡ‬ ‫ﻳ‬ ‫ ﹸﻛ ﱠﻞ‬، ‫ﺪﹶﻗ ﹲﺔ‬ ‫ــ‬‫ﻴ ِﻪ ﺻ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺱ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻰ ِﻣ‬‫ﻼﻣ‬‫» ﹸﻛ ﱡﻞ ﺳ‬
‫ﻭ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺤ ِﻤﹸﻠ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺑِﺘ ِﻪ‬‫ﺍ‬‫ﺟ ﹶﻞ ﻓِﻲ ﺩ‬ ‫ﲔ ﺍﻟﺮ‬
 ‫ﺗ ِﻌ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺪﹶﻗ ﹲﺔ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻴ ِﻦ‬‫ﻨ‬‫ﻦ ﹾﺍ ِﻻﹾﺛ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻌ ِﺪ ﹸﻝ‬ ‫ﺗ‬
Merindukan Surga... 269

‫ﻮ ٍﺓ‬ ‫ﺧ ﹾﻄ‬ ‫ﻭ ﹸﻛ ﱡﻞ‬ ،‫ﺪﹶﻗ ﹲﺔ‬ ‫ﺻ‬


 ‫ﺒ ﹸﺔ‬‫ﻴ‬‫ﻤ ﹸﺔ ﺍﻟ ﱠﻄ‬ ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻜِﻠ‬‫ ﻭ‬،‫ﺪﹶﻗ ﹲﺔ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﺘ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻊ ﹶﻟ‬ ‫ﺮﹶﻓ‬ ‫ﺗ‬
« ‫ﺪﹶﻗ ﹲﺔ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻋ ِﻦ ﺍﻟ ﱠﻄﺮِﻳ ِﻖ‬ ‫ﻂ ﹾﺍ َﻷﺫﹶﻯ‬
‫ﺗﻤِﻴ ﹸ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺪﹶﻗ ﹲﺔ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻼ ِﺓ‬‫ﺎ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﺼ‬‫ﻤﺸِﻴﻬ‬ ‫ﺗ‬
Setiap sendi dari manusia harus bershadaqah setiap hari.
Mendamaikan dua orang yang berselisih dengan adil, setiap saat
matahari terbit, adalah shadaqah. Menolong orang mengangkat
barang ke atas kendaraannya atau menurunkan dari kendaraannya
adalah shadaqah. Kata-kata yang baik adalah shadaqah. Setiap
langkah menuju shalat adalah shadaqah. Dan membuang duri dari
jalan adalah shadaqah.

Arti berlaku adil di antara dua orang adalah mendamaikan di antara


keduanya dengan adil.

Dari Umu Kultsum binti Uqbah bin Abi Muith ra., ia berkata; aku
mendengar Rasulullah saw. Bersabda:

« ‫ﺍ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍ ﹶﺃ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﻲ‬‫ﻨﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺱ ﹶﻓ‬


ِ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺼِﻠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺏ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬
 ‫ﺲ ﺍﹾﻟ ﹶﻜﺬﱠﺍ‬
 ‫ﻴ‬‫»ﹶﻟ‬
Bukanlah pendusta orang yang mendamaikan sesama manusia lalu
dia menambah-nambah atau mengatakan kebaikan. (Mutafaq
‘alaih)

Dari Sahal bin Sa’id as-Saidi ra., ia berkata:

-‫ﺮ‬ ‫ﻢ ﺷ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻑ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬


ٍ ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺑ ِﻦ‬ ‫ﻤﺮٍﻭ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺑﻨِﻲ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ ﱠﻥ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺑﹶﻠ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫»ﹶﺃ ﱠﻥ‬
‫ﻢ ﻓِﻲ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺼِﻠ‬
 ‫ﻳ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺝ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ ﹶﻓ‬-‫ﻲ ٌﺀ‬ ‫ﺎﺭِﻱ ﺷ‬‫ﺒﺨ‬‫ﻳ ِﺔ ﺍﹾﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻭﻓِﻲ ِﺭﻭ‬
«...‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺱ‬ ٍ ‫ﺎ‬‫ﹸﺃﻧ‬
Sesungguhnya telah sampai berita kepada Rasulullah saw. bahwa
di antara Bani Amr bin Auf terdapat perselisihan. Dalam riwayat
270 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

al-Bukhâri yang lain dikatakan, “terdapat sesuatu.” Kemudian


Rasulullah saw. keluar bersama beberapa sahabat untuk
mendamaikan perselisihan di antara mereka... (Mutafaq ‘alaih)

Dari Abû Darda ra., ia berkata; Rasulullah saw bersabda:

:‫ﺪﹶﻗ ِﺔ؟ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬ ‫ـ‬


‫ـ‬‫ﺍﻟﺼ‬‫ﻼ ِﺓ ﻭ‬‫ﺍﻟﺼ‬‫ﺎ ِﻡ ﻭ‬‫ﺼﻴ‬  ‫ﺟ ِﺔ ﺍﻟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻀ ﹶﻞ ِﻣ‬
 ‫ﻢ ِﺑﹶﺄ ﹾﻓ‬ ‫ﺮ ﹸﻛ‬ ‫ﺧِﺒ‬ ‫»ﺃﹶﻻ ﹸﺃ‬
«‫ﺎِﻟ ﹶﻘ ﹸﺔ‬‫ﻲ ﺍﹾﻟﺤ‬ ‫ﻴ ِﻦ ِﻫ‬‫ﺒ‬‫ﺕ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﺩ ﺫﹶﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﹶﻓﺴ‬،‫ﻴ ِﻦ‬‫ﺒ‬‫ﺕ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﺡ ﺫﹶﺍ‬‫ﻼ‬ ‫ﺻﹶ‬  ‫ﺑﻠﹶﻰ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
Maukah kalian kuberitahu suatu perkara yang lebih utama daripada
derajat shaum, shalat, dan shadaqah. Para sahabat berkata, “Tentu
saja ya Rasulullah!” Beliau lalu bersabda, “Pekara itu adalah
mendamaikan perselisihan. Karena karakter perselisihan itu
membinasakan.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dalam kitab
Shahih-nya, at-Tirmidzi ia berkata, “Hadits ini hasan
shahih”).

Ziarah Kubur

Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. ziarah


ke makam ibunya. Kemudian Rasul menangis dan membuat orang-
orang yang ada di sekitarnya ikut menangis. Beliau lalu bersabda:

‫ﻪ ﻓِﻲ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺘ‬‫ﻧ‬‫ﺘ ﹾﺄ ﹶﺫ‬‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﺆ ﹶﺫ ﹾﻥ ﻟِﻲ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹶﻓﹶﻠ‬‫ﺮ ﹶﻟﻬ‬ ‫ﻐ ِﻔ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻲ ﻓِﻲ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﺘ ﹾﺄ ﹶﺫ‬‫ﺳ‬ ‫»ﺍ‬
«‫ﺕ‬  ‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺗ ﹶﺬ ﱢﻛ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻬ‬‫ﺎ ﹶﻓِﺈ‬‫ﻭﻫ‬‫ﻭﺭ‬‫ ﹶﻓﺰ‬،‫ﺎ ﹶﻓﹸﺄ ِﺫ ﹶﻥ ﻟِﻲ‬‫ﺮﻫ‬ ‫ﺒ‬ ‫ﺭ ﹶﻗ‬ ‫ﻭ‬‫ﹶﺃﺯ‬
Aku meminta izin kepada Tuhanku untuk memohon ampunan
baginya (Ibu Rasulullah saw.), tapi Allah tidak memberikan izin
kepadaku. Dan aku meminta izin kepada Allah untuk menziarahi
kuburnya, maka Allah mengizinkanku. Karena itu berziarahlah
kalian ke kubur, karena sesungguhnya ziarah kubur itu
Merindukan Surga... 271

mengingatkan akan mati. (HR. Muslim). Yang dimaksud


“ziarahlah!” adalah ziarah kubur.

Kontinyu dalam Beramal

Yang dimaksud amal di sini adalah amal-amal yang sunah,


adapun amal yang wajib sudah merupakan kemestian dan tidak
termasuk pembahasan ini. Siapa yang memilih suatu ibadah sunah
dari sunah-sunah yang telah kami jelaskan di atas, hendaklah ia
melaksanakannya secara kontinyu meskipun sedikit. Dari ‘Aisyah
ra.:

‫ﻫ ِﺬ ِﻩ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻫ ِﺬ ِﻩ؟ ﻗﹶﺎﹶﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ :‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺮﹶﺃﹲﺓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﺪﻫ‬ ‫ﻨ‬‫ﻭ ِﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺧ ﹶﻞ‬ ‫ﺩ‬  ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫»ﹶﺃ ﱠﻥ ﺍﻟ‬
‫ﻤ ﱡﻞ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ ﹶﻻ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ ﹶﻓﻮ‬، ‫ﺗﻄِﻴﻘﹸﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ِﺑﻤ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﻣ‬ :‫ﺎ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﻼِﺗﻬ‬
‫ ﹶ‬‫ﻦ ﺻ‬ ‫ﺮ ِﻣ‬ ‫ﺗ ﹾﺬ ﹸﻛ‬ ‫ﻧ ﹲﺔ‬‫ﻼ‬
‫ﹸﻓ ﹶ‬
« ‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬‫ﺎ ِﺣ‬‫ﻴ ِﻪ ﺻ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻴ ِﻪ ﻣ‬‫ﻳ ِﻦ ِﺇﹶﻟ‬‫ﺐ ﺍﻟﺪ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺃ‬ .‫ﻤﻠﱡﻮﺍ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﷲ‬
ُ‫ﺍ‬
Sesungguhnya Nabi saw. masuk untuk menemuinya, sedangkan
bersama ‘Aisyah ada seorang wanita. Rasul saw. pun bertanya,
“Siapa orang ini?” ‘Aisyah menjawab, “Ia adalah si fulanah. Ia
menceritakan tentang shalatnya.” Nabi berkata, “Tidak boleh begitu!
Hendaklah kalian melaksanakan amal yang mampu dilaksanakan.
Demi Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian bosan. Agama
(amal) yang paling Allah sukai adalah yang dilaksanakan secara
kontinyu oleh pelakunya.” (Mutafaq ‘alaih).

Dari Abdullah bin Amru ra., ia berkata; telah berkata


kepadaku Rasulullah saw.:

«‫ﻴ ِﻞ‬‫ﻡ ﺍﻟﱠﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻙ ِﻗﻴ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﻴ ﹶﻞ‬‫ﻡ ﺍﻟﱠﻠ‬ ‫ﻳﻘﹸﻮ‬ ‫ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬،‫ﻼ ٍﻥ‬
‫ﻦ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﹸﻓ ﹶ‬ ‫ﺗ ﹸﻜ‬ ‫ﷲ ﹶﻻ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫»ﻳ‬
Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan, ia bangun di
waktu malam tapi meninggalkan shalat malam. (Mutafaq ‘alaih).

***
272

~14~
ORANG YANG PALING BAIK
AKHLAKNYA

Akhlak adalah karakter. Akhlak wajib diatur sesuai


pemahaman-pemahaman syara’. Karena itu akhlak yang
dinyatakan baik oleh syara’, disebut akhlak yang baik; dan yang
dinyatakan buruk oleh syara’, disebut akhlak yang buruk. Hal ini
karena akhlak merupakan bagian dari syariat, juga bagian dari
perintah dan larangan Allah. Syara’ telah memerintahkan kita untuk
berakhlak baik dan melarang berakhlak buruk. Setiap muslim,
khususnya pengemban dakwah, wajib berusaha sungguh-sungguh
untuk menghiasi dirinya dengan akhlak yang baik, sesuai dengan
hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan akhlak. Hal yang perlu
dikemukakan dan perlu digaris bawahi di sini adalah bahwa akhlak
wajib dibangun berdasarkan akidah Islam. Seorang mukmin harus
mensifati dirinya dengan akhlak yang baik hanya atas pertimbangan
bahwa akhlak tersebut merupakan bagian dari perintah dan
larangan Allah. Dengan demikian ia akan berbuat jujur, karena
Allah memerintahkan untuk jujur. Ia menghiasi dirinya dengan sifat
amanah, karena Allah memerintahkannya untuk amanah. Semua
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 273

itu bukan dilakukan untuk mewujudkan kemanfaatan materi,


seperti agar orang-orang banyak menerima dagangannya atau agar
ia dipilih menjadi pemimpin. Perkara inilah yang bisa membedakan
kejujuran seorang mukmin dengan kejujuran orang kafir. Karena
kejujuran seorang mukmin semata-mata karena perintah Allah,
sedangkan kejujuran orang kafir bertujuan untuk memperoleh
kemanfaatan materi dibalik kejujuran itu. Sungguh berbeda jauh
antara kedua jenis kejujuran tersebut.
Nash-nash yang menganjurkan untuk berakhlak baik antara lain:

 Dari Abdullah bin Amr sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻼﻗﹰﺎ‬
‫ﺧ ﹶ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﺎ ِﺭ ﹸﻛ‬‫ﻦ ِﺧﻴ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ِﻣ‬
Sesunggunya orang yang terbaik di antara kalian adalah orang
yang paling baik akhlaknya. (Mutafaq ‘alaih)

 Diriwayatkan dari Nawwas bin Sam’an, ia berkata; aku bertanya


kepada Rasulullah saw. tentang kebaikan dan dosa, maka
Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻊ‬ ‫ﻳ ﱠﻄِﻠ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ ﹾﻥ‬


 ‫ﻫ‬ ‫ﻭ ﹶﻛ ِﺮ‬ ‫ﻚ‬ ِ ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻙ ﻓِﻲ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺣ‬‫ﻢ ﻣ‬ ‫ﻭﹾﺍ ِﻹﹾﺛ‬ ،‫ﺨﹸﻠ ِﻖ‬
 ‫ﺴ‬  ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫»ﺍﹾﻟِﺒ‬
«‫ﺱ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻪ ﺍﻟﻨ‬‫ﻋﹶﻠ‬
Kebaikan adalah akhlak yang baik. Dosa adalah yang meragukan
dalam dirimu dan engkau tidak suka jika manusia melihatnya. (HR.
Muslim)

 Diriwayatkan dari Abû Darda ra., bahwa Nabi saw. bersabda:

‫ﻭِﺇ ﱠﻥ‬ ، ‫ﺴ ٍﻦ‬


 ‫ﺣ‬ ‫ﺧﹸﻠ ٍﻖ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ ِﺔ ِﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺆ ِﻣ ِﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍ ِﻥ ﺍﹾﻟ‬‫ﻲ ٌﺀ ﹶﺃﹾﺛ ﹶﻘ ﹸﻞ ﻓِﻲ ﻣِﻴﺰ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺎ‬‫»ﻣ‬
« ‫ﺒﺬِﻱ َﺀ‬‫ﺶ ﺍﹾﻟ‬  ‫ﺾ ﺍﹾﻟﻔﹶﺎ ِﺣ‬  ‫ﻐ‬ ‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﷲ ﹶﻟ‬
َ‫ﺍ‬
274 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Tidak ada satu pun yang lebih berat pada timbangan amal seorang
mukmin di hari kiamat dari pada akhlak yang baik. Dan
sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang ucapan dan
perilakunya buruk. (HR. at-Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini
hasan shahih”, dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya).

 Diriwayatkan dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw.


pernah ditanya tentang perkara yang paling banyak menjadi
penyebab masuknya manusia ke surga, kemudian beliau bersabda:

«‫ﺨﹸﻠ ِﻖ‬
 ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻯ ﺍ‬‫ﺗ ﹾﻘﻮ‬»
Perkara itu adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.

Rasulullah saw. pun ditanya tentang perkara yang paling


banyak menjadi penyebab masuknya manusia ke neraka, lalu
beliau bersabda:

«‫ﺝ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻔ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫»ﺍﹾﻟ ﹶﻔ‬
Perkara itu adalah mulut dan kemaluan. (HR. Riwayat at-
Tirmidzi, ia berkata, “Ini hadits shahih”; Ibnu Hibban
dalam kitab Shahih-nya; al-Bukhâri dalam al-Adab al-
Mufrad; Ibnu Majah; Ahmad; dan al-Hâkim).

 Diriwayatkan dari Abû Umamah, ia berkata; Rasulullah saw.


bersabda:

،‫ـﺎ‬‫ﺤﻘ‬ ِ ‫ﻣ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﺍ َﺀ‬‫ﻙ ﺍﹾﻟ ِﻤﺮ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ِﺔ ِﻟ‬‫ﺠﻨ‬
 ‫ﺾ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﺖ ﻓِﻲ‬ ٍ ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻢ ِﺑ‬ ‫ﺯﻋِﻴ‬ ‫ﺎ‬‫»ِ َﻷﻧ‬
‫ﺖ‬
ٍ ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻭِﺑ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺎ ِﺯﺣ‬‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻣ‬ ‫ﺏ‬  ‫ﻙ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻨ ِﺔ ِﻟﻤ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻂ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺖ ﻓِﻲ‬ ٍ ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻭِﺑ‬
«‫ﻪ‬ ‫ﺧﹸﻠ ﹶﻘ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻨ ِﺔ ِﻟ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻓِﻲ ﹶﺃ‬
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 275

Aku menjamin rumah di sekitar surga bagi orang yang meninggalkan al-
muraa’ 11; dan rumah di tengah-tengah surga bagi orang yang tidak suka
berdusta, meski hanya bergurau; dan rumah di bagian paling atas surga
bagi orang yang baik akhlaknya. (HR. Abû Dawud. an-Nawawi
berkata, “Hadits ini shahih”).

 Diriwayatkan dari Abû Hurairah ra., ia berkata; bahwa


Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻢ‬ ‫ﺎِﺋ ِﻬ‬‫ﻢ ِﻟِﻨﺴ‬ ‫ﺭ ﹸﻛ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ِﺧﻴ‬ ‫ﺭ ﹸﻛ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭ ِﺧﻴ‬ ،‫ﺧﹸﻠﻘﹰﺎ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺎﻧ‬‫ﲔ ِﺇﳝ‬
 ‫ﺆ ِﻣِﻨ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬‫»ﹶﺃ ﹾﻛﻤ‬
Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaknya. Orang yang paling baik di antara kalian adalah
orang yang terbaik terhadap istri-istrinya. (HR. at-Tirmidzi, ia
berkata, “Hadits ini hasan shahih”; Ahmad; Abû Dawud;
dan Ibnu Hibban dalam kitab shahih-nya).

Dalam bab ini terdapat hadits dari ‘Aisyah, Abû Dzar, Jabir,
Anas, Usamah bin Syuraih, Muadz, Umair bin Qatadah, dan Abi
Tsa’labah al-Khasani. Semuanya adalah hadits hasan.

Contoh-contoh akhlak yang baik antara lain:

1. Malu (al-Haya)

 Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., bahwa Rasulullah saw.


melewati seorang lelaki dari kaum Anshar. Laki-laki itu sedang
menasihati anaknya tentang malu, maka Rasulullah saw. bersabda:

11. Berdebat karena perasaan sombong. Barangkali dengan berdebat akan


meningkatkan gengsi di mata lawan debatnya dengan tampak keutamaan
pada dirinya.
276 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

«‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻦ ﹾﺍ ِﻹﳝ‬ ‫ﺎ َﺀ ِﻣ‬‫ﺤﻴ‬


 ‫ﻪ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ »
Biarkanlah dia, sesungguhnya malu itu bagian dari iman. (Mutafaq
‘alaih)

 Dari Imran bin Husain ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻴ ٍﺮ‬‫ﺨ‬
 ‫ﻳ ﹾﺄﺗِﻲ ِﺇ ﹶﻻ ِﺑ‬ ‫ﺎ ُﺀ ﹶﻻ‬‫ﺤﻴ‬
 ‫»ﺍﹾﻟ‬
Malu tidak akan mendatangkan sesuatu pun kecuali kebaikan.
(Mutafaq ‘alaih)

 Diriwayatkan dari Abû Hurairah, Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ ﹶﻗ‬:‫ﺎ‬‫ﻠﹸﻬ‬‫ ﻓﹶﺄﹶﻓﹾﻀ‬،‫ﺔﹰ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ ﺷ‬-‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﻭ ِﺳﺘ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻀ‬


 ‫ﻭ ِﺑ‬ ‫ﹶﺃ‬- ‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺒﻌ‬‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺎ ﹸﻥ ِﺑ‬‫ﻳﻤ‬‫»ﹾﺍ ِﻹ‬
‫ﻦ‬ ‫ﺒ ﹲﺔ ِﻣ‬‫ﻌ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺎ ُﺀ‬‫ﺤﻴ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﻋ ِﻦ ﺍﻟ ﱠﻄﺮِﻳ ِﻖ‬ ‫ﺎ ﹶﻃ ﹸﺔ ﹾﺍ َﻷﺫﹶﻯ‬‫ ِﺇﻣ‬:‫ﺎ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻧ‬‫ﹶﺃﺩ‬‫ ﻭ‬،‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ِﺇ ﹶﻻ ﺍ‬ ‫ﹶﻻ ِﺇﹶﻟ‬
«‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻳﻤ‬‫ﺍﹾ ِﻹ‬
Iman mempunyai lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang.
Cabang yang paling tinggi adalah lâ ilâha ilallâh. Sedangkan
cabang yang paling rendah adalah membuang duri dari jalan. Dan
malu adalah satu cabang dari keimanan. (Mutafaq ‘alaih)

2. Bersikap Dewasa, Tenang, dan Tidak Tergesa-


gesa

 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Abû Sa'id al-Hudri, bahwa


Rasulullah saw. bersabda kepada Asja Abdul Qais:

«‫ﺎ ﹸﺓ‬‫ﺍﹾ َﻷﻧ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﺤ ﹾﻠ‬


ِ ‫ﷲ ﹶﺍﹾﻟ‬
ُ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﺒ‬‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻴ ِﻦ‬‫ﺘ‬‫ﺼﹶﻠ‬
 ‫ﺧ‬ ‫ﻚ‬
 ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﻓِﻴ‬
Engkau mempunyai dua perkara yang dicintai oleh Allah yaitu
bersikap dewasa, tenang, dan tidak tergesa-gesa. (HR. Muslim)
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 277

 Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra., bahwa Rasulullah saw.


bersabda:

«‫ﻣ ِﺮ ﹸﻛﱢﻠ ِﻪ‬ ‫ﻖ ﻓِﻲ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﺮ ﹾﻓ‬ ‫ﺐ ﺍﻟ‬


 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺭﻓِﻴ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
Sesungguhnya Allah itu lemah-lembut, mencintai kelembutan
dalam segala perkara. (Mutafaq ‘alaih)

 Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra., bahwa Rasulullah saw.


bersabda:

‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻌﻄِﻲ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎﻻﹰ ﹶﻻ‬‫ﺮ ﹾﻓ ِﻖ ﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﻌﻄِﻲ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﻖ‬ ‫ﺮ ﹾﻓ‬ ‫ﺐ ﺍﻟ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺭﻓِﻴ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
«‫ﻩ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ِﺳﻮ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﻣ‬ ‫ﻌﻄِﻲ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﻭﻣ‬ ،ِ‫ﻒ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬
Sesungguhnya Allah lemah-lembut dan mencintai kelembutan.
Allah akan memberikan anugerah kepada kelembutan yang tidak
diberikan kepada kekerasan, dan perkara yang tidak diberikan
kepada yang lain. (HR. Muslim).

 Dari ‘Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻲ ٍﺀ ِﺇ ﹶﻻ‬ ‫ــ‬‫ﻦ ﺷ‬ ‫ﻉ ِﻣ‬


 ‫ﺰ‬ ‫ﻨ‬‫ﻳ‬ ‫ﻻ‬‫ ﻭ‬،‫ﻪ‬ ‫ــ‬‫ﺍﻧ‬‫ﻲ ٍﺀ ِﺇ ﹶﻻ ﺯ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻳﻜﹸﻮ ﹸﻥ ﻓِﻲ‬ ‫ﻖ ﹶﻻ‬ ‫ﺮ ﹾﻓ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟ‬
«‫ﻪ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺷ‬
Sesungguhnya lemah lembut jika ada pada suatu perkara, maka
pasti akan menghiasinya; dan jika dicabut dari suatu perkara, maka
pasti akan mengotorinya. (HR. Muslim).

 Dari Jarir bin Abdullah ra., ia berkata, aku mendengar


Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺨ‬
 ‫ﺮ ِﻡ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺮ ﹾﻓ‬ ‫ﺤ ِﺮ ِﻡ ﺍﻟ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
278 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Orang yang mengharamkan lemah-lembut, maka akan diharamkan


(dihalangi) darinya segala kebaikan. (HR. Muslim).

 Dari ‘Aisyah ra., ia berkata; aku mendengar Rasulullah saw.


bersabda di rumahku ini:

‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ــ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠﻴ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺷ ﹸﻘ‬ ‫ﻢ ﻓﹶﺎ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻴﺌﹰﺎ ﹶﻓ‬‫ﺷ‬ ‫ﺘِﻲ‬‫ﻣ ِﺮ ﹸﺃﻣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻲ ِﻣ‬ ‫ﻭِﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫»ﺍﻟﱠﻠ‬
«‫ﻖ ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﺭﹸﻓ‬ ‫ﻢ ﻓﹶﺎ‬ ‫ﻖ ِﺑ ِﻬ‬ ‫ﺮﹶﻓ‬ ‫ﻴﺌﹰﺎ ﹶﻓ‬‫ﺷ‬ ‫ﻣﺘِﻲ‬ ‫ﻣ ِﺮ ﹸﺃ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻲ ِﻣ‬ ‫ﻭِﻟ‬
Ya Allah, siapa saja yang menjadi pengatur (wali) dari urusan
umatku, kemudian ia memberatkan mereka, maka beratkanlah ia.
Siapa saja yang menjadi pengatur (wali) dari urusan umatku,
kemudian ia lemah-lembut kepada mereka, maka lemah lembutlah
Engkau kepadanya. (HR. Muslim).

3. Jujur

 Allah berfirman:

 ∩⊇⊇∪ šÏ%ω≈¢Á9$# yìtΒ (#θçΡθä.uρ ©!$# (#θà)®?$# (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ


Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (TQS. at-
Taubah [9]:119)

 öΝçλ°; #ZŽöyz tβ%s3s9 ©!$# (#θè%y‰|¹ öθn=sù


Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang
demikian itu lebih baik bagi mereka. (TQS. Muhammad [47]:
21)
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 279

 Dari Abdullah bin Mas’ud ra., ia berkata; Rasulullah saw.


bersabda:

‫ﻬﺪِﻱ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟِﺒ‬ ،‫ﺮ‬ ‫ﻬﺪِﻱ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟِﺒ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺍﻟ‬،‫ﻕ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻢ ﺑِﺎﻟ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻋﹶﻠ‬ »
‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬‫ﺐ ِﻋ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻜ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻯ ﺍﻟ‬‫ﺤﺮ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻕ ﻭ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺟ ﹸﻞ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺍ ﹸﻝ ﺍﻟ‬‫ﻳﺰ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ،‫ﻨ ِﺔ‬‫ﺍﻟﹾﺠ‬
«...‫ﻳﻘﹰﺎ‬‫ﺻﺪ‬
ِ ‫ﷲ‬
ِ‫ﺍ‬
Kalian harus berbuat jujur, karena kejujuran akan mengantarkan
kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan ke surga. Jika
manusia senantiasa berbuat jujur dan memperhatikan kejujuran,
maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang jujur. (Mutafaq
‘alaih).

 Dari Ka’ab bin Malik, beliau bercerita tentang dirinya ketika


tidak ikut perang Tabuk bersama Rasulullah saw., ia berkata:

‫ﺑﺘِﻲ‬‫ﻮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ِﻣ‬ ،‫ﻕ‬


ِ ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺎﻧِﻲ ﺑِﺎﻟ‬‫ﻧﺠ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻧﻤ‬‫ﷲ ِﺇ‬
َ ‫ﷲ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺖ ﻳ‬ ‫ﻭﹸﻗ ﹾﻠ‬ »
«...‫ﺖ‬  ‫ﺑﻘِﻴ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪﻗﹰﺎ ﻣ‬ ‫ﺻ‬
ِ ‫ﺙ ِﺇ ﱠﻻ‬‫ﺪ ﹶ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻻ ﹸﺃ‬
Aku berkata, “Wahai Rasulullah saw., sesungguhnya Allah
menyelamatkanku hanyalah karena kejujuranku. Dan merupakan
bagian dari taubatku bahwa aku tidak akan berbicara kecuali
dengan kejujuran selama aku hidup.” (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Hasan ra., ia berkata, aku telah menghafal hadits dari


Rasulullah saw. yaitu:

‫ﺏ‬
 ‫ﻭ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬ‬ ‫ﻨ ﹲﺔ‬‫ﻤ ﹾﺄﻧِﻴ‬ ‫ﻕ ﹸﻃ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺍﻟ‬، ‫ﻚ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻳﺮِﻳ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﻚ ِﺇﻟﹶﻰ ﻣ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻳﺮِﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻉ ﻣ‬
 ‫ﺩ‬ »
«‫ﺒ ﹲﺔ‬‫ﻳ‬‫ﺭ‬
280 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu menuju perkara yang


tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran adalah ketentraman,
dan dusta adalah keraguan. (HR. at-Tirmidzi. Ia berkata,
“Hadits ini hasan shahih”).

 Dari Abdullah bin Amr ra., ia berkata:

‫ﺐ‬
ِ ‫ﻮ ِﻡ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻠﹾــ‬‫ﺨﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ ﹸﻛ ﱡﻞ‬:‫ﻀ ﹸﻞ ؟ ﻗﹶﺎ ﻝﹶ‬
 ‫ﺱ ﹶﺃ ﹾﻓ‬
ِ ‫ــﺎ‬‫ﻱ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﷲ ﹶﺃ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫» ﻗِﻴﻞﹶ‬
،‫ﺐ ؟‬
ِ ‫ﻡ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻠﹾــ‬ ‫ﻮ‬‫ﺨﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﹶﻓﻤ‬ ‫ﻌ ِﺮﹸﻓ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻕ ﺍﻟﱢﻠﺴ‬
 ‫ﻭ‬‫ﺻﺪ‬
 :‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬،‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻕ ﺍﻟﱢﻠﺴ‬
ِ ‫ﻭ‬‫ﺻﺪ‬

«‫ﺪ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻭ ﹶﻻ ِﻏ ﱠﻞ‬ ،‫ﻲ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻢ ﻓِﻴ ِﻪ‬ ‫ ﹶﻻ ِﺇﹾﺛ‬،‫ﻲ‬ ‫ﻨ ِﻘ‬‫ﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﺘ ِﻘ‬‫ﻮ ﺍﻟ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
Pernah dikatakan kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah!, manusia
manakah yang paling utama?” Rasulullah saw. bersabda, “Semua
orang yang makhmum al-qalb dan jujur lisannya.” Para sahabat
berkata, “Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui arti ‘jujur lisannya’,
maka apa arti ‘makhmum al-qalb?’” Rasulullah saw. bersabda, “Artinya
hati yang takwa yang bersih, tidak ada dosa di dalamnya, tidak ada
kejahatan, dendam, dan dengki.” (HR. Ibnu Majah, ia
menshahihkan isnad-nya, semuanya dari al-Haitsami dan al-
Mundziri).

 Dari Abû Bakar ash-Shiddiq ra., Rasulullah saw. bersabda:

«...‫ﻨ ِﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬‫ﻫﻤ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺮ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟِﺒ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ ﹶﻓِﺈ‬،‫ﻕ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻢ ﺑِﺎﻟ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻋﹶﻠ‬ »
Jujurlah kalian, karena kejujuran akan bersama dengan kebaikan
dan keduanya akan ada di surga. (HR. Ibnu Hibban,
dikeluarkan oleh ath-Thabrâni dari Muawiyah, al-Mundziri
dan al-Haitsami dalam isnad-nya).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 281

 Dari Abû Sa'id al-Hudri ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺍ ِﺀ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ﺍﻟ‬‫ﲔ ﻭ‬
 ‫ﻳ ِﻘ‬‫ﺼﺪ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ﲔ ﻭ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻨِﺒ‬‫ﻊ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻕ ﹾﺍ َﻷ ِﻣﲔ‬
 ‫ﻭ‬‫ﺼﺪ‬
 ‫ﺮ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ ِﺟ‬‫»ﺍﻟﺘ‬
Pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama-sama dengan
para Nabi, orang-orang yang jujur, dan para syuhada. (HR. at-
Tirmidzi. Beliau berkomentar, “Hadits ini hasan”).

4. Mengecek Kebenaran Apa-apa yang Akan


Disampaikan dan Cermat dalam Menyampaikan
Informasi

Allah Swt. berfirman:

 4 íΟù=Ïæ ϵÎ/ y7s9 }§øŠs9 $tΒ ß#ø)s? Ÿωuρ


Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya… (TQS. al-Isra [17]: 36)

 ∩⊇∇∪ Ó‰ŠÏGtã ë=‹Ï%u‘ ϵ÷ƒy‰s9 āωÎ) @Αöθs% ÏΒ àáÏù=tƒ $¨Β


Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (TQS. Qaf [50]:
18)
 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻊ‬ ‫ﺳ ِﻤ‬ ‫ﺎ‬‫ﺙ ِﺑ ﹸﻜ ِّﻞ ﻣ‬


‫ﺤ ِّﺪ ﹶ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﺮ ِﺀ ﹶﻛ ِﺬﺑ‬ ‫ﻤ‬ ‫» ﹶﻛﻔﹶﻰ ﺑِﺎﹾﻟ‬
Seseorang layak dikatakan pendusta jika ia mengatakan setiap
perkara yang didengarnya. (HR. Muslim).

5. Bertutur-kata dengan Baik

 Dari ‘Adi bin Hatim ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺒ ٍﺔ‬‫ﻴ‬‫ﻤ ٍﺔ ﹶﻃ‬ ‫ﺪ ﹶﻓِﺒ ﹶﻜِﻠ‬ ‫ﺠ‬


ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺮ ٍﺓ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺸ‬
ِ ‫ﻮ ِﺑ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﻨ‬‫»ﺍ‬
282 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Jauhilah neraka walau dengan sebiji kurma. Siapa saja tidak


menemukan sebiji kurma, maka dengan perkataan yang baik.
(Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Hurairah, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺪﹶﻗ ﹲﺔ‬ ‫ﺻ‬


 ‫ﺒ ﹸﺔ‬‫ﻴ‬‫ﻤ ﹸﺔ ﺍﻟ ﱠﻄ‬ ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻜِﻠ‬‫»ﻭ‬
Perkataan yang baik adalah shadaqah. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abdullah bin Amr ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﺎ‬‫ﻦ ﻇﹶﺎ ِﻫ ِﺮﻫ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﻨﻬ‬‫ﺎ ِﻃ‬‫ﻭﺑ‬ ، ‫ﺎ‬‫ﺎ ِﻃِﻨﻬ‬‫ﻦ ﺑ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﺮﻫ‬ ‫ﻯ ﻇﹶﺎ ِﻫ‬‫ﻳﺮ‬ ،‫ﺮ ﹶﻓ ﹰﺔ‬ ‫ﻨ ِﺔ ﹸﻏ‬‫ﺠ‬
 ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬
‫ﺏ‬
‫ﺏ‬ ‫ﻦ ﹶﹶﺃﺃﻃﻃﹶﺎﹶﺎ‬‫ﻦ‬ ‫ﻤﻤ‬ ‫ ِِﻟﻟ‬:‫ﷲ ؟؟ ﻗﻗﹶﺎﹶﺎ ﹶﹶﻝﻝ‬
ِِ ‫ﻮ ﹶﹶﻝﻝ ﺍﺍ‬
‫ﷲ‬ ‫ﻮ‬‫ﺭﺳﺳ‬‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﻲ ﻳﻳ‬‫ﻲ‬ ‫ﻦ ِﻫِﻫ‬‫ﻦ‬ ‫ﻤﻤ‬ ‫ ِِﻟﻟ‬:‫ﻱ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﻌ ِﺮِﺮ‬‫ﻌ‬ ‫ﺷ‬‫ﺷ‬ ََ‫ﻚ ﺍﺍﹾﹾ ﻷﻷ‬
ٍ‫ﻚ‬
ٍ ‫ﺎِِﻟﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻮ ﻣﻣ‬ ‫ﻮ‬‫ﹶﹶﻓﻓﻘﻘﹶﺎﹶﺎ ﹶﻝﹶﻝ ﹶﹶﺃﺃﺑﺑ‬
« ‫ﻡﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﺱ ِِﻧﻧﻴﻴ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﺍﻟﻨﻨ‬
‫ﺱ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﺎ ﻭﻭ‬‫ﺎ‬‫ﺕ ﻗﻗﹶﺎﹶﺎِﺋِﺋﻤﻤ‬
‫ﺕ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﻭﻭﺑﺑ‬ ،، ‫ﻡﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﻢﻢ ﺍﻟﺍﻟ ﱠﱠﻄﻄﻌﻌ‬ ‫ﻌﻌ‬ ‫ﻭﻭﹶﹶﺃﺃ ﹾﹾﻃﻃ‬ ،،‫ﻡﻡ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻼ‬
‫ﺍﺍﻟﻟﹾﹾ ﹶﹶﻜﻜ ﹶﹶ‬
Sesungguhnya di surga terdapat satu kamar yang luarnya bisa dilihat
dari dalamnya dan dalamnya bisa dilihat dari luarnya. Abû Malik
al-Asy’ari berkata, “Bagi siapakah kamar ini wahai Rasulullah?”
Rasulullah saw. bersabda, “Untuk yang baik perkataannya, suka
memberikan makanan, dan senantiasa bangun di malam hari pada
saat manusia tertidur.” (HR. ath-Thabrâni. Hadits ini
dinyatakan hasan oleh al-Haitsami dan al-Mundziri. Juga
diriwayatkan oleh al-Hâkim, beliau menyatakannya sahih).

6. Menampakkan Wajah Berseri

 Dari Abû Dzar ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻴ ٍﻖ‬‫ﺟ ٍﻪ ﻃﹶِﻠ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻙ ِﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗ ﹾﻠﻘﹶﻰ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻴﺌﹰﺎ‬‫ﺷ‬ ‫ﻑ‬
ِ ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺮ ﱠﻥ ِﻣ‬ ‫ﺤ ِﻘ‬
 ‫ﺗ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 283

Engkau jangan menyepelekan kebaikan sedikit pun, meski hanya


sekadar bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri. (HR.
Muslim).

 Dari Jabir bin Abdillah ra., Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺟ ٍﻪ ﹶﻃ ﹾﻠ ٍﻖ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻙ ِﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗ ﹾﻠﻘﹶﻰ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﻑ ﹶﺃ ﹾﻥ‬


ِ ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ِﻣ‬ ‫ﺪﹶﻗ ﹲﺔ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻑ‬
ٍ ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫» ﹸﻛ ﱡﻞ‬
«‫ﻚ‬ ‫ﺎ ِﺀ ﹶﺃﺧِﻴ‬‫ﻙ ﻓِﻲ ِﺇﻧ‬ ‫ﺩﹾﻟ ِﻮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻍ ِﻣ‬
‫ﺗ ﹾﻔ ِﺮ ﹶ‬ ‫ﻭﹶﺃ ﹾﻥ‬
Setiap kebaikan adalah shadaqah. Dan termasuk kebaikan jika
engkau menemui saudaramu dengan wajah berseri, dan jika engkau
menuangkan air dari bejana milikmu pada bejana milik saudaramu.
(HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, ia berkata, “Hasan shahih”).

 Dari Abû Dzar ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«...‫ﺪ ﹶﻗ ﹲﺔ‬ ‫ﺻ‬


 ‫ﻚ‬
 ‫ﺟ ِﻪ ﹶﺃﺧِﻴ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻚ ﻓِﻲ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺗ‬»
Senyummu di hadapan sahabatmu adalah shadaqah. (HR. Ahmad
dan Ibnu Hibban, dalam Shahih-nya).

 Dari Abû Jari al-Hajimi, ia berkata:

،ِ‫ﻳﺔ‬‫ﺎ ِﺩ‬‫ﻫ ِﻞ ﺍﹾﻟﺒ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻡ ِﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ ِﺇﻧ‬،‫ﷲ‬  ‫ﷲ  ﹶﻓ ﹸﻘﹾﻠ‬


ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﺖ‬ ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫»ﹶﺃ‬
‫ﻮ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﻴﺌﹰﺎ‬‫ﺷ‬ ‫ﻑ‬
ِ ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺮ ﱠﻥ ِﻣ‬ ‫ﺤ ِﻘ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ ﹶﻻ‬:‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﷲ ِﺑ ِﻪ‬
ُ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﻌﻨ‬ ‫ﻨ ﹶﻔ‬‫ﻳ‬ ‫ﻴﺌﹰﺎ‬‫ﺷ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤﻨ‬ ‫ﻌﱢﻠ‬ ‫ﹶﻓ‬
‫ﻙ‬ ‫ــﺎ‬‫ﻢ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﺗ ﹶﻜﱢﻠ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ــﻘِﻲ‬‫ﺘﺴ‬‫ﺴ‬  ‫ﻤ‬ ‫ــﺎ ِﺀ ﺍﹾﻟ‬‫ﻙ ﻓِﻲ ِﺇﻧ‬ ‫ﺩﹾﻟ ِﻮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻍ ِﻣ‬ ‫ﺗ ﹾﻔ ِﺮ ﹶ‬ ‫ﹶﺃ ﹾﻥ‬
«...‫ﻂ‬
‫ﺴﹲ‬ِ ‫ﺒ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻚ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭ‬
Aku datang kepada Rasulullah saw. seraya berkata, “Ya Rasulullah
saw., kami orang desa, maka ajarilah suatu perkara yang bermanfaat
bagi kami.” Rasulullah saw. bersabda, “Engkau tidak boleh
284 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

menyepelekan kebaikan walaupun sedikit, meskipun hanya


menuangkan air dari bejanamu kepada bejana orang yang minta
minum. Dan meskipun dengan sekadar menemui saudaramu
dengan wajah yang berseri.” (HR. Ahmad, Abû Dawud, at-
Tirmidzi, ia berkata hadits ini hasan shahih; Ibnu Hibban
dalam kitab Shahih-nya).

7. Diam Kecuali dalam Kebaikan

 Dari Abû Hurairah, Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺖ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻭ ِﻟ‬ ‫ﺍ ﹶﺃ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﻴ ﹸﻘ ﹾﻞ‬‫ﻮ ِﻡ ﺍﹾﻵ ِﺧ ِﺮ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﻴ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﷲ ﻭ‬
ِ ‫ﻦ ﺑِﺎ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah
ia berkata baik atau diam. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari al-Bara bin Azib, ia berkata:

‫ﻼ‬
‫ﻤ ﹰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻤِﻨ‬ ‫ﻋﱢﻠ‬ ،‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﷲ  ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬
ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺮ‬ ‫ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟ‬‫ﺍِﺑﻲ‬‫ﻋﺮ‬ ‫ﺎ َﺀ ﹶﺃ‬‫»ﺟ‬
‫ﺖ‬
 ‫ـ‬
‫ـ‬‫ﺮﺿ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﺒ ﹶﺔ ﹶﻟ ﹶﻘ ـ‬‫ﺨ ﹾﻄ‬
 ‫ﺕ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺖ ﹶﺃ ﹾﻗ‬
 ‫ﻨ‬‫ ِﺇ ﹾﻥ ﻛﹸ‬:‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺪ ِﺧﹸﻠِﻨ‬ ‫ﻳ‬
‫ﻚ ﹶﻓﹶﺄ ﹾﻃ ِﻌ ِﻢ‬  ‫ﻖ ﹶﺫِﻟـ‬ ‫ﺗ ِﻄ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ﹶﻟ‬،‫ﺒ ﹶﺔ‬‫ﺮﹶﻗ‬ ‫ﻚ ﺍﻟ‬  ‫ﻭﹸﻓ‬ ،‫ﻤ ﹶﺔ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﻨ‬‫ﻋِﺘ ِﻖ ﺍﻟ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﺄﹶﻟﹶﺔﹶ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬
‫ﻢﻢ‬ ‫ ﹶﹶﻓﻓِِﺈﺈ ﹾﹾﻥﻥ ﹶﹶﻟﻟ‬،،‫ﻨﻨ ﹶﹶﻜﻜ ِِﺮﺮ‬‫ﻤﻤ‬ ‫ﻋﻋ ِِﻦﻦ ﺍﺍﹾﹾﻟﻟ‬ ‫ﻪﻪ‬ ‫ﻧﻧ‬‫ﺍ‬‫ﺍ‬‫ ﻭﻭ‬،،‫ﻑ‬
‫ﻑ‬
ِِ ‫ﻭ‬
‫ﻭ‬‫ﻌﻌﺮﺮ‬ ‫ﻤﻤ‬ ‫ﺮﺮ ﺑﺑِﺎِﺎﹾﹾﻟﻟ‬ ‫ﻣﻣ‬ ‫ﻭﻭﹾﹾﺃﺃ‬ ،،‫ﺂ ﹶﹶﻥﻥ‬‫ﺂ‬‫ﺳﺳ ِِﻖﻖ ﺍﻟﺍﻟ ﱠﱠﻈﻈﻤﻤ‬ ‫ﺍ‬‫ﺍ‬‫ ﻭﻭ‬،،‫ﻊﻊ‬ ‫ﺎِِﺋﺋ‬‫ﺎ‬‫ﺠ‬
‫ﺍﺍﻟﻟﹾﹾﺠ‬
««‫ﻴﻴ ِِﺮﺮ‬‫ﺨ‬
‫ﻋﻋ ِِﻦﻦ ﺍﺍﻟﻟﹾﹾﺨ‬ ‫ﻚ ِِﺇﺇ ﱠﱠﻻﻻ‬
 ‫ﻧﻧ‬‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﺴ‬
‫ﻚ‬ ‫ﻒ ِِﻟﻟﺴ‬
 ‫ﻚ ﹶﹶﻓﻓ ﹸﹸﻜﻜ‬
‫ﻒ‬  ‫ﻖﻖ ﹶﹶﺫﺫِِﻟﻟ‬ ‫ﺗﺗ ِِﻄﻄ‬
‫ﻚ‬
Telah datang seorang Badui kepada Rasulullah saw., kemudian ia
berkata, “Ya Rasulullah saw., ajarilah aku suatu amal yang akan
memasukkanku ke surga.” Rasulullah saw bersabda, “Jika engkau
berkhutbah dengan singkat berarti engkau telah berpaling
(menjauhkan diri) dari masalah. Bebaskanlah manusia,
merdekakanlah hamba sahaya.” Jika engkau tidak mampu
melakukannya, berilah makan orang yang lapar, berilah minum orang
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 285

yang kehausan, perintahkanlah manusia berbuat kebaikan dan


laranglah dari kemunkaran. Jika engkau tidak mampu melakukannya,
maka tahanlah lisanmu kecuali untuk kebaikan.” (HR. Ahmad. al-
Haitsami berkata, “Para perawi hadits ini terpercaya”; Ibnu
Hibban dalam Shahih-nya dan al-Baihaqi dalam kitab asy-
Sya’bi).

 Dari Sauban ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

« ‫ﻴﹶﺌِﺘ ِﻪ‬‫ﻄ‬
ِ ‫ﺧ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺑﻜﹶﻰ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺘﻪ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻧﻪ‬‫ﺎ‬‫ﻚ ِﻟﺴ‬
 ‫ﻣﹶﻠ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻰ ِﻟ‬‫ﻮﺑ‬ ‫» ﹸﻃ‬
Berbahagialah orang yang mampu menguasai lisannya, dan merasa
lapang di rumahnya, serta menangis atas kesalahannya. (HR. ath-
Thabrâni. Beliau menyatakan, bahwa isnad-nya baik).

 Dari Bilal bin Haris al-Muzni, Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺎ‬‫ﺒﹸﻠ ﹶﻎ ﻣ‬‫ﺗ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻳ ﹸﻈ‬ ‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬‫ ﻣ‬،‫ﷲ‬


ِ ‫ﺍ ِﻥ ﺍ‬‫ﺿﻮ‬
 ‫ﻦ ِﺭ‬ ‫ﻤ ِﺔ ِﻣ‬ ‫ﻢ ﺑِﺎﹾﻟ ﹶﻜِﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻜﱠﻠ‬‫ﻴ‬‫ﺟ ﹶﻞ ﹶﻟ‬ ‫ﺮ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟ‬
‫ﻢ‬ ‫ﺘ ﹶﻜﱠﻠ‬‫ﻴ‬‫ﺟ ﹶﻞ ﹶﻟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟ‬ . ‫ﻩ‬ ‫ﻳ ﹾﻠﻘﹶﺎ‬ ‫ﻮ ٍﻡ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﻧ‬‫ﺍ‬‫ﺿﻮ‬
 ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻪ ِﺑﻬ‬ ‫ﷲ ﻟﹶ‬
ُ‫ﺐﺍ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻜ‬ ،‫ﺖ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ ﹶﻠ‬‫ﺑ‬
‫ﷲ‬
ُ‫ﺐﺍ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻜ‬ ،‫ﺖ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺒﹸﻠ ﹶﻎ ﻣ‬‫ﺗ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻳ ﹸﻈ‬ ‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬‫ ﻣ‬،‫ﷲ‬
ِ‫ﻂﺍ‬
ِ‫ﺨ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ ِﺔ ِﻣ‬ ‫ﺑِﺎﹾﻟ ﹶﻜِﻠ‬
«‫ﻩ‬ ‫ﻳ ﹾﻠﻘﹶﺎ‬ ‫ﻮ ٍﻡ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﻄ‬
‫ﺨﹶ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ِﺑﻬ‬ ‫ﹶﻟ‬
Sesungguhnya seseorang akan berkata dengan perkataan yang
diridhai Allah, selama dia menyangka bahwa perkataan tersebut
tersampaikan; maka Allah pun akan menetapkan ridha-Nya untuk
orang tersebut karena kata-kata itu hingga suatu hari, ketika dia
bertemu dengan-Nya. Sesungguhnya seseorang juga akan berkata
dengan perkataan yang dimurkai oleh Allah, selama dia menyangka
bahwa perkataan tersebut tersampaikan; maka Allah pun akan
menetapkan kemurkaan-Nya untuk orang tersebut karena kata-
kata itu hingga suatu hari, ketika dia bertemu dengan-Nya.
286 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Dari Muadz bin Jabal r.a, ia berkata:

‫ﻦ‬ ‫ــ‬‫ﻧﺤ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﻣ‬‫ﺎ ﹶﻗﺮِﻳﺒ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺖ‬


 ‫ﺤ‬  ‫ ﹶﻓ ﹶﺄ‬،‫ﺳ ﹶﻔ ٍﺮ‬ ‫ﻲ  ﻓِﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻊ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺻ‬  ‫ﻨ‬‫» ﹸﻛ‬
‫ﺪﻧِﻲ‬ ‫ﺎ ِﻋ‬‫ﻳﺒ‬‫ﻭ‬ ‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺪ ِﺧﹸﻠﻨِﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻤ ٍﻞ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺮﻧِﻲ ِﺑ‬ ‫ﺧِﺒ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﺖ‬
 ‫ ﻓﹶﻘﹸ ﹾﻠ‬،‫ﲑ‬ ‫ﺴ‬
ِ ‫ﻧ‬
‫ﻮ ﹶﻝ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑﻠﹶﻰ ﻳ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻚ ﹸﻛﱢﻠ ِﻪ؟ ﹸﻗ ﹾﻠ‬
 ‫ﻼ ِﻙ ﹶﺫِﻟ‬
‫ﻤ ﹶ‬ ‫ﻙ ِﺑ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧِﺒ‬ ‫ﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ ﹶﻻ ﹸﺃ‬ ‫ ﹸﺛ‬...‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻦ ﺍﻟﻨ‬ ‫ِﻣ‬
‫ﺎ‬‫ﻭِﺇﻧ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻲ ﺍ‬ ‫ﻧِﺒ‬ ‫ﺎ‬‫ﺖ ﻳ‬
 ‫ ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ‬،ِ‫ﺎِﻧﻪ‬‫ﺭ ِﺇﻟﹶﻰ ِﻟﺴ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﹶﺃﺷ‬ ،‫ﻫﺬﹶﺍ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ ﹸﻛ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﷲ‬
ِ‫ﺍ‬
‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺐ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﻫ ﹾﻞ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻚ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻚ ﹸﺃ‬
 ‫ﺘ‬‫ ﹶﺛ ِﻜﹶﻠ‬:‫ﻢ ِﺑ ِﻪ؟ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬ ‫ﺘ ﹶﻜﱠﻠ‬‫ﻧ‬ ‫ﺎ‬‫ﺧﺬﹸﻭ ﹶﻥ ِﺑﻤ‬ ‫ﺍ‬‫ﻤﺆ‬ ‫ﹶﻟ‬
‫ﺪ‬ ‫ﺎِﺋ‬‫ﺣﺼ‬ ‫ ِﺇ ﱠﻻ‬،‫ﻢ‬ ‫ﺎ ِﺧ ِﺮ ِﻫ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻭ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﻢ‬ ‫ــﻮ ِﻫ ِﻬ‬‫ﻭﺟ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻓِﻲ ﺍﻟﻨ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﻨِﺘ ِﻬ‬‫ﺴ‬
ِ ‫ﹶﺃﹾﻟ‬
Aku pernah bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan.
Pada suatu hari kami ada di dekat beliau ketika sedang berjalan.
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu
amal yang akan memasukkanku ke surga dan menjauhkanku
dari neraka....” Beliau bertanya, “Maukah engkau aku beritahu
kunci dari semua itu?” Aku berkata, “Tentu saja, wahai Nabi
Allah!” Beliau saw. kemudian memegang lisannya, seraya
bersabda: “Tahanlah dirimu dari ini.” Aku berkata, “Wahai
Rasulullah, apakah kami akan disiksa karena perkataan kami?”
Rasulullah saw. bersabda, “Ibumu telah membebani kamu wahai
Mu’adz! Bukankah di neraka kelak Dia akan menundukkan
wajah atau tengkuk mereka, tak lain karena buah dari lisan
mereka.” (HR. Ahmad. At-Tirmidzi berkomentar, “Ini
adalah hadits hasan shahih”; juga diriwayatkan oleh an-
Nasâi dan Ibnu Majah).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 287

8. Memenuhi Janji

Allah Swt. berfirman:

 4 ÏŠθà)ãèø9$$Î/ (#θèù÷ρr& (#þθãΨtΒ#u šÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ


Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. (TQS.
al-Mâidah [5]: 1)

 Zωθä↔ó¡tΒ šχ%x. y‰ôγyèø9$# ¨βÎ) ( ωôγyèø9$$Î/ (#θèù÷ρr&uρ


Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggung jawaban. (TQS. al-Isra [17]: 34)

9. Marah Karena Allah

 Dari Ali bin Abi Thalib ra., ia berkata:

‫ﺐ‬
 ‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺖ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺮﹶﺃ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺎ‬‫ﺖ ﻓِﻴﻬ‬
 ‫ﺟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺍ َﺀ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺣﱠﻠ ﹰﺔ ِﺳ‬  ‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﺎِﻧ‬‫» ﹶﻛﺴ‬
«‫ﺎﺋِﻲ‬‫ﻦ ِﻧﺴ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﻬ‬‫ﺸ ﱠﻘ ﹾﻘ‬
 ‫ ﹶﻓ‬،‫ ِﻬ ِﻪ‬‫ ﺟ‬‫ﻓِﻲ ﻭ‬
Rasulullah saw. memberiku pakaian dengan perhiasan dari sutra
yang halus, kemudian aku keluar dengan memakainya, maka aku
melihat kemurkaan di wajahnya. Aku lalu merobek-robek pakaian
itu di hadapan wanita-wanitaku12. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Mas’ud Uqbah bin Amr al-Badri, ia berkata:

‫ﻦ‬ ‫ ِﻣ‬، ‫ﺒ ِﺢ‬‫ﺼ‬


 ‫ﻼ ِﺓ ﺍﻟ‬
‫ﺻﹶ‬
 ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺗﹶﺄ‬‫ﻲ َ َﻷ‬‫ ِﺇﻧ‬:‫ﻲ  ﻓﹶﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺟ ﹲﻞ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫»ﺟ‬
‫ﺐ ﻓِﻲ‬
 ‫ﻀ‬
ِ ‫ﷲ  ﹶﻏ‬
ُِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺭﹶﺃ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﻤ‬، ‫ﺎ‬‫ﻳﻄِﻴ ﹸﻞ ِﺑﻨ‬ ‫ﺎ‬‫ ِﻣﻤ‬،‫ﻼ ٍﻥ‬
‫ﺟ ِﻞ ﹸﻓ ﹶ‬ ‫ﹶﺃ‬

12. Maksunya istri, ibu, anak perempuan paman beliau (Hamzah), dan istri
saudara laki-laki beliau (Akil ra).
288 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﻢ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ ِﺇ ﱠﻥ ِﻣ‬،‫ﺱ‬


 ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻳﻬ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ ﻳ‬:‫ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﻣِﺌ ٍﺬ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﻀ‬
ِ ‫ﺎ ﹶﻏ‬‫ﺪ ِﻣﻤ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻂ ﹶﺃ‬
‫ﻮ ِﻋ ﹶﻈ ٍﺔ ﹶﻗ ﱡ‬ ‫ﻣ‬
‫ﻒ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻀ ِﻌ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ﲑ ﻭ‬ ‫ﺍِﺋ ِﻪ ﺍﹾﻟ ﹶﻜِﺒ‬‫ﻭﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ِﻣ‬،‫ﺰ‬ ‫ﻮ ِﺟ‬‫ﺱ ﹶﻓﹾﻠﻴ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬‫ ﹶﻓﹶﺄ‬،‫ﻔﱢﺮِﻳﻦ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬
«‫ﺟ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﺫﹶﺍ ﺍﹾﻟﺤ‬
Seorang laki-laki pernah datang kepada Rasulullah saw., ia berkata,
“Sesungguhnya aku telah terlambat karena shalat subuh bersama si
fulan”. Abû Mas’ud berkata, “Aku belum pernah melihat Rasulullah
saw. murka ketika memberi nasihat yang lebih keras daripada
kemurkaan beliau pada saat itu.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda,
“Sungguh di antara kalian ada orang-orang yang membuat orang
lain lari. Siapa saja di antara kalian yang menjadi imam shalat atas
orang lain, maka hendaklah ia shalat dengan singkat. Karena di
belakangnya ada orang yang sudah tua, lemah, dan orang-orang yang
punya hajat.” (Mutafaq ‘alaih).

 Dari ‘Aisyah ra., ia berkata:

‫ﺍ ٍﻡ ﻓِﻴ ـ ِﻪ‬‫ﻮ ﹰﺓ ﻟِﻲ ِﺑ ِﻘﺮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺕ‬


 ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ،‫ﺮ‬ ‫ﺳ ﹶﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻡ‬ ‫» ﹶﻗ ِﺪ‬
‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﻭﻗﹶــﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﺗﹶﻠ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ ﹶﻜ‬‫ﻫ‬  ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍﷲ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺁ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ ﹶﻓﹶﻠﻤ‬،‫ﺎﺛِﻴﻞﹸ‬‫ﻤ‬‫ﺗ‬
‫ﺨ ﹾﻠ ـ ِﻖ‬
 ‫ﻮ ﹶﻥ ِﺑ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻳﻀ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ ِﺔ ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﻋ‬‫ﻋﺬﹶﺍﺑ‬ ‫ﺱ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺪ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺷ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ ﹸﺔ‬‫ﺎﺋِﺸ‬‫ﻋ‬
«ِ‫ﺍﷲ‬
Rasulullah saw. masuk ke rumahku, dan aku telah menutup rak
milikku dengan kain tipis bergambar patung. Ketika Rasulullah saw.
melihatnya, beliau merobeknya dan raut mukanya berubah, seraya
bersabda, “Wahai ‘Aisyah!, manusia yang paling keras siksaannya
di hari kiamat adalah orang-orang yang menyerupai ciptaan Allah.”
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 289

10. Berbaik Sangka kepada Orang Beriman

Allah Swt. berfirman:

 #ZŽöyz öΝÍκŦàΡr'Î/ àM≈oΨÏΒ÷σßϑø9$#uρ tβθãΖÏΒ÷σßϑø9$# £sß çνθãΚçF÷èÏÿxœ øŒÎ) Iωöθ©9


Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang
mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka
sendiri,… (TQS. an-Nûr [24]: 12)

11. Bersikap Baik dengan Tetangga

Allah Swt. berfirman:

4’n1öà)ø9$# “É‹Î/uρ $YΖ≈|¡ômÎ) Èø$


t Î!≡uθø9$$Î/uρ ( $\↔ø‹x© ϵÎ/ (#θä.Ύô³è@ Ÿωuρ ©!$# (#ρ߉ç6ôã$#uρ

É=Ïm$¢Á9$#uρ É=ãΨàfø9$# Í‘$pgø:$#uρ 4’n1öà)ø9$# “ÏŒ Í‘$pgø:$#uρ ÈÅ3≈|¡yϑø9$#uρ 4’yϑ≈tGuŠø9$#uρ

 3 öΝä3ãΖ≈yϑ÷ƒr& ôMs3n=tΒ $tΒuρ È≅‹Î6¡¡9$# Èø⌠$#uρ É=/Ζyfø9$$Î/


Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu
sabil dan hamba sahayamu. (TQS. an-Nisa [4]: 36)

 Dari Ibnu Umar dan ‘Aisyah, keduanya berkata; Rasulullah saw


bersabda:
«‫ﻪ‬ ‫ﺭﹸﺛ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺖ ﹶﺃ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻨ‬‫ﻰ ﹶﻇ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻮﺻِﻴﻨِﻲ ﺑِﺎﹾﻟﺠ‬‫ﺒﺮِﻳ ﹸﻞ ﻳ‬‫ﺍ ﹶﻝ ِﺟ‬‫ﺎ ﺯ‬‫»ﻣ‬
Jibril senantiasa berwasiat kepadaku tentang tetangga, hingga aku menduga
bahwa jibril akan menjadikannya sebagai ahli waris. (Mutafaq ‘alaih).
290 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Dari Abû Suraih al-Hazali, Rasulullah saw. bersabda:

«...‫ﺎ ِﺭ ِﻩ‬‫ﻦ ِﺇﻟﹶﻰ ﺟ‬ ‫ﺴ‬


ِ‫ﺤ‬ ‫ﻴ‬‫ﻮ ِﻡ ﺍﹾﻵ ِﺧ ِﺮ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﻴ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﷲ ﻭ‬
ِ ‫ﻦ ﺑِﺎ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah
ia berbuat baik kepada tetangganya.

Dalam riwayat al-Bukhâri dikatakan:

«‫ﻩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺟ‬ ‫ﻴ ﹾﻜ ِﺮ‬‫» ﹶﻓ ﹾﻠ‬


Hendaklah ia memuliakan tetangganya. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Anas ra., Rasulullah saw bersabda:

‫ﺎ‬‫ﻭ ِ َﻷﺧِﻴ ِﻪ ﻣ‬ ‫ﺎ ِﺭ ِﻩ ﹶﺃ‬‫ﺐ ِﻟﺠ‬


 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻴ ِﺪ ِﻩ ﹶﻻ‬‫ﻲ ِﺑ‬ ‫ﺴ‬
ِ ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫»ﻭ‬
«ِ‫ﺴﻪ‬
ِ ‫ﻨ ﹾﻔ‬‫ﺐ ِﻟ‬
 ‫ﺤ‬ ِ ‫ﻳ‬
Demi Allah yang jiwaku ada di tangnn-Nya, tidak dikatakan beriman
seorang hamba hingga ia mencintai tetanga atau saudaranya seperti
mencintai dirinya sendiri. (HR. Muslim).

 Dari Abdullah bin Amr ra., ia berkata; Rasulullah saw.


bersabda:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ــ‬‫ﺍ ِﻥ ِﻋﻨ‬‫ﺠﲑ‬
ِ ‫ﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ ِﺣِﺒ ِﻪ‬‫ﻢ ِﻟﺼ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﺏ ِﻋ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺻﺤ‬
 ‫ﺮ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ »
«‫ﺎ ِﺭ ِﻩ‬‫ﻢ ِﻟﺠ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬
Sebaik-baiknya sahabat di sisi Allah, adalah mereka yang paling
baik terhadap sahabatnya. Dan sebaik-baiknya tetangga di sisi Allah,
adalah orang yang paling baik terhadap tetangganya. (HR. Ibnu
Huzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya, dan Ahmad,
ad-Darimi, al-Hâkim. Beliau berkata, “Hadits ini shahih
berdasarkan syarat Muslim”).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 291

 Dari Sa’ad bin Abi Waqash, beliau berkata; Rasulullah


saw. bersabda:

‫ﺭ‬ ‫ــﺎ‬‫ﺍﹾﻟﺠ‬‫ ﻭ‬،‫ﺍ ِﺳﻊ‬‫ﻦ ﺍﹾﻟﻮ‬ ‫ﺴ ﹶﻜ‬


 ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﺤﺔﹸ‬
 ‫ﺎِﻟ‬‫ﺮﹶﺃ ﹸﺓ ﺍﻟﺼ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﺍﹾﻟ‬:‫ﺩ ِﺓ‬ ‫ﺎ‬‫ﺴﻌ‬
 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻊ ِﻣ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫»ﹶﺃ‬
«...‫ﻬﻨِﻲ ُﺀ‬ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺮ ﹶﻛ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﺎِﻟﺢ‬‫ﺍﻟﺼ‬
Empat perkara yang termasuk kebahagiaan adalah, wanita shalihah,
rumah yang membuat lapang penghuninya, tetangga yang baik,
dan kendaraan yang nyaman... (HR. Ibnu Hibban dalam
Shahih-nya dan Ahmad dengan sanad shahih).

 Dari Naif bin al-Harits, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ــ ﹶﻜ‬‫ﻤﺴ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻬﻨِــﻲ ُﺀ ﻭ‬ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬


 ‫ﺮ ﹶﻛ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺢ ﻭ‬ ‫ﺎِﻟ‬‫ﺭ ﺍﻟﺼ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮ ِﺀ ﺍﹾﻟﺠ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺩ ِﺓ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺳﻌ‬ ‫ﻦ‬ ‫» ِﻣ‬
«‫ﺍﺳِﻊ‬‫ﺍﻟﹾﻮ‬
Termasuk kebahagiaan bagi seseorang adalah tetangga yang baik,
kendaraan yang nyaman, dan rumah yang lapang bagi
penghuninya. (HR. Ahmad. al-Mundziri dan al-Haitsami
berkata, “Perawi hadits ini adalah perawi yang shahih”).

 Dari Abû Dzar, ia berkata; Rasulullah saw bersabda:

«‫ﻚ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺍ‬‫ﺪ ِﺟﲑ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﻌ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺎ َﺀﻫ‬‫ﺮ ﻣ‬ ‫ﺮﹶﻗ ﹰﺔ ﹶﻓﹶﺄ ﹾﻛِﺜ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺨ‬
 ‫ﺒ‬‫ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﻃ‬،‫ﺭ‬ ‫ﺎ ﹶﺫ‬‫ﺎ ﹶﺃﺑ‬‫»ﻳ‬
Wahai Abû Dzar, jika engkau memasak sayur, maka perbanyaklah
airnya dan bagilah kepada tetanggamu. (HR. Muslim).

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺎ ٍﺓ‬‫ﻦ ﺷ‬
 ‫ﺳ‬ ‫ﻮ ِﻓ ِﺮ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺭِﺗﻬ‬ ‫ﺎ‬‫ﺭ ﹰﺓ ِﻟﺠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﱠﻥ ﺟ‬ ‫ﺤ ِﻘ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ ﹶﻻ‬، ‫ﺕ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺴِﻠﻤ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺎ َﺀ ﺍﹾﻟ‬‫ﺎ ِﻧﺴ‬‫»ﻳ‬
Wahai wanita-wanita muslimah, seorang tetangga tidak boleh
menyepelekan tetangga yang lainnya meskipun mereka
292 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

memberikan hadiah tulang kambing yang sedikit dagingnya.13


(Mutafaq ‘alaih).

 Dari ‘Aisyah ra., ia berkata, “Wahai Rasulullah saw., aku


mempu-nyai dua tetangga, kepada yang manakah dari keduanya
aku harus memberikan hadiah.” Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺎ‬‫ﺎﺑ‬‫ﻚ ﺑ‬
ِ ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﻣ‬‫ﺮِﺑ ِﻬﻤ‬ ‫»ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃ ﹾﻗ‬
Kepada yang paling dekat pintunya denganmu. (HR. al-Bukhâri).

12. Amanah

Allah Swt. berfirman:

 $yγÎ=÷δr& #’n<Î) ÏM≈uΖ≈tΒF{$# (#ρ–Šxσè? βr& öΝä.ããΒù'tƒ ©!$# ¨βÎ)


Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya,… (TQS. an-Nisa [4]: 58)

 Dari Hudzaifah r.a, ia berkata:

‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺎ‬‫ﻼ ﹶﺃﻣِﻴﻨ‬


‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺚ ﹶﻟﻨ‬
‫ﻌ ﹾ‬ ‫ﺑ‬‫ ﺍ‬:‫ﻲ  ﻓﹶﻘﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺍ ﹶﻥ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟ‬‫ﺠﺮ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﻫ ﹸﻞ‬ ‫ﺎ َﺀ ﹶﺃ‬‫»ﺟ‬
‫ﺎ‬‫ﺚ ﹶﺃﺑ‬
‫ﻌ ﹶ‬ ‫ﺒ‬‫ﺱ ﹶﻓ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻪ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻑ ﹶﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ ﻓﹶﺎ‬،‫ﲔ‬
ٍ ‫ﻖ ﹶﺃ ِﻣ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻼ ﹶﺃﻣِﻴﻨ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻦ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﻌﹶﺜ‬ ‫َﻷﺑ‬
«‫ﺡ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺠﺮ‬
 ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺪ ﹶﺓ‬ ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬

13. Lafadz Firisna artinya tulang yang sedikit dagingnya. Konteks lafadz ini
digunakan oleh orang Arab untuk unta, tetapi di sini digunakan untuk
kambing. Menurut Ibn Hajar, dalam Fath al-Bari, ini merupakan bentuk
majaz (kiasan). Hadits tersebut berisi dorongan untuk saling memberi
hadiah meski sedikit, karena yang banyak itu tidak mudah dilakukan setiap
waktu. Apabila yang sedikit dilakukan terus-menerus, maka akan menjadi
banyak pula
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 293

Penduduk Najran datang kepada Rasulullah saw. Mereka berkata,


“Kirimlah utusan kepada kami seorang laki-laki yang amanah.”
Maka Rasulullah saw. bersabda, “Ya, aku akan mengirim utusan
kepada kalian seorang laki-laki yang benar-benar amanah.”
Hudzaifah berkata, “Maka orang-orang pun berusaha mencari
kemuliaan untuk menjadi utusan tersebut. Akhirnya Rasulullah saw.
mengutus Abû Ubaidah bin al- Jarrah.” (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Dzar ra.:

،‫ﻨ ِﻜﺒِﻲ‬‫ﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻴ ِﺪ ِﻩ‬‫ﺏ ِﺑ‬


 ‫ﺮ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓ‬،‫ﻌ ِﻤﹸﻠﻨِﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ ﹶﺃ ﹶﻻ‬،ِ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍﷲ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﺖ‬
 ‫»ﻗﹸ ﹾﻠ‬
‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻬ‬‫ﻭِﺇ‬ ،‫ﻧ ﹲﺔ‬‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﺃﻣ‬‫ﻧﻬ‬‫ﻭِﺇ‬ ، ‫ﻒ‬
 ‫ﺿﻌِﻴ‬
 ‫ﻚ‬
 ‫ﻧ‬‫ ِﺇ‬، ‫ﺭ‬ ‫ﺎ ﹶﺫ‬‫ﺎ ﹶﺃﺑ‬‫ ﻳ‬:‫ﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﹸﺛ‬
«‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻪ ﻓِﻴﻬ‬‫ﹶﻠ‬‫ﻯ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﻋ‬‫ﻭﹶﺃﺩ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺤ ﱢﻘﻬ‬
 ‫ﺎ ِﺑ‬‫ﺧ ﹶﺬﻫ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ ِﺇ ﱠﻻ‬،‫ﻣ ﹲﺔ‬ ‫ﺍ‬‫ﻧﺪ‬‫ﻭ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﺰ‬ ‫ِﺧ‬
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau tidak
menjadikanku sebagai amil-mu?” Kemudian beliau menepuk-
nepuk pundakku dengan kedua tangannya, seraya berkata, “Wahai
Abû Dzar, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah, padahal
kekuasaan itu adalah amanah. Kelak di hari kiamat kekuasaan itu
akan menjadi kehinaan dan kesedihan, kecuali orang yang
mengambilnya dengan kebenaran dan menunaikan segala
kewajibannya.” (HR. Muslim).

 Dari Hudzaifah bin al-Yaman, ia berkata; Rasulullah saw.


menceritakan dua hadits kepadaku. Aku telah membuktikan
kebenaran salah satunya, dan aku menunggu yang satunya lagi.
Beliau saw. menceritakan kepada kami:

«...‫ﺎ ِﻝ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﺏ ﺍﻟ‬


ِ ‫ﺟ ﹾﺬ ِﺭ ﹸﻗﻠﹸﻮ‬ ‫ﺖ ﻓِﻲ‬
 ‫ﺰﹶﻟ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻧ ﹶﺔ‬‫ﺎ‬‫»ﹶﺃ ﱠﻥ ﹾﺍ َﻷﻣ‬
Amanah akan diturunkan pada pangkal hatinya orang-orang...
(Mutafaq ‘alaih).
294 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Dari Abû Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda


kepada umat beliau yang ada di sekitarnya:

‫ﻮ ﹶﻝ ﺍﷲِ؟‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﻳ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻣ‬:‫ﺖ‬


 ‫ ﹸﻗﹾﻠ‬،‫ﻨﺔﹶ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ ﹾﻛ ﹸﻔ ﹸﻞ ﹶﻟ ﹸﻜ‬
 ‫ﺴ‬
ِ ‫ﺍ ﻟِﻲ ِﺑ‬‫»ﹶﺍ ﹾﻛ ِﻔﹸﻠﻮ‬
«‫ـﺎ ﹸﻥ‬
‫ـ‬‫ﺍﻟﱢﻠﺴ‬‫ ﻭ‬،‫ﺒ ﹾﻄﻦ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﺮﺝ‬ ‫ﺍﻟ ﹶﻔ‬‫ ﻭ‬،‫ﻧﺔﹸ‬‫ﺎ‬‫ﺍ َﻷﻣ‬‫ ﻭ‬،‫ﺰﻛﹶﺎﺓﹸ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﻼﺓﹸ‬
‫ﺼﹶ‬ ‫ ﺍﻟ‬:‫ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
Berikanlah jaminan kepadaku dengan enam perkara, niscaya aku
akan memberikan jaminan surga kepada kalian. Kataku, “Apakah
keenam perkara tersebut, Ya Rasulullah?” Rasulullah saw. bersabda,
“Shalat, Zakat, Amanah, Kemaluan, Perut, dan Lisan.” (HR. ath-
Thabrâni. al-Mundziri berkata, “Sanadnya tidak apa-apa”,
al-Haitsami menyatakan, “Hadits ini hasan”).

Seluruh perintah syariat merupakan amanah. Melakukan


ketaatan terhadap syariat juga dapat dikatakan sebagai amanah.
Karena itu, seluruh perintah dan larangan pada dasarnya
merupakan amanah. Maka seorang Khalifah adalah orang yang
mendapat amanah. Begitu pula wali, amir, qadhi, anggota majelis
syura, panglima militer, juru bicara, orang yang mencari ilmu, mufti,
pengelola wakaf, pengelola baitul mâl, pedagang, pemetik tanaman,
amil zakat, orang yang mengolah tanah kharaj, mujtahid,
muhaddits, ahli tarikh, ahli biografi, pengelola ghanimah, kepala
departemen industri, mu’awwin tanfidz, mu’awwin tafwidz,
penerjemah, pengajar baca-tulis kepada anak-anak, kepala rumah
tangga, seorang wanita di rumah suaminya, dokter, kabilah,
apoteker, orang yang menyusui, rekanan bisnis, karyawan, kepala
kantor khilafah, dan para direktur yang ada di bawahnya, seperti
direktur urusan belanja negara, direktur urusan tamu negara,
direktur urusan lahan parkir, direktur urusan dapur umum, direktur
urusan perlindungan dan advokasi, juga seorang laki-laki yang
menggauli istrinya, pemegang rahasia, petugas informasi, penyidik,
wartawan yang mengumpulkan berita dari masyarakat dan
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 295

menyebarkannya lewat televisi dan internet, dan lain-lain. Jadi


amanah urusannya sangat besar dan cakupannya sangat luas.
Setiap mukalaf tidak bisa terbebas sedikit pun dari amanah; sedikit
atau banyak, besar atau kecil.

13. Bersikap Hati-hati (wara’) dan Meninggalkan


Syubhat

 Dari Huzaifah bin al-Yaman, ia berkata; Rasulullah saw.


bersabda:

«‫ﻉ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻳِﻨ ﹸﻜ‬‫ﺮ ِﺩ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ،ِ‫ﺩﺓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻀﻞِ ﺍﹾﻟ ِﻌﺒ‬
 ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﺮ ِﻣ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻀ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ ِﻌ ﹾﻠ ِﻢ‬
 ‫» ﹶﻓ‬
Keutamaan ilmu lebih baik dari keutamaan ibadah. Sebaik-baiknya
agama kalian adalah wara’. (HR. ath-Thabrâni dan al-Bazzâr.
al-Mundziri berkata, “Hadits ini sanadnya hasan”).

 Dari Nu’man bin Basir ra., ia berkata; aku mendengar


Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺕ ﹶﻻ‬


 ‫ﺎ‬‫ﺘِﺒﻬ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ،‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺍ‬‫ﺤﺮ‬
 ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ‬ ،‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻼ ﹶﻝ‬
‫ﺤﹶ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ‬
‫ﻊ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ، ‫ﺿ ِﻪ‬
ِ ‫ﺮ‬ ‫ﻭ ِﻋ‬ ‫ﺮﹶﺃ ِﻟﺪِﻳِﻨ ِﻪ‬ ‫ﺒ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺕ ﺍ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺒﻬ‬‫ﺸ‬
 ‫ﺗﻘﹶﻰ ﺍﻟ‬‫ﻤ ِﻦ ﺍ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺱ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﲑ ِﻣ‬ ‫ﹶﻛِﺜ‬
‫ﻚ‬
 ‫ﻮ ِﺷ‬‫ﻰ ﻳ‬‫ﺤﻤ‬
ِ ‫ﻝﹶ ﺍﹾﻟ‬‫ﻮ‬‫ﻰ ﺣ‬‫ﺮﻋ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺍﻋِﻲ‬‫ﺍ ِﻡ ﻛﹶﺎﻟﺮ‬‫ﺤﺮ‬
 ‫ﻊ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ‫ﺕ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺒﻬ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻓِﻲ ﺍﻟ‬
،‫ﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻣﺤ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻰ ﺍ‬‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ِﺣﻤ‬ ‫ﻰ ﹶﺃ ﹶﻻ‬‫ﻚ ِﺣﻤ‬
ٍ ِ‫ﻣﻠ‬ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ِﻟ ﹸﻜ ﱢﻞ‬ ‫ ﹶﺃ ﹶﻻ‬،‫ﻊ ﻓِﻴ ِﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﹶﺃ ﹾﻥ‬
‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﺪ ﹸﻛﱡﻠ ـ‬ ‫ﺴ‬
‫ﺠ‬ ‫ﺢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺻﹶﻠ‬
 ‫ﺖ‬
 ‫ﺤ‬
 ‫ﺻﹶﻠ‬
 ‫ ِﺇﺫﹶﺍ‬،‫ﻐ ﹰﺔ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺴ ِﺪ‬
‫ﺠ‬ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﹶﺃ ﹶﻻ‬
«‫ﺐ‬
 ‫ﻲ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﹾﻠ‬ ‫ﻭ ِﻫ‬ ‫ ﹶﺃ ﹶﻻ‬،‫ﻪ‬ ‫ﺪ ﹸﻛﱡﻠ‬ ‫ﺴ‬
‫ﺠ‬ ‫ﺪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺕ ﹶﻓ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﹶﻓ‬
Sesungguhnya perkara halal itu jelas dan perkara haram itu pun
jelas. Dan di antara kedua-duanya terdapat perkara-perkara syubhat
296 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Karena itu, siapa


saja yang menjaga diri dari perkara syubhat, maka dia telah
menyelamatkan agamanya dan kehormatannya. Dan siapa yang
terjerumus ke dalam syubhat, berarti dia telah terjerumus ke dalam
perkara haram, seperti penggembala yang menggembala di sekitar
tanah terlarang, maka kemungkinan besar binatangnya akan
memasuki kawasan tersebut. Ingatlah!, sesungguhnya setiap
penguasa memiliki daerah terlarang. Ingatlah!, sesungguhnya
daerah yang terlarang milik Allah adalah apa saja yang diharamkan-
Nya. Ingatlah!, sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada
segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya
dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ingatlah!,
segumpal daging itu adalah hati. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Nawas bin Sam’an ra., ia berkata; aku bertanya kepada


Rasulullah saw. tentang kebaikan dan dosa. Maka Rasulullah saw.
bersabda:

‫ﻊ‬ ‫ﻳ ﱠﻄِﻠ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ ﹾﻥ‬


 ‫ﻫ‬ ‫ﻭ ﹶﻛ ِﺮ‬ ،‫ﻚ‬
 ‫ﺴ‬
ِ ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻙ ﻓِﻲ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺣ‬‫ﻢ ﻣ‬ ‫ﻭﹾﺍ ِﻹﹾﺛ‬ ،‫ﺨﹸﻠ ِﻖ‬
 ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫»ﺍﹾﻟِﺒ‬
«‫ﺱ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻪ ﺍﻟﻨ‬‫ﻋﹶﻠ‬
Kebaikan adalah akhlak yang baik. Dosa adalah yang meragukan
dalam dirimu dan engkau tidak suka jika manusia melihatnya. (HR.
Muslim).

 Dari Wabishah bin Ma’bad ra., ia berkata; aku mendatangi


Rasulullah saw. dan aku bermaksud tidak akan meninggalkan sedikit
pun dari kebaikan dan dosa, kecuali aku akan bertanya kepada Rasul
saw., kemudian Rasul bersabda:

‫ﺎ‬‫ﻳ‬:‫ ﻓﹶﻘﹶﺎﻟِﻲ‬،‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﺭ ﹾﻛ‬ ‫ﺒﺘِﻲ‬‫ﺭ ﹾﻛ‬ ‫ﺖ‬‫ﺴ‬‫ﻰ ﻣ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﺕ ِﻣ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻧ‬‫ﺪ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺼ ﹸﺔ‬
 ‫ﺍِﺑ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺩ ﹸﻥ ﻳ‬ ‫»ﺍ‬
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 297

،‫ﺮﻧِﻲ‬ ‫ﺧِﺒ‬ ‫ﷲ ﹶﺃ‬


ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﻪ؟ ﻗﹸﻠﹾﺖ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﺴﹶﺄ ﹸﻝ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺎ ِﺟﹾﺌ‬‫ﻤ‬‫ﻙ ﻋ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧِﺒ‬ ‫ﺼ ﹸﺔ ﹸﺃ‬
 ‫ﺍِﺑ‬‫ﻭ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺎِﺑ‬‫ ﹶﺃﺻ‬‫ﻊ‬‫ﻤ‬‫ ﻓﹶ ﺠ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻌ‬‫ ﻧ‬:‫ ﻗﹸﻠﹾ ﺖ‬، ‫ﻭﹾﺍ ِﻹﺛﹾــ ِﻢ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻋ ِﻦ ﺍﹾﻟِﺒ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺴﹶﺄﹸﻟِﻨ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ ِﺟﹾﺌ‬:‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬
،‫ﺒﻚ‬‫ﺖ ﹶﻗﹾﻠ‬
ِ ‫ﺘ ﹾﻔ‬‫ﺳ‬ ‫ﺼ ﹸﺔ ﺍ‬
 ‫ﺍِﺑ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ ﻳ‬:‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬‫ﻭ‬ ‫ﺪﺭِﻱ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺖ ِﺑﻬ‬
 ‫ﻨ ﹸﻜ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻌ ﹶﻞ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﺙ ﹶﻓ‬
‫ﻼ ﹶ‬
‫ﺍﻟﱠﺜ ﹶ‬
‫ﻙ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺣ‬‫ﻢ ﻣ‬ ‫ﻭﹾﺍ ِﻹﹾﺛ‬ ،‫ﻴ ِﻪ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﹾﻠﺐ‬‫ﺖ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻤﹶﺄ‬ ‫ﺍ ﹾﻃ‬‫ ﻭ‬،‫ ﹾﻔﺲ‬‫ﻴ ِﻪ ﺍﻟﻨ‬‫ﺖ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﻧ‬‫ﹶﺄ‬‫ﺎ ﺍﻃﹾﻤ‬‫ﺮ ﻣ‬ ‫ﺍﹾﻟِﺒ‬
«‫ﻙ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺘ‬‫ﻭﹶﺃ ﹾﻓ‬ ‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻙ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﹶﺃ ﹾﻓﺘ‬ ،‫ﺪ ِﺭ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺩ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺐ‬
ِ ‫ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﹾﻠ‬
“Mendekatlah wahai Wabishah!” Maka aku pun mendekat pada Rasul
saw. hingga lututku menyentuh lutut beliau. Kemudian beliau bersabda,
“Wahai Wabishah, aku beritahukan kepadamu apa yang menyebabkan
engkau datang untuk bertanya kepadaku.” Aku berkata, “Ya Rasulullah!,
beritahukanlah kepadaku.” Rasul berkata, “Wahai Wabishah, bukankah
engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan dan dosa?” Aku berkata,
“Ya benar.” Kemudian Rasulullah saw. mengumpulkan tiga jarinya. Dengan
tiga jari itu beliau menepuk-nepuk dadaku seraya berkata, “Wahai
Wabishah, tanyalah hatimu. Kebaikan adalah yang menentramkan jiwa
dan hati. Dosa adalah yang membimbangkan hatimu dan meragukan
dadamu, meskipun manusia menfatwakannya kepadamu.” (al-Mundziri
berkata, “Hadits ini diriwayatkan Ahmad dengan sanad yang
hasan”. an-Nawawi berkata, “Hadits ini hasan shahih,
diriwayatkan oleh Ahmad dan ad-Darimi dalam kitab Musnad-
nya”).

 Dari Abû Tsa’labah al-Khatsani ra., ia berkata; aku berkata,


“Ya Rasulullah, apa yang dihalalkan bagiku dan apa yang
diharamkan bagiku?” Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻢ ﻣ‬ ‫ﻭﹾﺍ ِﻹﹾﺛ‬ ،‫ﺐ‬


 ‫ﻴ ِﻪ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﹾﻠ‬‫ﻤﹶﺄ ﱠﻥ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﺍ ﹾﻃ‬‫ ﻭ‬،‫ﺲ‬
 ‫ﻨ ﹾﻔ ـ‬‫ﻴ ِﻪ ﺍﻟ‬‫ﺖ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺳ ﹶﻜ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﻣ‬ ‫» ﺍﹾﻟِﺒ‬
«‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﻤ ﹾﻔﺘ‬ ‫ﻙ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﹶﺃ ﹾﻓﺘ‬ ،‫ﺐ‬
 ‫ﻴ ِﻪ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﹾﻠ‬‫ﻦ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﻤِﺌ‬ ‫ﻳ ﹾﻄ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﺲ‬
 ‫ﻨ ﹾﻔ‬‫ﻴ ِﻪ ﺍﻟ‬‫ﻦ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﺴ ﹸﻜ‬
 ‫ﺗ‬
298 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Kebaikan adalah yang menenangkan jiwamu dan menentramkan


hati. Dosa adalah yang tidak menenangkan jiwa dan
menentramkan hati, meskipun para mufti memfatwakannya
kepadamu. (al-Mundziri berkata, “Hadits ini diriwayatkan
dari Ahmad dengan sanad yang baik.” al-Haitsami berkata,
“Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan ath-Thabrâni.”
Dalam kitab Shahih terdapat bagian hadits ini mulai dari
awal. Para perawinya terpercaya).

 Dari Anas ra.:

‫ﺪﹶﻗ ِﺔ‬ ‫ﺼ‬


 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﻣ‬ ‫ﻑ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻲ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ ﹶﻻ ﹶﺃ‬ ‫ ﹶﻟ‬:‫ﻳ ٍﻖ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺮ ﹰﺓ ﻓِﻲ ﹶﻃ ِﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ »
«‫ﺎ‬‫ﺘﻬ‬‫ﻛ ﹾﻠ‬
‫َ َﻷ ﹶ‬
Rasulullah saw. pernah menemukan sebutir kurma di jalanan,
kemudian beliau bersabda, “Andaikan aku tidak khawatir kurma itu
termasuk bagian dari shadaqah, maka pasti aku akan memakannya.”
(Mutafaq ‘alaih).

 Dari Hasan ra. bin Ali ra., ia berkata; aku menghafal sebuah
hadits dari Rasulullah saw. yaitu:

«‫ﻚ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻳﺮِﻳ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﻚ ِﺇﻟﹶﻰ ﻣ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻳﺮِﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻉ ﻣ‬
 ‫ﺩ‬ »
Tinggalkan perkara yang meragukanmu, dan ambil perkara yang
tidak meragukanmu. (HR. At-Tirmidzi. Ia berkata, “Hasan
shahih”; Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya dan an-
Nasâi).

 Dari Athiyah bin Urwah As-Sa’diy ra., ia berkata; Rasulullah


saw. bersabda:

‫ﺍ‬‫ﺣ ﹶﺬﺭ‬ ‫ﺱ ِﺑ ِﻪ‬


 ‫ﺑﹾﺄ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﻉ ﻣ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ،‫ﲔ‬
 ‫ﺘ ِﻘ‬‫ﻤ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻳﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﻣ‬ ‫ﺪ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺒ‬‫ﻌ‬ ‫ﺒﹸﻠ ﹸﻎ ﺍﹾﻟ‬‫ﻳ‬ ‫» ﹶﻻ‬
«‫ﺒ ﹾﺄﺱ‬‫ﺎ ِﺑ ِﻪ ﺍﹾﻟ‬‫ِﻟﻤ‬
‫ﺍ‬‫ﺣ ﹶﺬﺭ‬ ‫ﺱ ِﺑ ِﻪ‬
 ‫ﺑﹾﺄ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﻉ ﻣ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬Orang
‫ﺣﺘ‬ ،‫ﲔ‬
 yang
‫ﺘ ِﻘ‬‫ﻤ‬ ‫ﹾﻟ‬Paling
‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﹶﻥ ِﻣ‬Baik
‫ﻳﻜﹸﻮ‬ Akhlaknya
‫ﺪ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺒ‬‫ﻌ‬ ‫ﺒﹸﻠ ﹸﻎ ﺍﹾﻟ‬‫ﻳ‬299
‫» ﹶﻻ‬
«‫ﺒ ﹾﺄﺱ‬‫ﺎ ِﺑ ِﻪ ﺍﹾﻟ‬‫ِﻟﻤ‬
Seorang hamba tidak akan sampai kepada derajat orang-orang
yang bertakwa hingga ia meninggalkan perkara yang tidak ada
masalah (mubah), karena khawatir akan terjerumus dalam perkara
yang bermasalah (terlarang). (HR. al-Hâkim, beliau berkata,
“Hadits ini shahih isnad-nya dan disetujui oleh Imam adz-
Dzahabi”).

 Dari Abû Umamah ra., ia berkata:

‫ﻲ ٌﺀ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻚ‬


 ‫ﺴ‬
ِ ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ ﻓِﻲ‬‫ﺎﻙ‬‫ ِﺇﺫﹶﺍ ﺣ‬:‫ﻢ؟ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬ ‫ﺎ ﹾﺍ ِﻹﹾﺛ‬‫ﻲ  ﻣ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺟ ﹲﻞ ﺍﻟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺳﹶﺄ ﹶﻝ‬ »
‫ﻚ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻴﹶﺌ‬‫ﺳ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺗ‬‫ﺎ َﺀ‬‫ ِﺇﺫﹶﺍ ﺳ‬:‫ﺎ ﹸﻥ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﻳﻤ‬‫ﺎ ﹾﺍ ِﻹ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓﻤ‬،‫ﻪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻓﹶ‬
«‫ﺆ ِﻣﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻧ‬‫ﹶﻓﹶﺄ‬
Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw. tentang apa dosa
itu? Rasulullah saw. bersabda, “Jika ada sesuatu yang meragukan
hatimu, maka tinggalkan.” Ia berkata, “Apakah iman itu wahai
Rasul?” Rasulullah saw. bersabda, “Jika engkau merasa tidak enak
dengan kesalahanmu dan berbahagia dengan kebaikanmu, maka
engkau adalah seorang mukmin.” (al-Mundzir berkata, “Hadits
ini diriwayatkan Ahmad dengan sanad yang shahih”).

14. Memuliakan Ulama, Orang Tua, dan Orang yang


Memiliki Keutamaan

Allah berfirman:

(#θä9'ρé& ㍩.x‹tGtƒ $yϑ‾ΡÎ) 3 tβθßϑn=ôètƒ Ÿω tÏ%©!$#uρ tβθçΗs>ôètƒ tÏ%©!$# “ÈθtGó¡o„ ö≅è% ö≅yδ

 É=≈t7ø9F{$#
300 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan


orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran. (TQS. az-Zumar [39]:
9)

 Dari Jabir ra., sesungguhnya Rasulullah saw. mengumpulkan


di antara dua laki-laki dari syuhada Uhud, kemudian ia bersabda:

«‫ﺤ ِﺪ‬
 ‫ﻪ ﻓِﻲ ﺍﻟﱠﻠ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﺣ ِﺪ ِﻫﻤ‬ ‫ﲑ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃ‬ ‫ﺁﻥ؟ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ ﺃﹸ ِﺷ‬‫ﺧﺬﹰﺍ ِﻟ ﹾﻠ ﹸﻘﺮ‬ ‫ﺮ ﹶﺃ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻳ‬‫»ﹶﺃ‬
Siapa di antara keduanya yang lebih banyak hafalan al-Quran-
nya? Jika ditunjukkan pada salah satunya, maka beliau akan
mendahulukan untuk dimasukkan ke lubang lahad. (HR. al-
Bukhâri).

 Dari Ibnu Abbas ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻢ‬ ‫ﻛ‬
‫ﺮ ﹶﻛ ﹸﺔ ﻓِﻲ ﹶﺃﻛﹶﺎِﺑ ِﺮ ﹸ‬ ‫ﺒ‬‫»ﹶﺍﹾﻟ‬
Keberkahan terdapat pada orang tua di antara kalian. (HR. al-Hâkim,
beliau berkata, “Hadits ini shahih dan memenuhi syarat al-
Bukhâri”, dan Ibnu Majah dalam kitab Shahih-nya. Ibnu
Muflih berkata dalam kitab al-Adan, “Sanad hadits ini baik”).

 Dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini telah sampai kepada
Rasulullah saw., beliau bersabda:

«‫ﺎ‬‫ﻖ ﹶﻛِﺒ ِﲑﻧ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻑ‬


 ‫ﻌ ِﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﲑﻧ‬ ‫ﺻ ِﻐ‬
 ‫ﻢ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺲ ِﻣﻨ‬
 ‫ﻴ‬‫»ﹶﻟ‬
Bukan termasuk golongan kita orang yang tidak menyayangi yang
lebih muda dan tidak mengetahui hak yang lebih tua. (HR. al-Hâkim.
Beliau menshahihkannya dan disetujui oleh adz-Dzahabi).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 301

 Dari Ubadah bin ash-Shamit ra. bahwa Rasulullah saw.


bersabda:

‫ﺎ‬‫ﺎِﻟ ِﻤﻨ‬‫ﻑ ِﻟﻌ‬


 ‫ﻌ ِﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﲑﻧ‬ ‫ﺻ ِﻐ‬
 ‫ﻢ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﲑﻧ‬ ‫ﺠ ﱠﻞ ﹶﻛِﺒ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻣﺘِﻲ‬ ‫ﻦ ﹸﺃ‬ ‫ﺲ ِﻣ‬
 ‫ﻴ‬‫»ﻟﹶ‬
«‫ﺣ ﱠﻘﻪ‬
Bukan termasuk umatku orang yang tidak memuliakan orang tua,
tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak
orang alim diantara kita. (al-Mundziri berkata, “Hadits ini
diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad hasan”. al-
Haitsami berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh ath-
Thabrâni dengan sanad hasan”).

 Dari Amr bin as-Suaib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa


Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺎ‬‫ﻑ ﹶﻛِﺒ ِﲑﻧ‬


 ‫ﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﻌ ِﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﲑﻧ‬ ‫ﺻ ِﻐ‬
 ‫ﻢ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺲ ِﻣﻨ‬
 ‫ﻴ‬‫»ﹶﻟ‬
Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang
lebih muda dan tidak mengetahui kemuliaan yang lebih tua. (HR.
Ahmad, at-Tirmidzi, Abû Dawud, dan al-Bukhâri dalam al-
Adab al-Mufrad. an-Nawawi berkata, “Hadits ini shahih”).

 Dari Abdullah bin Mas’ud ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹸﻛ‬‫ﻭِﺇﻳ‬ ،‫ﻼﺛﹰﺎ‬


‫ﻢ ﹶﺛ ﹶ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﻳﻠﹸﻮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻢ ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻰ‬‫ﻨﻬ‬‫ﺍﻟ‬‫ﻼ ِﻡ ﻭ‬
‫ﺣ ﹶ‬ ‫ﻢ ﺃﹸﻭﻟﹸﻮﺍ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﻴِﻠﻨِﻲ ِﻣ‬‫»ِﻟ‬
«‫ﻕ‬ِ ‫ﺍ‬‫ﺳﻮ‬ ‫ﺕ ﹾﺍ َﻷ‬ ِ ‫ﺎ‬‫ﻴﺸ‬‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬
Siapa saja di antara kalian yang mempunyai idealisme dan kecerdasan
niscaya akan bersamaku, kemudian diikuti oleh generasi sepeninggal
mereka, kemudian oleh generasi sepeninggal mereka. Rasulullah saw.
mengulangi perkataan ini tiga kali. Kalian harus menjauhi keburukan pasar.
(HR. Muslim).
302 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Dari Abû Sa'id Samrah bin Jundub ra., ia berkata, “Aku di


masa Nabi adalah seorang anak kecil, tapi aku menghafal hadits
dari Rasulullah saw. Tidak menghalangiku dari mengatakan hadits
kecuali karena pada saat itu banyak orang-orang yang lebih tua
usianya daripadaku.” (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Musa ra. berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻴ ِﺮ‬‫ﺁ ِﻥ ﹶﻏ‬‫ﺎ ِﻣ ِﻞ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬‫ﻭﺣ‬ ، ‫ﺴِﻠ ِﻢ‬


 ‫ﻤ‬ ‫ﺒ ِﺔ ﺍﹾﻟ‬‫ﻴ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻡ ﺫِﻱ ﺍﻟ‬ ‫ﺍ‬‫ﷲ ِﺇ ﹾﻛﺮ‬
ِ ‫ﺟﻼﹶ ِﻝ ﺍ‬ ‫ﻦ ِﺇ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ِﻣ‬
«‫ﻂ‬
ِ‫ﺴ‬ِ ‫ﻤ ﹾﻘ‬ ‫ﺴﹾﻠﻄﹶﺎ ِﻥ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻡ ﺫِﻱ ﺍﻟ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭِﺇ ﹾﻛﺮ‬ ، ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﺎﻓِﻲ‬‫ﻭ ﻻ ﺍﹾﻟﺠ‬ ‫ﺎﻟِﻲ ﻓِﻴ ِﻪ‬‫ﺍﹾﻟﻐ‬
Termasuk memuliakan Allah adalah memuliakan orang tua muslim,
memuliakan pengemban al-Quran yang tidak melampaui batas dan
tidak menentangnya. Juga memuliakan penguasa yang berbuat
adil. (HR. Abû Dawud. an-Nawawi berkata, “Hadits ini
hasan” Ibnu Muflih berkata, “Sanadnya bagus”).

15.Mengutamakan Orang Lain (al-Itsâr) dan


Menolong Orang Lain (al-Muwasah)

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata:

‫ﺾ‬
ِ ‫ﻌ ـ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺳ ﹶﻞ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ ﹶﻓﹶﺄ‬،‫ﻮﺩ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬‫ ِﺇﻧ‬:‫ﻲ  ﻓﹶ ﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺟ ﹲﻞ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫» ﺟ‬
‫ﺳ ﹶﻞ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ ﹸﺛ‬،ٌ‫ﺎﺀ‬‫ﻨﺪِﻱ ِﺇ ﱠﻻ ﻣ‬‫ﺎ ِﻋ‬‫ﻖ ﻣ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻚ ﺑِﺎﹾﻟ‬
 ‫ﹶﺜ‬‫ﺑﻌ‬ ‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫ ﻭ‬:‫ﺖ‬
 ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎﹶﻟ‬،ِ‫ﺎِﺋﻪ‬‫ِﻧﺴ‬
‫ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫ ﹶﻻ ﻭ‬:‫ﻦ ِﻣﹾﺜ ـ ﹶﻞ ﺫﹶﻟِﻚ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻦ ﹸﻛﱡﻠ‬ ‫ﻰ ﹸﻗ ﹾﻠ‬‫ﺣﺘ‬ ،‫ﺖ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﹶﺫِﻟﻚ‬
 ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎﹶﻟ‬،‫ﻯ‬‫ﺧﺮ‬ ‫ﹸﺃ‬
‫ﻫﺬﹶﺍ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻳﻀِﻴ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ : ‫ﻲ‬ ‫ﻨﺒِــ‬‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟ‬،ٌ‫ﺎﺀ‬‫ﻨﺪِﻱ ِﺇ ﱠﻻ ﻣ‬‫ﺎ ِﻋ‬‫ﻖ ﻣ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻚ ﺑِﺎﹾﻟ‬
 ‫ﻌﹶﺜ‬ ‫ﺑ‬
‫ﻖ ِﺑ ِﻪ ِﺇﻟﹶــﻰ‬ ‫ﻧ ﹶﻄﹶﻠ‬‫ ﻓﹶﺎ‬،ِ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍﷲ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﻳ‬‫ــﺎ ِﺭ ﹶﺃ ﻧ‬‫ﻧﺼ‬‫ﻦ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ ِﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻴﹶﻠﺔﹶ؟ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺍﻟﱠﻠ‬
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 303

‫ﻳ ٍﺔ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺍ‬‫ﻭﻓِﻲ ِﺭﻭ‬ ، ‫ﷲ‬


ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺿ‬
 ‫ﻲ‬ ‫ﺮ ِﻣ‬ ‫ ﺃﹶﻛﹾ‬:‫ﺮﹶﺃِﺗ ِﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺣِﻠ ِﻪ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ِﻻ‬ ‫ﺭ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻌﱢﻠﻠِﻴ ِﻬ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓ‬،‫ﺎِﻧﻲ‬‫ﺒﻴ‬‫ﺻ‬
ِ ‫ﺕ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺖ ﹶﻻ ِﺇ ﱠﻻ ﹸﻗ‬
 ‫ﻲﺀٌ؟ ﹶﻓﻘﹶﺎﹶﻟ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺪ ِﻙ‬ ‫ﻨ‬‫ﻫ ﹾﻞ ِﻋ‬ :‫ﺮﹶﺃِﺗ ِﻪ‬ ‫ﻣ‬ ِ‫ﻻ‬
‫ﺎ ﹶﻓ ـﹶﺄ ﹾﻃ ِﻔ ﹾﺊ‬‫ﻴ ﹸﻔﻨ‬‫ﺿ ـ‬
 ‫ﺧ ـ ﹶﻞ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ،‫ﻴ ِﻬﻢ‬‫ ِﻣ‬‫ﻨﻮ‬‫ﺎ َﺀ ﹶﻓ‬‫ﻌﺸ‬ ‫ﺍ ﺍﹾﻟ‬‫ﺩﻭ‬ ‫ﺍ‬‫ ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃﺭ‬،ٍ‫ﻲﺀ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ِﺑ‬
‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﹶﻠﻤ‬،ِ‫ﻴﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺎ ﻃﹶﺎ ِﻭ‬‫ﺎﺗ‬‫ﻭﺑ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻭﹶﺃ ﹶﻛ ﹶﻞ ﺍﻟ‬ ‫ﻭﺍ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻧ ﹾﺄ ﹸﻛ ﹸﻞ ﹶﻓ ﹶﻘ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳ ِﻪ ﹶﺃﻧ‬‫ﻭﹶﺃ ِﺭ‬ ،‫ﺍﺝ‬‫ﺴﺮ‬
 ‫ﺍﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻌ ﹸﻜﻤ‬‫ــِﻨ‬‫ﻦ ﺻ‬ ‫ﷲ ِﻣ‬
ُ ‫ﺐﺍ‬
 ‫ﺠ‬
ِ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ ﹶﻟ ﹶﻘ‬:‫ﻲ  ﻓﹶﻘﹶﺎ ﻝﹶ‬ ‫ﻨﺒِــ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﺍ‬‫ﺢ ﹶﻏﺪ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬

«‫ﻴﹶﻠ ﹶﺔ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﻠ‬‫ﻜﻤ‬
‫ﻴ ِﻔ ﹸ‬‫ﻀ‬
 ‫ِﺑ‬
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. kemudian berkata,
“Ya Rasulullah, aku sedang kesusahan.” Kemudian Rasulullah saw.
mengutus dia untuk menemui salah seorang istrinya. Maka istri
Rasulullah berkata, “Demi Allah yang telah mengutusmu dengan
hak, aku tidak mempunyai apa pun kecuali air.” Kemudian Rasul
mengutus laki-laki itu kepada istri beliau yang lain. Maka istri
Rasulullah itu pun berkata seperti istri yang tadi, sehingga semua
istri Rasulullah mengatakan hal yang sama, “Demi Allah yang telah
mengutusmu dengan hak, aku tidak mempunyai apa pun kecuali
air.” Rasulullah saw. pun bersabda, “Siapa yang mau menjamu
tamu pada malam ini?” Kemudian seorang lelaki dari kaum Anshar
berkata, “Saya wahai Rasul.” Orang Anshar itu lalu membawa laki-
laki tadi ke rumahnya dan berkata kepada istrinya, “Wahai istriku,
muliakanlah tamu Rasulullah saw. ini.” Dalam riwayat yang lain ia
berkata kepada istrinya, “Apakah engkau punya sesuatu?” Istrinya
berkata, “Tidak, kecuali makanan anak-anak kita.” Maka orang
Anshar itu berkata, “Hiburlah mereka. Jika mereka mau makan
malam, maka tidurkanlah mereka. Jika tamu kita sudah masuk,
matikanlah lampu dan perlihatkan kepadanya seolah-olah kita
sedang makan.” Kemudian mereka semua duduk, dan tamu pun
304 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

makan. Akhirnya sahabat Anshar dan istrinya tidur dalam keadaan


lapar. Ketika datang waktu Shubuh, sahabat Anshar itu pergi
menemui Nabi saw. Nabi pun berkata, “Allah sungguh takjub karena
perbuatan engkau bersama istrimu tadi malam, pada saat menjamu
tamu.” (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻌ ِﺔ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﻼﹶﺛ ِﺔ ﻛﹶﺎﻓِﻲ ﹾﺍ َﻷ‬


‫ﻡ ﺍﻟﱠﺜ ﹶ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭ ﹶﻃﻌ‬ ‫ﻼﺛﹶ ِﺔ‬
‫ﻴ ِﻦ ﻛﹶﺎﻓِﻲ ﺍﻟﱠﺜ ﹶ‬‫ﻨ‬‫ﻡ ﹾﺍ ِﻻﹾﺛ‬ ‫ﺎ‬‫» ﹶﻃﻌ‬
Makanan untuk dua orang, cukup untuk tiga orang. Makanan tiga
orang, cukup untuk empat orang. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Sa'id al-Hudri ra., ia berkata; ketika kami dalam


perjalanan bersama Nabi saw., tiba-tiba ada seorang lelaki datang
di atas tunggangannya. Laki-laki itu menoleh ke kiri dan ke kanan,
maka Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﻪ‬ ‫ﺍ ِﺣﹶﻠ ٍﺔ ﹶﻟ ـ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺭ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﻲ  ِﺇ ﹾﺫ ﺟ‬ ‫ـ‬


‫ﻨﺒِـ‬‫ﻊ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺳ ﹶﻔ ٍﺮ‬ ‫ﻦ ﻓِﻲ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬»
‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻣ‬ : ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺎ ﹰﻻ‬‫ﻭ ِﺷﻤ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﻤِﻴﻨ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺑ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﺼ ِﺮ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ ﹶﻞ‬‫ﻌ‬‫ﻓﹶﺠ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻀ ﹲﻞ ِﻣ‬
 ‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﺮ ﹶﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻦ ﹶﻻ ﹶﻇ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺪ ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻴ‬‫ﻬ ٍﺮ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﻀ ﹸﻞ ﹶﻇ‬
 ‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬
‫ﺮ‬ ‫ﺎ ﹶﺫ ﹶﻛ‬‫ﺎ ِﻝ ﻣ‬‫ﻑ ﺍﹾﻟﻤ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺻﻨ‬
 ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﺮ ِﻣ‬ ‫ ﹶﻓ ﹶﺬ ﹶﻛ‬،‫ﻪ‬ ‫ﺩ ﹶﻟ‬ ‫ﺍ‬‫ﻦ ﹶﻻ ﺯ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺪ ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻴ‬‫ﺍ ٍﺩ ﹶﻓ ﹾﻠ‬‫ﺯ‬
«‫ﻀ ٍﻞ‬
 ‫ﺎ ﻓِﻲ ﹶﻓ‬‫ﺣ ٍﺪ ِﻣﻨ‬ ‫ﻖ ِ َﻷ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻪ ﹶﻻ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻳﻨ‬‫ﺭﹶﺃ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬
Barangsiapa yang memiliki kelebihan muatan, hendaklah kelebihan
itu diberikan kepada orang yang tidak punya muatan. Barangsiapa
yang mempunyai kelebihan bekal, hendaklah ia berikan kepada
orang yang tidak mempunyai bekal. Kemudian Nabi menyebutkan
jenis-jenis harta, sehingga kami berpendapat bahwa siapa pun di
antara kami tidak berhak atas kelebihan hartanya. (HR. Muslim).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 305

 Dari Abû Musa ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﻨ ِﺔ‬‫ﻤﺪِﻳ‬ ‫ﻢ ﺑِﺎﹾﻟ‬ ‫ﺎِﻟ ِﻬ‬‫ﻡ ِﻋﻴ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭ ﹶﻗ ﱠﻞ ﹶﻃﻌ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﺰ ِﻭ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻣﻠﹸﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﲔ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻌ ِﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﹾﺍ َﻷ‬
‫ﺎ ٍﺀ‬‫ﻢ ﻓِﻲ ِﺇﻧ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﻮ‬‫ﺴﻤ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻢ ﺍ ﹾﻗ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﺍ ِﺣ ٍﺪ‬‫ﺏ ﻭ‬
ٍ ‫ﻮ‬ ‫ ﻓِﻲ ﹶﺛ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﻋ‬‫ﻮﺍ ﻣ‬‫ﻤﻌ‬ ‫ﺟ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﻣ‬‫ﻭﹶﺃﻧ‬ ‫ﻲ‬‫ﻢ ِﻣﻨ‬ ‫ﻬ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻳ ِﺔ‬‫ﺴ ِﻮ‬
 ‫ﺍ ِﺣ ٍﺪ ﺑِﺎﻟ‬‫ﻭ‬
Sesunggunya kaum al-Asy’ariyin jika bekal mereka dalam
peperangan telah menipis, atau memiliki sedikit makanan untuk
keluarganya di kampung halamannya, mereka akan
mengumpulkan hartanya pada satu kain, kemudian membagi-
bagikannya pada suatu wadah dengan bagian yang sama. Mereka
itu termasuk golonganku, dan aku termasuk golongan mereka.
(Mutafaq ‘alaih).

16. Berderma dan Infak di Jalan Kebaikan

Allah Swt. berfirman:


 ( …çµàÎ=øƒä† uθßγsù &óx« ÏiΒ ΟçFø)xΡr& !$tΒuρ
Barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya… (TQS. Saba [34]: 39),

4 «!$# ϵô_uρ u!$tóÏFö/$# āωÎ) šχθà)ÏΖè? $tΒuρ 4 öΝà6Å¡àΡL|sù 9Žöyz ôÏΒ (#θà)ÏΖè? $tΒuρ

 šχθãΚn=ôàè? Ÿω ÷ΛäΡr&uρ öΝà6ö‹s9Î) ¤∃uθム9Žöyz ôÏΒ (#θà)ÏΖè? $tΒuρ


Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah),
maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu
membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan
Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya
kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun
tidak akan dianiaya (dirugikan). (TQS. al-Baqarah [2]: 272),
306 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 íΟŠÎ=tæ ϵÎ/ ©!$# €χÎ*sù 9Žöyz ôÏΒ (#θà)ÏΖè? $tΒuρ


Apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah),
maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (TQS. al-Baqarah
[2]: 273),

öΝçλm; (#θà)xΡr&uρ óΟä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$$sù ( ϵŠÏù tÏn=ø⇐tGó¡•Β /ä3n=yèy_ $£ϑÏΒ (#θà)ÏΡr&uρ

 ׎Î7x. ֍ô_r&
…Dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah
menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman
di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar. (TQS. al-Hadid [57]: 7),

 Zπu‹ÏΡŸξtãuρ #uŽÅ€ öΝßγ≈uΖø%y—u‘ $£ϑÏΒ (#θà)xΡr&uρ


…Dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan
kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,… (TQS.
ar-Ra’d [13]: 22) dan (TQS. al-Fathir [35]: 29)

 4 šχθ™6ÏtéB $£ϑÏΒ (#θà)ÏΖè? 4®Lym §ŽÉ9ø9$# (#θä9$oΨs? s9


Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai…
(TQS. Ali ‘Imrân [3]: 92),

yìö7y™ ôMtFu;/Ρr& >π¬6ym È≅sVyϑx. «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû óΟßγs9≡uθøΒr& tβθà)ÏΖムtÏ%©!$# ã≅sW¨Β

íΟŠÎ=tæ ììÅ™≡uρ ª!$#uρ 3 â!$t±o„ yϑÏ9 ß#Ïè≈ŸÒムª!$#uρ 3 7π¬6ym èπsƒ($ÏiΒ '7 s#ç7/Ψß™ Èe≅ä. ’Îû Ÿ≅Î/$uΖy™

 ∩⊄∉⊇∪
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 307

biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia


kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha
Mengetahui. (TQS. al-Baqarah [2]: 261),

öΝÎγÅ¡àΡr& ôÏiΒ $\GÎ7ø[s?uρ «!$# V


Å $|ÊötΒ u!$tóÏGö/$# ãΝßγs9≡uθøΒr& šχθà)ÏΨムtÏ%©!$# ã≅sWtΒuρ

$pκö:ÅÁムöΝ©9 βÎ*sù É÷x÷èÅÊ $yγn=à2é& ôMs?$t↔sù ×≅Î/#uρ $yγt/$|¹r& >οuθö/tÎ/ ¥π¨Ψy_ È≅sVyϑ.x

∩⊄∉∈∪ ÅÁt/ tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ ª!$#uρ 3 @≅sÜsù ×≅Î/#uρ


Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya
karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka,
seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram
oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali
lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis
(pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
(TQS. al-Baqarah [2]: 265),

öΝèδãô_r& óΟßγn=sù ZπuŠÏΡŸξtãuρ #vÅ™ Í‘$yγ¨Ζ9$#uρ È≅øŠ©9$$Î/ Οßγs9≡uθøΒr& šχθà)ÏΨムšÏ%©!$#

 ∩⊄∠⊆∪ šχθçΡt“óstƒ öΝèδ Ÿωuρ óΟÎγø‹n=tæ ê’öθyz Ÿωuρ öΝÎγÎn/u‘ y‰ΨÏã


Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang
hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka
mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (TQS.
al-Baqarah [2]: 274),

Çtã tÏù$yèø9$#uρ xáø‹tóø9$# tÏϑÏà≈x6ø9$#uρ Ï!#§ŽœØ9$#uρ Ï!#§Žœ£9$# ’Îû tβθà)ÏΖムtÏ%©!$#

 ∩⊇⊂⊆∪ šÏΖÅ¡ósßϑø9$# =Ïtä† ª!$#uρ 3 Ĩ$¨Ψ9$#


(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
308 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

amarahnya dan mema‘afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai


orang-orang yang berbuat kebajikan. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 134)

 Dari Ibnu Mas’ud ra., dari Rasulullah saw., beliau bersabda:

‫ﻫﹶﻠ ﹶﻜِﺘ ِﻪ ﻓِﻲ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻂ‬ ‫ﺴﱢﻠ ﹶ‬ ‫ﺎ ﹰﻻ ﹶﻓ‬‫ﷲ ﻣ‬


ُ ‫ﻩ ﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﺟ ﹲﻞ ﺁﺗ‬ ‫ﺭ‬ :‫ﻴ ِﻦ‬‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﺪ ِﺇ ﱠﻻ ﻓِﻲ ﺍﹾﺛ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﺣ‬ ‫» ﹶﻻ‬
«‫ﺎ‬‫ﻤﻬ‬ ‫ﱢﻠ‬‫ﻌ‬‫ﻳ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻳ ﹾﻘﻀِﻲ ِﺑﻬ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ ﹶﺔ ﹶﻓ‬ ‫ﺤ ﹾﻜ‬
ِ ‫ﷲ ﺍﹾﻟ‬
ُ ‫ﻩ ﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﺟﻞﹲ ﺁﺗ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻖ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺍﻟﹾ‬
Tidak ada hasud14 kecuali pada dua perkara, yaitu pada seorang
yang dikaruniai harta oleh Allah Swt. kemudian ia menghabiskan
hartanya dalam kebenaran, dan pada seorang yang diberi hikmah
oleh Allah kemudian ia menghukumi dengan hikmah (ilmu)
tersebut dan mengajarkannya. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺎ ِﻣﻨ‬‫ﷲ ﻣ‬ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎِﻟ ِﻪ؟ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻳ‬‫ﻦ ﻣ‬ ‫ﻴ ِﻪ ِﻣ‬‫ﺐ ِﺇﹶﻟ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﺍ ِﺭِﺛ ِﻪ ﹶﺃ‬‫ﺎ ﹸﻝ ﻭ‬‫ﻢ ﻣ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬‫»ﹶﺃ‬
«‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺍ ِﺭِﺛ ِﻪ ﻣ‬‫ﺎ ﹸﻝ ﻭ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﻪ ﻣ‬ ‫ﺎﹶﻟ‬‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﻣ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻴ ِﻪ‬‫ﺐ ِﺇﹶﻟ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﺎﹸﻟ‬‫ِﺇ ﱠﻻ ﻣ‬
“Siapa di antara kalian yang lebih suka kepada harta ahli warisnya
dari pada hartanya sendiri?” Para sahabat berkata, “Tidak ada di
antara kami kecuali lebih menyukai hartanya sendiri.” Rasulullah

14. Menurut para Ulama, hasud ada dua macam, hakiki dan majazi. Hasud
hakiki adalah berangan-angan agar suatu nikmat lenyap dari orang yang
mendapatkan kenikamatan. Hasud semacam ini haram, bedasarkan ijma’
umat dan nash-nash yang shahih. Sedangkan hasud majazi adalah
ghibthah, yaitu ingin mendapatkan kenikmatan seperti orang lain tanpa
mengharapkan lenyapnya nikmat tersebut darinya. Maka apabila hal ini
terkait urusan dunia (hukumnya) mubah. Namun apabila merupakan
ketaatan, justru disunnahkan. Jadi (pengertian) hasud yang dimaksud
dalam hadits ini adalah pengertian yang sifatnya majazi. Artinya tidak
ada ghibthah yang paling dicintai kecuali pada dua perkara tersebut (penj.).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 309

bersabda, “Sesungguhnya harta dia yang sebenarnya adalah yang


telah digunakan di dunia (untuk kebaikan), dan harta ahli warisnya
adalah harta yang dia akhirkan (yang tidak sempat diinfakkan dalam
kebaikan hingga ia mati, penj.) (HR. al-Bukhâri).

 Dari ‘Adiy bin Hatim ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺮ ٍﺓ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺸ‬


ِ ‫ﻮ ِﺑ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﻨ‬‫»ﺍ‬
Jagalah diri kalian dari api neraka, walau hanya dengan sebuah
biji kurma. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺎ‬‫ﻫﻤ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ﺣ‬‫ﻫﹶﺃﻤ‬ ‫ﺪ‬‫ﺣ ﹸﻝ‬‫ﻴﻘﹶﺃﹸﻮ‬‫ﹸﻮ ﹶﻓﹸﻝ‬،‫ﻴِﻥﻘ‬‫ﻻﹶﹶﻓ‬،ِ‫ِﻥﺰ‬‫ﹶﻻﻨ‬‫ﻥِِﺰ ﻳ‬‫ﹶﺎﻨ‬‫ﹶﺎﻠﹶ ِﻥﻜﻳ‬‫ﱠﻻﹶﻠﻜﻣ‬‫ﺩِﻴ ِﻪﻓِﻴِﺇِﻪ ﱠﻻِﺇ ﻣ‬‫ﺎ ﻓ‬‫ﺩ‬‫ﺎِﻌﺒ‬‫ﺢﺍﹾﻟ ﺍِﻌﹾﻟﺒ‬ ‫ﺢ‬‫ﺼِﺒ‬
‫ﺼِﺒ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻳ‬‫ﻮٍﻡٍﻡ‬ ‫ﻮ‬‫ﻳ‬‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻣِﻣ‬‫ﺎ‬‫»»ﻣﻣ‬
«‫ﺗﹶﻠﻔﹰﺎ‬ «‫ﺴﹶﻠﻔﻜﹰﺎﹰﺎ‬ ِ‫ﺗ‬ ‫ﻤ‬‫ﻣﻜﹰﺎ‬ ‫ﻂ ِﺴ‬ِ‫ﻤ‬ ‫ﻣ‬‫ﻋ‬ ‫ﻂﹶﺃ‬ِ ‫ﻢ‬‫ﻋ‬ ‫ﻬ‬‫ﻢﱠﻠ ﹶﺃ‬‫ﻬﺍﻟ‬ ‫ﺮ‬‫ﺧﺍﻟﱠﻠ‬
 ‫ﺮ‬‫ﺧﹾﻵ‬ ‫ﻳﹸﻮﻘﹸﻝﹸﻮ ﺍﹸﻝﹾﻵ ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﻳﻘ‬‫ﻭ‬،‫ﻔﹰﺎ‬،‫ﺧﻔﹰﺎﹶﻠ‬ ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﻨﻘِﻔﹰﺎﻘﹰﺎ‬‫ﻣِﻔ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻂ‬ ِ‫ﻂ‬ ِ ‫ﻋ‬ ‫ﻋ‬‫ﻢ ﹶﺃﹶﺃ‬‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟﺍﻟﱠﻠﱠﻠ‬
Di setiap pagi hari yang dilalui oleh seorang hamba, pasti ada dua
malaikat yang turun. Salah satunya berkata, “Ya Allah, berikanlah
pengganti kepada orang yang berinfak.” Malaikat yang kedua
berkata, “Ya Allah, berikanlah kehancuran kepada orang yang
menahan hartanya.” (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Hurairah, sesungguhnya Rasulullah bersabda:

«‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﻧ ِﻔ‬‫ﻡ ﹸﺃ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ ﺁ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ ﺍ‬‫ﻖ ﻳ‬ ‫ﻧ ِﻔ‬‫ ﹶﺃ‬:‫ﺎﻟﹶﻰ‬‫ﻌ‬‫ﷲ ﺗ‬
ُ ‫»ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍ‬
Allah berfirman, “Wahai anak Adam, berinfaklah niscaya Aku akan
berinfak kepadamu.” (Mutafaq ‘alaih).

 Dalam hadits mutafaq ‘alaih, diceritakan:

‫ﻢ‬ ‫ﺗ ﹾﻄ ِﻌ‬ :‫ـﺎ ﹶﻝ‬


‫؟ ﹶﻗـ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﻼ ِﻡ‬ ‫ﺳ ﹶ‬ ‫ﻱ ﹾﺍ ِﻹ‬
 ‫ ﹶﺃ‬:  ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ــ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺳﹶﺄ ﹶﻝ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫»ﹶﺃ ﱠﻥ‬
«‫ﻑ‬ ‫ﻌ ِﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻓﹾ ﺖ‬‫ﺮ‬‫ﻦ ﻋ‬ ‫ــ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﻣ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺴﹶ‬  ‫ﺮﹸﺃ ﺍﻟ‬ ‫ﺗ ﹾﻘ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎﻡ‬‫ﺍﻟ ﱠﻄﻌ‬
310 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai


Rasulullah!, Islam seperti apa yang paling baik?” Rasulullah saw.
bersabda, “Memberi makanan (kepada yang membutuhkan),
mengucapkan salam kepada orang yang kau kenal dan yang tidak
kau kenal.”

 Dari Abû Umamah Shadiy bin Ajlan ra., ia berkata; Rasulullah


saw bersabda:

،‫ﻚ‬
 ‫ ﹶﻟ‬‫ﺷﺮ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺴ ﹶﻜ‬
ِ ‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭﹶﺃ ﹾﻥ‬ ،‫ﻚ‬
 ‫ﺮ ﹶﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻀ ﹶﻞ‬
 ‫ﺒ ﹸﺬ ﹶﻝ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ‬‫ﺗ‬ ‫ﻚ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
 ‫ﻧ‬‫ ِﺇ‬،‫ﻡ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ ﺁ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ ﺍ‬‫»ﻳ‬
‫ﻴ ِﺪ‬‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺮ ِﻣ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﺎ‬‫ﻌ ﹾﻠﻴ‬ ‫ﺪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﻮ ﹸﻝ‬‫ﺗﻌ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺪﹾﺃ ِﺑ‬ ‫ﺑ‬‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﻑ‬
ٍ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﻛﻔﹶﺎ‬ ‫ﻼ ِﻡ‬
‫ﺗ ﹶ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬
«‫ﻔﹾﻠﹶﻰ‬‫ﺍﻟﺴ‬
Wahai anak Adam, jika engkau menginfaqkan kelebihan dari
kebutuhanmu, maka itu merupakan kebaikan bagimu. Jika engkau
menahannya, maka itu merupakan keburukan bagimu. Hendaknya kamu
tidak dicela karena menjaga harta dan menahannya (untuk diinfaqkan).
Mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Sesungguhnya, tangan
di atas lebih baik daripada tangan di bawah. (HR. Muslim).

 Dari Abdullah bin Amr ra., ia berkata; Rasulullah saw


bersabda:

‫ﺼﹶﻠ ٍﺔ‬
 ‫ﺨ‬
 ‫ﻤ ﹸﻞ ِﺑ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ِﻣ ٍﻞ‬‫ﻦ ﻋ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ ﻣ‬،‫ﻨ ِﺰ‬‫ﻌ‬ ‫ﺤ ﹸﺔ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻣﻨِﻴ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻋ ﹶ‬ ‫ﺼﹶﻠ ﹰﺔ ﹶﺃ‬
 ‫ﺧ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺑﻌ‬‫ﺭ‬ ‫»ﹶﺃ‬
«‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺎﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬‫ﺗﻌ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﺩ‬ ‫ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ‬،‫ﺎ‬‫ﻮ ِﺩﻫ‬‫ﻮﻋ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺼﺪِﻳ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍِﺑﻬ‬‫ﺎ َﺀ ﹶﺛﻮ‬‫ﺭﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬‫ِﻣ‬
Ada empat puluh perkara, yang paling tinggi adalah hadiah kambing
An’zi.15 Maka tak seorang pun yang beramal dengan salah satu

15. Al-’Anz, bentuk mu’annats (perempuan)-nya adalah Ma’zi. Maksud hadits


tersebut adalah memberikan hadiah berupa kambing Ma’zi, yang diberikan
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 311

dari amal tersebut, karena mengharap pahala serta membenarkan


pahala yang dijanjikan Allah Ta’ala dengan amal tersebut, kecuali
pasti Allah akan memasukkannya ke surga. (HR. al-Bukhâri).
 Dari Asma binti Abû Bakar ash-Shiddiq ra., ia berkata;
Rasulullah saw. bersabda kepadaku:

«‫ﻚ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻮﻛﹶﻰ‬‫ﻮﻛِﻲ ﹶﻓﻴ‬‫» ﹶﻻ ﺗ‬
Janganlah kamu menahan (hartamu), karena Allah akan menahan
keutamaan harta tersebut darimu. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Hurairah ra., sesungguhnya ia mendengar Rasulullah


saw. bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﺣﺪِﻳ ٍﺪ ِﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻥ ِﻣ‬‫ﺒﺘ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻬﻤ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻴ ِﻦ‬‫ﺟﹶﻠ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻤﹶﺜ ِﻞ‬ ‫ ﹶﻛ‬،‫ﻨ ِﻔ ِﻖ‬‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺒﺨِﻴ ِﻞ ﻭ‬‫ﻣﹶﺜ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ »
‫ﺕ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻭﹶﻓ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺒ‬‫ﺳ‬ ‫ﻖ ِﺇ ﱠﻻ‬ ‫ﻨ ِﻔ‬‫ﻳ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻖ ﹶﻓ ﹶ‬ ‫ﻨ ِﻔ‬‫ﻤ‬ ‫ﺎ ﺍﹾﻟ‬‫ ﹶﻓﹶﺄﻣ‬،‫ﺎ‬‫ﺍﻗِﻴ ِﻬﻤ‬‫ﺗﺮ‬ ‫ﺎ ِﺇﻟﹶﻰ‬‫ﻳ ِﻬﻤ‬‫ﹸﺛ ِﺪ‬
‫ﺪ ﹶﺃﹶﺃ ﹾﻥﹾﻥ‬‫ﺪ‬ ‫ﻳﺮﺮِﻳِﻳ‬‫ﻳ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻼﹶ‬
‫ﺒﺨِﻴِﻴ ﹸﻞﹸﻞ ﹶﻓﹶﻓ ﹶ‬‫ﺒ‬‫ﺎ ﺍﹾﻟﹾﻟ‬‫ﻭﹶﺃﻣ‬ .‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻮ ﹶﺃﹶﺛ‬ ‫ﻌ ﹸﻔ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﻲ ِﺑﻨ‬ ‫ﺨ ِﻔ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ِﺟ ﹾﻠ ِﺪ ِﻩ‬
«‫ﻊ‬ ‫ﺴ‬ ِ ‫ﺘ‬‫ﺗ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ‬‫ﻌﻬ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺎ ﹶﻓ‬‫ﻧﻬ‬‫ﻣﻜﹶﺎ‬ ‫ﺣ ﹾﻠ ﹶﻘ ٍﺔ‬ ‫ﺖ ﹸﻛ ﱡﻞ‬  ‫ﻴﺌﹰﺎ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﻟ ِﺰﹶﻗ‬‫ﺷ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﻨ ِﻔ‬‫ﻳ‬
Perumpamaan orang bakhil dengan orang yang gemar berinfak,
seperti dua orang yang keduanya memakai jubah dari besi, dari
putting (susu) keduanya hingga ke tulang selangkanya. Orang yang
gemar berinfak tidak akan menderma, kecuali setelah jubah (besi)
itu menutup atau memenuhi kulitnya, hingga ujung jari-jemarinya
tertutup, dan (hal itu) masih menyisakan ruang (geraknya). Adapun
orang bakhil, sama sekali tidak ingin mendermakan apa pun, kecuali
setiap potongan menutupi tempatnya, sementara dia terus

untuk diambil susu dan bulunya untuk beberapa waktu, kemudian setelah
itu dikembalikan lagi kepada pemilik asalnya.
312 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

melebarkannya (karena merasa kesempitan), padahal jubah itu


tidak bisa melebar lagi.

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺐ‬
 ‫ﻴ‬‫ﷲ ِﺇ ﱠﻻ ﺍﻟ ﱠﻄ‬
ُ ‫ﺒ ﹸﻞ ﺍ‬‫ﻳ ﹾﻘ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﺐ‬
ٍ ‫ﻴ‬‫ﺐ ﹶﻃ‬
ٍ ‫ﺴ‬
 ‫ﻦ ﹶﻛ‬ ‫ﺮ ٍﺓ ِﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺪ ِﻝ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻕ ِﺑ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
‫ﻩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻢ ﹶﻓﹸﻠـ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ــﺎ ِﺣِﺒ ِﻪ ﹶﻛﻤ‬‫ﺎ ِﻟﺼ‬‫ﻴﻬ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴﻤِﻴِﻨ ِﻪ ﹸﺛ‬‫ﺎ ِﺑ‬‫ﺒﹸﻠﻬ‬‫ﺘ ﹶﻘ‬‫ﻳ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫ﻓﹶﺈِﻥﱠ ﺍ‬
«‫ﺒ ِﻞ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬
Barangsiapa bershadaqah sebesar biji kurma dari usaha yang baik
—Allah tidak akan menerima kecuali yang baik— maka Allah akan
menerimanya dengan tangan kanan-Nya, kemudian akan
mengembangkan bagi pemiliknya sebagaimana salah seorang dari
kalian mengembangkan anak kudanya, sehingga pahala shadaqah
terbesebut layaknya shadaqah harta sebesar gunung. (Mutafaq
‘alaih).

17. Berpaling dari Orang-orang yang Bodoh

Allah Swt. berfirman:


 šÎ=Îγ≈pgø:$# Çtã óÚ̍ôãr&uρ
…Dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (TQS. al-A’râf
[7]: 199),

 $Vϑ≈n=y™ (#θä9$s% šχθè=Îγ≈yfø9$# ãΝßγt6sÛ%s{ #sŒÎ)uρ


…Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata yang baik. (TQS. al-Furqan [25]: 63)
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 313

18. Taat

Taat ada dua macam. Pertama, ketaatan yang mutlak tanpa


ada batasan, yaitu ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kedua,
ketaatan yang dibatasi dengan yang makruf. Artinya, jika seseorang
diperintahkan untuk maksiat, maka tidak wajib taat. Ketaatan yang
kedua ini seperti ketaatan kepada orang tua, kepada suami, dan
kepada pemimpin. Kedua jenis taat ini hukumnya wajib. Dalilnya
sudah masyhur.
Semua yang telah diceritakan sebelumnya adalah sebagian
contoh dari akhlak yang baik. Selain itu terdapat pula akhlak yang
buruk yang dilarang oleh syara’. Di antara contohnya adalah:

1. Dusta

 Dari Abû Mas'ud ra., ia berkata; Rasulullah saw bersabda:

،‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻬﺪِﻱ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ ﹸﻔﺠ‬ ،‫ﻮ ِﺭ‬‫ﻬﺪِﻱ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹸﻔﺠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬ‬ ...»
«‫ﺎ‬‫ﷲ ﹶﻛﺬﱠﺍﺑ‬ ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﺐ ِﻋ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻜ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺏ‬  ‫ ﹾﻜ ِﺬ‬‫ﺟ ﹶﻞ ﹶﻟﻴ‬ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﺮ‬
Sesungguhnya dusta itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan
kejahatan akan mengantarkan ke neraka. Jika seseorang
membiasakan diri dalam kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah
sebagai pendusta. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Hasan bin Ali ra., ia berkata; aku telah menghafal sebuah
hadits dari Rasulullah saw.:

‫ﺏ‬
 ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬ‬ ، ‫ﻨ ﹲﺔ‬‫ﻴ‬‫ﻤ ﹾﺄِﻧ‬ ‫ﻕ ﹸﻃ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺍﻟ‬، ‫ﻚ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻳ‬‫ﻳ ِﺮ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﻚ ِﺇﻟﹶﻰ ﻣ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻳ‬‫ﻳ ِﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻉ ﻣ‬
 ‫ﺩ‬ »
«‫ﺒ ﹲﺔ‬‫ﻳ‬‫ﺭ‬
314 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu, dan ambilah perkara


yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya jujur itu akan
menentramkan hati, dan dusta akan membimbangkan hati. (HR.
Tirmidzi. Ia berkata, “Hasan shahih”).

 Pada hadits Mutafaq ‘alaih, Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﺼﹶﻠ ﹲﺔ ِﻣ‬


 ‫ﺧ‬ ‫ﺖ ﻓِﻴ ِﻪ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻦ ﻛﹶﺎ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺎِﻟﺼ‬‫ﺎِﻓﻘﹰﺎ ﺧ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻦ ﻓِﻴ ِﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻦ ﹸﻛ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫»ﹶﺃ‬
‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ،‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﻦ ﺧ‬ ‫ﺗ ِﻤ‬‫ﺅ‬ ‫ ِﺇﺫﹶﺍ ﺍ‬:‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ــ‬‫ﻰ ﻳ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻕ‬
ِ ‫ﻦ ِﻧﻔﹶﺎ‬ ‫ﺼﹶﻠ ﹲﺔ ِﻣ‬
 ‫ﺧ‬ ‫ﺖ ﻓِﻴ ِﻪ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻛﹶﺎ‬
«‫ﺮ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻢ ﹶﻓ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺧ‬ ،‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺪ ﹶﻏ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﻋ‬ ،‫ﺏ‬
 ‫ﺙ ﹶﻛ ﹶﺬ‬
‫ﺪ ﹶ‬ ‫ﺣ‬
Ada empat perkara, siapa saja yang memilikinya, maka ia menjadi
munafik dengan sempurna. Barangsiapa yang memiliki salah
satunya, maka ia memiliki salah satu sifat kemunafikan, hingga ia
meninggalkannya. Yaitu apabila seseorang diberi amanat, ia
khianat; apabila berbicara, ia dusta; apabila berjanji, ia tidak
menepatinya; dan apabila ia berdebat, ia akan berbuat curang.

 Dari Abû Bakar ash-Shiddiq, ia berkata; Rasulullah saw.


bersabda:
«‫ﺎ ِﺭ‬‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨ‬‫ﻫﻤ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮ ِﺭ‬‫ﻊ ﺍﹾﻟ ﹸﻔﺠ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ ﹶﻓِﺈ‬،‫ﺏ‬
 ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﺎ ﹸﻛ‬‫ﻭِﺇﻳ‬ ...»
Kalian harus menjauhi dusta, karena dusta akan bersama dengan
kejahatan, dan keduanya ada di neraka. (HR. Ibnu Hibban
dalam Shahih-nya, ath-Thabrâni dari Muawiyah. al-
Haitsami dan al-Mundziri menyatakan hadits ini hasan).

 Dari Samrah bin Jundub ra., ia berkata:

‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭﺃﹶﻯ ﹶﺃ‬ ‫ﻫ ﹾﻞ‬ :‫ﺎِﺑ ِﻪ‬‫ﺻﺤ‬


 ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹶﻝ ِ َﻷ‬ ‫ﺮ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻳ ﹾﻜِﺜ‬ ‫ﺎ‬‫ﷲ  ِﻣﻤ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫»ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 315

‫ﺕ‬
 ‫ﺎ ﺫﹶﺍ‬‫ﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻟﻨ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭِﺇ‬ ،‫ﻳ ﹸﻘﺺ‬ ‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
ُ ‫ﺎ َﺀ ﺍ‬‫ﺎ ﺷ‬‫ﻴ ِﻪ ﻣ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺺ‬
 ‫ﻴ ﹸﻘ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﻳﹰﺎ‬‫ﺭﺅ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ِﻣ‬
،‫ﻩ‬ ‫ـﺎ‬
‫ـﻰ ﹶﻗ ﹶﻔـ‬
‫ﻪ ِﺇﹶﻟـ‬ ‫ﺪﹸﻗ‬ ‫ﺮ ِﺷ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ﺟ ﹸﻞ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﹶﺃ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﻭﹶﺃﻣ‬ . .. :ٍ‫ﺍﺓ‬‫ﻏﹶﺪ‬
‫ﺒﹸﻠ ﹸﻎ‬‫ﺗ‬ ‫ﺑ ﹶﺔ‬‫ﺏ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ﹾﺬ‬
 ‫ﻴ ﹾﻜ ِﺬ‬‫ﻴِﺘ ِﻪ ﹶﻓ‬‫ﺑ‬ ‫ﻭ ِﻣﻦ‬‫ﻐﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺟ ﹸﻞ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻪ ﺍﻟ‬ ‫ﻧ‬‫ ﹶﻓِﺈ‬،‫ﻩ‬ ‫ﻩ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﻗﻔﹶﺎ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺨ‬
ِ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬
«...‫ﺍﹾﻵﻓﹶﺎﻕ‬
Rasulullah saw. merupakan orang yang banyak berbicara dengan
para sahabatnya, “Apakah salah seorang di antara kalian telah
bermimpi?” Lalu, berceritalah siapa saja yang Allah telah kehendaki
untuk menceritakan kepada beliau. Suatu pagi, beliau bersabda: ..
Tentang seseorang yang engkau temui; dia merobek-robek muka
(dekat mulut)-nya hingga ke ujung, bagian belakangnya hingga ujung,
serta matanya hingga ke ujung, dia adalah seorang yang berangkat
dari rumahnya kemudian berdusta dengan dusta hingga memenuhi
cakrawala.. (HR. al-Bukhâri)

 Dari Ibnu Umar ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻴ ِﻪ ﻣ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﻱ‬


 ‫ﻳ ِﺮ‬ ‫ﻯ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﻯ ﺍﹾﻟ ِﻔﺮ‬‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻓﺮ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ِﻣ‬
Sesungguhnya perkara yang paling dibuat-buat (dusta) adalah ia
memperlihatkan kepada kedua matanya apa yang tidak ia lihat.
(HR. al-Bukhâri).

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ،‫ﻒ‬
 ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ،‫ﺏ‬
 ‫ﺙ ﹶﻛ ﹶﺬ‬
‫ﺪ ﹶ‬ ‫ﺣ‬ ‫ ِﺇﺫﹶﺍ‬:‫ﺙ‬
‫ﻼ ﹲ‬
‫ﺎِﻓ ِﻖ ﹶﺛ ﹶ‬‫ﻤﻨ‬ ‫ﻳ ﹸﺔ ﺍﹾﻟ‬‫»ﺁ‬
«‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﻦ ﺧ‬ ‫ﺗ ِﻤ‬‫ﺅ‬ ‫ﺍ‬
316 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Tanda-tanda orang munafik ada tiga, apabila diberi amanat ia khianat;


apabila berbicara ia dusta; apabila berjanji ia tidak menepati. (Mutafaq
‘alaih).

 Dari ‘Aisyah ra., ia berkata:

‫ﻊ‬ ‫ﺎ ﺍ ﱠﻃﹶﻠ‬‫ ﻣ‬،ِ‫ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬﺏ‬ ‫ﷲ  ِﻣ‬


ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺾ ِﺇﻟﹶﻰ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﺧﹾﻠ ٍﻖ ﹶﺃ‬ ‫ﻦ‬ ‫»ﻣﹶﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﻣ‬
‫ﺙ‬
‫ﺪ ﹶ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﻪ ﹶﻗ‬ ‫ﻧ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﱴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻦ ﹶﻗ ﹾﻠِﺒ ِﻪ‬ ‫ﺝ ِﻣ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻲ ٍﺀ ﹶﻓ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻚ ِﺑ‬
 ‫ﻦ ﹶﺫِﻟ‬ ‫ﺣ ٍﺪ ِﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ‬
«‫ﺑ ﹰﺔ‬‫ﺗﻮ‬
Tidak ada perangai yang paling dibenci oleh Rasulullah saw.
daripada dusta. Beliau tidak memperhatikan seseorang lebih
besar daripada hal itu, sehingga dia mengeluarkan dari
hatinya, sampai beliau pun mengetahui bahwa dia baru saja
bertaubat. (HR. Ahmad, al-Bazzâr, Ibnu Hibban dalam
kitab Shahih-nya. Juga al-Hâkim dalam kitab Shahih-
nya, dan disetujui oleh adz-Dzahabi).

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﻢ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﺮ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻢ‬ ‫ﺰﻛﱢﻴ ِﻬ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ ﹶﻜﱢﻠ‬ ‫ﻼﹶﺛ ﹲﺔ ﹶﻻ‬
‫»ﹶﺛ ﹶ‬
«‫ﺮ‬ ‫ﺘ ﹾﻜِﺒ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺎِﺋ ﹲﻞ‬‫ﻭﻋ‬ ،‫ﺏ‬
 ‫ﻚ ﹶﻛﺬﱠﺍ‬
 ‫ﻣِﻠ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺍ ٍﻥ‬‫ﺦ ﺯ‬ ‫ﻴ‬‫ﺷ‬ :‫ﻢ‬ ‫ﺏ ﹶﺃﻟِﻴ‬
 ‫ﻋﺬﹶﺍ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬
Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah di hari
kiamat dan Allah tidak akan mensucikan mereka dan
memperhatikan mereka. Abû Mu’awiyah menambahkan, “Dia pun
tidak akan melihat mereka, dan bagi mereka siksa yang sangat
pedih: Orang tua yang berzina, penguasa yang suka berdusta, dan
orang fakir yang sombong.” (HR. Muslim).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 317

 Dari Bahz Ibnu al-Hâkim, dari ayahnya, dari kakeknya


Muawiyah bin Haidah ra., ia berkata; aku mendengar Rasulullah
saw bersabda:

، ‫ﻪ‬ ‫ﻳ ﹲﻞ ﹶﻟ‬‫ﻭ‬ ، ‫ﺏ‬


 ‫ﻴ ﹾﻜ ِﺬ‬‫ﻡ ﹶﻓ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻚ ِﺑ ِﻪ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬
 ‫ﺤ‬
ِ‫ﻀ‬ ‫ﻴ‬‫ﺚ ِﻟ‬
ِ ‫ﺤﺪِﻳ‬
 ‫ﺙ ﺑِﺎﹾﻟ‬
‫ﺪ ﹸ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻳ ﹲﻞ ِﻟﱠﻠﺬِﻱ‬‫ﻭ‬ »
«‫ﻪ‬ ‫ﻞ ﹶﻟ‬
‫ﻳ ﹲ‬‫ﻭ‬
Celakalah bagi orang yang melontarkan suatu perkataan agar
orang-orang yang mendengarnya tertawa, lalu ia berdusta.
Celakalah, celakalah baginya. (HR. at-Tirmidzi; Beliau berkata,
“Hadits ini hasan”; Abû Dawud, Ahmad, ad-Darimi dan
Baihaqi)

 Dari al-Hâkim bin Hazam ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺎ ﻓِﻲ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻙ ﹶﻟ‬ ‫ﻮ ِﺭ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻌ‬‫ﺒﻴ‬‫ﻕ ﺍﹾﻟ‬


 ‫ﺪ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ‬،‫ﺘ ِﺮﻗﹶﺎ‬‫ﻳ ﹾﻔ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎﹶﻟ‬‫ﺎ ِﺭ ﻣ‬‫ﳋﻴ‬
‫ﺎ ِﻥ ﺑِﺎ ِﹾ‬‫ﻴﻌ‬‫ﺒ‬‫»ﹶﺍﹾﻟ‬
‫ـ ﹶﹶﺔﺔ‬
‫ﺮﺮ ﹶﹶﻛﻛ ـ‬ ‫ﺑﺑ‬ ‫ـﺎ‬
‫ـ‬
‫ﺤ ﹶﹶﻘﻘـ‬
‫ـﺎ‬  ‫ﻤﻤ‬ ‫ﻳﻳ‬‫ﻭﻭ‬ ،‫ﺎ‬
‫ﺤ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺤ‬ ‫ﺑﺑﺤ‬‫ﺎ ِِﺭﺭ‬‫ﺎ‬‫ﺤ‬ ‫ﺑﺑﺤ‬‫ﺮﺮ‬ ‫ﻳﻳ‬ ‫ﻰ ﹶﹶﺃﺃ ﹾﹾﻥﻥ‬‫ﻰ‬‫ﺴ‬ ‫ﻌﻌﺴ‬ ‫ﺎ ﹶﹶﻓﻓ‬‫ﺎ‬‫ﻭﻭ ﹶﹶﻛﻛ ِِﺬﺬﺑﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﺘﺘﻤﻤ‬‫ﻭﻭِِﺇﺇ ﹾﹾﻥﻥ ﹶﹶﻛﻛ‬ ،‫ﺎ‬ ،‫ﺎ‬‫ﻴﻴ ِِﻌﻌ ِِﻬﻬﻤﻤ‬‫ﺑﺑ‬
«‫ﺐ‬
ِِ ‫ـ‬
‫ﺐ‬ ‫ــ‬
‫ـ‬‫ﺴ‬ ‫ﺤ ﹶﹶﻘﻘ ٌٌﹸﹸﺔﺔ ِِﻟﻟ ﹾﹾﻠﻠ ﹶﹶﻜﻜﺴ‬
ِِ ‫ﻤﻤ‬ ‫ﻣﻣ‬ ‫ﻌﻌ ِِﺔﺔ‬ ‫ﺴﹾﹾﻠﻠ‬
‫ﺤ‬ ِِ ‫ﻨﻨ ِِﻔﻔ ﹶﹶﻘﻘ ﹲﹲﺔﺔ ِِﻟﻟ ﹾﹾﻠﻠ‬‫ﻣﻣ‬ ‫ﺮﺮ ﹸﹸﺓﺓ‬ ‫ﻦﻦ ﺍﺍﹾﻟﹾﻟﻔﻔﹶﺎﹶﺎ ِِﺟﺟ‬ ‫ﻴﻴ‬‫ﻴﻴ ِِﻤﻤ‬‫ ﹶﹶﺍﺍﹾﹾﻟﻟ‬.‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﻌﻌِِ ِِﻬﻬﻤﻤ‬‫ﻴﻴ‬‫ﺑﺑ‬
‫ﺴ‬
Dua orang yang bertransaksi jual-beli boleh melakukan khiyar
(memilih untuk melanjutkan aqad atau tidak) selama keduanya
belum berpisah. Apabila keduanya jujur dan terbuka, maka akan
diberkahi transaksinya. Apabila keduanya menutup-nutupi dan
berdusta, maka keduanya bisa jadi akan memperoleh untung, tapi
akan menghapus keberkahan transaksi jual-belinya. Sumpah yang
dusta (jahat) memang bisa mengembangkan harta, tapi akan
menghapus (keberkahan dan pahala) usaha. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Rifa’ah bin Rafi’ bin Malik bin ‘Azlan Az-Zarqi al-Anshari
ra., ia berkata; aku keluar bersama Rasulullah saw. menuju Mushala,
318 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

kemudian Rasul saw. melihat orang-orang ramai berjual-beli, lalu


Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺎﹶﻗ‬‫ﻋﻨ‬ ‫ﻮﺍ ﹶﺃ‬‫ﺭﹶﻓﻌ‬ ‫ﻭ‬ ، ‫ﷲ‬


ِ ‫ـﻮ ِﻝ ﺍ‬
‫ﺳـ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻮﺍ ِﻟ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺘﺠ‬‫ﺳ‬ ‫ ﻓﹶﺎ‬،‫ﺎ ِﺭ‬‫ﺘﺠ‬‫ﺮ ﺍﻟ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫» ﻳ‬
‫ﻣ ِﻦ‬ ‫ﺍ ِﺇ ﱠﻻ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻣ ِﺔ ﹸﻓﺠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻌﺜﹸﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﺒ‬‫ﻳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﺠ‬‫ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟ‬:‫ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻢ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑﺼ‬‫ﻭﹶﺃ‬
«‫ﻕ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬ َ ‫ﺗﻘﹶﻰ ﺍ‬‫ﺍ‬
Wahai para pedagang! Mereka pun memenuhi panggilan Rasulullah
saw. dan mengangkat leher serta penglihatan mereka (ke arah
Rasulullah). Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya para
pedagang kelak akan dibangkitkan di hari kiamat sebagai orang-orang
yang jahat, kecuali orang yang bertakwa, berbuat baik, dan jujur.”
(HR. at-Tirmidzi, beliau berkata, “Hadits ini hasan shahih”;
Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya; dan
al-Hâkim menshahih-kannya dan disetujui adz-Dzahabi).

 Dari Abdurrahman bin Syibli ra., ia berkata; aku mendengar


Rasulullah saw. bersabda:

‫ﷲ‬
ُ ‫ﺣ ﱠﻞ ﺍ‬ ‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﺲ ﹶﻗ‬
 ‫ﻴ‬‫ ﹶﺃﹶﻟ‬،‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﺍ‬‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮ‬، ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﺍﹾﻟ ﹸﻔﺠ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﺠ‬‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟ‬
«‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﻜ ِﺬﺑ‬
‫ﻴ ﹾ‬‫ﺪﺛﹸﻮ ﹶﻥ ﹶﻓ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﻳ ﹾﺄِﺛﻤ‬‫ﻭ‬ ‫ﺤِﻠﻔﹸﻮ ﹶﻥ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻭﹶﻟ ِﻜ‬ ،‫ﺑﻠﹶﻰ‬ :‫ﻊ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﺍﹾﻟ‬
Sesungguhnya para pedagang adalah orang-orang yang durjana.
Berkata (perawi hadits); Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, bukankah
Allah telah menghalalkan jual-beli?” Rasul saw. menjawab,
“Memang benar, tetapi mereka suka bersumpah dan berbuat dosa.
Mereka membual padahal mereka berbohong.” (HR. al-Hâkim,
beliau berkata, “Hadits ini shahih sanadnya, dan disetujui
oleh adz-Dzahabi.” Juga diriwatkan oleh Ahmad. al-
Haitsami berkata dalam kitab al-Mujma’, “Para perawi
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 319

hadits ini terpercaya.” al-Mundziri berkata, “Hadits ini


memakai sanad yang baik”).

 Dari Abû Dzar ra., dari Rasulullah saw., beliau bersabda:

‫ﺏ‬
 ‫ﻋـﺬﹶﺍ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬـ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﻴ ِﻬﻢ‬‫ﺰ ﱢﻛ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،ِ‫ﻣﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟﻘِﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﷲ ِﺇﹶﻟ‬
ُ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬‫ﻳ‬ ‫ﻼﹶﺛ ﹲﺔ ﹶﻻ‬
‫»ﹶﺛ ﹶ‬
‫ﺍ‬‫ﺑﻮ‬‫ﺎ‬‫ ﺧ‬:‫ ﹸﻗﻠﹾــﺖ‬،ٍ‫ﺍﺕ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ﺙ‬
‫ﻼ ﹶ‬
‫ﷲ  ﹶﺛ ﹶ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ ـ‬ ‫ﺭ‬ ‫ـﺎ‬
‫ﻫـ‬ ‫ﺮﹶﺃ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓ ﹶﻘ‬،‫ﻴﻢ‬‫ﹶﺃِﻟ‬
‫ﻖ‬ ‫ﻨ ِﻔ‬‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﺎﻥﹸ‬‫ﻤﻨ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﺴِﺒﻞﹸ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﺍﹾﻟ‬:‫ﻮ ﹶﻝ ﺍﷲِ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﻳ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺴﺮ‬ ِ ‫ﺧ‬ ‫ﻭ‬
«‫ﺏ‬ِ ‫ﻒ ﺍﹾﻟﻜﹶﺎ ِﺫ‬ِ ‫ﺤﹶﻠ‬  ‫ﻪ ﺑِﺎﹾﻟ‬ ‫ﺘ‬‫ﻌ‬ ‫ِﺳ ﹾﻠ‬
Ada tiga golongan manusia yang tidak akan dipandang Allah di
hari kiamat. Allah tidak akan mensucikan mereka, dan bagi mereka
siksaan yang sangat pedih. Abû Dzar berkata; Rasulullah saw.
mengucapkan hal itu tiga kali. Lalu aku berkata, “Sungguh hina
dan rugi mereka.” Ya Rasulullah!, “Siapakah mereka itu?”
Rasulullah saw. bersabda, “Mereka adalah orang yang mengulurkan
kain bajunya (hingga melebihi matakaki disertai dengan
kesombongan), orang yang suka mengadu domba, dan orang yang
mengembangkan harta dagangannya dengan sumpah dusta.” (HR.
Muslim).

 Dari Salman ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﺘ ﹾﻜِﺒﺮ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺎِﺋ ﹲﻞ‬‫ﻭﻋ‬ ،ٍ‫ﺍﻥ‬‫ﻂ ﺯ‬ ‫ﻤ ﹲ‬ ‫ﻴ‬‫ ﹶﺃ ِﺷ‬:‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﷲ ِﺇﹶﻟ‬
ُ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬‫ﻳ‬ ‫ﻼﹶﺛﺔﹲ ﹶﻻ‬
‫»ﹶﺛ ﹶ‬
« ‫ﻴِﻨ ِﻪ‬‫ﻴ ِﻤ‬‫ﻻ ِﺑ‬
‫ﻊ ِﺇ ﱠ‬ ‫ﻴ‬‫ﻳِﺒ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻴِﻨ ِﻪ‬‫ﻴ ِﻤ‬‫ﻱ ِﺇ ﱠﻻ ِﺑ‬
 ‫ﺘ ِﺮ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻪ ﹶﻻ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﷲ ِﺑﻀ‬ ُ ‫ﻌ ﹶﻞ ﺍ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬
Ada tiga golongan manusia yang tidak akan dipandang Allah pada
hari kiamat, yaitu orang tua yang berzina, orang fakir yang sombong,
dan orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangannya; dia
tidak membeli kecuali dengan sumpah dan tidak menjual kecuali
320 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

dengan sumpah (dusta). (HR. ath-Thabrâni dalam kitab al-Kabir,


al-Mundziri berkata, “Para perawi hadits ini bisa dipakai
sebagai hujjah dalam keshahihannya.” al-Haitsami berkata,
“Para perawinya shahih”).

 Dari Abû Hurairah ra., dari Rasulullah saw., beliau bersabda:

‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﺣﹶﻠ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ :‫ﻢ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﺮ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﷲ ﻳ‬
ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ ﹶﻜﱢﻠ‬ ‫ﻼﹶﺛ ﹲﺔ ﹶﻻ‬
‫»ﹶﺛ ﹶ‬
‫ﻒ‬
 ‫ﺣﹶﻠ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺏ‬
 ‫ـﺎ ِﺫ‬
‫ﻮ ﻛﹶـ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻋﻄﹶﻰ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺮ ِﻣﻤ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜ‬‫ﻋﻄﹶﻰ ِﺑﻬ‬ ‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﻌ ٍﺔ ﹶﻟ ﹶﻘ‬ ‫ِﺳ ﹾﻠ‬
‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ،ٍ‫ﻠِﻢ‬‫ﺴ‬‫ﺟ ـ ٍﻞ ﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ ﹶﻝ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻊ ِﺑﻬ‬ ‫ﺘ ِﻄ‬‫ﻴ ﹾﻘ‬‫ﺼ ِﺮ ِﻟ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺑ ٍﺔ‬‫ﲔ ﻛﹶﺎ ِﺫ‬
ٍ ‫ﻳ ِﻤ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬
‫ﺎ‬‫ﻀ ﹶﻞ ﻣ‬
 ‫ﺖ ﹶﻓ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻀﻠِﻲ ﹶﻛﻤ‬
 ‫ﻚ ﹶﻓ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻡ ﹶﺃ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﷲ ﺍﹾﻟ‬
ُ ‫ﻴﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﺎ ٍﺀ‬‫ﻀ ﹶﻞ ﻣ‬
 ‫ﻊ ﹶﻓ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬
«‫ﻙ‬ ‫ﺍ‬‫ﻳﺪ‬ ‫ﻤ ﹾﻞ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﹶﻟ‬
Ada tiga golongan manusia yang tidak akan diajak bicara oleh Allah
dan tidak akan dipandang Allah, yaitu orang yang bersumpah untuk
menjual suatu barang. Dengan sumpah tersebut dia telah diberi harta
yang lebih banyak dari yang telah diberikan sebelumnya, tapi dia
pendusta. Orang yang bersumpah dusta setelah Ashar untuk
memperoleh harta muslim yang lain. Dan orang yang menghalangi
kelebihan air. Maka Allah berfirman, “Pada hari ini Aku menghalangi
karunia-Ku, sebagaimana engkau telah melarang kelebihan air, yang
bukan hasil usahamu.” (HR. al-Bukhâri dan Muslim dengan
lafadz yang lain).

 Dari Abû Sa'id ra., ia berkata; ada seorang Arab Badui yang
lewat dengan membawa seekor kambing. Kemudian aku berkata,
“Apakah engkau akan menjualnya dengan harga tiga dirham?”
Dia berkata, “Tidak, demi Allah!” Tapi kemudian ia menjualnya
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 321

kepada orang lain (dengan harga tiga dirham), maka aku


menceritakan hal itu kepada Rasulullah saw., lalu beliau bersabda:

«‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﻪ ِﺑ‬ ‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﻉ ﺁ ِﺧ‬


 ‫ﺎ‬‫» ﹶﻓﺒ‬
Dia telah menjual akhirat dengan dunianya. (HR. Ibnu Hibban
dalam kitab shahih-nya).

Ada dua perkara yang berkaitan dengan dusta yaitu:

A. Tauriyah dan al-Ma’aridl

Tauriyah adalah mengucapkan suatu perkataan yang


memiliki makna yang tampak, tapi dimaksudkan kepada makna
lain yang masih dalam cakupannya dan makna tersebut
bertentangan (berlawanan) dengan makna yang tampak. Atau
mengucapkan suatu perkataan yang memiliki dua makna, yaitu
makna yang dekat dan makna yang jauh, tapi makna yang jauh
itulah yang dimaksudkan. Pendengar biasanya akan memahami
makna yang dekat, yang lebih cepat ditangkap. Sebagai contoh
adalah:

Hadits dari Anas bin Malik riwayat al-Bukhâri. Anas berkata:

‫ﺕ‬
 ‫ﺪﹶﺃ‬ ‫ﻫ‬ :‫ﻴ ٍﻢ‬‫ﺳﹶﻠ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺖ ﹸﺃ‬  ‫ﻡ؟ ﻗﹶﺎﹶﻟ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻐ ﹶ‬ ‫ﻒ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ ﹶﻛ‬: ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺤ ﹶﺔ‬ ‫ﻦ ِ َﻷﺑِﻲ ﹶﻃ ﹾﻠ‬ ‫ﺑ‬‫ﺕ ﺍ‬
 ‫ﺎ‬‫» ﻣ‬
«‫ﺎ ِﺩﹶﻗ ﹲﺔ‬‫ﺎ ﺻ‬‫ﻧﻬ‬‫ﻦ ﹶﺃ‬
 ‫ﻭ ﹶﻇ‬ ،‫ﺡ‬ ‫ﺍ‬‫ﺘﺮ‬‫ﺳ‬ ‫ﻳﻜﹸﻮ ﹶﻥ ﹶﻗ ِﺪ ﺍ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﺭﺟ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻧ ﹾﻔ‬
(Suatu hari) anak Abû Thalhah meninggal dunia. Abû Thalhah
berkata, “Bagaimana kabar anak kita wahai istriku?” Umu Sulaim
menjawab, “Jiwanya telah tenang. Aku berharap ia bisa beristirahat
dengan tenang.” Abû Thalhah menduga bahwa Umu Sulaim
berkata benar.
322 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Hadits dari Ibnu Abbas riwayat Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-
nya, ia berkata:

 ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟ‬،ٍ‫ﻬﺐ‬ ‫ﺮﹶﺃ ﹸﺓ ﹶﺃﺑِﻲ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺕ ِﺍ‬


 ‫ﺎ َﺀ‬‫ﺐ ﺟ‬
 ‫ﻬ‬ ‫ﺍ ﹶﺃﺑِﻲ ﹶﻟ‬‫ﻳﺪ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺗ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺰﹶﻟ‬ ‫ﻧ‬ ‫» ﹶﳌﱠﺎ‬
‫ﺮﹶﺃﹲﺓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ِﺍ‬‫ﻧﻬ‬‫ﷲ ِﺇ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﺑ ﹾﻜ ٍﺮ ﻗﹶــﺎﻝﹶ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺁﻫ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ ﹶﻓﹶﻠﻤ‬،ٍ‫ﺑ ﹾﻜﺮ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺑ‬‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬
،‫ﺎ َﺀﺕ‬‫ ﹶﻓﺠ‬،‫ﺍﻧِﻲ‬‫ﺗﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻧﻬ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِﺇ‬،‫ﻤﺖ‬ ‫ﻮ ﹸﻗ‬ ‫ ﹶﻓﹶﻠ‬،‫ﻳﻚ‬‫ﺆ ِﺫ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻑ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻭﹶﺃﺧ‬ ،‫ﹶﺌﺔﹲ‬‫ﺑ ِﺬﻳ‬
،‫ﻌﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍﻟ‬ ‫ﻳ ﹸﻘ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ،‫ ﻻﹶ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺎﻧِﻲ‬‫ﻫﺠ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺎ ِﺣ‬‫ﺑ ﹾﻜ ٍﺮ ِﺇ ﱠﻥ ﺻ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﺃﺑ‬‫ ﻳ‬:‫ﺖ‬
 ‫ﹶﻓﻘﹶﺎﹶﻟ‬
‫ﻢ‬ ‫ ﹶﻟ‬،ِ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍﷲ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ ﻓﹶﻘﹸﻠﹾﺖ‬.‫ﺮ ﹶﻓﺖ‬ ‫ــ‬‫ﻧﺼ‬‫ﺍ‬‫ﻕ ﻭ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﻨ ِﺪ‬‫ﺖ ِﻋ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺖ ﹶﺃ‬
 ‫ﻗﹶﺎﹶﻟ‬
«‫ﺎ ِﺣ ِﻪ‬‫ﺠﻨ‬
 ‫ﺎ ِﺑ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻋ‬ ‫ﺮﻧِﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻣﹶﻠ‬ ‫ ﹾﻝ‬‫ﻳﺰ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹶﻟ‬،‫ ﻻﹶ‬:‫؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺮﻙ‬ ‫ﺗ‬
Ketika diturunkan firman Allah, “Celakalah kedua tangan Abû
Lahab”, datanglah istri Abû Lahab kepada Rasulullah saw. Pada
saat itu Nabi tengah bersama Abû Bakar. Ketika Abû Bakar
melihatnya, ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ia adalah
wanita yang buruk perkataannya, aku khawatir ia akan
menyakitimu. Bolehkah aku berdiri untuk menghadapinya?”
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya ia tidak akan melihatku.”
Kemudian datanglah istri Abû Lahab itu dan berkata, “Wahai Abû
Bakar, sesungguhnya temanmu itu telah mengejekku dengan
syairnya.” Abû Bakar berkata, “Tidak, beliau tidak pernah
mengatakan syair.” Wanita itu berkata, “Sesungguhnya engkau,
wahai Abû Bakar, adalah orang yang terpercaya di sisiku.”
Kemudian wanita itu pun pergi. Aku (Abû Bakar) berkata kepada
Rasulullah saw., “Ya Rasulullah saw., apakah memang ia tidak bisa
melihat engkau?” Rasulullah saw. bersabda, “Tidak, tapi malaikat
senantiasa menutupiku darinya dengan sayapnya.”
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 323

Hadits dari Anas riwayat Ahmad dan at-Tirmidzi dalam kitab asy-
Syamail, serta al-Baghawi dalam sarah as-Sunah. Ibnu Hajar
menshahihkannya dalam kitab al-Ishabah. Anas berkata:

 ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻬﺪِﻱ ﻟِﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬،‫ﺍ‬‫ﺍ ِﻫﺮ‬‫ﻪ ﺯ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻳ ِﺔ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍ‬‫ﺎ ِﺩ‬‫ﻫ ِﻞ ﺍﹾﻟﺒ‬ ‫ ﹶﺃ‬‫ﻼ ِﻣﻦ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ‬
‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺝ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺩ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺍ‬‫ﻮ ﹸﻝ ﺍﷲ ِ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃﺭ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻴ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﻳ ِﺔ‬‫ﺎ ِﺩ‬‫ﻦ ﺍﹾﻟﺒ‬ ‫ﻳ ﹶﺔ ِﻣ‬‫ﻬ ِﺪ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬
،‫ﻪ‬‫ﺤِﺒ‬‫ﻲ  ﻳ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍﻟ‬ ،‫ﻩ‬ ‫ﻭ‬‫ﺿﺮ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺣ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﻨ‬‫ﻳ‬‫ﺎ ِﺩ‬‫ﺍ ﺑ‬‫ﺍ ِﻫﺮ‬‫ ِﺇ ﱠﻥ ﺯ‬: ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺍﻟ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻀ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺣ‬ ‫ ﻓﹶﺎ‬،‫ﻪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﺘ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻳﺒِﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻮ‬‫ﻲ  ﻳ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻩ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﻓﹶﺄﺗ‬‫ﺩﻣِﻴﻤ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬
،‫ﺖ‬
 ‫ﺘ ﹶﻔ‬‫ﻫﺬﹶﺍ؟ ﻓﹶﺎﹾﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ، ‫ﺭ ِﺳ ﹾﻠﻨِﻲ‬ ‫ ﺃﹶ‬:‫ﺟ ﹸﻞ‬ ‫ﺮ‬ ‫ ﻓﹶﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟ‬،‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻳ‬ ‫ﻮ ﹶﻻ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺧ ﹾﻠ ِﻔ ِﻪ‬ ‫ﻦ‬ ‫ِﻣ‬
‫ﲔ‬
 ‫ﻲ  ِﺣ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺪ ِﺭ ﺍﻟ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻩ ِﺑ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻖ ﹶﻇ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺎ ﹶﺃﹾﻟ‬‫ﻳ ﹾﺄﻟﹸﻮ ﻣ‬ ‫ﻌ ﹶﻞ ﹶﻻ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ ﹶﻓ‬، ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻑ ﺍﻟ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﺪ؟ ﻓﹶﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﺒ‬‫ﻌ‬ ‫ﺘﺮِﻱ ﺍﹾﻟ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬  ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻌ ﹶﻞ ﺍﻟ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﺮﹶﻓ‬ ‫ﻋ‬
‫ﺖ‬
 ‫ــ‬‫ﷲ ﹶﻟﺴ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﻦ ِﻋ‬ ‫ ﹶﻟ ِﻜ‬: ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟ‬،‫ﺍ‬‫ﺪﻧِﻲ ﻛﹶﺎﺳِــﺪ‬ ‫ﺠ‬
ِ ‫ﺗ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ِﺇﺫﹰﺍ ﻭ‬
«‫ﺖ ﻏﹶﺎ ٍﻝ‬
 ‫ﻧ‬‫ﷲ ﹶﺃ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﻦ ِﻋ‬ ‫ ﹶﻟ ِﻜ‬:‫ﻭ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﺑِﻜﹶﺎ ِﺳ ٍﺪ‬
Ada seorang lelaki Badui namanya Zahir. Dia memberikan hadiah
kepada Nabi saw. dari kampungnya. Maka Rasul memberikan bekal
kepadanya ketika ia ingin pulang. Kemudian Rasulullah saw. bersabda,
“Zahir adalah kampung kita dan kita adalah kotanya Zahir.” Rasulullah
saw. sangat mencintainya. Dia adalah seorang lelaki yang perawakan
tubuhnya pendek dan parasnya buruk. Pada suatu hari Rasulullah
saw. mendatanginya ketika sedang menjual barang dagangannya, lalu
memeluknya dari belakang, dan Zahir tidak melihat beliau. Kemudian
ia berkata, “Lepaskanlah aku! Siapakah ini?” Ia melihat ke belakang,
sehingga mengenali bahwa itu adalah Nabi saw. Akhirnya ia tidak
henti-hentinya menempelkan punggungnya ke dada Nabi saw., ketika
324 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

ia mengetahuinya. Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Siapakah


yang mau membeli hamba ini?” Zahir lalu berkata, “Ya Rasulullah,
demi Allah, jika demikian engkau mendapatiku sebagai orang yang
murah.” Rasulullah saw. bersabda, “Tetapi engkau di sisi Allah tidaklah
murah.” Atau Rasul saw. bersabda, “Engkau di sisi Allah adalah
mahal.”

al-Ma’aridl merupakan perkara yang dibolehkan. Al-Bukhâri


meriwayatkan dalam kitab al-Adab al-Mufrad dari Imran bin
Husain, dan Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari Umar bin al-
Khathab dengan sanad yang shahih bahwa keduanya (Imran bin
Husain dan Umar bin al-Khathab) berkata:

«‫ﺏ‬
ِ ‫ﻋ ِﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬ‬ ‫ﺣ ﹲﺔ‬ ‫ﻭ‬‫ﻨﺪ‬‫ﻣ‬ ‫ﺾ‬
ِ ‫ﺎﺭِﻳ‬‫ﻤﻌ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬
Sesungguhnya dalam al-ma’aridl terdapat keleluasaan jauh dari
dusta. Tapi keduanya tidak memandang perkataan Umar dan Imran
sebagai hadits marfu’.

B. Dusta yang diperbolehkan

Dusta diperbolehkan dalam beberapa hal, yaitu pada


saat perang, ketika mendamaikan di antara orang-orang yang
bermusuhan, dan di antara suami istri. Hal ini berdasarkan
hadits dari Umu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu’ied ra. riwayat
Muslim. Umu Kultsum berkata:

‫ﻲ‬‫ﻌﻨ‬ ‫ﺗ‬ : ‫ﺙ‬


ٍ ‫ﻼ‬
‫ﺱ ِﺇ ﱠﻻ ﻓِﻲ ﹶﺛ ﹶ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺎ‬‫ﻲ ٍﺀ ِﻣﻤ‬ ‫ﺺ ﻓِﻲ ﺷ‬
 ‫ﺧ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ »
‫ﺚ‬
‫ﺣﺪِﻳ ﹸ‬ ‫ﻭ‬ ، ‫ﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﺮﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺟ ِﻞ ﺍ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺚ ﺍﻟ‬
‫ﺣﺪِﻳ ﹸ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺱ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺡ‬
‫ﻼ‬
‫ﺻﹶ‬
 ‫ﻭﹾﺍ ِﻹ‬ ،‫ﺏ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺍﻟﹾﺤ‬
«‫ﺎ‬‫ﺟﻬ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﺮﹶﺃ ِﺓ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 325

Aku tidak pernah mendengar Rasulullah saw. memberikan


keringanan pada perkataan manusia kecuali dalam tiga perkara,
yaitu pada saat perang, pada saat mendamaikan permusuhan di
antara manusia, dan dalam perkataan suami terhadap istrinya, serta
perkataan istri terhadap suaminya.

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra., Rasulullah saw.


bersabda:

«‫ﻋ ﹲﺔ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺏ‬


 ‫ﺮ‬ ‫ﺤ‬
 ‫»ﹶﺍﹾﻟ‬
Perang adalah tipu daya. (Mutafaq ‘alaih).

Diriwayatkan dari Asma binti Yazid, sesungguhnya ia mendengar


Rasulullah saw. berpidato. Rasulullah saw bersabda:

‫ﻊ‬ ‫ﺑ‬‫ـﺎ‬
‫ﺘـ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ـﺎ‬
‫ﻤـ‬ ‫ﺏ ﹶﻛ‬
ِ ‫ﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬ‬‫ﺑﻌ‬‫ﺎ‬‫ﺗﺘ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺤ ِﻤﹸﻠ ﹸﻜ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺱ ﻣ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻳﻬ‬‫»ﹶﺃ‬
‫ـﺎ ٍﻝ‬
‫ﺼـ‬
 ‫ﺙ ِﺧ‬
‫ﻼ ﹶ‬
‫ﻡ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺛ ﹶ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺑ ِﻦ ﺁ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻜ‬ ِ‫ﺎ ِﺭ ﹸﻛ ﱡﻞ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ِﺬﺏ‬‫ﺵ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﺍ‬‫ﺍﹾﻟ ﹶﻔﺮ‬
‫ﺏ‬
ٍ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻌ ِﺔ‬ ‫ﺧﺪِﻳ‬ ‫ﺏ ﻓِﻲ‬  ‫ﺟ ﹲﻞ ﹶﻛ ﹶﺬ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻴﻬ‬‫ﺿ‬ ِ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺮﹶﺃِﺗ ِﻪ ِﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍ‬ ‫ﺏ‬  ‫ﺟ ﹲﻞ ﹶﻛ ﹶﺬ‬ ‫ﺭ‬
««‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﻤﻤ‬‫ﻬﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﺢ ﺑ‬‫ﺢ‬
 ‫ﺼِﻠِﻠ‬
‫ﺼ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻴ‬‫ﻴ ِﻦِﻦ ِﻟِﻟ‬‫ﻴ‬‫ﻤ‬‫ﻤ‬ ‫ﺴِﻠِﻠ‬
‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬‫ﻣ‬ ‫ﻳ ِﻦِﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺮﹶﺃﹶﺃ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬‫ﻣ‬ ‫ﻦ ﺍﺍ‬‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﺑ‬ ‫ﺏ‬
‫ﺏ‬
 ‫ﺟ ﹲﻞﹲﻞ ﹶﻛﹶﻛ ﹶﺬﹶﺬ‬‫ﺟ‬ ‫ﺭ‬‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬‫ﻭ‬ ‫ﹶﺃﹶﺃ‬
Wahai manusia, apa yang mendorong kalian terus menerus dalam
dusta, seperti halnya laron yang berputar mengitari api. Setiap dusta
pasti akan dicatat atas anak Adam, kecuali dalam tiga perkara,
yaitu suami yang berdusta kepada istrinya agar menyukainya;
seorang yang berdusta untuk melakukan tipudaya dalam
peperangan; dan seorang yang berdusta antara dua orang muslim
karena ingin mendamaikan keduanya. (HR. Ahmad).

Ibnu Hajar berkata dalam kitab al-Fattah, “Para ulama telah sepakat
bahwa yang dimaksud dengan dusta antara suami istri, hanyalah
326 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

dusta dalam perkara yang tidak akan menggugurkan hak keduanya,


atau dusta yang tidak mengakibatkan salah satunya akan
mengambil perkara yang bukan haknya.” Imam an-Nawawi berkata
dalam Syarah Muslim, “Maksud dusta suami kepada isteri dan
sebaliknya adalah dusta ketika menampakkan cinta kasih dan ketika
berjanji pada perkara yang tidak wajib, atau yang sejenisnya.
Adapun dusta di antara suami istri dengan maksud menipu untuk
mendapakan perkara yang bukan haknya, maka dusta seperti ini
hukumnya haram berdasarkan ijma’ kaum Muslim.” Contoh dusta
dalam hal kewajiban nafkah atas suami, misalkan suami berkata,
“Aku tidak memperoleh (keuntungan) di pasar.” Contoh dusta
dalam hal kewajiban isteri adalah seperti ketika suami mengajaknya
kepelaminan, lalu ia mengatakan, “Aku sedang haid.” Contoh lain
adalah (seorang istri) mengambil apa-apa yang bukan haknya dan
mengatakan tidak mengambil. Hal ini tentu di luar nafkah istri dan
anak-anaknya secara makruf.

2. Tidak Menepati Janji (Ikhlaf al-Wa’di)

 Dari Abû Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﺗ ِﻤ‬‫ﺅ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺍ‬ ،‫ﻒ‬


 ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ،‫ﺏ‬
 ‫ﺙ ﹶﻛ ﹶﺬ‬
‫ﺪ ﹶ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺙ ِﺇﺫﹶﺍ‬
‫ﻼ ﹲ‬
‫ﺎِﻓ ِﻖ ﹶﺛ ﹶ‬‫ﻤﻨ‬ ‫ﻳ ﹸﺔ ﺍﹾﻟ‬‫»ﺁ‬
«‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﺧ‬
Tanda orang munafik ada tiga, apabila diberi amanat ia khianat, apabila
berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia tidak menepati. (Mutafaq
‘alaih).

Yang dimaksud dengan nifak (kemunafikan) dalam hadits ini adalah


nifak amal, bukan nifak dusta atau nifak akidah. Nifak amal
hukumnya haram tidak mengakibatkan kufur. Sedangkan nifak
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 327

dalam akidah jelas merupakan kekufuran. Semoga kita dilindungi


oleh Allah.

3. Berkata Kotor dan Buruk (al-Fahsyu wa Badza al-


Lisan)

 Dari ‘Aisyah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«...‫ﺶ‬
 ‫ﺤ‬
 ‫ﺍﹾﻟ ﹸﻔ‬‫ﻒ ﻭ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻌ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺎ ِﻙ ﻭ‬‫ﻭِﺇﻳ‬ ،‫ﺮ ﹾﻓ ِﻖ‬ ‫ﻚ ﺑِﺎﻟ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺸ ﹸﺔ‬
 ‫ﺎِﺋ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﻼ ﻳ‬
‫ﻬ ﹰ‬ ‫ﻣ‬ ...»
Pelan-pelanlah wahai ‘Aisyah, kamu harus bersikap lemah lembut,
dan jauhilah sikap keras dan keji… (HR. al-Bukhâri).
 Dalam riwayat Muslim dari ‘Aisyah ra., sesungguhnya
Rasulullah saw. bersabda:

«...‫ﺶ‬
 ‫ﺤ‬
 ‫ﺘ ﹶﻔ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺶ ﻭ‬
 ‫ﺤ‬
 ‫ﺐ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ ﹶﻻ‬
َ ‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺍ‬،‫ﺸ ﹸﺔ‬
 ‫ﺎِﺋ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﻪ ﻳ‬ ‫ﻣ‬ ...»
Aduh ‘Aisyah, sesungguhnya Allah tidak menyukai kata-kata kotor
dan perbuatan keji... (Mutafaq ‘alaih).

 Dari ‘Aisyah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺗﻘﹶﺎ َﺀ‬‫ﺱ ﺍ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻪ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻋـ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﺮ ﹶﻛـ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﻨ ِﺰﹶﻟ ﹰﺔ ِﻋ‬‫ﻣ‬ ‫ﺱ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺷ‬ ‫ ِﺇ ﱠﻥ‬. . . »
«ِ‫ﺸِﻪ‬‫ﻓﹸﺤ‬
…Sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya di sisi
Allah adalah orang yang dijauhi manusia karena takut akan
kejahatannya (kekasarannya). (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Iyadl bin Himar al-Majasyi, sesungguhnya Rasulullah saw.


bersabda pada suatu hari dalam khutbahnya:

«...‫ﺵ‬
 ‫ﺎ‬‫ﲑ ﺍﹾﻟ ﹶﻔﺤ‬ ‫ﻨ ِﻈ‬‫ﺸ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ﻭ‬...‫ﺴ ﹲﺔ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻫ ﹸﻞ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ...»
328 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

…Penghuni neraka ada lima golongan,… diantaranya orang yang


buruk perangainya. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Darda ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

« ‫ﺒﺬِﻱ َﺀ‬‫ﺶ ﺍﹾﻟ‬


 ‫ﺾ ﺍﹾﻟﻔﹶﺎ ِﺣ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﷲ ﹶﻟ‬
َ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬ ...»
Sesungguhnya Allah membenci orang yang buruk perkataannya.
(HR. at-Tirmidzi; Ia berkata, “Hadits ini hasan shahih”;
dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya.

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﺠﻔﹶﺎ ِﺀ‬
 ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺒﺬﹶﺍ ُﺀ ِﻣ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﻨـ ِﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺎ ﹸﻥ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬‫ﻳﻤ‬‫ﻭﹾﺍ ِﻹ‬ ،‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻦ ﹾﺍ ِﻹﳝ‬ ‫ﺎ ُﺀ ِﻣ‬‫ﺤﻴ‬  ‫» ﺍﹾﻟ‬
«‫ﺎ«ِﺭ‬‫ﺎﺍﻟِﺭﻨ‬‫ِﻲِﻲﺍﻟﻨ‬
‫ﺠﻔﹶﺎ ُﺀ ﻓ ﻓ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬
Malu adalah sebagian dari iman dan iman tempatnya di surga.
Sedangkan berkata jorok adalah bagian dari al- Jafa
(pembangkangan kepada Allah). Dan al-Jafa tempatnya di neraka.
(HR. Ahmad dengan sanad rawinya shahih; at-Tirmidzi, ia
berkata, “Hadits ini hasan shahih”; Ibnu Hibban dalam
Shahih-nya dan al-Hâkim).

 Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata, Rasulullah saw bersabda:

«‫ﺒﺬِﻱ ِﺀ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﺍﹾﻟ‬ ،‫ﺶ‬


ِ ‫ﻭ ﹶﻻ ﺍﹾﻟﻔﹶﺎ ِﺣ‬ ،‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﺍﻟﱠﻠﻌ‬ ،‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻦ ﺑِﺎﻟ ﱠﻄﻌ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺲ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫»ﹶﻟ‬
Seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencela dan melaknat;
bukan orang yang keji, dan bukan orang yang buruk perkataannya.
(HR. Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini hasan shahih”).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 329

4. Banyak Bicara yang Dibuat-buat (al-Tsartsarah)

 Dari al-Mughirah bin Syu’bah ra., ia berkata; aku mendengar


Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺍ ِﻝ‬‫ﺴﺆ‬
 ‫ﺮ ﹶﺓ ﺍﻟ‬ ‫ﻭ ﹶﻛﹾﺜ‬ ،‫ﺎ ِﻝ‬‫ﻋ ﹶﺔ ﺍﹾﻟﻤ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭِﺇﺿ‬ ،‫ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ ﻗِﻴ ﹶﻞ‬:‫ﻼﺛﹰﺎ‬
‫ﻢ ﹶﺛ ﹶ‬ ‫ﻩ ﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﷲ ﹶﻛ ِﺮ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiga perkara bagi kalian, yaitu
banyak berbicara, menyia-nyiakan harta, dan banyak bertanya
(dalam perkara yang tidak perlu ditanyakan, penj.). (Mutafaq
‘alaih).

 Dari Jabir bin Abdillah ra., sesungguhnya Rasulullah saw.


bersabda:

‫ﻢ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﺎ ِﺳ‬‫ ﹶﺃﺣ‬:‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺠِﻠﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬‫ﻢ ِﻣﻨ‬ ‫ﺮِﺑ ﹸﻜ‬ ‫ﻭﺃﹶ ﹾﻗ‬ ،‫ﻲ‬ ‫ﻢ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﺒ ﹸﻜ‬‫ﺣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ِﻣ‬
:‫ــ ِﺔ‬‫ﺎﻣ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ــ‬‫ﺎ ﻳ‬‫ﺠِﻠﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬‫ﻢ ِﻣﻨ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭﺃﹶ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻢ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﻀ ﹸﻜ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﹶﺃ‬ ،‫ﻼﹶﻗﹰﺎ‬‫ﺃﹶﺧ‬
«‫ﻴ ِﻬﻘﹸﻮ ﹶﻥ‬‫ﺘ ﹶﻔ‬‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺪﻗﹸﻮ ﹶﻥ ﻭ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ ﹶﻥ ﻭ‬‫ﺛﹶﺎﺭ‬‫ﺍﻟﱠﺜﺮ‬
Di antara orang yang aku cintai dan paling dekat tempat duduknya
denganku di hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.
Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh
dariku di hari kiamat adalah Ats-Tsartsarun (orang yang
memaksakan diri untuk memperbanyak perkataan), Al-
Mutasyaddiqun (orang yang bicaranya ke sana ke mari tanpa kehati-
hatian), dan Mutafayqihun (orang yang sengaja memperluas
cakupan pembicaraan dan membuka mulut mereka dalam
pembicaraan tersebut serta memfasih-fasihkan bahasanya dalam
bembicaraan). (Mutafaq ‘alaih)
330 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Dari Abû Hurairah ra., ia mendengar Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺎ‬‫ﺪ ﻣ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ ِﺭ ﹶﺃ‬‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨ‬‫ﻳ ِﺰ ﱡﻝ ِﺑﻬ‬ ،‫ﺎ‬‫ﻦ ﻓِﻴﻬ‬ ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ ِﺔ ﻣ‬ ‫ﻢ ﺑِﺎﹾﻟ ﹶﻜِﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﻜﱠﻠ‬‫ﺪ ﹶﻟﻴ‬ ‫ﺒ‬‫ﻌ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ‬
«‫ﺏ‬ ِ ‫ﻐ ِﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻕ ﻭ‬ ِ ‫ﺸ ِﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬
Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara menjelaskan
segala sesuatu. Akibat perkataan itu ia tergelincir ke dalam neraka
lebih jauh dari jarak antara Timur dan Barat. (Mutafaq ‘alaih).

5. Merendahkan Martabat Sesama Muslim (Ihtiqar


al-Muslim)

 Dari Abû Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«...‫ﺴِﻠﻢ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻩ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﺤ ِﻘ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺮ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺉ ِﻣ‬
ٍ ‫ﻣ ِﺮ‬ ‫ﺐ ﺍ‬
ِ ‫ﺴ‬
‫ﺤ‬ ‫ِﺑ‬...»
...seseorang layak dinilai sebagai orang yang jahat (buruk) jika ia
meremehkan saudaranya yang muslim... (HR. Muslim)

6. Mengolok-olok dan Mencemooh Kaum Muslim


(al-Sukhriyyah wa al-Istihza bil Muslim)

Allah Swt. berfirman:

Ÿωuρ öΝåκ÷]ÏiΒ #ZŽöyz (#θçΡθä3tƒ βr& #|¤tã BΘöθs% ÏiΒ ×Πöθs% öy‚ó¡o„ Ÿω (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ

(#ρâ“t/$uΖs? Ÿωuρ ö/ä3|¡àΡr& (#ÿρâ“Ïϑù=s? Ÿωuρ ( £åκ÷]ÏiΒ #ZŽöyz £ä3tƒ βr& #|¤tã >!$|¡ÎpΣ ÏiΒ Ö!$|¡ΣÎ

ãΝèδ y7Í×‾≈s9'ρé'sù ó=çGtƒ öΝ©9 tΒuρ 4 Ç≈yϑƒM}$# y‰÷èt/ ä−θÝ¡àø9$# ãΛôœeω$# }§ø♥Î/ ( É=≈s)ø9F{$$Î/

 ∩⊇⊇∪ tβθçΗÍ>≈©à9$#
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-
olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok)
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 331

lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula


wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh
jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita
(yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri
dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang
buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim. (TQS. al-Hujurat [49]: 11)

 Dari al-Hasan, beliau berkata: Rasulullah saw. bersabda:

،ِ‫ﻨﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺏ ِﻣ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺮ ِﺓ ﺑ‬ ‫ﻢ ﻓِﻲ ﺍﻵ ِﺧ‬ ِ‫ﺣ ِﺪﻫ‬ ‫ﺢ َِﻷ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻔ‬ ،ِ‫ﺎﺱ‬‫ﻦ ﺑِﺎﻟﻨ‬ ‫ﻴ‬‫ﻬ ِﺰِﺋ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻤ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ‬
‫ﻢ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻧﻪ‬‫ﻭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﻩ ﹸﺃ ﹾﻏِﻠ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ ﻓﹶِﺈﺫﹶﺍ ﺟ‬،ِ‫ﻤﻪ‬ ‫ﻭ ﹶﻏ‬ ‫ﺮِﺑ ِﻪ‬ ‫ﻲ ُﺀ ِﺑ ﹶﻜ‬ ‫ﺠ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﻫﹸﻠﻢ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫﹸﻠ‬ :‫ﻪ‬ ‫ﻴﻘﹶﺎ ﹸﻝ ﹶﻟ‬‫ﹶﻓ‬
‫ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ‬،ِ‫ﻤﻪ‬ ‫ﻭ ﹶﻏ‬ ‫ﺮِﺑ ِﻪ‬ ‫ﻲ ُﺀ ِﺑ ﹶﻜ‬ ‫ﺠ‬
ِ ‫ﻴ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﻩ ﹸﻟﻢ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫﹸﻠ‬ :‫ﻪ‬ ‫ﻴﻘﹶﺎ ﹸﻝ ﹶﻟ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﺧﺮ‬ ‫ﺏ ﺁ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻪ ﺑ‬ ‫ﺢ ﹶﻟ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻔ‬
‫ﺏ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻪ ﺑ‬ ‫ﺢ ﹶﻟ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ ﹾﻔ‬‫ﻢ ﹶﻟ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻰ ِﺇ ﱠﻥ ﹶﺃ‬‫ﺣﺘ‬ ،‫ﺍ ﹸﻝ ﹶﻛ ﹶﺬِﻟﻚ‬‫ﻳﺰ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﻤ‬،‫ﻧﻪ‬‫ﻭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﻩ ﹸﺃ ﹾﻏِﻠ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﺟ‬
«‫ﺱ‬ ِ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺍ ِﻹﻳ‬ ‫ﻴ ِﻪ ِﻣ‬‫ﻳ ﹾﺄِﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﹶﻓﻤ‬ ‫ﻫﹸﻠ‬ ‫ﻴﻘﹶﺎ ﹸﻝ‬‫ﻨ ِﺔ ﹶﻓ‬‫ﺠ‬ ِ ‫ﺍ‬‫ﺑﻮ‬‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ِﻣ‬
 ‫ﺏ ﺍﹾﻟ‬
Sesungguhnya orang yang mengolok-olok manusia, akan
dibukakan pintu surga bagi salah satu dari mereka. Kemudian
dikatakan kepadanya, “Kemarilah-kemarilah!” Lalu ia datang
dengan membawa kebingungan dan kegundahannya. Ketika ia
datang, pintu itu ditutup. Kemudian dibukakan pintu yang lain
baginya dan dikatakan kepadanya, “Kemarilah-kemarilah!”
Kemudian ia datang dengan membawa kebingungan dan
kegundahannya. Ketika ia datang, maka pintu itu ditutup. Hal
seperti itu terus menerus dilakukan hingga salah seorang dari
mereka dibukakan satu pintu dari pintu-pintu surga. Kemudian
dikatakan, “Kemarilah-kemarilah!” Tapi ia tidak menda-tanginya
332 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

karena putus asa. (HR. al-Baihaqi dalam Sya’b al-Imân


dengan sanad hasan mursal)

7. Menampakan Rasa Gembira atas Kesusahan yang


Menimpa Muslim yang Lain (Idhhar asy-Syamatah bil
Muslim)

 Dari Watsilah bin Asyqa’ ra., ia berkata; Rasulullah saw.


bersabda:

«‫ﻚ‬
 ‫ﺘﻠِﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﻚ‬
 ‫ﺗ ﹶﺔ ِ َﻷﺧِﻴ‬‫ﺎ‬‫ﺸﻤ‬
 ‫ﺮ ﺍﻟ‬ ‫ﺗ ﹾﻈ ِﻬ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Engkau tidak boleh menampakkan rasa gembira atas kesusahan
yang menimpa saudaramu. Bisa jadi Allah akan memberi rahmat
kepadanya dan memberikan ujian kepadamu. (HR. at-Tirmidzi,
ia berkata, “Hadits ini hasan”).

8. Mengkhianati Perjanjian (al-Ghadru)

 Dari Abdullah bin Umar ra., sesungguhnya Rasulullah saw.


bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﺼﹶﻠ ﹲﺔ ِﻣ‬


 ‫ﺧ‬ ‫ﺖ ﻓِﻴ ِﻪ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻦ ﻛﹶﺎ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺎِﻟﺼ‬‫ﺎ ِﻓﻘﹰﺎ ﺧ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻦ ﻓِﻴ ِﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻦ ﹸﻛ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺑ‬‫»ﹶﺃﺭ‬
«...‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺪ ﹶﻏ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﻋ‬ ...:‫ﺎ‬‫ﻋﻬ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻕ‬ ِ ‫ﻨﻔﹶﺎ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺼﹶﻠ ﹲﺔ ِﻣ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺖ ﻓِﻴ ِﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﻛﹶﺎ‬
Ada empat perkara, jika keempatnya ada pada seseorang, maka ia
adalah orang munafik yang sebenarnya. Jika salah satunya ada
pada seseorang, maka pada dirinya terdapat satu bagian dari
kemunafikan, hingga ia meninggalkannya,….ia berkhianat bila
berjanji… (Mutafaq ‘alaih).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 333

 Dari Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan Anas bin Malik, mereka
berkata; sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻼ ٍﻥ‬
‫ﺭ ﹸﺓ ﹸﻓ ﹶ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻫ ِﺬ ِﻩ ﹶﻏ‬ :‫ﻳﻘﹶﺎ ﹸﻝ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺍ ٌﺀ‬‫»ِﻟ ﹸﻜ ﱢﻞ ﻏﹶﺎ ِﺩ ٍﺭ ِﻟﻮ‬
Setiap orang yang berkhianat, di hari kiamat akan mempunyai
panji. Dikatakan pada saat itu, “Inilah pengkhianatan si Fulan”
(Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Sa’ad al-Khudry ra., sesungguhnya Rasulullah saw.


bersabda:

‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ ﹶﺃ ﹶﻻ‬، ‫ﺪ ِﺭ ِﻩ‬ ‫ﺪ ِﺭ ﹶﻏ‬ ‫ﻪ ِﺑ ﹶﻘ‬ ‫ﻊ ﹶﻟ‬ ‫ﺮﹶﻓ‬ ‫ﻳ‬ ،‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺳِﺘ ِﻪ‬ ‫ﺪ ِﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﺍ ٌﺀ ِﻋ‬‫»ِﻟ ﹸﻜ ﱢﻞ ﻏﹶﺎ ِﺩ ٍﺭ ِﻟﻮ‬
« ‫ﻣ ٍﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﲑ ﻋ‬
ِ ‫ﻦ ﹶﺃ ِﻣ‬ ‫ﺍ ِﻣ‬‫ﺪﺭ‬ ‫ﻢ ﹶﻏ‬ ‫ﻋ ﹶﻈ‬ ‫ﺭ ﹶﺃ‬ ‫ﻏﹶﺎ ِﺩ‬
Setiap orang yang berkhianat itu kelak pada hari kiamat akan
mempunyai panji di pantatnya, yang akan dikibarkan setinggi
pengkhianatannya. Dan tidak ada seorang pengkhianat yang lebih
berat pengkhianatannya daripada pemimpin umum (kepala
negara).

 Dari Abû Hurairah, sesungguhnya Nabi saw. bersabda:

«...‫ﺪﺭ‬ ‫ﻢ ﹶﻏ‬ ‫ﻋﻄﹶﻰ ﺑِﻲ ﹸﺛ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ ﹶﺃ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺧ‬ ‫ﺎ‬‫ﻼﹶﺛ ﹲﺔ ﹶﺃﻧ‬
‫»ﹶﺛ ﹶ‬
Ada tiga golongan manusia, aku adalah musuh mereka di hari
kiamat, yaitu seorang yang karenaku dia memberi, kemudian
berkhianat. (HR. al-Bukhâri).

 Dari Yazid bin Syuraik, ia berkata; Aku melihat Ali ra. sedang
khutbah di mimbar, aku mendengarnya berkata, “Tidak, demi Allah,
kami tidak memiliki suatu kitab yang kami baca selain kitab Allah
dan lembaran ini --sambil membentangkannya--, dan ternyata di
334 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

dalamnya terdapat dua gigi unta, dan tanda-tanda goresan. Di sana


Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﺎ ﹶﻓ‬‫ﺴِﻠﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧ ﹶﻔ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﺩﻧ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻰ ِﺑﻬ‬‫ﺴﻌ‬
 ‫ﻳ‬ ،‫ﺪﹲﺓ‬ ‫ﺍ ِﺣ‬‫ﲔ ﻭ‬
 ‫ﺴِﻠ ِﻤ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻣ ﹸﺔ ﺍﹾﻟ‬ ‫» ِﺫ‬
‫ـ ِﺔ‬
‫ـ‬‫ﺎﻣ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﷲ ِﻣ‬
ُ ‫ﺒ ﹸﻞ ﺍ‬‫ﻳ ﹾﻘ‬ ‫ ﹶﻻ‬،‫ﲔ‬
 ‫ﻤﻌِــ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺱ ﹶﺃ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻼِﺋ ﹶﻜ ِﺔ ﻭ‬
‫ﻤ ﹶ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﷲ ﻭ‬
ِ ‫ﻨ ﹸﺔ ﺍ‬‫ﻌ‬ ‫ﹶﻟ‬
«‫ﺮﻓﹰﺎ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺪ ﹰﻻ‬ ‫ﻋ‬
Jaminan muslimin itu adalah suatu yang diusahakan oleh orang
yang paling rendah di kalangan mereka. Siapa saja yang
mengkhianati seorang muslim, maka dia akan dilaknat oleh Allah
dan para Malaikat serta seluruh manusia. Allah tidak akan
menerima tebusan dan jaminan darinya pada hari kiamat kelak.
(HR. Muslim).

 Dari Buraidah Nabi saw bersabda:

«...‫ﻬﻢ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺘ ﹸﻞ‬‫ﺪ ِﺇ ﱠﻻ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻡ ﹶﺍﹾﻟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺾ ﻗﹶ‬
 ‫ﻧ ﹶﻘ‬ ‫ﺎ‬‫»ﻣ‬
Tidak ada suatu kaum yang melanggar janji kecuali akan terjadi
peperangan di antara mereka. (HR. al-Hâkim, beliau
menshahih-kannya dan disetujui oleh adz-Dzahabi).

 Dari Amr bin al-Hamqi, ia berkata; aku mendengar Rasulullah


saw. bersabda:

‫ﻭِﺇ ﹾﻥ‬ ‫ﻱ ٌﺀ‬


 ‫ﺑ ِﺮ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟﻘﹶﺎِﺗ ِﻞ‬ ‫ﻪ ﹶﻓﺄﹶﻧﹶﺎ ِﻣ‬ ‫ﺘﹶﻠ‬‫ﻢ ﹶﻗ‬ ‫ ﹸﺛ‬،ِ‫ﻣﻪ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺟ ٍﻞ ﹶﺃ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﻤ‬‫»ﹶﺃ‬
«‫ﺍ‬‫ﻝ ﻛﹶﺎ ِﻓﺮ‬ ‫ﻮ ﹸ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ ﹾﻘ‬ ‫ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍﹾﻟ‬
Siapa saja yang telah memberikan jaminan keamanan atas darah
seseorang kemudian ia membunuhnya, maka aku membebaskan
diri dari si pembunuh itu; meskipun yang dibunuh adalah orang
kafir. (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 335

 Dari Abû Bakrah ra., ia berkata; sesungguhnya Rasulullah saw.


bersabda:

‫ﺢ‬ ‫ـ‬‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ِﺭﻳ‬ ،ِ‫ﻨﺔ‬‫ﺠ‬


 ‫ﺤ ﹶﺔ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺍِﺋ‬‫ﺡ ﺭ‬
 ‫ﻳ ِﺮ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﺣ ﱢﻘﻬ‬ ‫ﻴ ِﺮ‬‫ﻐ‬ ‫ﺓﹰ ِﺑ‬‫ﺪ‬‫ﺎ ﻫ‬‫ﻣﻌ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧ ﹾﻔﺴ‬ ‫ﺘ ﹶﻞ‬‫ﻦ ﹶﻗ‬ ‫ﻣ‬ »
«‫ﺎ ٍﻡ‬‫ﺴ ِﻤﹶﺌ ِﺔ ﻋ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺮ ِﺓ‬ ‫ﻴ‬‫ﺴ‬ ِ ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺪ ِﻣ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻨ ِﺔ ﹶﻟ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬
Siapa saja yang membunuh jiwa yang telah mengadakan perjanjian
tanpa hak, maka ia tidak akan mencium wanginya surga. Padahal
wanginya surga akan bisa dicium pada jarak 500 tahun.

Di dalam riwayat lain dikatakan Rasulullah saw. bersabda:

‫ــﺎ‬‫ﺤﻬ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ِﺭ‬ ،ِ‫ــﺔ‬‫ﺠﻨ‬
 ‫ﺤ ﹶﺔ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺍِﺋ‬‫ﺡ ﺭ‬
 ‫ﻳ ِﺮ‬ ‫ ﹶﻟﻢ‬،ِ‫ﻬ ِﺪﻩ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺍ ﻓِﻲ‬‫ﻫﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﻌ‬ ‫ﺘ ﹶﻞ‬‫ﻦ ﹶﻗ‬ ‫ﻣ‬ »
«ٍ‫ــﺎﻡ‬‫ﺴ ِﻤﹶﺌ ِﺔ ﻋ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺮ ِﺓ‬ ‫ﻴ‬‫ﺴ‬
ِ ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺪ ِﻣ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﹶﻟ‬
Barangsiapa yang membunuh orang yang sedang mengadakan
perjanjian dengannya, maka ia tidak akan mencium wanginya
surga. Padahal wanginya surga akan bisa dicium dari jarak 500
tahun. (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahih-nya).

9. Mengingat-ingat Pemberian dan Seluruh


Kebaikan

Allah Swt. berfirman:

 3“sŒF{$#uρ Çdyϑø9$$Î/ Νä3ÏG≈s%y‰|¹ (#θè=ÏÜö7è? Ÿω (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ


Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
sipenerima),.. (TQS. al-Baqarah [2]: 264)
336 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Diriwayatkan dari Abû Dzar bahwa Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﻢ‬ ‫ﺰﻛﱢﻴ ِﻬ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻢ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﺮ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ ﹶﻜﱢﻠ‬ ‫ﻼﹶﺛ ﹲﺔ ﹶﻻ‬
‫»ﹶﺛ ﹶ‬
‫ﻮ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃﺑ‬،ٍ‫ﺍﺕ‬‫ﺮ‬‫ﺙ ﻣ‬
‫ﻼ ﹶ‬
‫ﷲ  ﺛﹶ ﹶ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮﹶﺃﻫ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓ ﹶﻘ‬، ‫ﻢ‬ ‫ﺏ ﹶﺃﻟِﻴ‬
 ‫ﻋﺬﹶﺍ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬
،‫ﺎﻥﹸ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﻭ‬،‫ﺴِﺒ ﹸﻞ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﷲ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﻳ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ،‫ﻭﺍ‬‫ﺴﺮ‬
ِ ‫ﺧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺎﺑ‬‫ ﺧ‬:‫ﺭ‬ ‫ﹶﺫ‬
«‫ﺏ‬
ِ ‫ﻒ ﺍﹾﻟﻜﹶﺎ ِﺫ‬
ِ ‫ﺤِﻠ‬
 ‫ﻪ ﺑِﺎﹾﻟ‬ ‫ﺘ‬‫ﻌ‬ ‫ﻖ ِﺳ ﹾﻠ‬ ‫ﻨ ِﻔ‬‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬
Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah di
hari kiamat. Allah tidak akan melirik mereka dan tidak akan
mensucikan mereka. Mereka akan mendapatkan siksa yang
sangat pedih . Abû Dzar berkata, “Ras ulullah saw.
mengungkapkannya sebanyak tiga kali.” Abû Dzar berkata,
“Sedih dan rugilah mereka. Siapa mereka wahai Rasulullah?”
Rasulullah saw bersabda, “Mereka adalah orang yang
mengulurkan pakaiannya hingga di bawah mata kaki dengan
kesombongan, orang yang suka mengingat-ingat pemberian,
dan orang yang mengembangkan hartanya dengan sumpah
dusta.” (HR. Muslim).

10. Al-Hasud

Al-Hasud adalah mengharapkan hilangnya kenikmatan dari


pemiliknya. Adapun mengharapkan seperti kenikmatan orang lain
untuk dirinya maka disebut al-Gibthah, dan hal ini diperbolehkan.
Allah Swt. berfirman:

 ( Ï&Î#ôÒsù ÏΒ ª!$# ÞΟßγ9s?#u !$tΒ 4’n?tã }¨$¨Ζ9$# tβρ߉ݡøts† ôΘr&


Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran
karunia yang Allah telah berikan kepadanya?… (TQS. an-Nisa
[4]: 54),
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 337

 ∩∈∪ y‰|¡ym #sŒÎ) >‰Å™%tn Ìhx© ÏΒuρ


Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki. (TQS.
al-Falaq [113]: 5).

 Dari Anas ra., sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:

«...‫ﺍ‬‫ﺪﻭ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﺤ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ...»


...Janganlah kalian saling mendengki... (Mutafaq ‘alaih)

 Dari Abû Hurairah ra. sesungguhnya ia berkata; Rasulullah


saw. bersabda:

،‫ــﻢ‬‫ﻬﻨ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﻴ‬‫ﻭﹶﻓ‬ ‫ﷲ‬


ِ ‫ﻴ ِﻞ ﺍ‬‫ﺳِﺒ‬ ‫ﺭ ﻓِﻲ‬ ‫ﺎ‬‫ﺆ ِﻣ ٍﻦ ﹸﻏﺒ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺒ ٍﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﻑ‬
ِ ‫ﻮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻊ ﻓِﻲ‬ ‫ﺘ ِﻤ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫» ﹶﻻ‬
« ‫ﺪ‬ ‫ﺴ‬
‫ﺤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺎ ﹸﻥ ﻭ‬‫ﻳﻤ‬‫ﺒ ٍﺪ ﺍ ِﻹ‬‫ﻋ‬ ‫ﻑ‬
ِ ‫ﻮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻊ ﻓِﻲ‬ ‫ﺘ ِﻤ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬
Tidak akan berkumpul pada perut seorang hamba yang beriman
debu akibat perang di jalan Allah dan panas neraka jahanam. Dan
tidak akan berkumpul pada hati seorang hamba keimanan dan
kedengkian. (HR. Ahmad, al-Baihaqi, an-Nasâi, dan Ibnu
Hibban dalam Shahih-nya).

 Dari Dhamrah bin Tsa’labah ra., ia berkata; Rasulullah saw.


bersabda:

«‫ﺍ‬‫ﺪﻭ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﺤ‬‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ٍﺮ ﻣﹶﺎ ﹶﻟ‬‫ﺨ‬


 ‫ﺱ ِﺑ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺍ ﹸﻝ ﺍﻟﻨ‬‫ﻳﺰ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Manusia akan senantiasa ada dalam kebaikan selama mereka tidak
saling dengki. (HR. ath-Thabrâni dengan sanad yang
dikatakan oleh al-Mundziri dan al-Haitsami bahwa
perawinya terper-caya).
338 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Dari Zubair ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻲﻲ‬ ِِ‫ﺎ ُُﺀﺀ ﻫﻫ‬‫ﺎ‬‫ﻀ‬


‫ﻐﻐﻀ‬ ‫ﺒﺒ‬‫ﺍﹾﹾﻟﻟ‬‫ﺍ‬‫ ﻭﻭ‬،،‫ﺎ ُُﺀﺀ‬‫ﺎ‬‫ﻀ‬
‫ﻐﻐﻀ‬ ‫ﺒﺒ‬‫ﺍﹾﹾﻟﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺪ ﻭﻭ‬‫ﺪ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﺤ‬
‫ﺴ‬  ‫ ﺍﺍﹾﹾﻟﻟ‬: ‫ﻢﻢ‬ ‫ـ‬
‫ﺤ‬ ‫ﺒﹶﻠﹶﻠ ﹸﻜﻜﹸـ‬‫ﺒ‬‫ﻣ ِﻢِﻢ ﹶﻗﹶﻗ‬‫ﻣ‬ ‫ﺍ ُﺀُﺀ ﺍﺍ ُﻷُﻷ‬‫ﺍ‬‫ﻢ ﺩﺩ‬‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹸﹸﻜﻜ‬‫ﻴ‬‫ﺏ ِِﺇﺇﹶﹶﻟﻟ‬
‫ﺏ‬
 ‫ﺩﺩ‬ »
«‫ﻦ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﻳ‬‫ـﺪﺪ‬ ‫ﺍﻟــ‬ ‫ﻖ ﺍﻟـ‬‫ﻖ‬ ‫ﺤِﻠِﻠ‬
‫ﺤ‬
 ‫ﺗ‬‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬‫ﻦ‬ ‫ﻭﹶﻟﹶﻟ ِﻜِﻜ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬‫ﻌ‬ ‫ﺸ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻖ ﺍﻟﺍﻟ‬‫ﻖ‬ ‫ﺤِﻠِﻠ‬
‫ﺤ‬
 ‫ﺗ‬‫ﺗ‬ ‫ﹸﻮ ﹸﻝﹸﻝ‬
‫ﻲ ﹶﹶﻻﻻ ﹶﹶﺃﺃﻗﻗﹸﻮ‬ ‫ﻲ‬‫ﺎ ِِﺇﺇﻧﻧ‬‫ﺎ‬‫ ﹶﹶﺃﺃﻣﻣ‬،،‫ﺎِِﻟﻟ ﹶﹶﻘﻘ ﹸﹸﺔﺔ‬‫ﺎ‬‫ﺤ‬
‫ﺍﺍ ﻟﻟﹾﹾﺤ‬
Kalian harus menjauhi penyakit umat-umat sebelum kalian yaitu
kedengkian dan kebencian. Kebencian adalah perkara yang akan
menghilangkan. Aku tidak berkata hilang rambut tetapi hilang
agama. (HR. al-Baihaqi dalam Sya’b al-Imân dan al-Bazzâr.
al-Haitsami dan al-Mundziri berkata isnad-nya baik).

 Dari Abdullah bin Amru ra., ia berkata; dikatakan kepada dari


Anas ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺐ‬
ِ ‫ﻮ ِﻡ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻠﹾــ‬‫ﺨﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ــ ﹸﻞ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﻛ ﱡﻞ‬‫ﺱ ﹶﺃ ﹾﻓﻀ‬ ِ ‫ﺎ‬‫ﻱ ﺍﻟﻨ‬  ‫ﷲ ﹶﺃ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫» ﻗِﻴ ﹶﻞ ﻳ‬
‫ﺐ؟‬
ِ ‫ﻡ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻠﹾــ‬ ‫ﻮ‬‫ﺨﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﹶﻓﻤ‬ ‫ﻌ ِﺮﹸﻓ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻕ ﺍﻟﱢﻠﺴ‬
 ‫ﻭ‬‫ﺻﺪ‬  ‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬.‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻕ ﺍﻟﱢﻠﺴ‬ ِ ‫ﻭ‬‫ﺻﺪ‬ 
«‫ﺪ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻭ ﹶﻻ ِﻏ ﱠﻞ‬ ،‫ﻲ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻢ ﻓِﻴ ِﻪ‬ ‫ ﹶﻻ ِﺇﹾﺛ‬،‫ﻲ‬ ‫ﻨ ِﻘ‬‫ﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﺘ ِﻘ‬‫ﻮ ﺍﻟ‬ ‫ﻫ‬ :‫ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
Ada yang bertanya, Wahai Rasulullah saw., siapakah orang yang
terbaik itu?” Beliau menjawab, “Semua orang yang hatinya
dibersihkan (makhmûm al-qalb), dan lisannya jujur.” Mereka
berkata, “Orang yang lisannya jujur kami telah mengetahuinya,
tetapi siapakah orang yang hatinya dibersihkan itu?” Beliau
menjawab, “Dialah orang yang ber-takwa dan bersih (hidupnya),
tidak melakukan dosa, membangkang, dendam, dan dengki.” (HR.
Ibnu Majah; Mundzir dan Haistami berkata, “Sanadnya
shahih”).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 339

11. Menipu (al-Ghasy)

 Dari Abû Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺎ‬‫ﺲ ِﻣﻨ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺎ ﹶﻓﹶﻠ‬‫ﺸﻨ‬
 ‫ﻦ ﹶﻏ‬ ‫ﻣ‬ »
Siapa saja yang menipu kami, maka ia tidak termasuk golongan
kami (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Maqal bin Yasar ra., ia berkata; aku mendengar Rasulullah


saw. bersabda:

‫ﻴِﺘ ِﻪ‬‫ﺮ ِﻋ‬ ‫ﺵ ِﻟ‬


 ‫ﻮ ﻏﹶﺎ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﻮ‬‫ﻳﻤ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﻮ‬‫ﻳﻤ‬ ‫ﻴ ﹰﺔ‬‫ﺭ ِﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺮﻋِﻴ ِﻪ ﺍ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺒ ٍﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫»ﻣ‬
«‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻴ ِﻪ ﺍﹾﻟ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻡ ﺍ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ِﺇ ﱠﻻ‬
Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk mengatur urusan
rakyat kemudian ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya kecuali
Allah akan mengharamkan surga baginya. (Mutafaq ‘alaih).

12. Makar (al-Khadi’ah)

 Dari Abdulah bin Mas’ud ra., ia berkata; Rasulullah saw


bersabda:
«ِ‫ﺎﺭ‬‫ﻉ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﺍ‬‫ﺨﺪ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺮ ﻭ‬ ‫ﻤ ﹶﻜ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﺎ‬‫ﺲ ِﻣﻨ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺎ ﹶﻓﹶﻠ‬‫ﺸﻨ‬
 ‫ﻦ ﹶﻏ‬ ‫ﻣ‬ »
Siapa saja yang menipu kami, maka bukanlah golongan kami.
Makar dan tipu daya itu tempatnya di neraka. (HR. Ibnu Hibban
dalam Shahih-nya).

 Dari Iyadh bin Himar, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda


dalam khutbah pada suatu hari:

‫ﻮ‬ ‫ــ‬‫ﻭﻫ‬ ‫ﻤﺴِﻲ ِﺇ ﱠﻻ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺼِﺒ‬


 ‫ﻳ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ ﻻ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ... :‫ﺴ ﹲﺔ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻫ ﹸﻞ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ .. . »
« . . .‫ﻚ‬  ‫ﺎﻟِـ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﻫِﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﺎ ِﺩ‬‫ﻳﺨ‬
340 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

«...‫ﻚ‬
 ‫ﺎِﻟ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻫِﻠ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﺎ ِﺩ‬‫ﻳﺨ‬
Penghuni neraka ada lima… diantaranya, seorang yang senantiasa
memperdayamu di waktu Pagi dan Sore terhadap keluargamu dan
hartamu. (HR. Muslim).

 Dari Ibnu Umar ra., ia berkata; ada seorang yang menuturkan


kepada Rasulullah saw. bahwa dirinya telah melakukan tipu daya
ketika jual beli. Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺑ ﹶﺔ‬‫ﻼ‬
‫ﺖ ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻞ ﹶﻻ ِﺧ ﹶ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻦ ﺑ‬ ‫ﻣ‬ »
Bagi orang yang berjual beli katakanlah, “Tidak boleh menipu.”
(Mutafaq ‘alaih).

 Dari Ibnu Umar ra.:

«‫ﺶ‬
ِ ‫ﺠ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻋ ِﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻰ‬‫ﻧﻬ‬»
Bahwasanya Rasulullah saw. melarang untuk melakukan penipuan.
(Mutafaq ‘alaih).

Imam an-Nawawi berkata, “Maksudnya adalah ia


menambah barang dagangannya bukan karena suka, melainkam
untuk menipu yang lain dan memperdayanya.” Ibnu Kutaibah
berkata, “Asal an-najsi adalah al-khatlu yaitu membuat tipu daya.”

13. Marah bukan karena Allah

 Dari Abû Hurairah ra.:

:‫ﺍ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺩ ِﻣﺮ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺐ‬


 ‫ﻀ‬ ِ ‫ﻭ‬ ‫ﻲ  ﹶﺃ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻼ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻟِﻠ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺗ‬ ‫ ﹶﻻ‬:‫ﺻﻨِﻲ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫»ﹶﺃ ﱠﻥ‬
«‫ﺐ‬ ‫ﻀ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﹶﻻ‬
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 341

Ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah saw., “Berwasiatlah


kepadaku wahai Rasulullah!” Rasulullah saw. bersabda, “Jangan
marah.” Beliau berulang-ulang mengucapkan, “Jangan marah”.
(HR. al-Bukhâri).

 Dari Abû Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺪ‬ ‫ــ‬‫ﻪ ِﻋﻨ‬ ‫ﺴ‬


 ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻤِﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺸﺪِﻳ‬
 ‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﻧﻤ‬‫ ِﺇ‬،‫ﻋ ِﺔ‬ ‫ﺮ‬ ‫ــ‬‫ﺪ ﺑِﺎﻟﺼ‬ ‫ﺸﺪِﻳ‬
 ‫ﺲ ﺍﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫» ﹶﻟ‬
«ِ‫ ﺐ‬‫ ﻀ‬‫ﺍ ﻟﹾ ﻐ‬
Orang yang kuat bukanlah yang kuat karena berkelahi. Tapi orang
yang kuat adalah orang yang bisa menguasai dirinya ketika akan
marah. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abi Sa'id al-Hudri ra., ia berkata; Pada suatu hari Rasulullah
saw. shalat ashar bersama kami, kemudian beliau berdiri seraya
berkhutbah. Di antara khutbah beliau yang kami hafal saat itu adalah:

‫ﺐ‬
 ‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺒﻄِﻲ َﺀ ﺍﹾﻟ‬‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ِﻣ‬ ‫ ﹶﺃ ﹶﻻ‬، ‫ﺕ‬
ٍ ‫ﺒﻘﹶﺎ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﻃ‬ ‫ﺧِﻠﻘﹸﻮﺍ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺑﻨِﻲ ﺁ‬ ‫»ﹶﺃ ﹶﻻ ِﺇ ﱠﻥ‬
‫ ﹶﺃ ﹶﻻ‬، ‫ﻚ‬
 ‫ﻚ ِﺑِﺘ ﹾﻠ‬
 ‫ ﹶﻓِﺘ ﹾﻠ‬،‫ﻲ ِﺀ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ‬ ‫ﺳﺮِﻳ‬ ‫ﺐ‬
ِ ‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺳﺮِﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻭ ِﻣ‬ ، ‫ﻲ َﺀ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ‬ ‫ﺮِﻳ‬‫ﺍﻟﺴ‬
‫ﺐ‬
ِ ‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﻄِﻲ ُﺀ ﺍﹾﻟ‬‫ﻢ ﺑ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ ﹶﺃ ﹶﻻ‬، ‫ﻲ ِﺀ‬ ‫ﺑﻄِﻲ َﺀ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ‬ ‫ﺐ‬
ِ ‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺳﺮِﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻭﺇِ ﱠﻥ ِﻣ‬
‫ﺐ‬
 ‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ‬ ‫ ﹶﺃ ﹶﻻ‬، ‫ﻲ ِﺀ‬ ‫ﺑﻄِﻲ ُﺀ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ‬ ‫ﺐ‬
ِ ‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺳﺮِﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻲ ِﺀ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ‬ ‫ﺳﺮِﻳ‬
،‫ﺍ ِﺟ ِﻪ‬‫ﻭﺩ‬ ‫ﺥ ﹶﺃ‬
ِ ‫ﻧِﺘﻔﹶﺎ‬‫ﺍ‬‫ﻴ ِﻪ ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﺮ ِﺓ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻢ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺭﹶﺃ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﺃﻣ‬،‫ﻡ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺑ ِﻦ ﺁ‬‫ﺐ ﺍ‬
ِ ‫ﺮﹲﺓ ﻓِﻲ ﹶﻗ ﹾﻠ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬
«ِ‫ﺭﺽ‬ ‫ﻖ ِﺑ ﹾﺎ َﻷ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻴ ﹾﻠ‬‫ ﹶﻓ ﹾﻠ‬،‫ﻚ‬
 ‫ﻦ ﹶﺫِﻟ‬ ‫ﻲ ٍﺀ ِﻣ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺲ ِﺑ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﹶﻓ‬
Ingatlah sesungguhnya manusia diciptakan ada beberapa golongan/
tingkatan. Ingatlah di antara manusia ada orang yang tidak cepat
marah dan cepat reda. Di antara manusia ada orang yang cepat
342 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

marah dan cepat reda. –yang ini adalah satu-satu. Di antara manusia
ada orang yang cepat marah lambat redanya. (ingatlah yang terbaik
di antar mereka adalah orang yang tidak cepat marah dan cepat
redanya. Dan yang paling buruk adalah orang yang cepat marah
dan lambat redanya. Ingatlah sesungguhnya marah itu adalah bara
yang ada di dalam hati manusia. Apakah kalian tidak melihat kedua
matanya yang memerah dan urat-uratnya yang tegang? Maka siapa
saja yang merasakan hal seperti itu, meski sedikit, hendaklah ia
menempelkan badannya ke tanah. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Ibnu Umar semoga Allah meridhai keduanya, ia berkata;


sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺎ َﺀ‬‫ﺑِﺘﻐ‬‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤﻬ‬ ‫ ﹶﻛ ﹶﻈ‬،‫ﻆ‬


ٍ ‫ﻴ‬‫ﻋ ِﺔ ﹶﻏ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﷲ ِﻣ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﻢ ِﻋ‬ ‫ﻋ ﹶﻈ‬ ‫ﻋ ٍﺔ ﹶﺃ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫»ﻣ‬
«‫ﷲ‬
ِ ‫ﺟ ِﻪ ﺍ‬ ‫ﻭ‬
“Tidak ada menahan diri yang lebih besar (nilainya) di sisi Allah
melebihi menahan diri dari amarah yang dilakukan oleh seorang
hamba untuk mencari ridha Allah”. (HR. Ibnu Majah, al-Haitsami
berkata, “Isnad-nya shahih, dan para perawinya terpercaya.”
Berkata al-Mundziri dalam kitab Shahih, “Para perawinya bisa
dijadikan hujjah”)

 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. tentang firman Allah SWT.:

 ß|¡ômr& }‘Ïδ ÉL©9$$Î/ ôìsù÷Š$#


Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, (TQS.
Fushilat [41]: 34), dia berkata, “Bersabar ketika marah, dan
memberikan maaf ketika dinistakan. Jika mereka melakukannya,
Allah akan menjaga mereka dan menundukkan musuh mereka
kepadanya.” (HR. al-Bukhâri, hadits Muallaq).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 343

14. Berprasangka Buruk kepada kaum Muslim

Allah Swt. berfirman:

 ( ÒΟøOÎ) Çd©à9$# uÙ÷èt/ āχÎ) Çd©à9$# zÏiΒ #ZŽÏWx. (#θç7Ï⊥tGô_$# (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa.
(TQS. al-Hujurat [48]: 12)

Ibnu Abbas berkata tentang tafsir ayat ini, “Allah melarang


kaum Mukmin berprasangka buruk kepada mukmin lain.”

 Dari Abû Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺚ‬
ِ ‫ﺤﺪِﻳ‬
 ‫ﺏ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻛ ﹶﺬ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺍﻟ ﱠﻈ‬،‫ﻦ‬ ‫ﺍﻟ ﱠﻈ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﺎ ﹸﻛ‬‫»ِﺇﻳ‬
Hati-hati dan jagalah diri kalian dari prasangka buruk, karena
berprasangka buruk adalah perkataan paling dusta. (Mutafaq
‘alaih)

Buruk sangka terhadap seorang Mukmin yang kelihatannya shalih


tidak diperbolehkan. Bahkan disunahkan kita berbaik sangka
kepadanya. Adapun buruk sangka terhadap seorang Mukmin yang
nampak keburukannya dan diragukan kredibilitasnya
diperbolehkan, berdasarkan haditas riwayat al-Bukhâri dari ‘Aisyah;
ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺎ‬‫ﻦ ﺩِﻳِﻨﻨ‬ ‫ﻌ ِﺮﻓﹶﺎ ِﻥ ِﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻼﻧ‬ ‫ﻦ ﹸﻓ ﹶ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ ﹸﻇ‬‫»ﻣ‬


‫ﻭﹸﻓ ﹶ‬ ‫ﺎ‬‫ﻼﻧ‬
Aku tidak berprasangka buruk kepada si fulan dan si fulan yang
keduanya memahami sesuatu dari hukum-hukum agama kita.
Dalam lafadz lain dikatakan:

« ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻦ‬
‫ﺤ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫ﻳِﻨﻨ‬‫ﻦ ِﺩ‬ ‫» ِﻣ‬
344 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Dari agama yang kami anut.

Al-Laiyts bin Sa’id berkata, “Kedua orang itu adalah dari kaum
Munafik.”

15. Bermuka Dua

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw bersabda:

‫ﺆ ﹶﻻ ِﺀ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺟ ٍﻪ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺆ ﹶﻻ ِﺀ ِﺑ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻳ ﹾﺄﺗِﻲ‬ ‫ﻴ ِﻦ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫ﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺱ ﺫﹶﺍ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ‬‫ﺠﺪ‬
ِ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ...»
«‫ﺟ ٍﻪ‬ ‫ﻮ‬ ِ‫ﺑ‬
Dan kalian akan menjumpai seburuk-buruk manusia yang bermuka
dua. Yaitu orang yang mendatangi mereka dengan satu wajah, dan
mendatangi yang lain lagi dengan wajah yang berbeda (Mutafaq
‘alaih).

 Dari Muhammad bin Zaid, sesungguhnya orang-orang bertanya


kepada kakeknya Abdullah bin Umar, semoga Allah meridhai
keduanya:

‫ﺎ‬‫ﺟﻨ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻢ ِﺇﺫﹶﺍ‬ ‫ﺘ ﹶﻜﱠﻠ‬‫ﻧ‬ ‫ﺎ‬‫ﻑ ﻣ‬


ِ ‫ﻼ‬
‫ﺨﹶ‬ ِ ‫ﻢ ِﺑ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﹶﻟ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﻴﻨِﻨﺎﹶ‬‫ﻼ ِﻃ‬
‫ﺳ ﹶ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺧ ﹸﻞ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺎ‬‫»ِﺇﻧ‬
« ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻬ ِﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ ِﻧﻔﹶﺎﻗﹰﺎ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹸﻛﻨ‬: ‫ﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻨ ِﺪ ِﻫ‬‫ﻦ ِﻋ‬ ‫ِﻣ‬
Kami menemui para pemimpin kami, lalu mengatakan kepadanya
sesuatu yang berbeda dengan yang kami katakan, tatkala kami
meninggalkan mereka. Berkata (Ibn ‘Umar), “Kami biasa
menyebutnya sebagai perbuatan hipokrit (nifak).” (HR. al-
Bukhâri).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 345

 Dari Amar bin Yasir ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺎ ٍﺭ‬‫ﻦ ﻧ‬ ‫ﺎ ِﻥ ِﻣ‬‫ﺎﻧ‬‫ﻣ ِﺔ ِﻟﺴ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻟﹶ‬،‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺎ ِﻥ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬‫ﺟﻬ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa bermuka dua ketika di dunia, maka pada hari kiamat
kelak akan diberi dua mulut dari api neraka. (HR. Abû Dawud
dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya).

16. Dzalim

 Dari Ibnu Umar, semoga Allah meridhai keduanya, ia berkata;


sesungguhnya Rasulullah saw., bersabda:

«‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺕ‬


 ‫ﺎ‬‫ﻢ ﹸﻇﹸﻠﻤ‬ ‫»ﺍﻟ ﱡﻈﹾﻠ‬
Kedzaliman itu merupakan kegelapan-kegelapan pada hari kiamat.
(Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Musa ra, ia berkata; sesungguhnya Rasulullah saw.


bersabda:

«‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻔِﻠ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻩ ﹶﻟ‬ ‫ﺧ ﹶﺬ‬ ‫ﻤﻠِﻲ ﻟِﻠﻈﱠﺎِﻟ ِﻢ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ ﹶﺃ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺟ ﱠﻞ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan menangguhkan (siksaan)
bagi orang yang dzalim. Maka apabila Allah berkehendak
mengazabnya dia tidak akan losos darinya; kemudian beliau
membaca al-Quran:

ωx© ÒΟŠÏ9r& ÿ…çνx‹÷{r& ¨βÎ) 4 îπuΗÍ>≈sß }‘Éδuρ 3“tà)ø9$# x‹s{r& !#sŒÎ) y7În/u‘ ä‹÷{r& šÏ9≡x‹x.uρ

 ∩⊇⊃⊄∪
Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk
negeri-negeri yang berbuat dzalim. Sesungguhnya azab-Nya itu
adalah sangat pedih lagi keras. (TQS. Hûd [11]: 102), (Mutafaq
‘alaih)
346 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhai keduanya, ia berkata;


sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺏ‬
 ‫ﺎ‬‫ﷲ ِﺣﺠ‬
ِ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻪ ﹶﻟ‬ ‫ﻧ‬‫ﻤ ﹾﻈﻠﹸﻮ ِﻡ ﹶﻓِﺈ‬ ‫ﻮ ﹶﺓ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺗ ِﻖ‬‫»ﺍ‬
Takutlah kalian kepada doa orang-orang yang terdzalimi, sebab
antara dia dan Allah tidak ada hijab (pembatas). (Mutafaq ‘alaih)

 Dari Abû Dzar ra. dari Rasulullah saw., dari Rabbnya ‘Azza wa
Jalla:

‫ﻼ‬
‫ﺎ ﹶﻓ ﹶ‬‫ﺮﻣ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻧ ﹾﻔﺴِﻲ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺖ ﺍﻟ ﱡﻈ ﹾﻠ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻲ‬‫ﺎﺩِﻱ ِﺇﻧ‬‫ﺎ ِﻋﺒ‬‫»ﻳ‬
«...‫ﻮﺍ‬‫ﻈﹶﺎﹶﻟﻤ‬‫ﺗ‬
Wahai hamba-Ku, Aku telah mengharamkan diriku untuk berbuat
kedzaliman, dan Aku mengharamkan kedzaliman itu di antara
kalian. Karena itu, janganlah kalian saling mendzalimi. (HR.
Muslim).

 Dari Abû Hurairah ra., dari Nabi saw. beliau berkata:

‫ﻪ‬ ‫ﺤﱠﻠﹾﻠ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ ﹶﻓﹾﻠ‬،‫ﻲ ٍﺀ‬ ‫ﻦ ﺷ‬ ‫ﻭ ِﻣ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﺽ‬
ٍ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ِﻋ‬ ‫ﻤ ﹲﺔ ِ َﻷﺧِﻴ ِﻪ ِﻣ‬ ‫ﻣ ﹾﻈﹶﻠ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬ ِ‫ﺖ ﻋ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻦ ﻛﹶﺎ‬ ‫ﻣ‬ »
‫ﻤ ﹲﻞ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬ ‫ ِﺇ ﹾﻥ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﺩِﺭ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﻨ‬‫ﻳﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﺩ‬ ‫ﺒ ِﻞ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻻ‬‫ﻦ ﹶﻗ‬ ‫ ِﻣ‬،‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻨ‬‫ِﻣ‬
‫ﻦ‬ ‫ﺕ ﹸﺃ ِﺧ ﹶﺬ ِﻣ ـ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺴﻨ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﺗ ﹸﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﹶﻟ‬ ،‫ﻤِﺘ ِﻪ‬ ‫ﻣ ﹾﻈﹶﻠ‬ ‫ﺪ ِﺭ‬ ‫ﻪ ِﺑ ﹶﻘ‬ ‫ﻨ‬‫ﺢ ﹸﺃ ِﺧ ﹶﺬ ِﻣ‬ ‫ﺎِﻟ‬‫ﺻ‬
« ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻞ‬ ‫ﺤ ِﻤ ﹶ‬
 ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺎ ِﺣِﺒ ِﻪ‬‫ﺕ ﺻ‬ ِ ‫ﻴﺌﹶﺎ‬‫ﺳ‬
Barangsiapa berbuat dzalim pada saudaranya dalam urusan
kehormatan atau yang lain, hendaknya dia meminta darinya untuk
dima’afkan pada hari ini juga, sebelum tidak berguna lagi dinar
dan dirham. Jika dia memiliki amal shaleh, maka diambil daripadanya
seukuran kedzalimannya. Tetapi apabila dia tidak (lagi) mempunyai
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 347

kebaikan-kebaikan (pahala-pahala), maka diambillah sebagian


dosa-dosa orang yang didzalimi tersebut dan dibebankan padanya.
(HR. al-Bukhâri)

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻯ‬‫ﺘ ﹾﻘﻮ‬‫ ﺍﻟ‬،‫ﻩ‬‫ﻘِﺮ‬‫ﺤ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﻳ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﺨ ﹸﺬﹸﻟ‬


 ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ ﹾﻈِﻠ‬ ‫ ﹶﻻ‬،‫ﺴِﻠ ِﻢ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻮ ﺍﹾﻟ‬‫ﻢ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﺴِﻠ‬
 ‫ﻤ‬ ‫»ﺍﹾﻟ‬
‫ﺮ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺉ ِﻣ‬
ٍ ‫ﻣ ِﺮ‬ ‫ﺐ ﺍ‬
ِ ‫ﺴ‬
‫ﺤ‬
 ‫ ِﺑ‬،‫ﺪ ِﺭ ِﻩ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﲑ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﺸ‬
ِ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﻬﻨ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻯ‬‫ﺘ ﹾﻘﻮ‬‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﻨ‬‫ﻬ‬‫ﻫ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻋ‬ِ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺍ‬‫ﺣﺮ‬ ‫ﺴِﻠ ِﻢ‬
‫ﻪ‬ ‫ﺿ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺴِﻠ ِﻢ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ ﹸﻛ ﱡﻞ ﺍﹾﻟ‬،‫ﻢ‬ ‫ﺴِﻠ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻩ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﺤ ِﻘ‬
 ‫ﻳ‬
«‫ﺎﻟﹸﻪ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Dia tidak
mendzaliminya, tidak mengkhianatinya, dan tidak
merendahkannya. Takwa itu ada di sini, sembari beliau menunjuk
ke arah dadanya sebanyak tiga kali. Cukuplah seseorang dikatakan
buruk perangai, ketika dia merendahkan saudaranya sesama
muslim. Setiap muslim haram darah, kehormatan, dan hartanya
atas muslim yang lain. (HR. Muslim)

 Dari Abû Hurairah ra. ia berkata:

‫ﻮ ﹸﺓ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎ ِﺩ ﹸﻝ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟﻌ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﹾﺍ ِﻹﻣ‬ ، ‫ﺮ‬ ‫ﻳ ﹾﻔ ِﻄ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎِﺋ‬‫ﻢ ﺍﻟﺼ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺗ‬‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻼﹶﺛ ﹲﺔ ﹶﻻ‬
‫»ﹶﺛ ﹶ‬
‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬‫ﻭ‬ ، ‫ﺎ ِﺀ‬‫ــﻤ‬‫ﺏ ﺍﻟﺴ‬
 ‫ﺍ‬‫ﺑﻮ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺢ ﹶﻟﻬ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻔ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ ِﻡ‬‫ﻐﻤ‬ ‫ ﺍﹾﻟ‬‫ﻮﻕ‬ ‫ﷲ ﹶﻓ‬
ُ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﻌﻬ‬ ‫ﺮ ﹶﻓ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻤ ﹾﻈﻠﹸﻮ ِﻡ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬
«‫ﲔ‬ ٍ ‫ﺪ ِﺣ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﻧ‬‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻲ َﻷَ ﻧ‬ ‫ﺰِﺗ‬ ‫ﻭ ِﻋ‬ :‫ﺏ‬  ‫ﺮ‬ ‫ﺍﻟ‬
Tiga golongan yang tidak ditolak doanya, yaitu orang yang berpuasa
hingga berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang teraniaya.
Allah akan mengangkatnya di atas awan, dan membukakan
untuknya berbagai pintu langit. Tuhan pun berfirman, “Demi
348 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

kemuliaan-Ku, pasti Aku akan menolongmu, meski setelah suatu


masa.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, dia menghasankannya;
Juga Ibnu Khazimah dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya)

 Dari Uqbah bin Amir al-Juhni ra., dari Nabi saw.:

«‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻤ ﹾﻈﹸﻠ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺮ ﻭ‬ ‫ﺎِﻓ‬‫ﻤﺴ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺪ ﻭ‬ ‫ﺍِﻟ‬‫ ﹶﺍﹾﻟﻮ‬:‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺗ‬‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺘﺠ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻼﹶﺛ ﹲﺔ‬
‫»ﹶﺛ ﹶ‬
Tiga golongan yang akan dikabulkan doanya adalah seorang ayah,
musafir, dan orang yang taraniaya. (HR. ath-Thabrâni. Al-
Mundziri berkata, “Isnad hadits ini shahih.” Al-Haistami
berkata, “Rijal hadits ini shahih, kecuali Abdullah bin
Yazid al-Azraq, dia dapat dipercaya”).

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; sesungguhnya Rasulullah


saw. bersabda:

«‫ﺴ ِﻪ‬
ِ ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﺍ ﹶﻓ ﹸﻔ‬‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻓﹶﺎ ِﺟﺮ‬ ،‫ﺑ ﹲﺔ‬‫ﺎ‬‫ﺘﺠ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻤ ﹾﻈﻠﹸﻮ ِﻡ‬ ‫ﻮ ﹸﺓ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺩ‬ »
Doa orang yang teraniaya akan terkabulkan meskipun dia fajir.
Karena kefajirannya itu akan berakibat pada dirinya sendiri. (HR.
Ahmad. al-Mundziri berkata, “Isnadnya hasan.” al-
Haitsami berkata, “Isnadnya hasan”).

17. Berbeda antara Perkataan dan Perbuatan

Allah Swt. bwrfirman:

Ÿξsùr& 4 |=≈tGÅ3ø9$# tβθè=÷Gs? öΝçFΡr&uρ öΝä3|¡àΡr& tβöθ|¡Ψs?uρ ÎhŽÉ9ø9$$Î/ }¨$¨Ψ9$# tβρâ÷ß∆ù's?r&

 ∩⊆⊆∪ tβθè=É)÷ès?
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban)-mu sendiri, padahal kamu
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 349

membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (TQS.


al-Baqarah [2]: 44),

Seruan ayat ini ditujukan kepada bani Israil, sehingga


merupakan syariat sebelum kita. Akan tetapi Allah Swt. pada bagian
akhir memberikan peringatan dengan firman-Nya, “Maka tidakkah
kamu berfikir?”. Artinya, orang yang berbuat seperti bani Israil,
mereka itu tidak berfikir. Karena itu, ayat ini juga diserukan bagi
kita. Allah Swt. juga berfirman:

«!$# y‰ΨÏã $ºFø)tΒ uŽã9Ÿ2 ∩⊄∪ tβθè=yèøs? Ÿω $tΒ šχθä9θà)s? zΝÏ9 (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ

 ∩⊂∪ šχθè=yèøs? Ÿω $tΒ (#θä9θà)s? βr&


Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu perbuat?Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (TQS. ash-Shaf
[61]: 2-3)

 Dari Usamah bin Zaid, semoga Allah meridhai keduanya, aku


mendengar Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﺑ ﹾﻄِﻨ ِﻪ‬ ‫ﺏ‬


 ‫ﺎ‬‫ﻖ ﹶﺃ ﹾﻗﺘ‬ ‫ﺪِﻟ‬ ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻴ ﹾﻠﻘﹶﻰ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺟ ِﻞ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻰ ﺑِﺎﻟ‬‫ﺆﺗ‬ ‫ﻳ‬»
،‫ــﺎ ِﺭ‬‫ﻫ ﹸﻞ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻴ ِﻪ ﹶﺃ‬‫ﻊ ِﺇﹶﻟ‬ ‫ﺘ ِﻤ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻴ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﺎﻩ‬‫ﺮﺣ‬ ‫ﺭ ِﺑ‬ ‫ـﺎ‬
‫ﻤـ‬ ‫ﺤ‬
ِ ‫ﺭ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻭ‬‫ﻳـﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﻛﻤ‬‫ﺭ ِﺑﻬ‬ ‫ﻭ‬‫ﻴﺪ‬‫ﹶﻓ‬
‫ﻰ‬‫ﻨﻬ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﻑ‬
ِ ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﺮ ﺑِﺎﻟﹾﻤ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺗ ﹾﺄ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬ ‫ﺲ ﹸﻛ‬
 ‫ﻴ‬‫؟ ﹶﺃﹶﻟ‬‫ﻧﻚ‬‫ﺷ ﹾﺄ‬ ‫ﻼ ﹲﻥ ﻣﹶﺎ‬
‫ﻱ ﹸﻓ ﹶ‬
 ‫ ﹶﺃ‬:‫ﻘﹸﻮﻟﹸﻮ ﹶﻥ‬‫ﻓﹶﻴ‬
‫ـ ِﻪ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﺁِﺗﻴ‬ ‫ﻑ‬
ِ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻢ ﺑِـﺎﹾﻟ‬ ‫ﺮ ﹸﻛ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺖ ﺁ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ ﹶﻗ‬،‫ﺑﻠﹶﻰ‬ :‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻴ ﹸﻘ‬‫ﻨ ﹶﻜﺮِ؟ ﹶﻓ‬‫ﻤ‬ ‫ﻋ ِﻦ ﺍﹾﻟ‬
«‫ﻴ ِﻪ‬‫ﺁِﺗ‬‫ﻨ ﹶﻜ ِﺮ ﻭ‬‫ﻤ‬ ‫ﻋ ِﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹸﻛ‬‫ﻧﻬ‬‫ﻭﹶﺃ‬
Pada hari kiamat kelak, seseorang akan dibawa dan dimasukkan
ke dalam neraka, lalu isi perutnya terurai keluar, dia melilitkannya
350 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

layaknya himar memutar gilingnya. Para penghuni neraka pun


berkumpul di dekatnya, seraya bertanya, “Hai Fulan, kenapa kamu
ini? Bukankah dulu kamu memerintahkan kepada kemakrufan dan
mencegah kemunkaran?” Dia menjawab, “Memang, aku dahulu
telah memerintahkan kalian pada kemakrufan tetapi aku tidak
melaksanakannya; dan mencegah kalian melakukan kemunkaran,
sementara aku melakukannya.” (Mutafaq ‘alaih)

 Dari Jundub bin Abdullah al-Azda ra. shahabat Nabi saw., dari
Rasulullah saw., beliau bersabda:

‫ﻲ ُﺀ‬ ‫ﻀ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﺝ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺴﺮ‬
 ‫ﻤﹶﺜ ِﻞ ﺍﻟ‬ ‫ ﹶﻛ‬،‫ﺴﻪ‬
 ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﺴِﻰ‬‫ﻳﻨ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺨ‬
 ‫ﺱ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻢ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻌﱢﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﻣﹶﺜ ﹸﻞ ﺍﱠﻟ ِﺬ‬ »
«‫ﻪ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻕ‬ ‫ﺤ ِﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺱ‬ِ ‫ﺎ‬‫ﻟِﻠﻨ‬
Perumpamaan orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang
dan melupakan dirinya sendiri adalah bagaikan lentera (lilin) yang
menerangi orang, sementara dia sendiri terbakar (HR. ath-
Thabrâni. al-Mundziri berkata hadits ini isnad-nya hasan.
al-Haitsami berkata perawinya terpercaya).

18. Menganggap Dirinya Paling Suci

Allah Swt. berfirman:


 #’s+¨?$# ÇyϑÎ/ ÞΟn=÷ær& uθèδ ( öΝä3|¡àΡr& (#þθ’.t“è? Ÿξsù
Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling
mengetahui tentang orang yang bertakwa. (TQS. an-Najm [53]:
32)

 Dari Muhammad bin Amru bin Atha, ia berkata; aku mendengar


anakku Burrah, ia berkata, telah berkata kepadaku Zainab binti
Abi Salamah:
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 351

‫ﻮ ﹸﻝ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬، ‫ﺮ ﹶﺓ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺖ‬


 ‫ﻴ‬‫ﺳﻤ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺳ ِﻢ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ ﹾﺍ ِﻻ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻰ‬‫ﻧﻬ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ‬
‫ﻢ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ِﺑ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﺮ ِﻣ‬ ‫ﻫ ِﻞ ﺍﹾﻟِﺒ‬ ‫ﻢ ِﺑﹶﺄ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﷲ ﹶﺃ‬
ُ ‫ ﺍ‬،‫ﻢ‬ ‫ﺴ ﹸﻜ‬
 ‫ﻧ ﹸﻔ‬‫ﺰﻛﱡﻮﺍ ﹶﺃ‬ ‫ﺗ‬ ‫ ﹶﻻ‬: ‫ﷲ‬
ِ‫ﺍ‬
«‫ﺐ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﺯ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﻫ‬‫ﺳﻤ‬ :‫ﺎ؟ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬‫ﻧ‬
Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang nama ini, di mana aku
memberi nama ‘Burrah’. Maka Rasulullah bersabda, “Janganlah
mengatakan diri kalian suci. Allah lebih mengetahui siapa yang
tergolong baik di antara kalian. Kemudian aku bertanya, “Kalau
begitu aku beri nama apa?” Beliau menjawab, “berilah nama
Zainab”. (HR. Muslim)

Penyucian diri yang dilarang adalah untuk tujuan yang tidak syar’i,
atau untuk menyombongkan diri. Akan tetapi bila hal itu memiliki
tujuan yang dibenarkan syara’, maka hukumnya boleh, seperti
diantaranya:

A. Merupakan bagian dari diri seorang nabi, yang memang harus


disampaikan dan dikemukakan. Sebab, pensucian diri tersebut
merupakan tuntutan kenabian, baik di dunia maupun akhirat,
seperti:

 Hadits Anas ra. dari al-Bukhâri yang mengatakan:

‫ﺩ ِﺓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ِﻋﺒ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺴﹶﺄﻟﹸﻮ ﹶﻥ‬


 ‫ﻳ‬ ، ‫ﻲ‬ ‫ـ‬
‫ﻨﺒِـ‬‫ﺝ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺯﻭ‬ ‫ﺕ ﹶﺃ‬
ِ ‫ﻮ‬‫ﺑﻴ‬ ‫ﻂ ِﺇﻟﹶﻰ‬
ٍ ‫ﻫ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻼﹶﺛ ﹸﺔ‬
‫ﺎ َﺀ ﹶﺛ ﹶ‬‫» ﺟ‬
‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻦ ِﻣ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬،‫ﺎ‬‫ﺗﻘﹶﺎﻟﱡﻮﻫ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﺍ ﹶﻛﹶﺄ‬‫ﻭ‬‫ﺒِﺮ‬‫ﺎ ﺃﹸﺧ‬‫ ﹶﻓﹶﻠﻤ‬، ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺍﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﺃﻧ‬‫ ﹶﺃﻣ‬: ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ‬،‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﹶﺄ‬‫ﺎ ﺗ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻧِﺒ ِﻪ‬‫ﻦ ﹶﺫ‬ ‫ﻡ ِﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺗ ﹶﻘ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﻣ‬ ‫ﷲ ﹶﻟ‬
ُ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﺪ ﹶﻏ ﹶﻔ‬ ‫ ﹶﻗ‬، 
‫ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ، ‫ﺮ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﹸﺃ ﹾﻓ ِﻄ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻡ ﺍﻟ‬ ‫ﻮ‬‫ﺃﹶﻧﹶﺎ ﹶﺃﺻ‬:‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺁ‬ ، ‫ﺍ‬‫ﺑﺪ‬‫ﻴ ﹶﻞ ﹶﺃ‬ ‫ﺻﻠﱢﻲ ﺍﻟﱠﻠ‬
 ‫ﻲ ﹸﺃ‬‫ﹶﻓِﺈﻧ‬
352 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬، ‫ﷲ‬


ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ ﹶﻓﺠ‬،‫ﺍ‬‫ﺑﺪ‬‫ﺝ ﹶﺃ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﺗ‬‫ﻼ ﹶﺃ‬
‫ﺎ َﺀ ﹶﻓ ﹶ‬‫ﻨﺴ‬‫ﺘ ِﺰ ﹸﻝ ﺍﻟ‬‫ﻋ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ ﹶﺃﻧ‬:‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺁ‬
،‫ﻪ‬ ‫ﻢ ﹶﻟ‬ ‫ﺗﻘﹶﺎ ﹸﻛ‬‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﷲ‬
ِ ِ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹸﻛ‬‫ﺧﺸ‬ ‫ﻲ َ َﻷ‬‫ﷲ ِﺇﻧ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ ﹶﺃﻣ‬،‫ﻭ ﹶﻛﺬﹶﺍ‬ ‫ﻢ ﹶﻛﺬﹶﺍ‬ ‫ﺘ‬‫ﻦ ﹸﻗ ﹾﻠ‬ ‫ﻢ ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬ ‫ﺘ‬‫ﻧ‬‫ﹶﺃ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺭ ِﻏ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺎ َﺀ‬‫ﻨﺴ‬‫ﺝ ﺍﻟ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﺪ‬ ‫ﺭﹸﻗ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﺻﻠﱢﻲ‬
 ‫ﻭﹸﺃ‬ ،‫ﺮ‬ ‫ﻭﹸﺃ ﹾﻓ ِﻄ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬‫ﻲ ﹶﺃﺻ‬‫ﹶﻟ ِﻜﻨ‬
«‫ﻲ‬‫ﺲ ِﻣﻨ‬  ‫ﻴ‬‫ﻨﺘِﻲ ﹶﻓﹶﻠ‬‫ﺳ‬
Telah datang tiga rombongan orang ke rumah istri Nabi saw. Mereka
bertanya tentang ibadah Nabi saw. Saat mereka diberitahu, masing-
masing mereka berpendapat bahwa amal Beliau sedikit, seraya
berkata, “Kalau begitu di mana posisi kita jika dibandingkan dengan
Nabi saw. Padahal beliau telah diampuni semua dosanya, baik yang
telah lampau maupun yang akan datang.” Salah satu dari mereka
berkata, “Aku akan melakukan shalat malam untuk selama-
lamanya.” Yang lain lagi berkata, “Aku akan berpuasa sepanjang
waktu, dan tidak akan berbuka.” Kemudian yang lain lagi berkata,
“Aku memutuskan hubungan dengan wanita dan tidak akan
menikah selamanya.” Maka Rasulullah saw. datang menemui
mereka seraya bersabda, “Apa yang kalian katakan begini dan
begitu. Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling
takut dan paling bertakwa kepada Allah daripada kalian, tetapi
aku tetap mengerjakan puasa dan berbuka, aku mengerjakan shalat,
dan aku mengawini wanita. Siapa yang membenci tuntunanku,
dia bukan termasuk golonganku.

 Hadits yang disepakati oleh al-Bukhâri dan Muslim dari Abû


Hurairah dengan lafadz:

«‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻮ ِﻡ‬ ‫ﺪ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﻴ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫»ﹶﺃﻧ‬
Aku adalah pemimpin semua kaum pada hari kiamat.
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 353

Dan dalam riwayat Muslim:

«‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺱ‬


ِ ‫ﺎ‬‫ﺪ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻴ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﺃﻧ‬،‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺱ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺪ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻴ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫»ﹶﺃﻧ‬
Aku adalah pemimpin seluruh manusia pada hari kiamat, aku
adalah pemimpin seluruh manusia pada hari kiamat.

 Hadits at-Tirmidzi dari Abû Sa’id, ia berkata, hadits ini hasan


shahih; Rasulullah saw bersabda:

‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻤ ِﺪ‬ ‫ﺤ‬


 ‫ﺍ ُﺀ ﺍﹾﻟ‬‫ﻴﺪِﻱ ِﻟﻮ‬‫ﻭِﺑ‬ ،‫ﺮ‬ ‫ــ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﹶﻓﺨ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻭﹶﻟ ِﺪ ﺁ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫»ﹶﺃﻧ‬
‫ﻭ ﹸﻝ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻭﹶﺃﻧ‬ ،‫ﺍﺋِﻲ‬‫ﺖ ِﻟﻮ‬
 ‫ﺤ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻩ ِﺇ ﱠﻻ‬ ‫ﺍ‬‫ﻦ ِﺳﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻡ ﹶﻓ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻣِﺌ ٍﺬ ﺁ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻧِﺒ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﻭﻣ‬ ،‫ﺮ‬ ‫ﻓﹶﺨ‬
«‫ﺮ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻭ ﹶﻻ ﹶﻓ‬ ‫ﺽ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻪ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
Aku adalah pemimpin anak Adam (manusia) pada hari kiamat,
dan aku katakan demikian bukan karena menyombongkan diri.
Di tanganku tergenggam Panji al-Hamd, dan aku katakan demikian
bukan karena menyombongkan diri. Tidak ada seorang Nabi pun
dan yang lain ketika itu, kecuali berada di bawah benderaku. Dan
aku adalah orang yang pertama kali dikeluarkan dari perut bumi,
dan aku katakan demikian bukan karena menyombongkan diri.

 Hadits Muslim dari Abû Hurairah, ia berkata; Rasulullah saw.


bersabda:

‫ﻭ ﹸﻝ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﻪ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ﻨ‬‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ ﹸﻝ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﻣـ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻭﹶﻟ ِﺪ ﺁ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫»ﹶﺃﻧ‬
«‫ﺸ ﱠﻔ ٍﻊ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻭ ﹸﻝ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﺎِﻓ ٍﻊ‬‫ﺷ‬
Aku adalah pemimpin anak Adam (manusia) pada hari kiamat.
Dan aku adalah orang yang pertama kali dikeluarkan dari kubur,
serta orang pertama yang memberi syafa’at dan …..
354 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Hadits Muslim dari Watsilah bin Asqa’, ia berkata; aku


mendengar Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﻳﺸ‬‫ﺮ‬ ‫ﺻ ﹶﻄﻔﹶﻰ ﹸﻗ‬


 ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﻞﹶ‬‫ﺎﻋِﻴ‬‫ﻤ‬‫ﻭﹶﻟ ِﺪ ﺇِﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻧ ﹶﺔ ِﻣ‬‫ﺎ‬‫ﺻ ﹶﻄﻔﹶﻰ ِﻛﻨ‬
 ‫ﷲﺍ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
«‫ﺎ ِﺷ ٍﻢ‬‫ﺑﻨِﻲ ﻫ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺻ ﹶﻄﻔﹶﺎﻧِﻲ ِﻣ‬
 ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﺎ ِﺷ ٍﻢ‬‫ﺑﻨِﻲ ﻫ‬ ‫ﺶ‬
ٍ ‫ﻳ‬‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﹸﻗ‬ ‫ﺻ ﹶﻄﻔﹶﻰ ِﻣ‬
 ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﻧ ﹶﺔ‬‫ﺎ‬‫ﻛِﻨ‬
Allah telah mengangkat Kinanah dari keturunan Ismâ’il, dan
mengangkat kedudukan Quraisy dari Kinanah. Dan mengangkat
kedudukan Bani Hasyim dari Quraisy, serta mengangkat
kedudukanku dari Bani Hasyim.

B. Merupakan bagian dari diri seorang ulama’, yang dengan


kesucian dirinya, dia bermaksud mendorong masyarakat agar
mengambil ilmu darinya. Sebab dia mempunyai ilmu, yang
dia pandang memang sedang dibutuhkan masyarakat; bukan
untuk menyombongkan dirinya, dan untuk meremehkan yang
lain. Hal ini sebagaimana hadits berikut:

 Hadits yang disepakati oleh al-Bukhâri dan Muslim, yang


diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia berkata:

‫ﻮ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﷲ‬


ِ‫ﺏﺍ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻢ ِﺑ ِﻜﺘ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬‫ﷲ  ﹶﺃﻧ‬ ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺏ‬ ‫ﺎ‬‫ﺻﺤ‬  ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻋِﻠ‬ ‫ﻭ ﻟﹶﻘﹶﺪ‬ »
«ِ‫ﻪ‬‫ ﺇِﻟﹶﻴ‬‫ﻠﹾﺖ‬‫ﺣ‬‫ﻲ ﻟﹶﺮ‬‫ﻢ ِﻣﻨ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺍ ﹶﺃ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ ﱠﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﹶﺃ‬
Sahabat Rasulullah saw. telah mengetahui bahwa aku adalah orang
yang paling mengerti (kandungan) Kitabullah. Seandainya aku
mengetahui ada orang lain yang lebih mengetahui daripada aku,
pasti aku akan pergi kepadanya..

Al-Bukrâri menambahkan setelah lafadz “Kitabullah” dengan


redaksi, “Sekalipun aku (Ibnu Mas’ud) bukanlah orang yang terbaik
di antara mereka.”
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 355

 An-Nawawi dalam Syarah Muslim telah menyatakan, “Para


sahabat tidak mengingkari pernyataan Ibnu Mas’ud.” Sebagaimana
hadits Abû Thufail Amr bin Wâtsilah, beliau mengatakan; aku
pernah mendengar, bahwa ‘Ali ra. berdiri dan berkata:

‫ﻦ‬ ‫ـ‬‫ﻡ ِﺍﺑ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶـﺎ‬،‫ﻌﺪِﻱ ِﻣﹾﺜﻠِـﻲ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺍ‬‫ﺴﹶﺄﹸﻟﻮ‬


 ‫ﻦ ﺗ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﻭﻧِﻲ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺗ ﹾﻔ ِﻘ‬ ‫ﺒ ﹶﻞ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﻮﻧِﻲ ﹶﻗ‬ ‫ﺳﹸﻠ‬ »
‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻢ ﺩ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ـ‬
‫ﺍ ﻗﹶـ‬‫ﺣﱡﻠﻮ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ،‫ﺍ‬‫ﷲ ﹸﻛ ﹾﻔﺮ‬
ِ ‫ﻤ ﹶﺔ ﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺍ ِﻧ‬‫ﺪﹸﻟﻮ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﻣ ِﻦ ﺍﱠﻟ ِﺬ‬ :‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،ِ‫ﺍﺀ‬‫ﺍﹾﻟ ﹶﻜﻮ‬
‫ــﺎ ِﺓ‬‫ﺤﻴ‬
 ‫ﻢ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻴ‬‫ﻌ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺿ ﱠﻞ‬
 ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﻤ ِﻦ ﺍﱠﻟ ِﺬ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓ‬،ٍ‫ﻳﺶ‬‫ﺮ‬ ‫ﻮ ﹸﻗ‬ ‫ﺎ ِﻓ ﹸﻘ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﺍﺭِ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺒﻮ‬‫ﺍﹾﻟ‬
«‫ﺍ َﺀ‬‫ﻭﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻫ ﹸﻞ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِﻣ‬‫ﻨﻌ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻨ‬‫ﺴ‬
ِ‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﺒ‬‫ﺴ‬
‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺍﻟ‬
Bertanyalah kepadaku, sebelum kalian kehilangan aku. Dan jangan
sekali-kali bertanya seperti (pertanyaanmu kepada)-ku
sepeninggalku. Ibnu al-Kawa’ bertanya, “Siapakah orang-orang
yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan
menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?” Beliau (‘Ali)
menjawab, “Kaum Munafik bangsa Quraisy.” Dia (Ibnu al-Kawa’)
pun bertanya lagi, “Lalu, siapakah orang yang langkah hidup
mereka di dunia tersesat, sementara mereka mengira bahwa mereka
telah melakukan perbuatan yang baik?” Beliau (‘Ali) pun menjawab,
“Mereka, antara lain, adalah penduduk Harwara’.” (Telah
diriwayatkan oleh al-Hâkim, beliau berkomentar, “Hadits
ini shahih dan tinggi, sekalipun mereka [al-Bukhâri dan
Muslim] tidak mengeluarkannya.” Saya berkomentar,
“Hadits ‘Ali ini telah didengarkan para sahabat”)

C. Untuk menghidar dari bahaya yang akan menimpa dirinya,


sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits Abi ‘Abdurrahman,
‘Abdullah bin Hubaib —dia merupakan tabi’in senior— dalam
riwayat al-Bukhâri:
356 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﷲ‬
َ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﹶﺃ‬:‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ ﻭ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﺮ‬ ‫ﺻ‬
ِ ‫ﻮ‬‫ﲔ ﺣ‬
 ‫ﺎ ﹶﻥ  ِﺣ‬‫ﻋﹾﺜﻤ‬ ‫»ﹶﺃ ﱠﻥ‬
 ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ ِﷲ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ﹶﺃ ﱠﻥ‬‫ﻌﹶﻠﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬ ‫ﻲ  ﹶﺃﹶﻟ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺏ ﺍﻟ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺻﺤ‬
 ‫ﺪ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻭ ﹶﻻ ﹶﺃ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﹶﺃ‬‫ﻌﹶﻠﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ ﹶﺃﹶﻟ‬،‫ﺎ‬‫ﺗﻬ‬‫ﺮ‬ ‫ﺤ ﹶﻔ‬
 ‫ﻨ ﹸﺔ ﹶﻓ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻣ ﹰﺔ ﹶﻓﹶﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ ﹶﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ :‫ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
«‫ﺎ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻩ ِﺑﻤ‬ ‫ﺪﻗﹸﻮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺗ‬‫ﺰ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻨ ﹸﺔ ﹶﻓ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻪ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺮ ِﺓ ﹶﻓﹶﻠ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺶ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺟ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺟ‬
Saat ‘Utsman ra. dikepung (oleh kaum pemberontak), beliau telah
membanggakan dirinya terhadap mereka (kaum pemberontak),
seraya berkata, “Aku mendoakan kalian kepada Allah, padahal aku
tidak akan mendoakan kecuali para sahabat Nabi saw. Bukankah
kalian tahu, bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Siapa saja yang telah
menggali rumah16 dia akan mendapatkan surga, maka aku pun
telah menggalinya.’ Bukankah kalian tahu, bahwa beliau juga
pernah bersabda, ‘Siapa saja yang telah mempersiapkan tentara
‘Usrah (yang memikul misi berat), dia akan mendapatkan surga,
maka aku pun telah mempersiapkan mereka.’” Berkata (perawi
hadits), “Maka, mereka pun membenarkannya atas apa yang beliau
katakan.”

D. Untuk menghindari tuduhan bohong dan pengaduan


sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits Sa’ad, yang telah
disepakati oleh al-Bukhâri dan Muslim, yang mengatakan:

‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻊ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬‫ﻐﺰ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭ ﹸﻛﻨ‬ ،‫ﷲ‬


ِ ‫ﺳﺒِﻴ ِﻞ ﺍ‬ ‫ﻬ ٍﻢ ﻓِﻲ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻰ ِﺑ‬‫ﺭﻣ‬ ‫ﺏ‬
ِ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻭ ﹸﻝ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻲ َ َﻷ‬‫»ِﺇﻧ‬
‫ﻊ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻊ ﹶﻛﻤ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﺪﻧ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻰ ِﺇ ﱠﻥ ﹶﺃ‬‫ﺣﺘ‬ ،‫ﺠ ِﺮ‬
‫ﺸ‬  ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻡ ِﺇ ﱠﻻ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﻃﻌ‬‫ﺎ ﹶﻟﻨ‬‫ﻭﻣ‬ 
 ‫ﻕ ﺍﻟ‬
‫ﻋﻠﹶــﻰ‬ ‫ﺭﻧِﻲ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺳ ٍﺪ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ‬‫ﺑﻨ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺤ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻂ‬
‫ﻪ ِﺧ ﹾﻠ ﹲ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﺎ ﹸﺓ ﻣ‬‫ﲑ ﹶﺃ ِﻭ ﺍﻟﺸ‬ ‫ﺒ ِﻌ‬‫ﺍﹾﻟ‬

16. Sumur yang digali oleh Utsman bin Affan ra. di sudut kota Madinah.
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 357

‫ﺮ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺍ ِﺑ ِﻪ ِﺇﻟﹶﻰ‬‫ﺷﻮ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﻭﻛﹶﺎﻧ‬ .‫ﻤﻠِﻲ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺿ ﱠﻞ‬


 ‫ﻭ‬ ‫ﺖ ِﺇﺫﹰﺍ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺪ ِﺧ‬ ‫ ﹶﻟ ﹶﻘ‬،‫ﻼ ِﻡ‬
‫ﺳ ﹶ‬ ‫ﹾﺍ ِﻹ‬
«‫ﻼ ﹶﺓ‬
‫ﺼﹶ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺴ‬
ِ‫ﺤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﹶﻻ‬
Akulah orang Arab pertama yang melepaskan panah dalam jihad
di jalan Allah. Kami pun ikut berperang bersama Nabi saw.
sementara kami tidak mempunyai makanan, selain daun pohon,
sampai salah seorang di antara kami buang hajat layaknya unta
atau biri-biri buang kotoran, yang kotorannya tidak bercampur.
Kemudian Bani Asad meluruskanku dan mengajarkanku tentang
Islam. Kalau begitu, berarti aku telah gagal, dan amalku keliru.
Mereka telah mengadukan hal tersebut kepada ‘Umar, seraya
mengatakan, “Sa’ad itu shalatnya tidak sempurna.”

19. Kikir

Allah Swt. berfirman:

∩⊇∉∪ tβθßsÎ=øçRùQ$# ãΝèδ y7Í×‾≈s9'ρé'sù ϵšøtΡ £xä© s−θムtΒuρ


Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka
mereka itulah orang-orang yang beruntung. (TQS. at-Taghabun
[64]: 16)

3“uŽô£ãèù=Ï9 …çνçŽÅc£uãΨ|¡sù ∩∪ 4o_ó¡çtø:$$Î/ z>¤‹x.uρ ∩∇∪ 4o_øótGó™$#uρ Ÿ≅σr2 .tΒ $¨Βr&uρ

 ∩⊇⊃∪
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup,
serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan
menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. (TQS. al-Lail [92]: 8-
10)
358 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Dari Jabir ra., sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:

‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤﹶﻠ‬ ‫ﺣ‬ ،‫ﻢ‬ ‫ﺒﹶﻠ ﹸﻜ‬‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻗ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﻫﹶﻠ‬ ‫ﺢ ﹶﺃ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺍﻟ‬،‫ﺢ‬ ‫ﺸ‬  ‫ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬...»
«‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻣﺤ‬ ‫ﺤﻠﱡﻮﺍ‬  ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ ﹶﻔﻜﹸﻮﺍ ِﺩﻣ‬‫ﹶﺃ ﹾﻥ ﺳ‬
Jauhilah sifat kikir karena kikir adalah perkara yang telah
membinasakan umat sebelum kalian. Kekikiran telah mendorong
mereka untuk menumpahkan darah mereka dan menghalalkan
segala perkara yang diharamkan pada mereka. (HR. Muslim)

 Dari Anas ra., sesungguhnya Nabi saw. bersabda:

« ... ‫ﻞ‬
ِ‫ﺨ‬ ‫ﺒ‬‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻚ ِﻣ‬
 ‫ﻮ ﹸﺫ ِﺑ‬‫ﻲ ﹶﺃﻋ‬‫ﻢ ِﺇﻧ‬ ‫ﻬ‬ ‫»ﺍﻟﱠﻠ‬
Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir.
(HR. Muslim)

 Dari Abû Hurairah, ia berkata; sesungguhnya Rasulullah saw.


bersabda:

«‫ﻊ‬ ‫ﺎِﻟ‬‫ﻦ ﺧ‬ ‫ﺒ‬‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻊ‬ ‫ﺎِﻟ‬‫ ﻫ‬‫ﺷﺢ‬ ‫ﺟ ٍﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ ﻓِﻲ‬‫ﺮ ﻣ‬ ‫ﺷ‬ »
Seburuk-buruk sifat yang ada pada diri seseorang adalah kikir lagi
keluh kesah, dan sifat pengecut lagi mengumbar hawa nafsu. (HR.
Ahmad, Abû Dawud, Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-
nya).

 Dari Abû Hurairah, ia berkata; sesungguhnya Rasulullah saw.


bersabda:

« ‫ﺍ‬‫ﺑﺪ‬‫ﺒ ٍﺪ ﹶﺃ‬‫ﻋ‬ ‫ﺐ‬


ِ ‫ﺎ ﹲﻥ ﻓِﻲ ﹶﻗ ﹾﻠ‬‫ﻳﻤ‬‫ﻭِﺇ‬ ‫ﺷﺢ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺘ ِﻤ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ...»
Kekikiran dan keimanan selamanya tidak akan berkumpul pada
hati seorang muslim. (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dalam kitab
Shahih-nya, dan al-Hâkim)
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 359

20. Bermusuh-musuhan

 Dari Anas ra., ia berkata:

‫ﻮﺍ‬
‫ﺍ‬‫ﻧﻮ‬‫ﻮ‬‫ﻙﻭ‬‫ﻭ ﹸﻛ‬ ،‫ﻭﺍ‬‫ﺳﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﺤ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻮﺍ‬‫ﺎ ﹶﻏﻀ‬‫ﺗﺒ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻭﺍ‬‫ﺑﺮ‬‫ﺍ‬‫ﺗﺪ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻮﺍ‬‫ﺗﻘﹶﺎ ﹶﻃﻌ‬ ‫» ﹶﻻ‬
«ٍ‫ﻼﺙ‬ ‫ﻕ ﹶﺛـ ﹶ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻩ ﹶﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻬ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺴِﻠ ٍﻢ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺤ ﱡﻞ ِﻟ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺍﻧ‬‫ﻮ‬‫ﷲ ﺇِﺧ‬
ِ ‫ﺩ ﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ِﻋﺒ‬
Janganlah kalian saling memutuskan hubungan, saling
bermusuhan, saling membenci, saling mendengki. Jadilah kalian
hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak dihalalkan bagi
seorang muslim menjauhi (membiokot) saudaranya lebih dari tiga
hari. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺟ ﱠﻞ ﻓِﻲ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬


ُ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﻐ ِﻔ‬ ‫ﻴ‬‫ ﹶﻓ‬،ٍ‫ﻤِﻴﺲ‬‫ﻴ ِﻦ ﻭ ﺧ‬‫ﻨ‬‫ﺎ ﹸﻝ ﻓِﻲ ﹸﻛ ﱢﻞ ﺍﹾﺛ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﺽ ﹾﺍ َﻷ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬»
‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺮﹰﺃ ﻛﹶﺎ‬ ‫ﻣ‬ ‫ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬،‫ﻴﺌﹰﺎ‬‫ﺷ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻙ ﺑِﺎ‬ ‫ﺸ ِﺮ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺉ ﹶﻻ‬
ٍ ‫ﻣ ِﺮ‬ ‫ﻮ ِﻡ ِﻟ ﹸﻜ ﱢﻞ ﺍ‬ ‫ﻴ‬‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﹶﺫِﻟ‬
«‫ﺎ‬‫ﻄِﻠﺤ‬
‫ﺼﹶ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻳ ِﻦ‬‫ﻫ ﹶﺬ‬ ‫ﺍ‬‫ﺮ ﹸﻛﻮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ ﺍ‬:‫ﻴﻘﹶﺎ ﹸﻝ‬‫ ﹶﻓ‬،‫ﺎ ُﺀ‬‫ﺤﻨ‬
 ‫ﺷ‬ ‫ﹶﺃﺧِﻴ ِﻪ‬
Amal manusia akan dilaporkan setiap hari Senin dan Kamis. Allah
di hari itu akan memberikan ampunan kepada setiap orang yang
tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, kecuali seorang
yang bermusuhan dengan saudaranya. Allah berfirman (kepada
Malaikat) tinggalkanlah dua manusia itu hingga keduanya berdamai.
(HR. Muslim).

 Dari Abû Ayub ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺽ‬
 ‫ﻌ ِﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺎ ِﻥ ﹶﻓ‬‫ﺘ ِﻘﻴ‬‫ﻳﹾﻠ‬ ، ‫ـﺎ ٍﻝ‬
‫ﻴـ‬‫ﺙ ﹶﻟ‬
ِ ‫ﻼ‬‫ﻕ ﹶﺛ ﹶ‬  ‫ﻮ‬ ‫ﻩ ﹶﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻬ‬ ‫ﻳ‬ ‫ِﻠ ٍﻢ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﻤﺴ‬ ‫ﺤ ﱡﻞ ِﻟ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫» ﹶﻻ‬
« ‫ﻼ ِﻡ‬
‫ﺴﹶ‬ ‫ﺪﹸﺃ ﺑِﺎﻟ‬ ‫ﺒ‬‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬‫ﻫﻤ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻫﺬﹶﺍ‬ ‫ﺽ‬  ‫ﻌ ِﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ‬
360 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Tidak halal bagi setiap muslim menjauhi saudaranya lebih dari tiga
malam. Keduanya bertemu, tapi satu sama lain saling memalingkan
muka. Dan yang terbaik dari keduanya adalah yang paling pertama
membacakan salam.

Memboikot seseorang apabila karena Allah hukumnya boleh.


Karena telah dinyatakan dalam hadits shahih bahwa Rasulullah
saw. memerintahkan kaum Muslim untuk memboikot tiga orang
sahabat yang tidak ikut perang Tabuk.

21. Memaki dan Melaknat

Melaknat orang yang terpelihara dari kesalahan, hukumnya


haram berdasarkan ijma kaum Muslim. Adapun melaknat orang
yang memiliki sifat-sifat tercela maka dibolehkan, seperti ungkapan,
“Semoga Allah melaknat orang-orang yang dzalim, kafir dan fasik”;
“Semoga Allah melaknat Yahudi dan Nasrani”; Atau, “Semoga
Allah melaknat orang-orang yang menggambar/melukis makhluk
yang bernyawa.”

Dalil tentang keharaman melaknat seorang muslim sejati


adalah:

 Hadits Abû Zaid Tsâbit bin Dhahâk al-Anshâri ra., ia berkata;


Rasulullah saw bersabda:

«‫ﺘِﻠ ِﻪ‬‫ﺆ ِﻣ ِﻦ ﹶﻛ ﹶﻘ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ...»


Melaknat orang yang beriman sama dengan membunuhnya.
(Mutafaq ‘alaih).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 361

 Hadits Abû Darda ra., ia berkata Rasulullah saw bersabda:

«‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺍ َﺀ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﺎ َﺀ‬‫ﺷ ﹶﻔﻌ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺎﻧ‬‫ﻳﻜﹸﻮ ﹸﻥ ﺍﻟﱠﻠﻌ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Orang-orang yang suka melaknat (orang yang beriman) tidak akan
menjadi pembela (bagi yang lain) dan tidak akan menjadi saksi di
hari kiamat. (HR. Muslim).

 Hadits Ibnu Mas’ud ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«...‫ﻕ‬
 ‫ﻮ‬‫ﺴِﻠ ِﻢ ﹸﻓﺴ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺏ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺎ‬‫» ِﺳﺒ‬
Mencaci-maki seorang muslim adalah kefasikan (Mutafaq ‘aliah).

 Hadits dari Abdullah bin Amru, semoga Allah meridhai


keduanya, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ ﻗِﻴ ﹶﻞ‬،‫ــ ِﻪ‬‫ﺪﻳ‬ ‫ﺍِﻟ‬‫ﺟ ﹸﻞ ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳﹾﻠ‬ ‫ﺎِﺋ ِﺮ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﺒﺮِ ﺍﹾﻟ ﹶﻜﺒ‬‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻛ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ِﻣ‬
،‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﺐ ﹶﺃﺑ‬
 ‫ﺴ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻞِ ﹶﻓ‬‫ﺟ‬‫ﺎ ﺍﻟﺮ‬‫ﺐ ﹶﺃﺑ‬
 ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ :‫ـ ِﻪ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
‫ـ‬‫ﺪﻳ‬ ‫ﺍِﻟ‬‫ﺟ ﹸﻞ ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ ﹾﻠ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻭ ﹶﻛ‬
« ‫ﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺐ ﹸﺃ‬
 ‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺐ ﹸﺃ‬
 ‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬
Di antara dosa yang paling besar adalah seorang yang melaknat
kedua orang tuanya. Dikatakan kepada Rasulullah, “Wahai
Rasulullah! bagaimana seseorang bisa melaknat kedua orang
tuanya?” Rasulullah saw. bersabda, “Yaitu jika ia memaki-maki
bapak orang lain, kemudian orang itu membalas memaki bapaknya.
Dan jika ia memaki ibu orang lain kemudian orang itu membalas
memaki ibunya.” (HR. al-Bukhâri).

Adapun dalil kebolehan melaknat orang yang memilki sifat-


sifat tertentu (yang tercela) adalah:
362 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Dalil dari al-Quran, antara lain:

Çö/$# |¤ŠÏãuρ yŠ…ãρ#yŠ Èβ$|¡Ï9 4’n?tã Ÿ≅ƒÏℜuŽó€Î) _


û Í_t/ .ÏΒ (#ρãxŸ2 tÏ%©!$# š∅Ïèä9

 ∩∠∇∪ šχρ߉tF÷ètƒ (#θçΡ%Ÿ2¨ρ (#θ|Átã $yϑÎ/ y7Ï9≡sŒ 4 zΟtƒötΒ


Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud
dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka
durhaka dan selalu melampaui batas. (TQS. al-Mâidah [5]: 78).

 t͍Ï≈s3ø9$# zyès9 ©!$# ¨βÎ)


Sesungguhnya Allah melaknati orang-orang kafir. (TQS. al-Ahzâb
[33]: 64)

 4 ÏMö6¡¡9$# |=≈ptõ¾r& !$¨Ψyès9 $yϑx.


Sebagaimana Kami telah mengutuk orang-orang (yang berbuat
maksiat) pada hari Sabtu. (TQS. an-Nisa [4]: 47)

 tÏϑÎ=≈©à9$# ’n?tã «!$# èπuΖ÷ès9 Ÿωr&


Supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.
(TQS. Ali ‘Imrân [3]: 61)

 šÎ/É‹≈x6ø9$# ’n?tã «!$# |MuΖ÷è©9


Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim.
(TQS. Hûd [11]: 18)

 šχθãΖÏè≈‾=9$# ãΝåκß]yèù=tƒuρ ª!$# ãΝåκß]yèù=tƒ y7Í×‾≈s9'ρé&


Mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua
(makhluk) yang dapat melaknati, (TQS. al-Baqarah [2]: 159).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 363

Dalil dari as-Sunah, antara lain:

 Hadits ‘Aisyah ra., ia berkata; Rasulullah saw bersabda:

«‫ﺪ‬ ‫ﺎ ِﺟ‬‫ﻣﺴ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎِﺋ ِﻬ‬‫ﻧِﺒﻴ‬‫ﺭ ﹶﺃ‬ ‫ﻮ‬‫ﺨﺬﹸﻭﺍ ﹸﻗﺒ‬


 ‫ﺗ‬‫ ﺍ‬،‫ﻯ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻨﺼ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺩ ﻭ‬ ‫ﻮ‬‫ﻴﻬ‬‫ﷲ ﺍﹾﻟ‬
ُ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫»ﹶﻟ‬
Semoga Allah melaknat kaum Yahudi dan Nasrani. Mereka telah
menjadikan kubur para Nabi mereka sebagai Masjid (tempat
ibadah). (Mutafaq ‘alaih).

 Hadits Umar ra., ia bekata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺎ‬‫ﻮﻫ‬‫ﺎﻋ‬‫ﺎ ﹶﻓﺒ‬‫ﻤﻠﹸﻮﻫ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ﻡ ﹶﻓ‬ ‫ﻮ‬‫ﺸﺤ‬
 ‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣﺖ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ،‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬‫ﻴﻬ‬‫ﷲ ﺍﹾﻟ‬
ُ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫»ﹶﻟ‬
Semoga Allah melaknat kaum Yahudi. Telah diharamkan kepada
mereka lemak babi, tapi mereka menjadikannya sebagai hiasan
dan menjualnya. (Mutafaq ‘alaih).

 Hadits Abû Hurairah, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻊ‬ ‫ﺘ ﹾﻘ ﹶﻄ‬‫ﺒ ﹶﻞ ﹶﻓ‬‫ﺤ‬


 ‫ﻕ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺴ ِﺮ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ،‫ﻩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺘ ﹾﻘ ﹶﻄ‬‫ﻀ ﹶﺔ ﹶﻓ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻕ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺴ ِﺮ‬
 ‫ﻳ‬ ،‫ﻕ‬
 ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﷲ ﺍﻟﺴ‬
ُ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫»ﹶﻟ‬
«‫ﻩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬
Semoga Allah melaknat pencuri yang mencuri telor kemudian
tangannya dipotong, dan mencuri tambang/tali kemudian
tangannya dipotong. (Muttafaq ‘alaih).

 Hadits Ibnu Umar, semoga Allah meridhai keduanya, ia berkata:

«‫ﻤ ﹶﺔ‬ ‫ﻮ ِﺷ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬


 ‫ﻤ‬ ‫ﺍﻟﹾ‬‫ ﻭ‬،‫ﻤ ﹶﺔ‬ ‫ﺍ ِﺷ‬‫ﺍﻟﹾﻮ‬‫ ﻭ‬،‫ﺻﹶﻠ ﹶﺔ‬
ِ ‫ﻮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬ ِ ‫ﺍ‬‫ﻲ  ﺍﻟﹾﻮ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫»ﹶﻟ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺍﻟﹾ‬‫ ﻭ‬،‫ﺻﹶﻠ ﹶﺔ‬
Nabi saw telah melaknat orang yang menyambung rambut dan
orang yang meminta disambung rambutnya, juga orang yang
membuat tato dan meminta dibuatkan tato. (Mutafaq ‘alaih).
364 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Hadits dari Ibnu Abbas, semoga Allah meridhai keduanya, ia


berkata:

‫ﺕ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺒﻬ‬‫ﺸ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،‫ﺎ ِﺀ‬‫ﻨﺴ‬‫ﺎ ِﻝ ﺑِﺎﻟ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﲔ ِﻣ‬
 ‫ﺒ ِﻬ‬‫ﺸ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﷲ  ﺍﹾﻟ‬ ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌ‬ ‫»ﹶﻟ‬
«‫ﺎ ِﻝ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﺎ ِﺀ ﺑِﺎﻟ‬‫ﻨﺴ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ِﻣ‬
Rasulullah saw. telah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita
dan wanita yang menyerupai laki-laki.

Dalam riwayat lain dikatakan:


‫ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﺎ ِﺀ‬‫ﻨﺴ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺕ ِﻣ‬
ِ ‫ﻼ‬
‫ﺟ ﹶ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺎ ِﻝ ﻭ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﲔ ِﻣ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﻲ  ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻌ‬ ‫»ﹶﻟ‬
 ‫ﻨِﺜ‬‫ﺨ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﻮِﺗ ﹸﻜ‬‫ﺑﻴ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻮ‬‫ﺧ ِﺮﺟ‬ ‫ﹶﺃ‬
Nabi saw telah melaknat laki-laki yang meniru sifat-sifat wanita
dan wanita yang meniru sifat-sifat laki-laki. Beliau bersabda,
“Usirlah mereka dari rumah kalian.” (HR. al-Bukhâri)

 Hadits dari Ibnu Umar, semoga Allah meridhai keduanya, ia


berkata:

«‫ﺍ ِﻥ‬‫ﻴﻮ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻣﱠﺜ ﹶﻞ ﺑِﺎﹾﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌ‬ ‫» ﹶﻟ‬
Rasulullah saw. telah melaknat orang yang mencincang binatang.
(HR. al-Bukhâri).

 Dari Ibnu Umar, semoga Allah meridhai keduanya,


sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

« ‫ﺎ‬‫ﺮﺿ‬ ‫ﺡ ﹶﻏ‬
 ‫ﻭ‬‫ﻴﺌﹰﺎ ﻓِﻴ ِﻪ ﺍﻟﺮ‬‫ﺷ‬ ‫ﺨ ﹶﺬ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻣ ِﻦ ﺍ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ ﺍ‬‫ﻌﻦ‬ ‫»ﹶﻟ‬
Semoga Allah melaknat orang yang membuat benda yang
bernyawa dengan sengaja. (HR. Muslim)
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 365

 Hadits Jabir, ia berkata:

‫ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ،ِ‫ﻳﻪ‬ ‫ﺎ ِﻫ ِﺪ‬‫ﻭﺷ‬ ،‫ﺒﻪ‬‫ﻭﻛﹶﺎِﺗ‬ ،‫ﻮ ِﻛﹶﻠﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﷲ  ﺁ ِﻛ ﹶﻞ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌ‬ ‫»ﹶﻟ‬
«‫ﺍ ٌﺀ‬‫ﺳﻮ‬
 ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬
Rasulullah saw. telah melaknat orang yang memakan riba, orang
yang memberi riba, orang yang menuliskannya, dan dua orang
yang menjadi saksi. Beliau bersabda, “Mereka semuanya sama.”
(HR. Muslim.

22. Berani Melakukan Dosa-dosa Kecil

 Dari Sahal bin Sa'id ra., sesungguhnya Rasulullah saw.


bersabda:

‫ ﹶﻛ ِﻤﹾﺜ ِﻞ‬،‫ﺏ‬
ِ ‫ﻮ‬‫ﺕ ﺍﻟ ﱡﺬ ﻧ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺤ ﱠﻘﺮ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ِﻣﹾﺜ ﹸﻞ‬‫ﻧﻤ‬‫ ﹶﻓِﺈ‬،‫ﺏ‬
ِ ‫ﻮ‬‫ﺕ ﺍﻟ ﱡﺬﻧ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺤ ﱠﻘﺮ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹸﻛ‬‫»ِﺇﻳ‬
‫ﺎ‬‫ﺍ ﻣ‬‫ﺣ ِﻤﹸﻠﻮ‬ ‫ﻰ‬‫ﺘ‬‫ ﺣ‬،‫ﻮ ٍﺩ‬‫ﺎ َﺀ ﺫﹶﺍ ِﺑﻌ‬‫ﻭﺟ‬ ،‫ﻮ ٍﺩ‬‫ﺎ َﺀ ﺫﹶﺍ ِﺑﻌ‬‫ ﹶﻓﺠ‬،‫ﺍ ٍﺩ‬‫ﻦ ﻭ‬ ‫ﺑ ﹾﻄ‬ ‫ﺰﻟﹸﻮﺍ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻮ ٍﻡ‬ ‫ﹶﻗ‬
‫ﺎ‬‫ﺒﻬ‬‫ﺎ ِﺣ‬‫ﺎ ﺻ‬‫ﺧ ﹸﺬ ِﺑﻬ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﻰ ﻳ‬‫ﻣﺘ‬ ‫ﺏ‬
ِ ‫ﻮ‬‫ﺕ ﺍﻟ ﱡﺬﻧ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺤ ﱠﻘﺮ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ‬ ،‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﺒ‬‫ﻮﺍ ِﺑ ِﻪ ﺧ‬‫ﻀﺠ‬  ‫ﻧ‬ ‫ﺃﹶ‬
«‫ﻪ‬ ‫ﻜ‬
‫ﻬِﻠ ﹸ‬ ‫ﺗ‬
Waspadalah terhadap dosa-dosa kecil, sebagaimana sekumpulan
orang yang menuruni dasar lembah. Maka, datang seorang dengan
satu ranting kayu, yang lainnya juga datang dengan atu ranting
kayu, sampai akhirnya mereka pun bisa memasak roti mereka.
Sesungguhnya saat dosa-dosa kecil itu diperoleh empunya, maka
dosa-dosa kecil itu pasti akan membinasakannya. (HR. Ahmad;
al-Haitsami berkata, hadits ini perawinya shahih; al-
Mundziri berkata, para perawinya bisa dijadikkan sebagai
hujjah dalam menetapkan keshahihan hadits).
366 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Dari ‘Aisyah ra., ia berkata; sesungguhnya Rasulullah saw.


bersabda:

« ‫ﺎ‬‫ﷲ ﻃﹶﺎِﻟﺒ‬
ِ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﹶﻟﻬ‬،‫ﺏ‬
ِ ‫ﻮ‬‫ﺕ ﺍﻟ ﱡﺬﻧ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺤ ﱠﻘﺮ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ ِﻙ‬‫»ِﺇﻳ‬
Waspadalah terhadap dosa-dosa kecil, karena dia akan menjadi
penuntut di sisi Allah. (HR. an-Nasâi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban
dalam kitab Shahih-nya, juga Ahmad. al-Haitsami berkata,
sanadnya shahih, perawinya terpercaya).

 Dari Anas ra., ia berkata:

‫ﺎ‬‫ ِﺇ ﹾﻥ ﹸﻛﻨ‬، ‫ﻌ ِﺮ‬ ‫ــ‬‫ﻦ ﺍﻟﺸ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﻴِﻨ ﹸﻜ‬‫ﻋ‬ ‫ﻕ ﻓِﻲ ﹶﺃ‬
 ‫ﺩ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﺎ ﹰﻻ ِﻫ‬‫ﻤ‬‫ﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﹶﺃﻋ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﻢ ﹶﻟ‬ ‫ﻧ ﹸﻜ‬‫»ِﺇ‬
«‫ﺕ‬
ِ ‫ﻮِﺑﻘﹶﺎ‬‫ﻦ ﺍﹾﻟﻤ‬ ‫ﻲ  ِﻣ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻬ ِﺪ ﺍﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪﻫ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﹶﻟ‬
Sesungguhnya anda semua melakukan amal yang lebih kecil dari
rambut dalam pandangan anda semua, meski kami memandangnya
di masa Rasululah saw. termasuk perkara yang merusak. (HR. al-
Bukhâri).

23. Menangguhkan Pembayaran Suatu Hak yang


Telah Dituntut Empunya

 Allah Swt. berfirman :

 …çµtFuΖ≈tΒr& zÏϑè?øτ$# “Ï%©!$# ÏjŠxσã‹ù=sù $VÒ÷èt/ Νä3àÒ÷èt/ zÏΒr& ÷βÎ*sù


…Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) …. (TQS. al-Baqarah [2]: 283).

 Dari Abû Hurairah, ia berkata; Rasulullah saw bersabda :

«‫ﻊ‬ ‫ﺒ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻣﻠِﻲ ٍﺀ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻊ ﹶﺃ‬ ‫ﺗِﺒ‬‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﹸﺃ‬ ،‫ﻢ‬ ‫ﻲ ﹸﻇ ﹾﻠ‬ ‫ﻐِﻨ‬ ‫ﻣ ﹾﻄ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ »
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 367

Penangguhan atas orang yang mampu terhadap hak yang wajib


dibayarnya adalah kedzaliman. Jika kalian diminta menagih hutang
pada orang yang kaya maka hendaklah ia mengikuti permintaan
tersebut. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Syuraid bin Suwaid Ats-Tsaqafi ra., sesungguhnya


Rasulullah saw bersabda :

«‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺑ‬‫ﻋﻘﹸﻮ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺿ‬


 ‫ﺮ‬ ‫ﺤ ﱡﻞ ِﻋ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﺍ ِﺟ ِﺪ‬‫ﻲ ﺍﹾﻟﻮ‬ ‫»ﹶﻟ‬
Melambat-lambatkan pembayaran suatu kewajban atas orang yang
punya harta, akan menghalalkan (dicemari) kehormatannya dan
menghalalkan siksaan kepadanya. (HR. Ibnu Majah dalam kitab
Shahih-nya, dishahihkan oleh al-Hâkim, disetujui oleh adz-
Dzahabi, Ahmad, Abû Dawud, an-Nasâi, dan Ibnu Majah).

 Dari Abû Dzar ra., sesungguhnya Nabi saw bersabda:

«‫ﷲ‬
ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺒ ِﻐ‬‫ﻳ‬ ‫ﻼﹶﺛ ﹲﺔ‬
‫ﻭﹶﺛ ﹶ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺒ‬‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻼﺛﹶ ﹲﺔ‬
‫»ﹶﺛ ﹶ‬
Ada tiga golongan manusia yang dicintai Allah. Dan ada tiga
golongan lagi yang dimurkai Allah. Kemudian Nabi saw
menceritakan hadits tersebut hingga sampai pada sabdanya:

، ‫ﺎ ﹸﻝ‬‫ﺨﺘ‬
 ‫ﻤ‬،‫ﺎ ﺍﹸﻝﹾﻟ‬‫ﺨﺘ‬
 ‫ﲑ‬ ‫ﻤ‬‫ﺍﹾﻟﺍﹶﻔﹾﻟ ِﻘ‬‫ﲑ‬‫ ِﻘﻭ‬،‫ِﻲ ﹶﻔ‬
‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺍﻧﻭ‬‫ﺰ‬،‫ﺍﻧِﻲﺍﻟ‬‫ﺦﺰ‬ ‫ﻴﺍﻟ‬‫ﺸ‬
‫ﺦ‬ ‫ﻴﺍﻟ‬‫ﺸ‬
:‫ﷲﺍﻟ‬
ُ ‫ﷲﺍ‬ُ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬‫ـ ﺍ‬
‫ﻢ‬‫ـ‬
‫ﻬ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺒ‬‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻼﹶﺛ ﹸﺔ ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬ ‫ﺍﻟﱠﺜ ﹶ‬‫» ﻭ‬
«‫ﻡ‬ ‫ﹸﻮ‬
‫ﻡ‬ ‫ﻲ ﺍﻟ ﺍﻟﱠﻈﻠﱠﻈﹸﻮﻠ‬ ‫ﻐِﻨ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬
Tiga golongan manusia yang dimurkai Allah adalah orang tua yang
berzina, orang fakir yang sombong dan orang kaya yang dzalim.
(HR. Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih
keduanya; al-Hâkim dalam kitab Shahih-nya. Hadits ini
disetujui oleh adz-Dzahabi, Ahmad, an-Nasâi dan at-
Tirmidzi.
368 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

24. Tidak Baik dalam Bertetangga

 Dari Abû Hurairah ra., sesungguhnya Nabi saw. bersabda:

‫ﻮ ﹶﻝ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﻳ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ :‫ ﻗِﻴ ﹶﻞ‬،‫ﻦ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ ﹶﻻ‬ ِ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﻦ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ ﹶﻻ‬ ِ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﻦ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ ﹶﻻ‬ِ ‫ﺍ‬‫»ﻭ‬
«‫ﺍِﺋ ِﻘ ِﻪ‬‫ﻩ ﺑِﻮ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺟ‬ ‫ ﺍﺍﱠﻟﺬﺬِﻱ‬:‫ﷲ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻳ ﹾﺄ‬ ‫ِﻱ ﹶﻻ‬ ِ‫ﺍ‬
Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi Allah
tidak beriman. Kemudian dikatakan kepada beliau, “Siapa Wahai
Rasulullah?” Beliau bersabda, “Orang yang menjadikan
tetangganya merasa tidak aman karena kejahatannya.” (Mutafaq
‘alaih. al-Bukhâri juga meriwayatkannya dari jalan Abû
Syuraik al-Ka’biy ra.).

 Dari Abû Hurairah ra., sesungguhnya Nabi saw bersabda:

«...‫ﻩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺆﺫِﻱ ﺟ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻼ‬


‫ﻮ ِﻡ ﺍﹾﻵ ِﺧ ِﺮ ﹶﻓ ﹶ‬ ‫ﻴ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﷲ ﻭ‬
ِ ‫ﻦ ﺑِﺎ‬ ‫ﺆ ِﻣ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻣ‬»
Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaknya ia tidak mengganggu tetangganya. (Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Hurairah, sesungguhnya Nabi saw. bersabda:

‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺟ‬،‫ﻤﻘﹶــﺎ ِﻡ‬ ‫ﺍ ِﺭ ﺍﹾﻟ‬‫ﻮ ِﺀ ﻓِﻲ ﺩ‬ ‫ﺴ‬


 ‫ﺎ ِﺭ ﺍﻟ‬‫ﻦ ﺟ‬ ‫ﻚ ِﻣ‬
 ‫ﻮ ﹸﺫ ِﺑ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬‫ﻢ ِﺇﻧ‬ ‫ﻬ‬ ‫»ﺍﹶﻟﱠﻠ‬
«‫ﻚ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻳ ِﺔ‬‫ﺎ ِﺩ‬‫ﺍﹾﻟﺒ‬
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang jahat di
tempat tinggal tetapnya, karena tetangga Badui suka berpindah-
pindah. (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya, an-Nasâi, al-
Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad dan al-Hâkim).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 369

 Dari Abû Hurairah, ia berkata:

‫ﺐ‬
 ‫ﻫ‬ ‫ ﺍ ﹾﺫ‬:‫ﻪ‬ ‫ ﻓﹶ ﻘﹶﺎﻝﹶ ﻟﹶ‬،‫ﻩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮ ﺟ‬ ‫ﺸ ﹸﻜ‬
 ‫ﻳ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ ِﺇﻟﹶﻰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫» ﺟ‬
‫ﻚ ﻓِــﻲ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﺘ‬ ‫ﺡ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺐ ﻓﹶﺎ ﹾﻃ‬
 ‫ﻫ‬ ‫ ﺍ ﹾﺫ‬:‫ﻼﺛﹰﺎ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬
‫ﻭ ﹶﺛ ﹶ‬ ‫ﻴ ِﻦ ﹶﺃ‬‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓ ﹶﺄﺗ‬،‫ﺒِﺮ‬‫ﻓﹶﺎﺻ‬
،ِ‫ﺎ ِﺭﻩ‬‫ﺮ ﺟ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺨِﺒ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ‬ ‫ﺴﹶﺄﹸﻟ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻌ ﹶﻞ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻌﻞﹶ‬ ‫ ﹶﻓ ﹶﻔ‬،‫ﺍﻟﻄﱠﺮِﻳ ِﻖ‬
‫ﻴ ِﻪ‬‫ﺎ َﺀ ِﺇﹶﻟ‬‫ ﹶﻓﺠ‬،ِ‫ﻴﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ،‫ﻌ ﹶﻞ‬ ‫ﻭﹶﻓ‬ ‫ﷲ ِﺑ ِﻪ‬
ُ ‫ﻌ ﹶﻞ ﺍ‬ ‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ‬‫ﻌﻨ‬ ‫ﻳ ﹾﻠ‬ ‫ﻠﹸﻮﺍ‬‫ﻌ‬‫ﻓﹶﺠ‬
«‫ﻪ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺗ ﹾﻜ ِﺮ‬ ‫ﻴﺌﹰﺎ‬‫ﺷ‬ ‫ﻲ‬‫ﻯ ِﻣﻨ‬‫ﺗﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻚ ﹶﻟ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻊ ﹶﻓِﺈ‬ ‫ﺭ ِﺟ‬ ‫ ِﺍ‬:‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺟ‬
Ada seorang yang datang kepada Rasulullah mengadukan
tetangganya. Kemudian Rasul saw. berkata kepadanya, “Kembalilah
dan bersabarlah.” Orang itu lalu datang lagi dua atau tiga kali,
kemudian Rasul saw. bersabda, “Pulanglah, kemudian
lemparkanlah barang-barangmu di jalanan.” Kemudian orang itu
mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Nabi tersebut. Lalu
orang-orang menghampirinya dan bertanya kepadanya, kenapa
ia melakukan hal itu? Kemudian ia memberitahu kepada mereka
tentang keadaan tetangganya. Maka mereka pun melaknat
tetangganya. Semoga Allah menindaknya. Dan sebagian mereka
ada yang berdoa untuk kecelakaannya. Maka akhirnya tetangga
tersebut datang kepadanya dan berkata, “Kembalilah engkau ke
rumahmu, sejak saat ini engkau tidak akan melihat yang engkau
tidak sukai dariku.” (HR. Ibnu Hibban, dalam kitab Shahih-
nya, al-Hâkim, al-Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad dan
Abû Dawud).

 Dari Abû Hurairah, ia berkata:

‫ﺎ‬‫ﻼِﺗﻬ‬
‫ﺻـ ﹶ‬
 ‫ﺮ ِﺓ‬ ‫ﻦ ﹶﻛﹾﺜـ‬ ‫ﺮ ِﻣـ‬ ‫ﻳ ﹾﺬ ﹶﻛ‬ ‫ﻧ ﹰﺔ‬‫ﻼ‬
‫ﷲ ﺇِ ﱠﻥ ﹸﻓ ﹶ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫»ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
370 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﻲ ﻓِﻲ‬ ‫ ِﻫ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺎ‬‫ﺎِﻧﻬ‬‫ﺎ ِﺑِﻠﺴ‬‫ﻧﻬ‬‫ﺍ‬‫ﺆﺫِﻱ ِﺟﲑ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻬ‬‫ﺮ ﹶﺃ‬ ‫ﻴ‬‫ ﹶﻏ‬، ‫ﺎ‬‫ﺎ ِﻣﻬ‬‫ﺻﻴ‬
ِ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪﹶﻗِﺘﻬ‬ ‫ﺻ‬
 ‫ﻭ‬
«...‫ﺎ ِﺭ‬‫ﺍﻟﻨ‬
Ada seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, ada seorang
wanita diceritakan memiliki banyak amalan shalat, sedekah dan
shaum. Hanya saja ia suka menyakiti tetangganya dengan
perkataannya.” Rasulullah saw. bersabda, “Wanita itu di neraka…”
(HR. al-Bazzâr. al-Haitsami berkata, “Para perawinya
terpercaya.” Diriwayatkan pula oleh Ibnu Hibban dalam
kitab Shahih-nya dan al-Hâkim, ia berkata, “Hadist ini
shahih isnadnya.” Juga Ibnu Abi Syaibah dengan isnad
yang dipandang shahih oleh al-Mundziri).

 Dari Sa’ad bin Abi Waqas, ia berkata; Rasulullah bersabda:

‫ﺮﹶﺃ ﹸﺓ‬ ‫ﻤـ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،ُ‫ﻮﺀ‬ ‫ﺴ‬


 ‫ﺭ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﺍﹾﻟﺠ‬:‫ﺸﻘﹶﺎ ِﺀ‬
 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻊ ِﻣ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ . . .‫ﺩ ِﺓ‬ ‫ﺎ‬‫ﺴﻌ‬
 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻊ ِﻣ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫»ﹶﺃ‬
«‫ﻖ‬ ‫ﻴ‬‫ﻀ‬
 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺴ ﹶﻜ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،ُ‫ﻮﺀ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺐ ﺍﻟ‬
 ‫ﺮ ﹶﻛ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،ُ‫ﻮﺀ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺍﻟ‬
Ada empat perkara yang merupakan tanda kebahagiaan… Dan
ada empat perkara yang merupakan tanda kecelakaan, yaitu
tetangga yang jahat, istri yang jahat, kendaraan yang buruk, dan
rumah yang terasa sempit. (HR. Ibnu Hibban, dalam kitab
Shahih-nya dan Ahmad dengan isnad yang shahih).

25. Khianat

 Allah Swt. berfirman:

 tÏΨÍ←!$sƒø:$# =Ïtä† Ÿω ©!$# ¨βÎ)


Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.
(TQS. al-Anfâl [8]: 58)
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 371

öΝçFΡr&uρ öΝä3ÏG≈oΨ≈tΒr& (#þθçΡθèƒrBuρ tΑθß™§9$#uρ ©!$# (#θçΡθèƒrB Ÿω (#θãΖtΒ#u zƒÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ

 ∩⊄∠∪ tβθßϑn=÷ès?
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui. (TQS. al-Anfâl [8]: 27).

 Dari Iyadl bin Himar al-Majasyi, pada suatu hari Rasulullah


saw bersabda dalam khutbahnya:

‫ﻭِﺇ ﹾﻥ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻪ ﹶﻃ‬ ‫ﺨﻔﹶﻰ ﹶﻟ‬


 ‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﹶﻻ‬ ‫ﺎِﺋ‬‫ﺍﹾﻟﺨ‬‫ﻭ‬... :‫ﺴ ﹲﺔ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻫ ﹸﻞ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ...»
«...‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﻕ ِﺇ ﱠﻻ ﺧ‬  ‫ﺩ‬
…dan penghuni neraka ada lima golongan,… Dan orang yang
berkhianat, yaitu orang yang tidak tersembunyi keinginannya,
meskipun kecil, kecuali ia akan mengkhianatinya... (HR. Muslim).

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ ِﺇﺫﹶﺍ‬:‫ﺎ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺘﻬ‬‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻒ ِﺇﺿ‬


 ‫ﻴ‬‫ ﹶﻛ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻋ ﹶﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘ ِﻈ ِﺮ ﺍﻟﺴ‬‫ﻧ‬‫ﻧ ﹸﺔ ﻓﹶﺎ‬‫ﺎ‬‫ﺖ ﹾﺍ َﻷﻣ‬
ِ ‫ﻌ‬ ‫ﻴ‬‫ﺿ‬  ‫» ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ‬
«‫ﻋ ﹶﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘ ِﻈ ِﺮ ﺍﻟﺴ‬‫ﻧ‬‫ﻫِﻠ ِﻪ ﻓﹶﺎ‬ ‫ﻴ ِﺮ ﹶﺃ‬‫ﺮ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﻏ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻷ‬
َ ‫ﺪ ﹾﺍ‬ ‫ﺳِﻨ‬ ‫ﹸﺃ‬
Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya.
Abû Hurairah bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakan amanah itu,
Ya Rasulullah?” Rasulullah saw. bersabda, “Apabila suatu urusan
diserahkan pada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya.” (HR. al-Bukhâri).
372 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Dari Abû Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ، ‫ﻒ‬
 ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﺪ ﹶﺃ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ، ‫ﺏ‬
 ‫ﺙ ﹶﻛ ﹶﺬ‬
‫ﺪ ﹶ‬ ‫ﺣ‬ ‫ ِﺇﺫﹶﺍ‬: ‫ﺙ‬
‫ﻼ ﹲ‬
‫ﺎِﻓ ِﻖ ﹶﺛ ﹶ‬‫ﻤﻨ‬ ‫ﻳ ﹸﺔ ﺍﹾﻟ‬‫» ﺁ‬
«‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﻦ ﺧ‬ ‫ﺗ ِﻤ‬‫ﺅ‬ ‫ﺍ‬
Tanda orang munafik ada tiga yaitu berdusta ketika berbicara,
melanggar ketika berjanji, dan berkhianat ketika diberi amanah.
(Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﻚ ِﻣ‬
 ‫ﻮ ﹸﺫ ِﺑ‬‫ﻭﹶﺃﻋ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻀﺠِﻴ‬
 ‫ﺲ ﺍﻟ‬
 ‫ﻪ ِﺑﹾﺌ‬ ‫ﻧ‬‫ ﹶﻓِﺈ‬،‫ﻉ‬
ِ ‫ﻮ‬‫ﻦ ﺍﹾﻟﺠ‬ ‫ﻚ ِﻣ‬  ‫ﻮ ﹸﺫ ِﺑ‬‫ﻲ ﹶﺃﻋ‬‫ﻢ ِﺇﻧ‬ ‫ﻬ‬ ‫»ﺍﻟﱠﻠ‬
«‫ﻧ ﹸﺔ‬‫ﺖ ﺍﹾﻟِﺒﻄﹶﺎ‬
ِ ‫ﺴ‬ ‫ﺎ ِﺑﹾﺌ‬‫ﻧﻬ‬‫ﻧ ِﺔ ﹶﻓِﺈ‬‫ﺎ‬‫ﺨﻴ‬
ِ ‫ﺍﹾﻟ‬
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelaparan, karena
kelaparan itu adalah sejelek-jeleknya teman tidur. Dan aku
berlindung kepada-Mu dari pengkhianatan, karena khianat itu
adalah seburuk-buruknya kebiasaan batin. (HR. Abû Dawud,
an-Nasâi, Ibnu Majah, al-Hâkim dalam kitab Shahih-nya.
Dan dikatakan dalam kitab al-Riyadl, sanadnya shahih).

 Dari Abû Hurairah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda,


Allah Swt. berfirman:

‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ ﺧ‬،‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬‫ﺎ ِﺣ‬‫ﺎ ﺻ‬‫ﻫﻤ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﺨـ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﻟﹶـ‬‫ﻴ ِﻦ ﻣ‬‫ﺸﺮِﻳ ﹶﻜ‬
 ‫ﺚ ﺍﻟ‬
‫ﺎ ﺛﹶﺎِﻟ ﹸ‬‫» ﹶﺃﻧ‬
«‫ـﺎ‬
‫ﻤـ‬ ‫ﻴِﻨ ِﻬ‬‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺖ ِﻣ‬
 ‫ﺟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬
Aku adalah yang ketiga dari dua orang yang berserikat, selama salah
satu dari keduanya tidak mengkhianati temannya. Apabila ada yang
berkhianat, maka Aku keluar di antara keduanya. (HR. Abû Dawud
dan al-Hâkim dalam kitab Shahih-nya dan disepakati oleh
adz-Dzahabi).
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 373

26. Menggujing (al-Ghibah wal Buht)

Ghibah adalah menceritakan saudara kita dengan sesuatu


yang tidak disukainya. Apabila yang kita ceritakan itu tidak ada
padanya, maka disebut buht (fitnah). Kedunya sama-sama
diharamkan. Dalilnya adalah:

 Allah berfirman:

$\GøŠtΒ ÏµŠÅzr& zΝóss9 Ÿ≅à2ù'tƒ βr& óΟà2߉tnr& =Ïtä†r& 4 $³Ò÷èt/ Νä3àÒ÷è−/ =tGøótƒ Ÿωuρ

 ×ΛÏm§‘ Ò>#§θs? ©!$# ¨βÎ) 4 ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 çνθßϑçF÷δ̍s3sù


…Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang
lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (TQS. al-Hujurat
[49]: 12).
 ∩⊇⊇∪ 5Ο‹ÏϑoΨÎ/ ¥!$¤±¨Β :—$£ϑyδ
Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah,
(TQS. al-Qalam [68]: 11).

 Dari Abû Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺎ‬‫ﻙ ِﺑﻤ‬ ‫ﺎ‬‫ﻙ ﹶﺃﺧ‬ ‫ﺮ‬ ‫ ِﺫ ﹾﻛ‬:‫ﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ ﺍ‬:‫ﺒﺔﹸ؟ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ‬‫ﺎ ﺍﹾﻟﻐِﻴ‬‫ﻭ ﹶﻥ ﻣ‬‫ﺪﺭ‬ ‫ﺗ‬‫»ﹶﺃ‬
‫ﺎ‬‫ ِﺇ ﹾﻥ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻓِﻴ ِﻪ ﻣ‬:‫ﺎ ﹶﺃﻗﹸﻮﻝﹸ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺖ ِﺇ ﹾﻥ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻓِﻲ ﹶﺃﺧِﻲ ﻣ‬  ‫ﻳ‬‫ﺮﹶﺃ‬ ‫ ﺃﹶ ﹶﻓ‬:‫ ﻗِﻴ ﹶﻞ‬،‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻜﹾ‬‫ﻳ‬
«‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻬ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻮ ﹸﻝ ﹶﻓ ﹶﻘ‬ ‫ﺗ ﹸﻘ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﻓِﻴ ِﻪ ﻣ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﹶﻟ‬ ،‫ﺘﻪ‬‫ﺒ‬‫ﺘ‬‫ﺪ ﺍ ﹾﻏ‬ ‫ﺗﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﹶﻓ ﹶﻘ‬
Tahukah kalian apa ghibah itu? Para sahabat berkata, “Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah saw. bersabda, “Ghibah
374 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

adalah jika engkau menceritakan saudaramu dengan sesuatu yang


tidak dia sukai.” Para sahabat berkata, “Bagaimana pendapat
engkau jika apa yang kukatakan itu ada padanya?” Rasulullah saw.
bersabda, “Apabila apa yang kau katakan ada padanya, maka
engkau telah menggunjingnya. Apabila yang engkau katakan tidak
ada padanya, maka engkau telah mengatakan atas seorang muslim
hal-hal yang tidak ada padanya (al-buhtaan).” (HR. Muslim).

 Dari Abû Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻪ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻭ ِﻋ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺎﹸﻟ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺍ‬‫ﺣﺮ‬ ‫ﺴِﻠ ِﻢ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺴِﻠ ِﻢ‬
 ‫ﻤ‬ ‫» ﹸﻛ ﱡﻞ ﺍﹾﻟ‬
Setiap muslim atas muslim yang lain haram darahnya,
kehormatannya, dan hartanya. (HR. Muslim).

 Dari Abû Bakrah ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda


ketika berkhutbah pada haji wada:

‫ﻢ‬ ‫ﻮ ِﻣ ﹸﻜ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺤ‬


 ‫ ﹶﻛ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ ـ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺍ‬‫ﺣﺮ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺿ ﹸﻜ‬
 ‫ﺍ‬‫ﻋﺮ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺍﹶﻟ ﹸﻜ‬‫ﻣﻮ‬ ‫ﹶﺃ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﺎ َﺀ ﹸﻛ‬‫»ِﺇ ﱠﻥ ِﺩﻣ‬
«‫ﺖ؟‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺑﱠﻠ‬ ‫ﻫ ﹾﻞ‬ ‫ ﹶﺃ ﹶﻻ‬،‫ﻫﺬﹶﺍ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺑﹶﻠ ِﺪ ﹸﻛ‬ ‫ ﻓِﻲ‬،‫ﻫﺬﹶﺍ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ ِﺮ ﹸﻛ‬ ‫ﺷ‬ ‫ ﻓِﻲ‬،‫ﻫﺬﹶﺍ‬
Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian haram atas
kalian sebagaimana keharaman hari ini, dalam bulan ini, di negeri
ini. Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan? (Mutafaq
‘alaih).

 Dari ‘Aisyah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda kepada


para sahabat:

‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻋﹶﻠﻢ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ ﹶﺍ‬:‫ﺍ‬‫ﺪ ﺍﷲِ؟ ﻗﹶــﺎﹸﻟﻮ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﻋ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺗ‬»
‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺮﹶﺃ‬ ‫ﻢ ﹶﻗ‬ ‫ ﹸﺛ‬،ٍ‫ﺴِﻠﻢ‬ ٍ ِ‫ﻣﺮ‬ ‫ﺽ ﺍ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺉ‬ ِ ‫ﺮ‬ ‫ﻋ‬ِ ‫ﻼ ﹸﻝ‬
‫ﺤﹶ‬
 ‫ﺳِﺘ‬ ‫ﷲ ِﺍ‬
ِ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ِﻋ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﹶﺃ‬
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 375

‫ﺍ ﹶﻓ ﹶﻘ ـ ِﺪ‬‫ﺒﻮ‬‫ﺴ ـ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺎ ﺍ ﹾﻛ‬‫ﻴ ِﺮ ﻣ‬‫ﻐ‬ ‫ﺕ ِﺑ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺆ ِﻣﻨ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﻟﹾ‬‫ﻦ ﻭ‬ ‫ﻴ‬‫ﺆ ِﻣِﻨ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﺍﱠﻟ ِﺬ‬‫ ﻭ‬:
«‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻣِﺒ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﻤ‬‫ﻭِﺇ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎﻧ‬‫ﻬﺘ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺍ‬‫ﻤﹸﻠﻮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬
Apakah kalian mengetahui riba yang paling besar di sisi Allah? Mereka
berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya riba yang paling besar di sisi Allah adalah
menghalalkan kehormatan seorang muslim. Kemudian Rasul saw.
membacakan firman Allah, “Dan orang-orang yang menyakiti orang-
orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat,
maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa
yang nyata.” (TQS. al-Ahzâb [33]: 58). (HR. Abû Ya’la. al-
Mundziri dan al-Haitsami berkata periwayatan hadits ini
shahih).

Mendengarkan ghibah diharamkan berdasarkan Firman


Allah:
 ∩⊂∪ šχθàÊ̍÷èãΒ Èθøó‾=9$# Çtã öΝèδ tÏ%©!$#uρ
Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna. (TQS. al-Mukminun [23]: 3).

’Îû (#θàÊθèƒs† 4®Lym öΝåκ÷]tã óÚ͏ôãr'sù $uΖÏF≈tƒ#u þ’Îû tβθàÊθèƒs† tÏ%©!$# |M÷ƒr&u‘ #sŒÎ)uρ

yìtΒ 3“tò2Éj‹9$# y‰÷èt/ ô‰ãèø)s? Ÿξsù ß≈sÜø‹¤±9$# y7¨ΖuŠÅ¡Ψム$¨ΒÎ)uρ 4 ÍνΎöxî B]ƒÏ‰tn

 ∩∉∇∪ tÏΗÍ>≈©à9$# ÏΘöθs)ø9$#


Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-
ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka
membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan
kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk
376 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

bersama orang-orang yang dzalim itu sesudah teringat (akan


larangan itu). (TQS. al-An’am [6]: 68).

Seorang muslim selayaknya menjaga kehormatan saudaranya pada


saat ia tidak bersamanya, jika ia mampu melakukannya. Dalilnya
adalah hadits Abû Hurairah riwayat Muslim:

«...‫ﺨ ﹸﺬﹸﻟﻪ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ ﹾﻈِﻠ‬ ‫ﺴِﻠ ِﻢ ﹶﻻ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻮ ﺍﹾﻟ‬‫ﻢ ﹶﺃﺧ‬ ‫ِﻠ‬‫ﻤﺴ‬ ‫»ﺍﹾﻟ‬
Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, ia tidak boleh
mendzaliminya dan tidak boleh menghinakannya.

Orang yang tidak berusaha menjaga kehormatan saudaranya


padahal ia mampu melakukannya, berarti ia telah menghina-
kannya. Hadits Jabir riwayat Abû Dawud, al-Haitsami berkata,
“Sanadnya hasan”, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﻪ‬ ‫ﺘ ـ‬‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻚ ﻓِﻴ ِﻪ‬


 ‫ﻬ‬ ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﺗ‬ ‫ﺿ ٍﻊ‬
ِ ‫ﻮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ﻓِﻲ‬‫ﻠِﻤ‬‫ﺴ‬‫ﺮﹰﺃ ﻣ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺨ ﹸﺬ ﹸﻝ ﺍ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺴِﻠ ٍﻢ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫» ﻣ‬
‫ﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﺐ ﻓِﻴ ِﻪ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ، ‫ﻮ ِﻃ ٍﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ ﻓِﻲ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﺧ ﱠﺬﹶﻟ‬ ‫ ِﺇ ﱠﻻ‬،‫ﺿ ِﻪ‬
ِ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ِﻋ‬ ‫ﺺ ﻓِﻴ ِﻪ ِﻣ‬
 ‫ﺘ ﹶﻘ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬
،‫ﺿ ـ ِﻪ‬
ِ ‫ﺮ‬ ‫ﻦ ِﻋ‬ ‫ﺺ ﻓِﻴ ـ ِﻪ ِﻣ ـ‬
 ‫ﺘ ﹶﻘ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬ ‫ﺿ ٍﻊ‬
ِ ‫ﻮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ﻓِﻲ‬‫ﺴِﻠﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻳ‬ ‫ﺉ‬
ٍ ‫ﻣ ِﺮ‬ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﻭﻣ‬
«‫ﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻴ ِﻪ ﻧ‬‫ﺐ ِﻓ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻮ ِﻃ ٍﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ ﻓِﻲ‬
ُ ‫ﻩ ﺍ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ ِﺇ ﱠﻻ‬،‫ﻣِﺘ ِﻪ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻚ ﻓِﻴ ِﻪ ِﻣ‬
 ‫ﻬ‬ ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬
Tidaklah seorang muslim yang tidak menolong muslim lainnya
(padahal mampu menolongnya baik dengan perkataan maupun
perbuatan) di tempat yang kehormatannya diganggu dan harga
dirinya dicemarkan, kecuali Allah tidak akan menolongnya di
tempat, di mana ia menginginkan pertolongan dari Allah.
Seseorang yang membela seorang muslim pada saat dicemari harga
dirinya dan diganggu kehormatannya, maka Allah akan
membelanya pada saat ia menginginkan pertolongan dari-Nya.
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 377

Hadits-hadits dari Abû Darda, Asma binti Yazid, Anas, Imran bin
Usain, dan Abû Hurairah, semuanya telah diceritakan pada bab
cinta dan benci karena Allah. Rasulullah saw. telah mengakui
perbuatan Muadz bin Jabal ketika membela kehormatan
saudaranya yaitu Ka’ab bin Malik. Dalam hadits mutafaq ‘alaih
dari Ka’ab bin Malik ra., ia berkata dalam hadits yang panjang
tentang kisah taubatnya. Rasulullah saw. bersabda pada saat duduk
bersama para sahabat di Tabuk:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﻤﺔﹶ‬ ‫ﺳﹶﻠ‬ ‫ﺑﻨِﻲ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ ِﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎِﻟﻚٍ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﻦ ﻣ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻌ ﹶﻞ ﹶﻛ‬ ‫ﺎ ﹶﻓ‬‫» ﻣ‬
‫ﺎ‬‫ﺲ ﻣ‬
 ‫ ِﺑﹾﺌ‬: ‫ﺒ ٍﻞ‬‫ﺟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺎ ﹲﺫ‬‫ﻣﻌ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ ِﻪ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻟ‬ ‫ﺮ ﻓِﻲ ِﻋ ﹾﻄ ﹶﻔ‬ ‫ﻨﻈﹶ‬‫ﺍﻟ‬‫ﻩ ﻭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺮﺩ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺣ‬
‫ﻮ ﹸﻝ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺴ ﹶﻜ‬
 ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺍ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﻴ ِﻪ ِﺇ ﱠﻻ‬ ‫ﹶﻠ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﻤﻨ‬ ‫ﻋِﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﷲ ﻣ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﷲ ﻳ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬،‫ﹸﻗ ﹾﻠﺖ‬
« ‫ﷲ‬
ِ‫ﺍ‬
Apa yang telah dilakukan oleh Ka’ab bin Malik? Seorang lelaki
dari Bani Salamah berkata, “Wahai Rasulullah, Ka’ab bin Malik
telah terpesona dengan burdahnya (selendang yang dikenakan di
atas baju) dan memandang dengan bangga baik terhadap diri
maupun pakaiannya. Kemudian Muadz bin Jabal berkata kepada
lelaki itu, “Alangkah buruknya apa yang telah engkau laporkan
itu! Demi Allah, wahai Rasulullah, aku tidak mengetahui dia kecuali
baik.” Kemudian Rasulullah saw. diam.

Para ulama telah membolehkan ghîbah karena enam alasan


yaitu, mengadukan kedzaliman, menjadikan ghîbah sebagai jalan
untuk mengubah kemunkaran, meminta fatwa, memberikan
peringatan kepada kaum Muslim dari kejahatan (hal ini termasuk
dalam kategori nasihat), menceritakan orang yang terang-terangan
melakukan kefasikan dan bid’ah, dan karena memperkenalkan
seseorang. Imam an-Nawawi berkata dalam kitab al-Adzkar,
378 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

“Kebanyakan dari sebab-sebab ini telah disepakati sebagai sebab


kebolehan ghibah.” Beliau berkata, “Dalil-dalilnya sangat jelas dari
hadits-hadits shahih dan masyhur.” Beliau juga telah mengulangi
pembahasan tentang ghîbah ini dalam kitab Riyâdhush Shâlihîn.
Dalam kitab ini beliau menceritakan sebagian dalil-dalilnya. Ash-
Shan’ani juga telah menceritakan masalah ghibah ini dalam kitab
Subulus Salâm. Al-Qarafi berkata dalam adz-Dzakhirah, “Sebagian
ulama berkata ada lima perkara yang dikecualikan dari ghibah,
yaitu nasihat, mencari rawi dan saksi yang cacat atau yang sehat,
orang yang terang-terangan melakukan kefasikan, para pelaku
bid’ah, pengarang-pengarang yang menyesatkan, dan ketika orang
yang menggunjing dan yang digunjingkan telah sama-sama
mengetahui topik pergunjingannya.”

27. Mengadu-domba (an-Namimah)

 Allah berfirman

 ∩⊇⊇∪ 5Ο‹ÏϑoΨÎ/ ¥!$¤±¨Β :—$£ϑyδ


Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah,
(TQS. Nun [68]: 11).

 Dari Hudzaifah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻤ‬ ‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﺠ‬


 ‫ﺧ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.
(Mutafaq ‘alaih).

 Dari Ibnu Abbas, semoga Allah meridhai keduanya.

‫ﺎ ِﻥ ﻓِﻲ‬‫ﻌ ﱠﺬﺑ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ،‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻌ ﱠﺬﺑ‬ ‫ﻴ‬‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﻧ‬‫ ِﺇ‬:‫ﻳ ِﻦ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺮ ِﺑ ﹶﻘ‬ ‫ﻣ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫»ﹶﺃ ﱠﻥ‬
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 379

‫ﺮ‬ ‫ﺘِﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺮ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻻ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺎ ﺍﹾﻵ‬‫ﻭﹶﺃﻣ‬ ،‫ﻤ ِﺔ‬ ‫ﻨﻤِﻴ‬‫ﻤﺸِﻲ ﺑِﺎﻟ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ‬‫ﻫﻤ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﹶﻛِﺒ ٍﲑ! ﹶﺃﻣ‬
«‫ﻮِﻟ ِﻪ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ِﻣ‬
Sesungguhnya Rasulullah saw. melewati dua kuburan dan
bersabda, “Kedua orang yang ada dalam kubur ini sedang disiksa.
Keduanya tidak disiksa karena dosa besar. Salah seorangnya ketika
masih hidup suka mengadu domba. Dan yang kedua dia tidak
menutupi dirinya ketika sedang kencing. (Mutafaq ‘alaih).
28. Memutuskan Tali Silaturahmi

 Allah berfirman:

∩⊄⊄∪ öΝä3tΒ$ymö‘r& (#þθãèÏeÜs)è?uρ ÇÚö‘F{$# ’Îû (#ρ߉šøè? βr& ÷ΛäøŠ©9uθs? βÎ) óΟçFøŠ|¡tã ö≅yγsù

 ∩⊄⊂∪ öΝèδt≈|Áö/r& #‘yϑôãr&uρ ö/àS£ϑ|¹r'sù ª!$# ãΝßγoΨyès9 tÏ%©!$# y7Í×‾≈s9'ρé&


Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat
kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan
kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan
ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan
mereka. (TQS. Muhammad [47]: 22-23).

ÿϵÎ/ ª!$# ttΒr& !$tΒ šχθãèsÜø)tƒuρ ϵÉ)≈sV‹ÏΒ Ï‰÷èt/ .ÏΒ «!$# y‰ôγtã tβθàÒà)Ζtƒ tÏ%©!$#uρ

 Í‘#¤$!$# âþθß™ öΝçλm;uρ èπoΨ÷è‾=9$# ãΝßγs9 y7Í×‾≈s9'ρé& € ÇÚö‘F{$# ’Îû tβρ߉šøãƒuρ Ÿ≅|¹θムβr&
Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan
teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya
dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang
itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman
yang buruk (Jahannam). (TQS. al-Ra’du [13]: 25).
380 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Dari Abû Muhammad yaitu Jubair bin Muth’im ra.,


sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻊ‬ ‫ﻨ ﹶﺔ ﻗﹶﺎ ِﻃ‬‫ﺠ‬


 ‫ﺧ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫» ﹶﻻ‬
Tidak akan masuk surga orang yang suka memutuskan silaturahmi.
(Mutafaq ‘alaih).

 Dari Abû Abdurrahman yaitu Abdullah bin Mas’ud ra.,


sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻫﺬﹶﺍ‬ :‫ﺖ‬
 ‫ﻢ ﹶﻓﻘﹶﺎﹶﻟ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺖ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﻣ‬ ‫ ﻗﹶﺎ‬، ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻍ ِﻣ‬
‫ﺮ ﹶ‬ ‫ﻰ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﻓ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺨ ﹾﻠ‬
 ‫ﻖ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃﺻِــ ﹶﻞ‬ ‫ﻴ‬‫ﺿ‬
ِ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﹶﺃﻣ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬، ‫ﻌ ِﺔ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻄِﻴ‬ ‫ ِﻣ‬‫ﺎِﺋ ِﺬ ﺑِﻚ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟﻌ‬ ‫ﻣﻘﹶﺎ‬
«‫ﻚ‬
ِ ‫ ﹶﻓﺬﹶﺍ ِﻙ ﹶﻟ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻠﹶﻰ‬‫ ﺑ‬:‫ﺖ‬
 ‫ﻚ؟ ﻗﹶﺎﹶﻟ‬
ِ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﹶﻗ ﹶﻄ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻭﹶﺃ ﹾﻗ ﹶﻄ‬ ،‫ﻚ‬
ِ ‫ﺻﹶﻠ‬
 ‫ﻭ‬
Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk hingga ketika
selesai menciptakannya berdirilah rahim dan berkata, “Ini adalah
tempat bagi orang yang berlindung kepada-Mu dari memutuskan
silaturahmi.” Allah berfirman, “Benar, apakah engkau senang jika
Aku menyambung orang yang menyambungkanmu dan
memutuskan orang yang memutuskanmu?” Rahim berkata, “Tentu
saja aku sangat senang.” Allah berfirman, “Maka itu untukmu.”
(Mutafaq ‘alaih).

 Al-Bukhâri telah mengeluarkan dalam kitab Shahih-nya bahwa


Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺖ‬


 ‫ﻌ‬ ‫ﺻ ﹶﻞ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ِﺇﺫﹶﺍ ﹸﻗ ِﻄ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﻦ ﺍﹾﻟﻮ‬ ‫ﻭﹶﻟ ِﻜ‬ ، ‫ﻤﻜﹶﺎِﻓ ِﺊ‬ ‫ﺻ ﹸﻞ ﺑِﺎﹾﻟ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺲ ﺍﹾﻟﻮ‬
 ‫ﻴ‬‫»ﹶﻟ‬
«‫ﺎ‬‫ﺻﹶﻠﻬ‬
 ‫ﻭ‬
Bukanlah orang yang menyambung silaturrahmi yang sebenarnya
orang yang membalas hal yang sama dengan apa yang dilakukan
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 381

padanya, tapi orang yang menyambung silaturrahmi adalah orang


yang jika diputuskan rahimnya (orang yang tidak dikunjungi, penj.),
maka ia akan menyambungkannya.

 Dari ‘Aisyah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

‫ﻲ‬ ‫ﻌِﻨ‬ ‫ﻦ ﹶﻗ ﹶﻄ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﷲ‬


ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﺻﹶﻠ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺻﹶﻠِﻨ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ :‫ﺗﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﺵ‬
ِ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻌﱠﻠ ﹶﻘ ﹲﺔ ﺑِﺎﹾﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫»ﺍﻟ‬
«‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻗ ﹶﻄ‬
Rahim bergantung di ‘Arasy dan berkata, “Barangsiapa yang
menyambungkan aku, maka Allah akan menyambungkannya, dan
barangsiapa yang memutuskan aku maka Allah akan memutus-
kannya.” (Mutafaq ‘alaih).

29. Ingin Dilihat dan Ingin Didengar (Riya dan Tasmi)

Riya adalah manginginkan keridhaan manusia ketika


bertaqarub. Riya termasuk aktivitas hati bukan aktivitas lisan dan
anggota badan yang lainnya. Riya hakikatnya merupakan tujuan
dari perkataan atau perbuatan. Jadi, di dalam riya terjadi
pengalihan tujuan taqarub; yang sejatinya ditujukan hanya untuk
Allah semata menjadi karena manusia. Karena itu perkataan dan
perbuatan taqarub bukanlah riya itu sendiri, melainkan tempat
adanya riya. Sedangkan riya itu sendiri adalah tujuan dari suatu
taqarub, bukan yang dituju —ketika yang dituju adalah ridha
manusia. Apabila tujuan dari suatu taqarub berserikat antara Allah
dan Manusia, maka taqarub seperti itu adalah haram. Lebih parah
lagi dari hal ini, jika taqarub tersebut murni ditujukan untuk
manusia, bukan untuk Allah.
Dibatasinya riya hanya dalam hal taqarub karena pada
selain taqarub tidak ada riya. Misalnya, ketika melangsungkan
transaksi jual beli dilihat banyak orang, atau berhias diri dengan
382 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

pakaian yang dibolehkan; atau yang lainnya. Adapun pembatasan


riya dengan ridha manusia, adalah ditujukan untuk mengecualikan
maksud-maksud yang lainnya. Seperti maksud ingin mendapatkan
manfaat materiil pada saat melaksanakan ibadah haji.
Taqarub bisa berupa aktivitas ibadah (ritual), bisa berupa
aktivitas lainnya. Orang yang melamakan sujudnya, orang yang
bersedekah, dan orang yang berjihad karena ingin dilihat
manusia adalah orang-orang yang riya. Orang yang menulis
naskah karena ingin dikatakan sebagai orang yang berilmu
adalah orang yang riya. Orang yang berpidato karena ingin
membuat orang terkagum-kagum adalah orang yang riya. Orang
yang khutbah karena ingin dikatakan sebagai khatib yang baik
adalah orang yang riya. Orang yang memakai baju ditambal-
tambal karena ingin dikatakan sebagai orang yang zuhud adalah
orang yang riya. Orang yang memanjangkan jenggotnya dan
orang yang tidak mengulurkan bajunya sampai ke mata kaki
karena ingin dikatakan sebagai orang yang melaksanakan sunah
adalah orang yang riya. Orang yang senantiasa makan kacang
adas karena ingin disebut sebagai orang yang menjalani
kehidupan asketis adalah orang yang riya. Orang yang
mengundang ribuan orang karena ingin dikatakan sebagai orang
yang der mawa n adalah orang yang riya . Orang yang
menundukan kepalanya ketika berjalan karena ingin dikatakan
sebagai orang yang rendah hati adalah orang yang riya. Orang
yang membacakan al-Quran dengan suara yang keras di malam
hari karena ingin didengar tetangganya adalah orang yang riya.
Orang yang membawa mushaf kecil dan ia sangat ingin dilihat
manusia hingga mereka menyukainya adalah orang yang riya.
Kita saat ini tengah berada di suatu masa di mana
manusia sudah tidak malu lagi berbuat riya. Bahkan secara
umum manusia tidak mengetahui fakta dan hukum-hukum
seputar riya. Bukti nyata hal ini adalah tampaknya berbagai
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 383

macam penutup kepala (kopiah) yang telah dikabarkan oleh


Rasulullah saw. Az-Zubaidi dan ash-Shafi telah mengeluarkan
dalam al-Kanz dan al-Hâkim, at-Tirmidzi dalam an-Nawâdir,
serta Abû Nu’im dalam al-Hilyah dengan sanad yang dikatakan
oleh al-Hâkim, “Aku tidak mengetahui adanya kecacatan
padanya”. Dari Anas bin Malik, ia berkata; Rasulullah saw.
bersabda:

 ‫ﻙ ﹶﺫﻟِــ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬،ِ‫ﺍﺀ‬‫ﺍ ﹸﻥﹸﻥ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬‫ﺍ‬‫ﻳﺪﺪ‬‫ﻳ‬‫ﺩِﺩ‬ ‫ﺎ ِﻥ‬‫ﺰﻣ‬ ‫ﻮ ﹸﻥ ﻓِﻲ ﺁ ِﺧ ِﺮ ﺍﻟ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬»
‫ــﺎ ﹶﻥ‬‫ﺰﻣ‬ ‫ﻚ ﺍﻟ‬
‫ﺮ‬ ‫ــ‬‫ﻳ ﹾﻈﻬ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻮﻥﹶ‬ ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﻧ‬‫ﻢ ﺍ َﻷ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻬﻢ‬ ‫ﻨ‬‫ﻭ ِﻣ‬ ‫ﻴ ِﻢ‬‫ﺮ ِﺟ‬ ‫ﻴﻄﹶﺎ ِﻥ ﺍﻟ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﷲ ِﻣ‬
ِ ‫ﻮ ﹾﺫ ﺑِﺎ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﹶﻓﹾﻠ‬
‫ﻳِﻨ ِﻪ‬‫ﻣِﺌ ٍﺬ ِﺑ ِﺪ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺴ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،ِ‫ﺎﺀ‬‫ﺮﻳ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻣِﺌ ٍﺬ ِﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺤﻴ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻭ ِﺩ ﹶﻓ ﹶ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺲ ﺍﹾﻟﺒ‬
 ‫ﻼِﻧ‬
‫ﹶﻗ ﹶ‬
،‫ﻴﻦ‬‫ﻤﺴِــ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺟ ِﺮ‬ ‫ﻩ ﻛﹶــﹶﺄ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻳِﻨ ِﻪ ﹶﺃ‬‫ﻚ ِﺑ ِﺪ‬
 ‫ﺴ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ ﻭ‬،ٍ‫ﺮﺓ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺾ‬
ِ ‫ﻛﹶﺎﹾﻟﻘﹶﺎِﺑ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﺑ ﹾﻞ ِﻣ‬ :‫؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﻬﻢ‬ ‫ﻨ‬‫ﻭ ِﻣ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ ﹶﺃ ِﻣﻨ‬:‫ﺍ‬‫ﻗﹶﺎﹸﻟﻮ‬
Nanti di akhir zaman akan terdapat “Didan al-Qurra”17. Siapa
saja yang hidup di zaman itu, maka hendaklah ia berlindung
kepada Allah dari setan yang terkutuk dan dari mereka (Didan
al-Qurra). Mereka adalah orang-orang yang berbau busuk.
Kemudian akan bermuculan berbagai jenis penutup kepala dan
jubah, maka manusia sudah tidak lagi merasa malu dari riya.
Orang yang berpegang teguh pada agamaku saat itu bagaikan
orang yang menggenggam bara api. Orang yang berpegang
teguh pada agamanya pahalanya seperti pahala lima puluh
orang. Para sahabat berkata, “Apakah lima puluh itu dari mereka
atau dari kami?” Rasulullah saw. bersabda, “Dari kalian.”

17. Didan al-Qura’ adalah orang yang beribadah terfokus pada hal-hal yang
dzahir, yang sengaja dilakukan agar mereka (dapat) (mencari) makan di
dunia. (Lihat Faidhul Qadir, Syarah Jami’ ash-Shagir)
384 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Kata al-Qalânis pada hadits ini adalah bentuk jamak dari


Qalansuwah artinya kopiah (penutup kepala). Kata al-Barud adalah
bentuk jamak dari kata Bardun. Ungkapan Qalanisul barud ini
adalah kinayah (kiyasan) dari tokoh agama yang membedakan
dirinya dengan yang lain dengan cara memakai kopiah dan jubah;
tanpa memandang orang yang dibalut oleh kopiah dan jubah
tersebut. Penilaian orang berdasarkan hal-hal seperti ini, yang telah
dinyatakan sebagai tanda-tanda orang yang tidak punya rasa malu
adalah bagian dari riya.

Adapun yang dimaksud at-Tasmi’ adalah menceritakan


aktivitas taqarub kepada manusia untuk memperolah keridhaan
mereka. Perbedan antara riya dan tasmi’ (sum’ah) adalah riya itu
menyertai suatu amal, sedangkan tasmi’ adalah setelah beramal.
Riya tidak bisa diketahui kecuali oleh Allah dan tidak ada cara
bagi orang lain untuk mengetahuinya. Bahkan orang yang riya
sekali pun tidak akan mengetahui adanya riya dalam dirinya,
kecuali jika ia berubah menjadi ikhlas. Imam Nawawi telah
meriwayatkan dalam al-Majmû’ dari asy-Syâfi’i, beliau berkata:
“Tidak akan mengetahui riya kecuali orang yang ikhlas.” Ikhlas itu
membutuhkan perhatian yang serius dan kesungguhan jiwa. Tidak
akan mampu berbuat ikhlas kecuali orang yang telah memisahkan
diri dari dunia.
Tasmi’ bisa jadi ada dalam suatu taqarub yang dilakukan
secara tersembunyi seperti orang yang shalat di malam hari, dan
di pagi harinya ia meceritakan taqarubnya itu kepada orang lain.
Tasmi’ bisa juga ada pada taqarub yang dilakukan secara terang-
terangan di suatu tempat, kemudian diceritakan kepada orang lain
yang ada di tempat lain. Semua itu dilakukan dengan tujuan ingin
memperoleh keridhaan manusia.
Di antara pelajaran paling baik yang telah sampai kepada
kita tentang generasi pertama (para sahabat) dan upaya mereka
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 385

dalam menjauhkan diri dari sifat tasmi’ adalah apa yang telah
diriwayatkan oleh Abû Yusuf dalam kitab al-Atsar dari Abû Hanifah
dari Ali bin al-Aqmar, bahwa Umar bin al-Khathab pernah lewat
kepada seorang laki-laki yang sedang makan dengan tangan
kirinya. Umar saat itu berdiri menghadap para sahabat yang sedang
makan. Maka Umar berkata kepada lelaki itu, “Wahai hamba Allah,
makanlah dengan tangan kananmu!” Laki-laki itu berkata, “Tangan
kananku ‘sibuk’”. Kemudian Umar menghampiri kedua dan ketiga
kalinya tapi laki-laki itu tetap makan dengan tangan kirinya dan
berkata seperti tadi. Kemudian Umar berkata, “Sibuk dengan apa?”
Laki-laki itu berkata, “Tangan kananku terputus pada perang
Mu’tah”. Maka Umar pun terkejut mendengar jawabanya itu.
Kemudian berkata, “Lalu siapa yang yang mencuci pakaianmu?
Siapa yang meminyaki rambutmu? Siapa yang melayanimu?” Ali
bin Akmar berkata, “Kemudian Umar menyiapkan kebutuhannya.
Umar memerintahkan agar ia diberi seorang budak, satu
tunggangan beserta makanan dan nafkahnya.” Para sahabat
berkomentar, “Umar telah memberikan balasan kebaikan kepada
rakyatnya.”

Juga hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhâri dari Abû Musa yang
berkata:

،‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬‫ﺘ ِﻘ‬‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﲑ‬ ‫ﺑ ِﻌ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ،‫ﻧ ﹶﻔ ٍﺮ‬ ‫ﺘ ﹸﺔ‬‫ﻦ ِﺳ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ‫ﺰﺍ ٍﺓ‬ ‫ﻲ  ﻓِﻲ ﹶﻏ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﻊ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺟﻨ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ »
‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻧﹸﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭ ﹸﻛﻨ‬ ،‫ﻱ‬
 ‫ﺖ ﹶﺃ ﹾﻇﻔﹶﺎ ِﺭ‬
 ‫ﺳ ﹶﻘ ﹶﻄ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎﻱ‬‫ﺪﻣ‬ ‫ﺖ ﹶﻗ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻧ ِﻘ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﺍ‬‫ﺖ ﹶﺃ ﹾﻗﺪ‬
 ‫ﺒ‬‫ﻨ ِﻘ‬‫ﹶﻓ‬
‫ﻊ‬ ‫ﻨ‬‫ــ‬‫ﺖ ﹶﺃﺻ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺎ ﹸﻛ‬‫ﻙ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻣ‬ ‫ﻩ ﺫﹶﺍ‬ ‫ﻢ ﹶﻛ ِﺮ‬ ‫ﺬﹶﺍ ﹸﺛ‬‫ﻰ ِﺑﻬ‬‫ﻮﺳ‬‫ﻮ ﻣ‬‫ﺙ ﹶﺃﺑ‬
‫ﺪ ﹶ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﻠِﻨ‬‫ﺟ‬‫ﺃﹶﺭ‬
«‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤِﻠ ِﻪ ﹶﺃ ﹾﻓﺸ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻲ ٌﺀ ِﻣ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻳﻜﹸﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻩ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻪ ﹶﻛ ِﺮ‬ ‫ﻧ‬‫ ﹶﻛ ﹶﺄ‬،‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ِﺑﹶﺄ ﹾﻥ ﹶﺃ ﹾﺫ ﹸﻛ‬
Kami pernah keluar bersama Rasulullah saw. pada suatu peperangan.
Pada saat itu jumlah kami ada enam orang. Di antara kami hanya ada
386 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

satu unta yang dinaiki secara bergantian, hingga telapak kaki kami
menjadi tipis dan pecah-pecah; begitu pula dengan telapak kakiku,
bahkan kuku-kuku kakiku pun terkelupas. Pada saat itu kami
membalut kaki kami. Abû Musa menceritakan hal ini, kemudian ia
tidak menyukainya. Ia berkata, “Kami berbuat bukan untuk
diceritakan.” Seolah-olah Abû Musa tidak suka sedikit pun amalnya
disebar-luaskan.

Riya dan tasmi’ keduanya diharamkan tanpa ada


perbedaan pendapat. Dalilnya sangat banyak diantaranya:

 Allah berfirman:

 ∩∉∪ šχρâ!#tãƒ öΝèδ tÏ%©!$#


Orang-orang yang berbuat riya. (TQS. al-Ma’un [107]: 6)

 Allah berfirman:

tβ%x. yϑsù ( Ó‰Ïn≡uρ ×µ≈s9Î) öΝä3ßγ≈s9Î) !$yϑ‾Ρr& ¥’n<Î) #yrθム/ö ä3è=÷WÏiΒ ×Ž|³o0 O$tΡr& !$yϑ‾ΡÎ) ö≅è%

 #J‰tnr& ÿϵÎn/u‘ ÍοyŠ$t7ÏèÎ/ õ8Ύô³ç„ Ÿωuρ $[sÎ=≈|¹ WξuΚtã ö≅yϑ÷èu‹ù=sù ϵÎn/u‘ u!$s)Ï9 (#θã_ötƒ
…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.
(TQS. al-Kahfi [18]: 110)

 Rasulullah saw. bersabda dalam hadits Jundub riwayat al-


Bukhâri dan Muslim:

«‫ﷲ ِﺑ ِﻪ‬
ُ ‫ﺍ ِﺀ ﺍ‬‫ﻳﺮ‬ ‫ﺮﺍ ُﺀ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ، ‫ﷲ ِﺑ ِﻪ‬
ُ ‫ﻊ ﺍ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa ingin didengar amalnya, maka Allah akan
memperdengarkan amalnya kepada manusia. Barangsiapa ingin
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 387

dilihat amalnya, maka Allah akan memperlihatkan amalnya kepada


manusia. (Lafadz dari al-Bukhâri).

 Hadits Ibnu Abbas riwayat Muslim, dari Rasulullah saw.


bersabda:

«‫ﷲ ِﺑ ِﻪ‬
ُ ‫ﺍﺀَﻯ ﺍ‬‫ﺍﺀَﻯ ﺭ‬‫ﻦ ﺭ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ ِﺑ ِﻪ‬
ُ ‫ﻊ ﺍ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa ingin didengar amalnya, maka Allah akan
memperdengarkan amalnya kepada manusia. Barangsiapa ingin
dilihat amalnya, maka Allah akan memperlihatkan amalnya kepada
manusia.

 Hadits Abû Hurairah diriwayatkan oleh Muslim dan an-Nasâi,


ia berkata; aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:

،‫ﻲ ﺑِــ ِﻪ‬ ‫ﺪ ﹶﻓﹸﺄِﺗ‬ ‫ﺸ ِﻬ‬


 ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺟ ﹲﻞ ﺍ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟﻘِﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﻳ ﹾﻘﻀ‬ ‫ﺱ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻭ ﹶﻝ ﺍﻟﻨ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﹶﺃ‬
‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺖ ﻓِﻴ‬
 ‫ﺗﹾﻠ‬‫ﺎ ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻗﹶﺎ‬‫ﺖ ﻓِﻴﻬ‬
 ‫ﻋ ِﻤ ﹾﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓﻤ‬،‫ﺎ‬‫ﻓﹶﻬ‬‫ﺮ‬‫ﻪ ﻓﹶ ﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻪ ِﻧ‬ ‫ﺮﹶﻓ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﹶﻓ‬
‫ﺪ‬ ‫ﺟﺮِﻱ ٌﺀ ﹶﻓ ﹶﻘ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻳﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﺖ ِ َﻷ ﹾﻥ‬
 ‫ﺗ ﹾﻠ‬‫ﻚ ﻗﹶﺎ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻭﹶﻟ ِﻜ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺑ‬‫ ﹶﻛ ﹶﺬ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬.‫ﺕ‬
 ‫ﻬِﺪ‬‫ﺸ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺳ‬
‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ .‫ــﺎ ِﺭ‬‫ﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻰ ﹸﺃﹾﻟ ِﻘ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺟ ِﻬ ِﻪ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺤ‬
ِ‫ﺴ‬
 ‫ﺮ ِﺑ ِﻪ ﻓﹶ‬ ‫ﻢ ﹸﺃ ِﻣ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﻗِﻴﻞﹶ‬
:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺎ‬‫ﺮ ﹶﻓﻬ‬ ‫ﻪ ﻓﹶﻌ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻪ ِﻧ‬ ‫ﺮ ﹶﻓ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻲ ِﺑ ِﻪ ﹶﻓ‬ ‫ ﹶﻓﹸﺄِﺗ‬، ‫ﺁ ﹶﻥ‬‫ﺮﹶﺃ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬ ‫ﻭ ﹶﻗ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋﱠﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟ ِﻌﹾﻠ‬ ‫ﻌﱠﻠ‬ ‫ﺗ‬
،‫ﺁ ﹶﻥ‬‫ﻚ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬
 ‫ﺕ ﻓِﻴ‬
 ‫ﺮﹾﺃ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﻋﱠﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺖ ﺍﹾﻟ ِﻌ ﹾﻠ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻌﱠﻠ‬ ‫ﺗ‬ :‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﺎ‬‫ ﻓِﻴﻬ‬‫ﻤِﻠﹾﺖ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﹶﻓﻤ‬
‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻴﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺁ ﹶﻥ ِﻟ‬‫ﺕ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬
 ‫ﺮﹾﺃ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ،‫ﻢ‬ ‫ﺎِﻟ‬‫ﻴﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﻋ‬‫ﺖ ِﻟ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻌﱠﻠ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻭﹶﻟ ِﻜ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺑ‬‫ ﻛﹶ ﹶﺬ‬:‫ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
.‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻰ ﹸﺃﹾﻟ ِﻘ‬‫ﺘ‬‫ﺟ ِﻬ ِﻪ ﺣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺤ‬
ِ‫ﺴ‬
 ‫ﺮ ِﺑ ِﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﻢ ﹸﺃ ِﻣ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﺪ ﻗِﻴ ﹶﻞ‬ ‫ﺉ ﹶﻓ ﹶﻘ‬
 ‫ﻗﹶﺎ ِﺭ‬
‫ﻪ‬ ‫ﺮ ﹶﻓ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻲ ِﺑ ِﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﺎ ِﻝ ﹸﻛﱢﻠ ِﻪ ﹶﻓﹸﺄِﺗ‬‫ﻑ ﺍﻟﹾﻤ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺻﻨ‬
 ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻩ ِﻣ‬ ‫ﻋﻄﹶﺎ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻊ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺟﻞﹲ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬
388 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﺳﺒِﻴ ٍﻞ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺖ ِﻣ‬


 ‫ﺮ ﹾﻛ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻣ‬:‫ﺎ؟ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﺖ ﻓِﻴﻬ‬
 ‫ﻋ ِﻤ ﹾﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ ﹶﻓﻤ‬:‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﺎ‬‫ﺮﹶﻓﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ِﻧ‬
‫ﺖ‬
 ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﻚ ﹶﻓ‬
 ‫ﻨ‬‫ﻭﹶﻟ ِﻜ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺑ‬‫ ﹶﻛ ﹶﺬ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻚ‬
 ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﺖ ﻓِﻴﻬ‬
 ‫ﻧ ﹶﻔ ﹾﻘ‬‫ﺎ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ‬‫ﻖ ﻓِﻴﻬ‬ ‫ﻨ ﹶﻔ‬‫ﻳ‬ ‫ﺐ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﺗ‬
‫ﻲ‬ ‫ﻰ ﹸﺃﹾﻟ ِﻘ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺟ ِﻬ ِﻪ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﺤ‬
ِ‫ﺴ‬ ‫ﺮ ِﺑ ِﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﻢ ﹸﺃ ِﻣ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﺪ ﻗِﻴ ﹶﻞ‬ ‫ ﹶﻓ ﹶﻘ‬،‫ﺩ‬ ‫ﺍ‬‫ﺟﻮ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻴﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ِﻟ‬
«‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻓِﻲ ﺍﻟﻨ‬
Yang pertama kali akan diadili di hari kiamat adalah orang yang
mati syahid. Kemudian ia dibawa ke hadapan Allah, dan Allah
mem-beritahukan kenikmatan kepadanya, maka ia pun
mengetahuinya. Allah berfirman, “Apa yang engkau lakukan di
dunia?” Orang itu berkata, “Aku telah berperang karena-Mu hingga
aku syahid.” Allah berfirman, “Engkau berdusta. Sebenarnya
engkau berperang karena ingin dikatakan sebagai pemberani dan
hal itu telah dikatakannya”. Kemudian Allah Swt. memerintahkan
untuk membawanya, maka orang itu diseret di atas wajahnya hingga
dilemparkan ke neraka. Kemudian orang yang mempelajari dan
mengajarkan ilmu serta membaca al-Quran. Lalu ia dibawa ke
hadapan Allah, dan Allah memberitahukan kenikmatan kepadanya,
maka ia pun mengetahuinya. Allah berfirman, “Apa yang engkau
lakukan di dunia?” Orang itu berkata, “Aku telah mempelajari ilmu
dan megajarkannya, aku pun membaca al-Quran karena-Mu.”
Allah berfirman, “Kamu berdusta. Sebenarnya kamu mempelajari
ilmu karena ingin dikatakan sebagai orang alim. Kamu membaca
al-Quran karena ingin dikatakan sebagai Qari, dan semua itu telah
dikatakannya.” Kemudian Allah SWT memerintahkan untuk
membawanya. Maka orang itu diseret di atas wajahnya hingga
dilemparkan ke neraka. Kemudian orang yang diberi keluasan oleh
Allah dan diberi karunia bermacam-macam harta. Lalu ia dibawa
ke hadapan Allah, dan Allah memberitahukan kenikmatan
kepadanya, maka ia pun mengetahuinya. Allah berfirman, “Apa
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 389

yang engkau lakukan di dunia?” Orang itu berkata, “Tidak ada


satu jalan pun yang Egkau sukai untuk berinfak di jalan itu kecuali
aku menginfakkan hartaku karena-Mu.” Allah berfirman, “Kamu
berdusta. Sebenarnya kamu melakukan itu semua karena ingin
dikatakan sebagai dermawan, dan semua itu telah dikatakan.”
Kemudian Allah Swt. memerintahkan untuk membawanya. Maka
orang itu diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan ke neraka.

 Hadits Abû Hindi ad-Dari riwayat Baihaqi, ath-Thabrâni, dan


Ahmad dengan redaksi dari Ahmad, sesungguhnya Abû Hindi
mendengar Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻊ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ ِﺑ ِﻪ‬
ُ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﺍﻳ‬‫ﻌ ٍﺔ ﺭ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ ٍﺀ‬‫ﻡ ِﺭﻳ‬ ‫ﻣﻘﹶﺎ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻦ ﻗﹶﺎ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa yang melaksanakan suatu amal dengan riya dan
sum’ah, maka Allah akan memperlihatkan dan memperdengarkan
amal itu di hari kiamat. (al-Mundziri berkata, “Sanadnya baik.”
Al-Haitsami berkata, “Perawi Ahmad, al-Bazzâr, dan salah
satu sanad ath-Thabrâni adalah para perawi yang shahih”).

 Hadits Abdullah bin Amru, riwayat ath-Thabrâni dan Baihaqi,


ia berkata; aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ ﱠﻘ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺻ‬


 ‫ﻭ‬ ‫ﺧﹾﻠ ِﻘ ِﻪ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﷲ ِﺑ ِﻪ ﺳ‬
ُ ‫ﻊ ﺍ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻤِﻠ ِﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺱ ِﺑ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻊ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada manusia, maka
Allah akan memperdengarkan amalnya pada pendengaran seluruh
makhluk Allah. Allah akan mengecilkan dan menghinakannya (di
hari kiamat). (al-Mundziri berkata, “Salah satu sanad ath-
Thabrâni adalah perawi yang sahih”).

 Hadits Auf bin Malik al-Asyja’iy riwayat ath-Thabrâni dengan


sanad yang hasan, ia berkata; aku mendengar Rasulullah saw.
bersabda:
390 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

« ‫ﷲ ِﺑ ِﻪ‬
ُ ‫ﻊ ﺍ‬ ‫ﺳ ِﻤ‬ ‫ﻌ ٍﺔ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻣﻘﹶﺎ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻦ ﻗﹶﺎ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،ِ‫ﷲ ِﺑﻪ‬
ُ ‫ﺎ ﺍ‬‫ﺍﻳ‬‫ﺎ ٍﺀ ﺭ‬‫ﻡ ِﺭﻳ‬ ‫ﻣﻘﹶﺎ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻦ ﻗﹶﺎ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa yang melaksanakan suatu amal dengan riya, maka
Allah akan memperlihatkan amal itu di hari kiamat. Dan
barangsiapa yang beramal dengan sum’ah, maka Allah akan
memperdengarkan amal itu di hari kiamat.

 Hadits Muadz bin Jabal riwayat ath-Thabrâni dengan sanad


hasan dari Rasulullah saw., beliau bersabda:

‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﷲ ِﺑ ِﻪ‬
ُ ‫ﻊ ﺍ‬ ‫ﺳ ِﻤ‬ ‫ﺎ ٍﺀ ِﺇ ﱠﻻ‬‫ﻭ ِﺭﻳ‬ ‫ﻌ ٍﺔ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻣﻘﹶﺎ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻡ ﻓِﻲ ﺍ ﻟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ ﹸﻘ‬ ‫ﺒ ٍﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫»ﻣﹶﺎ ِﻣ‬
«‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻖ‬
ِ ‫ﻼِﺋ‬
‫ﺨﹶ‬
 ‫ﺱ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﻭ‬ ‫ﺅ‬ ‫ﺭ‬
Tidak ada seorang hamba yang beramal dengan sum’ah dan riya
di dunia, kecuali Allah akan memperdengarkan amalanya di
hadapan seluruh makhluk di hari kiamat.

 Hadits riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi dengan sanad yang


hasan dari Abû Sa’id al-Hudri, ia berkata; Rasulullah saw. keluar
menuju kami pada saat kami sedang membicarakan tentang al-
Masih al-Dajjal. Maka Rasulullah saw bersabda:

‫ﺎ‬‫ﺎ ِﻝ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﻗ ﹾﻠﻨ‬‫ﺪﺟ‬ ‫ﻤﺴِﻴ ِﺢ ﺍﻟ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ ﹶﺃ‬‫ﻫﻮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ِﺑﻤ‬ ‫ﺮ ﹸﻛ‬ ِ‫ﺒ‬‫»ﹶﺃ ﹶﻻ ﺃﹸﺧ‬
‫ﺼﻠﱢﻲ‬
 ‫ﻴ‬‫ــ ﹸﻞ ﹶﻓ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﻡ ﺍﻟ‬ ‫ﻳﻘﹸﻮ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺨ ِﻔ‬
 ‫ﻙ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ ﺍﻟ‬:‫ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬،ِ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍﷲ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑﻠﹶﻰ ﻳ‬
«‫ﻞ‬
ٍ ‫ﺟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻧ ﹾﻈ ِﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻯ ِﻣ‬‫ﻳﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ِﻟﻤ‬ ‫ﺗ‬‫ﻼ‬
‫ﺻﹶ‬
 ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﻴﺰ‬‫ﹶﻓ‬
Apakah perlu aku beritahukan kepada kalian suatu perkara yang
lebih aku takuti menimpa kalian dari ad-Dajjal. Kami berkata, “Tentu
saja, Ya Rasulullah” Rasulullah saw. bersabda, “Perkara itu adalah
syirik yang tersembunyi. Yaitu seperti seorang yang shalat kemudian
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 391

ia membagus-baguskan shalatnya karena ia melihat ada orang lain


yang melihat shalatnya.”

 Hadits riwayat Ibnu Majah, Baihaqi dan al-Hâkim, ia berkata,


hadits ini shahih tidak ada penyakitnya. Dari Zaid bin Aslam, dari
bapaknya, bahwa Umar ra. telah keluar menuju Masjid kemudian
ia menemukan Muadz sedang menangis dekat kuburan Rasulullah
saw. Umar berkata, “Apa yang membuat engkau menangis?” Muadz
berkata, “Aku menangis karena ingat suatu hadits yang pernah
aku dengar dari Rasulullah saw., beliau bersabda:

،‫ﺑ ِﺔ‬‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤﺤ‬ ‫ﷲ ﺑِﺎﹾﻟ‬


َ ‫ﺯ ﺍ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪ ﺑ‬ ‫ﷲ ﹶﻓ ﹶﻘ‬
ِ ‫ﺎ َﺀ ﺍ‬‫ﻭِﻟﻴ‬ ‫ﻯ ﹶﺃ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻦ ﻋ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ، ‫ﻙ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺎ ِﺀ ِﺷ‬‫ﺮﻳ‬ ‫ﲑ ﺍﻟ‬ ‫ﺴ‬
ِ ‫ﻳ‬»
، ‫ﻭﺍ‬‫ﺘ ﹶﻘﺪ‬‫ﻳ ﹾﻔ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻮﺍ ﹶﻟ‬‫ﻦ ِﺇ ﹾﻥ ﻏﹶﺎﺑ‬ ‫ﺎ َﺀ ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬‫ ِﻔﻴ‬‫ﺎ َﺀ ﺍﹾﻷَﺧ‬‫ﻧ ِﻘﻴ‬ َ‫ﺭ ﺍﹾﻷ‬ ‫ﺍ‬‫ﺑﺮ‬‫ﺐ ﹾﺍ َﻷ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
‫ﻦ ﹸﻛ ﱢﻞ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ِﻣ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻯ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺎﺑِﻴ‬‫ﻣﺼ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺑ‬‫ ﹸﻗﻠﹸﻮ‬،‫ﺮﻓﹸﻮﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﺍ ﹶﻟ‬‫ﻀﺮ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﻥ‬
«‫ﻤ ٍﺔ‬ ‫ﻣ ﹾﻈِﻠ‬ ‫ﺍ َﺀ‬‫ﺒﺮ‬‫ﹶﻏ‬
Riya yang sedikit adalah syirik. Barangsiapa yang memusuhi wali-
wali Allah, maka ia telah memerangi Allah secara terang-terangan.
Sesungguhnya Allah Swt. mencintai orang-orang yang berbuat baik
yang bersih hatinya, dan tersembunyi. Jika mereka tidak ada, maka
mereka tidak dicari; jika mereka hadir, maka mereka tidak dikenal.
Hati mereka merupakan pelita-pelita petunjuk, yang mengeluarkan
mereka dari problem dan balak yang membingungkan.

Jika riya merasuki suatu amal dalam rangka bertaqarub


kepada Allah, maka akan membatalkan amal itu. Artinya, amal itu
dipandang seolah-olah tidak ada (tidak pernah dilakukan), di
samping ada dosa di dalamnya. Dalilnya adalah hadits Abû
Hurairah riwayat Muslim, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:
392 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

‫ﻋ ِﻤ ﹶﻞ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ،‫ﺮ ِﻙ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ﻋ ِﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺮﻛﹶﺎ ِﺀ‬ ‫ﺸ‬  ‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﺎ ﹶﺃ ﹾﻏﻨ‬‫ ﹶﺃﻧ‬:‫ﺎﻟﹶﻰ‬‫ﺗﻌ‬‫ﻭ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﺒ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫»ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍ‬
«‫ﻪ‬ ‫ﺮ ﹶﻛ‬ ‫ﻭ ِﺷ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺮ ﹾﻛ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻴﺮِﻱ‬‫ﻣﻌِﻲ ﻓِﻴ ِﻪ ﹶﻏ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺭ‬‫ﺵ‬
 ‫ﻼ ﹶﺃ‬
‫ﻤ ﹰ‬ ‫ﻋ‬
Allah berfirman, “Aku adalah Dzat yang tidak butuh terhadap
perserikatan di antara yang berserikat. Barangsiapa melaksanakan
suatu amal, di dalamnya ia menyertakan selain-Ku bersama-Ku,
maka Aku akan meninggalkannya dan meninggalkan perseri-
katannya.”

Jadi, riya syirik itu dapat membatalkan amal. Apalagi riya khalis
(riya yang murni tidak sembunyi-sembunyi, penj.). Ahmad telah
mengeluarkan hadits dari Ubay bin Ka’ab dengan sanad yang hasan
dari Nabi saw., beliau bersabda :

‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ ِﻤ ﹶﻞ ِﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﲔ‬


ِ ‫ﻤ ِﻜ‬ ‫ﺘ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺼ ِﺮ ﻭ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺍﻟ‬‫ﻌ ِﺔ ﻭ‬ ‫ﺮ ﹾﻓ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﺎ ِﺀ ﻭ‬‫ﺴﻨ‬
 ‫ﻣ ﹶﺔ ﺑِﺎﻟ‬ ‫ﻫ ِﺬ ِﻩ ﹾﺍ ُﻷ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺑ‬»
«‫ﺐ‬
 ‫ﻧﺼِﻴ‬ ‫ﺮ ِﺓ‬ ‫ﻪ ﻓِﻲ ﺍﹾﻵ ِﺧ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺮ ِﺓ ﻟِﻠ‬ ‫ﻤ ﹶﻞ ﺍﹾﻵ ِﺧ‬ ‫ﻋ‬
Berilah kabar gembira umat ini dengan keluhuran martabat dan
ketinggian, serta pertolongan dan keteguhan. Siapa saja dari
umatku yang melakukan amal akhirat karena dunia, maka ia di
akhirat kelak tidak akan mendapatkan apa pun.

Al-Baihaqi dan al-Bazzâr telah mengeluarkan hadits dengan isnad


yang tidak berpenyakit dari Dhahak bin Qais, ia berkata; Rasulullah
saw. bersabda:

‫ﻜﹰﺎ‬‫ﺷ ِﺮﻳ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻣ ِﻌ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻚ ﹶﻓ‬
ٍ ‫ﺷ ِﺮﻳ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺃﹶﻧﹶﺎ‬ ‫ﻳ ﹸﻘ‬ ‫ﺎﻟﹶﻰ‬‫ﺗﻌ‬‫ﻭ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﺒ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫»ﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
‫ﻙ‬ ‫ﺭ‬ ‫ــﺎ‬‫ﺗﺒ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺍ‬،ِ‫ﻢ ﷲ‬ ‫ﺎﹶﻟ ﹸﻜ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﺍ ﹶﺃ‬‫ﺼﻮ‬
 ‫ِﻠ‬‫ﺱ ﹶﺃﺧ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻳﻬ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ ﻳ‬.‫ﻲ‬ ‫ﻳ ِﻜ‬ ‫ﺸ ِﺮ‬
 ‫ﻮ ﹶﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﹶﻓ‬

‫ﷲ‬
ِ ‫ﻫ ـﺬﹶﺍ‬ ‫ﺍ‬‫ﻮﹸﻟ ـﻮ‬ ‫ﺗ ﹸﻘ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﺺ ﹶﻟﻪ‬
 ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ِﻝ ِﺇ ﱠﻻ ﻣ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﻦ ﺍ َﻷ‬ ‫ﺒ ﹸﻞ ِﻣ‬‫ﻳ ﹾﻘ‬ ‫ﺎﻟﹶﻰ ﹶﻻ‬‫ﺗﻌ‬‫ﻭ‬
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 393

‫ﷲ‬
ِ ‫ﻫ ـﺬﹶﺍ‬ ‫ﺍ‬‫ﻮﹸﻟ ـﻮ‬ ‫ﺗ ﹸﻘ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،ٌ‫ﻲﺀ‬ ‫ﺷ ـ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬‫ﺲ ﷲِ ِﻣ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺍ ِﺣ ِﻢ‬‫ﺎ ﻟِﻠﺮ‬‫ﻧﻬ‬‫ﺍ ِﺣ ِﻢ ﹶﻓِﺈ‬‫ﻭﻟِﻠﺮ‬
«‫ﻴ ﹲﺊ‬‫ﺷ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﷲ ِﻓ‬
ِ ‫ﺲ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻮ ِﻫ ﹸﻜ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺎ ِﻟ‬‫ﻧﻬ‬‫ﻢ ﹶﻓِﺈ‬ ‫ﻮ ِﻫ ﹸﻜ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻭِﻟ‬
Sesungguhnya Allah berfirman, Aku adalah yang terbaik di antara
yang berserikat. Siapa yang menyekutukan-Ku, maka dia benar-
benar telah menyekutukan-Ku. Wahai manusia, murnikanlah amal
kalian semata karena Allah, karena Allah tidak akan menerima
suatu amal kecuali yang dilaksanakan dengan ikhlas karenanya.
Janganlah berkata, “Ini untuk Allah dan untuk Rahim.” Karena
amal itu akan menjadi hanya untuk Rahim tidak ada bagi Allah
sedikit pun dari amal itu. Juga jangan berkata, “Ini untuk Allah,
dan untuk kalian.” Karena amal itu hanya untuk kalian, dan sedikit
pun bukan untuk Allah.

At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Baihaqi, Ahmad dengan


sanad yang hasan, dari Abû Sa’id bin Abi Fudhalah. Abû Fudhalah
adalah seorang sahabat. Ia berkata, aku pernah mendengar
Rasulullah saw. bersabda:

 ‫ﻳ‬‫ﺭ‬ ‫ﻭ ٍﻡ ﹶﻻ‬‫ﻲﻮ‬ ‫ﻴ‬ِ‫ﻣ ِﺔ ﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻭﺍﹾﻵ ِﺧﺮِﻳ‬ ‫ﲔ‬
‫ﻯ‬‫ﺎﺩ‬‫ ﻧ‬،ِ‫ﺐ ﻓِﻴﻪ‬  ‫ﻭِﻟ‬ ‫ﷲ ﹾﺍ َﻷ‬
ُ ‫ﻊ ﺍ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬ ‫»ِﺇﺫﹶﺍ‬
‫ﷲ‬
َ ‫ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺍ‬،‫ﻨ ِﺪ ِﻩ‬‫ﻦ ِﻋ‬ ‫ﻪ ِﻣ‬ ‫ﺑ‬‫ﺍ‬‫ﺐ ﹶﺛﻮ‬
 ‫ﻴ ﹾﻄﹸﻠ‬‫ﻙ ﻓِﻲ ﻋﻤﻠﻪ ﺃﺣﺪﺍ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ٍﺩ‬‫ﻣﻨ‬
«‫ﻙ‬
ِ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻋ ِﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺮﻛﹶﺎ ِﺀ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﹶﺃ ﹾﻏﻨ‬
Ketika Allah mengumpulkan seluruh manusia yang terdahulu dan
yang terakhir di hari kiamat kelak, yang merupakan hari yang sama
sekali tidak diragukan, kemudian ada yang berseru; Siapa saja yang
menyekutukan Allah pada suatu amal, maka hendaknya ia mencari
pahala amalnya itu pada sekutu Allah itu, karena Allah adalah yang
paling tidak butuh terhadap sekutu di antara yang bersekutu.
394 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Disunahkan menyembunyikan amal shalih apa pun jika


memang ada jalan untuk menyembunyikannya, seperti shadaqah
sunah, shalat sunah, sunah-sunah rawatib, berdoa, istighfar, dan
membaca al-Quran. Dalil atas hal ini sangat banyak, namun kami
pandang cukup dengan mengetengahkan hadits Anas riwayat
Ahmad dengan sanad shahih, dari Nabi saw.:

‫ﻳ ِﺢ؟‬‫ﻦ ﺍﻟﺮ‬ ‫ﺪ ِﻣ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻲ ٌﺀ ﹶﺃ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻚ‬


 ‫ﺧ ﹾﻠ ِﻘ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻬ ﹾﻞ ِﻣ‬ ‫ﺏ ﹶﻓ‬  ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺖ ﻳ‬  ‫ﺢ ﻗﹶﺎﹶﻟ‬ ‫ﻳ‬‫ﻌ ِﻢ ﺍﻟﺮ‬ ‫ﻧ‬...»
«‫ﺎِﻟ ِﻪ‬‫ﻦ ﺷِﻤ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﺨ ِﻔ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻴِﻨ ِﻪ‬‫ﻴ ِﻤ‬‫ﻕ ِﺑ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ ﺁ‬ ‫ﺑ‬‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬ :‫ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
Benar. Berkata angin, “Wahai Tuhan, apakah ada di antara
makhluk-Mu yang lebih hebat daripada angin?” Allah berfirman,
“Ya, yaitu manusia yang bersedekah dengan tangan kanannya,
sementara dia menyembunyikannya dari tangan kirinya.”

Juga atsar yang diriwayatkan oleh an-Nasâi, al-Mazi, Ali Bin al-
Ja’di, dan yang lainnya, dari Zubair bin Awam, ia berkata,
“Barangsiapa di antara kalian mampu melaksanakan amal shalih
secara tersembunyi, maka hendaklah ia mengerjakannya.” Dalam
riwayat lain dikatakan; “Khabîatun” artinya sama, “Yang
tersembunyi”. Adh-Dhiya berkata dalam al-Mukhtarah, “Isnad
hadits ini Shahih.” Hadits an-Naqbi dari Qutaibah sudah sangat
dikenal.
Rasulullah saw. telah mengajarkan kepada kita bagaimana
cara menjaga diri dari syirik khafi. Ahmad, Ath-Tahbrâni, dan Abû
Ya’la telah mengeluarkan dengan isnad yang hasan, dari Abû Musa
al-Asy’ari, ia pernah berkata dalam khutbahnya :

‫ﻪ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻟ‬،‫ﻤ ِﻞ‬ ‫ﻨ‬‫ﺐ ﺍﻟ‬


ِ ‫ﺩﺑِﻴ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺧﻔﹶﻰ ِﻣ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻧ‬‫ﻙ ﹶﻓِﺈ‬ ‫ﺸﺮ‬
 ‫ﻫﺬﹶﺍ ﺍﻟ‬ ‫ﺗﻘﹸﻮﺍ‬‫ﺱ ﺍ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻳﻬ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫»ﻳ‬
‫ﺎ‬‫ﻤ ِﻞ ﻳ‬ ‫ﻨ‬‫ﺐ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﺩﺑِﻴ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺧﻔﹶﻰ ِﻣ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺘﻘِﻴ ِﻪ‬‫ﻧ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻭ ﹶﻛ‬ :‫ﻳﻘﹸﻮ ﹶﻝ‬ ‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
ُ ‫ﺎ َﺀ ﺍ‬‫ﻦ ﺷ‬ ‫ﻣ‬
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 395

‫ﻴﺌﹰﺎ‬‫ــ‬‫ﻚ ﺷ‬
 ‫ﻙ ِﺑ‬ ‫ﺸ ِﺮ‬
 ‫ﻧ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻚ ِﻣ‬
 ‫ﻮ ﹸﺫ ِﺑ‬‫ﻧﻌ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ِﺇﻧ‬ ‫ﻬ‬ ‫ ﻗﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ﺍﻟﱠﻠ‬:‫ﷲ؟ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﻙ ِﻟﻤ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻐ ِﻔ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﻧ‬
Wahai manusia, jauhilah syirik ini (riya), karena ia lebih samar dari
suara merayapnya semut. Kemudian Abdullah bin Hazn dan Qais
bin al-Mudharib berdiri menghampirinya dan keduanya berkata,
“Demi Allah, engkau harus menarik kembali ucapanmu itu, atau
kami akan mendatangi Umar, baik diizinkan maupun tidak
dizinkan.” Abû Musa berkata, “Baik, aku akan menarik kembali
perkataanku.” Suatu ketika Rasulullah saw., khutbah di hadapan
kami dan bersabda, “Wahai manusia, jauhilah syirik ini, karena
sesungguhnya ia lebih samar dari suara merayapnya semut.”
Kemudian ada orang yang berkata kepada Rasulullah saw. dengan
kehendak Allah, “Wahai Rasulullah!, bagaimana kita bisa menjaga
diri darinya, padahal ia lebih samar dari suara merayapnya semut?”
Rasulullah saw. bersabda, “Ucapkanlah, Ya Allah sungguh kami
berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu
yang kami ketahui; dan kami mohon ampunan kepada-Mu dari
sesuatu yang tidak aku ketahui.”

Tasmi’ berbeda dengan riya dalam hal membatalkan amal,


meski keduanya sama-sama diharamkan. Ketika tasmî’ dicampuri
riya, maka amal yang seperti ini sudah batal sebelum adanya tasmi’,
sementara tasmî’ ini akan membuatnya semakin berdosa, meski
tasmî’ tidak mempengaruhi batal dan tidaknya amal tersebut. Ada
kalanya suatu amal dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah,
sehingga menjadi amal yang benar dan baik. Tapi kemudian orang
yang melaksanakan amal tersebut menjadi berdosa karena adanya
tasmi’ setelah selesainya amal tersebut. Dosa kerena tasmi’ ini sama
seperti dosa-dosa yang lainnya, bisa diistighfari dan ditaubati. Jika
Allah memberikan ampunan sebelum wafat atau menutupinya di
396 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

hari kiamat, maka hal ini merupakan kebaikan baginya. Jika tidak
demikian, maka Allah akan meletakkan dosa karena tasmi’ ini
dalam timbangan amalnya dan akan mengurangi kebaikan-
kebaikannya. Hanya saja tasmi’ tidak bisa membatalkan amal yang
dikerjakan dengan ikhlas. Karena dalil-dalil yang menjelaskan
tentang tasmi’ hanya memberikan arti keharamannya saja, tidak
menunjukan bahwa tasmi’ membatalkan amal seperti riya. Riya
merupakan syirik, maka Allah akan membiarkan amal yang di
dalamnya ada riya kepada sekutunya. Allah akan mengatakan
kepada orang yang beramal, “Carilah pahalamu dari sekutumu.”
Artinya, amal yang dicampuri dengan riya sama dengan tidak ada.
Sedangkan amal yang dikerjakan secara ikhlas, lalu pelaku amal
tersebut setelah itu memperdengarkan amalnya kepada orang lain,
maka amal ini tetap ada. Pelakunya berhak mendapatkan pahala.
Tapi karena amalnya diperdengarkan kepada yang lain, maka ia
mendapatkan dosa karenanya. Sabda Rasulullah saw.: “Allah akan
memperdengarkan amalnya”, “Allah akan memperdengarkan
amalnya kepada pendengaran makhluk-Nya”, “Allah akan
memperdengarkan amalnya kepada seluruh makhluk-Nya”,
semuanya ini memberikan arti akan adanya siksaan di akhirat
disebabkan tasmi’, dan tidak memberikan arti batalnya amal
sebagaimana hadist tentang riya.
Tasmi’ tidak bisa diqiyaskan kepada riya dalam hal
membatalkan amal. Karena amal yang bercampur riya dipandang
sebagai amal yang tidak pernah terjadi sehingga menjadi amal
yang batil. Sedangkan amal yang dikerjakan karena ikhlas karena
Allah kemudian diikuti dengan tasmi’, maka amal itu tetap menjadi
amal yang shahih. Dengan demikian taqarub yang shahih tidak
bisa diqiyaskan terhadap taqarub yang batil.
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 397

30. Takabur dan Ujub

Imam Muslim telah meriwayatkan hadits dari Abdullah bin


Mas’ud ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

:‫ﺟ ﹲﻞ‬ ‫ﺭ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬.‫ﺒ ٍﺮ‬‫ﻦ ِﻛ‬ ‫ﺭ ٍﺓ ِﻣ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻓِﻲ ﹶﻗ ﹾﻠِﺒ ِﻪ ِﻣﹾﺜﻘﹶﺎ ﹸﻝ ﹶﺫ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺧ ﹸﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫» ﹶﻻ‬
‫ﷲ‬
َ ‫ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬:‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬.‫ﻨ ﹰﺔ‬‫ــ‬‫ﺣﺴ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻌﹸﻠ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺴﻨ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺑ‬‫ﻮ‬ ‫ﻳﻜﹸﻮ ﹶﻥ ﹶﺛ‬ ‫ﺐ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﺟ ﹶﻞ‬ ‫ﺮ‬ ‫ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟ‬
«‫ﺱ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻂ ﺍﻟﻨ‬
‫ﻤ ﹸ‬ ‫ﻭ ﹶﻏ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺑ ﹶﻄ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ ﺍﹾﻟ ِﻜ‬،‫ﺎ ﹶﻝ‬‫ﺠﻤ‬
 ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﺟﻤِﻴ ﹲﻞ‬
Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat
kesombongan, sekalipun hanya sebesar biji sawi. Seorang lelaki
berkata, “Wahai Rasulullah, ada seorang lelaki yang menyukai pakaian
yang bagus dan sandal yang bagus (bagaimana orang itu?, penj.).”
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan Allah
mencintai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan
menyepelekan manusia.”
Arti bathr al-haq adalah menolak dan membantah
kebenaran dari orang yang mengatakannya. Arti ghamtu an-nâs
adalah meremehkan dan menyepelekan manusia. Ada yang
mengartikan sombong adalah al-Makhilah (berjalan dengan
membusungkan dada, penj.). Pendapat lain mengatakan,
“Sombong adalah mengangkat diri di atas kondisi yang
sebenarnya.” Juga ada yang mengatakan, “Sombong adalah
takjubnya seseorang kepada dirinya, sehingga ia melihat dirinya
lebih besar dari yang lain.” Tempat kesombongan adalah di dalam
hati, berdasarkan firman Allah:

 ׎ö9Å2 āωÎ) öΝÏδÍ‘ρ߉߹ ’Îû βÎ)


Tidak ada dalam dada (hati) mereka melainkan hanyalah (keinginan
akan) kebesaran…(TQS. Ghâfir [40]: 56)
398 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Dan sabda Rasul di atas:

«‫ﺒ ٍﺮ‬‫ﻦ ِﻛ‬ ‫ﺭ ٍﺓ ِﻣ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻓِﻲ ﹶﻗ ﹾﻠِﺒ ِﻪ ِﻣﹾﺜﻘﹶﺎ ﹸﻝ ﹶﺫ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sekali
pun hanya sebesar biji sawi.
Adapun ujub adalah memandang diri sendiri dengan
pandangan yang bagus. Sehingga seseorang menggambarkan
dirinya ada pada martabat yang sebenarnya tidak layak baginya.
Perbedaan antara takabur dan ujub adalah, bahwa ujub tidak akan
menyeret pelakunya kepada perbuatan yang lain, sehingga orang
yang ujub bisa membanggakan dirinya pada saat ada di tengah-
tengah manusia, atau pada saat menyendiri. Berbeda dengan
takabur. Karena takabur ini adalah sikap sombong kepada manusia,
sembari membusungkan dada, dan penolakan terhadap kebenaran,
serta merasa lebih hebat dibanding orang lain.
Takabur dan ujub keduanya diharamkan berdasarkan dalil-
dalil berikut ini:

 Diriwayatkan oleh al-Bukhâri dalam bab sombong, Mujahid


berkata tentang firman Allah: “Tsania itfihi”, maksudnya merasa
besar dalam dirinya, ia dibelokan oleh lehernya.

 Al-Bukhâri dan Muslim meriwayatkan dari Haritsah bin Wahab


al-Khazaiy dari Nabi saw., beliau bersabda:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻮ ﹶﺃ ﹾﻗ‬ ‫ﻒ ﹶﻟ‬
ٍ ‫ﺎ ِﻋ‬‫ﺘﻀ‬‫ﻣ‬ ‫ﻒ‬
ٍ ‫ﺿﻌِﻴ‬  ‫ ﹸﻛ ﱡﻞ‬،‫ﻨ ِﺔ‬‫ﺠ‬  ‫ﻫ ِﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻢ ِﺑﹶﺄ‬ ‫ﺮ ﹸﻛ‬ ‫ﺧِﺒ‬ ‫»ﹶﺃ ﹶﻻ ﹸﺃ‬
«‫ﺘ ﹾﻜِﺒ ٍﺮ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻅ‬ٍ ‫ﺍ‬‫ﺟﻮ‬ ‫ﺘ ﱟﻞ‬‫ﻋ‬ ‫ ﹸﻛ ﱡﻞ‬،‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻫ ِﻞ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻢ ِﺑﹶﺄ‬ ‫ﺮ ﹸﻛ‬ ‫ﺧِﺒ‬ ‫ ﹶﺃ ﹶﻻ ﹸﺃ‬.‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫َﻷَﺑ‬
Perlu aku beritahukan kepada kalian tentang ahli surga, yaitu setiap
orang lemah yang menempatkan dirinya sebagai orang yang lemah.
Andaikata ia bersumpah atas nama Allah, maka pasti ia akan
melaksanakannya. Perlu aku beritahukan kepada kalian ahli neraka,
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 399

yaitu setiap orang yang suka memaksa, yang suka berjalan dengan
membusungkan dada dan orang yang sombong.

 Muslim dalam kitab Shahih-nya dan al-Bukhâri dalam kitab al-


Adab al-Mufrad, keduanya telah meriwayatkan dari Abû Hurairah
dan Abû Sa;id al-Khudri, keduanya berkata; Rasulullah saw.
bersabda:

«‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺑ‬‫ﻋ ﱠﺬ‬ ‫ﻋﻨِﻲ‬ ‫ﺎ ِﺯ‬‫ﻳﻨ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻩ ﹶﻓ‬ ‫ﺅ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ُﺀ ِﺭﺩ‬‫ﺒ ِﺮﻳ‬‫ﺍﹾﻟ ِﻜ‬‫ﻩ ﻭ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺰ ِﺇﺯ‬ ‫»ﺍﹾﻟ ِﻌ‬
Kemuliaan adalah pakaian Allah. Kesombongan (kebesaran) adalah
selendang Allah. Allah berfirman, “Barangsiapa yang menyamai-
Ku, maka Aku akan menyiksanya.”

 At-Tirmidzi, an-Nasâi, Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya,


Ibnu Majah dan al-Hâkim dalam al-Mustadrak dan menshahih-
kannya, mereka telah meriwayatkan dari Tsuban ra., ia berkata;
Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺧ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻳ ِﻦ‬‫ﺪ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﻐﻠﹸﻮ ِﻝ ﻭ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺒ ِﺮ ﻭ‬‫ﻦ ﺍﹾﻟ ِﻜ‬ ‫ﺑﺮِﻱ ٌﺀ ِﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻦ ﻣ‬ ‫ﻣ‬ »
Barangsiapa yang mati dan ia bebas dari (sifat) sombong, khianat
(antara lain mengambil ghanimah sebelum dibagi) dan hutang,
maka akan masuk surga.

 Al-Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad dan at-Tirmidzi, ia berkata


hadits ini hasan shahih, Ahmad dan Humaid dalam musnadnya,
Ibnu Mubarak dalam Az-Zuhud, semuanya telah meriwayatkan
dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Nabi
saw. bersabda:

‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻐﺸ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ِﻝ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﻮ ِﺭ ﺍﻟ‬ ‫ﺻ‬


 ‫ﺭ ﻓِﻲ‬ ‫ﻣﺜﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟ ﱠﺬ‬ ‫ﻣ ِﺔ ﹶﺃ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ‬‫ﺒﺮ‬‫ﺘ ﹶﻜ‬‫ﻤ‬ ‫ﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺸ‬
‫ﺤ‬ ‫»ﻳ‬
«...‫ﻣﻜﹶﺎ ٍﻥ‬ ‫ﻞ‬ ‫ﻦ ﹸﻛ ﱢ‬ ‫ﺍﻟ ﱢﺬ ﱡﻝ ِﻣ‬
400 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Orang-orang yang sombong di hari kiamat kelak akan dikumpulkan


layaknya debu (karena kecil dan hinanya mereka) dalam bentuk
laki-laki dan didatangkan pada mereka kehinaan dari berbagai
penjuru.

 Al-Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad, al-Hâkim dalam


Mustadrak dan kitab Shahih-nya, Ahmad dengan sanad yang
dikatakan oleh al-Haitsami bahwa perawinya adalah perawi yang
shahih, telah meriwayatkan dari Ibnu Umar dari Nabi saw.
sesungguhnya beliau bersabda:

‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺟ ﱠﻞ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬


َ ‫ﻲ ﺍ‬ ‫ ﹶﻟ ِﻘ‬،‫ﻴِﺘ ِﻪ‬‫ﺸ‬
 ‫ﺎ ﹶﻝ ﻓِﻲ ِﻣ‬‫ﺧﺘ‬ ‫ﻭ ﺍ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﺴ ِﻪ‬
ِ ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻢ ﻓِﻲ‬ ‫ﻌ ﱠﻈ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ »
«‫ﺎ ﹸﻥ‬‫ﻀﺒ‬ ‫ﻴ ِﻪ ﹶﻏ‬‫ﻋﹶﻠ‬
Barangsiapa yang sombong dan berjalan dengan angkuh, maka ia
akan bertemu dengan Allah sementara Allah murka kepadanya.

 Al-Bazzâr dengan sanad yang baik telah meriwayatkan dari


‘Anas ra., ia berkata; Rasulullah saw bersabda:

«‫ﺐ‬
 ‫ﺠ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ ﹶﺍﹾﻟ‬:‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﺮ ِﻣ‬ ‫ﺒ‬‫ﻮ ﹶﺃ ﹾﻛ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﻣ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺸ‬
ِ ‫ﺧ‬ ‫ﺍ‬‫ﺒﻮ‬‫ﻧ‬‫ﺗ ﹾﺬ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻮ ﹶﻟ‬ ‫»ﹶﻟ‬
Andaikata kalian tidak berdosa, maka aku tetap khawatir kepada
kalian dengan satu perkara yang lebih besar darinya, yaitu ujub.

 Ibnu Hibban dalam Raudhatul Uqala, Ahmad dan al-Bazzâr,


telah meriwayatkan dari Umar bin al-Khathab –al-Mundziri berkata,
perawi keduanya bisa dijadikan hujjah dalam keshahihan— Ummar
ra., berkata:

،ُ‫ﻚ ﺍﷲ‬
 ‫ﺸـ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺶ‬
 ‫ﺘ ِﻌ‬‫ﻧ‬ ‫ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﷲ ِﺣ ﹾﻜ‬
ُ ‫ﻊ ﺍ‬ ‫ﺭﹶﻓ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻊ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﺍ‬‫ﺗﻮ‬ ‫ﺟ ﹶﻞ ِﺇﺫﹶﺍ‬ ‫ﺮ‬ ‫»ﺇ ﱠﻥ ﺍﻟ‬
‫ﺍ‬‫ــﺪ‬‫ﻭﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺒ‬‫ﻌ‬ ‫ﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺒ‬‫ﺗ ﹶﻜ‬ ‫ﻭِﺇﺫﹶﺍ‬ ،‫ﻴﺮ‬‫ﺱ ﹶﻛِﺒ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻦ ﺍﻟﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻭﻓِﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺻ ِﻐ‬
 ‫ﺴ ِﻪ‬
ِ ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻮ ﻓِﻲ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﹶﻓ‬
Orang yang Paling Baik Akhlaknya 401

‫ﻮ ﻓِــﻲ‬ ‫ﻬ‬ ‫ ﹶﻓ‬،ُ‫ﻙ ﺍﷲ‬ ‫ﺴﹶﺄ‬


 ‫ﺧ‬ ‫ﺴ ﹾﺄ ﹶﺃ‬
 ‫ﺧ‬ ‫ ِﺇ‬:‫ﻭﻗﹶــﺎﻝﹶ‬ ‫ﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﷲ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍ َﻷ‬  ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﹶﻃ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﺼ‬
«‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺻ ِﻐ‬
 ‫ﺱ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻦ ﺍﻟﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻭﻓِﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺴ ِﻪ ﹶﻛِﺒ‬
ِ ‫ﻧﻔﹾ‬
Sesungguhnya manusia jika tawadhu karena Allah, maka Allah
akan mengangkat hikmahnya. Allah berfirman, “Bersenang-
senanglah, niscaya Allah akan memberikan kesenangan
kepadamu.” Orang seperti itu kecil dalam dirinya tapi besar dalam
pandangan manusia. Jika seorang somb ong dan telah melampaui
batas-Nya, maka Allah akan menginjaknya di atas bumi. Allah
berfirman, “Hinalah engkau, maka Allah akan menghinakanmu.”
Orang tersebut besar dalam dirinya tapi kecil dalam pandangan
manusia.

 Al-Mawardi meriwayatkan dalam kitab Adab ad-Dunya wa ad-


Din dari al-Ahnaf bin Qais, ia berkata, “Aku heran dengan orang
yang ber-jalan melewati saluran air kencing —dinyatakan sebanyak
dua kali—, lalu, bagaimana dia bisa sombong?

 Imam an-Nawawi telah meriwayatkan dalam al-Majmu’ dari


asy-Syafi’i, ia berkata, “Siapa saja yang menjunjung tinggi dirinya
di atas rata-rata, maka Allah akan mengembalikannya pada nilainya
semula.” asy-Syafi’i berkata, “Manusia yang paling tinggi
kedudukannya adalah orang yang tidak pernah memandang
kedudukannya. Dan manusia yang paling banyak keutamaannya
adalah orang yang tidak pernah melihat keutamaan dirinya.”

***
402

~15~
ADAB BERBICARA

A. Adab Mengajar

 Hendaknya mereka tidak dijejali pelajaran sehingga tidak


membosankan. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia suka
mengajar setiap hari Kamis. Kemudian ada seorang yang berkata
kepadanya:

‫ﻚ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺩﻧ‬ ‫ﻮ ِﺩ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﺘﻬِﻴ ِﻪ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺣﺪِﻳﹶﺜ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﻧﺤِــ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ ِﻦ ِﺇﻧ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ ِﺪ ﺍﻟ‬‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﺃﺑ‬‫» ﻳ‬
‫ــ ﹶﺔ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﺍ ِﻫﻴ‬‫ﻢ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﻛﺮ‬ ‫ﺪﹶﺛ ﹸﻜ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻌﻨِﻲ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹸﺃ‬ ‫ﻨ‬‫ﻳﻤ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻣ‬:‫ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬،‫ﻮ ٍﻡ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﹸﻛ ﱠﻞ‬‫ﺘﻨ‬‫ﺪﹾﺛ‬ ‫ﺣ‬
‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺂ‬‫ﺎﹶﻓ ﹶﺔ ﺍﻟﺴ‬‫ﻣﺨ‬ ‫ﻮ ِﻋ ﹶﻈ ِﺔ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺎ ﺑِﺎﹾﻟ‬‫ﻮﹸﻟﻨ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﷲ  ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ ِﺇ ﱠﻥ‬،‫ﻢ‬ ‫ﺃﹸﻣِﱠﻠ ﹸﻜ‬
«‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻠﹶ‬‫ﻋ‬
Wahai Abû Abdurrahman, kami sangat menyenangi dan menyukai
pembicaraanmu.. Kami akan sangat suka jika engkau mengajari kami
setiap hari. Ibnu Abbas berkata, “Tidak ada yang menghalangiku untuk
Adab Berbicara 403

berbicara dengan kalian kecuali aku khawatir dapat membosankan


kalian. Sesungguhnya Rasulullah saw. memberi nasihat kepada kami
tidak terlalu sering karena khawatir kami menjadi bosan.” (Mutafaq
‘alaih)

Diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas, ia berkata:

‫ﺕ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜ‬، ‫ﻴ ِﻦ‬‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺕ ﹶﻓ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜ‬، ‫ﺮ ﹰﺓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻌ ٍﺔ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺱ ﹸﻛ ﱠﻞ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺙ ﺍﻟﻨ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ »
‫ﺚ‬
ٍ ‫ﺣﺪِﻳ‬ ‫ﻢ ﻓِﻲ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺗ ﹾﺄﺗِﻲ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﺁ ﹶﻥ‬‫ﻫﺬﹶﺍ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬ ‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺗ ِﻤ ﱠﻞ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﻼﺛﹰﺎ‬
‫ﻓﹶﺜﹶ ﹶ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺪﹾﺛ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻙ ﹶﻓ‬ ‫ﻭ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ﺖ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ ﹶﺃ‬
 ‫ﺼ‬
ِ ‫ﻧ‬‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻭﻟﹶ ِﻜ‬ ، ‫ﻡ‬‫ﻪﻢ‬‫ﺘ ِﻤﱡﻠﻬ‬‫ﻢ ﻓﹶ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺣﺪِﻳﹶﺜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺘ ﹾﻘ ﹶﻄ‬‫ﹶﻓ‬
‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻋ ِﻬ‬ ‫ﻲ‬‫ ﹶﻓِﺈﻧ‬، ‫ﺎ ِﺀ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ﻊ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬ ‫ﺠ‬
‫ﺴ‬ ‫ﻭﺍﻟ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭِﺇﻳ‬ ،‫ﻪ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ‬‫ﺘﻬ‬‫ﺸ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬
 ‫ﻭﹶﺃ‬ 
«‫ﻌﻠﹸﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻳ ﹾﻔ‬ ‫ﻪ ﹶﻻ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺻﺤ‬
Berbicaralah dengan orang-orang setiap Jum’at sekali saja. Jika
kamu ingin memperbanyak, perbanyaklah dua atau tiga kali saja.
Janganlah kamu membuat manusia bosan terhadap al-Quran ini
(baik dalam membacanya, memahami, atau bahkan berpaling dari
al-Quran karena banyaknya pembicaraan kamu dengan mereka).
Jangan pula kamu mendatangi suatu kaum sedangkan mereka
sedang ada dalam suatu pembicaraan, maka engkau akan
memutuskan pembicaraan mereka dan dapat membosankan
mereka; namun, diamlah dan dengarlah pembicaraan mereka.
Apabila mereka memintamu bicara, maka berbicaralah dan mereka
akan menyenanginya. Engkau pun harus menghindari bersajak
ketika berdoa. Karena kami hidup di masa Rasulullah dan para
sahabatnya semua tidak melakukannya. (HR. al-Bukhâri)

 Memilih waktu dan tempat yang cocok untuk memberikan


pelajaran di Masjid, sehingga tidak mengganggu orang-orang yang
404 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

sedang shalat. Jika masjidnya luas, pilihlah tempat yang jauh dari
orang-orang yang sedang shalat. Sedangkan jika masjidnya sempit,
pilihlah waktu yang makruh digunakan untuk shalat; misalnya,
memberikan pelajaran setelah Shubuh atau setelah Ashar.
Diriwayatkan dari Abû Sa’id, ia berkata:

،‫ﺍ َﺀ ِﺓ‬‫ﻭ ﹶﻥ ﺑِﺎﹾﻟ ِﻘﺮ‬‫ﻬﺮ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺴ ِﻤ‬
 ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺠ ِﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﷲ  ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ‬
ِ‫ﺴ‬ ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﺘ ﹶﻜ‬‫ﻋ‬ ‫»ﺍ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻀـ ﹸﻜ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﺆ ِﺫ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺑ ِﻪ ﹶﻓ ﹶ‬‫ﺭ‬ ‫ﺝ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹶﺃ ﹶﻻ ِﺇ ﱠﻥ ﹸﻛﱠﻠ ﹸﻜ‬:‫ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻒ ﺍﻟ‬
 ‫ﺸ‬
 ‫ﹶﻓ ﹶﻜ‬
«‫ﻼ ِﺓ‬
‫ﺼﹶ‬ ‫ﻭ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻓِﻲ ﺍﻟ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﺍ َﺀ ِﺓ‬‫ﺾ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ ِﻘﺮ‬
ٍ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻀ ﹸﻜ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﹶﻓ‬‫ﻳﺮ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﺎ‬‫ﻌﻀ‬ ‫ﺑ‬
Rasulullah saw pernah i’tikaf di Masjid. Beliau mendengar orang-
orang mengeraskan bacaan (al-Quran). Kemudian beliau membuka
pembatas (tempat i’tikaf) seraya berkata, “Ingatlah, sesungguhnya
kalian semua sedang bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah
saling mengganggu dengan yang lain, dan janganlah sebagian kalian
mengeraskan suaranya dalam membaca (al-Quran).” Atau beliau
berkata, “dalam shalat.”
Diriwayatkan dari al-Bayadhi:

‫ﺖ‬
 ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻭ ﹶﻗ‬ ،‫ﺼﻠﱡﻮ ﹶﻥ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺱ‬  ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺝ‬ ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫»ﹶﺃ ﱠﻥ‬
‫ﺎﺟِﻴـ ِﻪ‬‫ﻳﻨ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮ ِﺑﻤ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬‫ﻴ‬‫ﻪ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﺎﺟِﻲ‬‫ﻳﻨ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺼﱢﻠ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ‬:‫ﺍ َﺀ ِﺓ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﻢ ﺑِﺎﹾﻟ ِﻘﺮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺗ‬‫ﺍ‬‫ﺻﻮ‬
 ‫ﹶﺃ‬
«ِ‫ﺁﻥ‬‫ﺾ ﺑِﺎﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬
ٍ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻀ ﹸﻜ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ِﺑ ِﻪ‬
Rasulullah saw. keluar menemui orang-orang. Saat itu mereka
sedang shalat dan suara mereka tinggi dalam membaca (al-Quran).
Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang sedang
shalat itu sedang bermunajat kepada Rabbnya. Hendaklah ia
memperhatikan terhadap yang dimunajatkan kepada-Nya. Dan
janganlah sebagian dari kalian lebih keras bacaan al-Qurannya dari
pada yang lain.”
Adab Berbicara 405

Dua hadits di atas telah dikeluarkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam
kitab at-Tamhîd. Ia berkata, “Hadits al-Bayadhi dan Hadits Abû
Sa'id itu adalah hadits yang tsabit dan shahih.” Hadits al-
Bayadhi dikeluarkan juga oleh Ahmad, dan al-Iraqy berkata,
“Isnad hadits ini shahih.” al-Haitsami berkata, “Para perawi
hadits ini shahih.” Hadits Abû Sa'id telah dikeluarkan pula oleh
Abû Dawud dan al-Hâkim. Al-Hâkim berkata, “Hadits ini shahih
meski tidak dikeluarkan oleh al-Bukhâri dan Muslim.”
Sebagaimana juga Ibnu Huzaimah telah mengeluarkan hadits
yang semakna dengan hadits Ibnu Umar dalam kitab shahih-
nya.

Kedua hadits di atas menunjukkan adanya larangan terhadap


orang yang sedang shalat sendiri di Masjid untuk mengeraskan
suaranya dalam membaca (al-Quran), sehingga dapat
mengganggu orang lain yang juga sedang shalat sendiri, yang
jaraknya berdekatan. Jadi lebih utama bagi orang yang
memberikan pelajaran untuk tidak melakukannya di dekat
orang-orang yang sedang shalat. Karena itu, apabila masjidnya
luas, seperti Masjid di pusat-pusat kota yang menjadi tempat
tujuan banyak orang untuk shalat, baik pada waktu berjamaah
maupun tidak, maka pilihlah tempat di Masjid itu yang jauh
dari orang yang hendak shalat. Jika masjidnya sempit, maka
pilihlah waktu yang dimakruhkan untuk shalat, yaitu setelah
Subuh dan setelah Ashar.

 Membangkitkan harapan secara terus-menerus dan tidak


membuat putus asa, baik dari rahmat Allah, pertolongan-Nya, atau
dari kelapangan-Nya. Dari Abû Musa al-Asy’ary, ia berkata :

‫ﺍ‬‫ﺸﺮ‬  ‫ﺎ‬‫ﺍ ﺍﻟﻨ‬‫ﻋﻮ‬ ‫ﺩ‬ ‫ ﺍ‬:‫ﻤ ِﻦ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻴ‬‫ﺎﺫﹰﺍ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬‫ﻣﻌ‬ ‫ﻭ‬  ‫ﷲ‬
 ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﺱ‬ ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻌﹶﺜﻨِﻲ‬ ‫ﺑ‬»
«...‫ﺍ‬‫ﻨ ﱢﻔﺮ‬‫ﺗ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬
406 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Aku diutus Rasulullah saw. bersama Muadz ke Yaman. Beliau


bersabda, “Serulah manusia, berikanlah kabar gembira janganlah
membuat mereka lari…” (Mutafaq ‘alaih)

Dari Jundub, bahwa Rasulullah saw:

:‫ﺎﻟﹶﻰ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﺗﻌ‬ ‫ﷲ‬


َ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬ ،‫ﻼ ٍﻥ‬
‫ﷲ ِﻟ ﹸﻔ ﹶ‬
ُ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﻐ ِﻔ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ ﹶﻻ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬:‫ﻼ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺙ ﹶﺃ ﱠﻥ‬
‫ﺪ ﹶ‬ ‫ﺣ‬ »
‫ﻼ ٍﻥ‬
‫ﺕ ِﻟ ﹸﻔ ﹶ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺪ ﹶﻏ ﹶﻔ‬ ‫ﻲ ﹶﻗ‬‫ ﹶﻓِﺈﻧ‬،‫ﻼ ٍﻥ‬
‫ﺮ ِﻟ ﹸﻔ ـ ﹶ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻻ ﹶﺃ ﹾﻏ ِﻔ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺘ ﹶﺄﻟﱠﻰ‬‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﺫﹶﺍ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬ ‫ﻣ‬
«‫ﺎ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﻭ ﹶﻛﻤ‬ ‫ﻚ ﹶﺃ‬
 ‫ﻤﹶﻠ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺒ ﹾﻄ‬‫ﺣ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬
Menceritakan seorang yang berkata, “Demi Allah, Allah tidak
mengampuni Fulan.” Padahal sesungguhnya Allah Ta’ala telah
berfirman, “Siapa saja yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku
tidak mengampuni Fulan, maka sesungguhnya Aku telah
mengampuni Fulan dan membuat amalmu sia-sia, atau seperti
perkataan tersebut.” (HR. Muslim).

Dari Abû Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda :

«‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻜ‬


‫ﻫﹶﻠ ﹶ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺱ ﹶﻓ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻚ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﻫﹶﻠ‬ ‫ﺟ ﹸﻞ‬ ‫ﺮ‬ ‫»ِﺇﺫﹶﺍ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟ‬
Apabila seseorang berkata, “Celakalah orang-orang itu,” maka ia
telah membinasakan mereka (HR. Muslim).

Membangkitan harapan adalah dengan perkara yang dapat


memuaskan orang yang diseru dan bisa menimbulkan pengaruh
dalam jiwanya. Tujuan ini tidak bisa dicapai kecuali oleh al-
Kitab dan as-Sunah. Jika kita mampu mengaitkan Nash (al-
Quran atau as-Sunah) dengan suatu fakta tertentu, maka akan
jauh lebih berpengaruh dan lebih kokoh dalam jiwa. Seperti
halnya menyeru kaum Muslim dengan firman Allah:
Adab Berbicara 407

 >π¨Βé& uŽöyz öΝçGΖä.


Kamu adalah umat yang terbaik (TQS. Ali ‘Imrân [2]: 110).

Allah Swt berfirman:

 tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# çŽóÇnΣ $oΨø‹n=tã $ˆ)ym šχ%x.uρ


Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang
beriman (TQS. ar-Rûm [30 ]: 47)

Allah Swt berfirman:

 $u‹÷Ρ‘‰9$# Íο4θuŠptø:$# ’Îû (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$#uρ $oΨn=ߙ①çŽÝÇΖoΨs9 $‾ΡÎ)


Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang
yang beriman dalam kehidupan dunia (TQS. al-Mu’min [40 ]:
51).

Allah Swt berfirman:

’Îû óΟßγ¨ΖxÎ=ø⇐tGó¡uŠs9 ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ óΟä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ª!$# y‰tãuρ

 ÇÚö‘F{$#
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu dan mengerjakan amal-amal shaleh bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi (TQS.
an-Nûr [24]: 55).

Allah Swt berfirman:

βr& šχθèù$sƒrB ÇÚö‘F{$# ’Îû tβθàyèôÒtGó¡•Β ×≅‹Î=s% óΟçFΡr& øŒÎ) (#ÿρãà2øŒ$#uρ

 ÍνΎóÇuΖÎ/ Νä.y‰−ƒr&uρ öΝä31uρ$t↔sù â¨$¨Ζ9$# ãΝä3x©Üy‚tGtƒ


408 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Dan ingatlah (hai orang-orang Muhajirin) ketika kamu masih


berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Makkah), kamu
takut orang-orang (Makkah) akan menculik kamu, maka memberi
kamu tempat (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan
pertolongan-Nya (TQS. al-Anfâl [8]: 26).

Allah Swt berfirman:


 «!$# ωΨÏã ôÏΒ āωÎ) çŽóǨΖ9$# $tΒuρ
Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah (TQS. al-Anfâl [8]:
10).

Allah Swt berfirman:


 yŠ$yèŠÏϑø9$# ß#Î=÷‚ムŸω ©!$# āχÎ)
Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji (TQS. Ali ‘Imrân [3]:
9)

Allah Swt berfirman:

 WξŠÏ% «!$# zÏΒ ä−y‰ô¹r& ôtΒuρ


Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?
(TQS. an-Nisa [4]: 122)

Allah Swt berfirman:

 ∩⊆⊃∪ t̍ÅzFψ$# zÏiΒ ×'©#èOuρ ∩⊂∪ tÏ9¨ρF{$# š∅ÏiΒ ×'©#èO


(Yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. Dan
segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian (TQS.
al-Wâqi’ah [56]: 39-40).
Adab Berbicara 409

Allah Swt berfirman:

 ∩⊇⊆∪ t̍ÅzFψ$# zÏiΒ ×≅‹Î=s%uρ ∩⊇⊂∪ t,Î!¨ρF{$# zÏiΒ ×'©#èO


Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. Dan segolongan
kecil dari orang-orang yang kemudian (TQS. al-Wâqi’ah [56]: 13-
14).

Sedangkan menyeru dengan as-Sunah, seperti hadits-hadits yang


menjelaskan tentang kebaikan pada akhir umat ini, misalnya sabda
Rasul saw.:

«‫ﻭ ﺁ ِﺧ ِﺮ ِﻩ‬ ‫ﻭﻟِﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﺮ ِﻓ‬ ‫ﻴ‬‫ﺨ‬


 ‫ﻯ ﺍﹾﻟ‬‫ﺪﺭ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻤﻄﹶ ِﺮ ﹶﻻ‬ ‫ﻣﺘِﻲ ﻛﺎﹾﻟ‬ ‫»ﺃﹸ‬
Umatku bagaikan hujan, tidak diketahui apakah yang baik itu pada
awalnya atau pada akhirnya.

«‫ﻲ‬ ‫ﺍِﻧ‬‫ﺧﻮ‬ ‫ﺎ ِﻹ‬‫ﺍﻫ‬‫»ﻭ‬


Betapa baiknya saudara-saudaraku!

«‫ﺎ ِﺀ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻰ ِﻟﹾﻠ‬‫»ﻃﹸﻮﺑ‬


Kebahagian bagi orang-orang yang terasing

«...‫ﺍ َﺀ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﻧِﺒﻴ‬‫ﻮﺍ ِﺑﹶﺄ‬‫ﻴﺴ‬‫ﺍ ﹶﻟ‬‫ﺎﺩ‬‫ﷲ ِﻋﺒ‬


ِ ‫»ﹶﺃ ﱠﻥ‬
Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang bukan para nabi
dan bukan syuhada …..

Atau kabar gembira dari Rasul saw. tentang kembalinya Khilafah


yang sesuai dengan metode kenabian, ditakhlukannya Roma,
peperangan dengan Yahudi dan terbunuhnya mereka, atau
masuknya Khilafah ke tanah yang disucikan (Baitul Maqdis).
Akan sangat baik jika diceritakan beberapa gambaran
sejarah kaum Muslim. Seperti kemenangan mereka pada perang
Badar, Khandaq, al-Qadisiyah, Nahawand, Yarmuk, Ajnadin,
410 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

perang Tartar, dan berbagai futuhat yang tak terhitung. Dalam cerita
itu lebih difokuskan pada peperangan yang jumlah kaum Muslim
lebih sedikit dari musuh mereka, hingga Allah memberikan
pertolongan melalui seorang laki-laki yang di utus oleh Rasulullah
saw. dalam ekspedisi. Hendaknya pemahaman dan kristalisasi
pemahaman tentang jihad ini kembali ditanamkan ke dalam benak
kaum Muslim. Dan meng-hapuskan dari benak mereka sekecil apa
pun pengaruh dominasi perdamaian, perundingan, penolakan
dan kecaman (terhadap jihad), serta berhukum kepada thaghut,
dan rela menjadi buih.
Sebelum semua itu, harus ditancapkan akidah dalam jiwa,
bahwa akidah merupakan dasar dari segala hukum. Juga,
bagaimana akidah mampu membuat bangsa Arab yang berada
dalam keadaan jahiliyah yang memandang penting perselisihan
antar kabilah, kepentingan individual, dan perebutan perkara-
perkara sepele, menjadi sebuah umat yang sangat kuat dan mulia
dengan kemulian agama dan akhirat; sebaik-baik umat yang
dikeluarkan bagi manusia, memimpin dunia menuju kebaikan, dan
menyelamatkan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya
keimanan dengan izin Rabb mereka menuju jalan Allah Yang Maha
Mulia lagi Terpuji.

 Pandai memilih topik pelajaran sesuai dengan fakta kehidupan


manusia. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga pelajaran yang
diberikan terasa hidup. Jika orang-orang terlihat sedang
membutuhkan pemantapan akidah, maka hal itu dilakukan. Jika
umat terlihat sedang disesatkan oleh situasi atau sikap politik
tertentu, maka persoalan itu harus dijelaskan. Jika telah menancap
pemikiran atau hukum yang salah atau menyesatkan, maka harus
dijelaskan sekaligus dijelaskan pula pendapat yang benar. Atau
sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Taqiyyuddin –semoga Allah
Adab Berbicara 411

merahmatinya— meletakan garis yang lurus disamping garis yang


bengkok.

Termasuk perkara yang menyesatkan bahkan amat buruk, jika kita


memilih topik pelajaran tentang al-khulu’ (perceraian atas permintaan
isteri), sementara Amerika asyik (menguasai) Baghdad. Atau topik
tentang wanita mengendarai mobil, pada saat Masjid al-Aqsha menjadi
tawanan (Yahudi). Termasuk juga topik mengenai masuknya wanita
dalam Parlemen tatkala pasukan Amerika sedang berpatroli
menelusuri pinggiran pantai di negeri yang tengah dirampas. Atau
memilih topik “Hukum duduk untuk Takziyah” pada saat Minyak
Bumi kaum Muslim sedang dijarah musuh. Atau membahas hukum-
hukum tentang rambut, padahal kehormatan Masjid al-Haram sedang
dilanggar. Dan berbagai topik serupa.

 Menegur orang bodoh yang menyalahi dan meremehkan


hukum syara’. Termasuk juga orang bodoh yang mencari-cari
alasan kepada seorang faqih yang mempunyai pendapat yang
berbeda dengan pendapat gurunya (mudarris). Dalil atas yang
pertama adalah hadits yang diriwayatkan oleh al-Hâkim, ia
menshahihkannya dari Abdullah bin al-Mughaffal, ia berkata:

«ِ‫ﺨ ﹾﺬﻑ‬
 ‫ﻋ ِﻦ ﺍﹾﻟ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻰ‬‫ﻧﻬ‬»
Rasulullah saw. telah melarang dari al-khadzf

Al-Khadzf adalah melempar-lempar batu kecil atau biji-bijian dalam


suatu majelis. Kalian ambil di antara dua telunjuk kemudian
melemparkannya atau dengan alat pelanting (semacam ketapil)
untuk melemparkannya. Al-Hâkim berkata; Ada seseorang yang
melempar-lempar batu kecil di dekat Abdullah al-Mughaffal,
kemudian ia berkata, “Aku sedang menceritakan kepadamu tentang
412 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Rasulullah saw., sedangkan kamu justru melempar. Demi Allah,


aku tidak akan mengajakmu berbicara lagi selamanya.”

Dalil yang kedua adalah hadits riwayat Ahmad dari Abdullah


bin Yasar dengan sanad yang dikatakan oleh al-Haitsami para
pera-winya terpercaya. Sesungguhnya Amr bin Haris berkata
kepada ‘Ali ra., “Apa pendapatmu tentang berjalan bersama
Jenazah, di depan atau di belakangnya?” ‘Ali ra. berkata,
“Sesungguhnya keutamaan berjalan di belakangnya atas
berjalan di depannya adalah seperti keutamaan shalat wajib
dengan berjama’ah atas shalat wajib sendiri.” Amr berkata,
“Sesungguhnya aku telah melihat Abû Bakar dan Umar berjalan
di depan janazah.” ‘Ali ra. berkata, “Keduanya melakukan hal
itu hanyalah karena tidak suka menyulitkan manusia”
(maksudnya hingga tidak diduga orang-orang bahwa berjalan
di depan janazah itu tidak boleh).

 Mendengarkan baik-baik orang yang bertanya yang sedang


diajar. Abû Nu’aim dalam al-Hilyah dan Ibnu Hibban dalam
Raudhatul Uqala berkata; kami dikabari oleh Muadz bin Sa’ad al-
A’war, ia berkata, “Aku pernah duduk dekat Atha bin Abi Rabah.
Kemudian ada seseorang berbicara tentang sesuatu. Lalu tiba-tiba
ada orang lain dari kaum itu menyela ucapannya.” Muadz berkata;
Kemudian Atha marah dan berkata, “Perangai apa ini? Sungguh
aku akan mendengarkan perkataan seseorang padahal aku lebih
tahu tentang apa yang diucapkannya. Aku akan memperlihatkan
kepadanya seolah-olah aku tidak lebih baik (pengetahuanku)
darinya tentang apa yang dikatakannya.”

 Tidak berbicara dengan orang yang tidak mau diam dan


mendengarkan. al-Bukhâri telah mengeluarkan suatu hadits dari
Adab Berbicara 413

Jarir bin Abdullah. Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah berkata


kepadanya pada saat Haji Wada :

« ...‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺖ ﺍﻟﻨ‬
ِ ‫ﺼ‬
ِ ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫»ﺍ‬
Suruhlah orang-orang untuk diam (mendengarkan perkataanku).

Al-Khatib dalam al-Faqih wa al-Mutafaqqih menyatakan bahwa


Abû Amru bin al-‘Ala berkata, “Tidak termasuk adab yang baik
jika engkau menjawab orang yang tidak bertanya kepadamu,
bertanya kepada orang yang tidak mau menjawab pertanyaanmu,
atau berbicara kepada orang yang tidak mau diam
mendengarkanmu”

 Harus menghindari tafrî’ (pendetailan) kaidah-kaidah yang


menyebabkan terjadinya penghalalan hukum syara’. Seperti kaidah
al-hajah al-khashah (kebutuhan khusus) yang diturunkan dari
kaidah al-dharurah al-khashah (dharurat khusus). Juga kaidah al-
taysir (memberikan kemudahan) yang dimutlakkan tanpa ada
taqyid (batasan). Contoh hal itu adalah mengambil pinjaman riba
untuk membeli rumah, menjual daging babi pada toko daging milik
orang Nasrani, keluar bersama pasukan kaum kafir untuk
memerangi kaum Muslim, keluarnya wanita Muslimah tanpa
mengenakan kerudung di suatu negeri, di mana wanita tersebut
bisa keluar dari sana ke negeri lain tanpa mengalami pelecehan
sedikitpun, atau aktivitas seorang hakim yang menetapkan hukum
dengan selain yang diturunkan Allah Swt., dan sebagainya.

 Menghindarkan dari mengada-ada dalam ilmu. Dari Umar ra,


beliau berkata:

«‫ﻒ‬
ِ ‫ﺘ ﹶﻜﱡﻠ‬‫ﻋ ِﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻬِﻴﻨ‬»
414 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Kami telah dilarang memaksakan diri (mengada-ada) dalam


masalah ilmu. (HR. al-Bukhâri)

Dari Masruq, ia berkata; suatu hari aku masuk menemui


Abdullah bin Mas’ud, ia berkata :

،‫ﻢ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﷲ ﹶﺃ‬


ُ ‫ﻴ ﹸﻘ ﹾﻞ ﺍ‬‫ﻢ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﻴ ﹸﻘ ﹾﻞ ِﺑ ِﻪ‬‫ﻴﺌﹰﺎ ﹶﻓ ﹾﻠ‬‫ﺷ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻋِﻠ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻳﻬ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫»ﻳ‬
 ‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻨِﺒ‬‫ﷲ ﺗﻌﺎﱃ ِﻟ‬
ُ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﷲ ﹶﺃ‬ ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﻳﻘﹸﻮ ﹶﻝ ِﻟﻤ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ ِﻌ ﹾﻠ ِﻢ ﺃﹶ ﹾﻥ‬ ‫ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ِﻣ‬
«‫ﲔ‬  ‫ﺘ ﹶﻜﱢﻠ ِﻔ‬‫ﻤ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﺎ ﹶﺃﻧ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﺟ ٍﺮ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻴ ِﻪ ِﻣ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺳﹶﺄﹸﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ ﹸﻗ ﹾﻞ ﻣ‬
Wahai manusia, siapa saja yang mengetahui sesuatu hendaklah ia
mengatakannya, dan siapa saja yang tidak mengetahui sesuatu
maka hendaklah ia mengatakan, “Allahu A’lam (Allah lebih tahu)”.
Karena sungguh termasuk ilmu jika ada sesorang mengatakan “Aku
tidak tahu, Allah lebih tahu”. Allah berfirman kepada para Nabi-
Nya, “Katakan (hai Muhammad), Aku tidak meminta upah sedikit
pun kepadamu atas dakwahmu, dan bukanlah aku termasuk orang
yang mengada-adakan” (TQS. Shad [38]: 86) (Mutafaq ‘alaih)

 Menghindari berdebat dengan orang-orang yang bodoh. Dari


Jabir bin Abdullah, ia berkata; Rasulullah saw bersabda:

‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﺎ َﺀ‬‫ﺴ ﹶﻔﻬ‬


 ‫ﻭﺍ ِﺑ ِﻪ ﺍﻟ‬‫ﺎﺭ‬‫ﺗﻤ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﺎ َﺀ‬‫ﻌﹶﻠﻤ‬ ‫ﻮﺍ ِﺑ ِﻪ ﺍﹾﻟ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺘﺒ‬‫ﻢ ِﻟ‬ ‫ﻮﺍ ﺍﹾﻟ ِﻌ ﹾﻠ‬‫ﻌﱠﻠﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫» ﹶﻻ‬
«‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺭ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺎ‬‫ﻚ ﻓﹶﺎﻟﻨ‬
 ‫ﻌ ﹶﻞ ﹶﺫِﻟ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﺲ‬ ‫ﺎِﻟ‬‫ﻤﺠ‬ ‫ﻭﺍ ِﺑ ِﻪ ﺍﹾﻟ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺨ‬  ‫ﺗ‬
Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk membanggakan diri
dengan ulama atau untuk berdebat dengan orang-orang bodoh.
Dan jangan pula kamu memilih-milih majelis dengan ilmu itu. Siapa
saja yang melakukan hal itu, maka neraka, nerakalah baginya (HR.
Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya, al-Hâkim dalam kitab
Shahih-nya. Hadits ini telah disetujui oleh adz-Dzahabi,
Adab Berbicara 415

Ibnu Majah, al-Baihaqi, dan Ibnu Abdil Bar dalam Jami’


Bayan al-Ilmi wa Fadhlihi)

 Menghindari riya, tasmi’ (ingin di dengar), ujub dan takabbur.


Semuanya telah dipaparkan.

 Menyeru manusia sesuai dengan kemampuan akalnya. Dari


‘Ali ra., ia berkata:

«‫ﻪ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬


ُ‫ﺏﺍ‬
 ‫ﻳ ﹶﻜ ﱠﺬ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﺤﺒ‬
ِ ‫ﺗ‬‫ ﹶﺃ‬،‫ﻌ ِﺮﻓﹸﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺱ ِﺑﻤ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺪﺛﹸﻮﺍ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺣ‬ »
Berbicaralah kepada manusia dengan sesuatu yang mereka ketahui,
apakah engkau suka Allah dan Rasul-Nya didustakan? (HR. al-
Bukhâri).

Ibnu Hajar berkata dalam al-Fath, “Yang dimaksud dengan kata


bimâ ya’rifûn, adalah bima yafhamûn (sesuatu yang mereka
fahami). Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata:

‫ﻪ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺒﹸﻠ‬‫ﺗ‬ ‫ﺣﺪِﻳﺜﹰﺎ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﻣ‬ ‫ ﹶﻗ‬-‫ﺙ‬


ٍ ‫ﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻳ ٍﺔ ِﺑ‬‫ﺍ‬‫ﻭﻓِﻲ ِﺭﻭ‬ – ‫ ﺙﹲ‬‫ﺪ‬‫ﺤ‬‫ﺖ ﻣ‬  ‫ﻧ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫»ﻣ‬
« ‫ﻨ ﹰﺔ‬‫ﺘ‬‫ﻢ ِﻓ‬ ‫ﻀ ِﻬ‬
ِ ‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬‫ ِﺇ ﱠﻻ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﻟ‬،‫ﻢ‬ ‫ﻘﹸﻮﻟﹸ ﻬ‬‫ﻋ‬
Tidaklah engkau berbicara kepada suatu kaum dengan
pembicaraan yang tidak tejangkau akal mereka, kecuali akan
menjadi fitnah bagi sebagian mereka (HR. Muslim).

Kata ma pada ungkapan mâ anta muhadditsun dalam hadits di


atas adalah mâ yang beramal seperti laisa (mâ nafi wahdah, penj.).
Ibnu Abbas berkata:

‫ﺱ‬
 ‫ــﺎ‬‫ﻲ ﺍﻟﻨ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻲ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬ ‫ﺎِﻧ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻳﻘﹶﺎ ﹸﻝ ﺍﻟ‬‫ﻭ‬ ،‫ـﺎ َﺀ‬
‫ﻬـ‬ ‫ﺎ َﺀ ﹸﻓ ﹶﻘ‬‫ﺣﹶﻠﻤ‬ ‫ﲔ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺎِﻧ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﻮﺍ‬‫» ﻛﹸﻮﻧ‬
«‫ﺎ ِﺭ ِﻩ‬‫ﺒ ﹶﻞ ِﻛﺒ‬‫ﺎ ِﺭ ﺍﹾﻟ ِﻌ ﹾﻠ ِﻢ ﹶﻗ‬‫ﺼﻐ‬
ِ ‫ِﺑ‬
416 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Jadilah kalian pendidik yang lapang dada dan faqih. Disebut


rabbani adalah orang yang mendidik manusia dengan ilmu yang
kecil-kecil sebelum yang besar-besar. (HR. al-Bukhâri)

B. Adab Berkhutbah

 Memperpendek khutbah khususnya di hari Jum’at, berdasarkan


hadits ‘Amar riwayat Muslim, ia berkata; sesungguhnya aku
mendengar Rasulullah saw bersabda:

‫ ﹶﻓﹶﺄﻃِﻴﻠﹸﻮﺍ‬،‫ﻦ ِﻓ ﹾﻘ ِﻬ ِﻪ‬ ‫ﻨ ﹲﺔ ِﻣ‬‫ﻣِﺌ‬ ،‫ﺒِﺘ ِﻪ‬‫ﺧ ﹾﻄ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺼ‬


 ‫ﻭﹶِﻗ‬ ، ‫ﺟ ِﻞ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻼ ِﺓ ﺍﻟ‬
‫ﺻﹶ‬ ‫ﻮ ﹶﻝ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﹸﻃ‬
« ‫ﺍ‬‫ﺤﺮ‬ ‫ﺎ ِﻥ ِﺳ‬‫ﺒﻴ‬‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻭِﺇ ﱠﻥ ِﻣ‬ ،‫ﺒ ﹶﺔ‬‫ﺨ ﹾﻄ‬  ‫ﻭﺍ ﺍﹾﻟ‬‫ﺼﺮ‬  ‫ﺍ ﹾﻗ‬‫ ﻭ‬،‫ ﻼﹶ ﹶﺓ‬‫ﺍﻟﺼ‬
Sesungguhnya panjangnya shalat seseorang dan pendeknya
khutbah merupakan salah satu bukti dari kefakihannya. Maka
panjangkanlah shalat dan singkatkanlah khutbah. Karena kejelasan
dan kefasihan bicara itu layaknya sihir.

Juga berdasarkan hadits Jabir bin Tsamrah ia berkata:

‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﺧ ﹾﻄ‬ ‫ﻭ‬ ،‫ﺍ‬‫ﺪ‬‫ﻪ ﻗﹶﺼ‬ ‫ﺗ‬‫ﻼ‬


‫ﺻﹶ‬  ‫ﻧ‬‫ ﹶﻓﻜﹶﺎ‬، ‫ﷲ‬
 ‫ﺖ‬ ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺻﻠﱢﻲ‬
 ‫ﺖ ﹸﺃ‬
 ‫ﻨ‬‫» ﹸﻛ‬
«‫ﺍ‬‫ﺪ‬‫ﻗﹶﺼ‬
Aku pernah shalat bersama Rasulullah saw., shalat beliau sedang
dan khutbahnya juga sedang. (HR. Muslim)

Dan hadits Hakam bin Hazn al-Kalafi, ia berkata:

 ‫ﷲ  ﺍﹾﻟ‬
‫ﻭ‬ ‫ ﹶﺃ‬،‫ﺎ‬‫ﻋﺼ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻮ ﱢﻛﺌﹰﺎ‬ ‫ﺘ‬‫ﻣ‬ ‫ﻡ‬ ‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ‬،‫ﻌﺔﹶ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺠ‬ ِ ‫ﻮ ِﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬  ‫ﺪ‬ ‫ﺷ ِﻬ‬ »
«ٍ‫ـﺎ«ﺕ‬ ٍ‫ﺭﻛﹶﺎﹶـ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﺒ‬ ‫ﺕ‬
‫ﺕ‬ ٍ ‫ﺎ‬‫ﻴﺒ‬‫ﺕ ﹶﻃ‬
ٍ ‫ﺧﻔِﻴﻔﹶﺎ‬ ‫ﺕ‬ ٍ ‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻪ ﹶﻛِﻠﻤ‬‫ﻋﻠﹶ‬ ‫ﻰ‬‫ﻭﹶﺃﹾﺛﻨ‬ ‫ﷲ‬
َ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﺤ ِﻤ‬
 ‫ ﹶﻓ‬،ٍ‫ﺱ‬‫ﻗﹶﻮ‬
Adab Berbicara 417

Aku pernah menghadiri Jum’at bersama Rasul saw., lalu beliau


berdiri dengan memegang tongkat atau busur. Kemudian beliau
memuji dan memuja Allah dengan kata-kata yang ringan, baik,
dan barakah. (HR. Ibnu Huzaimah dalam kitab Shahih-nya,
Ahmad dan Abû Dawud, Ibnu Hajar berkata isnadnya
hasan)

Dan hadits Abdullah bin Abi Aufa, ia berkata:

،‫ﻼ ﹶﺓ‬
‫ﺼﹶ‬ ‫ﻳﻄِﻴ ﹸﻞ ﺍﻟ‬‫ﻭ‬ ،‫ﻮ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻳ ِﻘ ﱡﻞ ﺍﻟﱠﻠ‬‫ﻭ‬ ، ‫ﺮ‬ ‫ﺮ ﺍﻟ ﱢﺬ ﹾﻛ‬ ‫ﻳ ﹾﻜِﺜ‬  ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫» ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬
‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ،‫ﻣﹶﻠ ِﺔ‬ِ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﺒ ِﺪ‬‫ﻌ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺸ‬
ِ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻒ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
 ‫ﻨ ِﻜ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﺒ ﹶﺔ‬‫ﺨ ﹾﻄ‬
 ‫ﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺼ‬
ِ ‫ﻳ ﹾﻘ‬‫ﻭ‬
«‫ﻢ‬ ‫ﺘ ِﻬ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺣ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻮ ﹶﻟ‬ ‫ﺨﹸﻠ‬
 ‫ﻳ‬
Rasulullah saw. memperbanyak dzikr dan menyedekitkan
perbuatan sia-sia, memanjangkan shalat, dan memendekkan
khutbah, tidak memandang rendah dan hina berjalan bersama
budak dan wanita janda lagi fakir, hingga hajat mereka selesai.
(HR. al-Hâkim; ia berkata, “Hadits ini shahih memenuhi
syarat al-Bukhâri Muslim”; Ibnu Hibban dalam kitab
Shahih-nya, dan dishahihkan pula oleh al-Iraqi, telah
dikeluarkan oleh ath-Thabrâni dari Abû Umamah sama
dengan hadits dari Ibnu Abi Aufa; al-Haitsami berkata,
“Hadits ini sanadnya hasan”).

Al-Qashd (sedang, tidak terlalu lama atau terlalu pendek)


dalam shalat dan khutbah sebagaimana ditafsirkan dalam hadits-
hadits yang lain, bahwa shalat harus lebih panjang daripada
khutbah. Dalam hadits Ibnu Abi Aufa diceritakan bahwa Rasulullah
saw. memanjangkan shalat dan memendekkan khutbah. Sementara
dalam hadits ‘Ammar dikatakan, “Kami diperintahkan
memanjangkan shalat dan memendekkan khutbah.” Maka shalat
418 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Rasulullah saw. di hari Jum’at lebih lama dari khutbahnya. Jika


kita telah mengetahui ukuran shalat Rasul saw. maka kita dapat
mengukur lama khutbah, karena khutbah lebih pendek daripada
shalat.

Terdapat hadits tentang shalat Jum’at Rasulullah saw. dari Abû


Hurairah bahwa Rasulullah saw. membaca surat al-Jumu’ah dan al-
Munâfiqûn. Dalam hadits Nu’man bin Basyir diberitakan bahwa
Rasulullah saw. membaca surat al-A’la dan al-Ghâsyiyah. Dalam hadits
Ibnu Abbas dikatakan Rasulullah saw. membaca surat al-Jumu’ah
dan al-Munâfiqûn. Ketiga hadits di atas diriwayatkan oleh Imam
Muslim. Jadi, lamanya shalat Jum’at Rasulullah saw. bisa diperkirakan
dengan lamanya Rasul membaca surat al-Jum’ah dan al-Munâfiqûn,
ditambah dengan waktu membaca surat al-Fatihah dua kali, waktu
ruku dua kali, empat kali sujud, waktu duduk untuk tasyahud, dan
waktu membaca shalawat Ibrahimiyah. Seperti itulah lamanya shalat
Jum’at. Yang lebih singkat darinya adalah jika pada shalat Jum’at
dibacakan surat al-A’la dan al-Ghâsyiyah; ditambah dengan waktu
melaksanakan aktivitas shalat yang lainnya (seperti yang telah disebut
di atas). Berdasarkan hal itu dan berdasarkan fakta shalat Rasul saw.
yang lebih panjang dari khutbahnya, maka seorang khatib akan
mampu mengetahui yang disunahkan tentang waktu khutbahnya.

 Menggunakan uslub khutbah di atas mimbar, bukan uslub


mengajar, kuliah, membaca makalah, bercerita, atau bersyair. Untuk
mengetahui uslub khutbah dan membedakannya dengan uslub
yang lainnya, maka kita harus merujuk kepada buku-buku bahasa
yang memaparkan pembahasan ini.

 Harus bersungguh-sungguh menghindari kekeliruan (dalam


berbicara). Karena seorang khatib akan dianggap buruk karena
Adab Berbicara 419

keliru dalam ucapannya. Dan yang paling buruk adalah keliru


dalam membacakan al-Quran di atas mimbar.

C. Adab Berdebat

 Al-Jadal adalah At-Tahâwur (berdiskusi atau berdialog), seperti


firman Allah:
ª!$#uρ «!$# †n<Î) þ’Å5tGô±n@uρ $yγÅ_÷ρy— ’Îû y7ä9ω≈pgéB ÉL©9$# tΑöθs% ª!$# yìÏϑy™ ô‰s%

 4 !$yϑä.u‘ãρ$ptrB ßìyϑó¡tƒ
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita
mengajukan gugatan kepadamu tentang suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal-
jawab antara mereka antara kamu berdua. (TQS. al-Mujadalah
[58]: 1)

Dalam ayat ini Allah menyebut al-jadal (berdebat) dengan istilah


at-tahâwur (berdiskusi). Definisi al-jadal (berdebat) adalah
penyampaian hujjah atau yang diduga sebagai hujjah oleh dua
pihak yang berbeda pendapat. Tujuannya untuk membela
pendapat atau madzhabnya, membatalkan hujjah lawan, dan
mengubahnya kepada pendapat yang tepat dan benar menurut
pandangannya.

Berdebat termasuk perkara yang diperintahkan syara’ untuk


menetapkan kebenaran dan membatalkan kebatilan. Dalilnya
adalah firman Allah Swt:

}‘Ïδ ÉL©9$$Î/ Οßγø9ω≈y_uρ ( ÏπuΖ|¡ptø:$# ÏπsàÏãöθyϑø9$#uρ Ïπyϑõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È≅‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$#

 4 ß|¡ômr&
420 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
(TQS. an-Nahl [16]:125)

Firman Allah Swt:


 šÏ%ω≈|¹ óΟçGΖà2 βÎ) öΝà6uΖ≈yδöç/ (#θè?$yδ ö≅è%
Katakanlah, “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah
orang yang benar” (TQS. al-Baqarah [2]: 111)

Rasulullah saw. juga telah mendebat kaum Musyrik Makkah,


Nasrani Najran, dan Yahudi Madinah. Pengemban dakwah akan
senantiasa menyeru kepada kebaikan (Islam), amar makruf nahyi
munkar, dan memerangi pemikiran yang sesat. Karena berdebat
telah ditentukan sebagai uslub dalam semua aktivitas yang wajib
tersebut, maka berdebat menjadi suatu kewajiban pula berdasarkan
kaidah:

‫ﺐ‬
 ‫ﺍ ِﺟ‬‫ﻮ ﻭ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺐ ِﺇ ﱠﻻ ِﺑ ِﻪ ﹶﻓ‬
 ‫ﺍ ِﺟ‬‫ﻢ ﺍﹾﻟﻮ‬ ‫ﻳِﺘ‬ ‫ﺎ ﻻﹶ‬‫ﻣ‬
Suatu kewajiban yang tidak sempuran (pelaksanaannya) tanpa
sesuatu, maka sesuatu itu (hukumnya) wajib.

Di antara perdebatan ada satu jenis perdebatan yang dicela


secara syar’i, sehingga menjadi satu bentuk kekufuran, seperti
mendebat Allah dan ayat-ayat-Nya. Allah berfirman:

 ÉΑ$ysÎRùQ$# ߉ƒÏ‰x© uθèδuρ «!$# ’Îû šχθä9ω≈pgä† öΝèδuρ


Dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah , dan Dia-lah Tuhan
Yang Maha keras siksaan-Nya. (TQS. ar-Ra’du [13]: 13)

 (#ρãxx. tÏ%©!$# āωÎ) «!$# ÏM≈tƒ#u þ’Îû ãΑω≈pgä† $tΒ


Adab Berbicara 421

Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali


orang-orang yang kafir (TQS. Ghâfir [40]: 4)

«!$# y‰ΖÏã $¹Gø)tΒ uŽã9Ÿ2 ( öΝßγ9s?r& ?≈sÜù=ß™ ΎötóÎ/ «!$# ÏM≈tƒ#u þ’Îû tβθä9ω≈pgä† šÏ%©!$#

 4 (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# y‰ΖÏãuρ


(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa
alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi
mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. (TQS.
Ghâfir [40]: 35)

∩⊂∈∪ <È‹Ït¤Χ ÏiΒ Μçλm; $tΒ $uΖÏF≈tƒ#u þ’Îû tβθä9ω≈pgä† zƒÏ%©!$# zΝn=÷ètƒuρ
Dan supaya orang-orang yang membantah ayat-ayat (kekuasaan)
Kami mengetahui bahwa mereka sekali-kali tidak akan memperoleh
jalan keluar (dari siksaan). (TQS. asy-Syura [42]: 35)

Orang yang kufur adalah orang yang mengingkari (kebenaran),


bukan orang yang membenarkan (kebenaran). Sebab, orang yang
ingkar akan berdebat dalam rangka untuk membantah kebenaran.
Sedangkan orang yang menetapkan kebenaran (al-mutsbit) akan
berdebat untuk memastikan kebenaran dan melenyapkan
kebathilan. Allah berfirman:

 ¨,ptø:$# ϵÎ/ (#θàÒÏmô‰ã‹Ï9 È≅ÏÜ≈t7ø9$$Î/ (#θä9y‰≈y_uρ


Mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan
kebenaran dengan yang batil itu. (TQS. Ghâfir [40]: 5)

 tβθßϑÅÁyz îΠöθs% ö/ãφ ö≅t/ 4 Kωy‰y` āωÎ) y7s9 çνθç/uŽŸÑ $tΒ


Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan
dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum
yang suka bertengkar. (TQS. az-Zukhruf [34]: 58)
422 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Berdebat tentang al-Quran untuk menetapkan bahwa al-Quran


bukan mukjizat atau bukan berasal dari Allah juga merupakan suatu
kekufuran. Ahmad telah meriwayatkan hadits marfu’ dari Abû
Hurairah; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺮ‬ ‫ﺁ ِﻥ ﹸﻛ ﹾﻔ‬‫ﺍ ﹲﻝ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬‫» ِﺟﺪ‬


Berdebat tentang al-Quran adalah kufur. (Ibnu Muflih berkata,
“Hadits ini isnadnya baik dan dishahihkan oleh Ahmad
Syakir”)

Ada juga perdebatan yang makruh, seperti mendebat kebenaran


setelah jelas dan tampak sebagai kebenaran. Allah Swt. berfirman:

öΝèδuρ ÅVöθyϑø9$# ’n<Î) tβθè%$|¡ç„ $yϑ‾Ρr(x. t¨t7s? $tΒ y‰÷èt/ Èd,ysø9$# ’Îû y7tΡθä9ω≈pgä†

 ∩∉∪ tβρãÝàΖtƒ
Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa
mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian,
sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu) (TQS. al-Anfâl
[8]: 6)

Berdebat bisa dilakukan dengan hujjah (dalil) atau dengan


syubhat dalil. Adapun berdebat dengan menggunakan selain
keduanya merupakan syaghab dan takhlith. Definisi syubhat adalah
sesuatu yang dibayangkan oleh suatu madzhab dalam bentuk
hakikat, padahal kenyataannya tidak demikian. Ini adalah definisi
Ibnu Aqil. Ibnu Hazm telah mendefinisikan asy-syaghab adalah
merekayasa hujjah yang batil dengan menggunakan suatu premis
atau premis-premis yang rusak, yang akan menggiring kepada
kebatilan. Disebut juga al-safsathah (mengelabuhi). Ibnu Aqil
berkata, “Siapa saja yang suka menempuh metodologi ahli ilmu,
maka ia hanya dibenarkan berbicara dengan hujjah (dalil) atau
Adab Berbicara 423

syubhat dalil. Sedangkan asy-syaghab adalah merupakan


pencampuradukan yang dilakukan oleh ahli debat. Dari paparan
di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa asy-syaghab adalah berdebat
tanpa menggunakan dalil atau subhat dalil.

Di antara adab dan aturan berdebat yang telah diwasiatkan


oleh para ulama -dengan sebagian tambahan– adalah :

 Mengedepankan ketakwaan kepada Allah, bermaksud taqarrub


kepada-Nya, dan mencari ridha-Nya dengan menjalankan
perintah-Nya.

 Harus diniatkan untuk memastikan kebenaran sebagai


kebenaran dan membatilkan yang batil. Bukan karena ingin
mengalahkan, memaksa, dan menang dari lawan. Asy-Syafi’i
berkata, “Aku tidak berbicara kepada seorang pun kecuali aku
sangat suka jika ia mendapatkan taufik, berkata benar, dan diberi
pertolongan. Ia akan mendapatkan pemeliharaan dan penjagaan
dari Allah. Aku tidak berbicara kepada seorang pun selamanya
kecuali aku tidak memperhatikan apakah Allah menjelaskan
kebenaran melalui lisanku atau lisannya.” Ibnu Aqil berkata, “Setiap
perdebatan yang tidak bertujuan untuk membela kebenaran maka
itu menjadi bencana bagi pelakunya.”

 Tidak dimaksudkan untuk mencari kebanggaan, kedudukan,


meraih dukungan, berselisih, dan ingin dilihat.

 Harus diniatkan untuk memberikan nasihat kepada Allah,


agama-Nya, dan kepada lawan debatnya. Karena agama adalah
nasihat.
424 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Harus diawali dengan memuji dan bersyukur kepada Allah dan


membaca shalawat kepada Rasul-Nya saw.

 Harus memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar


diberi taufik terhadap perkara yang diridhai-Nya.

 Harus berdebat dengan metode yang baik dan dengan


pandangan dan kondisi yang baik. Dari Ibnu Abbas sesungguhnya
Rasulullah saw bersabda:

‫ﺴ ٍﺔ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺰ ٌﺀ ِﻣ‬ ‫ﺟ‬ ، ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﹾﺍ ِﻻ ﹾﻗِﺘﺼ‬‫ ﻭ‬، ‫ﺢ‬ ‫ﺎِﻟ‬‫ﺖ ﺍﻟﺼ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ﺢ ﻭ‬ ‫ﺎِﻟ‬‫ﻱ ﺍﻟﺼ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻬ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ‬
«‫ﻮ ِﺓ‬ ‫ﺒ‬‫ﻨ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬
 ‫ﺰﺀًﺍ ِﻣ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺸﺮِﻳ‬
 ‫ﻭ ِﻋ‬
Sesungguhnya petunjuk yang baik, cara yang baik, dan tidak
berlebih-lebihan adalah satu bagian dari dua puluh lima bagian
kenabian (HR. Ahmad dan Abû Dawud. Ibnu Hajar berkata
dalam kitab al-Fath bahwa hadits ini isnadnya hasan).

Dari Ibnu Mas’ud sebagai hadits mawquf ia berkata:

«‫ﻞ‬
ِ ‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺾ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺮ ِﻣ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ، ‫ﺎ ِﻥ‬‫ﺰﻣ‬ ‫ﻱ ﻓِﻲ ﺁ ِﺧ ِﺮ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺍ ﹶﺃ ﱠﻥ‬‫ﻤﻮ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫»ِﺍ‬
Ketahuilah sesungguhnya sebagus-bagusnya petunjuk di akhir
zaman lebih baik daripada sebagian amal. (Ibnu Hajar berkata
dalam kitab al-Fath, sanad hadits ini shahih).

Yang dimaksud dengan petunjuk di sini adalah metodologi. Yang


dimaksud dengan as-samtu adalah al-mandzar (pandangan) dan
al-haiah (kondisi). Yang dimaksud dengan al-iqtishad adalah al-
i’tidal (pertengahan).

 Singkat dan padat dalam berbicara. Yaitu berbicara sedikit,


menyeluruh, dan fasih (sesuai dengan yang dimaksudkan). Terlalu
Adab Berbicara 425

banyak bicara akan mengakibatkan kebosanan. Disamping juga


lebih berpeluang menimbulkan kekeliruan, kelemahan, dan
kesalahan.

 Harus sepakat dengan lawan debatnya terhadap dasar yang


menjadi rujukan keduanya. Dengan orang kafir dasar yang
dijadikan sebagai rujukan adalah akal semata-mata. Sedangkan
jika berdebat dengan seorang muslim, dasar rujukannya adalah
akal dan naql. Akal menjadi rujukan pada perkara-perkara yang
bersifat rasional. Sedangkan pada perkara-perkara yang bersifat
syar’i, naql-lah yang menjadi dasar rujukannya, sebagaimana
Firman Allah:

 ÉΑθß™§9$#uρ «!$# ’n<Î) çνρ–Šãsù &óx« ’Îû ÷Λäôãt“≈uΖs? βÎ*sù


Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah dan Rasul. (TQS. an-Nisa [4]: 59),
maksudnya adalah merujuk kepada al-Kitab dan as-Sunah.

 Orang kafir tidak boleh didebat dalam perkara cabang syariat.


Sebab, ia tidak beriman kepada perkara pokok syariah. Karenanya,
hendaknya tidak berdebat dan berdiskusi dengan mereka mengenai
pernikahan dengan empat isteri, kesaksian wanita, jizyah, hukum
waris, haramnya khamr, dan sebagainya. Berdiskusi dengan orang
kafir harus dibatasi pada perkara ushul ad-din (pokok-pokok
agama/akidah) yang dalilnya bersifat rasional. Sebab, tujuan dari
diskusi adalah memindahkannya dari kebatilan kepada kebenaran,
dari kesesatan menuju pada petunjuk. Hal ini tidak bisa diwujudkan
kecuali dengan memindahkannya dari kekufuran kepada
keimanan. Sebagaimana juga orang Nasrani tidak boleh diajak
berdebat tentang kebatilan agama Budha dan Yahudi. Bahkan
pembicaraan bersama dengan orang Nasrani tentang hal seperti
itu dan yang sejenisnya tidak bisa dipandang sebagai perdebatan.
426 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Orang Nasrani bukanlah orang Budha atau Yahudi, sehingga kita


bisa membawanya dari pemeluk Budha dan Yahudi menjadi
pemeluk Islam. Pembicaraan bersama orang Nasrani harus
difokuskan pada akidahnya yang batil untuk memindahkannya
kepada Islam. Karena itu, tidak bisa dikatakan bahwa kita sedang
berdialog dengan orang Nasrani pada perkara-perkara yang kita
sepakati, dan kita mengabaikan perkara yang tidak kita sepakati.
Sebab, kita diperintahkan untuk berdebat dengan mereka.
Sedangkan perdebatan tidak akan terjadi kecuali pada perkara yang
diperselisihkan. Adapun jika orang Nasrani atau Kapitalis
bersepakat dengan seorang Muslim bahwa Budha, Sosialisme, atau
Komunisme adalah ajaran yang buruk menurut akal, kemudian
keduanya berbicara seputar agama dan ideologi itu, maka pembi-
caraan tersebut tidak bisa disebut diskusi atau debat. Hal seperti
itu juga tidak bisa membebaskan tanggungan seorang Muslim dari
kewajiban berdiskusi dan berdebat dengannya hingga mampu
memindahkannya kepada Islam.

Demikian juga tidak bisa dikatakan bahwa kita telah berdialog


dengan orang kafir dalam perkara yang telah disepakati seraya
meninggalkan perkara yang kita perselisihkan hingga hari kiamat.
Di hari itulah Allah akan memutuskan dan menetapkan dengan
kehendak-Nya di antara kita. Tidak bisa dikatakan demikian, dalam
artian menjauhi berdebat dengan mereka. Karena kita
diperintahkan untuk berdebat dengan mereka dalam perkara yang
diperselisihkan. Jika kita tidak melakukannya, berarti kita termasuk
orang yang lalai (dari kewajiban). Memang benar bahwa hukum
di dunia dan akhirat adalah milik Allah. Tetapi kita tidak boleh
mencampuradukan antara perkara yang merupakan perbuatan
Allah dengan perkara yang diwajibkan kepada kita. Perkataan
seperti tadi adalah argumentasi orang yang ceroboh dan lalai,
Adab Berbicara 427

bahkan itu merupakan kekacauan orang yang lalai, yang sama


sekali tidak memiliki dalil maupun subhat dalil.

 Tidak mengeraskan suaranya kecuali sebatas untuk bisa


didengar oleh orang yang ada disekitarnya. Juga tidak boleh
berteriak di hadapan lawan diskusi. Dikisahkan ada seorang
lelaki dari Bani Hasyim yang bernama Abd ash-Shamad
berbicara di hadapan Khalifah al-Ma’mun dengan mengeraskan
suaranya. Kemudian al-Ma’mun berkata, “Wahai Abd ash-
Shamad, janganlah engkau mengeraskan suaramu. Karena
sesungguhnya kebenaran terdapat pada yang paling tepat,
bukan yang paling keras.” (Al-Khatib dalam al-Faqih wa
al-Mutafaqqih).

 Tidak boleh merendahkan lawan diskusi dan meremehkan


persoalannya.

 Harus bersabar atas penyimpangan lawan diskusi, bersikap


sabar, dan memaafkan kesalahannya, kecuali orang itu memang
pandir. Maka kita harus menjauhkan diri dari berdiskusi dan
berdebat dengannya.

 Harus menjauhi al-hiddah dan al-dhajjar. Ibnu Sirin berkata,


“al-hiddah merupakan kiasan dari kebodohan.” Maksudnya adalah
bodoh dalam berdiskusi. Adapun hadits yang diriwayatkan oleh
ath-Thabrâni dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw. bersabda:

ِ ‫ﺘﺮِﻱ ﺍﹾﻟ‬‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬»


«‫ﻲ‬ ‫ﻣِﺘ‬ ‫ﺭ ﺃﹸ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪ ﹸﺓ ِﺧﻴ‬ ‫ﺤ‬
Menjauhi sedikit berfikir lagi terburu-buru (dalam agama) adalah
(sikap) terbaik dari umatku.
428 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Dalam hadits ini terdapat Salam bin Muslim ath-Thawil dan dia
mathruk. Dan hadits yang telah diriwayatkan oleh ath-Thabrâni
dari ‘Ali bin Abi Thalib, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

«‫ﺍ‬‫ﻌﻮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺒﻮ‬‫ﻀ‬


 ‫ﻦ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﻏ‬ ‫ﻳ‬‫ﻢ ﺍﱠﻟ ِﺬ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺍ ُﺀ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻣِﺘ‬ ‫ﺭ ﹸﺃ‬ ‫ﺎ‬‫» ِﺧﻴ‬
Sebaik-baik umatku adalah orang yang paling bersegera (dalam
agama), yang apabila mereka marah akan kembali (dapat
mengendalikan diri).

Dalam hadits ini terdapat Nu’aim bin Salim bin Qanbar, ia adalah
seorang pendusta.

 Apabila berdebat dengan orang yang lebih banyak


pengetahuannya maka janganlah mengatakan, “Engkau salah,”
atau, “Perkataan anda keliru,” melainkan harus mengatakan,
“Bagaimana pendapat anda jika ada orang yang mengatakan,”
atau, “Ada orang yang mendebat, lalu berkata, ‘…’” Atau
membantah dengan menggunakan redaksi orang yang meminta
petunjuk, seperti berkata, “Bukankah yang benar itu pernyataan
demikian?”

 Harus berusaha memikirkan dan memahami perkara yang


disampaikan oleh lawan diskusi agar bisa membantahnya. Juga
tidak boleh cepat-cepat berbicara sebelum lawan diskusi selesai
berbicara. Dari Ibnu Wahab ia berkata; Aku mendengar Malik
pernah berkata, “Tidak ada kebaikan pada jawaban sebelum
dipahami terlebih dahulu. Bukan termasuk adab yang baik jika
seseorang memutuskan pembicaraan lawannya.” Adapun jika
lawan diskusi adalah hanya ingin berdebat, keras kepala, banyak
membicarakan yang tidak bermanfaat, maka yang menjadi sikap
asal adalah tidak berdiskusi dengannya jika hal itu telah diketahui
ada pada dirinya. Apabila baru terungkap di tengah-tengah diskusi,
Adab Berbicara 429

maka ia harus menasihatinya. Apabila ia tidak bisa menjaga diri


maka putuskanlah pembicaraan.

 Hendaknya menghadapkan wajahnya kepada lawan diskusi,


dan tidak berpaling kepada orang-orang yang hadir di forum diskusi
karena meremehkan lawan diskusinya. Sama saja apakah orang-
orang itu berbeda pendapat atau bersepakat dengannya. Jika lawan
diskusi melakukan hal itu, maka harus dinasihati. Apabila ia tidak
mau menghentikannya, maka hentikanlah diskusi itu.

 Tidak boleh berdebat dengan merasa hebat dan takjub terhadap


pendapatnya. Sebab, orang yang ujub tidak akan menerima
pendapat dari orang lain.

 Tidak boleh berdebat di forum-forum yang ditakutkan, seperti


berdiskusi di tempat terbuka dan di forum-forum umum. Kecuali jika
ia merasa tenteram dengan agamanya, tidak takut karena Allah
terhadap caci maki orang yang mencaci, siap menanggung risiko
dari pembicaraannya, baik berupa penjara atau bahkan pembunuhan.
Juga berdiskusi di tempat pemimpin atau penguasa yang
dikhawatirkan akan membahayakan dirinya. Apabila ia tidak bisa
meneguhkan dirinya bersama Hamzah (tidak mampu mengatakan
hak di hadapan penguasa yang dzalim), maka sikap diam lebih utama.
Karena dalam kondisi seperti itu (dikhawatirkan) ia akan meremehkan
agama dan ilmu. Dalam kondisi ini, bisa diingat kembali bagaimana
sikap para ulama terdahulu semisal Imam Ahmad dan Imam Malik.
Juga sikap para ulama masa kini seperti para ulama yang mendebat
Muamar Kadzafi ketika mengingkari as-Sunah.

 Tidak boleh berdebat dengan orang yang tidak disukai. Baik


kebencian ini berasal dari dirinya atau datang dari lawannya.
430 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

 Tidak boleh bermaksud ingin mengalahkan lawan diskusi dalam


forum.

 Tidak berpanjang lebar dalam pembicaraan, khususnya pada


perkara-perkara yang sudah diketahui lawan diskusi. Melainkan
harus berbicara dengan singkat, namun tidak merusak maksud
hingga sampai pada topik diskusinya.

 Tidak boleh berdiskusi dengan orang yang meremehkan ilmu


dan ahlinya, atau di hadapan orang-orang pandir yang
meremehkan diskusi dan orang-orang yang sedang berdiskusi.
Imam Malik berkata, “Termasuk merendahkan dan meremehkan
ilmu jika seseorang membicarakan ilmu di hadapan orang yang
tidak mentaati ilmu itu.”

 Tidak boleh merasa rendah untuk menerima kebenaran ketika


kebenaran itu tampak pada lisan lawannya. Karena sesungguhnya
kembali kepada kebenaran lebih baik daripada terus menerus
dalam kebatilan. Juga supaya termasuk ke dalam golongan orang
yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang paling benar.

 Tidak boleh mengacaukan jawaban, yakni dengan memberikan


jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan. Seperti:
Penanya : Apakah Arab Saudi itu Daulah Islam?
Penjawab : Peradilan di sana Islami.

Jawaban ini adalah mughalathah (kacau atau tidak sesuai


pertanyaan). Jawaban yang seharusnya adalah mengatakan ya,
tidak, atau saya tidak tahu. Jawaban mana pun dari ketiga jawaban
ini termasuk jawaban yang muthabiqah (sesuai pertanyaan).
Adab Berbicara 431

 Tidak mengingkari perkara-perkara penting sehingga menjadi


penentangnya. Seperti orang mengingkari permusuhan orang-
orang kafir terhadap kaum Muslim. Atau mengingkari bahwa sistem
yang diterapkan di negeri-negeri Islam adalah sistem kufur, yakni
tidak berhukum dengan Islam.

 Tidak mengucapkan kalimat yang global, kemudian setelah itu


membantahnya dalam hal yang rinci. Seperti mengatakan di awal
pembicaraannya bahwa Amerika adalah musuh bagi Islam dan
kaum Muslim, kemudian setelah itu mengatakan bahwa Amerika
membantu orang-orang Palestina dalam mendirikan negara mereka
dan menentukan nasib mereka sendiri, karena Amerika mencintai
keadilan dan kebebasan. Atau mengatakan bahwa Amerika datang
ke Irak untuk membebaskan kedzaliman dan kediktatoran.

 Tidak menghindarkan diri dari membuang argumentasinya


dalam setiap masalah yang cocok dengannya. Seperti
memperbolehkan membeli rumah-rumah di Barat dengan riba
yang didasarkan pada al-hajah al-khasshah (kebutuhan khusus)
yang diturunkan dan dari ad-dharurah al-khashah (darurat khusus),
kemudian tidak memperbolehkan kebutuhan-kebutuhan lain
seperti makanan, pakaian, dan pernikahan dengan riba. Maka
sesungguhnya memperbolehkan suatu kebutuhan berarti telah
memubahkan banyak hal yang haram, meskipun tidak
menghilangkan argumentasi dan kaidahnya dalam setiap
kebutuhan, maka sungguh telah bertentangan.

***
432

~16~
BERBAHAGIALAH
ORANG-ORANG YANG TERASING.
MEREKA MEMPERBAIKI APA-APA
YANG DIRUSAK MANUSIA

Imam Muslim meriwayatkan dari Abû Hurairah, Rasulullah


saw. bersabda:

« ‫ﺎ ِﺀ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻰ ِﻟ ﹾﻠ‬‫ﺎ ﹶﻓﻄﹸﻮﺑ‬‫ﺩ ﹶﻏﺮِﻳﺒ‬ ‫ﻮ‬‫ﻴﻌ‬‫ﺳ‬


 ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﺒ‬‫ﻡ ﹶﻏ ِﺮ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺳ ﹶ‬ ‫ﺪﹶﺃ ﹾﺍ ِﻹ‬ ‫ﺑ‬»
Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan
kembali terasing sebagaimana mulainya, maka berbahagialah
orang-orang yang terasing tersebut.

Al-Ghuraba (orang-orang yang terasing) adalah orang-


orang yang terpisah dari kabilah-kabilah. Ad-Darimi, Ibnu Majah,
Ibnu Abû Syaibah, al-Bazzâr, Abû Ya’la dan Ahmad, mereka telah
meriwayatkan suatu hadits dengan para perawi yang terpercaya
(lafadz hadits versi Ahmad) dari Abdullah bin Mas’ud , ia berkata;
Rasulullah saw. bersabda:

‫ ﻗِﻴ ﹶﻞ‬، ‫ﺎ ِﺀ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻰ ِﻟ ﹾﻠ‬‫ﺪﹶﺃ ﹶﻓﻄﹸﻮﺑ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﻛﻤ‬‫ﺩ ﹶﻏﺮِﻳﺒ‬ ‫ﻮ‬‫ﻴﻌ‬‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪﹶﺃ ﹶﻏﺮِﻳﺒ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺳ ﹶ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ﹾﺍ ِﻹ‬
«‫ﻞ‬ ِ ‫ﺎِﺋ‬‫ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﺒ‬ ‫ﻉ ِﻣ‬
 ‫ﺍ‬‫ﻨﺰ‬‫ﺎ ُﺀ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻦ ﹶﺍﹾﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬
Berbahagialah Orang-orang yang... 433

Sesungguhnya Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing


dan akan kembali terasing sebagaimana mulainya, maka
berbahagialah al-ghuraba (orang-orang yang terasing). Di katakan
kepada beliau, “Siapa al-ghuraba itu?” Rasulullah saw. bersabda,
“Mereka adalah orang-orang yang tepisah dari kabilah-kabilah.”
Dalam kamus lisanul arab dikatakan, “Nizâ’u al-qabâil (yang
terpisah dari kabilah-kabilah) sama dengan ghurabâuhum (orang-
orang yang terasing dari mereka). Yaitu orang-orang yang
bertetang-gaan dengan kabilah-kabilah tapi bukan bagian darinya.
Nizî’un dan nâzi’un,... yaitu orang yang jauh dan raib dari
keluarganya.

Beberapa Sifat Orang-orang yang Terasing:

1. Senantiasa Melakukan Perbaikan ketika Manusia


Sudah Rusak

Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin


Auf bin Zaid bin Milhah al-Mazani ra., bahwa Rasulullah saw.
bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﻌ ِﻘﹶﻠ‬ ‫ﻴ‬‫ﻭﹶﻟ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺤ ِﺮﻫ‬


 ‫ﺟ‬ ‫ﻴ ﹸﺔ ِﺇﻟﹶﻰ‬‫ﺤ‬
 ‫ﺯ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺗ ﹾﺄ ِﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ِﺯ ﹶﻛﻤ‬‫ﺤﺠ‬
ِ ‫ﺯ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ ﹾﺄ ِﺭ‬‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻳ‬‫»ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﺪ‬
‫ﺎ‬‫ﺪﹶﺃ ﹶﻏﺮِﻳﺒ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﺪ‬.‫ﺒ ِﻞ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺱ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﺭﹾﺃ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ ِﺔ ِﻣ‬‫ﺭ ِﻭ‬ ‫ﻌ ِﻘ ﹶﻞ ﹾﺍ ُﻷ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ِﺯ‬‫ﺤﺠ‬
ِ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻦ ِﻣ‬ ‫ﻳ‬‫ﺍﻟﺪ‬
‫ﻦ‬ ‫ﺱ ﻣِــ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺪ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺎ ﹶﺃ ﹾﻓ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﻣ‬‫ﺼِﻠﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎﺀِ ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻰ ِﻟ ﹾﻠ‬‫ ﹶﻓﻄﹸﻮﺑ‬،‫ﺎ‬‫ﻊ ﹶﻏﺮِﻳﺒ‬ ‫ﺮ ِﺟ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬
«‫ﻨﺘِﻲ‬‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻌﺪِﻱ ِﻣ‬ ‫ﺑ‬
Sesungguhnya agama (ini) akan terhimpun dan berkumpul menuju
Hijaz layaknya terhimpun dan terkumpulnya ular menuju liangnya,
dan sungguh (demi Allah) agama (ini) akan ditahan (untuk pergi)
dari Hijaz sebagaimana (ditahannya) panji (yang merupakan tempat
434 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

kembali di mana kaum Muslim kembali padanya ) dari puncak


gunung. Sesungguhnya agama ini muncul pertama kali dalam
keadaan asing dan akan kembali menjadi asing. Maka
berbahagialah orang-orang yang terasing. Yaitu orang-orang yang
memperbaiki sunahku yang telah dirusak oleh manusia setelahku.
(Abû Issa berkata, “Hadits ini hasan”)

Al-Ghuraba dalam hadits di atas bukanlah para sahabat, karena


mereka datang setelah ada manusia yang merusak metode
kehidupan yang dibawa Rasulullah saw. Sedangkan para sahabat
ra. tidak merusak metode kehidupan Rasul, dan metode tersebut
belum rusak di jaman para sahabat.

Hadits yang diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad as-Saidi ra.,


Rasulullah saw. bersabda:

‫ﺎ‬‫ﺍ ﻳ‬‫ ﻗﹶﺎﹸﻟﻮ‬،‫ﺎ ِﺀ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻰ ِﻟ ﹾﻠ‬‫ﺪﹶﺃ ﹶﻓﻄﹸﻮﺑ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﻛﻤ‬‫ﺩ ﻏﹶﺮِﻳﺒ‬ ‫ﻮ‬‫ﻴﻌ‬‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﹶﻏﺮِﻳﺒ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﺳ ﹶ‬ ‫ﺪﹶﺃ ﹾﺍ ِﻹ‬ ‫ﺑ‬»
«‫ﺱ‬ِ ‫ﺎ‬‫ﺎ ِﺩ ﺍﻟﻨ‬‫ﺪ ﻓﹶﺴ‬ ‫ﻨ‬ِ‫ﻮ ﹶﻥ ﻋ‬‫ﺼِﻠﺤ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﺎﺀُ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﱠﻟ ِﺬ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻣ ِﻦ ﺍﻟﹾﻐ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬
Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan
kembali terasing sebagaimana mulainya, maka berbahagialah
orang-orang yang terasing tersebut. Para sahabat berkata, “Wahai
Rasulullah, siapa al-ghuraba ini?” Rasulullah saw. bersabda,
“Mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikan ketika
manusia sudah rusak.” (Hadits ini diriwayatkan oleh ath-
Thabrâni dalam al-Kabir).

Dalam al-Ausat dan ash-Shagir diriwayatkan dengan lafadz:

«‫ﺎﺱ‬‫ﺪ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺴ‬


 ‫ﻮ ﹶﻥ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﻓ‬‫ﺼِﻠﺤ‬
 ‫ﻳ‬»
Mereka malakukan perbaikan ketika manusia telah rusak.
Berbahagialah Orang-orang yang... 435

Kata idza (ketika) digunakan untuk menunjukkan masa yang akan


datang. Di dalam hadits ini terdapat petunjuk bahwa kerusakan
tersebut terjadi setelah masa sahabat. al-Haitsami berkomentar
tentang hadits ini, “ath-Thabrâni meriwayatkannya dalam ats-
Tsalatsah, para perawinya shahih selain Bakr bin Sulaim. Ia adalah
perawi terpercaya.”

2. Jumlahnya Sedikit

Ahmad dan ath-Thabrâni dari Abdullah bin Amru, ia


berkata; Pada suatu hari saat matahari terbit aku berada di dekat
Rasulullah saw., lalu beliau bersabda:

‫ﻦ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻧ‬ :‫ﺑ ﹾﻜ ٍﺮ‬ ‫ﻮ‬‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃﺑ‬،‫ﺲ‬
ِ ‫ﻤ‬ ‫ﺸـ‬
 ‫ﻮ ِﺭ ﺍﻟ‬‫ﻢ ﹶﻛﻨ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬‫ﻣ ِﺔ ﻧ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ ﹾﺄﺗِﻲ ﹶﻗ‬»
‫ﺍ ُﺀ‬‫ـﺮ‬
‫ﻢ ﺍﹾﻟ ﹸﻔﻘﹶـ‬ ‫ـ‬
‫ـ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻭﹶﻟ ِﻜ‬ ‫ﲑ‬ ‫ﺮ ﹶﻛِﺜ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ ﹶﻻ‬:‫ﷲ؟ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬
ِ ‫ـﻮ ﹶﻝ ﺍ‬
‫ﺳـ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﻳ‬ ‫ﻫ‬
‫ﻰ‬‫ ﻃﹸﻮﺑ‬:‫ﻢ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬ ‫ ﹸﺛ‬،‫ﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻗﻄﹶــﺎ ِﺭ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ ِﻣ‬‫ﺸﺮ‬
‫ﺤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬‫ﺎ ِﺟﺮ‬‫ﻤﻬ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬
‫ﻮ ﹶﻥ ﻓِﻲ‬‫ﺎِﻟﺤ‬‫ﺱ ﺻ‬
 ‫ﺎ‬‫ ﻧ‬:‫ﺎ ُﺀ؟ ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻣ ِﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ ﹶﻞ‬‫ ِﻗ‬،‫ﺎ ِﺀ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻰ ِﻟ ﹾﻠ‬‫ﻮﺑ‬ ‫ ﹸﻃ‬،ِ‫ﺎﺀ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻟِﻠﹾﻐ‬
«‫ﻢ‬ ‫ــ‬‫ﻌﻬ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻳ ِﻄ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺮ ِﻣ‬ ‫ﻛﹶﺜ‬ ِ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ ٍﺀ ﹶﻛِﺜ ٍﲑ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺱ‬
‫ﻢ ﹶﺃ ﹾ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﺼ‬ ٍ ‫ﺎ‬‫ﻧ‬
Akan datang suatu kaum pada hari kiamat kelak. Cahaya mereka
bagaikan cahaya matahari. Abû Bakar berkata, “Apakah mereka
itu kami wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda, “Bukan, dan
khusus untuk kalian ada kebaikan yang banyak. Mereka adalah
orang-orang fakir dan orang-orang yang berhijrah yang berkumpul
dari seluruh pelosok bumi.” Kemudian beliau bersabda,
“Kebahagian bagi orang-orang yang terasing, kebahagiaan bagi
orang-orang yang terasing.” Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah
orang-orang yang terasing itu?” Beliau saw. bersabda, “Mereka
adalah orang-orang shalih di antara kebanyakan manusia yang
436 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

buruk. Di mana orang yang menentang mereka lebih banyak dari


pada yang menaatinya.” (al-Haitsami berkata hadits ini dalam
al-Kabir mempunyai banyak sanad. Para perawinya shahih).

Kami katakan, perlu diingat bahwa keistimewaan karena terasing


tidaklah lebih utama dari pada keistimewaan karena persahabatan
(dengan Nabi). Mereka yang terasing itu tidaklah lebih istimewa
dari para sahabat. Sebagian sahabat telah mendapat keistimewaan
tertentu yang bukan keistimewaan karena persahabatan, tapi tetap
saja keistimewaan itu tidak menjadikannya lebih utama dari pada
Abû Bakar. Uwais al-Qarniy memiliki keistimewaan tertentu yang
tidak menjadikannya lebih utama dari para sahabat, padahal ia
adalah seorang tabi’in. Begitu juga kaum terasing (yang bukan
tabi’in).

3. Mereka adalah Kaum yang Beraneka Ragam

Al-Hâkim meriwayatkan dalam al-Mustadrak, ia berkata,


“Hadits ini shahih isnadnya, meski tidak dikeluarkan oleh al-Bukhari
Muslim.” Dari Ibnu Umar ra., ia berkata; Rasulullah bersabda:

‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﻨِﺒﻴ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺍ ُﺀ ﻭ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺒ ﹸﻄ‬‫ﻐ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺍ َﺀ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﻧِﺒﻴ‬‫ﺍ ِﺑﹶﺄ‬‫ﺴﻮ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺍ ﹶﻟ‬‫ﺎﺩ‬‫ﷲ ِﻋﺒ‬
ِ ِ ‫»ِﺇ ﱠﻥ‬
‫ﻋﻠﹶــﻰ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺍِﺑ‬‫ــﺮ‬‫ﺠﺜﹶﺎ ﹶﺃﻋ‬
 ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻨﻪ‬‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﺴ ِﻬ‬
ِ ‫ﺠِﻠ‬
 ‫ﻭﻣ‬ ‫ﺎﻟﹶﻰ‬‫ﺗﻌ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﺮِﺑ ِﻬ‬ ‫ﻣ ِﺔ ِﻟ ﹸﻘ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬
‫ﺎ ِﺀ‬‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻓﻨ‬ ‫ﻡ ِﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ ﹶﻗ‬:‫ﺎ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﻢ ﹶﻟﻨ‬ ‫ﺣﱢﻠ ِﻬ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ ﻟﹶﻨﹶﺎ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺻ ﹾﻔ‬
ِ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴ ِﻪ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﻳ‬‫ﺒِﺘ‬‫ﺭ ﹾﻛ‬
‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻊ ﺍ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻳ‬ ،ِ‫ﻴﻪ‬‫ﺍ ِﻓ‬‫ﺑﻮ‬‫ﺎ‬‫ﺗﺤ‬‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺍ ﻓِﻲ ﺍ‬‫ﺩﹸﻗﻮ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﺼ‬ ،ِ‫ﺎِﺋﻞ‬‫ﻉ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﺒ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﻦ ِﻧﺰ‬ ‫ﺱ ِﻣ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺍﻟﻨ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ،‫ﻮﻥﹶ‬ ‫ﺎﹸﻓ‬‫ﻳﺨ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻑ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻳﺨ‬ ،ٍ‫ﻮﺭ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺮ ِﻣ‬ ‫ﺎِﺑ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻣ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺟ ﱠﻞ ﻟﹶ‬ ‫ﻭ‬
« ‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻧ‬‫ﺰ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻦ ﹶﻻ‬ ‫ﻳ‬‫ﺟ ﱠﻞ ﺍﱠﻟ ِﺬ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺎ ُﺀ ﺍ‬‫ﻭِﻟﻴ‬ ‫ﹶﺃ‬
Berbahagialah Orang-orang yang... 437

Sesunggunya Allah mempunyai hamba-hamba yang bukan para


Nabi dan syuhada. Para Nabi dan syuhada pun ber-ghibthah18
pada mereka di hari kiamat karena kedekatan mereka dengan
Allah dan kedudukan mereka di sisi Allah. Kemudian seorang
Arab Badui (yang ada di tempat nabi berbicara) duduk berlutut,
seraya berkata, “Wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka dan
uraikanlah keadaan mereka pada kami!” Rasulullah bersabda,
“Mereka adalah sekelompok manusia yang beraneka ragam,
yang terasing dari kabilahnya. Mereka berteman di jalan Allah,
saling mencintai karena Allah. Allah akan membuat mimbar-
mimbar dari cahaya bagi mereka di hari kiamat. Orang-orang
merasa takut tapi mereka tidak takut. Mereka adalah kekasih
Allah yang tidak memiliki rasa takut (pada selain Allah) dan
mereka tidak bersedih.”

Dalam kamus Lisânul Arab dikatakan, “Kata afna sama dengan


kata akhlath artinya campuran/bermacam-macam.” Kata
tunggalnya adalah Finwun. Sifat ini terdapat juga dalam hadits
Abi Malik al-Asy’ary riwayat Ahmad dengan lafazh:

«‫ﺎِﺋ ِﻞ‬‫ﻉ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﺒ‬


ِ ‫ﺍ ِﺯ‬‫ﻧﻮ‬‫ﻭ‬ ‫ﺱ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺎ ِﺀ ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻓﻨ‬ ‫ﺱ ِﻣ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻢ ﻧ‬ ‫ﻫ‬ »
Mereka adalah manusia yang beraneka ragam (bermacam-macam)
dan yang terasingkan dari kabilah-kabilah.

Pada riwayat ath-Thabrâni dalam al-Kabir diungkapkan dengan


lafadz, “min buldan syattâ” artinya dari negeri-negeri yang berbeda-
beda.

18. Ghibthah artinya berangan-angan agar ada pada diri mereka apa
yang ada pada diri hamba-hamba Allah tersebut, meski pada saat
yang sama apa yang ada pada diri hamba-hamba tersebut tetap ada.
(Lihat Imam al-Manawy, Faydhul Qadir Syarhu al-Jami’ ash-
Shaghir)
438 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

4. Mereka saling mencintai dengan “ruh” Allah

Yang dimaksud (“ruh” Allah) adalah syariat nabi


Muhammad. Maksudnya, perkara yang menjadi pengikat di antara
mereka adalah ideologi (mabda‘) Islam, bukan yang lainnya.
Mereka tidak diikat oleh ikatan yang lain, baik ikatan nasab, ikatan
kekerabatan, ikatan kemaslahatan atau kemanfaatan duniawi.

Abû Dawud mengeluarkan hadits dengan para rawi yang


terpercaya, dari Umar bin al-Khathab ra., ia berkata; Rasulullah
bersabda:

‫ـﺎ ُﺀ‬
‫ﻴـ‬‫ﻧِﺒ‬‫ﻢ ﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻐِﺒ ﹸﻄ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺍ َﺀ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ِﺒﻴ‬‫ﻢ ِﺑﹶﺄﻧ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﺎﺳ‬‫ﷲ َ ُﻷﻧ‬
ِ ‫ﺎ ِﺩ ﺍ‬‫ﻦ ِﻋﺒ‬ ‫»ِﺇ ﱠﻥ ِﻣ‬
‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻳ‬،‫ـﺎﻟﹶﻰ‬
‫ﻌـ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﻤﻜﹶﺎِﻧ ِﻬ‬ ‫ﻣ ِﺔ ِﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺍ ُﺀ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ﻭ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ ٍﻡ‬‫ﺭﺣ‬ ‫ﻴ ِﺮ ﹶﺃ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﹶﻏ‬ ‫ﷲ‬
ِ‫ﺡﺍ‬
ِ ‫ﺮﻭ‬ ‫ﻮﺍ ِﺑ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺗﺤ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻢ ﹶﻗ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮﻧ‬ ‫ﺨِﺒ‬
 ‫ﺗ‬
‫ ﹶﻻ‬،‫ﻮ ٍﺭ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﻧ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭِﺇ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬‫ﻢ ﹶﻟﻨ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻮ‬‫ﻭﺟ‬ ‫ﷲ ِﺇ ﱠﻥ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ ﹶﻓﻮ‬،‫ﺎ‬‫ﻧﻬ‬‫ﻮ‬ ‫ﺎ ﹶﻃ‬‫ﺘﻌ‬‫ﻳ‬ ‫ﺍ ٍﻝ‬‫ﻣﻮ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﹶﺃ‬
‫ﻫ ِﺬ ِﻩ‬ ‫ﺮﹶﺃ‬ ‫ﻭﹶﻗ‬ ،‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺣ ِﺰ ﹶﻥ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ِﺇﺫﹶﺍ‬‫ﺰﻧ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ،‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻑ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎﻓﹸﻮ ﹶﻥ ِﺇﺫﹶﺍ ﺧ‬‫ﻳﺨ‬
«‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺰﻧ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺎ َﺀ ﺍﷲِ ﹶﻻ‬‫ﻭِﻟﻴ‬ ‫ﻳ ﹶﺔ ﹶﺃ ﹶﻻ ِﺇ ﱠﻥ ﹶﺃ‬‫ﺍﹾﻵ‬
Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada sekelompok
manusia. Mereka bukan para nabi dan juga bukan syuhada. Tapi
para nabi dan syuhada pun ber-ghibthah pada mereka di hari
kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Swt. Para sahabat
berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami siapa
mereka itu?” Rasulullah bersabda, “Mereka adalah suatu kaum
yang saling mencintai dengan “ruh” Allah, padahal mereka tidak
memiliki hubungan rahim dan tidak memiliki harta yang mereka
kelola bersama-sama. Demi Allah, wajah mereka adalah cahaya.
Berbahagialah Orang-orang yang... 439

Mereka ada di atas cahaya. Mereka tidak takut ketika manusia takut.
Mereka tidak bersedih ketika manusia bersedih.” Kemudian
Rasulullah membacakan firman Allah, “Ingatlah sesungguhnya para
kekasih Allah itu tidak mempunyai rasa takut (oleh selain Allah)
dan tidak bersedih”.
Sifat hamba-hamba Allah ini, dalam riwayat al-Hâkim dari Ibnu
Umar telah diceritakan sebelumnya dinyatakan dengan lafadz:

«‫ﻴ ِﻪ‬‫ﻮﺍ ِﻓ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺗﺤ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬


ِ ‫ﺩﻗﹸﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﺼ‬»
Mereka saling berteman di jalan Allah dan saling mencintai karena
Allah.

Dalam riwayat Ahmad dari hadits Abû Malik al-Asy’ari dinyatakan


dengan lafadz :

« ‫ﺍ‬‫ﺎﹸﻓﻮ‬‫ﺗﺼ‬‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺍ ﻓِﻲ ﺍ‬‫ﺑﻮ‬‫ﺎ‬‫ﺗﺤ‬ ‫ﺑ ﹲﺔ‬‫ﺘﻘﹶﺎ ِﺭ‬‫ﻣ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﺭﺣ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺼ ﹾﻞ‬
ِ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫»ﹶﻟ‬
Tidak ada hubungan rahim serta kekerabatan di antara mereka,
mereka saling mencintai karena Allah dan saling berkawan di antara
mereka.

Dalam riwayat ath-Thabrâni dari hadits Abi Malik juga dinyatakan


dengan ungkapan:

‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬


ِ‫ﺡﺍ‬
ِ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ِﺑ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺘﺤ‬‫ﻳ‬ ‫ﷲ‬
ِ ِ ‫ﺎ‬‫ﻮ ﹶﻥ ِﺑﻬ‬ ‫ﺻﹸﻠ‬
 ‫ﺍ‬‫ﺘﻮ‬‫ﻳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﺭﺣ‬ ‫ﻢ ﹶﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻳ ﹸﻜﻦ‬ ‫ﻢ‬ ‫»ﹶﻟ‬
«‫ﻞﱠ‬‫ﺟ‬‫ﻭ‬
Di antara mereka tidak ada rahim yang menjadi penyebab saling
berhubungan karena Allah. Mereka saling mencintai dengan ikatan
ruh Allah Maha Gagah Perkasa.

Dalam hadits riwayat ath-Thabrâni dari hadits Amru bin Abasah


dengan sanad yang menurut al-Haitsami perawinya terpercaya,
440 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

dan menurut al-Mundziri saling berdekatan serta tidak bermasalah,


ia berkata; aku mendengar Rasulullah bersabda:

‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻁﹸﻗ‬
ِ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﷲ ﹶﻓ‬
ِ ‫ﻋﻠﹶﻰ ِﺫ ﹾﻛ ِﺮ ﺍ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺘ ِﻤ‬‫ﺠ‬
 ‫ﺎِﺋ ِﻞ ﻳ‬‫ﺍ ِﺯ ِﻉ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﺒ‬‫ﻧﻮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻉ ِﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺟﻤ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ...»
«‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬‫ﻤ ِﺮ ﹶﺃﻃﹶﺎِﻳ‬ ‫ﺘﻘِﻲ ﺁ ِﻛ ﹸﻞ ﺍﻟﱠﺜ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻼ ِﻡ ﹶﻛﻤ‬ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ﹶ‬
 ِ‫ﹶﺃﻃﹶﺎﻳ‬
...Mereka adalah kumpulan manusia yang terdiri dari orang-
orang yang terasing dari kabilah-kabilah, mereka berkumpul
atas dasar dzikir kepada Allah, kemudian memilih perkataan
yang baik-baik sebagai-mana orang yang memakan buah-
buahan memilih yang baik-baik.

Berkumpul atas dasar dzikir kepada Allah (al-ijtima ala dzikrillah)


berbeda dengan berkumpul untuk berdzikir kepada Allah (al-ijtima
lidzikrillah). Berkumpul atas dasar dzikir kepada Allah berarti dzikir
itu merupakan perkara yang menjadi pengikat di antara mereka.
Sama saja apakah mereka duduk bersama-sama ataukah mereka
berpisah. Sedangkan berkumpul untuk dzikir kepada Allah adalah
berkumpul yang akan berakhir dengan selesainya dzikir.
Ath-Thabrâni meriwayatkan dengan sanad yang dipandang hasan
oleh al-Haitsami dan al-Mundziri dari Abû Darda, ia berkata;
Rasulullah bersabda :

‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻌ ـ‬ ‫ﺘ ِﻤ‬‫ﺠ‬


 ‫ﻳ‬ ‫ﱴ‬ ‫ﻭِﺑ ﹶ‬ ‫ﻰ‬‫ﺷﺘ‬ ‫ﺎِﺋﹶﻞ ٍﻞ‬‫ﺎﺒِﺋ‬‫ ﹶﻗﺒﹶﻗ‬‫ﷲ ِﻣﻦ‬
 ‫ﺷ ـ‬ ‫ﻼ ٍﺩ‬ ِ ‫ﻮ ﹶﻥ ﻓِﻲ ﺍ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺘﺤ‬‫ﻤ‬ ‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻫ‬ ... »
«‫ﷲ‬ِ ‫ﻋﻠﹶﻰ ِﺫ ﹾﻛ ِﺮ ﺍ‬
Mereka adalah kaum yang saling mencintai karena Allah, berasal
dari kabilah yang berbeda-beda dan negeri yang berbeda-beda.
Mereka berkumpul atas dasar dzikir kepada Allah.
Berbahagialah Orang-orang yang... 441

Maksudnya, perkara yang menjadi pengikat di antara mereka


adalah dzikir kepada Allah, yaitu “Ruh” Allah yang termaktub dalam
hadits yang sebelumnya.

5. Mereka memperoleh kedudukan itu tanpa


menjadi syuhada

Hal ini dikarenakan dalam hadits dikatakan para syuhada


tergiur oleh mereka. Tapi, ini tidak berarti mereka lebih utama dari
pada para Nabi dan syuhada. Melainkan kedudukan itu hanyalah
semata-mata menunjukkan keistimewaan mereka. Keistimewaan
itu tidak menjadikan mereka lebih utama dari para Nabi dan
syuhada (sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya) .

Ath-Thabrâni meriwayatkan -dalam al-Kabir dengan sanad yang


baik dan perawinya terpercaya menurut al-Haitsami- dari Abû Malik
al-Asy’ary, ia berkata; Suatu ketika aku ada di dekat Nabi saw,
kemudian turunlah firman Allah :

 öΝä.÷σÝ¡n@ öΝä3s9 y‰ö6è? βÎ) u!$u‹ô©r& ôtã (#θè=t↔ó¡n@ Ÿω (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan
(kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya
menyusahkan kamu. (TQS. al-Mâidah [5]: 101).

Abû Malik berkata, maka kami bertanya kepada Rasulullah ketika


beliau bersabda:

‫ﺍ ُﺀ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ــ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﻭ‬ ‫ﻴ‬‫ﻨِﺒ‬‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺒ ﹸﻄ‬‫ﻐ‬ ‫ﻳ‬ ،َ‫ﺍﺀ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﻧِﺒﻴ‬‫ﺍ ِﺑ ﹶﺄ‬‫ﺴﻮ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﺎﺩﹰﺍ ﹶﻟ‬‫ﷲ ِﻋﺒ‬
ِ ِ ‫»ِﺇ ﱠﻥ‬
« ‫ﻣ ـ ِﺔ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻞ‬
‫ﺟ ﱠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﻢ ِﻣ‬ ‫ﻌ ِﺪ ِﻫ‬ ‫ﻣ ﹾﻘ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺮِﺑ ِﻬ‬ ‫ِﺑ ﹸﻘ‬
442 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang bukan para nabi


dan syuhada. Tapi para nabi dan syuhada tergiur oleh mereka
karena dekatnya kedudukan mereka dari Allah di hari kiamat.

Abû Malik berkata, di antara orang-orang yang ada pada saat itu
ada seorang Arab pedalaman, kemudian ia duduk berlutut dan
menahan dengan kedua tangannya, seraya berkata; “Wahai
Rasulullah, beritahukanlah kepada kami tentang mereka, siapa
mereka itu?” Abû Malik berkata; aku melihat wajah Rasulullah
menengok ke sana ke mari (mencari orang yang bertanya).
Kemudian beliau bersabda:

‫ــﺎ ِﻡ‬‫ﺭﺣ‬ ‫ﺏ ﹶﺃ‬


ِ ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ــ‬‫ﻦ ﺷ‬ ‫ﺎِﺋ ﹸﻞ ِﻣ‬‫ﻭﹶﻗﺒ‬ ،‫ﻰ‬‫ﺷﺘ‬ ‫ﺍ ٍﻥ‬‫ﺑ ﹾﻠﺪ‬ ‫ﻦ‬ ‫ ِﻣ‬،ِ‫ﺎ ِﺩ ﺍﷲ‬‫ﻦ ِﻋﺒ‬ ‫ﺩ ِﻣ‬ ‫ﺎ‬‫» ِﻋﺒ‬
،‫ﺎ‬‫ﻮ ﹶﻥ ِﺑﻬ‬ ‫ﺎ ﹶﺫﹸﻟ‬‫ﺘﺒ‬‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺩ‬ ‫ ﹶﻻ‬،ِ‫ﺎ ِﷲ‬‫ﺍ ِﺑﻬ‬‫ﺻﹸﻠﻮ‬
 ‫ﺍ‬‫ﺘﻮ‬‫ﻳ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﺭﺣ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹶﻟ‬،ِ‫ﺎِﺋﻞ‬‫ﺍﹾﻟ ﹶﻘﺒ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻌ ﹸﻞ ﹶﻟ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ،‫ﺍ‬‫ﻮﺭ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻌ ﹸﻞ ﺍ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ،‫ﺟﻞﱠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ِ‫ﺡﺍ‬
ِ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ِﺑ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺘﺤ‬‫ﻳ‬
‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻑ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻳﺨ‬‫ﻭ‬ ،‫ﻮﻥﹶ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻳ ﹾﻔ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻉ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﺰ‬ ‫ﻳ ﹾﻔ‬ ،‫ﺎﻟﹶﻰ‬‫ﺗﻌ‬ ‫ﻤ ِﻦ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺍ ِﻡ ﺍﻟ‬‫ﺮ ﹶﻗﺪ‬ ‫ﺎِﺑ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬
«‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﺎﹸﻓ‬‫ﻳﺨ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﻭ ﹶ‬
Mereka adalah hamba-hamba Allah dari negeri yang berbeda-beda
dan dari berbagai suku bangsa yang berasal dari berbagai rahim;
tapi mereka tidak mempunyai hubungan rahim (senasab) yang
menjadi penyebab mereka saling menyambungkannya
(silaturahim) karena Allah. Mereka tidak memiliki harta untuk saling
memberi. Mereka saling mencintai dengan (ikatan) “ruh” Allah.
Allah menjadikan wajah mereka menjadi cahaya. Mereka memiliki
mimbar-mimbar di hadapan ar-Rahmân. Manusia terkaget-kaget,
tapi mereka tidak. Ketika manusia merasa takut, mereka tidak.
Berbahagialah Orang-orang yang... 443

Seluruh riwayat telah menyepakati bahwa mereka bukan termasuk


para nabi dan syuhada. Mereka memperoleh kedudukan seperti
itu semata-mata karena memiliki sifat-sifat tersebut.
Itulah sebagian sifat-sifat yang menghias mereka. Adapun
kedudukan mereka sungguh sudah sangat jelas sebagaimana
dijelaskan dalam hadits–hadits di atas, tidak perlu diulangi kembali.
Siapa saja yang menelaahnya, maka pantas untuk bersegera meraih
mimbar di hadapan ar-Rahmân Zat MahaTinggi. Semoga Allah
merahmati keterasingannya dan mewujudkan segala keinginannya.
Akhirnya kami berdoa, segala puji hanya milik Allah
Pengatur semesta alam.

***
444 Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah

Anda mungkin juga menyukai